Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN ISPA


Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Maternitas II
Dosen Pengampu : Liliek Pratiwi S.Kep.,M.KM

DISUSUN OLEH :
1. TIARA LAELA 180711004
2. DELIYA PRASTIKA 180711005
3. M. LUQMAN BAEHAQI 180711010
4. KHUSNUL KHOTIMAH 180711012
5. FITRI AINUN N 180711016
6. MYLISA YUSTISIA 180711019
7. HILMAN KHOLIFATURROHMAN 180711027
8. KARTIKA YUANDANI 180711031

KELAS : 4A
KELOMPOK : 1

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIIYAH CIREBON
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
B.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) di negara berkembang masih merupakan
masalah kesehatan yang menonjol, terutama pada anak. Penyakit ini pada anak
merupakan penyebab kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) yang tinggi.
Angka kematian ISPA di negara maju berkisar antara 10 -15 %, sedangkan di negara
berkembang lebih besar lagi. Di Indonesia angka kematian ISPA diperkirakan mencapai
20 %. Hingga saat ini salah satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat adalah
ISPA. (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). ISPA masih merupakan masalah kesehatan
yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-
kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3 - 6 episode
ISPA setiap tahunnya. 40 % - 60 % dari kunjungan di puskesmas adalah oleh penyakit
ISPA (Anonim, 2009).
ISPA mempunyai manifestasi klinik bermacam-macam tergantung pada beberapa hal
yaitu usia pasien, bagian saluran nafas mana yang terserang, ada atau tidaknya kelainan
paru yang mendasarinya, penyakit lain yang menyertai, mikroorganisme yang menjadi
penyebabnya, rute infeksinya (di komunitas / rumah sakit), daya tahan tubuh pasien yang
terkena. Dengan adanya keanekaragaman manifestasi penyakitnya menimbulkan masalah
terhadap pengenalan (diagnostik) dan pengelolaan penyakit tersebut.

B. TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ISPA
Infeksi Saluran Pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan (hidung,
pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafas
dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat melakukan pernafasan (Pincus Catzel
& Ian Roberts; 1990; 450). Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan pertahanan
alami jalan nafas dalam menghadapi organisme asing (Whaley and Wong; 1991; 1418).
Infeksi saluran pernafasan akut adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan (hidung,
pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafas
dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pasa saat melakukan pernafasan. (Pincus Catzel
& Ian Roberts ).
ISPA adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan
oleh infeksi jasad renik bakteri, virus maupun riketsia, tanpa / disertai radang parenkim paru.
(Mohamad, 35) Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti
batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Infeksi pernapasan jarang
memilki ciri area anatomik tersendiri. Infesi sering menyebar dari satu struktur ke struktur
lainya karena sifat menular dari membran mukosa yang melapisi seluruh saluran. Akibatnya,
infeksi saluran pernapasan akan melibatkan beberapa area tidak hanya satu struktur,
meskipun efek pada satu individu dapat mendominasi penyakt lain.

B. JENIS-JENIS ISPA
Menurut Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA, penyakit ISPA dibagi menjadi
dua golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia.
Untuk kelompok umur kurang dari 2 bulan klasifikasi dibagi atas :
Pneumonia berat Bukan Pneumonia

 Adanya tarikan dinding dada  Tidak ada nafas cepat (nafas kurang
kedalam (chest indrawing). dari 60 x/menit
 Adanya napas cepat lebih dari  Tidak ada tarikan dinding dada /
60x/menit. bagian bawah ke dalam yang kuat.

Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :
1. Pneumonia berat
Bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian bawah kedalam
pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan
tenang tidak menangis atau meronta).

2. Pneumonia
Bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan adalah 50
kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit atau lebih.
3. Bukan pneumonia
Batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan
tidak ada napas cepat.
Klasifikasi penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas menurut (Wong. 2008 : 935)
digolongkan menjadi 3 yaitu:
1) Nasofaringitis
Pengertian :
Keadaan infeksi anak yang paling lazim, tetapi kemaknanya terutama tergantung pada
frekuensi relatife dari komplikasi yang terjadi. Nasofaringitis akut ( sama dengan flu pada
umunya). Gejala nasofaringitis lebih berat ada bayi dan akan dibandingkan orang dewasa.
Demam merupakan gejala yang paling banyak terjadi, terutama pada anak-anak kecil.
Demam pada anak-anak yang sudah lebih besar biasnya lebih rendah, yang terjadi awlnya
proses infeksi.
Etiologi : nasofaringitis disebabkan oleh ≥ 200 agen virus yang berbeda secara serologis
diantaranya :
a. Rhinovirus merupakan agen utama yang menyebabkan lebih dari sepertiga dari semua
kasus demam.
b. Karonavirus menyebabkan sekitar 10%. Masa infeksitivitas berakhir dari beberapa
jam sebelum munculnya gejala dari 1-2 hari sesudah penyakit nampak.
c. Streptococcus grup A adalah bakteri utama yang menyebabkan nasofaringitis akut,
d. Corynebacterium dipheriae, mycoplasma pneumoniane, neisseria meningitides, dan
N.gonnorrea juga merupakan agen infeksi primer.
e. Hemophilus influenzae, strepcococcus pneumoniae, moraxell catarrhalis, dan
staphylococcus aureus dapat menimbulkan infeksi sekunder pada jaringan saluran
pernafasan dan menyebabkan komplikasi pada sinus, telinga, mastoid, limfonodus dan
paru-paru.
Manifestasi Klinis:
ANAK LEBIH KECIL ANAK LEBIH BESAR
 Demam  Hidung dan tengggorokan kering
 Iriitabilitas, gelisah  Iritasi
 Bersin-bersin  Bersin-bersin
 Muntah dan/atau diare  Rasa pedas
 Nyeri otot
 Batuk, kadang-kadang
Tanda - tanda fisiknya
Edema dan vasodilatasi mukosa

Komplikasi :
1. Otitis media
2. Mastoiditis
3. Selulitis
4. Peritonsiler
5. Sinusitis
Pengobatan :
1. Tirah baring
2. Ibu profen, dapat membantu dalam mengurangi irritabilitas, nyeri, dan malaise selama
hari pertama dan hari kedua infeksi.
3. Antipiretik, dapat membantu menurukan demam.

2) Faringitis
Pengertian Faringitis Akut :
Faringitis akut menunjuk pada keadaan dimana keterlibatan utama adalah pada tenggorokan.
Penyakit ini tidak lazim ada pada anak dibawah umur 1 tahun. Insidensinya kemudian naik
sampai puncaknya pada 4-7 tahun tetapi berlanjut sampai akhir masa kanak-kanak dan
kehidupan dewasa.
Faringitis akut adalah infeksi pada faring yang disebabkan oleh virus atau bakteri, yang
ditandai oleh adanya nyeri tenggorokan, faring eksudat dan hiperemis, demam, pembesaran
limfonodi leher dan malaise. (Vincent,2004)
Etiologi :
a. Virus
b. Bakteri
 Streptococus-hemolitikus grup A adalah satu-satunya agen penyebab infeksi
bakteri yang lazim, kecuali selama epidemi
 Mikoplasma
 Arcanobacterium hemolyticum
Manifestasi klinis :
a. Anak yang lebih kecil: demam, malaise umum, anoreksia, sakit tenggorokan sedang,
sakit kepala.
b. Anak yang lebih besar: demam, sakit kepala, anoreksia, disfagia, nyeri abdomen,
muntah.

3) Tonsilitis
Pengertian :
Tonsilitis merupakan infeksi atau peradangan pada tonsil. Dimana tonsil berfungsi mencegah
agar infeksi tidak menyebar ke seluruh tubuh dengan cara menahan kuman masuk melalui
mulut, hidung dan tenggorokan, oleh karena itu, tidak jarang tonsil mengalami paradangan.
( Ilmu kesehatan Anak, nelson 2002).
Etiologi :
Tonsilitis disebabkan oleh :
a. Bakteri Streptococcus beta hemolyticus.
b. Streptococcus Viridans
c. Streptococcus Pyrogen
d. Corybacterium diphteria
e. Virus Coksakei
Manifestrasi Klinis :
a) Demam
b) Penurunan nafsu makan
c) Nyeri abdomen
d) Nyeri tenggorokan
e) Muntah
f) Terlihat eksudat putih pada tonsil

C. PREVALENSI

D. TANDA DAN GEJALA ISPA


1. Batuk
2. Nafas cepat
3. Bersin
4. Pengeluaran sekret atau lendir dari hidung
5. Nyeri kepala
6. Demam ringan
7. Tidak enak badan
8. Hidung tersumbat
9. Kadang-kadang sakit saat menelan

 Tanda-tanda bahaya klinis ISPA


1. Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi
dinding thorak, napas cuping hidung, suara napas lemah atau hilang, dan
wheezing.
2. Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan
cardiac arrest.
3. Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung,
kejang dan coma.
4. Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak
E. ETIOLOGI ISPA
Etiologi ISPA lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur. Bakteri penyebabnya
antara lain dari genus streptokokus, stafilokokus, pnemokokus, hemofilus, bordetella, dan
korine bacterium. Virus penyebabnya antara lain golongan mikovirus, adenovirus,
koronavirus, pikornavirus, mikoplasma, herpesvirus, dan lain-lain.
Bakteri dan virus yang paling sering menjadi penyebab ISPA diantaranya bakteri
stafilokokus dan streptokokus serta virus influenza yang di udara bebas akan masuk dan
menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung.
Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia dibawah 2 tahun yang
kekebalan tubuhnya lemah atau belum sempurna. Peralihan musim kemarau ke musim hujan
juga menimbulkan risiko serangan ISPA.
Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian ISPA pada
anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya sanitasi
lingkungan.

F. MANIFESTASI KLINIS ISPA


Gambaran klinis secara umum yang sering didapat adalah :
1. Rinitis
2. Nyeri tenggorokan
3. Batuk dengan dahak kuning/ putih kental
4. Nyeri retrosternal dan konjungtivitis.
5. Suhu badan meningkat antara 4-7 hari disertai malaise, mialgia, nyeri kepala,
anoreksia, mual, muntah dan insomnia. Bila peningkatan suhu berlangsung lama
biasanya menunjukkan adanya penyulit.

G. KOMPLIKASI ISPA
Jika infeksi terjadi di paru-paru dan tidak ditangani dengan baik, dapat terjadi
komplikasi yang serius dan dapat berakibat fatal. Komplikasi yang sering terjadi akibat ISPA
adalah gagal napas akibat paru-paru berhenti berfungsi, peningkatan kadar karbon dioksida
dalam darah, serta gagal jantung kongestif. Hal yang perlu digaris bawahi, komplikasi ISPA
yang serius bisa mengakibatkan kerusakan permanen bahkan kematian.

H. DAMPAK PADA TUMBUH KEMBANG ANAK


Anak yang terkena ISPA biasanya akan mengalami penurunan nafsu makan akibat
nyeri tenggorokan dan kesulitan menelan. Akibatnya, anak enggan makan sehingga berisiko
tinggi untuk kekurangan pasokan gizi yang dibutuhkan untuk menunjang proses tumbuh
kembang.
Parahnya lagi, anak yang terkena ISPA juga akan menjadi rewel dan mengalami
badan lemas. Keadaan ini membuat anak terhalang untuk melakukan aktivitasnya, sehingga
waktu untuk bermain dan belajar menjadi sangat berkurang.
Lebih jauh, ISPA juga menggangu kualitas tidur sang anak. Ketika hidung mengalami
masalah seperti pilek ataupun tersumbat, anak menjadi tidak dapat tidur dengan nyenyak.
Padahal, tidur yang cukup dan berkualitas merupakan salah satu faktor yang berperan dalam
menunjang laju tumbuh kembang anak.
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis ISPA oleh karena virus dapat ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium
terhadap jasad renik itu sendiri. Pemeriksaan yang dilakukan adalah biakan virus, serologis,
diagnostik virus secara langsung. Sedangkan diagnosis ISPA oleh karena bakteri dilakukan
dengan pemeriksaan sputum, biakan darah, biakan cairan pleura.

J. PENGOBATAN DAN PERAWATAN


 Prinsip perawatan ISPA antara lain :
a. Meningkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
b. Meningkatkan makanan bergizi
c. Bila demam beri kompres dan banyak minum
d. Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan yang
bersih
e. Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlaluketat.
f. Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebutmasih
menetek
 Pengobatan antara lain :
1. Suportif : meningkatkan daya tahan tubuh berupa nutrisi yang adekuat, pemberian
multivitamin dll.
2. Antibiotik :
- Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab
- Utama ditujukan pada S.pneumonia,H.Influensa dan S.Aureus
- Menurut WHO : Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol, Amoksisillin,
Ampisillin, Penisillin Prokain, Pnemonia berat : Benzil penicillin, klorampenikol,
kloksasilin, gentamisin.
- Antibiotik baru lain : Sefalosforin, quinolon dll.

a) Mengatasi panas (demam) dengan memberikan parasetamol atau dengan


kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk.
Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara
pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan
diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih,
celupkan pada air (tidak perlu air es).
b) Mengatasi batuk. Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan
tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu
½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
K. EDUKASI KESEHATAN PADA KELUARGA (DISCHARD PLANNING)

L. PROSES ASUHAN KEPERAWATAN

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Seperti yang diuraikan diatas bahwa ISPA mempunyai variasi klinis bermacam-
macam, maka timbul persoalan pada pengenalan (diagnostik) dan pengelolaannya. Sampai
saat ini belum ada obat khusus antivirus. Idealnya pengobatan bagi ISPA bakterial adalah
pengobatan secara rasional. Pengobatan yang rasional adalah apabila pasien mendapatkan
anti mikroba yang tepat sesuai dengan kuman penyebab. Untuk dapat melakukan hal ini ,
kuman penyebab ISPA dideteksi terlebih dahulu dengan mengambil material pemeriksaan
yang tepat, kemudian dilakukan pemeriksaan mikrobiologik , baru setelah itu diberikan anti
mikroba yang sesuai.
Kesulitan menentukan pengobatan secara rasional antara lain kesulitan memperoleh
material pemeriksaan yang tepat, sering kali mikroorganisme itu baru diketahui dalam waktu
yang lama., kuman yang ditemukan adalah kuman komensal, tidak ditemukan kuman
penyebab.
Melihat berbagai alasan yang telah diuraikan diatas maka sebaiknya pendekatan yang
digunakan adalah pengobatan secara empirik lebih dahulu, setelah diketahui kuman penyebab
beserta anti mikroba yang sesuai, terapi selanjutnya disesuaikan.

B. SARAN
1. Semoga makalah sederhana ini dapat menjadi ilmu yang bermanfaat bagi pembaca
2. makalah ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pembaca terutama perawat
dalam membuat asuhan keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

1. DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan Penyakit
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta. 1992.
2. Lokakarya Dan Rakernas Pemberantasan Penyakit Infeksi saluran pernapasan akut.
1992.
3. Doenges, Marlyn E. Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien.
4. Alih bahasa I Made Kariasa. Ed 3. Jakarta: EGC.1999.
5. Suriadi,Yuliani R,2001, Asuhan Keperawatan pada Anak, CV sagung Seto,Jakarta
6. Gordon,et.al,2001,Nursing Diagnoses : definition & Classification 2001-2002,
Philadelpia,USA.
7. Naning R,2002,Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Handout kuliah Ilmu Kesehatan
Anak) PSIK FK UGM tidak dipublikasikan.
8. https://www.scribd.com/doc/238810750/Askep-Anak-Dengan-Ispa
9. https://www.halodoc.com/kesehatan/ispa
10. https://ultramimi.com/knowledge/detail/bahaya-ispa-terhadap-tumbuh-kembang-anak

Anda mungkin juga menyukai