OLEH :
NUR FITHRIYATI
NIM : 20209002
UNIVERSITAS GRESIK
2020
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN
Nur Fithriyati
NIM :920200002
Mengetahui
KEPALA RUANGAN
Sriatun Amd.Kep
NPP:03.031.06.99
BAB I
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Hipertiroidisme adalah keadaan dimana terjadi peningkatan hormon tiroid lebih dari yang
dibutuhkan tubuh. Tirotoksikosis merupakan istilah yang digunakan dalam manifestasi klinis
yang terjadi ketika jaringan tubuh distimulasi oleh peningkatan hormon tiroid. Angka
kejadian pada hipertiroid lebih banyak pada wanita dengan perbandingan 4:1 dan pada usia
antara 20-40 tahun (Black,2009)
Hipertiroidisme adalah kadar hormon tiroid yang bersirkulasi berlebihan. Gangguan ini dapat
terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid hipofisis, atau hipotalamus.
Hipertiroidisme dapat didefinisikan sebagai respon jaringan-jaringan terhadap pengaruh
metabolik terhadap hormon tiroid yang berlebihan (Price & Wilson:337)
Kesimpulan menurut kelompok, Hipertiroidisme merupakan suatu keadaan dimana
didapatkan kelebihan hormon tiroid yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon
tiroid belebihan yang akan memburuk menjadi krisis tiroid.
B. Etiologi
Beberapa penyakit yang menyebabkan Hipertiroid yaitu :
1. Penyakit Graves
Penyakit ini disebabkan oleh kelenjar tiroid yang operaktif dan merupakan penyebab
hipertiroid yang paling sering dijumpai. Penyakit ini biasanya turunan. Wanita 5 kali
lebih sering daripada pria. Di duga penyebabnya adalah penyakit autonoium, dimana
antibodi yang ditemukan dalam peredaran darah yaitu tyroid stimulating.
Immunogirobulin (TSI antibodies), Thyroid peroksidase antibodies (TPO) dan TSH
receptor antibodies (TRAB). Pencetus kelainan ini adalah stres, merokok, radiasi,
kelainan mata dan kulit, penglihatan kabur, sensitif terhadap sinar, terasa seperti ada pasir
di mata, mata dapat menonjol keluar hingga double vision. Penyakit mata ini sering
berjalan sendiri dan tidak tergantung pada tinggi rendahnya hormon teorid. Gangguan
kulit menyebabkan kulit jadi merah, kehilangan rasa sakit, serta berkeringat banyak.
2. Toxic Nodular Goiter
Benjolan leher akibat pembesaran tiroid yang berbentuk biji padat, bisa satu atau banyak.
Kata toxic berarti hipertiroid, sedangkan nodule atau biji itu tidak terkontrol oleh TSH
sehingga memproduksi hormon tiroid yang berlebihan.
3. Tiroiditis
Dikelompokan menjadi tiroiditis subakut, tiroiditis postpartum, dan tiroiditis tersembunyi.
a. Tiroiditis subakut
Pada tiroiditis subakut terjadi pembesaran kelenjar tiroid dan biasanya hilang dengan
sendirinya setelah beberapa bulan .
b. Tiroiditis postpartum
Tiroiditis postpartum terjadi sekitar 8% wanita setelah beberapa bulan melahirkan.
Penyebabnya diyakini autoimun. Seperti halnya dengan tiroiditis subakut, tiroiditis
postpartum sering mengalami hipotiroidisme sebelum kelenjar tiroid benar-benar
sembuh.
c. Tiroiditis tersembunyi
Tiroiditis tersembunyi juga disebabkan karena autoimun dan pasien tidak mengeluh
nyeri, tetapi mungkin juga trejadi pembesaran kelenjar. Tiroiditis tersembunyi dapat
mengakibatkan tiroiditis permanen.
C. Patofisiologi
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika dan tiroiditis.
Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali
dari ukuran normal, disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel ke
dalam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali dibandingkan
dengan pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel meningkatkan kecepatan 5-15 kali lebih besar
dari pada normal. Pada hipertiroidisme, konsentrasi TSH plasma menurun, karena ada
sesuatu yang “menyerupai” TSH, Biasanya bahan-bahan ini adalah antibody
immunoglobulin yang disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang berkaitan
dengan reseptor yang mengikat TSH. Bahan-bahan tersebut merangsang aktivasi CAMP
dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme. Karena itu pada pasien
hipertiroidisme konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini mempunyai efek perangsangan yang
panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH yang hanya
berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh TSI selanjutnya
juga menekan pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis anterior. Pada hipertiroidisme,
kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon hingga diluar batas, sehingga untuk
memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar tiroid membesar. Peningkatan hormon
tiroid menyebabkan peningkatan metabolisme, meningkatnya aktivitas saraf simpatis.
Peningkatan metabolisme rate menyebabkan peningkatan produksi panas tubuh sehingga
pasien mengeluarkan banyak keringat dan penurunan toleransi terhadap panas. Laju
metabolisme yang meningkat menimbulkan peningkatan kebutuhan metabolik, sehingga
berat badan pasien akan berkurang karena membakar cadangan energi yang tersedia.
Keadaan ini menimbulkan degradasi simpanan karbohidrat, lemak dan protein sehingga
cadangan protein otot juga berkurang. Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat terjadi pada
sistem kardiovaskuler yaitu dengan menstimulasi peningkatan reseptor beta adregenik,
sehingga denyut nadi menjadi lebih cepat, peningkatan cardiac output, stroke volume, aliran
darah perifer serta respon terhadap sekresi dan metabolisme hipothalamus, hipofisis dalam
hormon gonad, sehingga pada individu yang belum pubertas mengakibatkan keterlambatan
dalam fungsi seksual, sedangkan pada usia dewasa mengakibatkan penurunan libido, infertile
dan menstruasi tidak teratur. Bahkan akibat proses metabolisme yang menyimpang ini,
terkadang penderita hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan sinaps
saraf yang mengandung tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini menyebabkan
terjadinya tremor otot yang halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik, sehingga penderita
mengalami gemetar tangan yang abnormal. Nadi yang takikardia atau diatas normal juga
merupakan salah satu efek hormone tiroid pada system kardiovaskular. Eksopthalamus yang
terjadi merupakan reaksi inflamasi autoimun yang mengenai daerah jaringan periorbital dan
otot-otot ekstraokuler, akibatnya bola mata terdesak keluar.
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika. Pada kebanyakan
penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali dari ukuran normal,
disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel ke dalam folikel,
sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali dibandingkan dengan pembesaran
kelenjar. Juga, setiap sel meningkatkan kecepatan 5-15 kali lebih besar dari pada normal.
Pada hipertiroidisme, konsentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu yang
“menyerupai” TSH, Biasanya bahan-bahan ini adalah antibody immunoglobulin yang disebut
TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang berkaitan dengan reseptor yang mengikat
TSH. Bahan-bahan tersebut merangsang aktivasi CAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya
adalah hipertiroidisme. Karena itu pada pasien hipertiroidisme konsentrasi TSI meningkat.
Bahan ini mempunyai efek perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12
jam, berbeda dengan efek TSH yang hanya berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon
tiroid yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan pembentukan TSH oleh kelenjar
hipofisis anterior. Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon
hingga diluar batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar
tiroid membesar. Peningkatan hormon tiroid menyebabkan peningkatan metabolisme,
meningkatnya aktivitas saraf simpatis. Peningkatan metabolisme rate menyebabkan
peningkatan produksi panas tubuh sehingga pasien mengeluarkan banyak keringat dan
penurunan toleransi terhadap panas. Laju metabolisme yang meningkat menimbulkan
peningkatan kebutuhan metabolik, sehingga berat badan pasien akan berkurang karena
membakar cadangan energi yang tersedia. Keadaan ini menimbulkan degradasi simpanan
karbohidrat, lemak dan protein sehingga cadangan protein otot juga berkurang. Peningkatan
aktivitas saraf simpatis dapat terjadi pada sistem kardiovaskuler yaitu dengan menstimulasi
peningkatan reseptor beta adregenik, sehingga denyut nadi menjadi lebih cepat, peningkatan
cardiac output, stroke volume, aliran darah perifer serta respon terhadap sekresi dan
metabolisme hipothalamus, hipofisis dalam hormon gonad, sehingga pada individu yang
belum pubertas mengakibatkan keterlambatan dalam fungsi seksual, sedangkan pada usia
dewasa mengakibatkan penurunan libido, infertile dan menstruasi tidak teratur. Bahkan
akibat proses metabolisme yang menyimpang ini, terkadang penderita hipertiroidisme
mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan sinaps saraf yang mengandung tonus otot
sebagai akibat dari hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus
dengan frekuensi 10-15 kali perdetik, sehingga penderita mengalami gemetar tangan yang
abnormal. Nadi yang takikardia atau diatas normal juga merupakan salah satu efek hormone
tiroid pada system kardiovaskular. Eksopthalamus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi
autoimun yang mengenai daerah jaringan periorbital dan otot-otot ekstraokuler, akibatnya
bola mata terdesak keluar.
D. WOC HIPERTIROID
Toxic Nodular
Penyakit Grave Produksi TSH Tiroiditis Konsumsi
Goiter
(hiperfungsi kelenjar tiroid ) yang abnormal iodium yang
berlebihan
Gangguan fungsi kel. tiroid
HIPERTIROID
Metabolisme meningkat
Menstimulus system
tubuh
Gerakan kelopak
Kerja jantung untuk Otot Prepubertas &
mata relatif lamban Peningkatan
memompakan darah kekurangan Perkembangan
Peningkatan terhadap bola mata BMR
Ca seksual
kebutuhan terlambat,
Konsumsi nutrisi Mensturasi
Infiltrasi
O2 Oleh Kerja otot terganggu,
limfosit, selmast Peningkatan
Miokardium menurun amenore
ke jar orbital produksi
&otot2 mata panas
Pemecahan
lemak dan Kelemahan
otot, fatigue, ansietas
protein
gangguan Bola mata hipertermi
Gangguan koordinasi dan terdesak
Pernapasan tremor keluar
Cadangan ( eksoftalmus
energy )
Takikardi, Pernapasan terbakar
Tekanan Cepat & Intoleransi
dalam Aktivitas
Darah Gangguan
citra
Masukan nutrisi tubuh
Penurunan menurun
Ketidakefektifan
Curah pola Nafas
Jantung BB menurun
Ketidakseimbangan
nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh
E. Manifestasi Klinis
1. Sistem kardiovaskuler
Meningkatnya heart rate, stroke volume, kardiak output, peningkatan kebutuhan oksigen
otot jantung, peningkatan vaskuler perifer resisten, tekanan darah sistole dan diastole
meningkat 10-15 mmHg, palpitasi, disritmia, kemungkinan gagal jantung, edema.
2. Sistem pernafasan: Cepat dan dalam, bernafas pendek, penurunan kapasitas paru.
3. Sistem perkemihan: Retensi cairan, menurunnya output urin.
4. Sistem gastrointestinal
Meningkatnya peristaltik usus, peningkatan nafsu makan, penurunan berat badan, diare,
peningkatan penggunaan cadangan adipose dan protein, penurunan serum lipid,
peningkatan sekresi gastrointestinal, hiponatremia, muntah dan kram abdomen.
5. Sistem muskuloskeletal: Keseimbangan protein negatif, kelemahan otot, kelelahan,
tremor.
6. Sistem integumen
Berkeringat yang berlebihan, kulit lembab, merah hangat, tidak toleran panas, keadaan
rambut lurus, lembut, halus dan mungkin terjadi kerontokan rambut.
7. Sistem endokrin: Biasanya terjadi pembesaran kelenjar tiroid.
8. Sistem saraf
Meningkatnya refleks tendon dalam, tremor halus, gugup gelisah, emosi tidak stabil
seperti kecemasan, curiga tegang dan emosional.
9. Sistem reproduksi: menorahea, anovulasi, mens tidak teratur, menurunnya libido,
impoten.
10. Eksoftalmus
Yaitu keadaan dimana bola mata menonjol ke depan seperti mau keluar. Eksoftalmus
terjadi karena adanya penimbunan karbohidrat kompleks yang menahan air dibelakang
mata. Retensi cairan ini mendorong bola mata kedepan sehingga bola mata nampak
menonjol keluar rongga orbita. Pada keadaan ini dapat terjadi kesulitan dalam menutup
mata secara sempurna sehingga mata menjadi kering, iritasi atau kelainan kornea.
F. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Laboratorium
1. Serum T3, terjadi peningkatan (N: 70 – 250 ng/dl atau 1,2 – 3,4 SI unit)
T3 serum mengukur kandungan T3 bebas dan terikat, atau total T3 total, dalam serum.
Sekresinya terjadi sebagai respon terhadap sekresi TSH dan T 4. Meskipun kadar T3 dan
T4 serum umumnya meningkat atau menurun secara bersama-sama, namun kadar T 4
tampaknya merupakan tanda yang akurat untuk menunjukan adanya hipertiroidisme,
yang menyebabkan kenaikan kadar T4 lebih besar daripada kadar T3.
2. Serum T4, terjadi peningkatan (N: 4 – 12 mcg/dl atau 51 – 154 SI unit)
Tes yang paling sering dilakukan adalah penentuan T 4 serum dengan teknik
radioimmunoassay atau peningkatan kompetitif. T4 terikat terutama dengan TBG dan
prealbumin : T3 terikat lebih longgar. T4 normalnya terikat dengan protein. Setiap factor
yang mengubah protein pangikat ini juga akan mengubah kadar T4.
3. Indeks T4 bebas, meningkat (N: 0,8 – 2,4 ng/dl atau 10 – 31 SI unit)
4. T3RU, meningkat (N: 24 – 34 %)
5. TRH Stimulating test, menurun atau tidak ada respon TSH
Tes Stimulasi TRH merupakan cara langsung untuk memeriksa cadangan TSH di
hipofisis dan akan sangat berguna apabila hasil tes T3 dan T4 tidak dapat dianalisa. Pasien
diminta berpuasa pada malam harinya. Tiga puluh menit sebelum dan sesudah
penyuntikan TRH secara intravena, sampel darah diambil untuk mengukur kadar TSH.
Sebelum tes dilakukan, kepada pasien harus diingatkan bahwa penyuntikan TRH secara
intravena dapat menyebabkan kemerahan pasa wajah yang bersifat temporer, mual, atau
keinginan untuk buang air kecil
6. Tiroid antibodi antiglobulin antibodi, titer antiglobulin antibodi tinggi (N: titer < 1 : 100)
7. Tirotropin reseptor antibodi (TSH-RAb), terjadi peningkatan pada penyakit graves
8. Ambilan Iodium Radioaktif
Tes ambilan iodium radioaktif dilakukan untuk mengukur kecepatan pengambilan iodium
oleh kelenjar tiroid. Kepada pasien disuntikan atau radionuklida lainnya dengan dosis
tracer, dan pengukuran pada tiroid dilakukan dengan alat pencacah skintilas (scintillation
counter) yang akan mendeteksi serta menghitung sinar gamma yang dilepaskan dari hasil
penguraian dalam kelenjar tiroid.
Tes ini mengukur proporsi dosis iodium radioaktif yang diberikan yang terdapat dalam
kelenjar tiroid pada waktu tertentu sesudah pemberiannya. Tes ambilan iodium-radioaktif
merupakan pemeriksaan sederhana dan memberikan hasil yang dapat diandalkan.
Penderita hipertiroidisme akan mengalami penumpukan dalam proporsi yang tinggi
(mencapai 90% pada sebagian pasien).
a. CT Scan tiroid
Mengetahui posisi, ukuran dan fungsi kelenjar tiroid. Iodine radioaktif (RAI) diberikan
secara oral kemudian diukur pengambilan iodine oleh kelenjar tiroid. Normalnya tiroid
akan mengambil iodine 5 – 35 % dari dosis yang diberikan setelah 24 jam. Pada pasien
hipertiroid akan meningkat.
b. USG
Untuk mengetahui ukuran dan komposisi dari kelenjar tiroid apakah massa atau nodule.
Pemeriksaan ini dapat membantu membedakan kelainan kistik atau solid pada tiroid.
Kelainan solid lebih sering disebabkan keganasan dibanding dengan kelainan kistik.
Tetapi kelainan kistikpun dapat disebabkan keganasan meskipun kemungkinannya lebih
kecil.
c. EKG, untuk menilai kerja jantung, mengetahui adanya takhikardi, atrial fibrilasi dan
perubahan gelombang P dan T
G. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi Umum
Obat antitiroid: Biasanya diberikan sekitar 18-24 bulan. Contoh obatnya: propil tio urasil
(PTU), karbimazol.- Pemberian yodium radioaktif, biasa untuk pasien berumur 35
tahun/lebih atau pasien yang hipertiroidnya kambuh setelah operasi.
Cara ini dipilih untuk pasien yang pembesaran kelenjar tiroid-nya tidak bisa disembuhkan
hanya dengan bantuan obat-obatan, untuk wanita hamil (trimester kedua), dan untuk
pasien yang alergi terhadap obat/yodium radioaktif. Sekitar 25% dari semua kasus terjadi
penyembuhan spontan dalam waktu 1 tahun.
2. Farmakoterapi
Obat-obat antitiroid selain yang disebutkan di atas adalah:
a. Carbimazole (karbimasol)
Berkhasiat dapat mengurangi produksi hormon tiroid. Mula-mula dosisnya bisa
sampai 3-8 tablet sehari, tetapi bila sudah stabil bisa cukup 1-3 tablet saja sehari. Obat
ini cukup baik untuk penyakit hipertiroid. Efek sampingnya yang agak serius adalah
turunnya produksi sel darah putih (agranulositosis) dan gangguan pada fungsi hati.
Ciri-ciri agranulositosis adalah sering sakit tenggorokan yangtidak sembuh-sembuh
dan juga mudah terkena infeksi serta demam. Sedangkan ciri-ciri gangguan fungsi hati
adalah rasa mual, muntah, dan sakit pada perut sebelah kanan, serta timbulnya warna
kuning pada bagian putih mata, kuku, dan kulit.
b. Kalmethasone (mengandung zat aktif deksametason)
Merupakan obat hormon kortikosteroid yang umumnya dipakai sebagai obat anti
peradangan. Obat ini dapat digunakan untuk menghilangkan peradangan di kelenjar
tiroid (thyroiditis).
c. Artane (dengan zat aktif triheksilfenidil)
Obat ini sebenarnya obat anti parkinson, yang dipakai untuk mengatasi gejala-gejala
parkinson, seperti gerakan badan yang kaku, tangan yang gemetar dan sebagainya. Di
dalam pengobatan hipertiroid, obat ini dipakai untuk mengobati tangan gemetar dan
denyut jantung yang meningkat. Namun penggunaan obat ini pada pasien dengan
penyakit hipertiroid harus berhati-hati, bahkan sebaiknya tidak digunakan pada pasien
dengan denyut jantung yang cepat (takikardia). Pada pasien yang denyut nadinya
terlalu cepat (lebih dari 120 kali per menit) dan tangan gemetar biasanya diberi obat
lain yaitu propranolol, atenolol, ataupun verapamil.
3. Terapi Lain
Adapun pengobatan alternatif untuk hipertiroid adalah mengkonsumsi bekatul. Para ahli
menemukan bahwa dalam bekatul terdapat kandungan vitamin B15, yang berkhasiat
untuk menyempurnakan proses metabolisme di dalam tubuh kita. Selain hipertiroid,
vitamin B15 juga dapat digunakan untuk mengobati diabetes melitus, hipertensi, asma,
kolesterol dan gangguan aliran pembuluh darah jantung (coronair insufficiency), serta
penyakit hati. Selain itu, vitamin B15 juga dapat meningkatkan pengambilan oksigen di
dalam otak, menambah sirkulasi darah perifer dan oksigenisasi jaringan otot jantung.
H. Komplikasi
1. Eksoftalmus
Keadaan dimana bola mata pasien menonjol keluar. Hal ini disebabkan karena
penumpukan cairan pada rongga orbita bagian belakang bola mata. Biasanya terjadi
pasien dengan penyakit graves.
2. Penyakit jantung
Terutama kardioditis dan gagal jantung. Tekanan yang berat pada jantung bisa
menyebabkan ketidakteraturan irama jantung yang bisa berakibat fatal (aritmia) dan syok.
3. Stroma tiroid (tirotoksitosis)
Pada periode akaut pasien mengalami demam tinggi, takhikardi berat, derilium dehidrasi
dan iritabilitas yang ekstrem. Keadaan ini merupakan keadaan emergensi, sehingga
penanganan harus lebih khusus. Faktor presipitasi yang berhubungan dengan tiroksikosis
adalah hipertiroidisme yang tidak terdiagnosis dan tidak tertangani, infeksi ablasi tiroid,
pembedahan, trauma, miokardiak infark, overdosis obat. Penanganan pasien dengan
stroma tiroid adalah dengan menghambat produksi hormon tiroid, menghambat konversi
T4 menjadi T3 dan menghambat efek hormon terhadap jaringan tubuh. Obat-obatan yang
diberikan untuk menghambat kerja hormon tersebut diantaranya sodium ioded intravena,
glukokortokoid, dexsamethasone dan propylthiouracil oral. Beta blokers diberikan untuk
menurunkan efek stimulasi sarap simpatik dan takikardi.
4. Krisis tiroid (thyroid storm)
Hal ini dapat berkembang secara spontan pada pasien hipertiroid yang menjalani terapi,
selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien hipertiroid yang tidak
terdiagnosis. Akibatnya adalah pelepasan hormon tiroid dalam jumlah yang sangat besar
yang menyebabkan takikardia, agitasi, tremor, hipertermia, dan apabila tidak diobati
dapat menyebabkan kematian.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama, pendidikan,
pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan penanggung
biaya.
2. Riwayat penyakit
a. Keluhan utama: Pasien merasa perutnya tidak enak dan sering buang air besar
dengan konsistensi cair.
b. Riwayat penyakit keluarga: Dalam keluarga klien tidak ada yang memiliki riwayat
penyakit hipertiroid.
3. Pengkajian fisik
a. Aktivitas/istirahatat
Tanda dan gejala : insomnia, sensitivitas meningkat, otot lemah gangguan
koordinasi, kelelahan berat, atrofi otot.
b. Sirkulasi
Tanda dan gejala : disritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur, peningkatan
tekanan darah dengan tekanan nada yang berat, takikardia saat istirahat, sirkulasi
kolaps, syok (krisis tirotoksikosis palpitasi, nyeri dada (angina).
c. Eliminasi
Tanda dan gejala : urine dalam jumlah banyak, perdarahan dalam feses, diare.
d. Integritas ego
Tanda dan gejala : mengalami stress yang berat baik emosional maupun fisik, emosi
labil, (euphoria sedang sampai delirium), depresi.
e. Makanan dan cairan
Tanda dan gejala : kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat
makan banyak, makannya sering, kehausan, mual dan muntah, pembesaran tiroid,
goiter, edema non pitting terutama daerah pretibial
f. Neurosensori
Tanda : bicaranya cepat dan parau, gangguan status mental dan perilaku seperti:
bingung, disorientasi, gelisah, peka rangsang, delirium, psikosis, stupor, koma,
tremor halus pada tangan, tanpa tujuan beberapa bagian tersentak-sentak, hiperaktif,
reflex tendon dalam (RTD).
g. Nyeri atau kenyamanan
Gejala : nyeri orbital, fotofobia.
h. Pernafasan
Tanda : frekuensi pernafasan meningkat, takipnea, dispnea, edema paru (pada krisis
tirotoksikosis).
i. Keamanan
Gejala: tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan, alergi terhadap
iodium (mungkin digunakan pada pemeriksaan
Tanda: suhu meningkat diatas 374oc, diaphoresis, kulit halus, hangat dan
kemerahan, rambut tipis, mengkilap dan lurus, eksoftalmus retraksi, iritasi pada
konjungtiva dan berair, pruritus, lesi eritema (sering terjadi pada pretibial) yang
menjadi sangat parah.
j. Seksualitas
Tanda: penurunan libido, hipomenorea, amenorea dan impoten.
k. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : adanya riwayat keluarga yang mengalami masalah tiroid, riwayat
hipotiroidisme, terapi hormone tiroid/pengobatan antitiroid, dilakukan pembedahan
tiroidektomi sebagian.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi teradap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak
terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung.
2. Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energy.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan
metabolisme (peningkatan nafsu makan atau pemasukan dengan penurunan berat badan ).
4. Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis; status hipermetabolik.
5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
C. Intervensi
Ortopnea pernapasan
Mansjoer , .Arif M, dkk.2001. Kapita selekta kedokteran, Ed. 3, cet.1 . Jakarta: Media
Aesculaplus
IDENTITAS
Nama : Ny. T Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 45 Th Status Marital : kawin
Agama : Islam Penanggung Jawab : Tn. T
Suku : Jawa Alamat : Tulung-Kedamean
Pendidikan : SMA Tgl.kunjungan : 30 November 2020
Pekerjaan : Swasta Tgl. Pengkajian : 30 November 2020
Alamat : Tulung-Kedamean No. Reg : 334697
Dx. Medis : Hypertiroid
PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : baik sedang lemah
2. Kesadaran :
√ compos mentis sopor somnolent coma lain-lain :
Tanda Vital :
Tensi :149/89 Nadi: 118 x/menit Suhu: 36.5 Pernafasan : 22 x/menit
3. Pola nafas :
Irama : √ teratur tidak teratur
Jenis : dispnoe kussmaul ceyne stokes lain-lain :
Suara nafas : √ vesikuler stridor wheezing ronchi
lain-lain : .........
Sesak nafas : ya √ tidak
Batuk : ya √ tidak Jelaskan : ................................
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah
4. Kardiovaskuler :
Irama Jantung : √ reguler irreguler S1/S2 tunggal : √ ya tidak
Nyeri dada : ya √ tidak
Bunyi jantung : √ normal murmur gallop lain-lain :
CRT : √ < 3 detik > 3 detik
Akral : √ hangat panas dingin basah dingin kering
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
5. Persyarafan :
GCS : 15 Eye : 4 Verbal : 5 Motorik : 6
Reflek fisiologis: √ patella triceps biceps lain-lain :
Reflek patologis: babinsky budzinsky kernig lain-lain :
Istirahat/tidur : 8 jam/hari
Gangguan tidur : ada √ tidak Jenis: .................
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
6. Penginderaan :
a. Mata
Gerakan mata √normal tidak , Jelaskan………
Bentuk mata √normal tidak , Jelaskan………
Pupil: √ isokor anisokor lain-lain: Palpebra: cekung tidak
Konjungtiva: anemis √ tidak
Sklera: ikterus √ tidak
Lensa : keruh √ tidak
Visus ka/ki 6/6 meter
Gangguan penglihatan: ya √ tidak
Alat bantu ya √ tidak
Lain-lain:
b. Telinga
Bentuk telinga√normal tidak , Jelaskan………
Gangguan pendengaran: ya √ tidak Jelaskan :...........
Alat bantu : ya √ tidak
Lain-lain:
c. Hidung
Bentuk: √ normal tidak Jelaskan :...........
Gangguan penciuman: ya √ tidak Jelaskan :...........
Lain-lain:
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah
7. Perkemihan :
Kebersihan : √ bersih kotor
Urine : Kuning Jumlah: 1500 cc/hari Warna : kuning Bau : khas
Alat bantu (kateter): ya √ tidak
Kandung kemih : membesar ya √ tidak
Nyeri tekan ya √ tidak
Gangguan : anuria oliguria retensi inkontinensia
nocturia lain-lain :
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah
8. Pencernaan :
Nafsu makan: baik menurun
Porsi makan: habis tidak Jelaskan: 1 porsi
BB sebelum sakit : 58 kg, BB setelah sakit ; 55 kg
Minum: jumlah: 1500 cc/hari jenis minuman: air putih + teh
Mulut dan Tenggorokan
Mulut: √ bersih kotor berbau
Mukosa: √ lembab kering stomatitis
Tenggorokan: sakit menelan/ nyeri telan kesulitan menelan pembesaran
tonsil lain-lain :
Abdomen
Perut: tegang kembung ascites nyeri tekan, lokasi:.
Peristaltik: 12 x/menit
Pembesaran hepar: ya √ tidak Jelaskan:............
Pembesaran lien: ya √ tidak Jelaskan:............
BAB: 1x/hari Teratur √ ya tidak Lain-lain:
Konsistensi: lembek Bau: Warna: coklat kekuningan
Masalah Keperawatan: resiko ketidakseimbangan kebutuhan nutrisi
10. Endokrin :
Pembesaran tyroid: ya √ tidak
Pembesaran limfe: ya √ tidak
Hiperglikemia: ya √ tidak Hipoglikemia: ya √ tidak
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah
Pengambil data,
Nur Fithriyati
ANALISIS DATA
Senin/ Ansietas berhubungan 19.00 1. Memonitor tanda-tanda ansietas S : pasien mengatakan cemas
30 dengan kurang terpapar 2. Menciptakan suasana terapeutik berkurang dan pasien mengerti
November information kesehatan 3. Mendengarkan dengan penuh perhatian tentang penyakit yang dideritanya
2020 4. menggunakan pendekatan yang tenang dan O:
menyakinkan Pasien tampak rileks
5. Memotivasi mengidentifikasi situasi yang Pasien tampak mngerti tentang
memicu kecemasan penyakitnya
6. Menginformasikan secara factual mengenai TD : 130 / 72 nadi 96
diagnosis, pengobatan dan prognosis Suhu : 36.2 rr 21
7. Menganjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien A : masalah teratasi Nur