Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

PRODUKSI TANAMAN PANGAN


ALTERNATIF
Semester Ganjil Tahun 2020 - 2021

Judul :
TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN SORGUM
((Sorghum bicolor (L.)Moench),KACANG HIJAU
((Vigna radiata (L.) Wilczek)L.),DAN GANYOM
(Canna edulis Ker)

Oleh :
Nama : Leonardo Vigorous Silalahi
NPM : E1J018072
Kelompok (shift) :BD
Kelas :A

PROGRAM STUDI
AGROEKOTEKNOLOGI
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2020
BAB I
PENDAHULUAN

I.I Latarbelakang

Keanekaragaman tanaman pangan di Indonesia sangatlah bervariasi, misalnya


saja beras, jagung, sagu dan juga umbi-umbian dan sebagainya. Keanekaragaman
pangan ini tidak dimanfaatkan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia dengan
baik. Mereka selalu menganggap bahwa beras merupakan suatu makanan pokok bagi
mereka. Hal inilah yang mendorong akan adanya tindakan diversifikasi pangan.
Kegiatan diversifikasi pangan ini adalah kegiatan dimana adanya usaha untuk
mencari bahan pangan alternatif. Usaha ini juga perlu didukung dengan adanya suatu
budidaya tanaman pangan yang baik agar diversifikasi pangan dapat terealisasi dan
produk pangan yang dihasilkan mempunya mutu atau kualitas baik.
Pangan adalah komoditas strategis karena merupakan kebutuhan dasar
manusia.Pangan tidak saja berarti strategis secara ekonomi, tetapi juga sangat berarti
dari segi pertahanan dan keamanan, sosial, dan politis (Hasan, 1998). Berbagai
contoh peristiwa pada masa akhir orde lama sampai dengan awal orde baru dan
pengalaman bekas Negara Uni Sovyet menunjukkan bahwa ketahanan dan
ketenteraman suatu negara sangat ditentukan oleh ketersediaan pangan. Oleh
karenanya pangan tidak dapat diabaikan dalam kebijakan ekonomi suatu negara,
sehingga pengelolaan pangan secara berencana merupakan suatu keharusan yang
perlu diupayakan dengan sebaik-baiknya.
Dalam usaha pemenuhan kebutuhan pangan, pemerintah Indonesia telah
berupaya secara maksimal agar kebutuhan pangan masyarakat dapat terpenuhi.
Keseriusan itu diwujudkan dalam bentuk cita-cita besarnya yaitu mampu mencapai
swasembada pangan, yang akhirnya tercapai pada tahun 1984 dengan swasembada
beras, walaupun sebetulnya swasembada beras ditargetkan tercapai pada tahun 1974
(Rahardjo, 1993).
Pada praktikum ini akan dibahas mengenai serealia, polong-polongan, dengan
umbi – umbian. Pada melakukan percobaan diantaranya pada pengelolaan budidaya
tanamannya. Adapun jenis yang akan dibahas yaitu
A. Golongan Serealia
Pada golongan ini saya lebih fokuskan atau yang saya teliti yaitu tanaman sorgum.
Sorgum merupakan tanaman serelia yang dapat memberikan banyak manfaat
diantaranya dari biji menghasilkan tepung sebagai pengganti gandum, dari batang
dapat menghasilkan nira yang dapat dimanfaatkan sebagai gula dan hijauan pakan
ternak. Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serelia yang memiliki potensi
besar untuk dikembangkan di Indonesia karena mempunyai daerah adaptasi yang
luas. Sorgum cukup toleran terhadapat tanah yang kurang subur atau tanah kritis,
sehingga lahan-lahan yang kurang produktif atau lahan tidur bisa ditanami. Tanaman
sorgum cukup toleran terhadap kekeringan dan genangan air, dapat berproduksi pada
lahan marginal serta relatif tahan terhadap gangguan hama dan penyakit. Sorgum
tidak memerlukan teknologi dan perawatan khusus sebagaimana tanaman lain. Untuk
mendapatkan hasil maksimal, sorgum sebaiknya ditanam pada musim kemarau
karena sepanjang hidupnya memerlukan sinar matahari penuh (Prihandana dan
Hendroko, 2008).
Produksi sorgum di Indonesia masih rendah sehingga tidak masuk dalam
daftar negara penghasil sorgum dunia. Data Direktorat Budi Daya Serealia pada
tahun 2013 menunjukkan produksi sorgum Indonesia dalam 5 tahun terakhir hanya
meningkat sedikit dari 6.114 ton menjadi 7.695 ton. Peningkatan produksi sorgum di
dalam negeri perlu mendapat perhatian khusus karena Indonesia sangat potensial
bagi pengembangan sorgum (Subagio dan Aqil, 2014).
Untuk meningkatkan produksi pertanian yang panjang dapat dilakukan
dengan perbaikan atau manipulasi lingkungan tumbuh. Pemberian mulsa dapat
secara langsung berpengaruh terhadap ligkungan tumbuh tanaman, seperti mencegah
erosi, meningkatkan kadar air tanah, suhu, udara dalam tanah dan refleksi radiasi
matahari.Sebagian efeknya terhadap suhu tanah, maka penggunaan mulsa dapat
disesuaikan dengan kebutuhan tanaman akan suhu tanah. Fluktuasi suhu sangat
ditentukan oleh jenis mulsa.Selain mulsa, bahan organik memiliki peran penting
dalam menentukan kemampuan tanah untuk mendukung tanaman, sehingga jika
kadar karbon dalam bahan organik tanah menurun, kemampuan tanah dalam
mendukung produktivitas tanaman juga menurun. Menurunnya kadar bahan organik
merupakan salah satu bentuk kerusakan tanah yang umum terjadi (Umboh, 2000).
B. Golongan Polong-polongan
Sedangkan jenis golong polong – polongan saya gunakan adalah jenis kacang
hijau. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman pangan sumber protein nabati.
Kandungan protein kacang hijau sebesar 22% menempati urutan ketiga setelah
kedelai dan kacang tanah. Kacang hijau berumur genjah (55-65 hari), tahan
kekeringan, variasi jenis penyakit relatif sedikit, dapat ditanam pada lahan kurang
subur dan harga jual relatif tinggi serta stabil. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik
(2015), produksi kacang hijau di Indonesia mengalami penurunan dari 341.342 ton
tahun-1 menjadi 271.463 ton tahun-1 (tahun 2011 dibanding 2015). (Purwono dan
Hartono, 2005).
Berbagai faktor menyebabkan penurunan produksi kacang hijau, antara lain
kesuburan tanah rendah, alih fungsi lahan, faktor iklim tidak mendukung, dan praktik
budidaya tidak tepat. Upaya peningkatan produktivitas kacang hijau dapat dilakukan
dengan memperbaiki efisiensi pemupukan dan jumlah tanaman per lubang tanam.
Pupuk organik mempunyai peran penting dalam memperbaiki sifat fisik, kimia, dan
biologi tanah. Pupuk organik dapat menggemburkan tanah, memacu aktivitas
mikroorganisme tanah dan membantu pengangkutan unsur hara ke dalam akar
tanaman, meskipun ketersediaan unsur hara essensial (makro dan mikro) relatif lebih
rendah daripada pupuk anorganik (Suwahyono, 2011).
C. Golongan Tuber (Umbi-umbian)
Golongan Tuber yang saya gunakan adalah yang menggunakan yaitu jenis tanaman
ganyom. Tanaman ganyong (Canna edulis) termasuk famili Cannaceae, genus Canna
dari kelompok ubiubian potensial. Tumbuhan ini berbentuk herba berumpun dan
bersifat perennial (Segeren dan Maas, 1971). Pada bagian batang, daun, dan kelopak
bunga sedikit berlilin. Tanaman ganyong berumbi, bagian tengah umbi lebih tebal
yang dikelilingi sisik berwarna ungu kecoklatan dengan akar serabut tebal
(Sastrapradja et al., 1977; Direktorat Kacangkacangan dan Umbi-umbian, 2002).
Biasanya tanaman ganyong tumbuh liar di tegalan sebagai tanaman sela. Ganyong
toleran di tanah yang lembab dan naungan serta dapat tumbuh di dataran rendah
hingga dataran tinggi pada ketinggian 2.500 m dpl (Sastrapraja et al., 1977).
Ganyong berasal dari Amerika Selatan, yang dibawa oleh bangsa Portugis ke
beberapa wilayah dan saat ini telah tersebar di Asia, Australia, dan Afrika (Forum
Kerjasama Agribisnis, 2008; Widyastuti et al., 2000). Di Indonesia, ganyong dapat
ditemukan dari Sabang sampai Merauke, terutama di Pulau Jawa, Bali, Jambi, dan
Lampung (Direktorat Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, 2002). Sentra ganyong di
Indonesia adalah Jawa Tengah (Klaten, Wonosobo, Purworejo), Jawa Barat
(Majalengka, Sumedang, Ciamis, Cianjur, Garut, Subang, dan Karawang), dan Jawa
Timur (Malang dan Pasuruan) (Hidayat, 2010). Nama lokal ganyong antara lain laos
jambe; lumbong, nyindro, senitra, laos mekah, buah tasbeh, midro (Jawa) dan ubi
pikul (Sumatera), di Madura ganyong disebut banyar dan manyor (Lestari, 2008).
Selama ini masyarakat lebih mengenal genus Canna sebagai tanaman hias yang
banyak dijumpai di halaman rumah atau taman-taman kota. Genus Canna yang
tergolong sebagai tanaman hias antara lain Canna coccinae, C. indica, C. humilis, C.
Limbata, C. lutea, C. glauca, C. discolor, Canna orientalis roscoe, C. hibrida, C.
iridiflora, C. nepalensis, C. warscewiczii (Segeren dan Maas, 1971; Direktorat
Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, 2002; Widyastuti et al., 2000), sedangkan jenis
Canna yang dapat dimakan ialah Canna edulis Ker. atau ganyong. Tanaman Canna
hias memiliki bunga yang lebih besar dibandingkan dengan Canna yang diambil
umbinya. Dari spesies-spesies tersebut warna bunga terdiri atas merah, kuning, dan
orange.

I.II Tujuan

Adapun tujuan dalam pembuatan laporan ini yaitu sebagai berikut;


I.II.1 Pratikan dapat mengetahuin jenis – jenis tanaman pangan alternative
I.II.2. Pratikan dapat mengetahuin cara budidaya dari 3 golongan pangan
alternativ
BAB II
METODE PELAKSANAAN

II.I .Waktu dan tempat kegiatan

Adapun pelaksanaan pratikum diwaktukan yaitu


Lokasi : Desa Tirta Kencana SP 1 Air Rami, Kab. Mukomuko Air Rami
Media : Media Polybag
Jenis Tanaman: Tanaman Sorgum, Ganyom, dan kacang Hijau

II.II Bahan dan Alat


Adapun alat dan bahan yang digunakan yaitu:
A. Sorgum
Adapun alat dan bahan yang di perlukann
Bahan :Bahan yang digunakan yaitu benih sorgum,pupuk kandang, tali rafia
              buku catatan, polybag,pupuk kandang, dan tanah top soil.
Alat     : Alat yang digunakan meliputi cangkul, penggaris, kamera,tali ukur, dan alat
tulis.

B. Kacang Hijau
Adapun alat dan bahan yang di perlukann
Bahan :Bahan yang digunakan yaitu benih kacang hijau,pupuk kandang dan NPK,
tali rafia
buku catatan, polybag,pupuk kandang, dan tanah top soil.
Alat : Alat yang digunakan meliputi cangkul, penggaris, kamera,tali ukur, dan alat
tulis.
C. Ganyom
Adapun alat dan bahan yang di perlukann
Bahan :Bahan yang digunakan yaitu bibit ganyom ( baik umbi, batang dll),pupuk
kandang dan NPK, tali rafia
buku catatan, polybag,pupuk kandang, dan tanah top soil.
Alat : Alat yang digunakan meliputi cangkul, penggaris, kamera,tali ukur, dan alat
tulis.
II.III Metode yang digunakan:
Adapun metode kerja dilakukan sebagai beriku;
A. Sorgum
Adapaun metode kegiatan yang dilakukan:
1. Menentukan berap banyak media polybag ingin digunakan
2. Mengolah tanah dengan cangkul dan memamsukan dalam polybag
3. Sebelum itu masukan pupuk kompos kedalam polybag dengan perbandingan
tanah dan pupuk kandang (2:1)
4. Menanam 2 benih per lubang tanam dan sedangkan ganyom bisa diambil
dengan umbi atau atangnya.
5. Melakukan pemeliharaan meliputi penyiangan,penyiraman, dan pembubunan.
6. Melakukan pengamatan yang meliputi :
a. Tinggi tanaman
Tinggi tanaman diukur dari titik tumbuh hingga bagian pucuk tertinggi
dengan menggunakan penggaris.
b. Jumlah daun
Jumlah daun dihitung pada daun yang telah muncul sempurna

B. Kacang Hijau
Adapaun metode kegiatan yang dilakukan:
1. Menentukan berap banyak media polybag ingin digunakan
2. Mengolah tanah dengan cangkul dan memamsukan dalam polybag
3. Sebelum itu masukan pupuk kompos kedalam polybag dengan perbandingan
tanah dan pupuk kandang (2:1)
4. Menanam 2 benih per lubang tanam dan sedangkan ganyom bisa diambil
dengan umbi atau atangnya.
5. Melakukan pemeliharaan meliputi penyiangan,penyiraman, dan pembubunan.
6. Melakukan pengamatan yang meliputi :
a. Tinggi tanaman
Tinggi tanaman diukur dari titik tumbuh hingga bagian pucuk tertinggi dengan
menggunakan penggaris.
b. Jumlah daun
Jumlah daun dihitung pada daun yang telah muncul sempurna
C. Ganyom
Adapaun metode kegiatan yang dilakukan:
1. Menentukan berap banyak media polybag ingin digunakan
2. Mengolah tanah dengan cangkul dan memamsukan dalam polybag
3. Sebelum itu masukan pupuk kompos kedalam polybag dengan perbandingan
tanah dan pupuk kandang (2:1)
4. Menanam 2 benih per lubang tanam dan sedangkan ganyom bisa diambil
dengan umbi atau atangnya.
5. Melakukan pemeliharaan meliputi penyiangan,penyiraman, dan pembubunan.
6. Melakukan pengamatan yang meliputi :
a. Tinggi tanaman
Tinggi tanaman diukur dari titik tumbuh hingga bagian pucuk tertinggi dengan
menggunakan penggaris.
b. Jumlah daun
Jumlah daun dihitung pada daun yang telah muncul sempurna
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

III.I. Hasil
Adapun hasil yang kami dapatkan sebagai berikut:
1. Tebe jumlah ditanam yaitu
No Jenis tanaman Jumlah Jumlah Yang Status dari
tanaman yang hidup ditanam
ditanam
1 Sorgum 10 5 Benih biji Beli per
saset secara
online
2 Kacang hijau 5 2 Benih biji beli dipasar
dengan per
kaleng
3 Ganyom 10 10 Umbi dan Minta
batangnya tentangga
dengan
menanam
umbi dan
batangnya
di poton
Adapun Dokumentasinya
III.II. PEMBAHASAN
Pada pratikum pangan alternartif saya melaksanakan di desa Air Rami Tirta
Kencana Kabupaten Mukomuko Procinsi Bengkulu. Pada dilapangan saya menanam
pada 12 November 2020. Penanaman telat dikarenakan pemasanan online yang
memakan waktu berlalut lama sehingga itu saya sedikit terkendala di penanaman
karena bahan. Karena bahan online terkirim lama sehingga itu saya buat serentak
serta pengamatan terakhir saya buat sampai tanggal 10 Desember 2020.
Pada pratikum dari tiap minggunya mengalamin peningkatan pada minggu ke
2 yang dimana tanaman in seperti tampak layu atau titik layu tumbuh sementara
diakibatkan kemungkinan stress akibatt pengambilan bahan pada ganyom. Serta pada
minggu satu dan 2 alamin titik layu sementara juga. Pada secara deskribsi tanaman
sorgum terdapat sedikit ada gigitan hama tapi bisa diatasin dengan pemindahan dan
selalu tiap hari diamatin tapi tidak insentif sertabibit sorgum yang kurang bagus.
Pada ganyom tidak ada kendala Cuma ganyom yang saya dapatkan ada dua jenis
yaitu ganyom merah dan ganyom kunong. Pada kacang hijau disini saya banyak
mengalamin kendala baik saat mungkin tanam dan lain –lain. Untuk hama belum ada
terlalu Nampak.
III.II.I Sorgum
A. Klasifikasi
Tanaman sorgum saat ini merupakan tanaman yang sangat potensial untuk dijadikan
sebagai energi alternatif untuk bahan pangan baik sebagai substitusi tepung pada
makanan atau sebagai bahan baku gula cair dan bioetanol, serta dapat juga
dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak dan papan (Abimanyu, H; Harsono,P;
Iswanto, A; Mangan, S; Nur, A; Sihono; Supriyanto. 2012).
Berdasarkan klasifikasi botaninya Sorghum bicolor (L.) Moench termasuk ke dalam
kingdom Plantae, divisi Magnoliophyta, class Liliopsida, ordo Cyperales, family
Poaceae, genus Sorghum, spesies Sorghum bicolor (L.) Moench. Sorgum adalah
jenis serealia yang di Indonesia belum banyak dimanfaatkan kegunaannya. Tanaman
sorgum masih demikian kurang perkembangannya, padahal hasilnya dapat
merupakan bahan pangan pengganti beras atau untuk diekspor. Sorgum memiliki
potensi yang cukup besar untuk dapat dikembangkan di Indonesia. Tanaman ini
toleransi terhadap kekeringan dan genangan, memiliki adaptasi yang luas dan dapat
tumbuh baik di lahan yang kurang subur (Syam et al., 2006).
B. Morfologi
Genus sorghum terdiri atas 20 atau 32 spesies, berasal dari Afrika Timur, satu spesies
di antaranya berasal dari Meksiko. Tanaman ini dibudidayakan di Eropa Selatan,
Amerika Utara, Amerika Tengah, dan Asia Selatan. Di antara spesies-spesies
sorgum, yang paling banyak dibudidayakan adalah spesies Sorghum bicolor (L.)
Moench. Morfologi tanaman sorgum mencakup akar, batang, daun, bunga, dan biji.
a. Akar
Tanaman sorgum merupakan tanaman biji berkeping satu, tidak membentuk akar
tunggang, perakaran hanya terdiri atas akar lateral. Sistem perakaran sorgum terdiri
atas akar-akarseminal (akar-akar primer) pada dasar buku pertama pangkal batang,
akar skunder dan akar tunjang yang terdiri atas akar koronal (akar pada pangkal
batang yang tumbuh ke arah atas) dan akar udara (akar yang tumbuh di permukaan
tanah). Tanaman sorgum membentuk perakaran sekunder dua kali lebih banyak dari
jagung. Ruang tempat tumbuh akar lateral mencapai kedalaman 1,3-1,8 m, dengan
panjang mencapai 10,8 m. Sebagai tanaman yang termasuk kelas monokotiledon,
sorgum mempunyai sistem perakaran serabut (Rismunandar 2006).
Akar primer adalah akar yang pertama kali muncul pada proses perkecambahan
benih yang berkembang dari radikula, berfungsi sebagai alat transportasi air dan
nutrisi bagi kecambah dalam tanah. Seiring dengan proses pertumbuhan tanaman
pada saat muncul akar sekunder pada ruas pertama, fungsinya segera digantikan oleh
akar sekunder (du Plessis 2008).
Akar skunder berkembang di ruas pertama pada mesokotil di bawah tanah yang
kemudian berkembang secara ekstensif yang diikuti oleh matinya akar primer. Pada
tahap selanjutnya, akar sekunder berfungsi menyerap air dan unsur hara. Panjang
akar ini 5-15 cm. Akar skunder berukuran kecil, seragam, dan hanya sebagian kecil
dari sistem perakaran sorgum. Akar skunder lain tumbuh mulai pada ruas kedua dari
mesokotil hingga ke atas, yang lebih dikenal sebagai akar permanen. Akar permanen
bercabang secara lateral dan masuk ke tanah secara vertikal. Pada tanah yang
gembur, akar skunder mampu tumbuh hingga 1 m ke samping dan 2 m ke dalam
tanah untuk menyerap nutrisi (du Plessis 2008).
Akar tunjang berkembang dari primordial buku yang berada kurang dari 1 m. Pada
tanaman sorgum, bahkan akar tunjang lebih tinggi dari akar jagung, mencapai 1,2 m
di atas permukaan tanah, berfungsiseperti jangkar bagi tanaman. Akar tunjang
umumnya berukuran lebih besar dan berwarna lebih gelap jika berada di permukan
tanah. Akar tunjang memiliki ukuran dan fungsi yang sama dengan akar normal
apabila mencapai tanah. Perakaran tanaman sorgum sanggup menopang
pertumbuhan dan perkembangan tanaman ratun hingga dua atau tiga kali lebih kuat,
dan menjadikan tanaman toleran kekeringan(du Plessis 2008).
b. Batang
Batang tanaman sorgum merupakan rangkaian berseri dari ruas (internodes) dan
buku (nodes), tidak memiliki kambium. Pada bagian tengah batang terdapat seludang
pembuluh yang diselubungi oleh lapisan keras (sel-sel parenchym). Tipe batang
bervariasi dari solid dan kering hingga sukulen dan manis. Jenis sorgum manis
memiliki kandungan gula yang tinggi pada batang gabusnya, sehingga berpotensi
dijadikan sebagai bahan baku gula sebagaimana halnya tebu (Hoeman 2012). Bentuk
batang tanaman sorgum silinder dengan diameter pada bagian pangkal berkisar
antara 0,5-5,0 cm. Tinggi batang bervariasi, berkisar antara 0,5-4,0 m, bergantung
pada varietas (du Plessis 2008).
Ruas batang sorgum pada bagian tengah tanaman umumnya panjang dan seragam di
banding ruas pada bagian bawah dan atas tanaman. Ruas paling panjang terdapat
pada ruas terakhir (ujung tanaman), yang berupa tangkai malai. Permukaan ruas
batang sorgum mirip dengan tanaman tebu, yaitu diselimuti oleh lapisan lilin yang
tebal, kecuali pada ujung batang. Lapisan lilin paling banyak pada bagian atas dari
pelepah daun, yang berfungsi mengurangi transpirasi sehingga sorgum toleran
terhadap kekeringan. Buku pada batang sorgum rata dengan ruasnya, pada bagian ini
tumbuh akar tunjang dan tunas (du Plessis 2008). Bagian dalam batang sorgum
seperti spon setelah tua. Pada kondisi kekeringan, bagian dalam batang sorgum bisa
pecah (du Plessis 2008).
c. Daun
Daun merupakan organ penting bagi tanaman, karena fotosintat sebagai bahan
pembentuk biomasa tanaman dihasilkan dari proses fotosintesis yang terjadi di daun.
Sorgum mempunyai daun berbentuk pita, dengan struktur terdiri atas helai daun dan
tangkai daun. Posisi daun terdistribusi secara berlawanan sepanjang batang dengan
pangkal daun menempel pada ruas batang. Panjang daun sorgum rata-rata 1 m
dengan penyimpangan 10-15 cm dan lebar 5-13 cm. Jumlah daun bervariasi antara 7-
40 helai, bergantung pada varietas. Daun melekat pada buku-buku batang dan
tumbuh memanjang, yang terdiri atas pelepah dan helaian daun. Pada pertemuan
antara pelepah dan helaian daun terdapat ligula (ligule) dan kerah daun (dewlaps).
Helaian daun muda kaku dan tegak, kemudian menjadi cenderung melengkung pada
saat tanaman dewasa. Helaian daun berbentuk lanselot, lurus mendatar, berwarna
hijau muda hingga hijau tua dengan permukaan mengkilap oleh lapisan lilin. Stomata
berada pada permuakaan atas dan bawah daun. Tulang daun lurus memanjang
dengan warna bervariasi dari hijau muda, kuning hingga putih, bergantung pada
varietas (Sitompul dan Guritno 2005).
d. Bunga
Rangkaian bunga sorgum berada pada malai di bagian ujung tanaman. Sorgum
merupakan tanaman hari pendek, pembungaan dipicu oleh periode penyinaran
pendek dan suhu tinggi. Bunga sorgum merupakan bunga tipe panicle/malai (susunan
bunga di tangkai). Bunga sorgum secara utuh terdiri atas tangkai malai (peduncle),
malai (panicle), rangkaian bunga (raceme), dan bunga (spikelet) (Pedersen et al.
2008).
Tangkai malai (peduncle) merupakan ruas paling ujung (terminal internode) yang
menopang malai dan paling panjang, yang terdapat pada batang sorgum. Tangkai
malai memanjang seiring dengan perkembangan malai, dan mendorong malai keluar
dari pelepah daun bendera. Ukuran panjang tangkai malai beragam, bergantung
varietas. Pada beberapa varietas, tangkai malai pendek dan tertutup oleh pelepah
daun bendera dan berbentuk lurus atau melengkung. Bagian dari tangkai
malai/peduncle terlihat di antara pangkal malai/panicle dengan pelepah daun bendera
yang disebut leher malai/ exsertion. Panjang leher malai beragam, berkisar antara <
5,1 - > 20 cm. Malai (panicle) pada sorgum tersusun atas tandan primer, sekunder,
dan tersier. Susunan percabangan pada malai semakin ke atas semakin rapat,
membentuk raceme yang longgar atau kompak, bergantung pada panjang poros
malai, panjang tandan, jarak percabangan tandan dan kerapatan spikelet. Ukuran
malai beragam dengan panjang berkisar antara 4-50 cm dan lebar 2-20 cm (Dicko et
al. 2006). Malai tanaman sorgum beragam, bergantung pada varietas dan dapat
dibedakan berdasarkan posisi, kerapatan, dan bentuk. Berdasarkan posisi, malai
sorgum ada yang tegak, miring dan melengkung; sedangkan berdasarkan kerapatan,
malai sorgum ada yang kompak, longgar, dan intermedier. Berdasarkan bentuk,
malai ada yang oval, silinder, elip, seperti seruling, dan kerucut Pada sorgum tipe
liar, bentuk malai cenderung raceme terbuka (Dicko et al. 2005).
e. Biji
Secara umum, biji sorgum dapat dikenali dengan bentuknya yang bulat lonjong atau
bulat telur, dan terdiri dari tiga lapisan utama, yaitu kulit luar (8%), lembaga (10%),
dan endosperma (82%). Ukuran bijinya kira-kira adalah 4.0 x 2.5 x 3.5 mm, dan
berat bijinya berkisar antara 8 - 50 mg dengan rata-rata 28 mg. Berdasarkan bentuk
dan ukurannya, biji sorgum dapat digolongkan sebagai biji 11 berukuran kecil (8-10
mg), sedang (12-24 mg), dan besar (25-35 mg). Kulit bijinya ada yang berwarna
putih, merah, atau coklat (Suprapto et al., 2007).

C. Pengelolahan lahan
Pada penerapan di tempat, saya menggunakan media tanam yaitu berupa polybag
ukuran sedang. Pada pengelolahan lahan saya membuat perbandingan dengan 2:1
( tanah: pupuk kandang). Pada pratikum ini saya menggunakan pupuk kandang
kotoran sapi yang dimana kotoran samoi dicampurkan tanah lalu saya masukan
dalam polybag. Pada penuntun untuk penggunaan pupuk dasar tidak ada
keterangannya sehingga itu saya membuat secara murni dengan hanya pupuk
kandang saja. Campuran tadi harus tercampur rata agak sem ua sama rata.
Setelah itu buat lobang tanam sedalam sejengkal ( 2-4 cm). setelah itu
masukan dalam 1 lobang tersebut 2 biji sesuai dengan buku penuntun. Setelah itu
tutup kembali lobangnya . Adapun kendala yang saya hadapin di lapangan polybag
adalah kurang dijelasin secara rinci pada bukuu petunjuk akan pada kita membuat
media tanam serta pada sorgum ini yang membuat saya penenaman terlambat akibat
barang stok habis dan harus membuat saya inden dan keterlambatan pengiriman ke
tempat saya dari online
D. Pemeliharaan
Pemeliharaan meliputi penyiangan gulma, pembubunan, serta penyiraman.
Penyiangan dan pembubunan dilakukan satu minggu sekali. Pengendalian hama dan
penyakit tidak dilakukan karena tidak ada OPT yang menyerang tanaman.
Pemupukan dengan NPK ( pupuk kimia) tidak dilakukan sebab tanaman sudah
tumbuh subur serta pada buku penuntun tidak ada keterangan lebih lanjut.
Penyiraman dilakukan setiap hari dan dilakukan pada sore hari atau bisa pagi hari
agar air menyerap kedalam tanah. Apabila terjadi hujan maka tidak dilakukan
penyiraman. Pada pemeliharaan setip setengah minggu selalu melakukan
penggemburan tanah agar tidak terlelu keras pada poibag. Pada pemeliharaa
kendalanya pada gulma yang dimana akan cpat kali tumbuh terkhususnyan tanaman
ganyom. Serta pada minggu kedua kendalanya adalah butuh ekstra pemeliharaan dari
titik layuu sementara. Serta pada sorgum saya kebinggungan dikarenakan saat
penanaman tidak adanya buku petunjuk akan tata cara penanaman serta dibagian
bungkusnya tampak seperti sudah terbuka bungkusnya sehingga kemungkinan bear
factor ini yang mempengaruhin jugakualitas pertumbuhan tanaman saya pada sorgum
diakibatkan kemasan yang kurang bagus

III.II.II Kacang Hijau


A. Klasifikasi
Kacang hijau merupakan salah satu tanaman semusim yang berumur
pendek kurang lebih 60 hari. Tanaman ini disebut juga mungbean, green gram atau
golden gram. Tanaman kacang hijau merupakan tanaman yang tumbuh hampir di
seluruh tempat di Indonesia , baik di dataran rendah hingga daerah dengan ketinggian
500 meter dari permukaan laut (Astawan, 2005).
Tanaman ini diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Subdivisi : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Subclass : Rosidae
Ordo : Rosales
Famili : Papilionaceae
Genus : Phaseolus
Species : Phaseolus radiatus Linn (Plantamor, 2008).
B. Morfologi
Susunan tubuh tanaman (morfologi) kacang hijau terdiri atas akar, batang, daun,
bunga, buah dan biji. Tanaman kacang hijau berakar tunggang, batangnya berbentuk
bulat dan berbuku-buku. Ukuran batangnya kecil, berbulu, berwarna hijau
kecokelatan atau kemerahan. Setiap buku batang menghasilkan satu tangkai daun,
kecuali pada daun pertama berupa sepasang daun yang berhadap-hadapan dan
masing-masing daun berupa daun tunggal. Batang kacang hijau tumbuh tegak dengan
ketinggian 1 m. Cabangnya menyebar ke semua arah. Daun kacang hijau tumbuh
majemuk, terdiri dari tiga helai anak daun disetiap tangkai. Helai daun berbentuk
oval dengan bagian ujung lancip dan berwarna hijau muda hingga hijau tua. Letak
daun berseling, tangkai daunnya lebih panjang dari daunnya sendiri. Bunga kacang
hijau berbentuk seperti kupu-kupu dan berwarna kuning kehijauan atau kuning pucat,
termasuk bunga hermaprodit atau berkelamin sempurna. Buah kacang hijau
berbentuk polong. Panjang polong sekitar 5-16 cm, setiap polong berisi 10-15 biji.
Polong berbentuk bulat silindris atau pipih dengan ujung agak runcing atau tumpul.
Polong muda berwarna hijau, setelah tua berubah menjadi kecokelatan atau
kehitaman. Bijinya berbentuk bulat dengan bobot (berat) sebesar 0,5-0,8 mg,
berwarna hijau sampai hijau mengkilap (Purwono dan Hartono, 2005)
C. Pengelolahan lahan
Pada penerapan di tempat, saya menggunakan media tanam yaitu berupa polybag
ukuran sedang. Pada pengelolahan lahan saya membuat perbandingan dengan 2:1
( tanah: pupuk kandang). Pada pratikum ini saya menggunakan pupuk kandang
kotoran sapi yang dimana kotoran sampai dicampurkan tanah lalu saya masukan
dalam polybag. Pada penuntun untuk penggunaan pupuk dasar tidak ada
keterangannya sehingga itu saya membuat secara murni dengan hanya pupuk
kandang saja. Campuran tadi harus tercampur rata agak sem ua sama rata.
Setelah itu buat lobang tanam sedalam sejengkal ( 2-4 cm). setelah itu
masukan dalam 1 lobang tersebut 2 biji sesuai dengan buku penuntun. Setelah itu
tutup kembali lobangnya . Adapun kendala yang saya hadapin di lapangan polybag
adalah kurang dijelasin secara rinci pada bukuu petunjuk akan pada kita membuat
media tanam. Serta kendala terbesar yaitu binggungnya saya memilih bibit bagus,
dikarenakan saya membelinya di pasar sehingga itu saya binggung untuk memilih
serta bisa dilihat pada tabl kemungkinan terbesar kendala pada bibit yang kurang
bagus sehingga tingkat pertumbuhannya sedikit
D. Pemeliharaan
Pemeliharaan meliputi penyiangan gulma, pembubunan, serta penyiraman.
Penyiangan dan pembubunan dilakukan satu minggu sekali. Pengendalian hama
dan penyakit tidak dilakukan karena tidak ada OPT yang menyerang tanaman.
Pemupukan dengan NPK ( pupuk kimia) tidak dilakukan sebab tanaman sudah
tumbuh subur serta pada buku penuntun tidak ada keterangan lebih lanjut.
Penyiraman dilakukan setiap hari dan dilakukan pada sore hari atau bisa pagi hari
agar air menyerap kedalam tanah. Apabila terjadi hujan maka tidak dilakukan
penyiraman. Pada pemeliharaan setip setengah minggu selalu melakukan
penggemburan tanah agar tidak terlelu keras pada poibag. Pada pemeliharaa
kendalanya pada gulma yang dimana akan cpat kali tumbuh terkhususnyan
tanaman ganyom. Serta pada minggu kedua kendalanya adalah butuh ekstra
pemeliharaan dari titik layuu sementara

III.II.III Ganyom
A. Klasifikasi
Ganyong (Canna edulis Ker.) Nama Daerah: edulis umum dikenal dengan nama
ganyong. Selain disebut
ganyong, tanaman ini memiliki beberapa nama daerah yaitu ubi pikul
(Sumatra Utara), ganyong (Sunda), senitra (Jawa), banyur (Madura) (BalaiKliring
Keanekaragaman Hayati, 2009).
a. Klasifikasi :
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Cannaceae
Genus : Canna
Spesies : Canna edulis Ker.
(Steenis, 2008).
B. Morfologi
Ganyong merupakan terna berimpang, tegak. Rimpang bercabang horizontal, dengan
buku-buku yang berdaging, tertutup dengan sisik daun, dan serabut akar yang tebal.
Batang berdaging, muncul dari rimpang, seringkali berwarna ungu. Daun tersusun
secara spiral dengan pelepah besar terbuka, kadang-kadang bertangkai daun pendek,
helaian daun bulat telur sempit sampai jorong sempit. Perbungaan di ujung ranting,
tandan, biasanya sederhana tetapi kadang-kadang bercabang, muncul tunggal atau
berpasangan, tidak teratur, bunga biseksual.Kelopak membundar telur, mahkota
berbentuk pita, berwarna merah pucat sampai kuning, bibir bunga melonjong-
membundar telur sempit, berbintik kuning dengan merah. Buah kapsul, membulat
telur, merekah, bagian luar dengan duri-duri lunak. Biji banyak, bulat, halus dan
keras, kehitaman sampai merah tua (Flach dan Rumawas, 1996). Morfologi ganyong.
(Gepts, 2010; Gonzales, 2007; Amstrong, 2000).
1). Rimpang
Rimpang bercabang horizontal, panjangnya dapat mencapai 60 cm, dengan buku-
buku yang berdaging menyerupai umbi, tertutup dengan sisik daun, dan serabut akar
yang tebal (Flach dan Rumawas, 1996).
2). Daun
Tanaman ganyong berdaun lebar dengan bentuk elips memanjang dan bagian
pangkal dan ujung runcing. Panjang daun 40 - 70 cm, sedangkan lebarnya 20 - 40
cm. Warna daun beragam dari hijau muda (a) (b) (c) 9 54 sampai hijau tua. Kadang-
kadang bergaris ungu atau keseluruhannya ungu. Demikian juga dengan pelepahnya
ada yang berwarna ungu dan hijau (Backer dan Bakhuizen, 1968).
3). Bunga
Perbungaan di ujung ranting, tandan, biasanya sederhana tetapi kadang-kadang
bercabang, muncul tunggal atau berpasangan, tidak teratur, bunga biseksual. Kelopak
bulat telur, mahkota berbentuk pita, berwarna merah pucat sampai kuning, bibir
bunga lonjong - bulat telur sempit, berbintik kuning dengan merah (Flach dan
Rumawas, 1996). \
4). Buah dan Biji
Buah kotak kerapkali tidak tumbuh sempurna, bulat memanjang lebar, panjang
kurang lebih 3 cm, tertutup papila. Biji 5 atau kurang per ruangnya (Steenis, 2008). e.
Kultivar Ganyong Di Indonesia dikenal dua macam ganyong, yaitu ganyong merah
dan ganyong putih. Ganyong merah ditandai dengan warna batang, daun dan pelepah
yang berwarna merah atau ungu. Sedang yang warna batang, daun dan pelepahnya
hijau dan sisik umbinya kecoklatan adalah ganyong putih. Ganyong merah memiliki
batang lebih besar, agak tahan terkena sinar matahari dan tahan kekeringan. Biji yang
dihasilkan biasanya sulit berkecambah, hasil umbi basah lebih besar tapi kadar
patinya rendah. Rimpang biasanya dimakan segar atau direbus.
Ganyong putih lebih kecil dan pendek, kurang tahan kena sinar tetapi tahan
kekeringan. Menghasilkan 10 55 biji yang bisa diperbanyak menjadi anakan
tanaman. Hasil rimpang basah lebih kecil, tapi kadar patinya tinggi, umum diambil
patinya (Direktorat Budidaya Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, 2009). Daerah
yang telah membudidayakan ganyong secara intensif adalah daerah pegunungan
Andes (Amerika Selatan). Di daerah ini dikenal dua kultivar ganyong yaitu verdes
dan morados. Verdes mempunyai rimpang berwarna putih dengan daun hijau terang,
sedangkan rimpang morados tertutup sisik yang berwarna ungu (Direktorat Budidaya
Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, 2009).
C. Pengelola lahan
Pada penerapan di tempat, saya menggunakan media tanam yaitu berupa polybag
ukuran sedang. Pada pengelolahan lahan saya membuat perbandingan dengan 2:1
( tanah: pupuk kandang). Pada pratikum ini saya menggunakan pupuk kandang
kotoran sapi yang dimana kotoran samoi dicampurkan tanah lalu saya masukan
dalam polybag. Pada penuntun untuk penggunaan pupuk dasar tidak ada
keterangannya sehingga itu saya membuat secara murni dengan hanya pupuk
kandang saja. Campuran tadi harus tercampur rata agak sem ua sama rata.
Setelah itu buat lobang tanam sedalam sejengkal ( 2-4 cm). setelah itu
masukan dalam 1 lobangtersebut berisi1 batang atau umbi. Pada umbi dan batang
ikutin sesuai penuntun. Adapun kendala yang saya hadapin di lapangan polybag
adalah kurang dijelasin secara rinci pada bukuu petunjuk akan pada kita membuat
media tanam
D. Pemeliharaan

Pemeliharaan meliputi penyiangan gulma, pembubunan, serta penyiraman.


Penyiangan dan pembubunan dilakukan satu minggu sekali. Pengendalian hama dan
penyakit tidak dilakukan karena tidak ada OPT yang menyerang tanaman.
Pemupukan dengan NPK ( pupuk kimia) tidak dilakukan sebab tanaman sudah
tumbuh subur serta pada buku penuntun tidak ada keterangan lebih lanjut.
Penyiraman dilakukan setiap hari dan dilakukan pada sore hari atau bisa pagi hari
agar air menyerap kedalam tanah. Apabila terjadi hujan maka tidak dilakukan
penyiraman. Pada pemeliharaan setip setengah minggu selalu melakukan
penggemburan tanah agar tidak terlelu keras pada poibag. Pada pemeliharaa
kendalanya pada gulma yang dimana akan cpat kali tumbuh terkhususnyan tanaman
ganyom. Serta pada minggu kedua kendalanya adalah butuh ekstra pemeliharaan dari
titik layuu sementara
BAB IV
PENUTUP

IV.A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan, maka dapat


disimpulkan bahwasanya :
Tanaman alternative adalah tanaman yang perlu kita perbanyak agar suatu
saat pangan pokok mahal kita dapat atasin dengan pangan alterantif. Sehingg iu kita
perlunya mengetahui penggolongannya yaitu bai polong – polongan, serealia, serta
umbi – umbian serta juga kita dapat mengetahui cara budidayanya.

IV.B SARAN

Adapun saran yang saya sampaikan yaitu sekiranya untuk kedepannya dapat
ditingatkan serta butuh pembimbing coas karena selama ini kami seperti simpang
siur dikarenakan tidak adanya asisten dosen ( co-asss). Sekian dari saya terima kasih
DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, H. 2012. Pembuatan Etanol dari Biji Sorgum. Makalah Seminar


SEAMEO BIOTROP 24 – 25 September 2012. Bogor.
Andriani. 2012. Morfologi Tanaman Sorgum. http:// balitsereal. litbang. pertanian.
go.id/images/stories/avivmus.pdf. Diakses pada tanggal 07 Desember 2015

Balai Penelitian Serealia. 2015. Varietas Super-1 (Sorgum). Badan Penelitian dan


Pengembangan Pertanian. Maros
Dicko, M.H., H. Gruppen, A.S. Traoré, W.J.H van Berkel, and A.G.J Voragen.
2006. Sorghum grain as human food in Africa: relevance of content of starch
and amylase activities. African Journal of Biotechnology 5 (5): 384-395
Du Plessis, J. 2008. Sorghum production. Republic of South Africa Department of
Agriculture. www.nda.agric.za/publications. Diakses pada tanggal 7
Desember 2015
Flach, M. and F. Rumawas. 1996. Plant Resources of South East Asia No. 9.
Plants Yielding Non Seed Carbohydrates. Prosea Foundation, Bogor
Hasan, I. 1998. Sambutan Penutupan Menteri Negara Urusan Pangan pada
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI. LIPI.Jakarta.
Hidayat, N. 2010. Pati ganyong potensi lokal yang belum termanfaatkan. Majalah
Kulinologi Edisi Maret 2010. Malang.
Hoeman, S. 2012. Prospek dan potensi sorgum sebagai bahan baku bioetanol. Pusat
Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi (PATIR) dan Badan Tenaga Nuklir
Nasional (BATAN). Jakarta Selatan.
Pedersen, et., al. 2008. Chapter 14. Sorghum In Banga S.S and S.K Banga (Eds.)
Hybrid cultivar development. Springer-Verlag. India. p. 432-354.
Plantamor, 2008.Budidaya tanaman kacang hijau. Jakarta : Erlangga
Purwono dan Hartono, 2005. Budidaya tanaman kacang hijau. Jakarta : Erlangga
Purwono, & Hartono, R. 2005. Kacang Hijau. Jakarta: Penebar Swadaya. Retrieved
fromhttps://books.google.co.id/books?
id=1vqDykpqLzYC&printsec=frontcover&hl=id&source=
gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q&f =false
Prihandana, R dan R. Hendroko, 2008. Energi Hijau. Penebar Swadaya. Jakarta
Rahardjo, M.D. 1993. Politik Pangan dan Industri Pangan di Indonesia. Prisma No.
5, Th XXII. hlm. 13-24. LP3ES. Jakarta.
Rismunandar. 2006. Sorgum tanaman serba guna. Sinar Baru. Bandung. 71 p.
Sastrapraja, S., W.S. Niniek, D. Sarkat, dan S. Rukmini. 1977. Ubi-ubian. Lembaga
Biologi Nasional. LIPI. PN Balai Pustaka. 113 hlm
Segeren, W. and P.J.M. Maas. 1971. The genus Canna in Northern South Amerika.
Acta Bot. Neerl. 20(6):663-680
Sitompul, S.M. dan B. Guritno. 2005. Analisis pertumbuhan tanaman. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Steenis, C. G. G. J. van. 2008. Flora Untuk Sekolah di Indonesia. Cetakan Kedua
Belas. (diterjemahkan oleh Moeso Surjowinoto, dkk.). Pradnya Paramita,
Jakarta.
Subagio, H. dan M. Aqil. 2014. Perakitan dan Pengembangan Varietas Unggul
Sorgum untuk Pangan, Pakan, dan Bioenergi. Balai Penelitian Tanaman
Serealia. Sulawesi Selatan. Maros.
Suwahyono, U. 2011. Petunujk Praktis Penggunaan Pupuk Organik Secara Efektif &
Efisien. Jakarta: Penebar Swadaya. Retrieved from
https://books.google.co.id/books?
id=1ugCgAAQBAJ&printsec=frontcover&hl=id&s
ource=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepag e&q&f=false
Suprapto et., al. 2007. Budidaya dan Pengolahan Sorgum. Jakrata: Penebar Swadaya

Syam, et., al. 2006. Kinerja Penelitian Tanaman Pangan, Prosiding Simposium
Penelitian Tanaman Pangan III,Buku 4. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Pangan. Bogor.

Umboh, A. H. 2000. Petunjuk Penggunaan Mulsa. Penebar swadaya, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai