Anda di halaman 1dari 163

TESIS

BIDANG REKAYASA SISTEM FLUIDA - TERMAL

PERANCANGAN TURBIN PROPELLER DAN PENGUJIAN PENGARUH


BENTUK PENAMPANG SUDU TURBIN TERHADAP EFFISIENSI
TURBIN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Magister

Oleh

MARFIZAL
NIM. 1120912016

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK,
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG 2015
SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya,

1. Nama : Marfizal, ST
2. Tempat dan Tanggal Lahir : Talang Tan Saidi / 22 Februari 1973
3. Jenis Kelamin : Laki-Laki
4. Agama : Islam
5. Alamat Sekarang : Jalan Nusa Indah 2 No.14 RT 32 Kel
Simp IV Sipin Kecamatan Telanaipura
Kota Jambi
6. Nomor Telepon / HP : 081363421800
7. e-mail : marfizal65@gmail.com
8. Kode Pos : 36124

Judul Tesis : PERANCANGAN TURBIN PROPELLER DAN


PENGUJIAN PENGARUH BENTUK PENAMPANG
SUDU TURBIN TERHADAP EFFISIENSI TURBIN

Menyatakan bahwa Tesis yang saya buat ini adalah betul-betul hasil karya sendiri dan
tidak menjiplak hasil karya orang lain maupun dibuatkan oleh orang lain.

Dan apabila terbukti saya melakukan pelanggaran sebagaimana tersebut di atas, maka
saya bersedia dikenakan sanksi apapun dari fakultas.

Padang, 10 November 2015

Marfizal,ST
“Dengan nama Allah yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhan-mu yang telah menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhan-mulah Yang
Maha Mulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia
apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al Alaq 96: 1-5)

Kupersembahkan tulisan ini sebagai bakti tulus kepada almarhum Ayah, Ibu, dan
Kakak, Istri serta keluarga besarku Atas segala yang telah diberikan untuk menggapai
cita-citaku.

Ucapan terimakasih yang tulus kepada seluruh Dosenku, Guru-guruku, atas ilmu dan
didikan yang diberikan kepadaku, semoga menjadi amal shaleh di sisi Allah SWT,
Amin…

Untuk rekan-rekan Magister Teknik Mesin angkatan 2011, Kakak, serta adik
angkatan, adik-adik asisten MKE dan semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian Tesis ini terimakasih atas bantuan dan dukungannya

Akhirnya….semoga semua ilmu pengetahuan yang telah kuperoleh menjadi ilmu yang
bermanfaat bagi Diriku Agamaku, Keluargaku, Bangsa dan Negaraku.
ABSTRAK

Perserikatan bangsa-bangsa memperkirakan bahwa 1 miliar penduduk dunia yang


akses ke listrik, memiliki kualitas listrik buruk. Cina memiliki kapasitas terpasang
pembangkit listrik tenaga air peringkat pertama di dunia. Perserikatan bangsa-
bangsa memperkirakan bahwa 1 miliar penduduk dunia kualitas buruk listrik..
Dari hal di atas 5 negara yang gencar mengembangkan mikrohidro seperti di
tampilkan grafik dibawah, dari lima negara seperti Rusia, Amerika, Canada,
Brazil, Cina memiliki kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga air peringkat
pertama di dunia. Pada tahun 2011, rasio elektrifikasi nasional hanya sebesar
72,95% . Sebanyak 27.05% wilayah di Indonesia belum terjangkau listrik dengan
kendala yang beragam, salah satunya karena lokasi yang terpencil sehingga
aksesnya sulit. Salah satu usaha yang dapat dilakukan dalam mengatasi masalah
kelistrikan tersebut adalah dengan memanfaatkan potensi sumber energi yang ada
di sekitar tempat tinggal mayarakat. Salah satu potensi yang mungkin digunakan
adalah sumber energi air. Di pedesaan didapatkan bahwa banyak ketersediaan
sumber energi air disekitar pemukiman penduduk dengan head dan debit rendah .
Pemanfaatan sumber air dengan debit seperti yang disebut diatas, idealnya
dilakukan dengan menggunakan sistim pembangkit yang menggunakan turbin
jenis propeller. Turbin tersebut selain mahal dan susah untuk di bikin
dibandingkan turbin lain yang dapat digunakan untuk head rendah seperti cross
flow. Kesulitan pembuatan turbin propeller terutama pada pembuatan rumah dan
sudu turbin. Dalam penelitian ini di cari usaha untuk penyederhanaan rumah
turbin dan sudu turbin sehingga mudah dibuat. Penyederhanaan rumah turbin
dilakukan dengan membuat rumah turbin dari besi pipa dan penyederhanaan sudu
turbin dilakukan dengan membuat sudu turbin dengan menghilangkan penampang
aerodinamis pada sudu, sehingga sudu dapat dibuat dari pelat baja tanpa
melakukan pengecoran seperti yang diperlakukan pada penampang aerodinamis.
Untuk melihat pengaruh bentuk penampang aerodinamis dan non aerodinamis
terhadap effisiensi akan dilakukan engujian effisiensi

Kata Kunci : head rendah, sudu, penyederhanaan, aerodinamis, nonaerodinamis


ABSTRACT

The United Nations estimates that 1 billion people worldwide access to electricity,
has a poor power quality. China has an installed capacity of hydroelectric power
plants ranked first in the world. The United Nations estimates that 1 billion people
poor quality of electricity. . From the above five countries are aggressively
developing micro hydro as in the graph below show, from five countries such as
Russia, USA, Canada, Brazil, China had an installed capacity of hydroelectric
power plants ranked first in the world. In 2011, the national electrification ratio
only amounted to 72.95% . A total of 27.05% in Indonesian territory has not
reached by electricity with diverse obstacles, either because the remote location so
that access is difficult. One attempt to do to resolve the electricity problem is to
exploit the potential of existing energy sources around the residence society. One
of the potential that may be used is the energy source of water. From a survey
conducted in rural . showed that much of the energy sources of water around
settlements with head and low discharge. Utilization of water sources with
discharge as described above, ideally performed by using a system that uses a
generator turbine type propeller. The turbine in addition to expensive and difficult
to make than in the other turbines that can be used for low head like a cross flow.
The difficulty of making a turbine propeller especially at home and turbine blade
manufacture. In this research in the search effort for simplification of the turbine
casing and turbine blades so easily made. Simplification of the turbine casing is
done by making the turbine casing of iron pipes and simplification of turbine
blades is done by making a turbine blade by removing an aerodynamic cross-
section of the blade, so the blade can be made of steel plate without casting as
treated on an aerodynamic cross-section.

Keywords : low head, blade, simplification,aerodinamic, non aerodinamic,


PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT dan shalawat beriring
salam kepada Rasulullah SAW. Pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan proposal
tugas akhir ini dengan judul ” PERANCANGAN TURBIN PROPELLER DAN
PENGUJIAN PENGARUH BENTUK PENAMPANG SUDU TURBIN
TERHADAP EFFISIENSI TURBIN ” sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan Megister Teknik Mesin pada Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Andalas. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada:

1. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan do’a, motivasi dan bantuan
baik moril maupun materil.
2. Bapak Adek Tasri Ph.D, selaku dosen pembimbing Utama yang telah
memberikan bimbingan, perhatian, pengarahan, dan semangat dalam
penyelesaian Tesis ini.
3. Dosen-dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Andalas.
4. Segenap karyawan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Andalas.
5. Teman-teman seperjuangan angkatan 2011 yang telah banyak memberikan
bantuan motifasi dan segala bantuan pada proposal Tugas Akhir ini.

6. Dan semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelsaikan Tugas
Akhir yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.

Penulis berdoa semoga segala bantuan dan dukungan yang telah diberikan mendapat
balasan pahala oleh Allah SWT, serta kesuksesan selalu diberikan-Nya kepada kita.
Penulis menyadari bahwa Tesis ini tidak luput dari kekurangan. Untuk itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang sangat membangun.

Semoga Tesis ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua, terutama bagi penulis
dan lingkungan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Andalas, Amin.

Padang, Oktober 2015

Penulis
DAFTAR ISI

COVER
LEMBARAN PENGESAHAN
LEMBARAN PENETAPAN JUDUL TESIS
LEMBARAN PERNYATAAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI ......................................................................................................... i
DAFTAR NOTASI ............................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 4
1.3 Tujuan Perancangan ................................................................................ 5
1.4 Manfaat Perancangan .............................................................................. 5
1.5 Sistematika Penulisan ............................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Mesin Fluida ........................................................................................... 7
2.1.1 Jenis Turbin Berdasarkan Aliran Air Masuk Runner.................. 7
2.1.2 Jenis Turbin Berdasarkan Perubahan Momentum Fluida ........... 8
2.1.3 Jenis Turbin Berdasarkan Kecepatan Spesifik (ns) ..................... 9
2.1.4 Jenis Turbin Berdasarkan Head dan Debit.................................. 9
2.2 Perkembangan Desain Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro ............. 10
2.2.1 Perkembangan Pemb. Listrik Turbin Air Jenis Propeller ........... 10
2.3 Perhitungan Karakteristik Utama Dari Turbin Jenis Propeller ............. 13
2.3.1 Menentukan Diameter Luar Sudu Turbin ................................... 13
2.3.2 Menentukan Diameter Luar Dalam Turbin ................................. 14
2.3.3 Kavitasi ...................................................................................... 14
2.4 Perancangan Sudu Turbin ....................................................................... 14

i
2.4.1 Segitiga Kecepatan ...................................................................... 14
2.4.2 Langkah-Langkah Menentukan Dimensi Utama Sudu ............... 16
2.5 Konstruksi Turbin ................................................................................... 19
2.5.1 Perencanaan Poros Turbin........................................................... 19
2.5.2 Perencanaan Diameter Poros Turbin ........................................... 19
2.5.3 Gaya Yang Dialami Poros Turbin ............................................... 21
2.5.4 Pemeriksaan Kekuatan Poros ...................................................... 21
2.6 Perencanaan Bantalan ............................................................................. 22
2.6.1 Axial Load Thrust Ball Bearing .................................................. 22
2.7 Draft Tube ............................................................................................... 23
2.7.1 Straight Conical Draft Tube........................................................ 24
2.7.2 Bell Mouth Draft Tube .............................................................. 25
2.7.3 Curved Draft Tube ...................................................................... 25
2.8 Dasar – Dasar Perencanan Draft Tube .................................................... 28
2.9 Seleksi Material ...................................................................................... 28
2.10 Metode AHP .......................................................................................... 31
2.11 Perencanaan Proses Manufaktur ............................................................. 38
2.12 Perencanaan Biaya .................................................................................. 40
2.13 Efisiensi Turbin ....................................................................................... 41

BAB III METODOLOGI ...................................................................................... 42


3.1 Waktu Dan Tempat ............................................................................... 42
3.2 Diagram Alir Penelitian .......................................................................... 42
3.3 Tahapan Pelaksanaan Penelitian ............................................................. 43
3.4 Pemilihan Bentuk Turbin ........................................................................ 45
3.5 Perancangan Turbin ................................................................................ 45
3.6 Pembuatan Gambar Teknik..................................................................... 50
3.7 Perencanaan Pembuatan.......................................................................... 51
3.8 Pengujian................................................................................................. 51
3.8.1 Alat dan Bahan ................................................................................... 51
3.8.2 Metode Pengumpulan Data ................................................................ 53
3.8.3 Metode Pengolahan Data ................................................................... 53

ii
3.8.4 Pengamatan dan tahap Pengujian ....................................................... 53
3.8.5 Diagram Alir Pengujian ..................................................................... 54
3.8.6 Lay Out Pengujian .............................................................................. 55
3.8.7 Prosedur Pengujian ............................................................................. 56
3.8.8 Tabel Data Dan Analisa .................................................................... 57

BAB IV Pemilihan Model Konstruksi Turbin ...................................................... 58


4.1 Modifikasi Bentuk .................................................................................. 58
4.2 Model Alternatif ..................................................................................... 60
4.3 Menyeleksi Konsep Alternatif ............................................................... 64

BAB V Perencanaan Sudu Turbin Dan Draft Tube .............................................. 69


5.1 Data Perencanaan Turbin ....................................................................... 69
5.2 Aliran Masuk .......................................................................................... 77
5.3 Elbow 450 ................................................................................................ 80
5.4 Draft Tube ............................................................................................... 81
5.5 Propeller Dan Hub .................................................................................. 86
5.6 Bearing .................................................................................................... 91
5.7 Perencanaan Poros .................................................................................. 92
5.8 House Bearing ........................................................................................ 95

BAB VI Perencanaan Pembuatan Turbin ............................................................. 96


6.1 Proses Pemotongan ................................................................................. 96
6.2 Porses Gurdi ............................................................................................ 97
6.3 Proses Pembentukan ............................................................................... 98
6.4 Proses Pengelasan ................................................................................... 98
6.5 Proses Pengelasan Draft Tube ................................................................ 99
6.6 Proses Pengelasan Flange ..................................................................... 100
6.7 Pengelasan Rangka ............................................................................... 101
6.8 Proses Bubut ......................................................................................... 101

iii
6.9 Proses Pinising ...................................................................................... 101
6.10 Proses Pengecoran Hub dan Sudu.........................................................101
6.11 Waktu Total Pengerjaan Turbin ......................................................... 101
6.12 Rancangan Biaya ............................................................................... 101

BAB VII Pengujian Efisiensi Turbin .......................................................... 103


7.1 Data Pengujian ................................................................................... 103
7.2 Hasil Analisa ...................................................................................... 104
7.3 Pembahansan...................................................................................... 107

BAB VIII Penutup ....................................................................................... 109


8.1 Kesimpulan ........................................................................................ 109
8.2 Saran .................................................................................................. 111
Daftar Pustaka
Lampiran 1. Gambar Teknik
2. Photo Alat
3. Photo Sudu
4. Tabel Data

iv
DAFTAR NOTASI

A Luas penampang m2

A Gaya angkat N

B Tinggi sudu m

B Lebar sudu m

C Beban dinamik N

C1 Faktor beban kejut pada bantalan -

Cb Faktor beban lentur -

Cm Kecepatan absolut arah meridian m/s

Di Diameter terdalam dari sudu gerak m

Do Diameter terluar dari sudu gerak m

Ds Diameter Poros m

f Penebalan sudu -

Fa Gaya aksial N

Fef Gaya sentrifugal N

Ff Gaya tangensial N

g Pecepatan grafitasi m/s2

Ixx,Iyy Momen inersia luas mm4

L Panjang sudu gerak m

M Massa sudu gerak kgf

Mp Beban puntir terhadap poros turbin Nm

N Kecepatan Putar sudu Turbin yang diinginkan rpm

nr Kecepatan luar rpm

nq Kecepatan spesifik -

Peff Daya efektif turbin Watt

v
Q Debit air masuk m3/s

Ra Rasio aliran -

Rx Jari-jari sudu segmen ke-x m

S Perbandingan antara diameter luar dan diameter dalam -

t Jarak antara sudu m

U Kecepatan tangensial m/s2

V Volume m3

Ymaks Tebal maksimum m

Yo,Yu Persen panjang kordinat punggung sudu %

Ysch Energi yang tersedia untuk momen di sudu m2/s2

Z Jumlah sudu -

Zu Rugi-rugi gesekan m2/s2


o
α Sudut kontak (Derajat)
o
α Sudut masuk (Derajat)
o
β Sudut yang mengapit kecepatan relatif dengan kec (Derajat)

tangensial

Bilangan keluaran -

a Koefisien gaya angkat -

w Koefisien gaya gesek -

Berat jenis N/m2


o
Sudut luncur (Derajat)

h Efisiensi hidrolik turbin %

u Efesiensi sudu %

Massa jenis fluida kg/m3

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Negara Pengembang Mikrohidro ....................................... 1

Gambar 1.2 Potensi Energi Air Termanfaatkan Indonesia .................... 2

Gambar 13 Potensi Energi Air Indonesia ............................................. 2

Gambar 2.1 Turbin aliran tangensial ..................................................... 7

Gambar 2.2 Model turbin aliran aksial .................................................. 8

Gambar 2.3 Model turbin aliran aksial- radial ...................................... 8

Gambar 2.4 Empat macam runner turbin konvensional........................ 10

Gambar 2.5 Sketsa instalasi uji turbin ................................................... 10

Gambar 2.6 Turbin jenis turbo propeller .............................................. 11

Gambar 2.7. Vertical tabular turbine type ............................................. 11

Gambar 2.8. Horizontal tabular turbine type ......................................... 13

Gambar 2.9 Seketsa turbin propeller ..................................................... 13

Gambar 2.10 Segitiga kecepatan ............................................................. 15

Gambar 2.11 Grafik perbandingan ζa/ζA dengan t/l ................................. 17

Gambar 2.12 Grafik perbandingan ζA dengan ζW ...................................................... 18

Gambar 2.13 Grafik untuk menentukan sudut serang ............................. 19

Gambar 2.14 Axial load thrust ball bearing ................................................. 22

Gambar 2.15 Draft Tube Proft.N.M Gambar ......................................... 22

vii
Gambar 2.16 Tipe Losses pada Turbin Reaksi (a) Efesiensi-Beban ....... 24

Gambar 2.17 Straight Conical Draft tube ............................................... 24

Gambar 2.18 Bell Mouth Draft Tube ....................................................... 25

Gambar 2.19 Curved Draft Tube ............................................................. 25

Gambar 2.20 Longitudinal Cross-Section Of Hydraulic Power Plant .... 25

Gambar 2.21 Prinsip Hidrolik Dari Draft Tube (a) dengan (b) Tanpa ... 27

Gambar 2.22 Grafik Performa Conical Diffuser ..................................... 28

Gamabar.2.23 Diagram Blok..................................................................... 29

Gambar 2.24 Hubungan kelenturan dengan berat jenis .......................... 29

Gambar 2.25 Young Modulus ................................................................. 30

Gambar 2.26 Bagan Hierarki ................................................................... 32

Gambar 3.1 Diagram alir ....................................................................... 43

Gamabar 3.2 Diagram AHP Pemilihan Turbin ....................................... 45

Gambar. 3.3 Diagram alir perancangan sudu ......................................... 48

Gambar. 3.4 Diagram alir perancangan draft tube ................................. 50

Gambar 3.5 Turbin Uji .......................................................................... 51

Gambar 3.6 Spesifikasi Pompa .............................................................. 51

Gambar 3.7 Weirmeter .......................................................................... 52

Gambar 3.8 Neraca Pegas ...................................................................... 52

Gambar 3.9 Presure Gauge .................................................................... 52

Gambar 3.10 Tachometer ........................................................................ 52

viii
Gambar 3.11 Sudu coran yang memiliki aerodinamis ........................... 53

Gambar 3.12 Sudu dari plat 2 mm dengan kelengkungan aerodinamis .. 53

Gambar 3.13 Sudu dari plat 3 mm tanpa kelengkungan aerodinamis ..... 53

Gambar 3.14 Diagram Alir Pengujian .................................................... 55

Gambar 3.15. Lay Out Pengujian ............................................................ 55

Gambarv 4.1. Horizontal tubular turbine.................................................. 58

Gambar 4.2. Vertikal tubular turbin ....................................................... 59

Gambar 4.3. Horizontal Tubular Turbin Model Turbo ......................... 60

Gambar 4.4 Lay Out Turbin Alternatif A ............................................. 61

Gambar 4.5 Lay Out Turbin Alternatif B .............................................. 62

Gambar. 4.6 Lay Out Turbin Alternatif C .............................................. 63

Gambar. 4.7 Diagram Hirarki AHP ....................................................... 64

Gambar 5.1. Bentuk Segi Tiga Kecepatan ............................................ 72

Gambar 5.2. Grafik menentukan nilai  a /  A ........................................ 75

Gambar 5.3 Grafik untuk menentukan profil yang akan digunakan ..... 76

Gambar 5.4 Grafik untuk menentukan sudut serang ............................. 76

Gambar.5.5. Saluran masuk .................................................................... 77

Gambar.5.6. Tegangan pada pipa ........................................................... 77

Gambar.5.7. Hoop tress (Tegangan Tangensial) .................................... 78

Gambar.5.8. Tegangan Radial Saluran masuk ....................................... 79

ix
Gambar 5.9. Diagram Ashby untuk material saluran masuk .................. 80

Gambar.5.10. Elbow 45 ............................................................................ 81

Gambar 5.11. Dimensi conical draft tube ................................................. 82

Gambar 5.12 Conical draft tube .............................................................. 82

Gambar 5.13 Diagram Ashby untuk material Draft tube ........................ 86

Gambar 5.14 Ukuran Diameter Hub dan Propeller ................................ 87

Gambar. 5.15. Gaya gaya yang bekerja pada propeller turbin .................. 87

Gambar 5.16 . Diagram Ashby untuk material propeller .......................... 91

Gambar 5.17. Bantalan Glinding ............................................................ 91

Gambar 5.18 Poros .................................................................................. 93

Gambar 5.19. Diagram Ashby untuk material Poros................................ 94

Gambar 5.20. House Bearing ................................................................... 95

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kecepatan spesifik turbin konvensional ............................ 9

Tabel.2.2 Spesifikasi utama vertical tubular turbine type GD-LZ ... 13

Tabel.2.3 Spec utama horizontal tubular turbine GD-LZ-12-3kW . 13

Tabel 2.4 Faktor koreksi daya yang akan ditransmisikan .................. 20

Tabel 2.5 Prosedur penilaian perbandingan berpasangan dalam AHP 33

Tabel 2.6 Kuisioner matriks.............................................................. 34

Tabel 2.7 Kuisioner matriks............................................................... 35

Tabel 2.8 Ordo Matriks ..................................................................... 35

Tabel 2.9 Ordo Matriks ..................................................................... 36

Tabel 2.10 Bobot Relatif ...................................................................... 36

Tabel 2.11 Eigen faktor ....................................................................... 36

Tabel 2.12 Hantaran Gurdi .................................................................. 39

Tabel.3.1. Spesifications Vertikal Tabular Turbine Type .................. 44

Tabel.3.2. Spesificationsi Vertikal Tabular Turbine Type ................. 44

Tabel.3.3. Data Pengujian ................................................................... 57

Tabel.3.4. Hasil Pembahansan ............................................................ 57

Tabel 4.1. Modifikasi yang akan dikembangkan dari Turbin tipe A .. 58

Tabel 4.2 Modifikasi yang akan dikembangkan dari turbin tipe B ... 59

Tabel 4.3. Modifikasi yang akan dikembangkan dari turbin tipe C ... 60

xi
Tabel 4.4 Matrik Perbandingan Berpasangan .................................... 65

Tabel 4.5 Matrik Penentuan Validasi Bobo...................................... 65

Tabel 4.6 Matrik Penentuan Bobot Efiiensi ...................................... 66

Tabel 4.7 Matrik Penentuan Bobot Daya Yang Di Hasilkan ............ 66

Tabel 4.8 Penentuan Bobot Proses Waktu dan Kemudahan Produksi 66

Tabel 4.9 Matrik Penentuan Bobot Biaya Produksi .......................... 67

Tabel 4.10 Matrik Penentuan Bobot Biaya Perawatan ....................... 67

Tabel 4.11 Rekap hasil Perhitungan Bobot .......................................... 67

Tabel. 6.1 Kecepatan Potong .............................................................. 98

Tabel 6.2. Rancangan sambungan Las TIG dan MIG ........................ 99

Tabel.7.1. Data hasil pengujian ......................................................... 103

Tabel.7.2. Hasil pembahansan .......................................................... 104

Tabel 7.3. Hasil pengujian rata-rata .................................................... 104

xii
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mesin Fluida.

Mesin fluida adalah mesin yang berfungsi untuk merobah energi mekanis poros
menjadi energi potensi

al atau sebaliknya mengubah energi fluida menjadi energi mekanik poros, fluida
yang dimaksud berupa cair, gas dan uap. Mesin fluida didapat dibedakan, mesin
fluida sebagai mesin tenaga di artikan sebagai mesin fluida yang berfungsi
mengubah energi fluida (energi potensial dan energi kinetik) menjadi energi
mekanis poros seperti turbin, kincir air, dan kincir angin. Mesin fluida sebagai
mesin tenaga diartikan mesin yang berfungsi mengubah energi mekanis poros
menjadi energi fluida (energi potensial dan energi kinetik) seperti pompa,
kompresor, kipas (fan).

2.1.1 Jenis Turbin Berdasarkan Aliran Air Masuk Runner.

Berdasaran model aliran air masuk runner, maka turbin air dapat dibagi menjadi
tiga tipe yaitu :

1. Turbin Aliran Tangensial

Pada kelompok turbin ini posisi air masuk runner dengan arah tangensial atau
tegak lurus dengan poros runner mengakibatkan runner berputar, seperti turbin
pelton dan turbin cross-flow,seperti gambar (2.1) dibawah ini.

Gambar 2.1 Turbin Aliran Tangensial [12]

Marfizal / 1120912016 7
2. Turbin Aliran Aksial

Pada turbin ini air masuk runner dan keluar runner sejajar dengan poros runner,
turbin kaplan atau propeler adalah salah satu contoh dari tipe turbin ini seperti
yang terlihat pada gambar (2.2).

Gambar 2.2 Model Turbin Aliran Aksial [12]

3. Turbin Aliran Aksial - Radial

Pada turbin ini air masuk ke dalam runner secara radial dan keluar runner secara
aksial sejajar dengan poros seperti terlihat pada gambar (2.3). turbin francis
adalah termasuk dari jenis turbin ini.

Gambar 2.3 Model Turbin Aliran Aksial-Radial [12]

2.1.2 Berdasarkan Perubahan Momentum Fluida Kerjanya.

Dalam hal ini turbin air dapat dibagi atas dua tipe yaitu :

1. Turbin Impuls.

Semua energi potensial air pada turbin ini dirubah menjadi menjadi energi kinetis
sebelum air masuk/menyentuh sudu-sudu runner oleh alat pengubah yang disebut
nozel. yang termasuk jenis turbin ini antara lain: turbin pelton dan turbin cross-
flow.

Marfizal / 1120912016 8
2. Turbin Reaksi.

Pada turbin reaksi, seluruh energi potensial dari air dirubah menjadi energi kinetis
pada saat air melewati lengkungan sudu-sudu pengarah, dengan demikian putaran
runner disebabkan oleh perubahan momentum oleh air. yang termasuk jenis
turbin reaksi diantaranya: turbin francis, turbin kaplan dan turbin propeller.

2.1.3 Berdasarkan Kecepatan Spesifik (ns)

Yang dimaksud dengan kecepatan spesifik dari suatu turbin ialah kecepatan
putaran runner yang dapat dihasilkan daya effektif 1 BHP untuk setiap tinggi
jatuh 1 meter atau dengan rumus dapat ditulis [12] :

ns = n . Ne 1/2 / Hefs5/4

dimana, Kecepatan spesifik turbin (ns), Kecepatan putaran turbin (n), Tinggi jatuh
effektif (Hefs), daya turbin effektif (Ne).

Setiap turbin air memiliki nilai kecepatan spesifik masing-masing, tabel (2.1)
menjelaskan batasan kecepatan spesifik untuk beberapa turbin kovensional

Tabel 2.1 Kecepatan Spesifik Turbin Konvensional [12]

No Jenis Turbin Kecepatan Spesifik


1. Pelton dan kincir air 10 - 35
2. Francis 60 - 300
3. Cross-Flow 70 - 80
4. Kaplan dan propeller 300 - 1000

2.1.4 Berdasarkan Head dan Debit.

Dalam hal ini pengoperasian turbin air disesuaikan dengan potensi head dan debit
yang seperti gambar (2.4) yaitu :

1. Head yang rendah yaitu dibawah 40 meter tetapi debit air yang besar, maka
turbin kaplan atau propeler cocok digunakan untuk kondisi seperti ini.

Marfizal / 1120912016 9
2. Head yang sedang antara 30 sampai 200 meter dan debit relatif cukup, maka
untuk kondisi seperti ini gunakanlah turbin francis atau cross-flow.
3. Head yang tinggi yakni di atas 200 meter dan debit sedang, maka gunakanlah
turbin impuls jenis Pelton.

Gambar 2.4 Empat Macam Runner Turbin Konvensional [12]

2.2 Perkembangan Teknologi Desain Pembangkit Listrik Tenaga


Mikrohidro.

Adapun beberapa konsep disain yang menjadi acuan dalam penelitian ini yang
akan dijadikan referensi adalah sebagai berikut :

2.2.1 Perkembangan Pembangkit Listrik Turbin Air Jenis Propeler

Pribadyo dan Dailami [5] telah mengembangkan satu unit turbin propeler untuk
PLTMH head rendah (Qd) = 0,07 m3/s, (H) = 3,5 m. Diameter runner 0,30 m,
diameter hub 0,06 m, jumlah sudu 4 buah, daya maksimum 2,53 KW pada
putaran turbin 1828 rpm, tegangan 220-240 volt, instalasi seperti gambar
(2.5).dibawah,.

Gambar 2.5 Sketsa instalasi uji turbin [13]

Marfizal / 1120912016 10
Di cimahi jawa barat Cv Cihanjuang Inti Teknik [14] juga telah mengebangkan
turbin jenis turbo propeler produksi turbin tipe propeler tubular biasanya
digunakan untuk membangkitkan listrik dari aliran air yang memiliki perbedaan
ketinggian (head) sekitar 14 meter dan mampu membangkitkan listrik sebesar 70
kW , seperti gambar (2.6).

Gambar 2.6 Turbin Jenis Turbo Propeler [14]

Namun jenis tipe turbin jenis turbo propeler CV Cihanjuang inti teknik sabuk dan
puli sebagai transmisi sehingga akan terjadi loses yang mengakibat turunnya
efifiensi hidrolik dari turbin yang di pelopori oleh Eddy Permadi.

Teknologi pembangkit listrik turbin air proppeler juga berkembang di Yuan


China, seperti terlihat pada gambar (2.7) dengan spesifikasi pada tabel (2.2)
dengan tipe 3.0kW dengan tipe kaplan tubular turbine verital shaft.

1. Vertikal Tabular Turbine Type

Gambar 2.7 Vertikal Tubular Turbine Type [15]

Marfizal / 1120912016 11
Tabel 2.2 Spesifikasi Vertical Tubular Turbine Type GD-LZ [15]

Main Specifications
Turbine Remarks
Type GD-LZ-12-3KW Vertical Tubular Turbine
Rated Head 11m
Rated Flow 45 l/s
Power 3 kW
Efficiency 60%
Generator Remarks
Type SF3-4 Conforms to the IEC international electrician
committee standard & CE standard
Rated Power 3kW
Rated Voltage 230V
Rated Current 13.04 A
FQCY 50Hz
Rated Rotational 1500r/min
Phase 1
P.F. 0.9

2. Horizontal Tubular Turbine Type


Untuk spesifikasi Horizontal Tubular Turbine Type GD-LZ-12-3kW
ditampilkan pada tabel (2.3). dan gambar (2.8).

Tabel 2.3 Spesifikasi Utama Horizontal Tubular Turbine Type GD-LZ-12-


3kW [16]

Water Head Flow Output Speed Pipe


(m) (cb.m/s) (w) (rpm) (mm)
4 0.136 3000 1000 250
6 0.151 5000 1500 300
7 0.156 6000 1500 300
9 0.161 8000 1500 300
11 0.165 10000 1500 300

Marfizal / 1120912016 12
Gambar.2.8 Horizontal Tubular Turbine Type [16]

2.3 Perhitungan Karakteristik Utama Dari Turbin Jenis Propeler

Karakteristik utama adalah data utama untuk merancang sebuah turbin yang
digunakan untuk menghitung dimensi utama pada sudu turbin. Pada gambar (2.9)
menujukan sketsa turbin propeler yang menunjukan hal-hal utama yang
dibutuhkan dalam perancangan suatu turbin.

Gambar 2.9 Seketsa Turbin Propeler [17]

2.3.1 Menentukan Diameter Luar Sudu Turbin

Menentukan diameter sudu turbin dengan menggunakan persamaan sebagai


berikut:

Hn
De  84,5  (0,79  1,602  n QE )  (1)
60  n

Marfizal / 1120912016 13
2.3.2 Menentukan Diameter Dalam Turbin

Menentukan diameter sudu turbin dengan menggunakan persamaan sebagai


berikut:

 0,951 
Di   0, 25    De (2)
 n QE 

2.3.3 Kavitasi

Kavitasi adalah fenomena perubahan fasa uap dari zat cair yang sedang mengalir,
karena tekanannya berkurang hingga di bawah tekanan uap jenuhnya, pada turbin
air kavitasi berupa gelembung air yang dapat menyebabkan kerusakan pada sudu
turbin. Kavitasi dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut:

patm  p v c24
Hs      Hn (3)
 g 2g

Koefisien kavitasi, dihitung dengan pengujian, namun statistik terkait koefisien


kavitasi dengan kecepatan tertentu. Jadi σ untuk turbin propeller juga dapat
didirikan dengan persamaan berikut:

= 1.5241 x NQE
1,46
x (4)

2.4 Perancangan Sudu Turbin

Untuk perancangan sudu, sudu tidak hanya tergantung pada analisis tegangan,
beberapa faktor lainnya juga mempunyai peran penting, yang paling utama adalah
segitiga kecepatan. Selain itu sudu harus menjadi setipis mungkin untuk
meningkatkan karakteristik kavitasi, segitiga kecepatan juga merupakan faktor
penting dalam mendefinisikan bentuk profil dan distorsi sudu.

2.4.1 Segitiga Kecepatan

Segitiga kecepatan, yang terjadi pada sudu mempunyai peran penting dalam
menentukan kelengkungan sudu, dalam Gambar (2.10) ditunjukkan segitiga
kecepatan.

Marfizal / 1120912016 14
Gambar 2.10 Segitiga kecepatan [17]

Dimana:
U1 = kecepatan tengensial air masuk sudu (m/s)
W1 = kecepatan relatif air masuk sudu (m/s)
C1 = kecepatan mutlak air masuk sudu (m/s)
U2 = kecepatan tengensial air keluar sudu (m/s)
W2 = kecepatan relatif air keluar sudu (m/s)
C2 = kecepatan mutlak air keluar sudu (m/s)
u   n  d (5)
H1  g
c ul 
u (6)
Wu1  Cu1 – u (7)

Marfizal / 1120912016 15
Wu1  Wu 2
Wu  
2 (8)
Q
Wm 
A (9)

W  Wu2  Wm2
(10)
Wu
  arccos
W (11)

2.4.2 Langkah-Langkah Menentukan Dimensi Utama Sudu

Untuk pemahaman yang lebih baik, bagian ini membahas prosedur yang tepat
untuk menentukan dimensi utama dari sudu turbin.

Langkah 1:

Koefisien gaya angkat untuk setiap radius dapat ditentukan dengan persamaan
berikut:

 c 23  c 2 4 
w 2  w   2  g  (p /   Hs  p min /   s x 
2 2

a   2xg 
k  w 2 (12)

Dimana, Patm = Tekanan atmosfer (m), Hs= Tinggi hisapan (m), Pmin= Tekanan
minimal air (m), ηs=Efesiensi energi (m), c3 = Kecepatan keluaran sudu (m/s), c4
=Kecepatan keluaran (m/s), K=Nomor karateristik Profil. Nilai-nilai lain harus
diasumsikan tetapi bisa ditemukan dalam referensi dimana rentang untuk nilai-
nilai yang diberikan ini adalah sebagai berikut, Pmin = 2 - 2,5, ηs= 0,88 - 0,91,
K= 2,6 – 3.

Langkah 2:

Ketika koefisien angkat diketahui, rasio l/t dapat ditetapkan sebagai berikut :

l   g  H cm cos  1
   
t w u sin(180     ) a (13)

Marfizal / 1120912016 16
Dimana, λ = angle of slip , (180-β∞) inflow angle

Dalam persamaan (13), sudut luncur (λ) harus diasumsikan, kisaran untuk asumsi
sudut luncur adalah λ=2,5°÷3°.Dengan menggunakan asumsi ini, perkiraan nilai
rasio l/t dapat dibentuk.

Langkah 3:

Pada langkah 3, nilai timbal balik dari perbandingan l/t harus ditetapkan. Melalui
nilai timbal balik, rasio koefisien gaya angkat ζa/ζA dapat dibaca dalam
mengikuti Gambar (2.11). Menggunakan rasio ini maka koefisien ζA dapat
dibentuk.

Gambar 2.11 Grafik perbandingan ζa/ζA dengan t/l [17]

Langkah 4:

Grafik memberikan informasi tentang hambatan koefisien ζW dari profil yang


berbeda. Berdasarkan grafik pada gambar (2.12) maka kita dapat menentukan
profil sudu yang akan dibuat, profil sudu dapat dipilih berdasarkan tingkat
kesulitan dari bentuk sudu tersebut dan berdasarkan dimensi turbin yang
direncanakan.

Marfizal / 1120912016 17
Gambar 2.12 Grafik perbandingan ζA dengan ζW [17]

Setiap kurva diatas merupakan salah satu profil sudu yang tercantum di samping
grafik. Pertama kita harus menentukan profil yang akan digunakan untuk
pembuatan sudu, koefisien drag profil ini dapat ditentukan dengan menggunakan
grafik (2.12).

Langkah 5:

Dengan persamaan berikut, sudut slip dapat dihitung:

λ = arctan ζ W/ Ζa (14)

Ini harus diperiksa apakah sudut slip yang diasumsikan dan sudut dihitung
tergelincir serupa atau tidak. Jika perbedaannya terlalu besar, prosedur perhitungan
harus dihitung ulang dengan menggunakan sudut slip yang lain dengan persamaan
(14). Langkah 2 sampai 5 harus diulang sampai sudut slip tidak berubah lagi,
sehingga menjadi pertimbangkan untuk memilih profil yang sama pada langkah 4.
Ketika λ sudut adalah tetap, dapat diasumsikan bahwa nilai akhir pada langkah 2
sampai 5 cukup akurat. Dengan demikian rasio l/t dan profil tersebut telah
ditetapkan.

Langkah 6:

Sudut serang (δ) dari profil yang dipilih sekarang dapat dibentuk dengan
menggunakan hasil perhitungan t/l Pada diameter 0.14 m, nilai koefisien lift ζA
begitu tinggi sehingga tidak ditunjukkan dalam gambar (2.13). Dengan demikian,

Marfizal / 1120912016 18
perkembangan lebih lanjut dari kurva digrafik ini harus diasumsikan untuk
mendapatkan koefisien drag dan sudut slip.

Gambar 2.13 Grafik untuk menentukan sudut serang[17]

Untuk mendapatkan sudut yang akurat dari penyimpangan, sudut serang harus
dikurangkan dari sudut luncur (180-β ∞). Hasil ini dapat dilihat pada grafik di
atas.

2.5 Konstruksi Turbin


2.5.1. Perencanaan Poros

Poros merupakan bagian dari elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan
dari penggerak (driver) ke generator. Beban yang diterima poros adalah beban
aksial, berat hub cone dan poros berupa gaya tarik dan gaya tangensial berupa
momen puntir (Mp). Pada poros gaya sentrifugal tidak diproyeksikan karena
besarnya untuk setiap sudu sama dan saling menghilangkan.

2.5.2. Diameter Poros

Dimensi poros yang diizinkan apabila memiliki tegangan geser izin (τa) material
poros yang dipilih lebih besar dari tegangan geser yang dialami poros tersebut (τ).
Tegangan geser izin dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :

B
a 
Sf1  Sf 2 (15)

Marfizal / 1120912016 19
τa = Tegangan geser yang diizinkan (kg/mm2), σb = Kekuatan tarik bahan
poros, Sf1 = faktor keamanan dimana standar, Sf2 = faktor koreksi dimana harga
Sf2 antara 1,3 -3. Tegangan geser yang dialami oleh momen puntir (Mp) dan
diameter poros (ds).

5.1Mp
 (16)
(ds)3

Jika P adalah daya keluaran turbin, maka berbagai macam faktor keamanan
biasanya dapat diambil dalam perencanaan seperti tabel (2.4), sehingga koreksi
pertama dapat diambil kecil. Jika faktor koreksi fc maka daya rencana dihitung
dengan persamaan sebagai berikut :

Pd = fc . P (17)

Dimana, Pd = daya rencana (kW), P = Daya Turbin, fc= faktor koreksi = 0,8 –
1,2.

Tabel 2.4 Faktor koreksi daya yang akan ditransmisikan [17]

Daya yang akan ditransmisikan fc


Daya rata-rata yang diperlukan 1,2 - 2,0
Daya maksimum yang diperlukan 0,8 – 1,2
Daya normal 1,0 – 1,5

Momen Rencana (T) dihitung dengan persamaan :

h
T= 716,2 (18)

T= momen rencana (kg mm), Pd= daya rencana (Hp), N= putaran (rpm), Diameter
poros dapat dihitung dengan persamaan:

1/ 3
 5,1 
ds    K t  C b  T 
 a  (19)

Marfizal / 1120912016 20
Dimana, Ds= Diameter poros (mm), τa=Tegangan geser yang diizinkan (N/mm2),
Kt = faktor koreksi momen puntir, Cb = faktor koreksi beban lentur,T = Torsi
rencana (Nmm), Cb = faktor beban lentur (1.2 s/d 3.0 dan 1.0 tidak mengalami
beban lentur), K1 = faktor impact atau tumbukan (1,0 bila dikenakan secara halus,
1,0 -1,5 jika sedikit kejutan dan 1,5 -3,0 bila impact besar).

2.5.3. Gaya Yang Dialami Poros

Gaya yang bekerja pada poros terdiri dari gaya akibat putaran sudu gerak turbin,
gaya berat poros, serta gaya tumpuan poros.

1. Berat Poros

Volume poros dapat dihitung dengan persamaan :

Vp =( (D1)2 CB ) + ( (D2)2 AC) (20)

Dengan menggunakan massa jenis dan percepatan grafitasi bumi, didapatkan berat
poros sebesar dengan persamaan[14]:

Wp = Vp . ρ poros .g (21)

2. Berat Sudu

Berat sudu pada perancangan adalah jumlah 3 sudu dikalikan dengan percepatan
grafitasi bumi seperti pada persamaan dibawah:

Wsudu = 4 sudu x msudu x g (22)


Jadi total gaya berat (W) = Wp +Wsudu

2.5.4. Pemeriksaan Kekuatan Poros

Tegangan yang mempengaruhi poros adalah tegangan dalam arah normal


tegangan aksial Fd dan momen lentur (Mp) serta tegangan geser.

Fd Fd
  (23)
A (Dp 2 )

Marfizal / 1120912016 21
Setelah didapat gaya poros dilakukan pengujian terhadap tegangan maksimum
hasil pengujian lihat diagram peterson untuk poros bertingkat didapat pada nilai β

2.6 Perancangan Bantalan

Bantalan adalah elemen mesin yang mendukung mesin atau menumpu poros yang
berputar. Bantalan banyak digunakan untuk mesin-mesin berputar dengan arah
axial dan horizontal, bantalan Axial load thrust ball bearing yang mampu
menahan beban aksial.

2.6.1 Axial load thrust ball bearing

Bantalan jenis ini adalah bantalan yang paling bagus untuk menahan beban arah
aksial yang terdiri dari empat bagian utama yaitu: inner ring, outer ring, bola-bola
dan cangkang (cage). Untuk lebih jelasnya bentuk dari bantalan ini dapat kita lihat
pada Gambar (2.14).

Gambar 2.14 Axial load thrust ball bearing[18]

P = C1 (XV1 Fr + Y Fa)

Bila inner ring yang berputar ,maka V1 = 1, Bila outer ring yang berputar, maka
V1 = 1,2, Umur bantalan (L atau L10) dipengaruhi oleh beban (P), putaran (n) dan
beban dinamik (C)

106 C3
L (25)
60  n  p3
Faktor beban C1 = 1,5 – 3,0

Marfizal / 1120912016 22
2.7 Draft Tube

Draft tube adalah suatu komponen akhir lintasan air dari pembangkit listrik tenaga
air. draft tube diperlukan untuk membawa air keluar dari runner turbin menuju
saluran bawah/tail-race. Air buangan tersebut akan bertemu kembali dengan
saluran utama draft tube berperan penting untuk merubah energi kinetik dari
aliran fluida menjadi energi potensial sehingga dapat meningkatkan efisiensi dari
turbin air. Aliran fluida pada draft tube mempengaruhi unjuk kerja sebuah turbin
air. Rancang bangun draft tube yang sesuai akan meningkatkan sebagian dari
head kecepatan pada saat meninggalkan turbin tersebut. Hal ini dapat
meningkatkan energi dan efisiensi suatu turbin. Pemilihan dimensi merupakan
salah satu cara mengoptimalkan draft tube. Oleh karena itu diperlukan analisis
aliran fluida untuk mendapatkan dimensi draft tube yang optimal. Pada turbin air
aliran fluida diteruskan ke runner, didalam runner terjadi kehilangan energi
hingga minimum, aliran yang sampai pada runer mempunyai kecepatan rata-tata
(Vs) dan energi kinetik (Vs2/ 2g), dimana turbin akan kehilangan energi. Apabila
turbin di posisikan diatas tail race, energi potensial yang terjadi sebanding dengan
tingga draft tube (hs). Hal ini akan berlaku untuk semua turbin reaksi.

Hanschel berkebangsaan Jerman (1837), Leinbulon dan Parker dari USA (1840)
serta Joval berkebangsaan Prancis (1841) mengusulkan tabung silinder setelah
runer turbin reaksi. Pada salah satu ujing di posisikan setelah runner dan ujung
yang lain kearah bawah sebelum tail race seperti terlihat gambar (2.15) dibawah.

Gambar 2.15 Draft Tube Proft.N.M [19]

Marfizal / 1120912016 23
Draft tube turbin yang paling sederhana adalah draft tube yang berbentuk
kerucut, hal ini biasanya dirancang vertikal yang mirip dengan kerucut terpotong
atau lebih dikenal dengan kerucut es krim terbalik. Efisiensi turbin reaksi sepeti
gambar (2.16) secara signifikan dipengaruhi oleh kinerja draft tube -nya.
Efesiensi turbin reaksi jika tanpa draft ube berkisar pada 94% sampai 95%
sementara peningkatan terjadi jika turbin menggunakan draft tube yaitu menjadi
96,5% sampai 99%.

Gambar 2.16 Tipe Losses pada Turbin Reaksi (a) Efesiensi-Beban [19]

Pada dasarnya draft tube Terdiri Atas 3 Berdasarkan Sumbu vertikal poros runner
yaitu straight conical draft tube, bell mouth draft tube dan curve (elbow) draft
tube.

2.7.1 Straight Conical Draft Tube

Straight conical draft tube dibatasi pada diameter runner yang kecil sampai
menengah (sampai 2,5 m) karena mempertimbangkan biaya yang besar dari
konstruksi difuser vertikal panjang seperti terlihat pada gambar (2.17).

Gambar 2.17 Straight Conical Draft tube [19]

Marfizal / 1120912016 24
Straight conical draft tube terdiri atas tiga bagian yaitu bagian awal dimulai dari
poros runner blade, cone proper, dan ruangan exhaust. Straight conical draft tube
memiliki perbedaan diameter masukan lebih kecil dari diameter luaran.

2.7.2 Bell Mouth Draft Tube

Pada tahun 1920, bell mouth draft tube atau bend conical draft tube dikembangan
di Amerika Seriakt. Bell mouth draft tube diperlihatkan gambar (2.18) merupakan
tabung lurus yang sesumbu dengan runner namun berbeda dengan straight conical
draft tube yang terbuat dari metal atau beton kuat untuk diameter turbin yang
besar.

Gambar 2.18 Bell Mouth Draft Tube[19]

2.7.3 Curved Draft Tube

Curved draft tube merupakan tipe dasar yang digunakan pada kapasitas turbin
menengah sampai sangat besar. Kaplan merupakan orang yang mengembangkan
elbow draft tube untuk diameter runner yang sangat besar sehingga mencapai 10
meter. Kekurangan utama dari curve draft tube, (gambar 2.19) adalah
performanya sedikit berkurang dari pada straight-conical draft tube khususnya
pada condisi operasi yang tidak optimum.

Gambar 2.19 Curved Draft Tube [11]

Marfizal / 1120912016 25
Curve draf tube memiliki tiga bagian, yaitu initial cone, elbow, dan diffuser akhir.
Initial cone merupakan tabung lurus yang mengubungkan ruang turbin dengan
elbow tube tersebut. Pada elbow, aliran air di belokan dari arah vertical menjadi
arah horizontal. Aliran air dikembalikan ke tail race ( gambar 2.20) oleh diffuser
akhir setalah melewati elbow. Terutama, pada head rendah dan laju aliran yang
cukup tinggi adalah kerugian draft tube cukup besar (hingga 50%), seperti
terlihat pada Gambar (2.20) dibawah

Gambar 2.20 Longitudinal Cross-Section Of Hydraulic Power Plant[19]

Tujuan utamanya adalah untuk memulihkan beberapa energi kinetik (kecepatan)


meninggalkan runner menjadi energi tekanan, apabila tanpa draft tube akanterjadi
kerugian yang sangat signifikan. Oleh karena itu, bentuk utama dari draft tube
pada dasarnya adalah diffuser. Selain itu, memungkinkan untuk menempatkan
turbin di atas saluran pembuang tanpa kehilangan head, dan untuk mengarahkan
aliran ke dalam saluran buang .

2.8 Dasar - Dasar Perancangan Draft Tube

Asabernoulli yang terlihat pada gambar dibawah yaitu pada kondisi 1 dan 2 .

(26)

P = Tekanan Absolut, z = Ketinggian, α = Faktor koresi energi kinetic, v =


Kecepatan, hf = losses hidrolik pada draft tube

Marfizal / 1120912016 26
Tekanan absolut p apada daerah 2 dapat ditunjukkan pada persamaan dengan patm
merupakan tekanan atmosfir. Asumsi bahwa turbin diinstalasi pada ketinggian Hs
yang diperkirakan sama dengan z1, Pers. [1] menjadi :

α α
h . (27)
ρ ρ

Sebuah interprestasi dari persamaan 2 menyatakan bahwa draft tube dapat


mengembalikan daerah yang bertekanan rendah di bawah runner dimanfaat
kembali oleh turbin seperti terlihat pada gambar (2.21). Tekanan rendah tersebut
terdiri atas dua kondisi, yaitu tekakan jatuh statik (Hs) dan tekanan jatuh dinamik..
Tekanan jauh dinamik, nilai jatuh statik selalu bernialai konstan yang meruppakan
jarak antara instalasi turbin terhadap tail race.

Gambar 2.21 Prinsip Hidrolik Dari Draft Tube (a) dengan (b) Tanpa [19]

Efesiensi dari draft tube (diffuser) pada umumnya digambarkan pada empat
performa matrik. Matrik tersebut adalah tekanan pulih (Cp), tekanan pemulihan
ieal (Cpi), efisiensi draft tube (cp) dan factor losses Matrik tersebut digambarkan
pada persmaan,

α (28)
ρ

α α
(29)
α α
2
1 (30)

dengan A adalah luas penampang masuk dan keluar. Efesiensi dari draft tube gat
beragantung pada tekanan pulih. Perangcangan draft tube harus memperhatikan
panjang dari draft tube (L) dan sudut ekspansi dari draft tube. Semakin besar

Marfizal / 1120912016 27
sudut ekspansi draft tube maka semakin kecil tekanan pulih akan terjadi ( )
maka efisiensi draft tube semakin kecil dan apabila terlalu kecil sudut ekspansi
dari draft tube maka semakin tinggi losses antara dinding draft tube dengan laju
aliran (hf) yang akan berpengaruh terhadap efisiensi draft tube. Gambar
memperlihatkan terdapat nilai dan P yang diperoleh dari data Corkrell dan
Markland (1963) yang dipresentasikan dalam grafik oleh Sovran dan Klomp
(1965) [13]. Nilai P merupakan nilai tekanan pulih maksimum untuk
mendapatkan nilai L/D seperti gambar (2.22) dan nilai P merupakan nilai
tekanan pulih maksimum untuk mendapatkan nilai AR (Rasio Area) masukan dan
keluaran dari draft tube.

Gambar 2.22 Grafik Performa Conical Diffuser[19]

2.9 Seleksi Material

Material memiliki keterbatasan daya gunanya. Kita memerlukan suatu cara untuk
dapat menelusuri sifat–sifatma terial yang memang diperlukan dalam mengambil
keputusan sebuah desain. Sifat material dapat ditampilkan dalam sebuah diagram
balok (barchart). Biasanya sebuah komponen mesin mensyaratkan lebih dari satu
sifat material. Artinya komponen tersebut memiliki beberapa kombinasi dari sifat
– sifat material yang diinginkan. Seperti rasio perbandingan sifat kekuatan

Marfizal / 1120912016 28
terhadap berat (stregth to weigth ratioσf / ρ) ataupun rasio perbandingan kekakuan
terhadap berat (stiffnes-to-weigth ratio E / ρ) yang dipersyaratkan pada sebuah
desain komponen yang ringan dan kuat, lihat gambar Gambar (2.23).

Gambar 2.23. Diagram balok konduktifitas panas tiga macam benda padat.[20]

Sifat material dapat ditampilkan seperti pada diagram (2.24). Hubungan antara
young modulus( E) dengan density (ρ) dalam bentuk skala logaritma.

Gambar 2.24. Hubungan kelenturan dengan berat jenis dalam skala logaritma[20]

Diagram di atas adalah sebuah contoh yang sederhana untuk menggambarkan


hubungan antara density (berat jenis) dengan modulus young (kelenturan)
terhadap sifat kecepatan suara pada benda padat yang tergantung pada kedua sifat

Marfizal / 1120912016 29
tersebut. Hubungan antara kedua sifat tersebut dinyatakan sebagai V = ( E / ρ )1/2.
Modulus (kelenturan) dan berat jenis adalah dua sifat yang sangat umum dikenal
masyarakat. Baja adalah kaku, karet adalah kebalikannya. Hal ini adalah efek dari
mudulus (sifat kelenturan). Timah berat tetapi gabus sangat ringan. Ini adalah efek
dari berat jenis. Gambar (2.25). di bawah menyatakan seluruh lingkup dari
young’s modulus dan density untuk material teknik.

Gambar 2.25. Young’s modulus - Density Chart (asbhy diagram) [20]

Masing–masing kelas dikelompokkan dalam kamar–kamar yang berbeda. Densit


dari sebuah benda padat ditentukan oleh tiga faktor yaitu; berat atom, ukuran atom
dan bentuk kemasannya. Ukuran atom tidak begitu banyak memiliki perbedaan,
rata-rata memiliki ukuran 2 x 10-29 m3. Besaran density ditentukan oleh berat
atomnya, mulai dari 1 (atom hidrogen) sampai seberat 238 untuk atom uranium.
Metal sangat padat karena dihuni oleh atom yang berat, atomnya dikemas dalam
bentuk yang padat, berbeda dengan polimer yang susunan atomnya ringan.
Kelunturan (moduli) material tergantung dari dua faktor yaitu kekuatan ikatan dan
density dari ikatannya per unit area. Ikatan atom ibarat sebuat per / pegas (spring).
Spring memiliki sebuah konstanta S (unit N/m) yang dinyatakan dalam rumus
young modulus : E = S/ro Di mana ro adalah ukuran atom yang berarti volume
dari atom tersebut. Berbagai tingkatan kelenturan material disebabkan oleh
besaran nilai ikatannya (S). Ikatan kovalen memiliki sifat yang sangat kaku karena
nilai ikatannya (S) sekitar 20 – 200 N/m sedangkan ikatan ionik dan ikatan
metalik memiliki kekuatan sekitar 15 – 100 N/m. Intan memiliki nilai moduli

Marfizal / 1120912016 30
yang sangat tinggi karena atom karbon yang dikandungnya memiliki ukuran yang
sangat kecil serta ikatannya memiliki nilai S = 200 N/m. Metal juga memiliki nilai
moduli yang tinggi karena dikemas dalam ikatan yang padat dan kuat, walaupun
kekuatan ikatannya masih di bawah intan. Polimer memiliki ikatan hidrogen atau
van der waals dengan nilai S = 0,5 – 2 N/m. Hal inilah yang membuat polimer
mudah dibentuk. Walaupun polimer memiliki ukuran atom yang besar ( 3 x 10-
10) tetapi diikat dengan ikatan yang lemah sekitar S = 0,5 N/m. Bila dihitung
besar kekuatan ikatannya; E = 0,5 / (3 x 10-10) = 1 Gpa .Nilai ini adalah batas
terendah di mana dikatakan material itu berbentuk padat (true solid).

2.10 Metode AHP ( Analytical Hierarchy Process )

Pengambilan keputusan sudah menjadi bagian dalam kehidupan, kadangkala kita


diperhadapkan pada dua atau lebih pilihan, atau pilihan mudah hingga yang paling
sulit. Pada pengambilan keputusan yang melibatkan susutu sistem (sederhana atau
kompleks) atau keputusan yang sifatya menentukan perjalanan perusahaan /
organisasi bahkan negara maka keputusan tentu akan sulit jika hanya
mengandalkan intuisi, sehingga pengambilan keputusan dilakukan setelah suatu
melalui proses tertentu. Kemungkinan anda sudah pernah mendengar AHP atau
Analytic Hierarchy Process. AHP merupakan salah satu alat bantu (proses) dalam
pengambilan keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L Saaty [13] pada
tahuh 70an.

1. Prosedur AHP

Terdapat tiga prinsip utama dalam pemecahan masalah dalam AHP menurut
Saaty, yaitu: Decompositiot, Comparative Judgement, dan Logical Concistency.
Secara garis besar prosedur AHP meliputi tahapan sebagai berikut:
1) Dekomposisi masalah;
2) Penilaian/pembobotan untuk membandingkan elemen-elemen;
3) Penyusunan matriks dan Uji consistensi;
4) Penetapan prioritas pada masing-masing hirarki;
5) Sistesis dari prioritas; dan
6) Pengambilan/penetapan keputusan.

Marfizal / 1120912016 31
2. Dekomposisis Masalah / Menyusun Hirarki

Dekomposisi masalah adalah langkah dimana suatu tujuan (Goal) yang telah
itetapkan selanjutnya diuraikan secara sistematis kedalam struktur yang menyusun
rangkaian sistem hingga tujuan dapat dicapai secara rasional. Suatu tujuan (goal)
yang utuh, didekomposisi (dipecahkan) kedalam unsur penyusunnya. Apabila
unsur tersebut merupakan kriteria yang dipilih seyogyanya mencakup semua
aspek penting terkait dengan tujuan yang ingin dicapai. Namun kita harus tetap
mempertimbangkan agar kriteria yang dipulih benar-benar mempunyai makna
bagi pengambilan keputusan dan tidak mempunyai makna atau pengertian yang
yang sama, shingga walaupun kriteria pilihan hanya sedikit namun mempunyai
makna yang besar terhadap tujuan yang ingin dicapai. Setelah kriteria ditetapkan,
selanjutnya adalah menentukan alternatif atau pilihan penyelesaian masalah.
Sehingga apabila digambarkan kedalam bentuk bagan hierarki seperti ditunjukkan
pada Gambar (2.26).

Gambar 2.26. Bagan Hierarki [21]

Hirarki utama (Hirarki I) adalah tujuan dicapai atau penyelesaian persoalah /


masalah yang dikaji. Hierarki kedua (Hirarki II) adalah kriteria, kriteria apa saja
yang harus dipenuhi oleh semua alternatif (penyelesaian) agar layak untuk
menjadi pilihan yang paling ideal, dan Hirarki III adalah alternatif aatau pilihan
penyelesaian masalah.

Marfizal / 1120912016 32
3. Penilaian / Pembandingan Elemen

Dekomposisi telah selasai dan hirarki telah tersusun dengan baik. Selanjutnya
lakukan penilaian perbandingan berpasangan (pembobotan) pada tiap hirarki
berdasarkan tingkat kepentingan relatifnya. Perbandingan dilakkukan pada Hirarki
III (antara alternatif), dan pada Hirarki II (antara kriteria). Penilaian atau
pembobotan pada Hirarki III, membandingkan nilai atau karakter pilihan
berdasarkan tiap kriteria yang ada. Misalnya antara pilihan 1 dan pilihan 2, pada
kriteria 1, lebih penting pilihan 1, selanjutnya antara pilihan 1 dan pilihan 3, lebih
penting pilihan 3 dan seterusnya hingga semua pilihan akan dibandingkan satu-
persatu (berpasangan) tabel (2.5). Hasil dari penilaian adalah nilai/bobot yang
merupakan karakter dari masing-masing alternatif.Penilaian atau pembobotan
pada Hierarki II, dimaksudkan untuk membandingkan nilai pada masing-masing
kriteria guna mencapai tujuan. Prosedur penilaian perbandingan berpasangan
dalam AHP, mengacu pada skor penilaian yang telah dikembangkan oleh Thomas
L Saaty, sebagai berikut:
Tabel 2.5 Prosedur penilaian perbandingan berpasangan dalam AHP [21]

Dalam pembobotan tingkat kepentingan atau penilaian perbandingan berpasangan


ini berlaku hukum aksioma reciprocal, artinya apabila suatu elemen A dinilai
lebih esensial (5) dibandingkan dengan elemen B, maka B lebih esensial 1/5
dibandingakan dengan elemen A. Apabila elemen A sama pentingnya dengan B
maka masing-masing bernilai = 1. Dalam pengambilan data, misalnya dengan
menggunakan kuisioner, prosedur perbandingan berganda dapat dilakukan dengan
menggunakan kuisioner berupa matriks atau semantik difrensial seperti tabel
(2.6).

Marfizal / 1120912016 33
Tabel 2.6 Kuisioner matriks

Banyaknya sell yang harus diisi adalah n (n-1) / 2 karena matriks reciprocal
elemen diagonalnya bernilai = 1.

3 Penyusunan Matriks dan Uji Konsistensi

Apabila proses pembobotan atau “pengisian kuisioner” telah selesai, langkah


selanjutnya dalah penyusunan matriks berpasangan untuk melakukan normalisasi
bobot tingkat kepentingan pada tiap-tiap elemen pada hirarkinya masing-masing.

Langkah pertama: adalah menyatukan pendapat dari beberapa kuisioner, jika


kuisioner diisi oleh pakar, maka kita akan menyatukan pendapat para pakar
kedangan menggunakan persamaan rata-rata geometri[21]:
(31)

Langkah kedua: menyusun matriks perbandingan, seperti terihat pada tabel (2.7)
sebagai berikut:

Marfizal / 1120912016 34
Tabel 2.7 Kuisioner matriks [21]
Kriteria /
1 2 3 N
Alternatif
1 1 GM12 GM13 GM1n
2 GM21 1 GM23 GM2n
3 GM31 GM32 1 GM3n
n GMn1 GMn2 GMn3 1

Sebelum melangkah lebh jauh ketahapan iterasi untuk penetapan prioritas pada
pilihan alternatif atau penetapan tingkat kepentingan kriteria, maka sebelumnya
dilakukan terlebih dahulu uji konsistensi. Uji konsistensi dilakukan pada masing
kuisioner/pakar yang menilai atau memberikan pembobotan. Kuisioner atau pakar
yang tidak memenuhi syarat konsisten dapat dianulir atau dipending untuk
perbaikan. Prinsip dasar pada uji konsistensi ini adalah apabila A lebih penting
dari B, kemudian B lebih penting dari C, maka tidak mungkin C lebih penting dari
A. Tolak ukur yang digunakan adalah CI (Consistency Index) berbanding RI
(Ratio Index) atau CR (Consistency Ratio). Ratio Indeks(RI) yang umum
digunakan untuk setiap ordo matriks tabel (2.8) berikut:

Tabel 2.8 Ratio Indeks [21]


Urutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Matriks
RI 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49

Langkah ketiga: uji konsistensi terlebih dahulu dilakukan dengan menyusun


tingkat kepentingan relatif pada masing-masing kriteria atau alternatif yang
dinyatakan sebagai bobot relatif ternormalisasi (normalized relative weight).
Bobot relatif yang dinormalkan ini merupakan suatu bobot nilai relatif untuk
masing-masing elemen pada setiap kolom yang dibandingkan dengan jumlah
masing-masing elemen, lihat tabel 2.9:

Marfizal / 1120912016 35
Tabel 2.9 Ordo Matriks [21]
Kriteria /
1 2 3 N
Alternatif
1 1 GM12 GM13 GM1n
2 GM21 1 GM23 GM2n
3 GM31 GM32 1 GM3n
N GMn1 GMn2 GMn3 1
∑ GM11-n1 GM12-n2 GM13-n3 GM1n-ni

Maka bobot relatif ternormalisasi seperti terlihat pada tabel (2 .10)adalah:


Tabel 2.10 Bobot Relatif [21]
Kriteria /
1 2 3 N
Alternatif
1 1/ GM11-n1 GM12 / GM12-n2 GM13 / GM13-n3 GM1n / GM13-n3
2 GM21 / GM11-n1 1/ GM12-n2 GM12 / GM11-n1 GM2n / GM13-n3
3 GM31 / GM11-n1 GM32 / GM12-n2 1GM13-n3 GM3n / GM13-n3
N GMn1 / GM11-n1 GMn2 / GM12-n2 GMn3 / GM13-n3 1/GM13-n3

Selanjutnya dapat dihitung Eigen faktor hasil normalisasi (tabel 2.11) dengan
merata-ratakan penjumlahan tiap baris pada matriks di atas.
Tabel 2.11 Eigen faktor [21]
Kriteria / Eigen
1 2 3 N
Alternatif Faktor Utama
1 1/ GM11-n1 GM12 / GM12-n2 GM13 / GM13-n3 GM1n / GM13-n3 Rerata row 1/4
2 GM21 / GM11-n1 1/ GM12-n2 GM12 / GM11-n1 GM2n / GM13-n3 Rerata row 2/4
3 GM31 / GM11-n1 GM32 / GM12-n2 1GM13-n3 GM3n / GM13-n3 Rerata row 3/4
n GMn1 / GM11-n1 GMn2 / GM12-n2 GMn3 / GM13-n3 1/GM13-n3 Rerata row n/4

Selanjutnya tentukan nilai CI (consistency Index) dengan persamaan:

(32)

Marfizal / 1120912016 36
Dimana CI adalah indeks konsistensi dan Lambda maksimum adalah nilai eigen
terbesar dari matriks berordo n. Nilai eigen terbesar adalah jumlah hasil kali
perkalian jumlah kolom dengan eigen vaktor utaman. Sehingga dapat diperoleh
dengan persamaan:

(33)

Setelah memperoleh nilai lambda maksismum selanjutnya dapoat ditentukan nilai


CI. Apabila nilai CI bernilai nol (0) berarti matriks konsisten. Jika nilai CI yag
diperoleh lebih besar dari 0 (CI>0) selanjutnya diuji batas ketidak konsistenan
yang diterapkan oleh Saaty. Pengujian diukur dengan menggunakan Consistency
Ratio (CR), yaitu nilai indeks, atau perbandingan antara CI dan RI:

(34)

Nilai RI yang digunakan sesuai denan ordo n matriks. Apabila CR matriks lebih
kecil 10% (0,1) berarti bahwa ketidak konsistenan pendapat masing dianggap
dapat diterima.

4 Penetapan prioritas pada masing-masing hirarki

Penetapan prioritas pada tiap-tiap hierarki dilakukan melalui proses Iterasi


(perkalian matriks). Langkah pertama yang dilakukan adalah merubah bentuk
fraksi nilai-nilai pembiobotan kedalam bentuk desimal. Mengkuadratkan matriks
1 (jumlah baris x kolom) (Iterasi I).Selanjutnya jumlahkan angka dalam matriks
menurut barisnya. Langkah berikutnya adalah pengolahan bentuk Matriks 2
dengan jalan sama dengan Matriks 1 (Iterasi II), kemudian jumlahkan kembali
hasil perkalian silang matriks berdasarkan baris. Selanjutnya dihitung selisih
antara vektor Matriks 1 dan 2 dalam Iterasi II Lekukan kembali iterasi untuk
Matriks 3. Langkah ini diulang, hingga nilai selisih antar iterasi tidak mengalami
perubahan (=0), nilai iterasi yang diperoleh tersebut selanjutan menjadi urutan
prioritas. Metode yang sama diteruskan pada tingkatan hierarki selanjutnya, atau
pilihan-pilihan alternatif.

Marfizal / 1120912016 37
5 Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dilakukan dengan mengakumulasi nilai/ bobot global yang


merupakan nilai sensitivitas masing-masing elemen. Kesimpulan utamanya adalah
aspek kekuatan perlu diperhatikan karena merupakan prioritas utama.

2.11.Perencanan Proses Manufaktur


1. Proses Pemotongan

Waktu potong Body Draft Tube (tp1)

tp = Waktu potong (menit), L = Panjang pemotongan (mm/menit), v = kecepatan


potong (mm/menit)

2. Proses gurdi
 Kecepatan Potong Penggurdian

kecepatan keliling dari penggurdi nya, secara matematis ditulis sebagai


berikut [14] :

dN  m 
Cs  (35)
1000  menit 

dengan: d = diameter benda kerja (mm), N = Putaran Mesin.

 Hantaran Penggurdi

Hantaran penggurdi dinyatakan dalam mm putaran  . Secara umum,


 
untuk operasi penggurdian, lebih tebal geram yang dipotong, maka akan
lebih efisien. Agar waktu pemesinan lebih cepat, maka dianjurkan

Marfizal / 1120912016 38
menyetel hantaran yang lebih dalam, bukan nya meningkatkan kecepatan
potong nya, karena hal ini justru dapat menurunkan umur pahat. Berikut
ini dapat dilihat tabel (2.12) yang di anjurkan untuk proses penggurdian.

Tabel 2.12 Hantaran Gurdi [22]

Diameter benda Hantaran


kerja (mm) (mm/putaran)
3,3 0,03  0,05
3,2  6,4 0,05  0,10
6,4  12,7 0,10  0,18
12,7  25,4 0,18  0,38
 25,4 0,38  0,64

 Ukuran Lubang Yang di Gurdi

Biasanya penggurdi dengan dua galur akan menggurdi dengan sedikit


kelebihan ukuran. Sebagai contoh, untuk diameter penggurdi antara (3,2 
25) mm, dapat dihitung [22]:

Kelebihan ukuran rata-rata = 0,05 + 0,13 D

Kelebihan ukuran maksimum = 0,13 + 0,13 D

Kelebihan ukuran minimum = 0,03 + 0,08 D

dengan D = diameter nominal penggurdi (mm).

3. Proses Bubut
 Kecepatan Potong
keceptan potong; C S biasanya sudah tertera di text book, namun ada
baiknya lebih diperjelas lagi cara menghitungnya, yakni:

 .D.n  m 
CS =  menit  atau n 
1000 C s
rpm
1000    D
(36)

Marfizal / 1120912016 39
dengan D = diameter benda kerja mm n = putaran mesin rpm

 Kecepatan makan (v f )
v f= f .n; mm / menit (37)
f = gerak makan (mm/putaran)
n = putaran poros utama (putaran/menit)

 Waktu pemotongan
(38)

tc = Waktu potong (menit), Lc=Panjang pemotongan (mm/menit), vf = kecepatan


potong (mm/menit)

4. Perencanaan Pengelasan
Daya yang dihasilkan dalam pengelasan busur didefinisikan dengan
persamaan :
HRw = f1 f2 I E = Um Aw v (39)
dimana :
E = tegangan, V; I = arus, A;
HRw = laju pembentukan panas pada las-an (rate of heat generation at the
weld), Watt atau Joule/sec. atau Btu/sec. Catatan : 1 Btu = 1055 J, Um =
energi peleburan logam (melting enrgy for metal), Btu/in3.
Aw=luarpermukaan las-an, mm2 atau in2 v=kecepatan gerak pengelasan,
mm/sec. atau in/min. Laju volume pengelasan logam (volume rate of metal
welded, MVR), dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
MVR = HRw / Um , in.3/sec. (40)

2.12 Perencanaan Biaya

Rancangan biaya berfungsi untuk mengetahui harga jual dari produk yang telah di
produksi. Rancangan biaya dapat di peroleh dengan persamaan :

Cu=Cm + Cp + Cplan + ∑Cp (Rp/ Produk) (41)

Marfizal / 1120912016 40
Cm merupakan harga bahan baku yang di pengaruhi oleh dua faktor faktor
langsung (Cmi) dan tak langsung (Cmo). Cmi adalah harga material sedangkan
Cmo biaya penyimpanan dan suku bunga, Cplan merupakan rancangan biaya
persiapan produksi, Cp adalah biaya produksi, Cm= Cmi + Cmo

2.13 Effisiensi Turbin

Secara umum, istilah efisiensi didefinisikan sebagai rasio kerja terhadap energi,
Effisiensi turbin adalah merupakan perbandingan antara input (daya hydrolik)
dengan daya out put (daya poros), seperti diperlihatka persamaan berikut [23] :

1. Daya hidrolik :
(42)

2. Daya poros :
(43)

3. Effisiensi:
(44)

Marfizal / 1120912016 41
BAB III

METODOLOGI

Merupakan suatau proses awal dalam rangka merealiasasikan suatu produk yang
dibutuhkan oleh masyarakat sebagai sarana mempermudah pekerjaannya. Proses
perancangan terdiri dari serangkaian kegiatan yang berturutan. Oleh kerena itu
proses perancangan harus mencakup seluruh kegiatan.

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilakukan selama 6 bulan dimulai dari bulan April 2015 s/d Oktober
2015, di Laboratorium Konversi Energi Teknik Mesin, Universitas Andalas
Padang.

3.2 Diagram Alir


Penelitian dilakukan dalam beberapa tahapan yang berurutan seperti pada gambar
(3.1) .
Mulai

Study Literatur, Observasi


Rumusan Masalah

Pemilihan Model Rumah Turbin Model turbin propeller


(Metode AHP) head rendah

Perancangan Sudu: Dimensi rumah turbin,


 Tinggi Jatuh Air (Head) =,5m sudu, dan draft tube
 Debit air = 0,11 m3/s
model turbin
propeller head rendah

Marfizal / 1120912016 42
A
Gambar 2 dimensi hasil desain
yang terdiri dari rumah turbin,
Pembuatan Gambar Teknik sudu, draft tube , poros,
bantalan

Lama pengerjan dan biaya


Perencanaan Pembuatan Turbin produksi turbin propeller head
rendah

Pengujian : Data hasil pengujian


Turbin propeller head rendah
2 sudu berpenampang persegi dengan 2 sudu berpenampang persegi
ketebalan 3 mm dan 2 mm dengan dengan ketebalan 3 mm dan 2 mm
kelengkungan dan 1 berpenampang dengan kelengkungan dan 1
aerodinamis berpenampang aerodinamis

Pengolahan dan Analisa Data Efisiensi Turbin


Turbin propeller head rendah
2 sudu berpenampang persegi
dengan ketebalan 3 mm dan 2 mm
Kesimpulan & Saran dengan kelengkungan dan 1
berpenampang aerodinamis

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian (flowchart)

3.3 Tahapan Pelaksanaan


1 Studi Literatur

Studi literatur adalah tahapan awal mencari permasalahan melaluhi jurnal-jurnal


maupun buku-buku sebagai referensi. Tahap berikutnya observasi tentang bentuk
bentuk turbin propeler yang ada di pasaran, serta survei lokasi untuk untuk
mendapat kan head dan debit yang di inginkan.

Marfizal / 1120912016 43
2 Observasi

Survei dilakukan terhadap turbin rendah yang ada di pasaran yang berjenis
propeller head rendah seperti tabel (3.1) dan tabel (3.2) di bawah ini.

Tabel.3.1. Spesificationsi Vertikal Tabular Turbine Type

Main Specifications
Turbine Remarks
Type GD-LZ-12-3KW Vertical Tubular Turbine
Rated Head 11m
Rated Flow 45 l/s
Power 3 KW
Efficiency 60%
Generator Remarks
Type SF3-4 Conforms to the IEC international electrician committee
standard & CE standard
Rated Power 3KW
Rated Voltage 230V
Rated Current 13.04 A
FQCY 50Hz
Rated Rotational 1500r/min
Phase 1
P.F. 0.9

Tabel.3.2. Spesificationsi Vertikal Tabular Turbine Type

Water
Flow Output Speed Pipe
Head
(cb.m/s) (w) (rpm) (mm)
(m)
4 0.136 3000 1000 250
6 0.151 5000 1500 300
7 0.156 6000 1500 300
9 0.161 8000 1500 300
11 0.165 10000 1500 300

Marfizal / 1120912016 44
3.4 Pemilihan Bentuk Turbin
Pemilihan model rumah turbin adalah dengan pengembangan dari 3 jenis turbin
propeller head rendah yang ada dipasaran sebagai referensi menjadi 3 jenis trubin
propeller alternatif. Tiga turbin alternatif akan dipilih satu jenis turbin menjadi
prototipe. Metode yang digunakan untuk memilih jenis turbin yang di jadikan
prototipe adalah menggunakan metoda AHP (Analytical Hierarchy Process). ada
5 aspek yang menjadi pertimbangan untuk memilih turbin yang akan di disain
yaitu, effiiensi, daya yang di hasilkan, biaya produksi, waktu dan kemudahan
produksi, perawatan. Strurktur hirarki pada proses AHP ini terlihat pada gambar
(3.2) dibawah.

Pemilhan Jenis Turbin

Waktu Dan
Daya yang Biaya Kemudahan
Efisiensi dihasilkan Produksi Produksi Perawatan
Alternatif A Alternatif A Alternatif A Alternatif A Alternatif A
Alternatif B Alternatif B Alternatif B Alternatif B Alternatif B
Alternatif C Alternatif C Alternatif C Alternatif C Alternatif C

Gambar 3.2 Diagram AHP Pemilihan Turbin.

3.5 Perancangan Sudu Turbin, Rumah Turbin dan Darft Tube Turbin
Propeler Head Rendah.
Data ini merupakan data awal dalam mendesain turbin propeler head rendah yang
akan yang membantu untuk mendapatkan atau menghitung dimensi yang terdiri
dari diameter dalam sudu, diameter luar sudu, sudut kelengkungan sudu, Jumlah
sudu turbin, yang mana dimensi ini akan menentukan bentuk dan besar dan
kecilnya turbin propeler. Serta adanya pemilihan material yang menggunakan
diagram asbhy berdasarkan tegangan yang terjadi pada komponen yang didesain,

Marfizal / 1120912016 45
untuk tinggi air jatuh 5 m dan debit aliran 0,11m3/s adapun metode perancangan
nya seperti gambar (3.3) dan gambar (3.4) berikut :

1. Diagram alir perancangan sudu :

Mulai

Data Perencanaan
 Tinggi Jatuh Air (Head) =,5m
 Debit air = 0,11 m3/s

Daya Turbin

Kecepatan Spesifik (nQE)

Kecepatan Putar (n)

Putaran Maksimal (n max)


nmax= 3,2 x n

Diameter Terluar Sudu (De).


De  84.5  0.79  1.602  nQE 
Hn
60  n

Marfizal / 1120912016 46
A

Diameter Hub (Di)


 0,095 
Di   0,25  x De
 nQE 

Segitiga Kecepatan
u   n  d

H1  g
c ul 
u
Wu1  Wu 2
Wu  
2

Koefisien gaya angkat

 c2  c2 4 
w 2 2  w 2  2  g  (p /   Hs  p min /   s x  3 
a   2xg 
k  w 2

rasio l/t
l   g  H cm cos  1
   
t w u sin(180     ) a

Sudut Slip
λ = arctan ζ W/ Ζa

Sudut Serang
Grafik untuk menentukan
sudut serang

Marfizal / 1120912016 47
B

Gaya Tangensial

Gaya Dalam Arah Aksial


Fa  g  Hn  Ab
Titik Berat
Momen Hydrolik Sudu

Kecepatan Kritis

a
c

Tegangan Yang Terjadi Pada Sudu


Pemilihan Material
(diagram asbhy)

Selesai

Gambar. 3.3 Diagram Alir Perancangan Sudu

Marfizal / 1120912016 48
2. Diagram Alir Perancangan Draft Tube

Mulai

Data Perencanaan :
Diameter Impeler (150 mm)

Diameter aliran masuk draft tube

D in = Diameter Impeler (150 mm)

Diameter aliran keluar draft tube

D out = 2 x Diameter Impeler (150 mm)

Tinggi Draft Tube

Draft Tube Head Loses

Marfizal / 1120912016 49
A

Pemulihan Head (Head Recovery)

Effisiensi Draft Tube

Material Draft Tube


(asbhy diaagram)

Selesai

Gambar. 3.4 Diagram Alir Perancangan Draft Tube

3. Perancangan Saluran Masuk


Untuk saluran masuk tidak dibuatkan diagram alir karena diameter rumah
turbin berbentuk tabung dan terbuat dari pipa sehingga diameter pipa
untuk rumah turbin mengikuti diameter sudu sedangankan material yang
dipakai untuk rumah turbin dihitung berdasarkan tekanan kerja yang
terjadi didalam pipa.

3.6 Pembuatan Gambar Teknik


Pada tahap ini adalah rancangan produk tersebut dapat dituangkan dalam bentuk
gambar tradisional diatas kertas (2 dimensi) atau gambar dalam bentuk modern
yaitu informasi digital berupa gambar semua elemen produk lengkap dengan

Marfizal / 1120912016 50
geometrinya, dimensinya, material, gambar susunan komponen (assembly),
gambar susunan produk yang sangat membantu proses manufaktur (Terlampir).

3.7 Perencanaan Pembuatan Turbin


Proses perencanaan pembuatan turbin yang kegiatan nya terdiri dari menghitung
waktu pengerjaan proses bubut, proses gurdi, pengelasan, proses pembentukan
dan finishing dan rancangan biaya untuk mengetahui harga jual dari turbin yang
telah di produksi.

3.8 Perencanaan Pengujian


Pengujian ini dilakukan di Labor Konversi Energi Teknik Mesin Universitas
Andalas sebagai pengganti energi potensial digunakan pompa untuk memberikan
tekanan pada propeler.

3.8.1 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang di gunakan dalam pengujian ini antara lain :
1. Satu unit turbin propeler hasil desain seperti terlihat pada gambar (3.5).

Gambar 3.5 Turbin Uji`

2. Satu unit pompa sebagai sumber energi tekan untuk menggerakan propeler
dengan merek hitachi Q= 1.25 m3/s ,daya 3,7 kW dengan head 13 m pada
gambar (3.6)

Gambar 3.6 Spesifikasi Pompa

Marfizal / 1120912016 51
3. Weir meter berfungsi untuk menentukan debit dan laju aliran fluida yang
mengalir ke saluran masuk turbin seperti pada gambar (3.7).

Gambar 3.7 Weirmeter

4. Neraca pegas berfungi untuk mengukur torsi yang terjadi pada poros turbin
melalui pembebanan yang diberikan pada poros turbin, terlihat pada gambar
(3.8)

Gambar 3.8. Neraca Pegas

5. Presure gauge untuk mengukur tekanan keluar pompa dan tekanan fluida
masuk pompa pada gambar (3.9).

Gambar 3.9. Presure Gauge


6. Tachometer untuk mengukur putaran yang terjadi pada poros turbin, pada
gambar (3.5)

Gambar 3.10. Tachometer

Marfizal / 1120912016 52
7. Sudu yang akan di uji seperti terlihat gambar (3.11), (3.12), (3.13) dibawah
ini.

Gambar 3.11 Sudu Coran Yang Memiliki Aerodinamis,

Gambar 3.12 Sudu Dari Plat 2 mm Dengan Kelengkungan

Gambar 3.13 Sudu Dari Plat 3 Mm Tanpa Kelengkungan

3.8.2 Metode Pengumpulan Data


Data yang dipergunakan dalam pengujian ini merupakan data yang diperoleh
langsung dari pengukuran dn pembacaan pada alat ukur pengujian

3.8.3 Metode Pengolahan data


Data yang diperoleh diolah kedalam rumus empiris, kemudian data dari
perhitungan disajikan dalam bentuk tabulasi dan grafik.

3.8.4 Pengamatan Dan Tahap Pengujian


Pada pengujian ini yang akan diamati adalah :
1. Parameter debit aliran ( Q ).
2. Parameter putaran poros turbin (rpm).

Marfizal / 1120912016 53
3. Parameter beban (kg) yang diberikan poros turbin.
4. Parameter daya hidrolik turbin, daya poros serta effisiensi turbin.
5. Parameter tekanan masuk (P)
3.8.5 Diagram Alir Pengujian
Tahap pengujian gambar (3.14) dengan diagram alir sebagai berikut:

Mulai

Studi Pustka

Persiapan Alat Uji Turbin

Pemeriksaan Dan Pengesetan Alat Uji Turbin

Kondisi Alat
Uji

Validasi Alat Ukur

Persiapan Pengujian

Pemasangan Pemasangan Pemasangan


Sensor Putaran Presure Gauge Weirmeter

Pelaksanaan Pengujian dan


Pengambilan Data

Marfizal / 1120912016 54
A

Pengujian Pengujian Pengujian


sudu Berpenampang sudu Berpenampang sudu Berpenampang
Aerodinamis Persegi Dengan Persegi Tanpa
Kelengkungan Kelengkungan

Pengujian Pengujian
Dengan Variasi Dengan Variasi
Head Debit

Pengolahan Data dan


Pembahasan

Selesai

Gambar 3.14 Diagram Alir Pengujian (flowchart)

3.8.6 Lay Out Pengujian


Agar mudah dalam pengujian dan pengambilan data perlu di buatkan
gamabar lay out seperti gambar (3.15) berikut ini.

Gambar 3.15. Lay Out Pengujian

Marfizal / 1120912016 55
3.8.7 Prosedur Pengujian
Untuk mendapatkan data yang akurat perlunya kita melakukan pengujian sesuai
prosedur seperti langkah-langkah berikut :
1. Persiapakan alat dan bahan yang di pergunakan dalam pengujian dalam
keadaan baik
2. Pastikan bak reservoir terisi dengan air sampai penuh
3. Pastikan bak weir terisi penuh sampai takikan weir paling bawah
4. Sebelum pompa di hidupkan pastikan katup saluran by pass dan saluran
masuk turbin dalam keadaan terbuka penuh.
5. Pasang neraca masa pada poros turbin.
6. Catat skala terendah yang terbaca pada weirmeter sebelum pompa dihidupkan
yang merupakan titik nol weirmeter
7. Hidupkan pompa biarkan bersikulasi sampai tinggi air terbaca oleh weirmeter
konstan (tidak terjadi kenaikan)
8. Baca dan catat pada tabel data putran, tekanan keluar pompa, tekan aliran
masuk turbin, tinggi air pada weirmeter.
9. Lakukan pembebanan pada neraca massa yang terpasang pada poros turbin
dan berikan pembeban sampai poros tidak berputar kemudian catat massa
pembebanan yang terbaca oleh neraca massa.
10. Setelah semua data di dapatkan matikan pompa, biarkan ketinggian air pada
weir meter kembali ketitik seperti langkah ke 6 (enam) ukan pengujian
11. Ulangi lankah ke 7 sampai langkah ke 9 dengan memvariasikan head dan
debit aliran
12. Selesai melakukan bersih alat dan bersihkan tempat pengujian, pengujian
selesai dilakukan

Marfizal / 1120912016 56
3.8.8 Tabel Data Dan Analisa Data
Dalam proses pengambilan data diperlukan tabel data pengujian serta tabel
data hasil analisa data sepeti terlihat tabel 3.4 dan tabel 3.5 dibawah ini.

Tabel.3.4. Tabel Data Pengujian


variasi
bukaan put. presure presure head h weir beban gaya radius
katup (rpm) in (bar) in (pa) (m) (cm) (kg) (n) (m)
by pass
4/4
¾
2/4
¼

Tabel.3.5. Hasil Pembahansan

Variasi
P Laju E P
Tutup 2 3 Torsi
(N/m ) (kg/m ) Aliran H Tot poros Eff
Katup By 2
(m /s )
2 (N.M)
(kg/s) al (Watt)
Pass 2 2
(m /s )
¼
2/4
¾
¾

Marfizal / 1120912016 57
BAB IV
PEMILIHAN MODEL KONSTRUKSI TURBIN

4.1 Modifikasi Bentuk


Ada tiga macam turbin propeler yang dijadikan sebagai referensi. Adapun tipe
tersebut horizontal tabular turbine type dinamakan dengan tipe A (tabel 4.1) dan
gambar (4.1), turbin vertikal tabular turbine type dinamakan dengan tipe B (tabel
4.2) dan gambar (4.2), turbo propeller turbine dinamakan dengan tipe C (tabel
4.3) dan gambar (4.3). Adapun modifikasi yang akan dikembang dari ketiga tipe
tersebut menjadi model alternatif.

Tabel 4.1. Modifikasi Yang Akan Dikembangkan Dari Turbin Tipe A

Gambar 4.1.Horizontal Tubular Turbine


Modifikasi
No yang Modifikasi Kekurangan
dikembangan
1. Arah Aliran Aliran fluida masuk dari Aliran masuk dari
fluida masuk arah samping di robah arah samping akan
menjadi dari arah depan menyebabkan loses
(kiri) oleh belokan dan
poros turbin
2 Posisi elbow Elbow dari arah horizontal Fluida yang mengalir
dirobah menjadi vertikal melalui elbow
horizontal lebih lama
dibandingkan vertikal
3 Draft tube Draft tube dari sebelah Saluran masuk jauh
kiri di robah menjadi lebih besar dari
dibawah elbow yang di saluran masuk draft
posisikan vertikal. tube akan
Diameter saluran masuk menyebabkan
dibuat sama dengan aliran tertahannya aliran
masuk draft tube. pada sudu.

Marfizal / 1120912016 58
Tabel 4.2 Modifikasi Yang Akan Dikembangkan Dari Turbin Tipe B

Gambar 4.2. Vertikal Tubular Turbin


Modifikasi yang
No Modifikasi Kekurangan
dikembangan
1. Posisi sumbu turbin Posisi sumbu turbin Berat dinamo akan
vertikal akan di robah menambah beban
menjadi horizontal poros
2 Elbow Elbow yang diameter Menyebabkan
aliran masuknya lebih kehilangan tekanan
kecil diganti dengan
elbow yang yang sama
besar diameter masuk
dan keluar
3 Poros Dari arah vertikal robah Terjadi turbulensi
menjadi horizantal dan yang cukup besar.
sebelumnya sudu
mendekati draft tube di
robah ke posis sebelum
aliran memasuki elbow

Marfizal / 1120912016 59
Tabel 4.3. Modifikasi Yang Akan Dikembangkan Dari Turbin Tipe C

Gambar 4.3. Horizontal Tubular Turbin Model Turbo

Modifikasi yang
No Modifikasi Kekurangan
dikembangan
1. Sistim transmisi Sistim transmisi sabuk Menyebabkan
di ganti dengan kehilangan daya
transmisi langsung akibat gesekan
menggunakan kopling
flens
2 Elbow Elbow yang diameter Gesekan saat aliran
masuk dengan keluar melewati elbow akan
tidak sama di buat menjadi besar
sama dan elbow yang
diabuat dengan cara
menyambung plat
diganti dengan elbow
dari hasil pengecoran
3 Sudu Jenis sudu yang dapat Pengerjaan sudu yang
dirobah diganti dengan dapat di atur
sudu tetap kemiringan nya rumit
proses pengerjaan nya

4.2 Model alternatif


Untuk mendapat suatu bentuk baru dilakuan modifikasi dari turbin propeler
seperti horizontal tabular turbin tipe dinamakan dengan tipe A, Gambar (4.4),
turbin vertikal tabular turbine type dinamakan dengan tipe B Gambar (4.5), turbo
propeller turbine dinamakan dengan tipe C Gambar (4.6) maka munculah 3 ide
baru dari modifikasi dari tiga turbin diatas sebagai berikut :

Marfizal / 1120912016 60
Alternatif “ A ”

Alternatif A

Gambar 4.4 Lay Out Turbin Alternatif A

No Komponen Keterangan
1 Saluran masuk Diameter saluran masuk sama dengan diameter
(Inlet) elbow
2 Sistim transmisi Transmisi langsung (Kopling flens)
3 Draft tube Conical draft tube dengan posisi vertikal
4 Poros Jenis poros horizontal
5 Bearing Memiliki 2 bearing
6 Flange Menghubungkan elbow dengan saluran masuk,
draft tube
7 Elbow Elbow 450
8 Generator 1 fasa
9 Kerangka Dudukan denamo dan turbin menggunakan besi
profil “U”
10 Sudu Terletak sebelum diameter masuk elbow dengan
jumlah 4

Marfizal / 1120912016 61
Alternatif “ B”

Alternatif B

Gambar 4.5 Lay Out Turbin Alternatif B

No Komponen Keterangan
1 Saluran masuk Diameter saluran masuk tidak sama dan diameter
(Inlet) elbow, saluran masuk berada di luar rangka dan lebih
panjang dibandingkan alternatif “A”
2 Sistim Transmisi langsung (Kopling Flens)
transmisi
3 Draft tube Conical draft tube dengan posisi vertikal
4 Poros Jenis poros horizontal
5 Bearing Memiliki 2 bearing
6 Flange Menghubungkan elbow dengan saluran masuk, draft
tube tapi diameternya tidak sama
7 Elbow Elbow 450
8 Generator 1 fasa
9 Kerangka Dudukan denamo dan turbin menggunakan besi profil
“U” deminsinya lebih pendek dibandingkan alternatif
“A”
10 Sudu Terletak sebelum diameter masuk elbow dan dibelakang
propeler terjadi pengecilan penampang dengan jumlah
sudu 4 buah

Marfizal / 1120912016 62
Alternatif “ C”

Alternatif C

Gambar. 4.6 Lay Out Turbin Alternatif C

No Komponen Keterangan
1 Saluran masuk Diameter saluran masuk sama dan diameter elbow,
(Inlet)
2 Sistim transmisi Transmisi langsung (Kopling flens)
3 Draft tube Conical draft tube dengan posisi vertikal
4 Poros Jenis poros horizontal
5 Bearing Memiliki 2 bearing
6 Flange Menghubungkan elbow dengan saluran masuk, draft
tube tapi diameternya sama
7 Elbow Elbow 450
8 Generator 1 fasa
9 Kerangka Dudukan denamo dan turbin menggunakan besi
profil “U” deminsinya sama dibandingkan alternatif
“A”
10 Sudu Terletak setelah diameter masuk inlet dan poros
sangat panjang dengan jumlah sudu 4 buah

Marfizal / 1120912016 63
4.3 Menyeleksi Konsep Alternatif
Untuk memilih satu diantara 3 konsep alternatif perlu dilakukan seleksi, Sebagai
pertimbangan untuk seleksi konsep ada 5 aspek yang menjadi pertimbangan untuk
memilih turbin yang akan di disain yaitu,

1. Effiiensi,
2. Daya yang di hasilkan,
3. Biaya produksi,
4. Waktu dan Kemudahan Produksi,
5. Perawatan.

Pada penelitian ini untuk menggunakan Metode AHP (Analytic Hierarch


Process). Strurktur hirarki pada proses AHP ini terlihat pada gambar (4.7)
dibawah.

Pemilhan Jenis Turbin

Waktu Dan
Daya yang Biaya Kemudahan
Efisiensi dihasilkan Produksi Produksi Perawatan
`
Alternatif A Alternatif A Alternatif A Alternatif A Alternatif A

Alternatif B Alternatif B Alternatif B Alternatif B Alternatif B

Alternatif C Alternatif C Alternatif C Alternatif C Alternatif C

Gambar. 4.7 Lay Out Turbin Alternatif


.

Marfizal / 1120912016 64
Perbandingan antara komponen-komponen kriteria dapat dilihat tabel (4.4) sampai
tabel (4 11) dibawah :

Tabel 4.4 Matrik Perbandingan Berpasangan

Waktu dan
Daya yang Biaya Eigen Bobot Validasi
Kriteria Effisiensi kemudahan Perawatan
di hasilkan Produksi Value Prioritas Bobot
Produksi

Efisiensi 1,000 3,000 5,000 4,000 3,000 2,825 0,434 2,117

Daya yang di
0,333 1,000 2,000 5,000 3,000 1,585 0,244 5,033
hasilkan

Biaya Produksi 0,200 0,500 1,000 5,000 5,000 1,201 0,185 8,400

Waktu dan
kemudahan 0,250 0,200 0,200 1,000 6,000 0,570 0,088 15,167
Produksi

Perawatan 0,333 0,333 0,200 0,167 1,000 0,326 0,050 18,000

TOTAL 2,117 5,033 8,400 15,167 18 6,507

Tabel 4.5 Matrik Penentuan Validasi Bobot

Waktu dan
Daya yang Biaya Eigen
Kriteria Efisiensi kemudahan Perawatan Bobot Sintesa
di hasilkan Produksi Maksimum
Produksi

Efisiensi 0,472 0,596 0,595 0,264 0,167 2,094 4,823

Daya yang di
0,157 0,199 0,238 0,330 0,167 1,091 4,478
hasilkan

Biaya
0,094 0,099 0,119 0,330 0,278 0,920 4,986
Produksi
Waktu dan
kemudahan 0,118 0,040 0,024 0,066 0,333 0,581 6,636
Produksi

Perawatan 0,157 0,066 0,024 0,011 0,056 0,314 6,262

TOTAL 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 5,000 27,184

CI = (λmaks-n)/(n-1) dan CR = CI/RI untuk n= 5 ,RI =1.12 (λmaks 5,437

Karena CR < 0,100 berari preferensi pembobotan adalah konsisten CI 0,109

CR 0,091

Marfizal / 1120912016 65
Tabel 4.6 Matrik Penentuan Bobot Efiiensi

Eigen Bobot
Efisiensi Turbin Tipe A Turbin Tipe B Turbin Tipe C
Velue Global

Turbin Tipe A 1,000 1,333 0,667 1,437 0,322

Turbin Tipe B 0,750 1,000 0,333 1,274 0,285

Turbin Tipe C 1,500 3,003 1,000 1,755 0,393

TOTAL 3,250 5,336 2,000 4,466 1,000

Tabel 4.7 Matrik Penentuan Bobot Daya Yang Di Hasilkan

Eigen Bobot
Harga Material Turbin Tipe A Turbin Tipe B Turbin Tipe C
Velue Global

Turbin Tipe A 1,000 3,000 4,000 1,986 0,416

Turbin Tipe B 0,333 1,000 3,000 1,622 0,340

Turbin Tipe C 0,250 0,333 1,000 1,164 0,244

TOTAL 1,583 4,333 8,000 4,772 1,000

Tabel 4.8 Matrik Penentuan Bobot Proses Waktu dan Kemudahan Produksi

Waktu dan
Eigen Bobot
Kemudahan Turbin Tipe A Turbin Tipe B Turbin Tipe C
Velue Global
Prosuksi

Turbin Tipe A 1,000 5,000 3,000 2,065 0,375

Turbin Tipe B 0,200 5,000 3,000 2,002 0,364

Turbin Tipe C 0,333 1,667 1,000 1,437 0,261

TOTAL 1,533 11,667 7,000 5,504 1,000

Marfizal / 1120912016 66
Tabel 4.9 Matrik Penentuan Bobot Biaya Produksi

Eigen Bobot
Biaya Produksi Turbin Tipe A Turbin Tipe B Turbin Tipe C
Velue Global

Turbin Tipe A 1,000 6,000 3,000 2,138 0,418

Turbin Tipe B 0,167 1,000 5,000 1,823 0,357

Turbin Tipe C 0,333 0,200 1,000 1,151 0,225

TOTAL 1,500 7,200 9,000 5,112 1,000

Tabel 4.10 Matrik Penentuan Bobot Biaya Perawatan

Eigen Bobot
Perawatan Turbin Tipe A Turbin Tipe B Turbin Tipe C
Velue Global

Turbin Tipe A 1 1,333 3,000 1,737 0,364

Turbin Tipe B 0,750 1,000 5,000 1,878 0,394

Turbin Tipe C 0,333 0,200 1,000 1,151 0,242

TOTAL 2,083 2,533 9,000 4,767 1,000

Tabel 4.11 Rekap hasil Perhitungan Bobot

Waktu dan
Daya yang di Biaya
Efisiensi Kemudahan Perawatan
hasilkan Produksi
Produksi Total
Alternatif
Bobot Prioritas Bobot

0,434 0,244 0,185 0,088 0,050

Turbin Tipe A 0,322 0,416 0,375 0,418 0,364 0,365

Turbin Tipe B 0,285 0,340 0,364 0,357 0,394 0,325

Turbin Tipe C 0,393 0,244 0,261 0,225 0,242 0,310

Marfizal / 1120912016 67
Dari tabel rekap hasil perhitungan diatas terdapat bobot total Turbin Alternatif A
(Horizontal tubular turbine) yang bernilai 0,365. Oleh sebab itu diprioritaskan
dan layak untuk dikembangkan sebagai sebagai pembangkit head rendah dan
mudah dibuat di bandingkan dengan Alternatif B dan Alternatif C.

Marfizal / 1120912016 68
BAB V

PERENCANAAN SUDU TURBIN DAN DRAFT TUBE

5.1 Data Perancangan Turbin.

Data perancangan yang diperoleh untuk menghitung dimensi utama dari turbin
propeler, sebagai berikut :

Head (H) : 5m
Debit air (Q) : 0, 11 m3/s
Viskositas (ρ) : 998 kg/m3
Gravitasi (g) : 9,81 m/s2
Asumsi efisiensi hidrolik (ηh) : 0,80

1. Perhitungan daya keluaran Turbin (P).

Daya hidrolik yang dihasilkan berikut:

2. Perhitungan Kecepatan Spesifik (nQE).

Kecepatan spesifik digunakan untuk menentukan parameter ukuran dan


karateristik dari sifat hidrolik turbin tersebut dimana Head efektif Hn dan
Efesiensi termal ηh (0.9), kecepatan spesifik dapat dicari dengan persamaan
berikut:

Hn = Hηh = 5 m x 0,80 = 4 m
= 1,169

Marfizal / 1120912016 69
3. Perhitungan Kecepatan Putaran (n).

Kecepatan putaran turbin dihitung untuk menyesuaikan jenis dari generator yang
akan digunakan, sebelumnya dihitung energi spesifik hidrolik E (J/Kg), dapat
dihitung dengan persamaan berikut:

E = Hn x g = 4m x 9.81m/s2 = 39,24 J/kg

n Q
n QE 
E 3/4

= 55,283 S-1

4. Perhitungan Putaran Maksimal.

Putaran maksimal perlu dihitung untuk menyesuaikan dengan putaran maksimal


dari generator sehingga generator tidak rusak akibat putaran dari turbin melebihi
batas putaran maksimal dari generator, putaran maksimal:

nmax= 3,2 x n = 3,2 x 55,283 S-1 =176,90 S-1

5. Perhitungan Kavitasi (Hs)

Pada turbin bagian yang sering mengalami kavitasi adalah bagian dari tepi sudu
sehingga perlu dilakukan perhitungan untuk menghindari kerusakan sudu turbin
pada bagian ujung turbin. Kavitasi dapat dihitung menggunakan persamaan (2.9)
berikut, Patm = 101325 Pa, Pu= 2985,7 Pa (tabel), ρ = 998 kg/m3, g = 9.81 m/s2
c4 2m/s , Hn = 4 m

c42 Patm  Pv c2
 1.5241. nQE
1.46
 Hs   4   .H n
2.g.H n  .g 2.g

( 2m / s ) 2   2,1
  1.5241 x 1,1691.46 
m
2 x 9,81 2 .4m
s

Marfizal / 1120912016 70
m
(2 ) 2
101325  2985,7 s H s 1,84 m
Hs    2,1. x 4m
kg m m
998 3 .x .9,81 2 2 x 9,81 2
m s s

6. Perhitungan sudut distorsi sudu (180°-β∞)

Untuk perancangan sudu, sudu tidak hanya tergantung pada analisis tegangan,
beberapa faktor lainnya juga mempunyai peran penting. Yang paling utama adalah
segitiga kecepatan yang dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut, d=De =
0,0496m, n=55,283 s-1, Hn=4m, H1=3,25 m, H2= 4,75 m, Q= 0,11m3/s, De=
0,150 m. Kecepatan tangensial (u) merupakan gaya yang diberikan oleh aliran air
masuk turbin dan aliran air keluar dari turbin, besarnya kecepatan tangensial dapat
ditentukan dengan persamaan berikut:

u = π. n . d = 3,14 x 55,283 s-1 x 0,150 m = 26,083 m/s

Kecepatan mutlak (c) merupakan gaya yang diberikan oleh ketinggian jatuh air
pada saat mengenai permukaan turbin H1 (3,992 m) dan gaya grafitasi g (9.81
m2/s) dapat ditentukan dengan persamaan berikut :

Kecepatan relatif (W) merupakan gaya yang diberikan oleh aliran air masuk turbin
dan aliran air keluar dari turbin, ditentukan dengan persamaan berikut:

Wu1 = Cu1 – u = 1,222 m/s – 26,083 m/s = -24,861 m/s


Wu2 = Cu2 – u = 1,159 – 26,083 m/s = 1,159 – 26,083 m/s = -24,924 m/s

Marfizal / 1120912016 71
π

Untuk mendapatkan sudut yang akurat dari penyiMPangan, sudut serang harus
dikurangkan dari sudut luncur (180-β∞) :

(180o - β∞) = 1800 – 1640 = 16o

Gambar 5.1. Bentuk Segi Tiga Kecepatan

Marfizal / 1120912016 72
7. Langkah-langkah menentukan dimensi utama sudu

Koefisien gaya angkat untuk setiap radius dapat ditentukan dengan persamaan
berikut :

 c2  c2 4 
w 2 2  w 2  2  g  (p /   Hs  p min /   s x  3 
a   2xg 
k  w 2
Dimana:
W2 = 25,889 m/s
W∞ = 25,985 m/s asumsi ηs = 0,88÷0,91
p/γ = 10m K = 2,6÷3
Hs = 1,84 m Pmin = 2÷2,5
pmin/γ = 2
ηs = 0.8
c4 = 2m/s
K = 2.6
Q = 0,11 m3/s
Q
c3 
A3

Maka dari persamaan di atas dapat dihitung Koefisien angkat :

Marfizal / 1120912016 73
8. Perbandingan l/t

Ketika koefisien gaya angkat diketahui untuk menentukan ketebalan dari sudu,
maka perbandingan l/t dapat ditentukan :

l   g  H cm cos  1
   
t w u sin(180     ) a
ηh = 0.8
H =5m
cm = wm = 7,006 m/s
w∞ = 25, 859 m/s
u = 26,083 m/s
β∞ = 164°
a = 0,056
λ = 3° (assumsi)

9. Perhitungan Nilai untuk l/t

Untuk nilai l/t tidak sama persis dengan nilai secara teoritis, pada teoritis nilai l/t
dipakai satu, namun nilai yang sebenarnya adalah 0,95. Nilai tersebut didapat
menggunaka nmetoda numerik, namun dalam perhitungan di atas datanumerik
dibulatkan, nilai l/t dapat dihitung menggunakan persamaan berikut:

Marfizal / 1120912016 74
l 1

t l/t

l
(maximum allowed )  0.9 to 1.05
t
10. Perhitungan Coeffesien Gaya Angkat ζA

Nilai timbal balik dari perban dingan l/t harus ditetapkan. Melalui nilai timbal
balik, rasio koefisien gaya angkat a/ A dapat dibaca dalam mengikuti Gambar
(5.2) Menggunakan rasio ini maka koefisien A dapat dibentuk.

Gambar 5.2. Grafik menentukan nilai  a /A

Dari Gambar (5.2) maka dapat di tentukan nilai dari a/ A berdasarkan hasil
perhitungan dari l/t, maka untuk selanjutnya dapat hitung A dengan persamaan
sebagai berikut:

11. Drag Coefficient ( ζW )

Grafik pada Gambar berikut memberikan informasi tentang hambatan koefisien


W dari profil yang berbeda. Profil sudu dapat dipilih berdasarkan tingkat kesulitan
dari bentuk sudu tersebut dan berdasarkan dimensi turbin yang direncanakan,
dapat dilihat pada Gambar (5.3)

Marfizal / 1120912016 75
Gambar 5.3 Grafik Untuk Menentukan Profil Yang Akan Digunakan

Dari grafik diatas maka dapat ditentukan profil sudu yang akan digunakan, pada
perancangan kali ini profil sudu yang buat profil dengan nomor 444.

12. Perhitungan Sudut Luncur λ

Sudut luncur dihitung untuk menentukan ketebalan dari diameter dalam sudu
turbin, digunakan persamaan berikut ]:

13. Perhitungan Sudut Serang (δ)

Sudut serang dihitung untuk menentukan ketebalan dari diameter luar sudu turbin,
untuk menentukan ketebalan dari sudu turbin maka dapat digunakan dari Gambar
(5.4) .

Gambar 5.4 Grafik untuk menentukan sudut serang

Marfizal / 1120912016 76
Berdasarkan Grafik diatas maka didapatkan sudut serang => δ = 2° dan
sudut distorsi.

(180°-β - δ) = 180°-164°-(2°) = 14°

5.2 Saluran masuk

Saluaran masuk atau inlet dari turbin propeller dengan dimeter inlet (Di) 6 inch
dan di tambah dengan clearence 2 mm dan panjang saluran inlet (L) 128mm(5,04
Inch) dengan ketebal 3,7 mm seperti terlihat gambar dibawah ini.

Gambar.5.5. Saluran masuk

1. Kekuatan Material Saluran masuk

Untuk memilih material yang digunakan pada saluran masuk perlu dilakukan
Analisa Hoop stress (arahnya melingkar pipa), Longitudinal stress (memanjang
pipa), dan Radial stress (tegak lurus dinding pipa) yang terjadi dalam pipa,
seperti terlihat gambar (5.6) dibawah :

Gambar.5.6. Tegangan Pada Pipa [24]

Marfizal / 1120912016 77
2. Hoop tress (Tegangan Tangensial) (SH)

Tegangan tangensial adalah tegangan yang ditimbulkan oleh tekanan internal


(internal pressure) yang bekerja secara tengensial dan nilainya tergantung dari
tebal dinding pipa seperti gambar (5.7).

Gambar 5.7. Hoop tress (Tegangan Tangensial) [24]

Tekanan Internal akibat water hammer:

Dimana
Pi = Tekanan Masuk (Psi)
Tekanan Masuk( P1):

Kecepatan aliaran (v)

Sehingga Tekanan Internal akibat water hammer

Marfizal / 1120912016 78
3. Tegangan Radial

Tegangan yang arahnya sama dengan sumbu radial yang lebih dikenal dengan
tegangan radial yang berupa tegangan kompresi (negatif) jika ditekan dari dalam
pipa akibat tekanan dalam (presure gauge), dan berupa tegangan tarik (positif) jika
didalam pipa terjadi tekanan vakum, seperti dirumuskan.

Karena jika r = ro maka maka SR = 0 dan jika r = ri maka SR = - P yang artinya


tegangan ini nol pada titik dimana tegangan lendutan maksimum, karena itu
tegangan ini di abaikan seperti gambar (5.8).

Gambar 5.8 Tegangan Radial [24]

Sehingga

4. Tegangan geser Maksimum


Tegangan geser maksimum yang terjadi

Marfizal / 1120912016 79
5. Pemilihan Material Saluran Masuk

Tegangan 0,9 MPa merupakan tegangan maxsimum yang terjadi pada saluran
masuk yang menjadi acuan untuk pemilihan material. Menggunakan diagram
Asbhy dari nilai σf = 0,9 MPa (warna hijau) ditarik garis sejajar dengan M1,
sehingga garis tersebut melewati natural material dan keramik, polimer, steel dan
aloy ), masing – masing material tersebut mempunyai kekuatan yang berbeda.
Selain melihat dari segi pembebanan dan masa jenis, pertimbangan proses
manufaktur, ketersedian dilapangan juga di perhitungkan, oleh sebab itu material
di atas dieliminasi untuk material saluran masuk.Baja merubakan material yang
cukup banyak ditemukan di pasaran, harga relatif murah dan mudah didapat
dapat, maka dari itu jenis yang digunakan adalah st 37 yang memiliki yield
strength 235 MPa. seperti gambar (5.9)

Gambar 5.9.Diagram Ashby Untuk Material Saluran Masuk

5.3 Elbow 45 Derajat

Diameter elbow untuk turbin propeller adalah sama dengan dimeter inlet (Di) 150
mm dan juga sama dengan diameter aliran masuk draft tube di tambah dengan
clearence 2 mm dengan ketebal 3,7 mm, Material yang digunakan untuk elbow

Marfizal / 1120912016 80
sama dengan saluran masuk st 37 yang memiliki yield strength 235 MPa, seperti
gambar (5.10).

Gambar.5.10. Elbow 45

1. Pemilihan Material Elbow

Material yang digunakan untuk elbow sama dengan saluran masuk st 37 yang
memiliki yield strength 235 MPa. dan berat minimum untuk kekuatan bahan
seperti seperti tabel (5.11).

Tabel 5.1 Berat minimum untuk kekuatan dan pembebanan yang berbeda [25]

5.4 Draft Tube

Dalam perancangan ini tipe draft tube yang digunakan adalah tipe conical draft
tube. draft tube memiliki fungsi sebagai pemulih energi kinetik (berdasakan

Marfizal / 1120912016 81
kelajuan) yang meninggalkan runner menjadi energi tekanan. Gambar (5.11)
dibawah memberikan Hal yang harus di pertimbangkan dalam mendisain draft
tube.

Gambar 5.11. Dimensi Conical Draft Tube

1. Perhitungan Dimensi Draft Tube

Untuk menghitung dimensi draft tube Gambar (5.12), kita pergunakan


persamaan:

Gambar 5.12 Conical Draft Tube

Dimana:

L = Panjang draft tube (mm)

RO = Jari Jari saluran keluar draft tube (300 mm)

RI = Jari Jari saluran masuk draft tube (150 mm)

Marfizal / 1120912016 82
= sudut kemiringan draft tube (60)

2. Draft Tube Head Loses

1,428 m

Sehingga loses yang terjadi dalam draft tube

Marfizal / 1120912016 83
3. Pemulihan Head (Head Recovery)

(Head Recovery)

4. Effisiensi

5. Kekuatan Material Draft Tube

Beban maksimum yang diterima oleh draft tube sangat menentukan untuk
memperoleh material yang digunakan. Dalam disain ini plat yang digunakan
ketebalan 1,5 mm. Pembebanan yang terjadi berdasarkan perbedaan tekanan
antara bagian luar dan bagian dalam draft tube dengan safety factor 3 adalah :

Tanda minus yang diperoleh menunjukan bahwa tekanan lebih besar pada bagian
luar dari dalam darft tube. Selain perbedaan tekanan draft tube juga harus dapat
menahan masanya sendiri karena material belum dapat diketahui maka hasil yang
diperoleh adalah perbandingan antara kekuatan dan masa jenis.

Marfizal / 1120912016 84
Volume draft tube

Sehingga :

apabila rapat massa maksimum dari material 10.000 kg/m3 maka tegangan yang
akan terjadi adalah 2,115 MPa (garis Merah) dibawah garis M1 merupakan nilai
tegangan maksimum dari diagram .asbhy merekomendasikan adalah natural
material, polimer dan composit serta metal aloy dan steel, melihat dari segi
pembebanan dan masa jenis, pertimbangan proses manufaktur, ketersedian
dilapangan juga di perhitungkan, oleh sebab itu material di atas dieliminasi untuk
material saluran masuk. Baja merubakan material yang cukup banyak ditemukan
di pasaran, harga relatif murah dan mudah didapat dapat, maka dari itu jenis yang
digunakan adalah st 37 yang memiliki yield strength 235 MPa, seperti terlihat
pada gambar (5.13).

Marfizal / 1120912016 85
Gambar 5.13 Diagram Ashby untuk material Draft Tube

5.5 Propeller dan Hub


1. Perhitungan Diameter Terluar Sudu (De).

Menentukan diameter luar sudu turbin dengan menggunakan persamaan berikut:

De  84.5  0.79  1.602  nQE 


Hn
60  n

De  0,150 m  150 mm bulatkan 6 inch

2. Perhitungan Diameter Hub (Di)

Menentukan diameter dalam sudu turbin dengan menggunakan persamaan


berikut seperti terlihat pada gambar (5.14):
 0,095 
Di   0,25  x De
 n 
 QE 

Di  0,0496 m  49,6 mm bulatkan 2 Inch

Marfizal / 1120912016 86
Gambar 5.14 Ukuran Diameter Hub dan Propeller

3. Material Hub Dan Propeller

Material yang digunakan untuk propeller dan hub harus lah material yang
mempunyai sifat mekanik yakni tahan terhadap beban impak dan tahan terhadap
korosi. Dan mampu menahan beban aksial dan momen puntir dan gaya gaya yang
bekrja pada sudu adalah seperti gambar (5.15) berikut:

Gambar. 5.15. Gaya gaya yang bekerja pada propeller turbin

Gaya tangensial yang terjadi pada:

Marfizal / 1120912016 87
Daya (P) = 4,37 kW, Kecepatan putaran sudu (n) = 55 s-1, Jumlah sudu (z) = 4 ,
Jari-Jari terluar sudu (Re) = 0,075 m, Jari-Jari terdalam sudu (Ri) = 0,0248 m
0,025 m

4. Perhitungan Gaya Dalam Arah Aksial

Perhitungan gaya dalam arah aksial dapat ditentukan melelui persamaan berikut:

Hn = m, α = 80°, β∞ = 164°, δ = 2°

Fa  g  Hn  Ab

π α
= 0,0035m2

5. Perhitungan Resultan Gaya

Resultan gaya adalah penjumlahan dari gaya aksial dan gaya tangensial,
Perhitungan resultan gaya dapat ditentukan melelui persamaan berikut:

6. Perhitungan Momen Hydrolik

Momen hidrolik (Mh) pada keseluruhan sudu turbin dapat diabaikan karena dalam
perancangan kali ini sudu turbin yang dibuat memeliki 5 buah sudu sehingga

Marfizal / 1120912016 88
momen hidrolik antara ke lima sudu tersebut saling menghilangkan, namun disini
kita perlu mengetahui momen hidrolik dari salah satu sudu turbin tersebut yang
dapat dicari dengan persamaan berikut:

Fa = 137,06 N, Ab = 0.0034m2 , Re = 0,075m = 75mm, Ri = 0.025m =


25mm , a = 80° =>α ) = 1.396, ε = 20°,

Maka untuk menghitung momen hidrolik dari momen inersia (Is) dan titik berat
dari sudu turbin (ys) tersebut, maka dapat dicari dengan persamaan berikut:

α α α

Untuk mencari titik berat pada sebuah sudu turbin dapat menggunakan persamaan
sebagai berikut:

a 13 06
ys 42m
g ρ osε m kg
9 81 998 3 0 0035m2 os 160
s2 m

s 86 18 5 mm4
ey 2 0 063 mm
ys 4 103 mm 0 0034 106 mm

Mh  Fr  ey
Mh 152 52 0 063 mm 9 0 mm
7. Perhitungan Kecepatan Kritis

Kecepatan kritis sudu adalah dimana sudu perputar pada frekuensi alaminya.
Ketika sudu beroperasi pada atau dekat dengan kecepatan kritis, getaran tinggi

Marfizal / 1120912016 89
yang mungkin terjadi dapat merusak sudu. Untuk memastikan bahwa kecepatan
rasional tidak sama atau mendekati kecepatan kritis, dapat ditentukan:

G = 1,5kg, E = 69,000N/mm2,D = 40mm, d = 30mm, l = 150 mm

8. Tegangan Yang Terjadi Pada Propeller

Tegangan geser yang terjadi pada propeller dapat di hitung dengan persamaan:

Dari diagram ashby dibawah untuk tegangan 0,27 MPa (garis biru) yang berada
dibawah garis M1 direkomendasikan material untuk hub dan propeller adalah
natural material, polimer, keramik, namun kalau berpatokan dari garis di

Marfizal / 1120912016 90
rekomendasikan adalah metal, maka untuk bahan propeller di pilih copper alloy,
seperti terlihat pada gambar (5.16)

Gambar 5.16 .Diagram Ashby untuk material sudu

5.6 Bearing
1. Pemilihan Bantalan

Bantalan adalah elemen mesin yang mendukung mesin atau menumpu poros yang
berputar. Karena beban dari sudu turbin adalah beban arah aksial maka dipilih
penggunaan bantalan glinding, seperti terlihat pada gambar (5.17) yang mampu
menahan gaya aksial.

Gambar 5.17. Bantalan Glinding

2. Beban Ekivalen Dinamis (Pr)

Dimana :

Marfizal / 1120912016 91
Pr = Beban ekivalen (N), Fr = Gaya yang dialami poros arah radial (152,50
N=34,17 lb), Fa = Gaya aksial dialami poros arah aksial (137, 06 N=30,81 lb), X
= Faktor beban arah X, Y = Faktor beban arah Y. Bantalan yang digunakan dalam
perancangan kali ini adalah jenis Axial load thrust ball bearing, beban bantalan
dipengaruhi oleh gaya pada bantalan, Faktor gaya (X dan Y), faktor putaran (V1)
dan faktor beban kejut (iMPact, C1)

P = C1 (XV1 Fr + Y Fa)

Dimana:

Bila inner ring yang berputar ,maka V1 = 1, Bila outer ring yang berputar, maka
V1 = 1,2, Umur bantalan (L atau L10) dipengaruhi oleh beban (P), putaran (n) dan
beban dinamik (C).

106 C3
L
60  n  p3

Jenis bantalan SKF 6210 diperoleh: C0 (static rating load) = 5590 lbf, C1 (basic
rating load) = 7170 lbf, Faktor beban C1 = 1,5 – 3,0 dipilih = 2,0 (untuk moderate
iMPact), Bantalan dengan beban radial dan aksial

e = 0,26, X= 0,56, Y= 1,71 , V=1

P = 2 (0,56 x 1x 34,50 lbf + 1.71 x 30,81 lbf) = 144 lb

5.7 Perancangan Poros


1. Penentuan Momen Puntir Atau Momen Rencana
Momen rencana yang terjadi pada poros seperti terlihat pada gambar
(5.18), dapat dihitung dengan persamaan momen seperti persamaan dibwah.

Marfizal / 1120912016 92
Gambar 5.18 Poros

Momen Rencana (T) Momen rencana dihitung dengan persamaan:

Dimana:

T = momen rencana (kg mm), Pd = daya rencana = 5k W, N


= 3000 rpm

2. Menentukan Material Untuk Poros

Sebagai mana dihitung di atas bahwa torsi yang akan diterima poros sebesar
1623,33 kg.mm atau berkisar 12,098,697 N.m. apabila diameter poros
diasumsikan 3cm (0,03m) maka tegangan yang akan terjadi :

Apabila tengan tarik 3 kali tegangan geser maka :

Marfizal / 1120912016 93
Gambar 5.19.Diagram Ashby untuk material Poros

Dari diagram ashby diatas material poros yang di rekomendasikan adalah natural
material berupa kayu, polimer komposit, keramik, metal. Dari 5 material yang di
rekomndasikan sehingga yang dipilih adalah metal, karena mudah diperoleh dan
dan harus mampu proses manufactur maka material yang di pakai untuk poros
adalah copper alloy.

3. Penentuan Tegangan Geser Izin Poros (Τa)

Dimensi poros yang diizinkan apa ila memiliki tegangan geser izin (τa) material
poros yang dipilih adalah baja difinis dingin dengan lambang S55C-D dan

mempunya kekuatan tarik (


B ) 72kgf/mm2 faktor keamanan pengaruh massa dan

baja paduan ( 1) = 6,0 dan faktor keamanan akibat konsentrasi tegangan ( 2)


=2,0 maka besarnya tegangan geser izin dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut:

B
a 
Sf1  Sf 2

Marfizal / 1120912016 94
72kgf / mm2
a 
6,0  2,0

 6kgf / mm2

4. Penentuan Diameter Poros Rencana (ds)

Diameter poros dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:


1/ 3
 5,1 
ds    K t  C b  T 
 a 

Dimana:

Cb = faktor beban lentur (1.2 s/d 3.0 dan 1.0 tidak mengalami beban
lentur)

Kt = faktor iMPact atau tumbukan (1,0 bila dikenakan secara halus, 1,0
- 1,5 jika sedikit kejutan dan 1,5 -3,0 bila iMPact besar)

ds = Diameter poros (mm)

τa = Tegangan geser yang diizinkan = 6 kgf/mm2

Kt = faktor koreksi momen puntir (1 – 1,5)

Cb = faktor koreksi beban lentur (1,2 – 2,3)

T = Torsi rencana = 1623,33 kg.mm

Maka pada perancangan kali ini digunakan poros dengan diameter 16 mm.
Tegangan geser yang dialami oleh momen puntir (Mp) dan diameter poros (ds)
dapat dicari dengan persamaan beikut:

Marfizal / 1120912016 95
Sehinnga penge ekan poros 6 kg/mm2 ≥ 2,0 kg/mm2 Karena τa ≥ τ maka untuk
pemakaian diameter 16,05 mm untuk perencanaan poros dianggap layak.

5.8 House Bearing

Adalah rumah dudukan bearing yang menumpu poros seperti terlihat dibawah,
house bearing terletak pada belokan elbow 45 yang merupakan casing dari pada
bantalan poros turbin, komponennya terdiri dari dua buah bearing dan sebuah
tabung silinder yang berfungsi untuk menumpu poros. Material yang digunakan
untuk elbow sama dengan saluran masuk st 37 yang memiliki yield strength 235
MPa, seperti terlihat pada gambar (5.20)

Gambar 5.20. House Bearing

Marfizal / 1120912016 96
BAB VI

PERENCANAAN PEMBUATAN TURBIN

Proses pembuatan produk sesuai dengan perancangan produk yang sebelumnya


sudah di tuangkan dalam kertas gambar baik dalam 2 dimensi maupun 3 dimensi.
Pada bagian ini akan di perhitungkan waktu pengerjaan dan biaya produksi.

6.1. Proses Pemotongan


a) Waktu potong Body Draft Tube (tp1)

Dilakukan untuk memotong plat baja yang mempunyai ketebalan 1,5 mm denagan
diameter bawah 300 mm dan diameter atas 150 mm dengan kettinggian 208 mm
serta sudut kemiringan 6o.

Keliling sisi atas draft tube (S1)= 942 mm


Keliling sisi atas draft tube ( S2 )= 1884 mm
Panjang draft tube (L) = 1428 mm

Untuk Memtong plat di butuh kan waktu jika dengan asumsi kecepatan potong(v)
30 mm/menit

b) Waktu potong Saluran Masuk (Inlet)

Saluran masuk dengan ukuran diameter sama dengan diameter luar 150 mm
dengan panjang (l) 128 mm, kecepatan potong(v) 20 mm/menit.

S1 (keliling sisi masuk) = S2 (keliling sisi keluar) =

Marfizal / 1120912016 96
c) Waktu potong House Bearing

House bering yang berbentuk silinder dengan ukuran panajang 131 mm diameter
7,5 mm untuk memotongnya dibutuhkan waktu 15 menit, kecepatan potong(v) 30
mm/menit.

S1 (keliling sisi masuk) = S2 (keliling sisi keluar) =

d) Waktu potong Kerangka

Kerangka berbentuk segi empat yang berukuran 1000 mm x 75 mm x 120 mm


kecepatan potong(v) 30 mm/menit.

Panjang potongan = {(2 x 75mm) x 4} +{(2 x 120)x 4}= 1560 mm

e) Waktu potong total


Waktu potong total (
(

6.2. Proses gurdi

Pada bagian kerangka dudukan turbin diperlukan lubang baut untuk mengikat
draft tube, dinamo ke rangka. Jumlah lubang yang dibutuhkan sebanyak 8 buah,
untuk membuat lobang baut pada kerangka diperlukan mesin gurdi dengan
diameter lobang 14 mm, pada tabel (6.1) dibawah 14 mm mendekati 9/16 inch (14
mm) dengan putran spendel 747, kecepatan makan 0,008 in /rev (0,203 mm/rev) .

Marfizal / 1120912016 97
Tabel. 6.1 kecepatan potong

Waktu yang dibutuhkan untuk proses gurdi adalah

Jadi waktu total yang dibutuhkan untuk 8 buah lobang baut adalah

6.3. Proses Pembentukan

Plat draft tube yang telah dipotong, dibentuk dengan cara pengerolan yang diatur
sedemikian rupa sesuai dengan bentuk yang di inginkan dan membutuhkan waktu
asumsi 100 menit

6.4. Proses pengelasan

Proses pengelasa terjadi pada saluran masuk untuk menyatukan flange dengan,
saluran masuk, elbow 45 kearah saluran masuk dan kearah draft tube, menyatukan
house bearing dengan elbow 45 dan proses juga terjadi pada kerangka dudukan
turbin

Marfizal / 1120912016 98
6.5. Pengelasan Draft Tube

Proses pengelasan draft tube menggunakan pengelasan TIG, variabel yang harus
diperhatikan adalah ketebalan plat yaitu, 1,5 mm dengan pengalasan datar kuat
arus 125 amper dan kecepatan pengalasan 25 cm /menit seperti terlihat tabel (6.2)
di bawah :

Tabel 6.2.Rancangan Sambungan Las TIG dan MIG [13]

Las TIG Las MIG


Diameter Batang Arus Pengelasan Diameter Batang Arus Pengelasan
(Ampere) Logam pengisi (Ampere)
Logam pengisi (mm)
(mm)
1,6 40-100 0,8 10-100
2,0 60-130 1,0 70-180
2,4 70-150 1,2 110-230
3,2 130-200 1,6 150-330
4,0 180-250 2,4 250-500
5,0 240-360 3,2 350-650
6,0 >340 4,0 400-850
4,8 450-900
5,6 500-950
6,4 600-1000

Volume logam las yang harus di isi adalah :


Volume 1 / 2 lingkaran

Volume persegi

Vdaerah = Vpersegi + V setengah lingkaran


Vpersegi = ( Clearence) x (tebal plate) x (panjang draf tube)
= 1 mm x 1,5 mm x 1428,57 mm = 2142,85 mm3
V1/2 ling = ( П x r2 x L )/2 = (3,14 x (1/2)2 x 1428,57 mm) / 2

Marfizal / 1120912016 99
= 560,713 mm3
Sementara waktu yang dibutuh kan untuk pengelasan 5,7 menit abila
kecepatan las 25 cm /menit

6.6. Pengelasan Flange

Flange yang akan dilas sebanyak 4 buah yang terdiri flange penghubung antara
draft tube dengan elbow pada saluran masuk, metode yang sama dilakukan untuk
melakukan pengelasan terhadap flange.

Daerah Lasan

V1/2 ling = П x D x L x clearence


= 3,14 x 150 mm x 3 mm x 1 mm
= 1413 mm3

Jadi panjang pengelasan adalah 3,14 x 150 mm = 471 mm untuk satu flange,
untuk 4 buah maka panjang pengelasan adalah 1884 mm apabila kecepatan las 25
cm / menit maka waktu pengelasan 7,53 menit.

6.7. Pengelasan rangka

Untuk menghitung waktu pengelasan untuk rangka adalah:

Daerah Lasan

Marfizal / 1120912016 100


Untuk pengerjaan rangka di asumsikan waktu pengelasan memakan waktu 10
menit dan volume las 1500mm3

6.8. Proses Bubut

Adapun bagian yang di bubut adalah poros yang panjangnya 439 mm dengan
diameter awal 35 mm meter dijadikan 30 mm. Serta house bering sesuai dengan
ukuran bearinng akan digunakan. Waktunya yang dibutuhkan di prediksi 125
menit (Asumsi)

6.9. Proses Phinising

Proses pinising dilakukan pada ddisain ini dengan melakukan pengecatan dengan
menggunakan cat minyak, dan bagian yang di cat adalah saluran masuk, elbow
draft tube menghabiskan waktu 180 menit.(Asumsi)

6.10. Proses Pengecoran Hub Dan Impeller

Proses pengecoran untuk pembuatan hub dan impeller memakan waktu cukup
lama maka waktu yang di asumsikan untuk pengecoran 300 menit.(Asumsi)

6.11. Waktu Pengerjaan Total.

Waktu pengerjaan total adalah jumlah waktu pengerjaan yang dibutuh kan untuk
memproduksi satu unit turbin propeler adalah 732 menit atau 12,20 jam.

6.12. Rancangan Biaya

Rancangan biaya berfungsi untuk mengetahui harga jual dari produk yang telah di
produksi. Rancangan biaya dapat di peroleh dengan persamaan :

Cu=Cm + Cp + Cplan + ∑Cp (Rp/ Produk)

Cm merupakan harga bahan baku yang di pengaruhi oleh dua faktor faktor
langsung (Cmi) dan tak langsung (Cmo). Cmi adalah harga material sedangkan
Cmo biaya penyimpanan dan suku bunga, Cplan merupakan rancangan biaya
persiapan produksi, Cp adalah biaya produksi, Cm= Cmi + Cmo

Marfizal / 1120912016 101


1. Harga Bahan Baku
Harga total bahan baku yang digunakan untuk memproduksi turbin propeller
adalah

Harga Satuan Suku Bunga Harga Material


NO Rincian Jml
(Cmi) (Cmo) 20 % (Cm)
1 Dinamo 5 Kw 1 Rp 2.400.000 Rp 480.000 Rp 2.880.000
Plat Untuk draft Rp 450.000 Rp 90.000
2 1
tube 1,5 mm Rp 540.000
Elbow 45 Rp 150.000 Rp 30.000
3 1
diameter 6 inch Rp 180.000
Besi Pipa Rp 100.000 Rp 20.000
5 1
diameter 6 Inch Rp 120.000
6 Flange 6 inchi 4 Rp 320.000 Rp 64.000 Rp 384.000
Baut ukuran 24 Rp 30.000 Rp 6.000
7 12
mm Rp 36.000
Bahan poros Rp 15.000
8 1
(Panjang 50 mm) Rp 75.000 Rp 90.000
luh9 Impeller 6 Inch 1 Rp 250.000 Rp 50.000 Rp 300.000
Besi Kerangka Rp 20.000
10 1
Dudukan Turbin Rp 100.000 Rp 120.000
11 Cat Minyak 1 Rp 45.000 Rp 9.000 Rp 54.000
Total Rp 4.704.000

2. Ongkos Pengerjaan

Apabila kita asumsikan ongkos pengerjaan adalah 25 % ( Rp 1.176.000) dari


harga material yang di butuhkan maka biaya produksi untuk satu turbin propeler
head rendah yang mempunyai tinggi air jatuh 5 meter dan debit 0,11 m3/s adalah
1.176.000 + 4.704.000 = 5.880.000. (Lima Juta Delapan Ratus Delapan Puluh
Ribu Rupiah).

Marfizal / 1120912016 102


BAB VII

PENGUJIAN EFFISIENSI TURBIN

Pengujian ini dilakukan di labor konversi energi Teknik Mesin Universitas


Andalas sebagai pengganti energi potensial digunakan pompa untuk memberikan
energi kinetik dan energi tekan pada sudu turbin.

7.1. Data Pengujian.


Pengujan dilakukan dengan memvariasikan debit aliran masuk dengan cara
memvariasikan 4 kali bukaan katup by pass, masing-masing pengujian 6 kali
dengan data rata-rata hasil pengujian seperti terlihat pada tabel (7.1 )sebagai
berikut:

Tabel 7.1. Hasil Pengujian Rata-Rata


Data pengujian sudu cor dengan aerodinamik
Variasi
R. Diameter Diameter
Tutup Put. H weir
M(Kg) pully Pipa Input Pipa Prop
Katup By (Rpm) (cm)
(m) (m) (m)
Pass
4/4 101,67 12,00 11,25
¾ 85,83 10,00 8,08
0,034 0,076 0,152
2/4 62,83 8,00 6,35
¼ 47,17 6,00 1,97
Data pengujian sudu besi plat 2 mm dengan kelengkungan
4/4 95,67 12,00 9,52
¾ 78,63 9,60 7,43
0,034 0,076 0,152
2/4 60,00 8,00 3,85
¼ 44,50 6,00 0,97
Data pengujian sudu besi plat 3 mm tanpa kelengkungan
4/4 69,70 8,90 5,44
¾ 45,67 10,00 4,62
0,034 0,076 0,152
2/4 59,70 8,50 4,46
¼ 55,91 8,28 3,87

Marfizal / 1120912016 103


7.2. Hasil Analisa.
Hasil analisa pengujian seperti tabel (7.2), (7.3) dibawah :

Tabel 7.2. Hasil analisa data untuk energi kinetik

Data pengujian sudu cor dengan aerodinamis

Variasi
P Laju
Tutup E
(N/m2) 3 Aliran 2 2 2 2 H
Katup (kg/m ) (m /s ) (m /s ) Total
(kg/s)
By Pass
4/4 101.325 998 26,05 101,53 16,57 12,04 118,09
¾ 101.325 998 16,51 101,53 0,42 10,39 101,94
2/4 101.325 998 9,45 101,53 0,14 10,36 101,66
¼ 101.325 998 4,60 101,53 0,03 10,35 101,56

Data pengujian sudu besi plat 2 mm dengan kelengkungan

4/4 101.325 998 26,05 101,53 16,57 12,04 118,09


¾ 101.325 998 16,51 101,53 0,42 10,39 101,94
2/4 101.325 998 9,45 101,53 0,14 10,36 101,66
¼ 101.325 998 4,60 101,53 0,03 10,35 101,56

Data pengujian sudu besi plat 3 mm tanpa kelengkungan

4/4 101.325 998 26,05 101,53 16,57 12,04 118,09


¾ 101.325 998 16,53 101,53 96,88 20,23 108,27
2/4 101.325 998 9,45 101,53 0,14 10,36 101,66
¼ 101.325 998 4,60 101,53 0,03 10,35 101,56

Marfizal / 1120912016 104


Tabel 7.3. Hasil analisa data untuk energi mekanik
Data pengujian sudu cor dengan aerodinamik
Variasi
Tutup Kec.Sudut Pporos
Gaya (F) N Torsi (N.M) Eff
Katup By (rad /s) Watt
Pass
4/4 10,64 107,91 0,33 0,26 33,81%
¾ 8,98 79,30 2,70 24,22 23,76%
2/4 6,58 62,29 2,12 13,92 13,69%
¼ 4,94 19,29 0,66 3,24 3,19%
Data pengujian sudu cor dengan besi plat 2 mm dengan kelengkungan
4/4 10,01 92,21 0,33 0,26 27,01%
¾ 8,43 64,75 2,20 18,55 18,20%
2/4 6,28 37,77 1,28 8,06 7,93%
¼ 4,66 9,48 0,32 1,50 1,48%
Data pengujian sudu besi plat 3 mm tanpa kelengkungan
4/4 6,75 58,86 0,33 0,26 11,47%
3/4 7,23 52,61 0,89 5,73 13,22%
2/4 4,13 29,59 1,01 4,16 4,09%
1/4 3,31 7,68 0,26 0,87 0,85%

Hasil dari penyederhanaan bentuk sudu dan efeknya dapat dilihat melalui grafik di
bawah :
1. Pengaruh debit aliran dan bentuk sudu terhadap efisiensi turbin
Debit
(m3/s)
Efisiensi Impeller Efisiensi Impeller
Q/Qo Efisiensi Impeller
Kelengkungan Plat Non Airfoil Plat
Airfoil
2mm 3mm
0, 006 33,81 27,01 11,47
0 ,004 23,76 18,25 7,22
0,002 13,69 7,94 4,09
0,001 3,19 1,48 0,85

Marfizal / 1120912016 105


40

35
33,81
Effisiensi % 30
27,01
25
23,76 Efisiensi Sudu Airfoil
20
18,25
Efisiensi Sudu dg
15
13,69 kelengkungan Plat 2mm
11,47
10 Efisiensi Sudu Non Airfoil
7,94 7,22 Plat 3mm
5 4,09
3,19
0
- 0,001 0,002 0,003 0,004 0,005 0,006 0,007

Debit m3/s (Q/Qo)

Grafik 7.1. debit aliran dan bentuk sudu terhadap efisiensi turbin

Dari grafik diatas terlihat bahwa semakin besar debit aliran air maka efisiensi
turbin meningkat. Namun untuk efisiensi tertinggi pada saat debit 0,006 diperoleh
oleh sudu yang mempunyai aerodinamis sebesar 33,81%, kemudian disusul oleh
sudu yang terbuat dari besi plat 2 mm yang mempunyai kelengkungan dengan
effisiensi sebesar 27,01 % dan untuk sudu yang terbuat dari besi plat 3 mm yang
tidak mempunyai kelengkungan mempunyai effisiensi yang sangat rendah yaitu
sebesar 11,47 %. Selisih effisiensi antara sudu yang mempunyai aerodinamis
lebih tinggi 6 % di bandingkan sudu yang terbuat dari besi plat 2 mm yang
mempunyai kelengkungan sudu.

2. pengaruh head dan bentuk sudu terhadap efisiensi turbin

Efisiensi Sudu dg Efisiensi Sudu Non


Head Efisiensi Sudu Airfoil
kelengkungan Plat 2mm Airfoil Plat 3mm

12,04 33,81 27,01 11,47


10,39 23,76 18,25 7,22
10,36 13,69 7,94 4,09
10,35 3,19 1,48 0,85

Marfizal / 1120912016 106


40
35 33,81
30 Efisiensi Sudu Airfoil

Efisiensi %
27,01
25 23,76
20
18,25 Efisiensi Sudu dg
15 13,69 kelengkungan Plat
10 11,47 2mm
5 Efisiensi Sudu Non
3,19
0 Airfoil Plat 3mm
10 10,2510,510,75 11 11,2511,511,75 12 12,25

Head (m)

Grafik 7.2. Pengaruh head dan bentuk sudu terhadap efisiensi turbin

Dari grafik diatas di jelaskan bahwa effisiesi tertinggi pada head 12 dan head
terendah 10.35 m. pada sudu yang berpenampang aerodinamis yang proses
pembuatannya melalui proses pengecoran mempunyai effisiensi sebesar 33,81 %
pada head 12,04m, kemudian sudu terbuat dari besi plat 2 mm yang dapat
dibentuk kelengkungan sudunya efisiensinya 27, 01, effisiensi nya turun lebih
kurang 6 % ,sedangkan efisiensi dari sudu yang terbuat dari besi plat 3 mm yang
cukup tebal dan susah dibengkok untuk membuat kelengkungan sudunya,
effisiensinya menurun 22 % dari sudu yang berpenampang aerodinamik yaitu
11,47 %. Dapat disimpulkan bahwa untuk mengisi kekurangan listrik di pedesaan
dapat di rekomendasikan kemudian sudu terbuat dari besi plat 2 mm yang dapat
dibentuk kelengkungan sudunya

7.3. Pembahasanan
1. Sudu dengan aerodinamis

Dari pengujian sudu yang mempunyai bentuk airo dinamis memiliki effisiensi
yang cukup tinggi karena pada sudu memiliki gaya angkat (lift) dan gaya seret
(drag). Apabila sebuah bidang datar yang membentuk sudut terhadap arah
datangnya fluida akan menghasilkan lift yang besar dan menyebab kan drag yang
kecil sehingga daya yang diporel naik dan effisiensinya ikut naik menjadi
sebesar 33,81% .

Marfizal / 1120912016 107


2. Sudu Tanpa Aerodinamis Terbuat Dari Plat 3 Mm

Namun lain halnya pada sudu yang berpenampang persegi yang terbuat dari plat
3 mm tanpa aerodinamis effisiensi 11,47 %, meskipun plat datar dapat
menghasilkan lift, tetapi udara yang lewat diatasnya mempunyai kecenderungan
untuk separasi ( memisahkan diri ) dari permukaan sehingga mengganggu aliran.
Oleh karena itu akan teriadi pengurangan lift dan penambahan drag yang besar
sehingga daya hidrolik berkurang menyebabkan penurunan efisiensi yang cukup
besar.

3. Sudu Tanpa Aerodinamis Terbuat Dari Plat 2 mm dengan kelengkungn


Namun untuk sudu yang melengkung (camber) menjadikan aliran
fluida akan tetap menempel pada permukaan, sehingga terjadi penambahan lift
dan pengurangan drag hal ini akan terjadi penambahan daya hydrolik. Pada pada
sudu yang terbuat dari plat 2 mm yang memiliki kelengkungan dengan efisiensi
menaingkat menjadi 27,01 %,. efisensinya naik dibandingkan sudu yang terbuat
dari plat 3 mm yang tidak memiliki kelengkungan (camber).

Marfizal / 1120912016 108


BAB VIII

PENUTUP

8.1 Kesimpulan

1. Pemilihan Model Konstruksi Turbin

Dari hasil perhitungan bobot total Turbin Alternatif A (Horizontal tubular


turbine) yang bernilai 0,365. Oleh sebab itu diprioritaskan dan layak untuk
dikembangkan sebagai sebagai pembangkit head rendah, dibuat di bandingkan
dengan Alternatif B dan Alternatif C

2. Hasil Desain

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan dalam perancangan ini, maka


didapatkan spesifikasi turbin sebagai berikut:

 Jenis turbin : Turbin Proppeler


 Daya turbin(p) : 4,37 kW
 Putaran turbin(n) : 55,283 S-11
 Putaran spesifik (nQE) : 1,169
 Head turbin(H) : 5m
 Head efektif(Hn) : 4m
 Debit (Q) : 0,11 m3/s
 Diameter Luar Turbin : 0,150 m
 Diameter dalam Turbin : 0,050m
 Jumlah sudu : 4 buah
 Sudut serang (180o-β∞) : 16o
 Sudut luncur : 55o
 Tebal sudu terdalam(λ) : 2,16o
 Tebal sudu terluar(δ) : 2o

Marfizal / 1120912016 109


 Diameter inlet draft tube : 152 mm
 Diameter outlet draft tube : 304 mm
 Pelebaran sudut draft tube : 50
 Ketebalan dinding draft tube : 1.5 mm
 Material Hub dan Impeller : copper alloy
 Material saluran masuk, Elbow : st 37
 Material draft tube : st 37
 Tinggi draft tube :
 Tebal draft tube : 1,5 mm

3. Waktu Produksi

Waktu pengerjaan total adalah jumlah waktu pengerjaan yang dibutuh kan untuk
memproduksi satu unit turbin propeller adalah 732 menit atau 12,20 jam. Dengan
kata lain bahwa untuk satu unit turbin dapat dibuat dalam waktu satu hari.

4. Ongkos Pengerjaan

Apabila kita asumsikan ongkos pengerjaan adalah 25 % ( Rp 1.176.000) dari


harga material yang di butuhkan maka biaya produksi untuk satu turbin propeller
head rendah yang mempunyai tinggi air jatuh 5 meter dan debit 0,11 m3/s adalah
1.176.000 + 4.704.000 = 5.880.000. (Lima Juta Delapan Ratus Delapan Puluh
Ribu Rupiah).

5. Pengujian

Dari hasil pengujian turbin menunjukkan bahwa semakin besar debit aliran air
maka efisiensi turbin meningkat. Namun untuk efisiensi tertinggi pada saat debit
0,006 diperoleh oleh sudu yang mempunyai aerodinamis sebesar 33,81%,
kemudian disusul oleh sudu yang terbuat dari besi plat 2 mm yang mempunyai
kelengkungan dengan effisiensi sebesar 27,01 % dan untuk sudu yang terbuat
dari besi plat 3 mm yang tidak mempunyai kelengkungan mempunyai effisiensi
yang sangat rendah yaitu sebesar 11,47 %. Selisih effisiensi antara sudu yang

Marfizal / 1120912016 110


mempunyai aerodinamis lebih tinggi 6 % di bandingkan sudu yang terbuat dari
besi plat 2 mm yang mempunyai kelengkungan sudu.

Pengujian turbin juga menunjukkan bahwa semakin semakin tinggi head turbin
maka effisiensi juga meningkat, untuk head 12,04 dari ketiga pengujian sudu
turbin ini, bahwa effisiensi 33,81 % untuk sudu yang mempunyai aerodinamis,
effisiensi sebesar 27,01 % sudu yang terbuat dari besi plat 2 mm yang
mempunyai kelengkungan, 11,47 % sudu yang terbuat dari besi plat 3 mm yang
tidak mempunyai kelengkungan

5.2 Saran

Dalam penelitian dihasilkan effisieni tertinggi sebesar 33,81 % sudu yang


berpenampang aerodinamik, dan terenah pada sudu yang terbuat dari besi plat 3
mm 11,47 %, pengujian ini hasil belum memperoleh hasil maksimal karena
pengujian dilakukan dibawah debit rancangan. Hal ini terjadi karena keterbatasan
peralatan di laborator, namun hasil pengujian ini telah cukup menggambarkan
bahwa effisiensi terbesar adalah untuk sudu yang mempunyai aerodinamis.

Marfizal / 1120912016 111


DAFTAR PUSTAKA

[1].....http://www.Smallhydroworld.Org/fileadmin/userupload/pdf/WSHPDR2013ExecutiveS
ummary.pdf.

[2] http://en.wikipedia.org/wiki/Hydroelectricity#mediaviewer/File:Top_5_Hydropower-
Producing _ Countries.png.

[3] Statistik Ekonomi Indonesia 2004”, Pusat Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral,
Jakarta, 2004.

[4] Bard Jackson (1982), State-of-the-Art in Mini-Hydro Electrical Design, Washinpon,


D.C. USA

[5] Flaspöhler. T (2007). Design of the runner of a Kaplan turbine for small hydroelectric
power plant, University of Applied Sciences, Mechanical engineering Department.

[6] Pribadyo, R dan Ahmad, S (2006). Perencanaan Dan Pengujian Turbin Propeller Untuk
Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (Pltmh) Head Rendah, Universitas Teuku
Umar, Banda Aceh.

[7] Robert .S and Arthur. W, (2011) Design of propeller turbines for pico hydro,
Notingham, UK.

[8] Bryan Patrick Ho-Yan,(2012), Design of a Low Head Pico Hydro Turbine for Rural
Electrification in Cameroon, Canada

[9] Edi Permadi (2012).Desain Turbin Turbopropeller, Bandung Indonesia

[10] Harikishan Gupta E (2013), Design and Operation of Tesla Turbo machine - A state of
the art review, K. L. University, Vaddeswaram, India

[11] C.Dragu (2001), Small-Scale Renewable Energy in The Next Century Market
Hydro Plants - State of The Art and Applications, Energy Institute, Belgium

[12] http://www.slideshare.net/xtmxady/jenis-jenis-turbin-turbin-pelton-turbin-francis-dan-
turbin-kaplan

[13] Felik Mtalo,”Design and fabrication ot cross flow turbine”Tazania 2010

[14] http://www.ec21.com/product-details/Tubular-Micro-Hydro-Turbine.

[15] http://yueniao.en.made-in-china.com.
[16] http://yueniao.en.made-in-china.com

[17] Flaspöhler. T (2006). Design of the small hydroelectric power plant, University of
Applied Sciences, Mechanical engineering Department.

[18] Niemenn Gustav (1981). Elemen Mesin, Erlangga, Jakarta

[19] Ruchi.K, and Vishnu. P, (2012) design optimisation of conical draft tube of hydraulic
turbine, India.

[20] Michael F. Ashby,”Materials Selection in Mechanical Design”, Pergamon Press 1992

[21] Syaifullah (2010). Pengenalan Metode AHP ( Analytical HierarchyProcess ), Word


Press Jakarta.

[22] Serope Kalpakjian, Manufacturing Engineering and Technology, Pearson Education,


Limited, 2013

[23] M. White. Frank (1988). Mekanika Fluida, Erlangga, Jakarta.

[24] Adwait A. Joshi . Piping Stress Analysis, Indian Institute Of Technology, Bombay,
2001

[25] Spotts. MF, (1985). Design of Machine Element, Edisi 6, Northwestern University
Data Pengujian Sudu Turbin Propeller Dengan Airfoil
Kec.
Variasi Area Pipa Kec. Aliran
Diameter Diameter
Tutup Put. Debit Area Pipa Masuk Aliran Masuk
Pengujian H weir (cm) M(Kg) Radius (m) Pipa Pipa Prop
Katup By (Rpm) (m3/s) Input (m2) Propeller pipa Input Propeller
Input (m) (m)
Pass (m2) (m/s) Turbin
(m/s)
1 4/4 101 12,00 11,00 0,034 0,006 0,076 0,152 0,005 0,018 1,36 0,34
2 4/4 101 12,00 11,50 0,034 0,006 0,076 0,152 0,005 0,018 1,36 0,34
3 4/4 102 12,00 11,50 0,034 0,006 0,076 0,152 0,005 0,018 1,36 0,34
4 4/4 102 12,00 11,50 0,034 0,006 0,076 0,152 0,005 0,018 1,36 0,34
5 4/4 101 12,00 11,00 0,034 0,006 0,076 0,152 0,005 0,018 1,36 0,34
6 4/4 103 12,00 11,00 0,034 0,006 0,076 0,152 0,005 0,018 1,36 0,34
Average 101,67 12,00 11,25 0,034 0,006 0,076 0,152 0,005 0,018 1,36 0,34

Variasi
Tutup Laju Aliran Kec.Sudut Gaya (F) Torsi Pporos
Pengujian P, H E Total Eff
Katup By (kg/s) (rad /s) N (N.M) Watt
Pass
1 4/4 101.325 998 6,16 101,53 0,93 10,44 102,45 10,57 107,91 3,67 38,79 37,86%
2 4/4 101.325 998 6,16 101,53 0,93 10,44 102,45 10,57 112,82 3,84 40,55 39,58%
3 4/4 101.325 998 6,16 101,53 0,93 10,44 102,45 10,68 112,82 3,84 40,95 39,97%
4 4/4 101.325 998 6,16 101,53 0,93 10,44 102,45 10,68 112,82 3,84 40,95 39,97%
5 4/4 101.325 998 6,16 101,53 0,93 10,44 102,45 10,57 107,91 3,67 38,79 37,86%
6 4/4 101.325 998 6,16 101,53 0,93 10,44 102,45 10,78 107,91 3,67 39,55 38,61%
Average 101.325 998,00 6,16 101,53 0,93 10,44 102,45 10,64 107,91 0,33 0,06 38,97%
Kec.
Variasi Area Pipa Kec. Aliran
Diameter Diameter
Tutup Put. Debit Area Pipa Masuk Aliran Masuk
Pengujian H weir (cm) M(Kg) Radius (m) Pipa Pipa Prop
Katup By (Rpm) (m3/s) Input (m2) Propeller pipa Input Propeller
Input (m) (m)
Pass (m2) (m/s) Turbin
(m/s)
1 3/4 87 10,00 8,20 0,034 0,004 0,076 0,152 0,005 0,018 0,86 0,22
2 3/4 86 10,00 8,00 0,034 0,004 0,076 0,152 0,005 0,018 0,86 0,22
3 3/4 85 10,00 8,10 0,034 0,004 0,076 0,152 0,005 0,018 0,86 0,22
4 3/4 84 10,00 8,10 0,034 0,004 0,076 0,152 0,005 0,018 0,86 0,22
5 3/4 86 10,00 8,00 0,034 0,004 0,076 0,152 0,005 0,018 0,86 0,22
6 3/4 87 10,00 8,10 0,034 0,004 0,076 0,152 0,005 0,018 0,86 0,22
Average 85,83 10,00 8,08 0,034 0,004 0,076 0,152 0,005 0,018 0,86 0,22

Variasi
Tutup Laju Aliran Kec.Sudut Gaya (F) Torsi Pporos
Pengujian P, H E Total Eff
Katup By (kg/s) (rad /s) N (N.M) Watt
Pass
1 3/4 101.325 998 3,90 101,53 0,02 10,35 101,55 9,11 80,44 2,74 24,91 24,52%
2 3/4 101.325 998 3,90 101,53 0,02 10,35 101,55 9,00 78,48 2,67 24,02 23,65%
3 3/4 101.325 998 3,90 101,53 0,02 10,35 101,55 8,90 79,46 2,70 24,04 23,67%
4 3/4 101.325 998 3,90 101,53 0,02 10,35 101,55 8,79 79,46 2,70 23,75 23,39%
5 3/4 101.325 998 3,90 101,53 0,02 10,35 101,55 9,00 78,48 2,67 24,02 23,65%
6 3/4 101.325 998 3,90 101,53 0,02 10,35 101,55 9,11 79,46 2,70 24,60 24,23%
Average 101.325 998 3,90 101,53 0,02 10,35 101,55 8,98 79,30 2,70 24,22 23,85%
Kec.
Variasi Area Pipa Kec. Aliran
Diameter Diameter
Tutup Put. Debit Area Pipa Masuk Aliran Masuk
Pengujian H weir (cm) M(Kg) Radius (m) Pipa Pipa Prop
Katup By (Rpm) (m3/s) Input (m2) Propeller pipa Input Propeller
Input (m) (m)
Pass (m2) (m/s) Turbin
(m/s)
1 2/4 60 8,00 6,80 0,034 0,002 0,076 0,152 0,005 0,018 0,49 0,12
2 2/4 63 8,00 6,30 0,034 0,002 0,076 0,152 0,005 0,018 0,49 0,12
3 2/4 63 8,00 6,30 0,034 0,002 0,076 0,152 0,005 0,018 0,49 0,12
4 2/4 64 8,00 6,20 0,034 0,002 0,076 0,152 0,005 0,018 0,49 0,12
5 2/4 63 8,00 6,20 0,034 0,002 0,076 0,152 0,005 0,018 0,49 0,12
6 2/4 64 8,00 6,30 0,034 0,002 0,076 0,152 0,005 0,018 0,49 0,12
Average 62,83 8,00 6,35 0,034 0,002 0,076 0,152 0,005 0,018 0,49 0,12

Variasi
Tutup Laju Aliran Kec.Sudut Gaya (F) Torsi Pporos
Pengujian P, H E Total Eff
Katup By (kg/s) (rad /s) N (N.M) Watt
Pass
1 2/4 101.325 998 2,23 101,53 0,01 10,35 101,54 6,28 66,71 2,27 14,24 14,03%
2 2/4 101.325 998 2,23 101,53 0,01 10,35 101,54 6,59 61,80 2,10 13,86 13,65%
3 2/4 101.325 998 2,23 101,53 0,01 10,35 101,54 6,59 61,80 2,10 13,86 13,65%
4 2/4 101.325 998 2,23 101,53 0,01 10,35 101,54 6,70 60,82 2,07 13,85 13,64%
5 2/4 101.325 998 2,23 101,53 0,01 10,35 101,54 6,59 60,82 2,07 13,64 13,43%
6 2/4 101.325 998 2,23 101,53 0,01 10,35 101,54 6,70 61,80 2,10 14,08 13,86%
Average 101.325 998 2,23 101,53 0,01 10,35 101,54 6,58 62,29 2,12 13,92 13,71%
Kec.
Variasi Area Pipa Kec. Aliran
Diameter Diameter
Tutup Put. Debit Area Pipa Masuk Aliran Masuk
Pengujian H weir (cm) M(Kg) Radius (m) Pipa Pipa Prop
Katup By (Rpm) (m3/s) Input (m2) Propeller pipa Input Propeller
Input (m) (m)
Pass (m2) (m/s) Turbin
(m/s)
1 1/4 47 6,00 2,00 0,034 0,001 0,076 0,152 0,005 0,018 0,24 0,06
2 1/4 47 6,00 1,90 0,034 0,001 0,076 0,152 0,005 0,018 0,24 0,06
3 1/4 47 6,00 2,00 0,034 0,001 0,076 0,152 0,005 0,018 0,24 0,06
4 1/4 48 6,00 2,00 0,034 0,001 0,076 0,152 0,005 0,018 0,24 0,06
5 1/4 47 6,00 2,00 0,034 0,001 0,076 0,152 0,005 0,018 0,24 0,06
6 1/4 47 6,00 1,90 0,034 0,001 0,076 0,152 0,005 0,018 0,24 0,06
Average 47,17 6,00 1,97 0,034 0,001 0,076 0,152 0,005 0,018 0,24 0,06

Variasi
Tutup Laju Aliran Kec.Sudut Gaya (F) Torsi Pporos
Pengujian P, H E Total Eff
Katup By (kg/s) (rad /s) N (N.M) Watt
Pass
1 1/4 101.325 998 1,09 101,53 0,002 10,350 101,53 4,92 19,62 0,67 3,28 3,23%
2 1/4 101.325 998 1,09 101,53 0,002 10,350 101,53 4,92 18,64 0,63 3,12 3,07%
3 1/4 101.325 998 1,09 101,53 0,002 10,350 101,53 4,92 19,62 0,67 3,28 3,23%
4 1/4 101.325 998 1,09 101,53 0,002 10,350 101,53 5,02 19,62 0,67 3,35 3,30%
5 1/4 101.325 998 1,09 101,53 0,002 10,350 101,53 4,92 19,62 0,67 3,28 3,23%
6 1/4 101.325 998 1,09 101,53 0,002 10,350 101,53 4,92 18,64 0,63 3,12 3,07%
Average 101.325 998 1,09 101,53 0,002 10,350 101,53 4,94 19,29 0,66 3,24 3,19%
Data Pengujian Sudu Turbin Propeller Tanpa Airfoil Terbuat dari Besi Plat 2 mm
Kec.
Variasi Area Pipa Kec. Aliran
Diameter Diameter
Tutup H weir Radius Debit Area Pipa Masuk Aliran Masuk
Pengujian Put. (Rpm) M(Kg) Pipa Input Pipa Prop
Katup By (cm) (m) (m3/s) Input (m2) Propeller pipa Input Propeller
(m) (m)
Pass (m2) (m/s) Turbin
(m/s)
1 4/4 96 12,00 9,60 0,034 0,006 0,076 0,152 0,005 0,018 1,36 0,34
2 4/4 95 12,00 9,60 0,034 0,006 0,076 0,152 0,005 0,018 1,36 0,34
3 4/4 96 12,00 9,40 0,034 0,006 0,076 0,152 0,005 0,018 1,36 0,34
4 4/4 95 12,00 9,50 0,034 0,006 0,076 0,152 0,005 0,018 1,36 0,34
5 4/4 96 12,00 9,60 0,034 0,006 0,076 0,152 0,005 0,018 1,36 0,34
6 4/4 96 12,00 9,40 0,034 0,006 0,076 0,152 0,005 0,018 1,36 0,34
Average 95,67 12,00 9,52 0,034 0,006 0,076 0,152 0,005 0,018 1,36 0,34

Variasi
Tutup Laju Aliran Kec.Sudut Gaya (F) Torsi Pporos
Pengujian P, H E Total Eff
Katup By (kg/s) (rad /s) N (N.M) Watt
Pass
1 4/4 101.325 998 6,16 101,53 0,93 10,44 102,45 10,05 94,18 3,20 32,17 31,40%
2 4/4 101.325 998 6,16 101,53 0,93 10,44 102,45 9,94 94,18 3,20 31,84 31,08%
3 4/4 101.325 998 6,16 101,53 0,93 10,44 102,45 10,05 92,21 3,14 31,50 30,75%
4 4/4 101.325 998 6,16 101,53 0,93 10,44 102,45 9,94 93,20 3,17 31,51 30,75%
5 4/4 101.325 998 6,16 101,53 0,93 10,44 102,45 10,05 94,18 3,20 32,17 31,40%
6 4/4 101.325 998 6,16 101,53 0,93 10,44 102,45 10,05 94,18 3,20 32,17 31,40%
Average 101.325 998,00 6,16 101,53 0,93 10,44 102,45 10,01 92,21 0,33 0,06 31,13%
Kec.
Variasi Area Pipa Kec. Aliran
Diameter Diameter
Tutup H weir Radius Debit Area Pipa Masuk Aliran Masuk
Pengujian Put. (Rpm) M(Kg) Pipa Input Pipa Prop
Katup By (cm) (m) (m3/s) Input (m2) Propeller pipa Input Propeller
(m) (m)
Pass (m2) (m/s) Turbin
(m/s)
1 3/4 80 10,00 6,00 0,034 0,004 0,076 0,152 0,005 0,018 0,86 0,22
2 3/4 81 10,00 6,90 0,034 0,004 0,076 0,152 0,005 0,018 0,86 0,22
3 3/4 80 10,00 6,90 0,034 0,004 0,076 0,152 0,005 0,018 0,86 0,22
4 3/4 81 10,00 6,90 0,034 0,004 0,076 0,152 0,005 0,018 0,86 0,22
5 3/4 81 10,00 6,90 0,034 0,004 0,076 0,152 0,005 0,018 0,86 0,22
6 3/4 80 10,00 6,00 0,034 0,004 0,076 0,152 0,005 0,018 0,86 0,22
Average 80,50 10,00 6,60 0,034 0,004 0,076 0,152 0,005 0,018 0,86 0,22

Variasi
Tutup Laju Aliran Kec.Sudut Gaya (F) Torsi Pporos
Pengujian P, H E Total Eff
Katup By (kg/s) (rad /s) N (N.M) Watt
Pass
1 3/4 101.325 998 3,90 101,53 0,02 10,35 101,55 8,37 58,86 2,00 16,76 16,50%
2 3/4 101.325 998 3,90 101,53 0,02 10,35 101,55 8,48 67,69 2,30 19,51 19,21%
3 3/4 101.325 998 3,90 101,53 0,02 10,35 101,55 8,37 67,69 2,30 19,27 18,98%
4 3/4 101.325 998 3,90 101,53 0,02 10,35 101,55 8,48 67,69 2,30 19,51 19,21%
5 3/4 101.325 998 3,90 101,53 0,02 10,35 101,55 8,48 67,69 2,30 19,51 19,21%
6 3/4 101.325 998 3,90 101,53 0,02 10,35 101,55 8,37 58,86 2,00 16,76 16,50%
Average 101.325 998 3,90 101,53 0,02 10,35 101,55 8,43 64,75 2,20 18,55 18,27%
Kec.
Variasi Area Pipa Kec. Aliran
Diameter Diameter
Tutup H weir Radius Debit Area Pipa Masuk Aliran Masuk
Pengujian Put. (Rpm) M(Kg) Pipa Input Pipa Prop
Katup By (cm) (m) (m3/s) Input (m2) Propeller pipa Input Propeller
(m) (m)
Pass (m2) (m/s) Turbin
(m/s)
1 2/4 60 8,00 3,80 0,034 0,002 0,076 0,152 0,005 0,018 0,49 0,12
2 2/4 60 8,00 3,80 0,034 0,002 0,076 0,152 0,005 0,018 0,49 0,12
3 2/4 60 8,00 3,90 0,034 0,002 0,076 0,152 0,005 0,018 0,49 0,12
4 2/4 60 8,00 3,80 0,034 0,002 0,076 0,152 0,005 0,018 0,49 0,12
5 2/4 60 8,00 3,90 0,034 0,002 0,076 0,152 0,005 0,018 0,49 0,12
6 2/4 60 8,00 3,90 0,034 0,002 0,076 0,152 0,005 0,018 0,49 0,12
Average 60,00 8,00 3,85 0,034 0,002 0,076 0,152 0,005 0,018 0,49 0,12

Variasi
Tutup Laju Aliran Kec.Sudut Gaya (F) Torsi Pporos
Pengujian P, H E Total Eff
Katup By (kg/s) (rad /s) N (N.M) Watt
Pass
1 2/4 101.325 998 2,23 101,53 0,01 10,35 101,54 6,28 37,28 1,27 7,96 7,84%
2 2/4 101.325 998 2,23 101,53 0,01 10,35 101,54 6,28 37,28 1,27 7,96 7,84%
3 2/4 101.325 998 2,23 101,53 0,01 10,35 101,54 6,28 38,26 1,30 8,17 8,05%
4 2/4 101.325 998 2,23 101,53 0,01 10,35 101,54 6,28 37,28 1,27 7,96 7,84%
5 2/4 101.325 998 2,23 101,53 0,01 10,35 101,54 6,28 38,26 1,30 8,17 8,05%
6 2/4 101.325 998 2,23 101,53 0,01 10,35 101,54 6,28 38,26 1,30 8,17 8,05%
Average 101.325 998 2,23 101,53 0,01 10,35 101,54 6,28 37,77 1,28 8,06 7,94%
Kec.
Variasi Area Pipa Kec. Aliran
Diameter Diameter
Tutup H weir Radius Debit Area Pipa Masuk Aliran Masuk
Pengujian Put. (Rpm) M(Kg) Pipa Input Pipa Prop
Katup By (cm) (m) (m3/s) Input (m2) Propeller pipa Input Propeller
(m) (m)
Pass (m2) (m/s) Turbin
(m/s)
1 1/4 45 6,00 1,00 0,034 0,001 0,076 0,152 0,005 0,018 0,24 0,06
2 1/4 44 6,00 0,90 0,034 0,001 0,076 0,152 0,005 0,018 0,24 0,06
3 1/4 44 6,00 1,00 0,034 0,001 0,076 0,152 0,005 0,018 0,24 0,06
4 1/4 45 6,00 0,90 0,034 0,001 0,076 0,152 0,005 0,018 0,24 0,06
5 1/4 45 6,00 1,00 0,034 0,001 0,076 0,152 0,005 0,018 0,24 0,06
6 1/4 44 6,00 1,00 0,034 0,001 0,076 0,152 0,005 0,018 0,24 0,06
Average 44,50 6,00 0,97 0,034 0,001 0,076 0,152 0,005 0,018 0,24 0,06

Variasi
Tutup Laju Aliran Kec.Sudut Gaya (F) Torsi Pporos
Pengujian P, H E Total Eff
Katup By (kg/s) (rad /s) N (N.M) Watt
Pass
1 1/4 101.325 998 1,09 101,53 0,002 10,35 101,530 4,71 9,81 0,33 1,57 1,55%
2 1/4 101.325 998 1,09 101,53 0,002 10,35 101,530 4,61 8,83 0,30 1,38 1,36%
3 1/4 101.325 998 1,09 101,53 0,002 10,35 101,530 4,61 9,81 0,33 1,54 1,51%
4 1/4 101.325 998 1,09 101,53 0,002 10,35 101,530 4,71 8,83 0,30 1,41 1,39%
5 1/4 101.325 998 1,09 101,53 0,002 10,35 101,530 4,71 9,81 0,33 1,57 1,55%
6 1/4 101.325 998 1,09 101,53 0,002 10,35 101,530 4,61 9,81 0,33 1,54 1,51%
Average 101.325 998 1,09 101,53 0,002 10,35 101,530 4,66 9,48 0,32 1,50 1,48%
Data Pengujian Sudu Turbin Propeller Tanpa Airfoil Terbuat dari Besi Plat 3 mm
Kec.
Variasi Area Pipa Kec. Aliran
Diameter Diameter
Tutup Radius Debit Area Pipa Masuk Aliran Masuk
Pengujian Put. (Rpm) H weir (cm) M(Kg) Pipa Input Pipa Prop
Katup By (m) (m3/s) Input (m2) Propeller pipa Input Propeller
(m) (m)
Pass (m2) (m/s) Turbin
(m/s)
1 4/4 64 12,00 6,00 0,034 0,006 0,076 0,152 0,005 0,018 1,36 0,34
2 4/4 65 12,00 6,10 0,034 0,006 0,076 0,152 0,005 0,018 1,36 0,34
3 4/4 65 12,00 6,00 0,034 0,006 0,076 0,152 0,005 0,018 1,36 0,34
4 4/4 64 12,00 6,00 0,034 0,006 0,076 0,152 0,005 0,018 1,36 0,34
5 4/4 64 12,00 6,00 0,034 0,006 0,076 0,152 0,005 0,018 1,36 0,34
6 4/4 65 12,00 6,00 0,034 0,006 0,076 0,152 0,005 0,018 1,36 0,34
Average 64,50 12,00 6,02 0,034 0,006 0,076 0,152 0,005 0,018 1,36 0,34

Variasi
Tutup Laju Aliran Kec.Sudut Gaya (F) Torsi Pporos
Pengujian P, H E Total Eff
Katup By (kg/s) (rad /s) N (N.M) Watt
Pass
1 4/4 101.325 998 6,16 101,53 0,93 10,44 102,45 6,70 58,86 2,00 13,41 13,08%
2 4/4 101.325 998 6,16 101,53 0,93 10,44 102,45 6,80 59,84 2,03 13,84 13,51%
3 4/4 101.325 998 6,16 101,53 0,93 10,44 102,45 6,80 58,86 2,00 13,62 13,29%
4 4/4 101.325 998 6,16 101,53 0,93 10,44 102,45 6,70 58,86 2,00 13,41 13,08%
5 4/4 101.325 998 6,16 101,53 0,93 10,44 102,45 6,70 58,86 2,00 13,41 13,08%
6 4/4 101.325 998 6,16 101,53 0,93 10,44 102,45 6,80 58,86 2,00 13,62 13,29%
Average 101.325 998,00 6,16 101,53 0,93 10,44 102,45 6,75 58,86 0,33 0,06 13,22%
Kec.
Variasi Area Pipa Kec. Aliran
Diameter Diameter
Tutup Radius Debit Area Pipa Masuk Aliran Masuk
Pengujian Put. (Rpm) H weir (cm) M(Kg) Pipa Input Pipa Prop
Katup By (m) (m3/s) Input (m2) Propeller pipa Input Propeller
(m) (m)
Pass (m2) (m/s) Turbin
(m/s)
1 3/4 45 10,00 4,50 0,034 0,004 0,076 0,152 0,005 0,018 0,86 0,22
2 3/4 46 10,00 4,70 0,034 0,004 0,076 0,152 0,005 0,018 0,86 0,22
3 3/4 46 10,00 4,70 0,034 0,004 0,076 0,152 0,005 0,018 0,86 0,22
4 3/4 46 10,00 4,60 0,034 0,004 0,076 0,152 0,005 0,018 0,86 0,22
5 3/4 46 10,00 4,60 0,034 0,004 0,076 0,152 0,005 0,018 0,86 0,22
6 3/4 45 10,00 4,60 0,034 0,004 0,076 0,152 0,005 0,018 0,86 0,22
Average 45,67 10,00 4,62 0,034 0,004 0,076 0,152 0,005 0,018 0,86 0,22

Variasi
Tutup Laju Aliran Kec.Sudut Gaya (F) Torsi Pporos
Pengujian P, H E Total Eff
Katup By (kg/s) (rad /s) N (N.M) Watt
Pass
1 3/4 101.325 998 3,90 101,53 0,02 10,35 101,55 4,71 44,15 1,50 7,07 6,96%
2 3/4 101.325 998 3,90 101,53 0,02 10,35 101,55 4,81 46,11 1,57 7,55 7,43%
3 3/4 101.325 998 3,90 101,53 0,02 10,35 101,55 4,81 46,11 1,57 7,55 7,43%
4 3/4 101.325 998 3,90 101,53 0,02 10,35 101,55 4,81 45,13 1,53 7,39 7,27%
5 3/4 101.325 998 3,90 101,53 0,02 10,35 101,55 4,81 45,13 1,53 7,39 7,27%
6 3/4 101.325 998 3,90 101,53 0,02 10,35 101,55 4,71 45,13 1,53 7,23 7,12%
Average 101.325 998 3,90 101,53 0,02 10,35 101,55 4,78 45,29 1,54 7,36 7,25%
Kec.
Variasi Area Pipa Kec. Aliran
Diameter Diameter
Tutup Radius Debit Area Pipa Masuk Aliran Masuk
Pengujian Put. (Rpm) H weir (cm) M(Kg) Pipa Input Pipa Prop
Katup By (m) (m3/s) Input (m2) Propeller pipa Input Propeller
(m) (m)
Pass (m2) (m/s) Turbin
(m/s)
1 2/4 39 8,00 3,00 0,034 0,002 0,076 0,152 0,005 0,018 0,49 0,12
2 2/4 40 8,00 2,90 0,034 0,002 0,076 0,152 0,005 0,018 0,49 0,12
3 2/4 39 8,00 2,90 0,034 0,002 0,076 0,152 0,005 0,018 0,49 0,12
4 2/4 40 8,00 3,10 0,034 0,002 0,076 0,152 0,005 0,018 0,49 0,12
5 2/4 39 8,00 3,10 0,034 0,002 0,076 0,152 0,005 0,018 0,49 0,12
6 2/4 40 8,00 3,10 0,034 0,002 0,076 0,152 0,005 0,018 0,49 0,12
Average 39,50 8,00 3,02 0,034 0,002 0,076 0,152 0,005 0,018 0,49 0,12

Variasi
Tutup Laju Aliran Kec.Sudut Gaya (F) Torsi Pporos
Pengujian P, H E Total Eff
Katup By (kg/s) (rad /s) N (N.M) Watt
Pass
1 2/4 101.325 998 2,23 101,53 0,01 10,35 101,54 4,08 29,43 1,00 4,08 4,02%
2 2/4 101.325 998 2,23 101,53 0,01 10,35 101,54 4,19 28,45 0,97 4,05 3,99%
3 2/4 101.325 998 2,23 101,53 0,01 10,35 101,54 4,08 28,45 0,97 3,95 3,89%
4 2/4 101.325 998 2,23 101,53 0,01 10,35 101,54 4,19 30,41 1,03 4,33 4,26%
5 2/4 101.325 998 2,23 101,53 0,01 10,35 101,54 4,08 30,41 1,03 4,22 4,16%
6 2/4 101.325 998 2,23 101,53 0,01 10,35 101,54 4,19 30,41 1,03 4,33 4,26%
Average 101.325 998 2,23 101,53 0,01 10,35 101,54 4,13 29,59 1,01 4,16 4,10%
Kec.
Variasi Area Pipa Kec. Aliran
Diameter Diameter
Tutup Radius Debit Area Pipa Masuk Aliran Masuk
Pengujian Put. (Rpm) H weir (cm) M(Kg) Pipa Input Pipa Prop
Katup By (m) (m3/s) Input (m2) Propeller pipa Input Propeller
(m) (m)
Pass (m2) (m/s) Turbin
(m/s)
1 1/4 32 6,00 0,80 0,034 0,001 0,076 0,152 0,005 0,018 0,24 0,06
2 1/4 31 6,00 0,80 0,034 0,001 0,076 0,152 0,005 0,018 0,24 0,06
3 1/4 31 6,00 0,80 0,034 0,001 0,076 0,152 0,005 0,018 0,24 0,06
4 1/4 32 6,00 0,80 0,034 0,001 0,076 0,152 0,005 0,018 0,24 0,06
5 1/4 32 6,00 0,80 0,034 0,001 0,076 0,152 0,005 0,018 0,24 0,06
6 1/4 32 6,00 0,70 0,034 0,001 0,076 0,152 0,005 0,018 0,24 0,06
Average 31,67 6,00 0,78 0,034 0,001 0,076 0,152 0,005 0,018 0,24 0,06

Variasi
Tutup Laju Aliran Kec.Sudut Gaya (F) Torsi Pporos
Pengujian P, H E Total Eff
Katup By (kg/s) (rad /s) N (N.M) Watt
Pass
1 1/4 101.325 998 1,09 101,53 0,002 10,350 101,53 3,35 7,85 0,27 0,89 0,88%
2 1/4 101.325 998 1,09 101,53 0,002 10,350 101,53 3,24 7,85 0,27 0,87 0,85%
3 1/4 101.325 998 1,09 101,53 0,002 10,350 101,53 3,24 7,85 0,27 0,87 0,85%
4 1/4 101.325 998 1,09 101,53 0,002 10,350 101,53 3,35 7,85 0,27 0,89 0,88%
5 1/4 101.325 998 1,09 101,53 0,002 10,350 101,53 3,35 7,85 0,27 0,89 0,88%
6 1/4 101.325 998 1,09 101,53 0,002 10,350 101,53 3,35 6,87 0,23 0,78 0,77%
Average 101.325 998 1,09 101,53 0,002 10,350 101,53 3,31 7,68 0,26 0,87 0,85%
T
60,00

00
3
25,00 M1

,
8x

R230
B(1:1)

72,00
R75,00
208,00

160,00
5,00
R2
,0
0

00
B

R70,
2,0
0 X4
5,0
0 00
A
45, A(1:5)
C

8 x M13
18
0,
00

25
,0
C(1:1)
0
150,0
0

R2,00

2,00 X 45,00
Designed by Checked by Approved by Date Scale Date

Marfizal Adek Tasri Ph.D Adek Tasri Ph.D 1:5 04/03/2015 A4

Elbow
Teknik Mesin Universitas Andalas
Edition Sheet
Elbow 1/1
6 5 4 3 2 1

PARTS LIST
ITEM QTY PART NUMBER DESCRIPTION
D 1 1 Elbow D
2 1 Bearing Housing
14 3 2 Rolling bearing Rolling bearings -
12 70000AC 46206 GB/T Angular contact ball
18 11
5 292-94 bearings - Boundary
6 10
17 dimensions
2 4
4 1 Bearing Housing -
3 PENUTUP
5 1 Hub - Impeler
6 1 Shaft
7 1 Key
8 1 Inlet
C 9 1 Draft Tube C
10 1 Frame
11 1 Generator
12 1 Generator-Shaft
21 13
7 13 2 Key 2
14 1 Flens 2
15 1 Flens
8 16 1 Flens-Karet
17 1 Bushing
18 6 ISO 4015 - M8 x 55 Hexagon head bolts -
19 product grade B -
10
1 9 Reduced shank (shank B
B
10 diameter ~ pitch
diameter)
19 26 ISO 4034 - M8 Hexagon nuts - Product
grade C
20 4 ISO 4015 - M8 x 30 Hexagon head bolts -
product grade B -
Reduced shank (shank
diameter ~ pitch
diameter)
21 16 ISO 4018 - M8 x 60 Hexagon head screws.
Product grade C
Date Date
A Designed by Checked by Approved by
A
Marfizal Adek Tasri,Ph.D 19/02/2015

Edition Sheet
Assembly Turbin print komplit 1 / 11
6 5 4 3 2 1
R4
,00

8,00
4,00
24,00

Designed by Checked by Approved by Date Scale Date

Marfizal Adek Tasri Ph.D Adek Tasri Ph.D 4:1 04/03/2015 A4

Pasak Poros Turbin


Teknik Mesin Universitas Andalas
Edition Sheet
Pasak Poros Turbin 1/1
R4,0
0

8,00
6,00
28,00

Designed by Checked by Approved by Date Scale Date

Marfizal Adek Tasri Ph.D Adek Tasri Ph.D 4:1 04/03/2015 A4

Pasak Poros Generator


Teknik Mesin Universitas Andalas
Edition Sheet
Pasak Poros Generator 1/1
A A-A
40
,00

,00
30

A 141,00

Designed by Checked by Approved by Date Scale Date

Marfizal Adek Tasri Ph.D Adek Tasri Ph.D 1:2 04/03/2015 A4

Bushing
Teknik Mesin Universitas Andalas
Edition Sheet
Bushing 1/1
2,00

30,00
7,00 16,00
16,00 7,00

8,00
8,00

Designed by Checked by Approved by Date Scale Date

Marfizal Adek Tasri Ph.D Adek Tasri Ph.D 1:1 04/03/2015 A4

Poros
Teknik Mesin Universitas Andalas
Edition Sheet
Poros 1/1
M8
6x

R60,00
150,
00

t2

Designed by Checked by Approved by Date Scale Date

Marfizal Adek Tasri Ph.D Adek Tasri Ph.D 1:2 04/03/2015 A4

Karet Kopling
Teknik Mesin Universitas Andalas
Edition Sheet
Karet Kopling 1/1
8
xM
4
5,00 3,00
11
2,0
0
5,00
67,00

30,00
,00
72

A
229,00
30
,00

245,00

A(1:1)
0
,0
R2

Designed by Checked by Approved by Date Scale: Date

1,00 X 45,00 Marfizal Adek Tasri Ph.D Adek Tasri Ph.D 1:2 04/03/2015 A4

Bearing Housing
Teknik Mesin Universitas Andalas
Edition Sheet
Bearing Housing 1/1
A-A ( 1 : 2 )

3,00
00
A 6 6,
11
2,0
0
00
30,

M8
4x

A 8,00

Designed by Checked by Approved by Date Scale Date

Marfizal Adek Tasri Ph.D Adek Tasri Ph.D 1:2 04/03/2015 A4


Penutup Bearing Housing
Teknik Mesin Universitas Andalas
Edition Sheet
Penutup Bearing Housing 1/1
A-A ( 1 : 2 )
00
R4,

27,00
20,00

0
,0
30
15
0,
0 0
M8
6x

R60,00
8,00

17,00
31,00

A 100
,00 A

B(1:1) 40,00

1,00 X 45,00

0 Designed by Checked by Approved by Date Scale Date


,0
R2 Marfizal Adek Tasri Ph.D Adek Tasri Ph.D 1:2 04/03/2015 A4
Kopling Flens Tetap - Poros Turbin
1,00 X 45,00 Teknik Mesin Universitas Andalas
Edition Sheet
Kopling Flens Tetap - Poros Turbin 1/1
0
50,0
M8
6x
10
0,0
B
0

A A

28,00
30

8,00
0
0,0
15

20,00

A-A ( 1 : 2 ) B(1:1)
40,00
R60,00 1,00 X 45,00

R2,0
0
1,00 X 45,00
R4
0,0

Designed by Checked by Approved by Date Scale Date

Marfizal Adek Tasri Ph.D Adek Tasri Ph.D 1:2 04/03/2015 A4

Kopling Flens Tetap - Poros Generator


Teknik Mesin Universitas Andalas
Edition Sheet
Kopling Flens Tetap - Poros Generator 1/1
13
M
x
8 3,00
20
8,0
0

00
A
06,
3

575,00
15
0,0
0

600,00

A(1:2)

R2
,0 Designed by Checked by Approved by Date Scale Date
0
Marfizal Adek Tasri Ph.D Adek Tasri Ph.D 1:5 04/03/2015 A4
Draft Tube
1,00 X 45,00
Teknik Mesin Universitas Andalas
Edition Sheet
Draft Tube 1/1
8,00
A-A

00
,
R74
A
50
,00

R3
8,
90
12,00

17,00
15,00

,0 0
R15

A 30,00 2,00

60,00

Designed by Checked by Approved by Date Scale Date


3/4/2015 A4
Marfizal Adek Tasri Ph.D Adek Tasri Ph.D 1:2
Propeler Turbin
Teknik Mesin Universitas Andalas Edition Sheet
Propeler Turbin 1/2
A-A

R102,7
R134,36

19,99
,83

1
,85
R881

R988

R 42
,5 0
61,98

101,00
B-B

R199,
R253,31

19,66
29
R5
C C 5,0
0
B B 77,83
0

A A
,0
49

C-C
39,00

R514
R465

,86

19,79
5,8

R7
3
R12

R92,00

,75
R202
5
09,

1,
32

62

16,00

R1,05
Designed by Checked by Approved by Date Scale Date
A4
09 Marfizal Adek Tasri Ph.D Adek Tasri Ph.D 1:2 3/4/2015
R1,
R43,4

R64,00

Propeler Turbin
Teknik Mesin Universitas Andalas
9

Edition Sheet
Propeler Turbin 2/2
3 25,00
x M1
8

5,00
R89,50
208,
00

,0 0
150

A(1:1) A
103,00

128,00

R2
,0
0 Date Scale Date
Designed by Checked by Approved by

Marfizal Adek Tasri Ph.D Adek Tasri Ph.D 1:2 04/03/2015 A4


1,00 X 45,00
Pipa Inlet
Teknik Mesin Universitas Andalas
Edition Sheet
Pipa Inlet 1/1
DRAFT TUBE DAN VALVE

DRAFT TUBE DAN VALVE TERPASANG


MIKROHIDRO TAMPAK DEPAN

TANPA DRAFT TUBE DAN VALVE TAMPAK SAMPING


SUDU DENGAN AIRODINAMIS

SUDU TANPA AIRODINAMIS PLAT 2 MM

SUDU TANPA AIRODINAMIS PLAT 3 MM


PHOTO PENGUJIAN TURBIN PROPELLER
BIODATA

I IDENTITAS DIRI

1.1 Nama Lengkap (dengan gelar) : Marfizal,ST


1.2 Jabatan Fungsional : -
1.3 NIP/NIK/No. identitas lainnya :
1.4 Tempat dan Tanggal Lahir : Talang Tan Saidi / 22 Februari 1973
1.5 Alamat Rumah : Jalan Nusa Indah II No 14 RT 32
Kel.Simpang IV Sipin Kota Jambi
1.6 Nomor Telepon/Faks : -
1.7 Nomor HP : 081363421800
1.8 Alamat Kantor : Jalan Kapten Pattimura No 100 Kel
Rawasari Kota jambi
1.9 Nomor Telepon/Faks : (0741)62626
1.10 Alamat e-mail : Marfizal65@gmail.com
1.11 Bidang Keilmuan : Teknik Mesin (Konversi Energi)

II RIWAYAT PENDIDIKAN

S-1 S-2 S-3


Nama PT Universitas Bung Hatta Universitas Andalas
Bidang Ilmu Teknik Mesin Teknik Mesin
Tahun Masuk-Lulus 1997-2002 2011-2015

Anda mungkin juga menyukai