Oleh :
EKA SAPUTRA PANGGABEAN
NIM.34403517042
AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR
2020
APLIKASI BERMAIN TERAPEUTIK PUZZLE MEMPENGARUHI NYERI
PADA ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6TAHUN) SEBELUM PEMBERIAN
OBAT INTRAVENA DENGAN DIARE DIRUANG SAMOLO 3 DIRSUD
SAYANG KABUPATEN CIANJUR
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh:
EKA SAPUTRA PANGGABEAN
NIM.34403517042
AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR
2020
i
SURAT PERNYATAAN
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini benar-benar
hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran
orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan
ketentuan akademik yang berlaku
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
NIM : 34403517042
Ditetapkan di Cianjur
Hari/Tanggal : Maret 2020
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah Ini diajukan oleh:
Nama : EKA SAPUTRA PANGGABEAN
NIM : 34403517042
Judul Karya Tulis Ilmiah : APLIKASI BERMAIN TERAPEUTIK PUZZLE
MEMPENGARUHI NYERI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN)
SEBELUM PEMBERIAN OBAT INTRAVENA DENGAN DIARE DIRUANG
SAMOLO 3 RSUD SAYANG KABUPATEN CIANJUR.
Telah diujikan dan dipertahanakan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Cianjur
Ditetapkan di : Cianjur
Hari/Tanggal : Senin, Mei 2020
DEWAN PENGUJI
Mengetahui,
Akademi Keperawatan Pemkab Cianjur
Direktur
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya
tulis ilmiah yang berjudul “Aplikasi Terapi Musik Terhadap Nyeri Pada Anak Usia
Pra sekolah (3-6 Tahun) Dengan Diare Di Ruang Mawar RSUD Cimacan Cianjur”.
Sholawat beserta salam semoga tercurah limpah kepada nabi akhir zaman yakni Nabi
Muhammad SAW.
Dalam proses penyusunan proposal karya tulis ilmiah ini penulis menyadari
bahwa tersusunnya proposal karya tulis ilmiah ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan
dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada:
2. Hj. Sri Hartati, Ns., M.Kep. selaku pembimbing yang telah banyak memberikan
bimbingan dan arahan serta memberikan masukan dengan cermat dan perasaan
nyaman dalam bimbingan, sehingga membantu penulis dalam penyusunan dan
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Ernawati Hamidah M.Kep selaku penguji yang telah memberikan saran contoh
dan penulis
4. Bapak Bernad Panggabean SH. dan Ibu Herika Sakti. selaku orang tua yang selalu
mendoakan penulis dalam langkah dan senyumnya, yang tak pernah bosan
v
memberikan semangat dan motivasi serta bantuan moril dan materil yang tak
terhingga selama ini.
5. Keluarga yang tak pernah henti selalu memberi semangat dan motivasi kepada
penulis.
6. 5. Dr. Hj Ratu Tri Yulia Hernawati M.Kes Selaku Direktur RSUD Sayang
Kabupaten Cianjur.
Penulis
vi
ABSTRACK
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair,
bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari
biasanya (tiga kali atau lebih) dalam satu hari, penanganan diare secara
umum berfokus pada upaya mengembalikan keseimbangan cairan dan
elektrolit. Bermain adalah aktivitas yang menyenangkan bagi anak.
Bermain bagi anak dapat menghilangkan stress dan cemas, bahkan
bermain dapat dipakai terapi dan sebagai pengalihan dari rasa
kecemasan saat dilakukan tindakan invasif seperti pemberian injeksi
obat melalui IV (bolus). Permainan puzzle dapat digunakan sebagai
media untuk terapi bermain pada anak. Tujuan penelitian mengetahui
pengaruh bermain terapeutik puzzle terhadap tingkat kecemasan anak
usia prasekolah (3-6 tahun) sebelum pemberian obat intravena (bolus).
Penelitian menggunakan desain eksperimen semu (Quasy
experimental) prepost test without control. Populasi pada penelitian ini
berjumlah 148 anak usia prasekolah (3-6 tahun) dengan jumlah sampel
35 orang diambil dengan purposive sampling. Instrument yang
digunakan pada penelitian ini adalah Lembar Observasi Skala
Kecemasan (CFS)Chidren’s Fear Scale.
vii
viii
ABSTRACTACK
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
LEMBAR PERNYATAAN............................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................iv
KATA PENGANTAR....................................................................................v
ABSTRAK.......................................................................................................vii
ABSTRACT.....................................................................................................viii
DAFTAR ISI...................................................................................................ix
DAFTAR BAGAN..........................................................................................x
DAFTAR TABEL...........................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................4
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................4
D. Manfaat Penelitian.....................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Diare.............................................................................................7
B. Konsep Asuhan Keperawatan Diare..........................................................12
C. Bermain Terapi Puzzle..............................................................................20
D. Tumbuh Anak Usia Prasekolah.................................................................24
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian.......................................................................................26
B. Subjek Penelitian.......................................................................................26
C. Tempat Dan Waktu Penelitian...................................................................27
D. Setting Penelitian.......................................................................................28
E. Metode Pengumpulan Data.......................................................................28
F. Metode Uji Keabsahan Data......................................................................30
G. Metode Analisa Data.................................................................................31
H. Etik Penelitian............................................................................................32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengkajian........................................................................................33
B. Pembahasan ..............................................................................................46
BAB V PENUTUP
A. Simpulan....................................................................................................53
B. Saran..........................................................................................................54
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR BAGAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 SAB.......................................................................................................19
Table 2.2 Tabel Analisa PICOT...........................................................................50
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Sedangkan istilah dalam kehidupan sehat dalam kehidupan sehari-hari sering
dipakai untuk menyatakan bahwa suatu dapat bekerja secara normal (world
health organization, 2013). Masalah kesehatan anak merupakan salah satu
masalah utama dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di Indonesia,
derajat kesehatan anak mencerminkan derajat kesehatan bangsa, sebab anak
sebagai generasi penerus bangsa memiliki kemampuan yang dapat
dikembangkan dalam meneruskan pembangunan bangsa. Berdasarkan alasan
tersebut, masalah kesehatan anak di prioritaskan dalam perencanaan atau
penataan pembangunan bangsa (Hidayat, 2011).
1
2
keadaan normal, makanan yang adadalam usus besar akan di serap kandungan
airnya, sehingga akan tersisa material padat yang dikeuarkan atau di sebut
tinja. Namun pada saat kondisi luka ataupun peradangan pada usus besar,
penyerapan air tidak terjadi sehingga tinja yang di keluarkan masih
mengandung banyak air. Penyebab diare dapat bermacam-macam mulai dari
makanan-makanan yang tidak dapat diterima oleh tubuh seperti makanan yang
terlalu pedas, asam, infeksi penyakit lain (Kolera, disentri), kerusakan usus
ataupun gizi yang
Secara global setiap tahunnya ada sekitar 2 miliar kasus diare dengan
angka kematian 1,5 juta orang pertahun. Pada negara berkembang, anak-anak
usia di bawah 3 tahum rata-rata mengalami 3 episode diare pertahun. Setiap
episodenya diare akan menyebabkan kehilangan nutrisi yang di butuhkan anak
untuk tumbuh, sehingga diare merupakan penyebab utama malnutrisi pada
anak (WHO, 2015). Diare merupakan penyebab angka kematian terbesar
kedua pada anak setelah pneumonia menurut data dari UNICEF dan WHO.
hampir 1 dari 5 kematian anak di dunia di sebabkan oleh diare mencapai 1,5
juta pertahun. Insiden terbesarnya terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan dan
menurun seiring dengan pertumbuhan anak (UNICEF & WHO,2017).
satu tindakan yang rutin di lakukan adalah terapi pemasangan infus, terapi
pemasangan infus ini bertujuan untuk mengganti cairan, elektrolit, tranfusi
darah, nutrisi dan ataukemoterapi melalui intra vena. Prosedur tindakan
pemasangan infus ini akan berhubungan dengan tindakan invasif dengan
menggunakan benda tajam kedalam tubuh yang dapat menimbulkan nyeri
pada anak (Inal & Kelleci, 2012; Canbulat, Inal, & Sonomezer, 2014).
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka rumusan masalahnya ? adalah “Aplikasi
Bermain Terapeutik Puzzle Mempengaruhi Nyeri Pada Anak Usia Prasekolah
6
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mampu Mengaplikasikan Anak Dengan Aplikasi Bermain Terapeutik
Puzzle Mempengaruhi Nyeri Pada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun)
Sebelum Pemberian Obat Intravena Dengan Diare Diruang Samolo 3
RSUD SAYANG KABUPATEN CIANJUR .
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada anak usia (3-6 Tahun)
Aplikasi Bermain Terapeutik Puzzle Mempengaruhi Nyeri Pada Anak
Usia Prasekolah (3-6 Tahun) Sebelum Pemberian Obat Intravena
Dengan Diare Diruang Samolo 3 RSUD SAYANG KABUPATEN
CIANJUR.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada anak Aplikasi Bermain
Terapeutik Puzzle Mempengaruhi Nyeri Pada Anak Usia Prasekolah
(3-6 Tahun) Sebelum Pemberian Obat Intravena Dengan Diare
Diruang Samolo 3 RSUD SAYANG KABUPATEN CIANJUR.
c. Menyusun perencanaan tindakan keperawatan pada anak Aplikasi
Bermain Terapeutik Puzzle Mempengaruhi Nyeri Pada Anak Usia
Prasekolah (3-6 Tahun) Sebelum Pemberian Obat Intravena Dengan
Diare Diruang Samolo 3 RSUD SAYANG KABUPATEN CIANJUR.
d. Melakukan implementasi Aplikasi Bermain Terapeutik Puzzle
Mempengaruhi Nyeri Pada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun)
7
D . Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Memberikan informasi dan pemecahan masalah dalam keperawatan
khusunya tentang Aplikasi Bermain Terapeutik Puzzle Mempengaruhi
Nyeri Pada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) Sebelum Pemberian Obat
Intravena Dengan Diare Diruang Samolo 3 RSUD SAYANG
KABUPATEN CIANJUR .
2. Praktis
a) Bagi Institusi Pendidikan
Digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam
pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan di masa yang akan
datang khusunya pada Keparawatan Aplikasi Bermain Terapeutik
Puzzle Mempengaruhi Nyeri Pada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun)
8
c) Bagi Perawat
Menambah ilmu pengetahuan dan ketarampilan dalam penagnan
kasus anak dengan Aplikasi Bermain Terapeutik Puzzle
Mempengaruhi Nyeri Pada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun)
Sebelum Pemberian Obat Intravena Dengan Diare Diruang Samolo 3
RSUD SAYANG KABUPATEN CIANJUR .
d) .Bagi Klien dan keluarga
Klien dan keluarga mendapatkan penanganan dalam mengatasi
Bermain Teraupetik Puzzle Mempengaruhi Kecemasan Pada Anak
Usia Prasekolah (3-6 Tahun) Selama Pemberian Obat Intravena Pada
Anak Dengan Diare
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Diare
1. Pengertian
Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih
lunak atau lebih cair dari biasanya dan terjadi palig sedikit 3 kai dalam 24
jam (juffrie, 2010). Diare adalah peningkatan dalam frekuensi buang air
besar, serta pada kandungan air dan volume kotoran itu. Namun, diare
yang berat dapatmenyebabkan dehidrasi (kekurangan cairan) atau masalah
gizi yang berat (yayasan spirita, 2011)
Diare di definisikan sebagai inflamasi pada membran mukosa lambung
dan usus halus yang di tandai dengan diare, muntah-muntah akibat
kehilangan cairan dan elektrolit (juffrie, 2010) menyebutkan diare adalah
buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali dalam sehari, di sertai
konsistensi tinja menjadi cair dengan di sertai atau tidak di sertai lendir
dan darah yang berlangsung selama satu minggu.
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair bahkan dapat berupa air saja, dan
frekuensinya lebih sering (biasanya lebih dari 3 kali sehari atau lebih)
dalam satuhari ( Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Depkes RI
2011).
Berdasarkan beberapa sumber diatas maka dapat saya simpulkan, diare
merupakan penyakit yang ditandai dengan eliminasai yang berlebih atau
frekuensi tinja/feses yang banyak serta sering, konsisteninya pun
lembek/cair, dengan demikian maka penderita diare beresiko tinggi
mengalami dehidrasi.
6
7
2. Etiologi
a. Faktor infeksi enteral
Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak. Infeksi enteral ini
meliputi : vibrio, e.ecoli, salmonella, shigella, campylobacter, yersinia,
aeromonas. Infeksi virus diantaranya : enteroovirus, astovirus, dan
lain-lain.
b. Faktor infeksi parenteral
Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain di luar alat
pencernaan (Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Depkes RI
2011).
3. Patofisiologi
Pada dasarnya mekanisme terjadinya diare akibat kuman
enteropatogen, penempelan bakteri pada sel epitel dengan atau tanpa
kerusakan mukosa, invasi mukosa dan produksi enterotoksin, satu
bakteri dapat menggunakan satu atau lebih mekanisme tersebut untuk
dapat mengatasi pertahanan mukosa usus (Buku Saku Petugas
Kesehatan Lintas Diare Depkes 2011).
Diare dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme, pada infeksi
bakteri, paling tidak, ada dua mekanisme yang bekerja meningkatkan
sekresi usus dan penurunan absorbsi usus, infeksi bakteri dapat
menyebabkan inflamasi dan mengeluarkan toksin yang menyebabkan
terjadinya diare, infeksi bakteri invasif menyebabkan terjadinya
perdarahan atau adanya leukosit dalam feses (Buku Saku Petugas
Kesehatan Lintas Diare Depkes 2011).
8
Penyerapan makanan di
Isi usus
usus menurun Tekanan osmotik
meningkat
Diare
Nyeri
4. Konsep Nyeri
1. Definisi nyeri
Nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman yang sangat subjektif dan
hanya orang yang mengalaminya yang dapat menjelaskan dan
mengevaluasi perasaan tersebut. Secara umum, nyeri dapat didefinisikan
sebagai perasaan tidak nyaman, baik ringan maupun berat (Mubarak W. I,
dkk. 2015).
Nyeri merupakan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan,
persepsi nyeri seseorang sangat ditentukan oleh pengalaman dan status
emosionalnya, persepsi nyeri bersifat sangat pribadi dan subjektif. Oleh
karena itu, suatu rangsang yang sama dapat dirasakan berbeda oleh dua
orang yang berberda bahkan suatu rangsangan yang sama dapat dirasakan
berbeda oleh satu orang karena keadaan emosional yang berbeda (Amita,
2018)
Nyeri terjadi akibat adanya kerusakan jaringan yang nyata (pain
associate with actual tissue damage). Nyeri yang demikian dinamankan
nyeri akut yang dapat menghilangkan seiring dengan penyembuhan
jaringan dan nyeri yang demikian sering terjaddi dalam kehidupan sehari-
hari (Amita, 2018).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulakan bahwa Nyeri adalah
perasaan yang tidak nyaman dan tidak menyenangkan akibat adanya
11
kerusakan jaringan yang nyata dapat dirasakan berbeda oleh satu orang
karena keadaan emosional yang berbeda.
1. Klasifikasi Nyeri
a. Menurut Tempat
1) Periferal pain: nyeri permukaan (superficial pain), nyeri dalam
(deep pain), nyeri alihan (reffered pain), nyeri yang dirasakan pada
area yang bukan merupakan sumber nyeri.
2) Central pain:terjadi karena perangsangan pada susunan saraf
pusat, medula spinalis, batang otak, dan lain-lain.
3) Psyhogenic pain: nyeri dirasakan tanpa penyebab organik, tetapi
akibat dari trauma psikologis.
4) Phantom pain: merupakan perasaan pada bagian tubuh yang sudah
tidak adalagi. Contohnya pada amputasi, phontom pain timbul
akibat dari stimulasi dendrit yang berat dibandingkan dengan
stimulasi reseptor biasanya. Oleh karena itu, orang tersebut akan
merasa nyeri pada are yang telah diangkat.
5) Radiating pain: nyeri yang dirasakan pada sumbernya yang meluas
kejaringan sekitar.
6) Nyeri stomatitis dan nyeri viseral, kedua nyeri ini umumnya
bersumber dari kulit dan jaringan dibawah kulit (superfisial) pada
otot tulang (Mubarak W.I, dkk, 2015).
b. Menurut sifat
1) Insidentil: timbul sewaktu-waktu dan kemudian menghilang.
2) Steady: nyeri timbul menetap dan dirasakan dalam waktu yang
lama.
12
a. Proses tranduksi
Proses tranduksi (transduction) merupakan proses dimana
suatu sltimuli nyeri (noxius stimuli) diubah menjadi sebuah aktivitas
listrik yang akan diterima ujung-ujung syaraf (nerver-ending). Stimuli
ini dapat berupa stimuli fisik (tekanan), suhu (panas), atau kimia
(substansi nyeri).
b. Proses transmisi
Tranmisi (transmission) merupakan fase dimana stimulus
dipindahkan dari saraf perifer melalui medula spinalis (spinal cord)
menuju otak.
c. Proses modulasi
Proses (modulation) adalah proses dari mekanisme nyeri
dimana terjadi interaksi antara sistem analgesikendogen yang
dihasilkan oleh tubuh kita dengan input nyeri yang masuk ke kornu
posterior modula spinalis. Jadi, proses ini merupakan proses desenden
yang dikontrol oleh otak. Sistem analgesik endogen ini meliputi
enkfalin, endorfin, serotonin dan noradrenalin. Memiliki efek yang
dapat menekan imflus nyeri pada kornu posterios medula spinalis.
Kornu posterior dapat diibratkan sebagai pintu yang dapat tertutup
atau terbuka yang dipengaruhi oleh sistem analgesik endogen tersebut
diatas. proses modulasi ini juga memengaruhi subjetivitas dan derajat
nyeri yang diraskan seseorang.
d. Persepsi
14
b. Respons psikologis
Respons psikologis yang terjadi atau sakit untuk kien
pemahaman dan pelaksanaan nyeri yang terjadi atau nyeri bagi klien.
Pemahaman dan pemberian arti nyeri sangat dipengaruhi oleh tingkat
pengetahuan, persepsi, masa lalu pengalaman lalu, dan faktor sosial
budaya.
c. Respons perilaku
Sensasi nyeri terjadi ketika merasakan nyeri. Gerakan tubuh yang
khas dan ekspresi wajah yang mengidentifikasi nyeri dapat ditujukan
oleh klien sebagai respon perilaku terhadap nyeri. Respon seperti
mengeluarkan dahi, gelisah, memalingkan wajahketika diajak bicara.
Pada respon perilaku dapat diamati dari hal berikut.
1) Pernyataan verbal (mengaduh, menangis puas nafas, mendengkur)
2) Ekspresi wajah (meringis, menggeletukkan gigi, menggigit bibir)
3) Gerakan tubuh (gelisah, imobilisasi, ketegangan otot,
meningkatkan gerakan jari dan tangan)
d. Kontak dengan orang lain/interaksi sosial (menghindari percakapan,
menghindari kontak sosial, penurunan tentang perhatian, fokus pada
aktivitas menghilangkan nyeri). Nyeri dapat menyebabkan keletihan
dan membuat individu terlalu letih untuk merintih atau menangis.
16
4. Penanganan Nyeri
a. Farmakologi
1) Analgesik narkotik
Analgesik narkotik terdiri atas berbagai derivat opium seperti
morfin dan kodein. Narktik dapat memberikan efek penurun obat
dan kegembiraan terkait obat ini dapat digunakan dengan reseptor
opiat dan diaktifkan oleh endogen pada susunan syaraf pusat
permafasan di medula oblongata sehingga perlu pengkodean
disesuaikan untuk perubahan dalam status pernafasan jika
menggunakan analgesik jenis ini.
2) Analgesik nonnarkotik
Analgesik nonnarkotik seperti aspirin, asetamonifen, dan
ibuprofen selain memiliki efek antinyeri juga memiliki efek
antiinflamasi dan antipiretik. Obat golongan ini menyebabkan
penurunan nyeri dengan menghambat produksi prostagladin dari
jaringan yang memperbaiki trauma atau inflamasi (Widiatie,
2015).
b. Non Farmakologi
1) Relaksasi progresif
Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari
ketegngan stress. Teknik relaksasi memberikan individu kontrol
diri ketika terjadi rasa yang tidak nyaman atau nyeri, stress fisik,
dsn emosi pada nyeri.
2) Stimulasi kutaneus plasebo
Plasebo merupakan zat tanpa aktivitas farmakologis dalam
bentuk yang diketahui oleh lien seperti obatkapsul, cairan injeksi
dan sebagainya.Plasebo secara keseluruhan terdiri atas larutan
gula, larutan sain normal, atau air biasa.
17
a. Transduksi
Merupakan proses dimana suatu stimuli nyeri (noxious stimuli)
dirubah menjadi suatu aktivitas listrik yang akan diperoleh ujung-
ujung saraf. Stimuli ini dapat digunakan sebagai stimuli fisik
(tekanan). suhu (panas) jataukimia (substansinyeri). Terjadi
perubahan putofisiologis karena mediator-mediator nyeri
mempengaruhi juga nosiseptor diluar daerah trauma sehingga
lingkaran nyeri meluar. Karena mediator-mediator juga sangat
mempengaruhi. Selanjutnya terjadi proses sensitisasi perifer yaitu
menurunnyanilai ambang rangsang nosiseptor karena pengaruh
mediator-mediator tersebut di atas dan penurunan pH jaringan.
Akibatnya nyeri dapat timbul karena rangsang yang sebelumnya tidak
menimbul nyeri misalnya rabaan. Sensitisasi perifer ini mengakibatkan
pula terjadinya sensitisasi sentral yaitu hipereksitabilitas neuron pada
spinalis, terpengaruhnya neuron simpatis dan perubahan intraseluler
yang menyebabkan nyeri.
b. Transmisi
Merupakan proses penyampaian impuls nyeri dari nonsiseptor
saraf perifer melewati kornu dorsalis, dari spinalis menuju korteks
18
3. Discharge Planing
a. Ajarkan pada orang tua mengenai perawatan anak, pemberian
makanan dan minuman yang baik untuk anak penderita diare.
b. Ajarkan pada orang tua mengenai tanda-tanda dehidrasi, ubun-ubun
dan mata cekung, turgor kulit tidak elastis dan membran mukosa
kering.
20
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan tinja/feses makroskopis dan mikroskopis, PH dan kadar
gula dalam tinja/feses, bila perlu di adakan uji bakteri.
b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah dan
melakukan analisa gas darah.
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Biasanya ditemukan keadaan lemas, mual muntah, perut tidak
enak.
2) Tanda-tanda vital
Pemeriksaan nadi, respirasi, suhu dalam keadaan normal aau
diatas batas normal.
3) Kepala dan leher
Pemeriksaan kulit kepala, rambut, kelopak mata cekung,
skelera ikterik, muka tidak edema, bibi pucat kering, fungsi
pendengaran terganggu atau tidaknya, leher simetris, tidak ada
pembesaran kelenjar getah bening.
4) Dada dan abdomen
Pemeriksaan bentuk dada dan pola nafas kemudian biasanya
ditemukan nyeri tekan pada daerah abdomen.
5) Sistem pernafasan
22
1. Tujuan
a. Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
nyeri klien teralihkan.
b. Kriteria hasil
a. Klien tampak tenang.
c. Intervensi
a. Berikan bermain puzzle.
Rasional: untuk mengalihkan konsentrasi terhadap nyeri.
b. Berikan lingkungan yang aman dan nyaman.
Rasional: lingkungan aman dan nyaman dapat memberikan
situassi yang relaks bagi klien.
c. Ajarkan pada klien teknik relaksasi .
Rasional: teknik relaksasi dapat menurunkan tingkat nyeri
pada klien.
B. Diagnosa 2
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output cairan
yang berlebih melalui diare sekunder terhadap gangguan osmotic.
DS: klien biasanya mengeluhkan lemas dan lesu
DO: Ubun-ubun cekung, Berat badan menurun, Bising usus
meningkat, Turgor kurang elastis, Frekuensi BAB meningkat, Mual
muntah.
1. Tujuan
a. Kebutuhan cairan terpenuhi dalam jangka waktu 1x24 jam.
24
DS: klien biasanya mengatakan mulut terasa pahit dan badan terasa
lemas.
DO: Anoreksia, muntah, berat badan menurun.
1. Tujuan
a. Kebutuhan nutrisi terpenuhi dalam jangka waktu 2 hari.
b. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama di rumah sakit
kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.
2. Kriteria hasil
a. Nafsu makan meningkat.
3. Intervensi
26
1. Tujuan
a. Kerusakan integritas kulit tidak terjadi.
2. Kriteria hasil
a. Klien menyatakan pemahaman faktor penyebab dan gatal hilang.
3. Intervensi
a. Observasi kemerahan, pucat, ekskoiasi.
Rasional: area ini meningkatkan resikonya untuk kerusakan dan
memerlukan pengobatan lebih intensif.
b. Dorongan mandi tiap 2 hari sekali, pengganti mandi tiap hari.
Rasional: sering mandi membuat kekeringan kulit.
c. Gunakan krim kulit 2x sehari dan setelah mandi.
Rasional: melicinkan kulit dan menurunkan gatal
d. Pijat kulit, khususnya diatas penonjolan tulang.
Rasional: memperbaiki sirkulasi pada kulit, meningkatkan tonus
kulit
e. Diskusikan pentingnya perubahan posisi, perlu untuk
mempertahankan aktivitas.
Rasional: meningkatkan sirkulasi dan perfusi kulit dengan
mencegah tekanan lama pada jaringan
f. Tekanan pentingnya massukan nutrisi/cairan adekuat
Rasional: perbaikan nutrisi dan hidrasi akan memperbaiki kondisi
kulit
E. Diagnosa 5
DS: Keluarga klien mengatakan klien mengalami bab lebih dari 3x sekali
28
DO: Keluarga klien nampak cemas dan tidak mengetahui kondisi klien saat
ini
1. Tujuan
a. Keluarga klien mengetahui dan memahami tentang kondisi klien
saat ini
2. Kriteria hasil
a. Keluarga mengetahui kondisi klien
b. Keluarga memahami kondisi klien
c. Keluarga mampu menjaga kondisi klien dengan baik
3. Intervensi
a. Evaluasi kemampua dan kesiapan untuk belajar dari pasien dan juga
keluarganya.
Rasional : Memungkinkan untuk menyapaikan bahan yang di
dasarkan atas kebutuhan secara individual.
b. Berikan kembali informasi yang berhubungan dengan proses trauma
dan pengaruh sesudahnya .
Rasional: Membantu dalam menciptakan harapan yang realistis dan
meningkatkan pemahaman pada keadaan saat ini dan kebutuhannya.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah proses keperawatan dengan melaksanakan
berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah
direncanakan, tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan
kesehatan dan pencegahan penyakit (Aziz Alimul, 2012)
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan
seberapa jauh keberhasilan yang di capai sebagai keluaran dari tindakan.
29
1. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan terapi bermain selama 20 menit agar dapat mencapai
tugas perkembangan secara sesuai terhadap perkembangan walaupun kondisi
sakit.
b. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan terapi bermain selama 30 menit anak mampu :
a. Bersosialisasi dengan perawat baru
b. Menunjukan ekspresi nonverbal dengan tertawa, tersenyum dan saling
bercanda
2. KEGIATAN PROGRAM BERMAIN
2)Aspek Afektif
Anak dapat berfokus pada puzzle dan menggemarinya.
1) Evaluasi :
Kriteria
a) Anak dapat mengembangkan mtorik halus dengan menyusun puzzle
kemudian berhasil
b) Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
c) Anak merasa senang
d) Anak tidak takut lagi perawat
e) Orang tua dapat mendampingi kegiatan anak sampai selesai
f) Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan teapi bermain.
D. Tumbuh Anak Usia Prasekolah (3-6 tahun)
Kualitas anak yang baik dapat dicapai dengan memastikan bahwa proses
tumbuh kembang anak juga baik. Pertumbuhan merujuk pada perubahan yang
bersifat kuantitatif, seperti tinggi badan, berat badan, dan lingkar kepala,
sedangkan perkembangan adalah perubahan dan peningkatan kemampuan
33
3) Faktor pascasalin
a) Gizi
Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang
adekuat
b) Penyakit kronis/kelainan kongenital
Tuberkolusis, anemia, kelainan jantung bawaan
mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani
c) Lingkungan fisis dan kimia
35
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian merupakan sumber data yang dimintai informasinya
sesuai dengan masalah penelitian, adapun yang dimaksud sumber data dalam
penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh. Tehnik yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah purposive sampling yakni suatu tehnik penetapan
36
37
sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang
dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga sampel
tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya
(Nursalam, 2016).
Subjek yang di teliti adalah pasien anak penderita diare di ruang
samolo 3 RSUD Sayang Kabupaten Cianjur dengan keriteria hasil sebagai
berikut, nyeri pada klien pada saat pemasangan intravena berkurang dan klien
tampak tenang.
Dalam penelitian ini subjek penelitian yang diambil adalah anak usia
pra sekolah (3-6 tahun) dengan kriteria:
1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah ciri-ciri yang harus dipenuhi setiap
masing-masing anggota populasi yang akan dijadikan sampel
penelitian (Notoatmodjo, 2010).
Kriteria Inklusi : anak usia prasekolah dengan diare tidak mengalami
cacat fisik dan cacat bawaan tidak ada penyakit penyerta, orang tua
dan pasien bersedia menjadi responden.
2. Kriteria Eklusi
Kriteria eklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak bisa
dijadikan sebagai sampel penlitian (Notoadmodjo, 2010).
Kriteria Eklusi: anak usia prasekolah dengan diare yang mengalami
cacat bawaan dan penyakit penyerta, orang tua dan pasien tidak
bersedia menjadi responden.
2. Observasi
Observasi merupakan suatu proses melihat, mengamati dan
mencermati serta “merekam” perilaku secara sistematis untuk memberikan
suatu kesimpulan atau diagnosis (Herdiansyah, 2010).
Peneliti mengobservasi pasien dengan cara melakukan pemeriksaan
fisik antara lain dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi serta
dengan menggunakan alat pemeriksaan fisik. Peneliti akan melakukan
pemeriksaan fisik head to toe.
3. Dokumentasi
Dokumenasi merupakan metode pengumpulan data dengan cara
mengambil data yang berasal dari dokumen asli. Dokumen asli tersebut
dapat berupa gambar, table atau daftar periksa, dan film documenter
(Alimul, 2009).
Peneliti melakukan dokumentasi asuhan keperawatan, menggunakan
referensi dari buku status pasien.
4. Studi Pustaka
Tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan mempelajari buku-
buku referensi, laporan-laporan, majalah-majalah, jurnal-jurnal dan media
lainnya yang berkaitan dengan objek penelitian. Metode penulisan yang
digunakan dalam karya tulis ilmiah ini adalah studi pustaka, yakni
pencarian sumber dan opini pakar tentang suatu hal yang berkaitan dengan
tujuan penelitian (Djiwando, 2015).
Peneliti akan mengunakan teori-teori para ahli, buku-buku tentang
asuhan keperawatan diare dan jurnal-jurnal.
5. Test
Test umumnya bersifat mengukur, walaupun beberapa bentuk tes
psikologis terutama tes keperibadian banyak yang bersifat deskriptif,
tetapi deskripsinya mengarah kepada karakteristik atau kualifikasi tertentu
sehingga mirip dengan interpretasi dari hasil pengukur. Tes yang
40
Pengukuran skala nyeri untuk anak usia pra sekolah dan sekolah,
pengukuran skala nyeri menggunakan Face Pain Rating Scaleyaitu terdiri dari
6 wajah kartun mulai dari wajah yang tersenyum untuk “tidak ada nyeri”
hingga wajah yang menangis untuk “nyeri berat”.
digambarkan intensitas nyerinya.
mengungkap efek dari terapi (Riva, Keshena, Stephen, Andrea & Jason,
2012).
H. Analisa PICOT
P : pasien dan problem (seperti apa karakteristik pasien atau hal – hal yang
relevan). Pada penelitian ini pasien yang akan diteliti adalah pasien anak usia
pra sekolah (3-6 tahun) Dengan Diare.
I : Intervensi (berisikan hal yang berhubungan dengan intervensi yang akan
diberikan kepada pasien). Intervensi yang akan dilakukan oleh peneliti adalah
aplikasi distraksi Bermain Puzzle.
C : Comparasion (Pembanding atau hal yang dapat menjadi alternative
intervensi yang digunakan atau pembanding tindakan lain atau korelasi
hubungan dari intervensi). Pada penelitian ini akan dilakukan selama kurang
lebih 5 menit, sekali sebelum dan selama dilakukan tindakan infus.
O : Outcame ( hasil atau penerapan yang kita inginkan dari intervensi yang
diberikan ). Pada penelitian ini diharapkan setelah tindakan bermain puzzle
tingkat kecemasan menurun pada saat di lakukan tindakan intravena.
T : Timing ( waktu ) / teori, waktu kegiatan yang dilakukan selama 3 hari dan
teori apa yang digunakan. Berdasarkan teori dari jurnal Bermain puzzle
menurunkan tingkat nyeri saat pemasangan intravena pada anak usia
prasekolah, pemberian aplikasi bermain puzzle ini di lakukan kurang lebih 10
menit sebelum di lakukan tindakan pemasangan infus (Yusuf M, Lisbet O,
Budi S, 2018).
I. Etik Penelitian
Kode etik penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk
setiap kegiatan peneliti yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang
diteliti (subjek penelitian) dan masyarakat yang akan memperoleh dampak
43
hasil penelitian tersebut. Etik penelitian ini mencakup juga perilaku peneliti
atau perlakuan peneliti tersebut. Peneliti adalah seseorang yang karena
pendidikan dan kewenangan memiliki kemampuan untuk melakukan
investigasi ilmiah dalam suatu bidang keilmuan tertentu, dan atau kailmuan
yang bersifat lintas disiplin. Sedangkan subjek yang di teliti adalah orang
yang menjadi sumber informasi, baik masyarakat awam atau professional
berbagai bidang, utamanya professional bidang kesehatan (Natoatmojo,
2010).
Pada penelitian ini dicantumkan etika yang menjadi dasar penyusunan
studi kasus yang terdiri dari:
1. Informed consent (persetujuan)
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan
memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan
informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan
penelitian Aplikasi bermain puzzle menurunkan tingkat nyeri saat
pemasangan intravena pada anak penderita diare di RSUD Sayang
Cianjur, mengetahui dampaknya. Jika responden tidak bersedia, maka
peneliti harus menghormati hak pasien. Beberapa informasi yang harus
ada dalam informed consent tersebut antara lain: partisipasi pasien, tujuan
dilakukan tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur
pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan,
informasi yang mudah dihubungi, dan lain-lain.
1. Anonimity (tanpa nama)
Masalah etika keperawatan merupakan maslah yang memberikan
jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak
memberikan atau tidak mencantumkan nama responden pada lembar alat
44
ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau
hasil penelitian yang akan di sajikan (Hidayat, 2011).
Peneliti akan melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan
dengan etika anonymity yaitu menginisialkan nama pasien pada kedua
kasus yang dijadikan bahan penelitian. Masalah etika keperawatan yang
memberikan jaminan dalam menggunakan subjek penelitian dengan cara
tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat
ukur dan hanya menuliskan kode atau inisial nama pada lembar
pengumpulan data atau hasil penelitian yang disajikan.
1. Confidentiality (kerahasiaan)
Masalah ini merupakan maslah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah
lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya
oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada
hasil riset (Hidayat, 2011). peneliti akan menjaga kerahasiaan klien
dengan cara menjaga privasi klien dan tidak membicarakan kondisi klien
kepada orang lain.
2. Benefisience (manfaat)
Menurut Hamid ( 2008 ) Benefisience adalah prinsip untuk memberi
manfaat kepada orang lain, bukan untuk membahayakan orang lain, dan
berarti perawat yang bertanggung jawab atau berkewajiban melindungi.
Peneliti akan sebaik mungkin memberikan manfaat terhadap bermain
puzzle diberikan kepada klien.
A. Hasil Penelitian
1. Pengkajian
Kasus An. S
Klien bernama An. S lahir di Bogor pada tanggal 11 Desember 2015,
berumur 5 Tahun, berjenis kelamin laki-laki, beragama Islam berasal dari
suku bangsa Sunda, Status belum menikah, pendidikan terakhir klien
belum sekolah, peneliti mendapatkan informasi langsung dari orangtua
klien, keluarga yang dapat dihubungi adalah ibu klien yang bernama Ny
N. diagnosa klien adalah Diare, klien tinggal di Cipanas Kp. Loji
Kabupaten Cianjur. Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 18 Juni
2019 pada pukul 14:00 WIB di Ruang Samolo 3 RSUD Sayang
Kabupaten Cianjur, keluarga mengatakan An. S mengeluh mencret,
dengan frekuensi BAB kurang lebih 3 kali dalam sehari disertai lemas, ibu
klien juga mentakan anaknya sering menangis karena sakit perut, sering
rewel, dan gelisah (sakit perut), Ibu klien juga mengatakan anaknya mual
muntah. Turgor kulit lebih dari dua detik, kulit kusam, mukosa bibir
kering, mulut klien terlihat kotor.
Pada riwayat penyakit sebelumnya keluarga mengatakan An. S tidak
memiliki riwayat penyakit yang sama, An. S sebelumnya tidak pernah di
rawat, An. S datang ke IGD Rumah Sakit Sayang Cianjur dikarenakan
mencret, disertai sakit perut. Ketika datang ke IGD Rumah Sakit klien di
perintah untuk dilakukan rawat inap. Keluarga mengatakan An. S tidak
memiliki alergi terhadap obat maupun makanan, keluarga juga
mengatakan di keluarganya tidak ada yang memiliki penyakit seperti An.
S, dan klien tidak memiliki penyakit menular.
46
47
5. Evaluasi
Kasus An. S
a. Hari pertama
a) Nyeri berhubungan dnegan tindakan invasive
Pada tanggal 18 Juni 2019, evaluasi pada diagnosa pertama yang
didapatkan adalah data subjektifnya ibu An. S mengatakan An. S
sudah terpasang infus dan anak masih menangis karena nyeri. Data
obyektifnya k/u composmentis S : 36,3 c R : 35x/ menit N : 100x/
menit. Analisa masalah belum teratasi (Tingkat Nyeri sebelum
tindakan 7 atau nyeri berat dan setelah tindakan nyeri 5 atau nyeri
sedang), dengan planning intervensi dilanjutkan.
b) Gangguan eliminasi BAB: Diare berhubungan dengan proses
infeksi, inflamasi diusus.
Pada tanggal 18 juni 2019, evaluasi diagnosa kedua yang
didapatkan adalah data subjektifnya ibu An. S mengatakan An. S
mencret 3x/ hari, cair (+), dan anak masih lemas dan data
objektifnya k/u composmentis S : 36,3 c R : 35x/ menit N : 100x/
menit. Analisa masalah belum teratasi (mencret 3x/ hari) dengan
Planning intervensi dilanjutkan.
c) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
dan elektrolit.
Pada tanggal 18 juni 2019, evaluasi diagnosa kedua yang
didapatkan adalah data subjektifnya ibu An. S mengatakan An. S
mencret 3x/hari, cair (+), terpasang infus dan data objektif k/u
objektifnya k/u composmentis S : 36,3 c R : 35x/ menit N : 100x/
menit. Analisa masalah belum teratasi (mencret 3x/ hari) dengan
Planning intervensi dilanjutkan.
d) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan penurunan intake makanan.
55
c. Hari ketiga
a) Nyeri berhubungan dnegan tindakan invasive
Pada tanggal 20 Juni 2019, evaluasi pada diagnosa pertama yang
didapatkan adalah data subjektifnya ibu An. S mengatakan An. S
Mencret 3x/ hari, cair (+), terpasang infus. Data obyektifnya k/u
composmentis S : 36,3 c R : 35x/ menit N : 100x/ menit. Analisa
masalah teratasi (Tingkat Nyeri 0 atau tidak nyeri), dengan
planning intervensi dihentikan.
b) Gangguan eliminasi BAB: Diare berhubungan dengan proses
infeksi, inflamasi diusus.
Pada tanggal 18 juni 2019, evaluasi diagnosa kedua yang
didapatkan adalah data subjektifnya ibu An. S mengatakan An. S
mencret berkurang, dengan konsistensi normal dan anak tidak
lemas dan data objektifnya k/u composmentis S : 36,3 c R : 35x/
menit N : 100x/ menit. Analisa masalah teratasi (tidak mencret)
dengan Planning intervensi dihentikan.
c) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
dan elektrolit.
Pada tanggal 19 juni 2019, evaluasi diagnosa ketiga yang
didapatkan adalah data subjektifnya ibu An. S mengatakan An. S
mencret 3x/hari, cair (+), terpasang infus dan data objektif k/u
objektifnya k/u composmentis S : 36,3 c R : 35x/ menit N : 100x/
menit. Analisa masalah teratasi (tidak mencret) dengan Planning
intervensi dihentikan.
d) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan penurunan intake makanan.
Pada tanggal 20 juni 2019, evaluasi diagnosa keempat yang
didapatkan adalah data subjektifnya ibu An. S mengatakan An. S
sudah tidak lemas dan data objektifnya k/u composmentis S : 36,3
58
B. Pembahasan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah pertama dalam proses keperawatan. Proses
ini meliputi pengumpulan data secara sistematis, verifikasi data, organisasi
data, interpretasi data, pendokumentasian data (Debora, 2012). Pengkajian
merupakan proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber
untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien dalam
merumuskan suatu diagnosis keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai respons individu (Nursalam, 2013).
Berdasarkan hasil pengkajian secara wawancara dan observasi,
peneliti menemukan masalah yang dikeluhkan klien pada kasus ini
menjadi prioritas diagnosis keperawatan yang diangkat yaitu Nyeri
berhubungan dengan tindakan invasive. Hal ini berdasarkan kasus diatas,
data subjektif keluarga mengatakan An. S mengalami mencret lebih dari
3X/hari, sering menangis karena sakit perut, sering rewel, dan gelisah dan
data obyektif yang di dapat adalah klien tampak lemas, nangis, rewel,
gelisah, mukosa bibir kering, turgor kulit lebih dari dua detik. Pada
pemeriksaan riwayat penyakit sebelumnya untuk kasus ini keluarga
mengatakan An. S tidak memiliki riwayat penyakit yang sama, An. S
sebelumnya tidak pernah di rawat inap.
Berdasarkan data yang diperoleh BAB 3x/ hari, cair, sakit perut,
rewel, mukosa bibir kering dan turgor kulit lebih dari dua detik hal ini
sejalan dengan Nurarif dan Kusuma, 2015. Bahwa tanda dan gejala diare
diantaranya adalah BAB lebih dari 3x/ hari, cair, sakit perut, rewel,
mukosa bibir kering dan turgor kulit lebih dari dua detik.
60
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah terminologi yang digunakan oleh
perawat profesional untuk menjelaskan masalah kesehatan, tingkat
kesehatan, respons klien terhadap penyakit, atau kondisi klien
(aktual/potensial) sebagai akibat dari penyakit yang diderita (Debora, 2013).
Diagnosa yang muncul menurut Nuarif & Kusuma (2015), yaitu:
Gangguan eliminasi BAB : diare berhubungan dengan proses infeksi,
inflamasi di usus. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan cairan dan elektrolit. Kekurangan integritas kulit berhubungan
dengan ekresi/ frekuensi BAB meningkat. Ketidak seimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan intake makanan,
Ansietas berhubungan dengan perubahan status psikolohi hospitalisasi.
Pada Kasus ini diagnosa yang diangkat adalah Nyeri berhubungan dengan
tindakana invasive. Pada kasus ini digunakan alat ukur FLACC (Face, Legs,
Activity, Cry dan Consolability).
Tidak terdapat kesenjangan antara kasus ini dengan teori, yaitu
terdapat 4 diagnosa yang terdapat dalam kasus diantaranya yaitu :
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diare, nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan kemampuan usus
mengabsorbsi makanan, resiko integritas kulit berhubungan dengan terlalu
lama pemakaian pempers.
Pada Kasus ini diagnosa yang diangkat adalah Nyeri berhubungan dengan
tindakan invasive.
61
3. Intervensi Keperawatan
Dalam intervensi keperawatan ini tidak ada kesenjangan, karena kasus
ini sesuai dengan teori menurut (Doengoes, 2001). Pada kasus ini, menurut
teori intervensi yang dilakukan pada kasus ini diagnosa Nyeri berhubungan
dengan tindakan invasif, peneliti membuat rencana asuhan keperawatan
yaitu dengan melakukan terapi musik.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk
mencapai tujuan yang spesifik yang mencakup peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping
(Nursalam, 2013).
Pada kasus ini implementasi pada diagnose Nyeri berhubungan dengan
tindakan invasif, peneliti melakukan tindakan asuhan keperawatan terapi
musik selama 5 menit setiap sebelum dan sesudah tindakan.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dalah tahap kelima dari proses keperawatan. Pada tahap ini
perawat membandingkan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan kriteria
hasil yang sudah ditetapkan serta menilai apakah masalah yang terjadi sudah
teratasi seluruhnya, hanya sebagian, atau bahkan belum teratasi semuanya.
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan yaitu suatu proses yang
digunakan untuk mengukur dan memonitor kondisi klien (Debora, 2013).
Analisa PICOT
UNSUR KASUS
Pasien/ kasus pasien Kasus
An. S berjenis kelamin laki-laki berusia
5 tahun mengalami penyakit diare, An.
S mengalami BAB 3 kali dalam sehari
berdasarkan data subjektif dari ibu
klien, data obyektif klien terlihat lemas
disertai nangis, rewel dan gelisah
dengan hasil pengukuran FLACC 5
(nyeri sedang)
Jurnal
An. S yang mengalami diare dengan
hasil pengkuran FLACC 5 (Nyeri
Sedang)
Intervensi Tindakan yang diberikan pada pasien,
tindakan bermain teraupetik puzzle
terhadap nyeri pada anak dengan diare.
Jurnal
Pemberian tindakan bermain puzzle
selama 15-20 menit
Comparasion/ perbandingan Pemberian tindakan terapi bermain
intervensi puzzle ini merupakan tindakan yang di
lakukan dengan bermain puzzle
berirama riang saat dilakukan tindakan
penusukan intravena untuk pemberian
obat bolus . Peneleliti melakukan
tindakan terapi bermain puzzle
64
A. Kesimpulan
Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada klien An. S
aplikasi anak terhadap gangguan pola eliminasi buang air besar (BAB)
pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) dengan Diare.
Pada hasil pengkajian kasus ini tidak terjadi kesenjangan dengan
teori yang telah di sampaikan pada bab sebelumnya. Dari pengkajian
didapatkan hasil pada klien An. S saat dikaji keluarga mengatakan
mencret BAB 3 kali dalam sehari. Intervensi dan implementasi
keperawatan pada kasus ini dengan teori (Doengoes, 2001).
Di dalam intervensi keperawatan pada klien anak Diare dengan
masalah Eliminasi BAB, yaitu perawatan mengatasi gangguan eliminasi
bab.
Implementasi klien yang mengalami Diare dengan masalah
gangguan eliminasi BAB dilakukan dilakukan 8 intervensi, salah satunya
yaitu dengan pemberian tindakan bermain teraupetik puzzle selama 15-
20 menit.
Pada hari pertama sampai hari ketiga keluhan klien sudah teratasi.
Jadi intervensi dan implementasi yang sudah dilakukan evaluasi selama 3
hari dengan masalah gangguan eliminasi teratasi.
Tidak ada kesenjangan dalam evaluasi keperawatan karena kasus ini
sesuai dengan teori bahwa tindakan terapi puzzle terhadap nyeri pada
anak usia prasekolah (3-6 tahun) dengan diare yang mengalami
peningkatan nyeri saat dilakukan penusukan intravena untuk pemasangan
infus.
Menurut analisis PICOT dalam terapi puzzle merupakan salah satu
tindakan yang memberikan penurunan terhadap ansietas.
66
67
67
A. Saran
1. Bagi perawat
Perawat bisa menjadikan penelitian ini sebagai pengalaman berharga
dalam mengimplementasikan prosedur tindakan aplikasi terapi puzzle
terhadap nyeri anak pada asuhan keperawatan klien yang mengalami
diare.
2. Bagi Akademi Keperawatan Pemkab Cianjur
Penelitian ini bisa dijadikan referensi dan bahan perbandingan oleh
mahasiswa Akademi Keperawatan Pemkab Cianjur selanjutnya yang
melakukan penelitian atau menyusun Karya Tulis Ilmiah lain yang ada
keterkaitannya dengan tindakan terapi puzzle untuk menurunkan nyeri
pada kasus Diare.
3. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Cianjur
Penelitian ini bisa dijadikan bahan masukkan untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan khususnya di bagian Keperawatan Anak.
4. Bagi Keluarga Klien
Penelitian ini bisa dijadikan aplikasi untuk dapat mengatasi
peningkatan nyeri pada anak.
DAFTAR PUSTAKA
Barokah, A. (2012) Pengaruh Terapi Bermain Puzzle Terhadap Perilaku Kooperatif Anak
Usia Prasekolah Selama Hospitalisasi Di RSUD Tugurejo Semarang
Brunner & Suddarth,(2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,edisi 8. Jakarta :
EGC
Dharma, Kelana.(2011). Metodologi Penelitian Keperawatan : Panduan Melaksanakan
dan Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta, Trans InfoMedia; 2011.
Hockenberry & Wilson. D. (2009).Essensial of pediatriac. St.Louis:
Mobsy year book
Hockenberry, M.J., & Wilson, D. (2007). Nursing care of infants and children. (8th ed.).
St.louis: Mosby Elsevier
Mendez, P., (2008). The Potential Advantages and Disadvantages Of Introducing
Interprofessional Education Into The Healthcare Curricula In Spain.
NurseEducation Today [serial online] 28; 327–336
Notoatmodjo, S.(2005). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Purwandari, Haryatiningsih., Mulyono, wastu Adi., & Sucipto, Ucip.(2012). Terapi
bermain untuk menurunkan kecemasan perpisahan pada anak
prasekolah yang mengalami hospitalisasi
Rekam Medik Rumah Sakit Rajawali Des 2014-Feb 2015
Solikhah,U.(2013).Efektifitas Lingkungan Terapetik Terhadap Reaksi Hospitalisasi Pada
Anak. Jurnal Keperawatan Anak. Volume 1, No. 1, Mei 2013; 1-9
Supartini, Yupi.(2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC
Wong, DL, Hockenberry-Eaton M, Wilson D, Winkelstein ML, & Schwartz P. (2009).
Buku ajar keperawatan pediatrik (Egi Komara Yudha, Esty
Wong, Videbeck, Sheila L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
JURNAL:
Lisbet Octavia Manalu , Budi Somantri , Riski Renaldi Barokah 2018. Bermain
Terapeutik Puzzle Mempengaruhi kecemasan Pada Usia Prasekolah (3-
6Tahun) Sebelum Pemberian Obat Intravena (Bolus). Jurnal ilmu
kesehatan 239-252
LAMPIRAN
INFORMED CONSENT
(LEMBAR PERSETUJUAN PARTISIPAN)
Dengan Hormat,
Saya adalah mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Cianjur
Nama : Eka Saputra P
NIM : 34403517042
Bermaksud akan melakukan penelitian tentang “Aplikasi Bermain Terapeutik Puzzle
Mempengaruhi Nyeri Pada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) Sebelum Pemberian Obat
Intravena Dengan Diare Diruang Samolo 3 RSUD SAYANG KABUPATEN CIANJUR
”. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan menyelesaikan tugas akhir.
Untuk keperluan tersebut saya mengharapkan kesediaan ibu untuk menjadi
responden dalam penelitian ini. Pasrtisipasi ibu dalam penelitian ini bersifat bebas untuk
menjadi pastisipan atau menolak tanpa ada sanksi apapun. Jika ibu bersedia menjadi
partisipan, silahkan mengisi lembar persetujuan ini dan saya memohon kesediaan ibu
untuk memberikan informasi sebagaimana yang dibutuhkan dengan sejujur-jujurnya,
serta bersedia berpartisipasi dalam pelaksanaan asuhan keperawatan sesuai dengan
rencana keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya
Kerahasiaan dalam informasi dan identitas partisipan dijamin oleh peneliti dan
tidak akan disebarluaskan baik melalui media masa maupun elektronik. Atas kesediaan
dan partisipasinya saya ucapkan terimakasih.
…………………………
BIODATA PENELITI
Identitas diri
1. Nama : Eka Saputra Panggabean
2. Tempat tanggal lahir : Jakarta, 11 Mei 1998
3. Alamat : Kota Bintara Rt09/02
Kota Bekasi 17134
4. Agama : Islam
5. Email : ekasaputraa123@gmail.com
Pendidikan :
1. Sd Aek Gambir
2. MTs al wathoniyah
3. Smk Jakarta 1
BERITA ACARA
SERAH TERIMA BERKAS
LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN
Pada hari Selasa tanggal 14 bulan April tahun 2020 Bertempat di Akper Pemkab Cianjur
telah melaksanakan Serah Terima Berkas Laporan Kasus Asuhan Keperawatan.
Demikian Berita Acara ini dibuat dengan sesungguhnya untuk dapat dipergunakan
seperlunya.