Proposal TAK..... TAK
Proposal TAK..... TAK
PROPOSAL
Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
Kelompok 09 (VI-A)
2017
LEMBARAN PENGESAHAN
Untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa III yang telah disetujui untuk
dipresentasikan.
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
Siti Sholikah, S.Kep., Ns., M.Kes
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas luasnya limpahan rahmat dan
hidayah-Nya hingga akhirnya proposal “Terapi Aktivitas Kelompok Harga Diri Rendah” ini dapat
diselesaikan sebagaimana mestinya. Shalawat dan salam tidak lupa kami panjatkan atas junjungan
Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, para sahabatnya serta ummatnya yang senantiasa
iltizam diatas kebenaran hingga akhir zaman.
Penulisan proposal ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memenuhi tugas mata kuliah
“KEPERAWATAN JIWA III”. Dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan dari
beberapa pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bpk. Drs. H. Budi Utomo, Amd.Kep., M.Kes, selaku ketua STIKES Muhammadiyah Lamongan.
2. Bpk. Arifal Aris, S. Kep. Ns, M.Kes selaku ketua prodi S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah
Lamongan.
3. Siti Sholikah, S.Kep., Ns., M.Kes, selaku pembimbing dan dosen mata kuliah Keperawatan Jiwa III.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan makalah ini penuh keterbatasan dan masih
jauh dari kesempurnaan. Karena itu, saran yang konstruktif merupakan bagian yang tak terpisahkan dan
senantiasa kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak. Allahumma Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
PROPOSAL
LEMBARAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
BAB 2 PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASI PERSEPSI : HARGA DIRI RENDAH
2.1 DESKRIPSI
2.3 TUJUAN
2.4 PERSIAPAN
2.5 KEGIATAN
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk sosial yang terus menerus membutuhkan orang lain disekitarnnya. Salah satu
kebutuhanya adalah kebutuhan sosial untuk melakukan interaksi sesama manusia. Kebutuhan sosial
yang dimaksud adalah rasa dimiliki oleh orang lain, pengakuan dari orang lain, pemghargaan orang lain,
serta pernyataan diri. Interaksi yang dilakukan tidak selama memberi hasil yang sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh individu sehingga mungkin terjadi suatu gangguan terhadap kemampuan individu untuk
berinteraksi dengan orang lain (Riyadi, 2009).
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang
dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Termasuk persepsi indvidu
akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan
dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya (Keliat, 2011).
Harga diri rendah merupakan komponen konsep diri. Harga diri merupakan perasaaan yang berasal dari
penerimaan diri sendiri tanpa syarat walaupun melakukan kesalahan, kekalahan, kegagalan, tetap
merasa penting dan berharga (Struart, 2007). Pada pasien dengan gangguan jiwa dengan kasus
gangguan harga diri sulit menerima diri sendiri dan menjalin hubungan personal dengan orang lain. Bila
situasi ini tidak ditangani dengan baik maka akan muncul harga diri rendah yang sangat kronis. Menurut
studi pendahuluan di RSJD Dr. Aminogondohutomo dari 24 klien, yang mengalami harga diri rendah
mencapai 3 orang. Rata-rata dari mereka berkisar antara usia 30-40 tahun. Tanda-tanda HDR yang
ditemukan pada klien diantaranya rasa bersalah dan khawatir pada diri sendiri, menarik diri dari realitas
serta gangguan berhubungan yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga. Masalah rumah tangga
dan ekonomi menduduki prosentase 67% (Purwaningsih & Karlina, 2009).
Penatalaksanaan klien dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah dapat dilakukan dengan Terapi
Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi : harga diri rendah. Terapi aktivitas kelompok merupakan
bagian dari therapi modalitas yang berupaya meningkatkan psikoterapi dengan sejumlah klien (7-10
orang per-kelompok), dalam gejala yang sama, jenis kelamin sama, usia yang hampir sama, dan dalam
waktu yang bersamaan.
1.2.1 Apa ladasan teori TAK stimulasi persepsi dan harga diri rendah ?
1.2.6 Bagaimana kriteria Evaluasi TAK stimulasi persepsi : harga diri rendah ?
1.2.7 Bagaimana rencana Pelaksanaan TAK stimulasi persepsi : harga diri rendah ?
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah di atas dapat ditarik tujuan penulisan, sebagai berikut :
1.3.1 Untuk mengetahui landasan teori TAK stimulasi persepsi dan harga diri rendah.
1.3.3 Unuk mengetahui tujuan dari TAK stimulasi persepsi : harga diri rendah.
1.3.4 Unuk mengetahui persiapan TAK stimulasi persepsi : harga diri rendah.
1.3.5 Untuk mengetahui kegiatan TAK stimulasi persepsi : harga diri rendah.
1.3.6 Untuk mengetahui kriteria Evaluasi TAK stimulasi persepsi : harga diri rendah.
1.3.7 Untuk mengetahui rencana Pelaksanaan TAK stimulasi persepi : harga diri rendah
1.3.8 Untuk mengetahui pelaksanaan TAK stimulasi persepsi : harga diri rendah.
BAB 2
PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASI PERSEPSI : HARGA DIRI RENDAH
2.1 DESKRIPSI
2.1.1 Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi
1. Definisi
Terapi Aktivitas Kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok pasien yang
mempunyai masalah keperawatan yang sama lalu bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain
yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih
(Yosep, 2007).
Terapi aktivitas kelompok adalah terapi psikologi yang dilakukan secara kelompok untuk memberikan
stimulasi bagi klien dengan gangguan interpersonal (Riyadi, 2009).
Terapi aktivitas kelompok adalah salah satu upaya untuk memfasilitasi psikoterapis terhadap sejumlah
klien pada waktu yang sama untuk memantau dan meningkatkan hubungan antar anggota (RISKESDAS,
2009).
2. Tujuan
Menurut Yosep (2007), Ada dua tujuan umum dari terapi aktivitas kelompok ini yaitu tujuan terapeutik
dan tujuan rehabilitatif. Tujuan terapeutik meliputi :
Beberapa aspek dari klien yang harus diperhatikan dalam penjaringan klien yang akan diberikan aktivitas
kelompok adalah (Struart, 2007) :
1) Aspek emosi
Gelisah, curiga, merasa tidak berguna, tidak dicintai, tidak dihargai, tidak diperhatikan, merasa
disisihkan, merasa terpencil, klien merasakan takut dan cemas, menyendiri, menghindar dari orang lain.
2) Aspek intelektual
Klien tidak ada inisiatif untuk memulai pembicaraan, jika ditanya klien menjawab seperlunya, jawaban
klien sesuai dengan pertanyaan perawat.
3) Aspek social
Klien sudah dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat, klien mengatakan bersedia
mengikuti therapi aktivitas, klien mau berinteraksi minimal dengan satu perawat lain ke satu klien lain.
1. Definisi
Konsep diri termasuk persepsi individual akan sifat kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan
lingkungan nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek tujuan serta keinginan (Keliat, 2011).
Harga diri merupakan suatu nilai yang terhormat atau rasa hormat yang dilikiki seseorang terhadap diri
mereka sendiri. Hal ini menjadi suatu ukuran yang berharga bahwa mereka memiliki sesuatu dalam
bentuk kemampuan dan patut dipertimbangankan (Yusuf, 2015).
Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak dapat bertanggung
jawab pada kehidupannya sendiri (Riyadi, 2009).
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan
akibat evaluasi diri yang negative terhadap diri sendiri atau kemampuan diri (Yosep, 2007).
2. Penyebab
Menurut Struart (2007), menyebutkan bahwa penyebab harga diri rendah adalah :
5) Faktor pribadi atau situasi disfungsi sistem keluarga atau tidak ada dukungan sosisal.
Menurut Yosep (2007), karakteristik dan perilaku yang ditampilkan dari harga diri rendah yaitu :
c. Ragu-ragu mencoba situasi baru atau hal baru karena takut gagal.
g. Waham kebesaran.
4) Manipulasi seorang staf terhadap staf yang lain sebagai usaha untuk mencapai hak-haknya yang
khusus.
6) Merendahkan orang lain sebagai usaha untuk meningkatkan perasaan dirinya sendiri.
Therapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi ditujukan pada klien dengan masalah keperawatan: Harga
Diri Rendah dan dapat ditegakkan diagnosis Gangguan konsep diri harga diri rendah.
2.3 TUJUAN
2.3.1 Tujuan Umum
Klien dapat memiliki konsep diri yang postif serta mampu meningkatkan hubungan interpersonal antar
anggota kelompok dan memotivasi proses pikir dan afektif.
5. Klien dapat merencanakan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
2.4 PERSIAPAN
2.4.1 Analisa situasi meliputi : waktu pelaksanaan, jumlah perawat, pembagian tugas perawat, alat
bantu yang dipakai dan persiapan ruangan.
1. Leader dan Co-Leader bertugas menganalisa dan mengobservasi pola-pola komunikasi dalam
kelompok, membantu anggota kelompok untuk menyadari dinamisasi kelompok, menjadi motivator,
membantu kelompok untuk menetapkan tujuan dan membuat peraturan. Pemimpin dan anggota
kelompok mendiskusikan apa yang harus dilakukan selanjutnya, memotivasi kesatuan kelompok dan
membantu kelompok untuk berkembang dan bergerak secara dinamis.
2. Fasilitator bertugas memberikan stimulus kepada anggota kelompok lain agar dapat mengikuti
jalannya kegiatan dalam kelompok.
3. Observer bertugas mencatat serta mengamati respon klien, jalannya aktivitas therapi, peserta yang
aktif dan pasif dalam kelompok serta yang drop out (tidak dapat mengikuti kegiatan sampai selesai).
2. Berdasarkan informasi dan diskusi mengenai prilaku klien sehari-hari serta kemungkinan dilakukan
therapi kelompok pada klien tersebut dengan perawat ruangan.
3. Melakukan kontak pada klien untuk mengikuti aktivitas yang akan dilakukan.
Suatu intervensi keperawatan yang dilakukan dalam mengantisipasi keadaan yang bersifat darurat atau
emergensi yang dapat mempengaruhi proses pelaksanaan kegiatan therapi aktivitas kelompok.
2.5 KEGIATAN
2.5.1 Perkenalan
Kelompok perawat memperkenalkan identitas diri masing-masing dipimpin oleh leader. Leader
menjelaskan peraturan kegiatan dalam kelompok.
2.5.2 Kegiatan
Klien mencari pasangan yang tepat, melakukan perkenalan dengan pasangan, melakukan perkenalan di
depan kelompok, melakukan perintah permainan dan memberikan jawaban atas pertanyaan dari
kelompok.
2.5.3 Evaluasi
Setelah mengikuti kegiatan klien dipersilahkan untuk mengemukakan perasaan dan pendapatnya
tentang kegiatan.
2.5.4 Terminasi/Penutup
Leader menjelaskan kembali tujuan dan manfaat kegiatan, klien menyebutkan kembali tujuan dan
manfaat kegiatan.
Presentasi jumlah klien yang mengikuti kegiatan sesuai dengan yang direncanakan :
5. 80% dari jumlah klien mampu memberikan tanggapan pada pertanyaan yang diajukan.
7. 70% dari jumlah klien mampu mengikuti aturan main yang telah ditentukan.
8. 50% dari jumlah klien mau mengemukakan pendapat tentang therapi aktifitas kelompok yang
dilakukan.
Klien yang mengikuti TAK HDR di ruangan kelas VI-A S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan.
2. Klien kerusakan komunikasi verbal yang telah berespons sesuai dengan stimulus
2.7.3 Persiapan
1. Analisa Situasi
a. Waktu Pelaksanaan
Perencanaan ( 5 menit)
Permainan ( 20 menit)
Penutup ( 5 menit)
b. Jumlah Perawat
Mahasiswa PSIK : 8 Orang
c. Pembagian Tugas
M Nurul Khafid
Sri Wahyuningsih
d. Alat Bantu
Kertas putih HVS dua kali jumlah klien yang mengikuti TAK
e. Setting Tempat
= Pasien
= Perawat
= Leader
= Co Leader
= Observer
2. Proses Pelaksanaan
a. Perkenalan
1. Kelompok perawat memperkenalkan diri, urutan ditunjuk oleh pembimbing untuk memulai
menyebut nama, kemudian leader menjelaskan tujuan dan peraturan kegiatan dalam kelompok.
2. Bila akan mengemukakan perasaannya klien diminta untuk lebih dulu menunjukkan tangannnya.
3. Bila klien ingin keluar untuk minum, BAB/BAK harus minta ijin pada perawat.
4. Pada akhir perkenalan pemimpin mengevaluasi kemampuan identifikasi terhadap perawat dengan
menanyakan nama perawat yang ditunjuk oleh leader.
b. Permainan
1. Klien yang telah diseleksi dikumpulkan di tempat yang cukup luas dan duduk membentuk lingkaran.
2. Leader memberikan lembaran kertas yang bergambar pasangan dari alat-yang setiap hari
digunakan : piring dengan sendok, sapu dengan tempat sampah, pensil dengan buku, sepatu dengan
kaus kaki, meja dengan kursi, dan membagikan pada setiap peserta secara acak.
3. Selanjutnya peserta mencari pasangannya yang sesuai dengan gambar yang dipegang. Selanjutnya
berkenalan dan menanyakan identitas selengkapnya : nama, alamat, hobby, yang disukai tentang
dirinya, serta ketrampilan yang dimiliki.
4. Selanjutnya masing-masing peserta menerangkan pada kelompok identitas dirinya dan pasangannya
selengkap-lengkapnya.
5. Kemudian co leader memutar kaset untuk berjoget bersama masing-masing pasangan dengan
berpegangan tangan. Musik dihentikan selanjutnya masing-masing pasangan meledakkan balon untuk
mencari kegiatan yang dituliskan pada kertas didalam balon. Setelah kertas perintah dibaca, masing-
masing pasangan melakukan kegiatan yang diminta.
6. Setelah selesai, Leader, Co leader dan motifator memotivasi klien lain untuk menanyakan sesuatu
kepada klien yang sedang di depan. Kemudian klien yang didepan menjawab pertanyaan tersebut,
setelah klien menjawab pertanyaan perawat memberikan reinforcement positip dan memperjelas apa
yang dibicarakan /dijawab oleh klien. Kemudian dilemparkan kepada klien lagi sehingga klien memiliki
persepsi yang positip/baik tanpa dipengaruhi oleh perawat.
2. Klien mengemukakan perasaannya setelah disapa oleh klien lain dengan menyebut nama.
d. Terminasi
2. Leader menjelaskan kembali tentang tujuan dan manfaat dari kegiatan kelompok ini.
3. Antisipasi Masalah
1. Memanggil klien
2. Memberi kesempatan kepada klien tersebut untuk menjawab sapaan perawat atau klien yang lain
3. Berikan penjelasan tentang tujuan permainan dan berikan penjelasan pada klien bahwa klien dapat
melaksanakan keperluannya setelah itu klien boleh kembali lagi
1. Berikan penjelasan bahwa permainan ini ditujukan pada klien yang telah dipilih
2. Katakan pada klien lain bahwa ada permainan lain yang mungkin dapat diikuti oleh klien tersebut
3. Jika klien memaksa, beri kesempatan untuk masuk dengan tidak memberi peran pada permainan
tersebut
BAB 3
PELAKSANAAN TAK
Jumlah peserta : 8 Orang dengan masalah GHS : Gangguan Harga Diri Rendah.
M Nurul Khafid
Sri Wahyuningsih
Anni Andila
Jalannya Acara :
1. FASE PERKENALAN.
Perawat melakukan kontrak ulang untuk mengikuti TAK, perawat berhasil mengumpulkan sepuluh
orang klien sesuai dengan rencana semula.
b. Leader memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan kegiatan TAK kepada klien kemudian co leader
menjelaskan aturan permainan.
2. FASE KERJA
a. Leader memberikan lembaran kertas yang bergambar pasangan dari alat-yang setiap hari
digunakan : piring dengan sendok, sapu dengan tempat sampah, pensil dengan buku, sepatu dengan
kaus kaki, meja dengan kursi, dan membagikan pada setiap peserta secara acak, selanjutnya peserta
mencari pasangannya yang sesuai dengan gambar yang dipegang.
b. Selanjutnya berkenalan dan menanyakan identitas selengkapnya : Nama, alamat, hobby, yang
disukai tentang dirinya, serta ketrampilan yang dimiliki.
c. Selanjutnya masing-masing peserta menerangkan pada kelompok identitas dirinya dan pasangannya
selengkap-lengkapnya.
d. Kemudian co leader memutar kaset lagu dangdut untuk berjoget bersama masing-masing pasangan
dengan berpegangan tangan.
f. Co leader menyiapkan gitar, dan masing-masing pasangan menyanyikan lagu dengan diiringi gitar.
g. Setelah berhenti menyanyi Leader , Co leader dan motifator memotifasi klien lain untuk
menanyakan sesuatu kepada klien yang sedang didepan.
h. Kemudian klien yang didepan menjawab pertanyaan tersebut , setelah klien menjawab pertanyaan
dan selesai bernyanyi perawat memberikan reinforcement positip dan memperjelas apa yang
dibicarakan /dijawab oleh klien.
i. Kemudian dilemparkan kepada klien lagi ,sehingga klien memiliki persepsi yang positip / baik tampa
dipengaruhi oleh perawat.
3. FASE TERMINASI.
a. Melakukan sharing perasaan antara klien dan perawat tentang terapi aktifitas kelompok yang
dilakukan.
Klien : Merasa senang karena tidak melamun ,dapat mengurangi setress, terjalin keakraban, tidak
membosankan, mengisi waktu luang dan klien menanyakan kapan ada acara seperti ini lagi.?
Perawat : Merasa senang karena klien dapat kooperatif mengikuti kegiatan TAK. Merasa dibutuhkan
oleh klien.
b. Melakukan evaluasi :
1. Proses
2. Hasil
90 % Klien mampu memperkenalkan diri /menyebutkan nama, alamt serta mampu menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh klien lain.
c. Terakhir leader menyimpulkan manfaat seluruh kegiatan dan memotifasi kepada klien untuk
melakukan kegiatan serupa/yang lain bersama klien lain.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Terapi aktivitas kelompok adalah terapi psikologi yang dilakukan secara kelompok untuk memberikan
stimulasi bagi klien dengan gangguan interpersonal. Ada dua tujuan umum dari terapi aktivitas
kelompok ini yaitu tujuan terapeutik dan tujuan rehabilitatif. Beberapa aspek dari klien yang harus
diperhatikan dalam penjaringan klien yang akan diberikan aktivitas kelompok adalah Aspek emosi, Aspek
intelektual, dan Aspek social.
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan
akibat evaluasi diri yang negative terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. penyebab harga diri rendah
adalah Kurang umpan balik positif, Tidak terpenuhinya kebutuhan ketergantungan, Retardasi
perkembangan ego, Menceritakan umpan balik negatif, mengakibatkan berkurangnya harga diri, dan
Faktor pribadi atau situasi disfungsi sistem keluarga atau tidak ada dukungan sosisal.
Therapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi ditujukan pada klien dengan masalah keperawatan: Harga
Diri Rendah dan dapat ditegakkan diagnosis Gangguan konsep diri harga diri rendah.
Pelaksanaan TAK terdiri dari Perawat ruangan, Leader, Co-Leader, Observer, dan Fasilitator. Pada klien
harga diri rendah pada pelaksaan TAK dilakukan Bermain dan bernyanyi bersama.
4.2 Saran
Sebagai seorang perawat yang dimana kita mungkin akan bekerja dirumah sakit jiwa atau rumah sakit
yang ada pelayanan masalah kesehatan jiwa untuk dapat melakukan dan mengaplikasikan terapi
aktivitas kelompok. Dengan dilaksanakan terapi aktivitas kelompok diharapkan klien dapat memiliki
konsep diri yang postif dan mampu bersosialisasi kembali dengan lingkungan sekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, B. A. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN (basic course). Jakarta: EGC.
Purwaningsih, W., & Karlina, I. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
RISKESDAS. (2009). Departemen Kesehatan RI. Laporan hasil riset kesehatan dasa. Jakarta: Depkes RI.