Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI : HARGA DIRI RENDAH

PROPOSAL

TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI : HARGA DIRI RENDAH

Dosen Pembimbing :

Siti Sholikah, S.Kep., Ns., M.Kes

Disusun Oleh :

Kelompok 09 (VI-A)

1. Anggun Rizka Anggraeni (1402011393)

2. Anni Andila (1402011394)

3. Diah Nur Azizah Laili (1402011402)

4. Lukvian Lingga Anggara (1402011412)

5. M Nurul Khafid (1402011414)

6. Wahyu Ningsih (1402011439)

7. Eka Devi Setyowati (1402011828)

8. Sri Wahyuningsih (1402011846)


9. Ninda Junita (1402011881P)

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH LAMONGAN

2017

LEMBARAN PENGESAHAN

Disusun oleh kelompok 09

Telah disusun makalah berjudul :

Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi : Harga Diri Rendah.

Untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa III yang telah disetujui untuk
dipresentasikan.

Lamongan, Juni 2017

Mengetahui,

Dosen Pembimbing
Siti Sholikah, S.Kep., Ns., M.Kes

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas luasnya limpahan rahmat dan
hidayah-Nya hingga akhirnya proposal “Terapi Aktivitas Kelompok Harga Diri Rendah” ini dapat
diselesaikan sebagaimana mestinya. Shalawat dan salam tidak lupa kami panjatkan atas junjungan
Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, para sahabatnya serta ummatnya yang senantiasa
iltizam diatas kebenaran hingga akhir zaman.

Penulisan proposal ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memenuhi tugas mata kuliah
“KEPERAWATAN JIWA III”. Dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan dari
beberapa pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bpk. Drs. H. Budi Utomo, Amd.Kep., M.Kes, selaku ketua STIKES Muhammadiyah Lamongan.

2. Bpk. Arifal Aris, S. Kep. Ns, M.Kes selaku ketua prodi S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah
Lamongan.

3. Siti Sholikah, S.Kep., Ns., M.Kes, selaku pembimbing dan dosen mata kuliah Keperawatan Jiwa III.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan makalah ini penuh keterbatasan dan masih
jauh dari kesempurnaan. Karena itu, saran yang konstruktif merupakan bagian yang tak terpisahkan dan
senantiasa kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak. Allahumma Amin.

Lamongan, Juni 2017

Penulis
DAFTAR ISI

PROPOSAL

LEMBARAN PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

BAB 2 PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASI PERSEPSI : HARGA DIRI RENDAH

2.1 DESKRIPSI

2.2 MASALAH KEPERAWATAN

2.3 TUJUAN

2.4 PERSIAPAN

2.5 KEGIATAN

2.6 KRITERIA EVALUASI

2.7 RENCANA PELAKSANAAN

BAB 3 PELAKSANAAN TAK

BAB 4 PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial yang terus menerus membutuhkan orang lain disekitarnnya. Salah satu
kebutuhanya adalah kebutuhan sosial untuk melakukan interaksi sesama manusia. Kebutuhan sosial
yang dimaksud adalah rasa dimiliki oleh orang lain, pengakuan dari orang lain, pemghargaan orang lain,
serta pernyataan diri. Interaksi yang dilakukan tidak selama memberi hasil yang sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh individu sehingga mungkin terjadi suatu gangguan terhadap kemampuan individu untuk
berinteraksi dengan orang lain (Riyadi, 2009).

Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang
dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Termasuk persepsi indvidu
akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan
dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya (Keliat, 2011).

Harga diri rendah merupakan komponen konsep diri. Harga diri merupakan perasaaan yang berasal dari
penerimaan diri sendiri tanpa syarat walaupun melakukan kesalahan, kekalahan, kegagalan, tetap
merasa penting dan berharga (Struart, 2007). Pada pasien dengan gangguan jiwa dengan kasus
gangguan harga diri sulit menerima diri sendiri dan menjalin hubungan personal dengan orang lain. Bila
situasi ini tidak ditangani dengan baik maka akan muncul harga diri rendah yang sangat kronis. Menurut
studi pendahuluan di RSJD Dr. Aminogondohutomo dari 24 klien, yang mengalami harga diri rendah
mencapai 3 orang. Rata-rata dari mereka berkisar antara usia 30-40 tahun. Tanda-tanda HDR yang
ditemukan pada klien diantaranya rasa bersalah dan khawatir pada diri sendiri, menarik diri dari realitas
serta gangguan berhubungan yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga. Masalah rumah tangga
dan ekonomi menduduki prosentase 67% (Purwaningsih & Karlina, 2009).

Penatalaksanaan klien dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah dapat dilakukan dengan Terapi
Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi : harga diri rendah. Terapi aktivitas kelompok merupakan
bagian dari therapi modalitas yang berupaya meningkatkan psikoterapi dengan sejumlah klien (7-10
orang per-kelompok), dalam gejala yang sama, jenis kelamin sama, usia yang hampir sama, dan dalam
waktu yang bersamaan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis mengambil rumusan masalah sebagai berikut :

1.2.1 Apa ladasan teori TAK stimulasi persepsi dan harga diri rendah ?

1.2.2 Apa masalah keperawatan yang dapat diambil ?

1.2.3 Apa tujuan TAK stimulasi persepsi : harga diri rendah ?

1.2.4 Bagaimana persiapan TAK stimulasi persepsi : hargadiri rendah ?

1.2.5 Bagamana kegiatan TAK stimulasi persepsi : harga diri rendah ?

1.2.6 Bagaimana kriteria Evaluasi TAK stimulasi persepsi : harga diri rendah ?

1.2.7 Bagaimana rencana Pelaksanaan TAK stimulasi persepsi : harga diri rendah ?

1.2.8 Bagaimana pelaksanaan TAK stimulasi persepsi : harga diri rendah ?

1.3 Tujuan

Dari rumusan masalah di atas dapat ditarik tujuan penulisan, sebagai berikut :

1.3.1 Untuk mengetahui landasan teori TAK stimulasi persepsi dan harga diri rendah.

1.3.2 Untuk mengetahui masalah keperawatan yang dapat diambil.

1.3.3 Unuk mengetahui tujuan dari TAK stimulasi persepsi : harga diri rendah.

1.3.4 Unuk mengetahui persiapan TAK stimulasi persepsi : harga diri rendah.

1.3.5 Untuk mengetahui kegiatan TAK stimulasi persepsi : harga diri rendah.

1.3.6 Untuk mengetahui kriteria Evaluasi TAK stimulasi persepsi : harga diri rendah.

1.3.7 Untuk mengetahui rencana Pelaksanaan TAK stimulasi persepi : harga diri rendah

1.3.8 Untuk mengetahui pelaksanaan TAK stimulasi persepsi : harga diri rendah.

BAB 2

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASI PERSEPSI : HARGA DIRI RENDAH

2.1 DESKRIPSI
2.1.1 Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi

1. Definisi

Terapi Aktivitas Kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok pasien yang
mempunyai masalah keperawatan yang sama lalu bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain
yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih
(Yosep, 2007).

Terapi aktivitas kelompok adalah terapi psikologi yang dilakukan secara kelompok untuk memberikan
stimulasi bagi klien dengan gangguan interpersonal (Riyadi, 2009).

Terapi aktivitas kelompok adalah salah satu upaya untuk memfasilitasi psikoterapis terhadap sejumlah
klien pada waktu yang sama untuk memantau dan meningkatkan hubungan antar anggota (RISKESDAS,
2009).

2. Tujuan

Menurut Yosep (2007), Ada dua tujuan umum dari terapi aktivitas kelompok ini yaitu tujuan terapeutik
dan tujuan rehabilitatif. Tujuan terapeutik meliputi :

1) Menggunakan kegiatan untuk memfasilitasi interaksi,

2) Mendorong sosialisasi dengan lingkungan (hubungan dengan luar diri klien),

3) Meningkatkan stimulus realitas dan respon individu,

4) Memotivasi dan mendorong fungsi kognitif dan afektif,

5) Meningkatkan rasa dimiliki,

6) Meningkatkan rasa percaya diri,

7) Belajar cara baru dalam menyelesaikan masalah.

Sedangkan tujuan rehabilitatif meliputi :

1) Meningkatkan kemampuan untuk ekpresi diri,

2) Meningkatkan kemampuan empati,

3) Meningkatkan keterampilan sosial,

4) Meningkatkan pola penyelesaian masalah.


3. Aspek yang Perlu Diperhatikan

Beberapa aspek dari klien yang harus diperhatikan dalam penjaringan klien yang akan diberikan aktivitas
kelompok adalah (Struart, 2007) :

1) Aspek emosi

Gelisah, curiga, merasa tidak berguna, tidak dicintai, tidak dihargai, tidak diperhatikan, merasa
disisihkan, merasa terpencil, klien merasakan takut dan cemas, menyendiri, menghindar dari orang lain.

2) Aspek intelektual

Klien tidak ada inisiatif untuk memulai pembicaraan, jika ditanya klien menjawab seperlunya, jawaban
klien sesuai dengan pertanyaan perawat.

3) Aspek social

Klien sudah dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat, klien mengatakan bersedia
mengikuti therapi aktivitas, klien mau berinteraksi minimal dengan satu perawat lain ke satu klien lain.

2.1.2 Harga Diri Rendah

1. Definisi

Konsep diri termasuk persepsi individual akan sifat kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan
lingkungan nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek tujuan serta keinginan (Keliat, 2011).

Harga diri merupakan suatu nilai yang terhormat atau rasa hormat yang dilikiki seseorang terhadap diri
mereka sendiri. Hal ini menjadi suatu ukuran yang berharga bahwa mereka memiliki sesuatu dalam
bentuk kemampuan dan patut dipertimbangankan (Yusuf, 2015).

Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak dapat bertanggung
jawab pada kehidupannya sendiri (Riyadi, 2009).

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan
akibat evaluasi diri yang negative terhadap diri sendiri atau kemampuan diri (Yosep, 2007).

2. Penyebab

Menurut Struart (2007), menyebutkan bahwa penyebab harga diri rendah adalah :

1) Kurang umpan balik positif.

2) Tidak terpenuhinya kebutuhan ketergantungan.


3) Retardasi perkembangan ego.

4) Menceritakan umpan balik negatif, mengakibatkan berkurangnya harga diri.

5) Faktor pribadi atau situasi disfungsi sistem keluarga atau tidak ada dukungan sosisal.

3. Karakteristik dan perilaku yang ditampilkan

Menurut Yosep (2007), karakteristik dan perilaku yang ditampilkan dari harga diri rendah yaitu :

1) Kesulitan menerima penguatan positif

2) Tidak berpartisipasi dalam terapi:

a. Menyatakan penyangkalan diri

b. Evaluasi diri sebagai tidak mampu mengatasi kejadian-kejadian.

c. Ragu-ragu mencoba situasi baru atau hal baru karena takut gagal.

d. Proyeksi kesalahan atau tanggung jawab untuk permasalahan.

e. Merasiaonalkan kegagalan personal.

f. Sangat sensitif terhadap sikap meremehkan atau kritikan.

g. Waham kebesaran.

3) Kurang kontak mata

4) Manipulasi seorang staf terhadap staf yang lain sebagai usaha untuk mencapai hak-haknya yang
khusus.

5) Ketidakmampuan membentuk hubungan personal yang dekat dan akrab.

6) Merendahkan orang lain sebagai usaha untuk meningkatkan perasaan dirinya sendiri.

2.2 MASALAH KEPERAWATAN

Therapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi ditujukan pada klien dengan masalah keperawatan: Harga
Diri Rendah dan dapat ditegakkan diagnosis Gangguan konsep diri harga diri rendah.

2.3 TUJUAN
2.3.1 Tujuan Umum

Klien dapat memiliki konsep diri yang postif serta mampu meningkatkan hubungan interpersonal antar
anggota kelompok dan memotivasi proses pikir dan afektif.

2.3.2 Tujuan Khusus

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.

2. Klien dapat mengidentifikasi pengalaman yang tidak menyenangkan.

3. Klien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang dimiliki.

4. Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk dilaksanakan.

5. Klien dapat merencanakan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

6. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai rencana yang dibuat.

7. Klien dapat memanfaatkan system dukungan yang ada.

2.4 PERSIAPAN

2.4.1 Analisa situasi meliputi : waktu pelaksanaan, jumlah perawat, pembagian tugas perawat, alat
bantu yang dipakai dan persiapan ruangan.

2.4.2 Uraian tugas perawat (therapist)

1. Leader dan Co-Leader bertugas menganalisa dan mengobservasi pola-pola komunikasi dalam
kelompok, membantu anggota kelompok untuk menyadari dinamisasi kelompok, menjadi motivator,
membantu kelompok untuk menetapkan tujuan dan membuat peraturan. Pemimpin dan anggota
kelompok mendiskusikan apa yang harus dilakukan selanjutnya, memotivasi kesatuan kelompok dan
membantu kelompok untuk berkembang dan bergerak secara dinamis.

2. Fasilitator bertugas memberikan stimulus kepada anggota kelompok lain agar dapat mengikuti
jalannya kegiatan dalam kelompok.

3. Observer bertugas mencatat serta mengamati respon klien, jalannya aktivitas therapi, peserta yang
aktif dan pasif dalam kelompok serta yang drop out (tidak dapat mengikuti kegiatan sampai selesai).

2.4.3 Proses Seleksi

1. Berdasarkan observasi prilaku sehari-hari klien yang dikelola oleh perawat

2. Berdasarkan informasi dan diskusi mengenai prilaku klien sehari-hari serta kemungkinan dilakukan
therapi kelompok pada klien tersebut dengan perawat ruangan.
3. Melakukan kontak pada klien untuk mengikuti aktivitas yang akan dilakukan.

2.4.4 Program antisipasi masalah

Suatu intervensi keperawatan yang dilakukan dalam mengantisipasi keadaan yang bersifat darurat atau
emergensi yang dapat mempengaruhi proses pelaksanaan kegiatan therapi aktivitas kelompok.

2.5 KEGIATAN

2.5.1 Perkenalan

Kelompok perawat memperkenalkan identitas diri masing-masing dipimpin oleh leader. Leader
menjelaskan peraturan kegiatan dalam kelompok.

2.5.2 Kegiatan

Klien mencari pasangan yang tepat, melakukan perkenalan dengan pasangan, melakukan perkenalan di
depan kelompok, melakukan perintah permainan dan memberikan jawaban atas pertanyaan dari
kelompok.

2.5.3 Evaluasi

Setelah mengikuti kegiatan klien dipersilahkan untuk mengemukakan perasaan dan pendapatnya
tentang kegiatan.

2.5.4 Terminasi/Penutup

Leader menjelaskan kembali tujuan dan manfaat kegiatan, klien menyebutkan kembali tujuan dan
manfaat kegiatan.

2.6 KRITERIA EVALUASI

Presentasi jumlah klien yang mengikuti kegiatan sesuai dengan yang direncanakan :

1. 80% klien mendapatkan pasangan yang tepat.

2. 90% dari jumlah klien mampu menyebutkan identitas dirinya.

3. 90% dari jumlah klien mampu menyebutkan identitas klien lain.


4. 80% dari jumlah klien mampu bersepon terhadap klien lain dengan mendengarkan klien lain yang
sedang berbicara.

5. 80% dari jumlah klien mampu memberikan tanggapan pada pertanyaan yang diajukan.

6. 70% dari jumlah klien mampu menterjemahkan perintah permainan.

7. 70% dari jumlah klien mampu mengikuti aturan main yang telah ditentukan.

8. 50% dari jumlah klien mau mengemukakan pendapat tentang therapi aktifitas kelompok yang
dilakukan.

2.7 RENCANA PELAKSANAAN

2.7.1 Kriteria Klien

Klien yang mengikuti TAK HDR di ruangan kelas VI-A S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan.

1. Klien menarik diri yang telah mulai melakukan interaksi interpersonal

2. Klien kerusakan komunikasi verbal yang telah berespons sesuai dengan stimulus

2.7.2 Masalah Keperawatan

1. Harga diri rendah

2.7.3 Persiapan

1. Analisa Situasi

a. Waktu Pelaksanaan

Hari/Tanggal : Jum’at, 16 Juni 2016

Waktu : Pk. 08.00-08.45

Alokasi Waktu : 45 menit

Perencanaan ( 5 menit)

Perkenalan dan pengarahan ( 5 menit)

Permainan ( 20 menit)

Ekpress feeling (10 menit)

Penutup ( 5 menit)

b. Jumlah Perawat
Mahasiswa PSIK : 8 Orang

Perawat Ruangan : 1 Orang

c. Pembagian Tugas

Leader : Ninda Junita

Co-Leader : Wahyu Ningsih

Observer : Eka Devi Setyowati

Lukvian Lingga Anggara

Fasilitator : Diah Nur Azizah Laili

M Nurul Khafid

Sri Wahyuningsih

Perawat Ruangan : Anggun Rizka Anggraeni, Anni Andila

d. Alat Bantu

Spidol sebanyak jumlah klien yang mengalami TAK

Kertas putih HVS dua kali jumlah klien yang mengikuti TAK

e. Setting Tempat

= Pasien

= Perawat

= Leader

= Co Leader

= Observer

2. Proses Pelaksanaan

a. Perkenalan

1. Kelompok perawat memperkenalkan diri, urutan ditunjuk oleh pembimbing untuk memulai
menyebut nama, kemudian leader menjelaskan tujuan dan peraturan kegiatan dalam kelompok.

2. Bila akan mengemukakan perasaannya klien diminta untuk lebih dulu menunjukkan tangannnya.
3. Bila klien ingin keluar untuk minum, BAB/BAK harus minta ijin pada perawat.

4. Pada akhir perkenalan pemimpin mengevaluasi kemampuan identifikasi terhadap perawat dengan
menanyakan nama perawat yang ditunjuk oleh leader.

b. Permainan

1. Klien yang telah diseleksi dikumpulkan di tempat yang cukup luas dan duduk membentuk lingkaran.

2. Leader memberikan lembaran kertas yang bergambar pasangan dari alat-yang setiap hari
digunakan : piring dengan sendok, sapu dengan tempat sampah, pensil dengan buku, sepatu dengan
kaus kaki, meja dengan kursi, dan membagikan pada setiap peserta secara acak.

3. Selanjutnya peserta mencari pasangannya yang sesuai dengan gambar yang dipegang. Selanjutnya
berkenalan dan menanyakan identitas selengkapnya : nama, alamat, hobby, yang disukai tentang
dirinya, serta ketrampilan yang dimiliki.

4. Selanjutnya masing-masing peserta menerangkan pada kelompok identitas dirinya dan pasangannya
selengkap-lengkapnya.

5. Kemudian co leader memutar kaset untuk berjoget bersama masing-masing pasangan dengan
berpegangan tangan. Musik dihentikan selanjutnya masing-masing pasangan meledakkan balon untuk
mencari kegiatan yang dituliskan pada kertas didalam balon. Setelah kertas perintah dibaca, masing-
masing pasangan melakukan kegiatan yang diminta.

6. Setelah selesai, Leader, Co leader dan motifator memotivasi klien lain untuk menanyakan sesuatu
kepada klien yang sedang di depan. Kemudian klien yang didepan menjawab pertanyaan tersebut,
setelah klien menjawab pertanyaan perawat memberikan reinforcement positip dan memperjelas apa
yang dibicarakan /dijawab oleh klien. Kemudian dilemparkan kepada klien lagi sehingga klien memiliki
persepsi yang positip/baik tanpa dipengaruhi oleh perawat.

7. Kemudian dilanjutkan dengan pasangan berikutnya dengan cara yang sama.

8. Selama kegiatan berlangsung observer mengamati jalannya acara.

c. Peer Review (Evaluasi Kelompok)

1. Klien dapat mengemukakan perasaannya setelah memperkenalkan dirinya.

2. Klien mengemukakan perasaannya setelah disapa oleh klien lain dengan menyebut nama.

3. Klien mengemukakan pendapat tentang kegiatan ini.

d. Terminasi

1. Klien dapat menyebutkan kembali tujuan kegiatan.

2. Leader menjelaskan kembali tentang tujuan dan manfaat dari kegiatan kelompok ini.
3. Antisipasi Masalah

a. Penanganan klien yang tidak aktif saat aktifitas kelompok

1. Memanggil klien

2. Memberi kesempatan kepada klien tersebut untuk menjawab sapaan perawat atau klien yang lain

b. Bila klien meninggalkan permainan tanpa pamit :

1. Panggil nama klien

2. Tanya alasan klien meninggalkan permainan

3. Berikan penjelasan tentang tujuan permainan dan berikan penjelasan pada klien bahwa klien dapat
melaksanakan keperluannya setelah itu klien boleh kembali lagi

c. Bila ada klien lain ingin ikut

1. Berikan penjelasan bahwa permainan ini ditujukan pada klien yang telah dipilih

2. Katakan pada klien lain bahwa ada permainan lain yang mungkin dapat diikuti oleh klien tersebut

3. Jika klien memaksa, beri kesempatan untuk masuk dengan tidak memberi peran pada permainan
tersebut

BAB 3

PELAKSANAAN TAK

Tanggal : Jum’at, 16 Juni 2017


Tempat : Ruang kelas VI-A STIKES Muhammadiyah Lamongan

Jumlah peserta : 8 Orang dengan masalah GHS : Gangguan Harga Diri Rendah.

Metode : Diskusi dan Permainan.

Pembagian tugas anggota :

Leader : Ninda Junita

Co-Leader : Wahyu Ningsih

Observer : Eka Devi Setyowati

Lukvian Lingga Anggara

Fasilitator : Diah Nur Azizah Laili

M Nurul Khafid

Sri Wahyuningsih

Perawat Ruangan : Anggun Rizka Anggraeni

Anni Andila

Jalannya Acara :

1. FASE PERKENALAN.

a. Mengumpulkan anggota diruang kelas VI-A Keperawatan.

Perawat melakukan kontrak ulang untuk mengikuti TAK, perawat berhasil mengumpulkan sepuluh
orang klien sesuai dengan rencana semula.

b. Leader memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan kegiatan TAK kepada klien kemudian co leader
menjelaskan aturan permainan.

2. FASE KERJA

a. Leader memberikan lembaran kertas yang bergambar pasangan dari alat-yang setiap hari
digunakan : piring dengan sendok, sapu dengan tempat sampah, pensil dengan buku, sepatu dengan
kaus kaki, meja dengan kursi, dan membagikan pada setiap peserta secara acak, selanjutnya peserta
mencari pasangannya yang sesuai dengan gambar yang dipegang.

b. Selanjutnya berkenalan dan menanyakan identitas selengkapnya : Nama, alamat, hobby, yang
disukai tentang dirinya, serta ketrampilan yang dimiliki.

c. Selanjutnya masing-masing peserta menerangkan pada kelompok identitas dirinya dan pasangannya
selengkap-lengkapnya.

d. Kemudian co leader memutar kaset lagu dangdut untuk berjoget bersama masing-masing pasangan
dengan berpegangan tangan.

e. Musik dihentikan selanjutnya masing-masing pasangan harus menampilkan suatu keterampilan


didepan kelompok.

f. Co leader menyiapkan gitar, dan masing-masing pasangan menyanyikan lagu dengan diiringi gitar.

g. Setelah berhenti menyanyi Leader , Co leader dan motifator memotifasi klien lain untuk
menanyakan sesuatu kepada klien yang sedang didepan.

h. Kemudian klien yang didepan menjawab pertanyaan tersebut , setelah klien menjawab pertanyaan
dan selesai bernyanyi perawat memberikan reinforcement positip dan memperjelas apa yang
dibicarakan /dijawab oleh klien.

i. Kemudian dilemparkan kepada klien lagi ,sehingga klien memiliki persepsi yang positip / baik tampa
dipengaruhi oleh perawat.

j. Selama kegiatan berlangsung observer mengamati jalanya acara .

3. FASE TERMINASI.

a. Melakukan sharing perasaan antara klien dan perawat tentang terapi aktifitas kelompok yang
dilakukan.

Klien : Merasa senang karena tidak melamun ,dapat mengurangi setress, terjalin keakraban, tidak
membosankan, mengisi waktu luang dan klien menanyakan kapan ada acara seperti ini lagi.?

Perawat : Merasa senang karena klien dapat kooperatif mengikuti kegiatan TAK. Merasa dibutuhkan
oleh klien.

b. Melakukan evaluasi :

1. Proses

90 % klien berpartisipasi aktif.


90 % Klien dapat memberikan respon verbal dan non verbal yang sesuai dengan Stimulus external.

90 % Klien mampu bekerja sama dalam kelompok.

100 %Klien mengikuti kegiatan TAK sampai dengan selesai.

2. Hasil

90 % Klien mampu memperkenalkan diri /menyebutkan nama, alamt serta mampu menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh klien lain.

80 % Klien mampu menyanyikan sebuah lagu.

50 % Klien mampu mengungkapkan manfaat kegiatan TAK.

c. Terakhir leader menyimpulkan manfaat seluruh kegiatan dan memotifasi kepada klien untuk
melakukan kegiatan serupa/yang lain bersama klien lain.

BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Terapi aktivitas kelompok adalah terapi psikologi yang dilakukan secara kelompok untuk memberikan
stimulasi bagi klien dengan gangguan interpersonal. Ada dua tujuan umum dari terapi aktivitas
kelompok ini yaitu tujuan terapeutik dan tujuan rehabilitatif. Beberapa aspek dari klien yang harus
diperhatikan dalam penjaringan klien yang akan diberikan aktivitas kelompok adalah Aspek emosi, Aspek
intelektual, dan Aspek social.

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan
akibat evaluasi diri yang negative terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. penyebab harga diri rendah
adalah Kurang umpan balik positif, Tidak terpenuhinya kebutuhan ketergantungan, Retardasi
perkembangan ego, Menceritakan umpan balik negatif, mengakibatkan berkurangnya harga diri, dan
Faktor pribadi atau situasi disfungsi sistem keluarga atau tidak ada dukungan sosisal.

Therapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi ditujukan pada klien dengan masalah keperawatan: Harga
Diri Rendah dan dapat ditegakkan diagnosis Gangguan konsep diri harga diri rendah.

Pelaksanaan TAK terdiri dari Perawat ruangan, Leader, Co-Leader, Observer, dan Fasilitator. Pada klien
harga diri rendah pada pelaksaan TAK dilakukan Bermain dan bernyanyi bersama.

4.2 Saran

Sebagai seorang perawat yang dimana kita mungkin akan bekerja dirumah sakit jiwa atau rumah sakit
yang ada pelayanan masalah kesehatan jiwa untuk dapat melakukan dan mengaplikasikan terapi
aktivitas kelompok. Dengan dilaksanakan terapi aktivitas kelompok diharapkan klien dapat memiliki
konsep diri yang postif dan mampu bersosialisasi kembali dengan lingkungan sekitarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B. A. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN (basic course). Jakarta: EGC.

Purwaningsih, W., & Karlina, I. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.

RISKESDAS. (2009). Departemen Kesehatan RI. Laporan hasil riset kesehatan dasa. Jakarta: Depkes RI.

Riyadi, S. (2009). Asuhan Keperawatn Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Struart, G. W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai