Anda di halaman 1dari 14

“ASBABUN NUZUL AL-QUR’AN”

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Al-Qur’an

Dosen Pengampuh :

Faruq Abdul Muid, M.Pd

Disusun oleh :

1. Tiurnanda Arie Kusumaning Tiyas G02218022

2. Azuan Luky Dwi Junianto G72218030

3. Dea Aliza Putri G72218031

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, dengan rahmat dan karunia Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah “Asbabun Nuzul Al – Qur’an”.
Hal ini tidak terlepas dari rahmat dan Rahim serta pertolongan-Nya, sehingga semua
hambatan dan kendala yang dihadapi dapat diselesaikan dengan lancar.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Al –
Qur’an, karena itu makalah ini kami susun dengan maksimal agar dapat memperoleh nilai
yang maksimal pula. Tak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu berkontribusi meminjamkan buku referensi untuk kelancaran
penyusunan makalah ini.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami selaku tim


penyusun makalah sepenuhnya menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan baik dari segi
penyusunan kalimat maupun bahasanya. Oleh karena itu kami menerima dengan tangan
terbuka segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki tugas makalah
selanjutnya.

Akhir kata kami berharap semoga makalah “Asbabun Nuzul Al – Qur’an” dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Surabaya, 25 September 2018

Tim Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kajian tentang Al Qur’an merupakan pengetahuan yang harus dikaji sedalam-
dalamnya bagi umat islam. Karena begitu pentingnya ilmu mengenai Al Qur’an,
sebagai umat islam sudah barang tentu untuk mengerti kandungannya harus terlebih
dahulu mengetahui sejarah turunnya dan sejarah sebab diturunkannya. Sehingga kita
dapat mempelajarinya secara menyeluruh dan lebih mendalam. Mempelajari hanya
terkait isinya saja kurang tepat dan dirasa kurang tanpa belajar asal usulnya.
Melihat begitu agungnya Al Qur’an yang merupakan kitab yang satu-satunya
sebagai mukjizat yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW. Isinya sebagai
pedoman hidup manusia yang bersifat universal dan selalu sesuai dengan
perkembangan zaman yang ada. Karena Al Qur’an merupakan kalam (firman/ucapan)
yang memiliki nilai mukjizat yang diturunkannya melalui wahyu Illahi kepada
Rasulullah SAW. Membacanya sebagai ibadah, memberikan pengertian yang pasti
dan meyakinkan, sebagai petunjuk dari Allah bagi hambaNya, syariat dari langit
untuk manusia dan dengan Al Qur’an ini Allah menutup kitab-kitab samawi serta
dengannya Allah menggantungkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Maka sangat perlu sekali bagi kita untuk mengkaji tentang turunnya Al Qur’an
tersebut, tahapan-tahapan yang ada mulai dari sisi Allah di Lauh al-Mahfuzh ke Bayt
al-Izzah (langit dunia) hingga sampai pada dunia kita. Karena sesungguhnya tidak
mungkin Allah dalam menurunkan Al Qur’an dengan begitu saja tanpa mempunyai
maksud dan tujuan yang pasti. Salah satunya turunnya Al Qur’an dilakukan secara
berangsur-angsur itupun ada maksud yang tepat, guna kebaikan dan kemaslahat umat
manusia.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari Asbabun Nuzul Al Qur’an?
2. Bagaimana tahapan penurunan Al Qur’an ?
3. Apa saja macam-macam Asbabun Nuzul Al Qur’an ?
4. Apa saja manfaat Asbabun Nuzul Al Qur’an ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa pengertian dari Asbabun Nuzul Al Qur’an.
2. Untuk mengetahui bagaimana tahapan penurunan Al Qur’an
3. Untuk mengetahui apa saja macam-macam Asbabun Nuzul Al Qur’an
4. Untuk mengetahui apa saja manfaat Asbabun Nuzul Al Qur’an
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Asbab An-Nuzul


Secara etimologi kata Asbab (merupakan bentuk plural dari kata “sebab”)
yang mempunyai arti latar belakang, alasan atau sebab/’illat.1 Sedangkan Kata nuzul
(berbentuk masdar) fi’il madinya berupa nazala yang berarti muncul dari tempat yang
tinggi ke tempat yang rendah. Disamping itu nuzul juga memiliki arti singgah atau
tiba. Dalam kitab yang ditulis oleh Dr. Muhammad Ahmad Yusuf al Qasim dan Dr.
Ahmad al Sayyid al Kumi yang dikutib oleh Achmad Zuhdi mejelaskan bahwa
terdapat tiga tambahan makna kata nuzul yaitu tertib/teratur, pertemuan, dan turun
secara berangsur-angsur dan terkadang sekaligus.1
Menurut Manna’ Khalil al-Qattan, asbab nuzul adalah peristiwa yang
menyebabkan turunnya Al-Qur’an berkenaan dengan terjadinya suatu peristiwa
maupun pertanyaan yang diajukan kepada nabi. Subhi as-Salih dalam bukunya yang
berjudul Mabahith fi ‘Ulum al-Qur’an menyarakan bahwa asbab nuzul adalah sesuatu
yang menjadi sebab turunnya satu atau beberapa ayat yang biasanya menyiratkan
suatu peristiwa. Berdasarkan dua pendapat tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa
asbab nuzul adalah sebab turunnya ayat untuk mengomentari, menjawab, ataupun
menerangkan hukum pada saat peristiwa besar terjadi. Yang harus digaris bawahi
adalah tidak semua peristiwa pada jaman nabi Muhammad merupakan asbab an
nuzul. 2
Karena asbab al nuzul terjadi pada masa nabi Muhammad, tidak ada jalan lain
untuk menyampaikan pada kita selain berdasarkan periwayatan (pentrasmisian) yang
benar dari orang yang melihat dan mendengar secara langsung proses turunnya Al-
qur’an. Dalam hal ini al-Wahidi mengatakan bahwa kita tidak boleh memperkatakan
tentang sebab turunnya al-quran apabila tidak mendengar dari orang yang
menyaksikan ayat itu diturunkan dengan mengetahui sebab serta membahas
pengertiannya.3

1
Sauqiyah Musyafa’ah,dkk, Studi Al-Qur’an, UIN Sunan Ampel Press, Surabaya, 2013, Hlm 166.
2
Achmad Zuhdi,dkk, Studi Al-Qur’an, UIN Sunan Ampel Press, Surabaya, 2016, Hlm 250.
3
Ibid, Hlm 252.
B. Tahap Penurunan Al Qur’an
Al Qur’an itu sampai kepada Nabi Muhammad SAW melalui tiga tahap;
Tahap pertama penyampaian Al Qur’an dari Allah kepada Lauh al-Mahfuzh.
Maksudnya, sebelum Al Qur’an disampaikan kepada Rasulullah SAW. Sebagai
utusan Allah terhadap manusia,ia terlebih dahulu disampaikan kepada Lauh al-
Mahfuzh, yaitu suatu lembaran yang terpelihara dimana Al Qur’an pertama kalinya
ditulis pada lembaran tersebut, Allah menjelaskan berikut ini. 4

Artinya : Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Quran yang mulia, yang
(tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh. (QS. Al Buruuj (85) 21-22)

Tidak ada manusia yang tahu bagaimana cara penyampaian Al Qur’an dari Allah ke
Lauh Mahfuzh. Dan manusia tidak wajib mengetahuinya, tetapi wajib
mempercayainya karena begitu yang dikatakan Allah. 5

Tahap kedua adalah turunnya Al Qur’an ke langit pertama dengan sekaligus.


Di langit pertama itu, ia disimpan pada bayt al-izzah. Penurunan ini tahap kedua
bertahapan dengan malam qadar, seperti yang dijelaskan dalam surah Al Qadr (97)
ayat 1, Ad Dukhan (44) ayat 3, dan Al Baqarah (2) ayat 185. Ibnu Abbas juga
mengatakan, sebagaimana yang dikutip oleh Az Zarqani, “Al Qur’an diturunkan
secara sekaligus ke langit dunia pada malam Qadar. Setelah itu, ia diturunkan kepada
Nabi secara berangsur-angsur selama 20 tahun.6

Tahap ketiga adalah turunnya Al Qur’an dari bayt al-izzah secara berangsur-
angsur kepada Nabi Muhammad SAW melalui jibril selama 22 tahun 2 bulan 22 hari,
atau selama 23 tahun. Jibril menyampaikan wahyu ke dalam hati Nabi, sehingga
setiap kali wahyu itu disampaikan beliau langsug menghafalnya. Al Qur’an dalam
surah Al Baqarah (2) ayat 97 menyebutkan hal tersebut yaitu,7

4
Kadar M. Yusuf, Studi Alquran, AMZAH, Jakarta, 2014, hlm 16.
5
Ibid.
6
Ibid, hlm 17.
7
Ibid.
Artinya : Katakanlah: "Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah
menurunkannya (Al Quran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa
(kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi
orang-orang yang beriman.

Klasifikasi tahap penurunan Al Qur’an di atas didasarkan aras penyampaian Al


Qur’an dari Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Apabila klasifikasi tersebut
didasarkan atas periode penyampaian dakwah Islam dan penanaman serta
pertumbuhan ajaran Islam, maka penurunan Al Qur’an dapat diklasifikasikan pula
kepada periode Makkah dan Madinah. Periode Makkah berlangsung kurang lebih 13
tahun dan periode Madinah kurang lebih selama 10 tahun. 8

Seperti yang telah digambarkan diatas, Al Qur’an itu diturunkan kepada Nabi
tidak dengan sekaligus, tetapi secara berangsur-angsur.

C. Macam-Macam Asbab An-Nuzul


Dari segi jumlah sebab dan ayat yang turun, sebab an nuzul dapat dibagi kepada :

1. Ta’addud al-Asbab Wa al-Nazil Wahid


Beberapa sebab yang hanya melatarbelakangi turunnya satu ayat/wahyu.
Terkadang wahyu turun untuk menanggapi beberapa peristiwa atau sebab misalnya
turunnya Q.S Al Baqoroh:238

Artinya : “peliharalah semua sholat(mu), dan (peliharalah) salat wustha.


Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’.”9
Ayat diatas menurut Riwayat diturunkan berkaitan dengan beberapa sebab berikut:
a. Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Nabi saw shalat dhuhur diwaktu
hari yang sangat panas. Shalat seperti ini sangat berat dirasakan oleh para
sahabat. Maka turunlah ayat diatas ( HR Ahmad, Bukhari, Abu Dawud )
b. Dalam riwayat lain bahwa Nabi SAW shalat dhuhur diwaktu hari yang sangat
panas. Di belakang Rasulullah tidak lebih dari satu atau dua shaf saja yang
8
Kadar M. Yusuf, Studi Alquran, AMZAH, Jakarta, 2014, hlm 18.
9
Q.S Al Baqoroh ayat 238
mengikutinya. Kebanyakan diantara mereka sedang tidur siang, adapula yang
sedang sibuk berdagang. Maka turunlah ayat diatas ( HR Ahmad, An-Nasa’I,
Ibnu Jarir )
c. Dalam riwayat lain dikemukakan pada zaman Rasulullah saw ada orang-orang
yang suka bercakap-cakap dengan kawan yang ada di sampingnya saat mereka
sholat maka turunlah ayat tersebut memerintahkan diam pada saat sholat. ( HR
Bukhari, Muslim, Tirmidhi, Abu Daud, Nasa’I dan Ibnu Majah )
d. Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ada orang-orang yang bercakap-
cakap di waktu sholat, dan ada pula yang menyuruh temannya menyelesaikan
dulu keperluannya ( diwaktu sedang sholat ). Maka turunlah ayat diatas
memerintahkan untuk khusyu’ ketika sholat. 10

2. Ta’adud an-Nazil Wa al-Asbab Wahid


Satu sebab yang melatarbelakangi turunnya beberapa ayat.
Contoh : Q.S Ad Dukhan: 10,15 dan 16

“maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata.(10)”

“sesungguhnya (kalau) kami akan melenyapkan siksaan itu agak sedikit


Sesungguhnya kamu akan kembali (ingkar).(15)”

“(ingatlah) hari (ketika) Kami menghantam mereka dengan hantaman yang


keras. Sesungguhnya kami adalah pemberi balasan.(16)”

Asbab an-nuzul dari riwayat diatas adalah dalam suatu riwayat dikemukakan,
ketika kaum Quraish durhaka kepada Nabi saw, beliau berdoa agar mereka
mendapatkan kelaparan umum seperti kelaparan yang pernah terjadi pada zaman
nabi Yusuf. Alhasil mereka menderita kekurangan sampai mereka makan tulang
maka turunlah Q.S. ad – Dukhan ayat 10. Kemudian mereka menghadap Nabi saw

10
Achmad Zuhdi,dkk, Studi Al-Qur’an, Surabaya, 2016, Hlm 256-258
untuk meminta bantuan. Maka Rasulullah saw berdoa agar diturunkan hujan.
Akhirnya hujan pun turun, maka turunlah Q.S. ad – Dukhan ayat 15. Namun
setelah mereka memperoleh kemewahan mereka kembali kekeadaan semula (sesat
dan durhaka) maka turunlah ayat QS. ad – Dukhan ayat 16. Dalam riwayat
tersebut dikemukakan bahwa siksaan itu akan turun di waktu perang Badar.11

D. Manfaat Asbab An-Nuzul


Pengetahuan tentang asbabun nuzun mempunyai banyak faedah antara lain :
1. mengetahui hikmah dan rahasia diundangkannya suatu hukum dan perhatian
syara’ terhadap kepentingan umum, tanpa membedakan etnik, jenis kelamin dan
agama. Jika dianalisa secara cermat, proses penetapan hukum berlangsung secara
manusiawi, seperti larangan minum minuman keras, misalnya ayat – atat al –
Qur’an turun dalam empat kali tahapan yaitu 12

a. QS. An – Nahl ayat 67

Artinya : Dan dari buah korma dan anggur, kamu buat minimuman yang
memabukkan dan rezeki yang baik. Sesunggguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang
memikirkan. (67)
b. QS. Al Baqoroh ayat 219

Artinya : Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi.


Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa
manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari

11
Achmad Zuhdi,dkk, Studi Al-Qur’an, UIN Sunan Ampel Press, Surabaya, 2016, Hlm 258-259
12
Sauqiyah Musyafa’ah,dkk, Studi Al-Qur’an, UIN Sunan Ampel Press, 2013, Hlm 187.
manfaatnya". Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka
nafkahkan. Katakanlah: "Yang lebih dari keperluan". Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir,(219)

c. QS. An-Nisa’ ayat 43

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang


kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu
ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan
junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika
kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air
atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat
air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah
mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha
Pengampun.
d. QS. Al Maidah Ayat 90-91

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum)


khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan
panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-
perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.(90) Sesungguhnya
syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di
antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan
menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka
berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).(91)
2. Mengetahui asbab an nuzul membantu memberikan kejelasan terhadap beberapa
ayat. Misalnya Urwah Ibn Zubair mengalami kesulitan dalam memahami hukum
fardlu sya’i antara safa dan marwah, Q.S Al Baqoroh ayat 158. 13

Artinya : Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebahagian dari syi'ar Allah.
Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber'umrah, maka tidak
ada dosa baginya mengerjakan sa'i antara keduanya. Dan barangsiapa yang
mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah
Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui (158)14
Diriwayatkan oleh Al – Bukhari, Muslim dan selainnya dari Urwah
berkata, aku berkata pada Aisyah –istri Nabi, “Apakah engkau telah melihat
firman Allah,”“Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebagian dari syiar
Allah. Maka barang siapa yang beribadah haji ke baitullah atau berumroh, maka
tidak ada dosa baginya mengerjakan sa’i antara keduanya”, maka tidak mengapa
bagi seorang pun untuk tidak melakukan thawaf(sa’i) diantara keduanya. Aisyah
Radiyallahu Anha berkata, “Sungguh salah yang engkau katakana wahai anak
saudariku, sesungguhnya jika ayat itu seperti yang engkau tafsirkan, maka tidak
mengapa untuk tidak melaksanakan thawaf(sa’i) anatara keduanya. Akan tetapi,
ayat tersebut turun karena orang – orang anshar sebelum masuk ke dalam Islam
mereka bertahlil untuk patung “Manah Thagiyah”, dan orang orang yang bertahlil
pada patung tersebut tidak ingin berthawaf antara shafa dan marwah, kemudian
mereka menanyakan hal ini pada rasulullah “wahai rasulullah! Sesungguhnya
kami dulu pada zaman jahiliyah merasa enggan untuk berthawaf antara shafa dan
marwah”, maka Allah menurunkan firman-Nya “Sesungguhnya shafa dan marwah
adalah bagian dari syiar Allah”, hingga firman-Nya “maka tidak ada bagian dari
dosa baginya mengerjakan sa’i antara keduanya.15

13
Ibid.
14
QS. Al Baqoroh ayat 158.
15
Imam As-Suyuthi, Asbabun Nuzul, Pustaka Al Kautsar, 2015, Hlm 38-39
3. Pengetahun asbab an-nuzul dapat mengkhusukan (takhsish) hukum terbatas pada
sebab, menganut kaidah (khusus as-sabab) “sebab khusus”. Sebagai contoh
turunnya ayat-ayat dhihar pada permulaan Surah al-Mujadalah, yaitu dalam kasus
Aus Ibn As-samit yang menzihar istrinya, Khaulah binti Hakam Ibn Tha’labah.
Hukum yang terkandung dalam ayat-ayat ini khusus bagi keduanya dan tidak
berlaku bagi orang lain. 16
4. Yang paling penting ialah asbab an-nuzul dapat membantu memahami apakah
suatu ayat berlaku umum atau berlaku khusus, selanjutnya dalam hal apa ayat itu
diterapkan. Maksud yang sesungguhnya suatu ayat dapat dipahami melalui
pengenalan asbab an-nuzul. 17
5. Pengetahuan tentang asbab an-nuzul akan mempermudah orang menghafal ayat-
ayat al-qur’an serta memperkuat keberadaan wahyu dalam ingatan orang yang
mendengarnya jika mengetahui sebab turunnya. Sebab, pertalian antara sebab dan
musabab (akibat), hukum dan peristiwanya, peristiwa dan pelaku, masa dan
tempatnya, semua ini merupakan faktor-faktor yang menyebabkan mantapnya dan
terlukisnya dalam ingatan.18

16
Sauqiyah Musyafa’ah,dkk, Studi Al-Qur’an, UIN Sunan Ampel Press, 2013, Hlm 188.
17
Ibid.
18
Ibid, Hlm 189.
BAB III

PENUTUPAN
A. Kesimpulan

Mempelajari asbab an-nuzul sangat penting bagi yang ingin mengkaji ilmu

tafsir, bahkan sebuah kewajiban bagi ahli tafsir. Cara mengetahui asbab an-nuzul

pertama, dengan riwayat yang shahih, yakni riwayat yang memenuhi syarat-syarat

yang telah ditetapkan oleh para ahli hadits. Kedua, menggunakan lafadh fa at-

ta’qibiyah bermakna maka atau kemudian. Ketiga, dipahami dari konteks yang jelas.

Keempat, tidak disebutkan secara tegas terhadap redaksi. Ada ulama yang

berpendapat sebagai penjelasan tentang hukum.

Metode penelitian dan pentarjihan asbab an-nuzul harus dilakukan penelitian

terhadap riwayatnya, karena ada dua kategori dalam sebab penurunannya. Pertama,

banyak turun ayat pada satu peristiwa, sedangkan yang kedua, banyak terjadi

peristiwa pada satu ayat yang turun.

Kedudukan asbab an-nuzul dalam pemahaman Al-Qur’an sangat membantu

dalam memahami Al-Qur’an, apabila tidak niscaya banyak kekeliruannya.

Kebanyakan ulama untuk menjadikan pedoman hukum lebih sepakat pada “umum

lafadh” daripada “khusus sebab”, karena mempunyai tiga macam dalil yaitu: pertama,

lafadh syar’I saja yang menjadikan hujjah dan dalil. Kedua, kaidah tersebut

ditanggungkan kepada makna selama tidak ada pemalingannya dari makna tersebut.

Ketiga, para sahabat dan mujtahid kebanyakan tanpa memerlukan qias atau mencari

dalil apabila berhujjah dengan lafadh yang umum dari sebab yang khusus.
DAFTAR PUSTAKA

Musyafa’ah, Sauqiyah dkk. 2013. Studi Al – Qur’an. Surabaya:UIN Sunan Ampel


Press.
Zuhdi, Achmad dkk.2016. Studi Al – Qur’an. Surabaya:UIN Sunan Ampel Press.
Susfita, Nunung. 2015. “Asbabun Nuzul Al – Qur’an dalam Perspektif Mikro dan
Makro”. Fakultas Dakwah dan Komunikasi.Institut Islam Negeri (IAIN) Mataram.Mataram.
As-Suyuthi, Imam. 2015. Asbabun Nuzul. Jakarta:Pustaka Al-Kautsar
Yusuf, Kadar M. 2014. Studi Al-Qur’an. Jakarta:AMZAH.

Anda mungkin juga menyukai