Anda di halaman 1dari 92

APLIKASI BERMAIN TERAPEUTIK PUZZLE MEMPENGARUHI NYERI

PADA ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6TAHUN) SEBELUM PEMBERIAN


OBAT INTRAVENA DENGAN DIARE DIRUANG SAMOLO3 RSUD
SAYANG KABUPATEN CIANJUR

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :
EKA SAPUTRA PANGGABEAN
NIM.34403517042

AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR
2020
APLIKASI BERMAIN TERAPEUTIK PUZZLE MEMPENGARUHI NYERI
PADA ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6TAHUN) SEBELUM PEMBERIAN
OBAT INTRAVENA DENGAN DIARE DIRUANG SAMOLO 3 DIRSUD
SAYANG KABUPATEN CIANJUR
KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan


Dalam Menyelesaikan Program Ahli Madya Keperawatan

Oleh:
EKA SAPUTRA PANGGABEAN
NIM.34403517042

AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR
2020

i
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Eka Saputra Panggabean
NIM : 34403517042

APLIKASI BERMAIN TERAPEUTIK


Judul Karya Tulis Ilmiah :
PUZZLE MEMPENGARUHI NYERI PADA ANAK USIA
PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) SEBELUM PEMBERIAN OBAT
INTRAVENA DENGAN DIARE DIRUANG SAMOLO 3 RSUD
SAYANG KABUPATEN CIANJUR.

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini benar-benar
hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran
orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan
ketentuan akademik yang berlaku

Cianjur, Juni 2020

Eka Saputra Panggabean


NIM: 34403517042

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh:

Nama : Eka Saputra Panggabean

NIM : 34403517042

Judul karya Tulis Ilmiah :BERMAIN


TERAPEUTIK PUZZLE
MEMPENGARUHI KECEMASAN PADA ANAK USIA
PRASEKOLAH (3-6 TAHUN SEBELUM PEMBERIAN OBAT
INTRAVENA (BOLUS)

Telah disetujui untuk ujian proposal di hadapan


Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Cianjur

Ditetapkan di Cianjur
Hari/Tanggal : Maret 2020

Pembimbing : Hj. Sri Hartati, Ns., M.Kep. ( )


NIK. 351112871

iii
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah Ini diajukan oleh:
Nama : EKA SAPUTRA PANGGABEAN
NIM : 34403517042
Judul Karya Tulis Ilmiah : APLIKASI BERMAIN TERAPEUTIK PUZZLE
MEMPENGARUHI NYERI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN)
SEBELUM PEMBERIAN OBAT INTRAVENA DENGAN DIARE DIRUANG
SAMOLO 3 RSUD SAYANG KABUPATEN CIANJUR.

Telah diujikan dan dipertahanakan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Cianjur
Ditetapkan di : Cianjur
Hari/Tanggal : Senin, Mei 2020
DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Hj. Sri Hartati, Ns., M.Kep. ( )


NIK. 351112871
Penguji :_Ernawati Hamidah M.Kep. ( )
NIK.350907831

Mengetahui,
Akademi Keperawatan Pemkab Cianjur
Direktur

Asep Suryadin, S.Kep., Ns., M.Pd


NIK. 350908811

iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya
tulis ilmiah yang berjudul “Aplikasi Terapi Musik Terhadap Nyeri Pada Anak Usia
Pra sekolah (3-6 Tahun) Dengan Diare Di Ruang Mawar RSUD Cimacan Cianjur”.
Sholawat beserta salam semoga tercurah limpah kepada nabi akhir zaman yakni Nabi
Muhammad SAW.

Dengan rendah hati penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal


karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga masih terdapat
kekurangan baik dari penyusunan materi ataupun sistematikanya, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan yang akan datang.

Dalam proses penyusunan proposal karya tulis ilmiah ini penulis menyadari
bahwa tersusunnya proposal karya tulis ilmiah ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan
dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada:

1. Asep Suryadin, S.Kep., Ns., M.Pd. selaku Direktur Akademi Keperawatan


Pemkab Cianjur yang telah memberikan motivasi dan kesempatan untuk dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

2. Hj. Sri Hartati, Ns., M.Kep. selaku pembimbing yang telah banyak memberikan
bimbingan dan arahan serta memberikan masukan dengan cermat dan perasaan
nyaman dalam bimbingan, sehingga membantu penulis dalam penyusunan dan
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Ernawati Hamidah M.Kep selaku penguji yang telah memberikan saran contoh
dan penulis

4. Bapak Bernad Panggabean SH. dan Ibu Herika Sakti. selaku orang tua yang selalu
mendoakan penulis dalam langkah dan senyumnya, yang tak pernah bosan

v
memberikan semangat dan motivasi serta bantuan moril dan materil yang tak
terhingga selama ini.

5. Keluarga yang tak pernah henti selalu memberi semangat dan motivasi kepada
penulis.

6. 5. Dr. Hj Ratu Tri Yulia Hernawati M.Kes Selaku Direktur RSUD Sayang
Kabupaten Cianjur.

7. Ruang Samolo 3 Bed No 4 Yang Telah Berkenang Memberikan Kesempatan


Untuk Melakukan Pengkajian .

8. Rekan Rekan Mahasiswa Akademi Keperawatan Cianjur Khususnya Teman


Seperjuangan Atas Kebersamaan Dan Bantuan Selama Masa Perkuliahan Hingga
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Ini.

Dengan segala kerendahan hati, semoga dukungan yang diberikan mendapatkan


balasan yang baik dari Allah SWT dan semoga hasil penelitian ini dapat berguna bagi
kita semua. Aamiin.

Cianjur, Juni 2020

Penulis

vi
ABSTRACK

Saputra Eka. 2020. Bermain Terapeutik Puzzle Mempengaruhi


Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah. Program D III
Keperawatan, Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten
Cianjur. Pembimbing:Hj. Sri Hartati, Ns., M.Kep

Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair,
bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari
biasanya (tiga kali atau lebih) dalam satu hari, penanganan diare secara
umum berfokus pada upaya mengembalikan keseimbangan cairan dan
elektrolit. Bermain adalah aktivitas yang menyenangkan bagi anak.
Bermain bagi anak dapat menghilangkan stress dan cemas, bahkan
bermain dapat dipakai terapi dan sebagai pengalihan dari rasa
kecemasan saat dilakukan tindakan invasif seperti pemberian injeksi
obat melalui IV (bolus). Permainan puzzle dapat digunakan sebagai
media untuk terapi bermain pada anak. Tujuan penelitian mengetahui
pengaruh bermain terapeutik puzzle terhadap tingkat kecemasan anak
usia prasekolah (3-6 tahun) sebelum pemberian obat intravena (bolus).
Penelitian menggunakan desain eksperimen semu (Quasy
experimental) prepost test without control. Populasi pada penelitian ini
berjumlah 148 anak usia prasekolah (3-6 tahun) dengan jumlah sampel
35 orang diambil dengan purposive sampling. Instrument yang
digunakan pada penelitian ini adalah Lembar Observasi Skala
Kecemasan (CFS)Chidren’s Fear Scale.

Kata Kunci : Bermain Terapeutik , Injeksi obat iv , Puzzle kecemasan


anak

vii
viii
ABSTRACTACK

Saputra Eka. 2020. Playing Therapeutic Puzzles Affects Anxiety in


Preschoolers. Program D III Nursing, Nursing Academy,
Government of Cianjur Regency. Supervisor: Hj. Sri Hartati, Ns.,
M.Kep

Diarrhea is defecation with a soft or liquid consistency, it can even


be in the form of water with frequency more often than usual (three
or more times) in one day, diarrhea treatment generally focuses on
efforts to restore fluid and electrolyte balance. Play is a fun activity
for children. Playing for children can relieve stress and anxiety,
even play can be used as therapy and as a diversion from feelings of
anxiety when carried out invasive actions such as injecting drugs
through IV (bolus). Puzzle games can be used as a medium for play
therapy in children. The purpose of this study was to determine the
effect of playing therapeutic puzzles on the level of anxiety of
preschool children (3-6 years) before administering intravenous
drugs (bolus). The study used a quasi-experimental design (Quasy
experimental) prepost test without control. The population in this
study amounted to 148 preschool children (3-6 years) with a sample
of 35 people taken by purposive sampling. The instrument used in
this study was the Chidren’s Fear Scale Anxiety Observation Sheet
(CFS).

Keywords: Therapeutic Play, IV drug injection, Child anxiety


puzzle

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
LEMBAR PERNYATAAN............................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................iv
KATA PENGANTAR....................................................................................v
ABSTRAK.......................................................................................................vii
ABSTRACT.....................................................................................................viii
DAFTAR ISI...................................................................................................ix
DAFTAR BAGAN..........................................................................................x
DAFTAR TABEL...........................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................4
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................4
D. Manfaat Penelitian.....................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Diare.............................................................................................7
B. Konsep Asuhan Keperawatan Diare..........................................................12
C. Bermain Terapi Puzzle..............................................................................20
D. Tumbuh Anak Usia Prasekolah.................................................................24
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian.......................................................................................26
B. Subjek Penelitian.......................................................................................26
C. Tempat Dan Waktu Penelitian...................................................................27
D. Setting Penelitian.......................................................................................28
E. Metode Pengumpulan Data.......................................................................28
F. Metode Uji Keabsahan Data......................................................................30
G. Metode Analisa Data.................................................................................31
H. Etik Penelitian............................................................................................32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengkajian........................................................................................33
B. Pembahasan ..............................................................................................46
BAB V PENUTUP
A. Simpulan....................................................................................................53
B. Saran..........................................................................................................54
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Pathway Diare......................................................................................10

xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 SAB.......................................................................................................19
Table 2.2 Tabel Analisa PICOT...........................................................................50

xii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Sedangkan istilah dalam kehidupan sehat dalam kehidupan sehari-hari sering
dipakai untuk menyatakan bahwa suatu dapat bekerja secara normal (world
health organization, 2013). Masalah kesehatan anak merupakan salah satu
masalah utama dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di Indonesia,
derajat kesehatan anak mencerminkan derajat kesehatan bangsa, sebab anak
sebagai generasi penerus bangsa memiliki kemampuan yang dapat
dikembangkan dalam meneruskan pembangunan bangsa. Berdasarkan alasan
tersebut, masalah kesehatan anak di prioritaskan dalam perencanaan atau
penataan pembangunan bangsa (Hidayat, 2011).

Masalah kesehatan yang terjadi pada anak salah satunya adalah


penyakit diare yang sering menyerang bayi dan anak, bila tidak di atasi lebih
lanjut akan menyebabkan dehidrasi yang mengakibatkan kematian. Data
erakhir dari departemen kesehatan tahun 2015 bahwa diare menjadi penyakit
pembunuh bayi dan anak, di Indonesia setelah radang paru atau pneumonia.
Banyak faktor resiko yang diduga menyebabkan terjadinya penyakit diare
pada bayi dan balita di Indonesia. Salah satu faktor resiko yang sering di teliti
adalah faktor lingkungan yang meliputi sarana air bersih, jamban, saluran
pembuangan air limbah, kualitas bakteriologis air, dan kondisi rumah
(Adisasmito, 2013).

Penyakit diare pada dasarnya disebabkan oleh kegagalan atau adanya


gangguan penyerapan sejumlah kandungan air dalam usus besar, pada

1
2

keadaan normal, makanan yang adadalam usus besar akan di serap kandungan
airnya, sehingga akan tersisa material padat yang dikeuarkan atau di sebut
tinja. Namun pada saat kondisi luka ataupun peradangan pada usus besar,
penyerapan air tidak terjadi sehingga tinja yang di keluarkan masih
mengandung banyak air. Penyebab diare dapat bermacam-macam mulai dari
makanan-makanan yang tidak dapat diterima oleh tubuh seperti makanan yang
terlalu pedas, asam, infeksi penyakit lain (Kolera, disentri), kerusakan usus
ataupun gizi yang

kurang baik. Bila penderita diare sudah banyak kehilangan cairan


tubuh maka hal ini ddapat menyebabkan kematian pada bayi dan anak usia
dibawah 6 tahun,dampak negatif dari diare adalah dapat terhambatnya proses
tubuh kembang anak yang pada akhirnya dapat meurunkan kualitas hidup
pada anak (Niluh,2013).

Secara global setiap tahunnya ada sekitar 2 miliar kasus diare dengan
angka kematian 1,5 juta orang pertahun. Pada negara berkembang, anak-anak
usia di bawah 3 tahum rata-rata mengalami 3 episode diare pertahun. Setiap
episodenya diare akan menyebabkan kehilangan nutrisi yang di butuhkan anak
untuk tumbuh, sehingga diare merupakan penyebab utama malnutrisi pada
anak (WHO, 2015). Diare merupakan penyebab angka kematian terbesar
kedua pada anak setelah pneumonia menurut data dari UNICEF dan WHO.
hampir 1 dari 5 kematian anak di dunia di sebabkan oleh diare mencapai 1,5
juta pertahun. Insiden terbesarnya terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan dan
menurun seiring dengan pertumbuhan anak (UNICEF & WHO,2017).

Angka kejadian diare di Indonesia masih merupakan masalah


kesehatan masyarakat karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi
terutama terjadi pada anak usia prasekolah (Yusuf, 2015). Dilaporkan rata-rata
3 kali episode diare pada setiap anak dan balita pertahun di negara
3

berkembang. Meskipun demikia, pada sebagian daerah di laporkan terdapat 6-


8 episode diare pada setiap anak dan balita pertahun (Guandalini, 2014).

Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2016 dimana


kasus kematian tertinggi pada anak usia di bawah 5 tahun di sebabkan oleh
dehidrasi karena keterlambatan orang tua dalam memberikan perawatan
pertama saat anak terkena diare. Angka kematian akibat diare sudah jauh
menurun selama 2 dekade terakhir, sebagian besar diakibatkan oleh
penggunaan cairan elektroit pengganti yang sudah banyak di perjual beikan.
Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur pada tahun 2015 angka kejadian
diare pada anak sebesar 11.405, terjadi penurunan kasus dibandingkan dengan
penemuan jumlah pada tahun 2014 sebanyak 62.569 kasus diare.

Penanganan diare dapat dengan berbagai cara yaitu mengkonsumsi


makanan rendah serat, menyesuaikan pola makan yang tidak terlalu banyak,
menghindari makanan yang dapat memperparah diare seperti maknan yang di
goreng (berminyak), berlemak, pedas

atau tidak matang menyeluruh dan juga dengan cara menambah


asupan cairan karena tubuh akan mengalami kehilangan cairan yang berlebih.
Asupan cairan bisa dengan dua hal yaitu dengan cara minum air putih atau
mineral yag banyak dan juga bisa dengan cara melakukan terapi intravena
Maka anak membutuhkan perawatan khusus di rumah sakit atau hospitalisasi.
Hospitalisasi pada anak merupakan pengalaman yang penuh dengan stress,
baik bagi anak itu sendiri maupun orang tua banyaknya stresor saat anak
mengalami hospitalisasi menimbulkan dampak negatif yang mengganggu
perkembangan anak. Masalah yang timbul saat hospitalisasi pada anak
diantaranya adalah anak akan mengalami hospitalisasi dan menolak untuk di
berikan terapi pengobatan, anak yang di rawat di rumah sakit akan
memperoleh tindakan dan perawat sesuai dengan kebutuhan dasarnya. salah
4

satu tindakan yang rutin di lakukan adalah terapi pemasangan infus, terapi
pemasangan infus ini bertujuan untuk mengganti cairan, elektrolit, tranfusi
darah, nutrisi dan ataukemoterapi melalui intra vena. Prosedur tindakan
pemasangan infus ini akan berhubungan dengan tindakan invasif dengan
menggunakan benda tajam kedalam tubuh yang dapat menimbulkan nyeri
pada anak (Inal & Kelleci, 2012; Canbulat, Inal, & Sonomezer, 2014).

Menurut Yusuf M, Lisbet O, Budi S, (2018) rasa nyeri yang di rasakan


oleh anak akan berakibat anak mengalami trauma dikemudian hari, karna itu
distraksi visual dengan media kartu yang disukai anak merupakan strategi
nonfarmakologi yang dapat menurunkan tingkat nyeri bagi si anak. Anak di
usia prasekolah (3-6 tahun) kemampuan imajenasi nya masih tinggi sehingga
si anak jika di lihatkan gambar gambar yang di sukainya maka dia tidak akan
berfokus pada tindakan intravena yang akan diberikan kepadanya. Dari hasil
penelitiannya didapatkan kesimpulan bahwa bermain terapeutik puzzle yang
banyak digemari oleh anak dapat menurunkan skala atau tingkat nyeri pada
anak yang dilakukan tindakan intravena

Terdapat bermacam–macam prosedur yang dilakukan pada anak yang


dirawat di rumah sakit. Salah satunya adalah tindakan pemasangan infus.
Adanya prosedur pemasangan infus atau penusukan vena dalam pemasangan
infus dapat menimbulkan rasa nyeri pada anak (Mariyam, 2013). Terapi infus
merupakan tindakan yang paling sering dilakukan pada pasien yang
menajalani rawat inap sebagai jalur terapi intravena (IV). Efek dari
pemasangan infus adalah nyeri. Anak prasekolah mungkin tidak melaporkan
nyeri yang mereka rasakan secara verbal, berpikir bahwa nyeri adalah sesuatu
yang diharapkan atau orang dewasa mewaspadai nyeri mereka. Mereka dapat
mengatakan kepada seseorang letak sakit dan dapat menggunakan berbagai
alat untuk menjelaskan keparahan nyeri. Akan tetapi karena mungkin
memiliki pengalaman yang terbatas dengan nyeri, mereka mungkin
5

mengalami kesulitan membedakan antara jenis nyeri (tajam atau tumpul),


menjelaskan intensitas nyeri, dan menentukan apakah nyeri lebih buruk atau
lebih baik (Alexander, Corigan. Dkk 2010).
Berbagai intervensi dapat dipakai untuk mengatasi menejemen nyeri.
Intervensi ini dapat berupa tindakan farmakologis dan nonfarmakologis.
Terapi farmakologis terkadang dapat menimbulkan efek samping yang juga
dapat menyebabkan ketidaknyamanan bagi pasien. Banyak pilihan terapi non
farmakologis yang merupakan tindakan mandiri perawat dengan berbagai
keuntungan diantaranya tidak menimbulkan efek samping, simple dan tidak
berbiaya mahal. Terapi ini dapat dilakukan dengan cara tehnik relaksasi,
distraksi, stimulasi dan imajinasi terbimbing (Rosdalh & Kawalski, 2015).

Manajemen nyeri mencakup intervensi farmakologis, seperti


analgesia, analgesia patient-controlled, analgesia lokal, analgesia epidural,
dan sedasi ringan dan intervensi nonfarmakologis, seperti relaksasi, imajinasi
terbimbing dan distraksi. Penggunaan teknik nonfarmakologi memberikan
dampak yang cukup berarti dalam manajemen nyeri pada anak. Menurunkan
kewaspadaan terhadap nyeri dan meningkatkan toleransi terhadap nyeri
merupakan salah satu tehnik distraksi yang dapat dilakukan untuk pengalihan
nyeri pada anak (Sartika, 2010)

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian


tentang “Aplikasi Bermain Terapeutik Puzzle Mempengaruhi Nyeri Pada
Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) Sebelum Pemberian Obat Intravena
Dengan Diare Diruang Samolo 3 RSUD SAYANG KABUPATEN
CIANJUR”

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka rumusan masalahnya ? adalah “Aplikasi
Bermain Terapeutik Puzzle Mempengaruhi Nyeri Pada Anak Usia Prasekolah
6

(3-6 Tahun) Sebelum Pemberian Obat Intravena Dengan Diare Diruang


Samolo 3 RSUD SAYANG KABUPATEN CIANJUR?”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mampu Mengaplikasikan Anak Dengan Aplikasi Bermain Terapeutik
Puzzle Mempengaruhi Nyeri Pada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun)
Sebelum Pemberian Obat Intravena Dengan Diare Diruang Samolo 3
RSUD SAYANG KABUPATEN CIANJUR .
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada anak usia (3-6 Tahun)
Aplikasi Bermain Terapeutik Puzzle Mempengaruhi Nyeri Pada Anak
Usia Prasekolah (3-6 Tahun) Sebelum Pemberian Obat Intravena
Dengan Diare Diruang Samolo 3 RSUD SAYANG KABUPATEN
CIANJUR.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada anak Aplikasi Bermain
Terapeutik Puzzle Mempengaruhi Nyeri Pada Anak Usia Prasekolah
(3-6 Tahun) Sebelum Pemberian Obat Intravena Dengan Diare
Diruang Samolo 3 RSUD SAYANG KABUPATEN CIANJUR.
c. Menyusun perencanaan tindakan keperawatan pada anak Aplikasi
Bermain Terapeutik Puzzle Mempengaruhi Nyeri Pada Anak Usia
Prasekolah (3-6 Tahun) Sebelum Pemberian Obat Intravena Dengan
Diare Diruang Samolo 3 RSUD SAYANG KABUPATEN CIANJUR.
d. Melakukan implementasi Aplikasi Bermain Terapeutik Puzzle
Mempengaruhi Nyeri Pada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun)
7

Sebelum Pemberian Obat Intravena Dengan Diare Diruang Samolo 3


RSUD SAYANG KABUPATEN CIANJUR.

e. Melakukan evaluasi keperawatan Aplikasi Bermain Terapeutik Puzzle


Mempengaruhi Nyeri Pada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun)
Sebelum Pemberian Obat Intravena Dengan Diare Diruang Samolo 3
RSUD SAYANG KABUPATEN CIANJUR.
f. Menganalisis aplikasi Aplikasi Bermain Terapeutik Puzzle
Mempengaruhi Nyeri Pada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun)
Sebelum Pemberian Obat Intravena Dengan Diare Diruang Samolo 3
RSUD SAYANG KABUPATEN CIANJUR .

D . Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Memberikan informasi dan pemecahan masalah dalam keperawatan
khusunya tentang Aplikasi Bermain Terapeutik Puzzle Mempengaruhi
Nyeri Pada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) Sebelum Pemberian Obat
Intravena Dengan Diare Diruang Samolo 3 RSUD SAYANG
KABUPATEN CIANJUR .
2. Praktis
a) Bagi Institusi Pendidikan
Digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam
pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan di masa yang akan
datang khusunya pada Keparawatan Aplikasi Bermain Terapeutik
Puzzle Mempengaruhi Nyeri Pada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun)
8

Sebelum Pemberian Obat Intravena Dengan Diare Diruang Samolo 3


RSUD SAYANG KABUPATEN CIANJUR.
b) Bagi Rumah Sakit
Digunakan sebagi informasi Rumah Sakit dalam bidang
pengembangan dan peningkatan mutu pelayanan di masa yang akan
dating khususnya dalam mengatasi anak dengan intravena.

c) Bagi Perawat
Menambah ilmu pengetahuan dan ketarampilan dalam penagnan
kasus anak dengan Aplikasi Bermain Terapeutik Puzzle
Mempengaruhi Nyeri Pada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun)
Sebelum Pemberian Obat Intravena Dengan Diare Diruang Samolo 3
RSUD SAYANG KABUPATEN CIANJUR .
d) .Bagi Klien dan keluarga
Klien dan keluarga mendapatkan penanganan dalam mengatasi
Bermain Teraupetik Puzzle Mempengaruhi Kecemasan Pada Anak
Usia Prasekolah (3-6 Tahun) Selama Pemberian Obat Intravena Pada
Anak Dengan Diare
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Diare
1. Pengertian
Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih
lunak atau lebih cair dari biasanya dan terjadi palig sedikit 3 kai dalam 24
jam (juffrie, 2010). Diare adalah peningkatan dalam frekuensi buang air
besar, serta pada kandungan air dan volume kotoran itu. Namun, diare
yang berat dapatmenyebabkan dehidrasi (kekurangan cairan) atau masalah
gizi yang berat (yayasan spirita, 2011)
Diare di definisikan sebagai inflamasi pada membran mukosa lambung
dan usus halus yang di tandai dengan diare, muntah-muntah akibat
kehilangan cairan dan elektrolit (juffrie, 2010) menyebutkan diare adalah
buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali dalam sehari, di sertai
konsistensi tinja menjadi cair dengan di sertai atau tidak di sertai lendir
dan darah yang berlangsung selama satu minggu.
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair bahkan dapat berupa air saja, dan
frekuensinya lebih sering (biasanya lebih dari 3 kali sehari atau lebih)
dalam satuhari ( Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Depkes RI
2011).
Berdasarkan beberapa sumber diatas maka dapat saya simpulkan, diare
merupakan penyakit yang ditandai dengan eliminasai yang berlebih atau
frekuensi tinja/feses yang banyak serta sering, konsisteninya pun
lembek/cair, dengan demikian maka penderita diare beresiko tinggi
mengalami dehidrasi.

6
7

2. Etiologi
a. Faktor infeksi enteral
Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak. Infeksi enteral ini
meliputi : vibrio, e.ecoli, salmonella, shigella, campylobacter, yersinia,
aeromonas. Infeksi virus diantaranya : enteroovirus, astovirus, dan
lain-lain.
b. Faktor infeksi parenteral
Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain di luar alat
pencernaan (Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Depkes RI
2011).

3. Patofisiologi
Pada dasarnya mekanisme terjadinya diare akibat kuman
enteropatogen, penempelan bakteri pada sel epitel dengan atau tanpa
kerusakan mukosa, invasi mukosa dan produksi enterotoksin, satu
bakteri dapat menggunakan satu atau lebih mekanisme tersebut untuk
dapat mengatasi pertahanan mukosa usus (Buku Saku Petugas
Kesehatan Lintas Diare Depkes 2011).
Diare dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme, pada infeksi
bakteri, paling tidak, ada dua mekanisme yang bekerja meningkatkan
sekresi usus dan penurunan absorbsi usus, infeksi bakteri dapat
menyebabkan inflamasi dan mengeluarkan toksin yang menyebabkan
terjadinya diare, infeksi bakteri invasif menyebabkan terjadinya
perdarahan atau adanya leukosit dalam feses (Buku Saku Petugas
Kesehatan Lintas Diare Depkes 2011).
8

Gangguan rearbsorbsi pada bagian kecil usus halus sudah dapat


menyebabkan diare, disamping itu peranan faktor infeksi pada diare
adalah penting karena dapat menyebabkan gangguan sekresi, difusi
dan malabsorbsi dan keluhan langsung, faktor lain yang cukup penting
dalam diare adalah empedu, karena dehidroksilasi asam dioksikolik
dama empedu akan mengganggu mukosa usus serta cairan di jejunum
dan kolon akan menghambat rebsorbsi cairan di kolon, di duga bakteri
mikroflora di usus turut memegang peranan dalam pembentukan
dioksikolik tersebut. (Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare
Depkes 2011).
9

Pathway. Bagan 2.1 Pathway Diare Doengoes

p1 Infeksi Makanan Psikologi

Berkembang di usus Toksik tak dapat di serap Ansietas

Hipersekresi air &


Hiperperistaltik Malabsorbsi KH, lemak,
elektrolit protein

Penyerapan makanan di
Isi usus
usus menurun Tekanan osmotik
meningkat

Pergeseran air &


elektrolit ke usus

Diare

Frekuensi BAB meningkat Distensi abdomen

Hilang cairan & Mual muntah


elektrolit berlebih Kurang pengetahuan
Nafsu makan
Gangguan menurun
keseimbangan
cairan & elektrolit Kekurangan cairan elektrolit

Dehidrasi Hospitalisasi Ketidak


seimbangan
nutrisi kurang
Pemasangan terapi infus
dari kebutuhan
tubuh
Penusukan jarum ke
arah intavena
10

Nyeri

Kekurangan volume Kerusakan intergitas kulit


cairan

4. Konsep Nyeri
1. Definisi nyeri
Nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman yang sangat subjektif dan
hanya orang yang mengalaminya yang dapat menjelaskan dan
mengevaluasi perasaan tersebut. Secara umum, nyeri dapat didefinisikan
sebagai perasaan tidak nyaman, baik ringan maupun berat (Mubarak W. I,
dkk. 2015).
Nyeri merupakan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan,
persepsi nyeri seseorang sangat ditentukan oleh pengalaman dan status
emosionalnya, persepsi nyeri bersifat sangat pribadi dan subjektif. Oleh
karena itu, suatu rangsang yang sama dapat dirasakan berbeda oleh dua
orang yang berberda bahkan suatu rangsangan yang sama dapat dirasakan
berbeda oleh satu orang karena keadaan emosional yang berbeda (Amita,
2018)
Nyeri terjadi akibat adanya kerusakan jaringan yang nyata (pain
associate with actual tissue damage). Nyeri yang demikian dinamankan
nyeri akut yang dapat menghilangkan seiring dengan penyembuhan
jaringan dan nyeri yang demikian sering terjaddi dalam kehidupan sehari-
hari (Amita, 2018).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulakan bahwa Nyeri adalah
perasaan yang tidak nyaman dan tidak menyenangkan akibat adanya
11

kerusakan jaringan yang nyata dapat dirasakan berbeda oleh satu orang
karena keadaan emosional yang berbeda.

1. Klasifikasi Nyeri
a. Menurut Tempat
1) Periferal pain: nyeri permukaan (superficial pain), nyeri dalam
(deep pain), nyeri alihan (reffered pain), nyeri yang dirasakan pada
area yang bukan merupakan sumber nyeri.
2) Central pain:terjadi karena perangsangan pada susunan saraf
pusat, medula spinalis, batang otak, dan lain-lain.
3) Psyhogenic pain: nyeri dirasakan tanpa penyebab organik, tetapi
akibat dari trauma psikologis.
4) Phantom pain: merupakan perasaan pada bagian tubuh yang sudah
tidak adalagi. Contohnya pada amputasi, phontom pain timbul
akibat dari stimulasi dendrit yang berat dibandingkan dengan
stimulasi reseptor biasanya. Oleh karena itu, orang tersebut akan
merasa nyeri pada are yang telah diangkat.
5) Radiating pain: nyeri yang dirasakan pada sumbernya yang meluas
kejaringan sekitar.
6) Nyeri stomatitis dan nyeri viseral, kedua nyeri ini umumnya
bersumber dari kulit dan jaringan dibawah kulit (superfisial) pada
otot tulang (Mubarak W.I, dkk, 2015).
b. Menurut sifat
1) Insidentil: timbul sewaktu-waktu dan kemudian menghilang.
2) Steady: nyeri timbul menetap dan dirasakan dalam waktu yang
lama.
12

3) Paroxymal: nyeri dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali


serta biasanya menetap 10-15 menit, lalu hilang kemudian timbul
kembali.
4) Intracable pain: nyeri yang resisten dengan diobatinya atau
dikurangi. Contohnya pada artritis, pemberian analgetik narkotik
merupakan kontraindikasi akibat dari lamanya penyakit yang dapat
mengakibatkan kecanduan (Mubarak W.I, dkk. 2015).
c. Menurut Intensitas Rasa Nyeri
1) Nyeri ringan: dalam intensitas rendah.
2) Nyeri sedang: menimbulkan suatu reaksi fisiologis dan psikologis.
3) Nyeri berat: dalam intensitas tinggi.
d. Menurut waktu serangan nyeri
1) Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit
atau intervensi bedah, dan memiliki kaitan yang cepat dengan
intensitas yang bervariasi (ringan sampai berat) serta berlangsung
singkat (kurang dari enam bulan) dan menghilang dengan atau
tanpa pengobatan setelah keadaan pulih pada area yang rusak.
2) Nyeri kronis adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap
sepanjang satu periode waktu. Nyeri yang disebabkan oleh adanya
karena keganasan seperti kanker yang tidak terkontrol atau
nonkeganasan. Nyeri kronis berlangsung lama (lebih dari enam
bulan) dan akan berlanjut walaupun klien diberikan pengobatan
atau penyakit tampak sembuh. Karakteristik nyeri kronis adalah
area nyeri tidak mudah didefinisi, intensitas nyeri sukar untuk
diturunkan, rasa nyeri biasanya meningkat, sifat nyeri kurang jelas,
dan kemungkinan kecil untuk sembuh atau hilang. Nyeri kronis
non maligna biasanya dikaitkan dengan nyeri akibat kerusakan
jaringan yang nonprogresif atau telah mengalami penyembuhan.
2. Mekanisme Nyeri
13

Suatu rangkaian proses elektrofisiologis terjadi antara kerusakan


jaringan sebagai sumber rangsangan nyeri sampai dirasakan sebagai nyeri
yang secara kolektif disebut nosiseptif. Terdapat empat proses yang
terjadi pada suatu nosiseptif, yaitu sebagai berikut :

a. Proses tranduksi
Proses tranduksi (transduction) merupakan proses dimana
suatu sltimuli nyeri (noxius stimuli) diubah menjadi sebuah aktivitas
listrik yang akan diterima ujung-ujung syaraf (nerver-ending). Stimuli
ini dapat berupa stimuli fisik (tekanan), suhu (panas), atau kimia
(substansi nyeri).
b. Proses transmisi
Tranmisi (transmission) merupakan fase dimana stimulus
dipindahkan dari saraf perifer melalui medula spinalis (spinal cord)
menuju otak.
c. Proses modulasi
Proses (modulation) adalah proses dari mekanisme nyeri
dimana terjadi interaksi antara sistem analgesikendogen yang
dihasilkan oleh tubuh kita dengan input nyeri yang masuk ke kornu
posterior modula spinalis. Jadi, proses ini merupakan proses desenden
yang dikontrol oleh otak. Sistem analgesik endogen ini meliputi
enkfalin, endorfin, serotonin dan noradrenalin. Memiliki efek yang
dapat menekan imflus nyeri pada kornu posterios medula spinalis.
Kornu posterior dapat diibratkan sebagai pintu yang dapat tertutup
atau terbuka yang dipengaruhi oleh sistem analgesik endogen tersebut
diatas. proses modulasi ini juga memengaruhi subjetivitas dan derajat
nyeri yang diraskan seseorang.
d. Persepsi
14

Hasil dari proses interaksi yang kompleks dan unik yang


dimulai dari proses transduksi dan transmisi pada saat meningkatkan
menghasilkan perasaan yang dikenal sebagai persepsi mengenai
kenyamanan. Pada saat klien menjadi sadar akan sakit, maka akan
terjadi reaksi yang kompleks Faktor-faktor psikologis dan kognitif
akan mengevaluasi dengan faktor-faktor neurofisiologis dalam
mempersepsikan nyeri. Meinhart dan Mac Caffery (1983)
menjelaskan tiga sistem interaksi persepsi persepsi sebagai sensori
diskriminatif, motifasi afektif, dan evaluatif kognitif. Persepsi
menyadarkan klien dan mengartikan nyeri sehingga klien dan
mengartikan rasa sakit klien dapat
mengatasi atau berespons (Tymbi, 2009 dalam Zakiyah Ana. 2015).

3. Respon terhadap nyeri


a. Respons fisiologis
Pada saat nyeri naik ke medula spinalis menuju batang otak
dan talamus, sistem saraf otonom menjadi terstimulasi sebagai bagian
dari respons stres. Nyeri dengan intensitas ringan hingga sedang dan
nyeri yang superfisial menimbuakan reaksi flight atau flight, yang
merupakan sindrom adaptasi umum. Stimulasi pada cabang simpatis
pada sistem saraf otonom menghasilkan respon fisiologis sesuai
dengan perbaikan terus-menerus melihat tipikal akan menggunakan
organ-organ viseral, sistem sarat parasimpatis menghasilkan beberapa
aksi. Karena individu mengalami syok, lebih tinggi individu mencapai
tingkat adaptasi, yaitu tanda-tanda fisik kembali normal. Dengan
demikian, klien yang mengalami nyeri tidak akan selalu
memperhatikan tanda-tanda fisik.
1) Stimulasi simpatik (ringan, sedang, dan superfisial) seperti dilatasi
dengan saluran bronkhial dan meningkat detak jantung,
15

vasokontriksi perifer, peningkatan tekanan darah, peningkatan nilai


gula darah, diaforesis, peningkatan kekuatan otot, dilatasi pupil,
dan penurunan motilitas gasitointestinal.
2) Stimulus parasimpatik (kering berat dan dalam) terdiri: muka
pucat, otot mengeras, penurunan detak jantung dan tekanan darah,
napas cepat dan tidak teratur, nausea dan muntah, serta keletihan.

b. Respons psikologis
Respons psikologis yang terjadi atau sakit untuk kien
pemahaman dan pelaksanaan nyeri yang terjadi atau nyeri bagi klien.
Pemahaman dan pemberian arti nyeri sangat dipengaruhi oleh tingkat
pengetahuan, persepsi, masa lalu pengalaman lalu, dan faktor sosial
budaya.
c. Respons perilaku
Sensasi nyeri terjadi ketika merasakan nyeri. Gerakan tubuh yang
khas dan ekspresi wajah yang mengidentifikasi nyeri dapat ditujukan
oleh klien sebagai respon perilaku terhadap nyeri. Respon seperti
mengeluarkan dahi, gelisah, memalingkan wajahketika diajak bicara.
Pada respon perilaku dapat diamati dari hal berikut.
1) Pernyataan verbal (mengaduh, menangis puas nafas, mendengkur)
2) Ekspresi wajah (meringis, menggeletukkan gigi, menggigit bibir)
3) Gerakan tubuh (gelisah, imobilisasi, ketegangan otot,
meningkatkan gerakan jari dan tangan)
d. Kontak dengan orang lain/interaksi sosial (menghindari percakapan,
menghindari kontak sosial, penurunan tentang perhatian, fokus pada
aktivitas menghilangkan nyeri). Nyeri dapat menyebabkan keletihan
dan membuat individu terlalu letih untuk merintih atau menangis.
16

4. Penanganan Nyeri
a. Farmakologi
1) Analgesik narkotik
Analgesik narkotik terdiri atas berbagai derivat opium seperti
morfin dan kodein. Narktik dapat memberikan efek penurun obat
dan kegembiraan terkait obat ini dapat digunakan dengan reseptor
opiat dan diaktifkan oleh endogen pada susunan syaraf pusat
permafasan di medula oblongata sehingga perlu pengkodean
disesuaikan untuk perubahan dalam status pernafasan jika
menggunakan analgesik jenis ini.
2) Analgesik nonnarkotik
Analgesik nonnarkotik seperti aspirin, asetamonifen, dan
ibuprofen selain memiliki efek antinyeri juga memiliki efek
antiinflamasi dan antipiretik. Obat golongan ini menyebabkan
penurunan nyeri dengan menghambat produksi prostagladin dari
jaringan yang memperbaiki trauma atau inflamasi (Widiatie,
2015).
b. Non Farmakologi
1) Relaksasi progresif
Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari
ketegngan stress. Teknik relaksasi memberikan individu kontrol
diri ketika terjadi rasa yang tidak nyaman atau nyeri, stress fisik,
dsn emosi pada nyeri.
2) Stimulasi kutaneus plasebo
Plasebo merupakan zat tanpa aktivitas farmakologis dalam
bentuk yang diketahui oleh lien seperti obatkapsul, cairan injeksi
dan sebagainya.Plasebo secara keseluruhan terdiri atas larutan
gula, larutan sain normal, atau air biasa.
17

3) Teknik distraksi merupakan metode untuk memudahkan


penanganan dengan cara mengalihkan perhatian klien pada hal-hal
yang lain sehingga klien akan lupa terhadap nyeri yang dialami.

5. Proses terjadinya nyeri


Pusat terletak di talamus, kedua jenis serabut berakhir pada neuron
traktus spinotalamus lateral dan impuls nyeri berjalan menuju atas melalui
traktus ke nukleus posteromidal ventral dan posterolateral dari talamus.
Dari sini impuls diteruskan ke gyrus post sentral dari korteks otak.

a. Transduksi
Merupakan proses dimana suatu stimuli nyeri (noxious stimuli)
dirubah menjadi suatu aktivitas listrik yang akan diperoleh ujung-
ujung saraf. Stimuli ini dapat digunakan sebagai stimuli fisik
(tekanan). suhu (panas) jataukimia (substansinyeri). Terjadi
perubahan putofisiologis karena mediator-mediator nyeri
mempengaruhi juga nosiseptor diluar daerah trauma sehingga
lingkaran nyeri meluar. Karena mediator-mediator juga sangat
mempengaruhi. Selanjutnya terjadi proses sensitisasi perifer yaitu
menurunnyanilai ambang rangsang nosiseptor karena pengaruh
mediator-mediator tersebut di atas dan penurunan pH jaringan.
Akibatnya nyeri dapat timbul karena rangsang yang sebelumnya tidak
menimbul nyeri misalnya rabaan. Sensitisasi perifer ini mengakibatkan
pula terjadinya sensitisasi sentral yaitu hipereksitabilitas neuron pada
spinalis, terpengaruhnya neuron simpatis dan perubahan intraseluler
yang menyebabkan nyeri.
b. Transmisi
Merupakan proses penyampaian impuls nyeri dari nonsiseptor
saraf perifer melewati kornu dorsalis, dari spinalis menuju korteks
18

serebri. Transmisi sepanjang akson berlangsung karena proses


polarisasi, Sedangkan dari neuron presinaps ke pasca sinap melewati
neuron transmiter.
c. Modulasi
Modulasi adalah proses pengendalian internal oleh sistem
saraf, dapat meningkatkan atau mengurangi penerangan impuls nyeri.
Hambatan terjadi melalui sistem analgesia endogen yang melibatkan
bermacam-macam neurotansmiter antara lain endorphin yang
dikeluarkan oleh sel otak dan neuron di spinalis. Impuls ini bermula
dari area periaquaductuagrey (PAG) dan menghambat tranmisi impuls
pre maupun pasca sinaps di tingkat spinalis. Modulasi nyeri dapat
timbul di nosiseptor perifer medula spinalis atau supraspinalis.
d. Persepsi
Persepsi adalah hasil rekontruksi susunan saraf pusat tentang
impuls nyeri yang diterima. Rekonstruksi rmerupakan hasil sistem
saraf sensoris, informasi kognitif (korteks serebri) dan pengalaman
emosional (hipokampus dan amigdala). Persepsi menentukan berat
ringannya nyeri yang dirasakan.

6. Nyeri pada anak


Andamoyo (2013) dalam Khasanah menyebutkan nyeri pada anak
merupakan satu hal yang kompleks, individual, subjektif, dan merupakan
hal yang umum terjadi. Nyeri dapat diartikan sebagai suatu perasaan tidak
nyaman atau tidak menyenangkan yang sering dialami oleh individu.
Nyeri pada anak yang tidak segera diatasi akan berdampak secara fisik
maupun perilaku. Dampak fisik dari nyeri terbagi atas dampak akut
(jangka pendek), yang ditandai dengan peningkatan laju metabolisme dan
curah jantung, kerusakan respon insulin, peningkatan produksi kortisol,
dan meningkatnya retensi cairan. Adapun dampak kronis (jangka
19

panjang), dimana nyeri berlangsung terus-menerus dan dalam waktu yang


lama, akan meningkatkan stres pada anak serta mengakibatkan
ketidakmampuan melakukan aktifitas.

7. Pengkajian nyeri pada anak


Pengkajian nyeri pada anak dapat dilakukan dengan menggunakan
skala peringkat nyeri wajah. Skala peringkat nyeri wajah terdiri dari enam
wajah kartun yang direntang dari wajah tersenyum untuk "tidak ada nyeri"
sampai wajah menangis untuk "nyeri paling buruk". Hasil pengkajian juga
menunjukkan bahwa pasien pasien tidur tidak teratur dan kadang
terbangun saat malam hari karena merasakan nyeri
2. Tanda dan gejala menurut Carpenito (2009) :
a. Feses lembek atau cair
b. Sakit perut
c. Keram perut
d. Mual dan muntah
e. Sakit kepala
f. Nafsu makan hilang
g. Demam
h. Dehidrasi
i. Darah pada feses
j. Terus menerus BAB

3. Discharge Planing
a. Ajarkan pada orang tua mengenai perawatan anak, pemberian
makanan dan minuman yang baik untuk anak penderita diare.
b. Ajarkan pada orang tua mengenai tanda-tanda dehidrasi, ubun-ubun
dan mata cekung, turgor kulit tidak elastis dan membran mukosa
kering.
20

c. Jelaskan obat-obatan yang di berikan pada anak penderita diare


tentang kegunaan dan efek sampingnya.

4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan tinja/feses makroskopis dan mikroskopis, PH dan kadar
gula dalam tinja/feses, bila perlu di adakan uji bakteri.
b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah dan
melakukan analisa gas darah.
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Diare


1. Pengkajian
Pengkajian menurut Carpenito (2009), yaitu tahap pertama proses
keperawatan yang meliputi pengumpulan data secara sistematis dan
cermat untuk menentukan status kesehatan klien saat ini dan riwayat
kesehatan masa lalu, serta menentukan status fungsional serta
mengevaluasi pola koping klien saat ini dan masa lalu. Pengumpulan data
diperoleh dengan cara wawancara, pemeriksaan fisik, observasi,
peninjauan catatan dan laporan diagnostik, kolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain.
a. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan diare pada anak biasanya terjadi lemas, buang air
besar lebih dar 3 kali sehari dan konsistensi tinja/fases lunak/cair.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Diare dapat disebabkan oleh infeksi, malabsorbsi, faktor
makanan dan faktor psikologis.
3) Riwayat kesehatan dahulu
21

Apakah klien pernah menderita penyakit yang sama


sebelumnya.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Pada riwayat kesehatan keluarga menjelaskan keadaan kondisi
kesehatan keluarga dalam 3 generasi, apakah anggota keluarga
pernah memiliki penyakit yang sama dengan klien dalam periode 6
bulan terakhir, riwayat penyakit keturunan dan riwayat penyakit
menular.
b. Riwayat imunisasi
Berisi mengenai pemberian vaksin BCG, DPT, Polio, Campak,
Hepatitis, Waktu pemberian dll.

c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Biasanya ditemukan keadaan lemas, mual muntah, perut tidak
enak.
2) Tanda-tanda vital
Pemeriksaan nadi, respirasi, suhu dalam keadaan normal aau
diatas batas normal.
3) Kepala dan leher
Pemeriksaan kulit kepala, rambut, kelopak mata cekung,
skelera ikterik, muka tidak edema, bibi pucat kering, fungsi
pendengaran terganggu atau tidaknya, leher simetris, tidak ada
pembesaran kelenjar getah bening.
4) Dada dan abdomen
Pemeriksaan bentuk dada dan pola nafas kemudian biasanya
ditemukan nyeri tekan pada daerah abdomen.
5) Sistem pernafasan
22

Pernafasan bisa di temukan normal ataupun tidak, suara


tambahan dan tidak terdapat cuping hidung.
6) Sistem kardiovaskuler
Pada pasien diare biasanya terjadi teknan darah yang menurun.
7) Sistem integumen
Turgor kulit menurun, kulit pucat, berkeringat banyak disertai
akral dingin.
8) Sistem eliminasi
Pada pasien diare biasanya terjadi buang air besar lebih dari 3
kali sehari dan konsistensi tinja/fases lunak/cair.
9) Sistem muskulokeletal
Apakah ada gangguan pada ekstermitas atas ataupun
ekstermitas bawah.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa menurut Doengoes
1. Nyeri berhubungan dengan cedera fisik.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output cairan yang
berlebih melalui diare sekunder terhadap gangguan osmotic.
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tubuh berhubungan
dengan tidak adekuatnya intake nutrisi sekunder terhadap muntah dan
diare.
4. Potensial kerusakan integritas jaringan kulit perianal berhubungan
dengan iritasi sekunder terhadap terhadap frekuensi buang air besar
yang meningkat.
5. Kurang nya Pengetahuan berhubungan dengan frekuensi bab yang
berlebih
3. Perencanaan keperawatan
A. Diagnosa 1
23

Nyeri berhubungan dengan cedera fisik (pemasangan fisik).

DS: klien menyatakan nyeri pada saat pemasangan infus.

DO: klien menangis.

1. Tujuan
a. Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
nyeri klien teralihkan.
b. Kriteria hasil
a. Klien tampak tenang.
c. Intervensi
a. Berikan bermain puzzle.
Rasional: untuk mengalihkan konsentrasi terhadap nyeri.
b. Berikan lingkungan yang aman dan nyaman.
Rasional: lingkungan aman dan nyaman dapat memberikan
situassi yang relaks bagi klien.
c. Ajarkan pada klien teknik relaksasi .
Rasional: teknik relaksasi dapat menurunkan tingkat nyeri
pada klien.
B. Diagnosa 2
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output cairan
yang berlebih melalui diare sekunder terhadap gangguan osmotic.
DS: klien biasanya mengeluhkan lemas dan lesu
DO: Ubun-ubun cekung, Berat badan menurun, Bising usus
meningkat, Turgor kurang elastis, Frekuensi BAB meningkat, Mual
muntah.
1. Tujuan
a. Kebutuhan cairan terpenuhi dalam jangka waktu 1x24 jam.
24

b. Keseimbangan cairan dan elektrolit terpenuhi dalam jangka


waktu 1x24 jam.
1. Kriteria hasil
a. Tanda-tanda vital daam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S:
36-37,5°c, RR: < 40 x/mnt)
b. Turgor elastis, membran mukosa bibir lembab, mata tidak
cekung, ubun-ubun tidak cekung.
c. Konsistensi BAB lembek, frekuensi 1 kali perhari.
d. Intervensi
a. Kaji tanda vital, takikardia, demam, kaji turgor kulit, catat
perubahan TD(postural), kelembaban membran mukosa.
Rasional: indikator dehidrasi/hipovolemia, keadekuatan
penggantian cairan.
b. Awasi dan masukan haluaran/catat ukur diare dan
kehilangan dari penghisapan NG.
Rassional: perubahan pada kapasitas gaster/motilitas usus
dan mual sangat mempengaruhi masukan dan kebutuhan
cairan,peningkatan resiko dehidrasi.
c. Evaluasi kekuatan/tonus otot. Observasi tremor otot.
Rasional: kehilangan gasterbesar dapat mengakibatkan
penurunan magnesium dan kalsium, mengakibatkan
kelemahan/tetanineoromuskuler.
d. Penuhi kebutuhan individu/ganti jadwal.
Rasional: penentuan dengan jumlah ukuran yang hilang
atau perkiraan kehilangan yang tanpa dan tergantungan
pada kapasitaslambung.
e. Dorong meningkatkan masukan oral bila mampu
25

Rasional: memungkinkan penghentian tindakan dukungan


cairan infasiv dan mempengaruhi kembalinya fungsi usus
normal.
Kolaborasi:
f. Berikan cairan tambahan iv sesuai indikasi.
Rasional: menggantikan kehilangan cairan dan
memperbaiki keseimbangan cairan dalam fase segera
pascaoperasi dan/passien mampu untuk memenuhi cairan
peroral.
g. Awasi elektrolit dan gantikan sesuai indikasi.
Rasional: penggunaan selang NG dan/atau muntah,
timbulnya diare dapat menurunkan elektrolit,
mempengaruhi fungsi organ.
C. Diagnosa 3

Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tubuh berhubungan


dengan tidak adekuatnya intake nutrisi sekunder terhadap muntah dan
diare.

DS: klien biasanya mengatakan mulut terasa pahit dan badan terasa
lemas.
DO: Anoreksia, muntah, berat badan menurun.
1. Tujuan
a. Kebutuhan nutrisi terpenuhi dalam jangka waktu 2 hari.
b. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama di rumah sakit
kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.
2. Kriteria hasil
a. Nafsu makan meningkat.
3. Intervensi
26

a. Auskultasi bising usus, catat adanya penurunan / hilangnya atau


suara yang hiperakif.
Rasional: bising usus membantu dalam menentukan respon
untuk makan atau berkembangnya kompikasi.
b. Timbang berat badan sesuai indikasi.
Rasional: mengevaluasi kefektifan atau kebutuhan mengubah
pemberian nutrisi.
c. Berikan makan dalam jumlah kecil dan dalam waktu yang
sering dengan teratur.
Rasional: meningkatkan proses percenaan dan toleransi pasien
terhadap nutrisi yang diberikan dan dapat meningkatkan kerja
sama pasien saat makan.
d. Tingkat kan kenyamanan, lingkungan yang santai termasuk
sosialisasi saat makan. Anjurkan orang terdekat untuk
membawa makanan yang disukai pasien.
Rasional: meskipun proses pemulihan pasien memerlukan
bantuan makan dan/atau menggunakan alat bantu, sosialisasi
waktu makan dengan orang terdekat atau teman dapat
meningkatkan pemasukan dan menormalkan fungsi makan.
Kolaborasi
e. Konsultasi dengan ahli gizi .
Rasional: merupakan sumber yang efektif untuk
mengindentifikasi kebutuhan kalori / nutrisi tergantung pada
usia , berat badan , ukuran tubuh , keadaan penyakit sekarang.
D. Diagnosa 4

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan dehidrasi akibat output


cairan yang berlebih.

DS: klien mengatakan mengeluh gatal .


27

DO: kulit klien nampak merah dan kering.

1. Tujuan
a. Kerusakan integritas kulit tidak terjadi.
2. Kriteria hasil
a. Klien menyatakan pemahaman faktor penyebab dan gatal hilang.
3. Intervensi
a. Observasi kemerahan, pucat, ekskoiasi.
Rasional: area ini meningkatkan resikonya untuk kerusakan dan
memerlukan pengobatan lebih intensif.
b. Dorongan mandi tiap 2 hari sekali, pengganti mandi tiap hari.
Rasional: sering mandi membuat kekeringan kulit.
c. Gunakan krim kulit 2x sehari dan setelah mandi.
Rasional: melicinkan kulit dan menurunkan gatal
d. Pijat kulit, khususnya diatas penonjolan tulang.
Rasional: memperbaiki sirkulasi pada kulit, meningkatkan tonus
kulit
e. Diskusikan pentingnya perubahan posisi, perlu untuk
mempertahankan aktivitas.
Rasional: meningkatkan sirkulasi dan perfusi kulit dengan
mencegah tekanan lama pada jaringan
f. Tekanan pentingnya massukan nutrisi/cairan adekuat
Rasional: perbaikan nutrisi dan hidrasi akan memperbaiki kondisi
kulit
E. Diagnosa 5

Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan frekuensi BAB yang


berlebih.

DS: Keluarga klien mengatakan klien mengalami bab lebih dari 3x sekali
28

DO: Keluarga klien nampak cemas dan tidak mengetahui kondisi klien saat
ini

1. Tujuan
a. Keluarga klien mengetahui dan memahami tentang kondisi klien
saat ini
2. Kriteria hasil
a. Keluarga mengetahui kondisi klien
b. Keluarga memahami kondisi klien
c. Keluarga mampu menjaga kondisi klien dengan baik
3. Intervensi
a. Evaluasi kemampua dan kesiapan untuk belajar dari pasien dan juga
keluarganya.
Rasional : Memungkinkan untuk menyapaikan bahan yang di
dasarkan atas kebutuhan secara individual.
b. Berikan kembali informasi yang berhubungan dengan proses trauma
dan pengaruh sesudahnya .
Rasional: Membantu dalam menciptakan harapan yang realistis dan
meningkatkan pemahaman pada keadaan saat ini dan kebutuhannya.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah proses keperawatan dengan melaksanakan
berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah
direncanakan, tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan
kesehatan dan pencegahan penyakit (Aziz Alimul, 2012)
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan
seberapa jauh keberhasilan yang di capai sebagai keluaran dari tindakan.
29

Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan


proses mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan/intervensi,
tindakan/implementasi dan evaluasi itu sendiri (Ali, 2010).
C. Terapi Bermain Puzzle
1. Pengertian
Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dansalah
satu alat paling penting untuk menatalaksanakan stress,karena
hospitalisasi menimbulkan krisis dalam kehidupaan anak, dan karena
situasi tersebut sering disertai stress berlebihan, maka anakanak perlu
bermain untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas yangmereka alami
sebagai alat koping dalam menghadapi stress. Bermain sangat penting
bagi mental, emosional dan kesejahteraan anak, seperti kebutuhan
perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak
sakit atau anak rawat dirumah sakit (Wong, 2010).
Bermain merupakan cara alamiah bagi seorang anak untuk
mengungkapkan konflik yang ada dalam dirinya yang pada awalnya anak
belum sadar bahwa dirinya sedang mengalami koflik. Melalui bermain
anak dapat mengekspresikan pikiran, perasaan,
fantasi serta daya kreasi dengan tetap mengembangkan kreatifitasnya
dan beradaptasi lebih efektif terhadap berbagai sumber stress (Riyadi dan
Sukarmin, 2010).
2. Satuan Acara Bermain (SAB)
a. Pokok Bahasan : Terapi bermain puzzle.
b. Sub Pokok Bahsan : Penerapan terapi bermain puzzle
terhadap tingkat kecemesan pada usia
prasekolah diare di RSUD Sayang
Cianjur.
c. Latar Belakang : Pasien anak umur 3-6 tahun, dirawat di
ruang samolo 3 RSUD Sayang Cianjur
30

dengan diagosa medis diare, pasien


menangis cemas karena pengaruh
hospitalisasi

1. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan terapi bermain selama 20 menit agar dapat mencapai
tugas perkembangan secara sesuai terhadap perkembangan walaupun kondisi
sakit.
b. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan terapi bermain selama 30 menit anak mampu :
a. Bersosialisasi dengan perawat baru
b. Menunjukan ekspresi nonverbal dengan tertawa, tersenyum dan saling
bercanda
2. KEGIATAN PROGRAM BERMAIN

1) Tempat : Ruang Samolo 3 RSUD Sayang Cianjur


2) Waktu : ± 20 menit
3) Jenis Program Bermain : berbincang serta memperlihatkan puzzle.
4) Karakteristik Peserta :
a) Anak usia 3-6 tahun
b) Anak yang dirawat di ruang Samolo 3 RSUD Sayang Cianjur.
c) Anak yang mengalami diare.
3. Analisis Tugas Perkembangan :
1) Aspek Kognitif
a) Anak dapat tersenyum ketika melihat puzzle yang menarik.
b) Mampu memfokuskan perhatian anak.
c) Mampu menurunkan tingkat kecemasan anak.
31

2)Aspek Afektif
Anak dapat berfokus pada puzzle dan menggemarinya.

4. Metode : memperlihatkan puzzle pada anak yang akan di pasang


infus.
5. Media : puzzle.
6. Langkah-langkah terapi bermain :
Tabel 2.1 SAB
No Jenis Kegiatan Waktu Anak
1. Pembukaan 5 menit Orang tua pasien
menjawab salam dan
a. Menyiapkan pasien dan ruangan
pasien memperhatikan
b. Menyiapkan alat/media
perawat
c. Salam pembuka
d. Memperkenalkan diri pada orang
tua dan pasien
2. Kegiatan inti bermain: 15 menit

a. Perawat menjelaskan cara bermain.  Mendengar


b. Menanyakaan pada anak , anak mau  Menjawab
bermain atau tidak. pertanyaan
c. Membagikan permainan.
d.perawat memotivasi anak  Menerima
e. observer mengobservasi anak permainan
f. menanyakan perasaan anak  Bermain
 Bermain
 Mengungkapkan
Perasaan

3. Penutup terapi bermain: 5 menit

a. Perawat menutup permainan .


32

b. Menanyakan perasaan anak.  Selesai bermain


c. Menyampaikan hasil  Mengukapkan
permainan. perasaan anak
d. Memberikan hadiah pada anak  Mendengarkan
yang cepat dalam menyusun  Senang
puzzle  Senang
e. Menanyakan perasaan anak
 Mengukapkan
f. Perawat menutup salam
perasaan
g. Mengucapkan salam
 Mendengarkan
 Menjawab
salam

1) Evaluasi :
Kriteria
a) Anak dapat mengembangkan mtorik halus dengan menyusun puzzle
kemudian berhasil
b) Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
c) Anak merasa senang
d) Anak tidak takut lagi perawat
e) Orang tua dapat mendampingi kegiatan anak sampai selesai
f) Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan teapi bermain.
D. Tumbuh Anak Usia Prasekolah (3-6 tahun)

Kualitas anak yang baik dapat dicapai dengan memastikan bahwa proses
tumbuh kembang anak juga baik. Pertumbuhan merujuk pada perubahan yang
bersifat kuantitatif, seperti tinggi badan, berat badan, dan lingkar kepala,
sedangkan perkembangan adalah perubahan dan peningkatan kemampuan
33

secara bertahap, seperti kemampuan motorik, sensori, bahasa, dan sosial


(Hockenberry & Wilson, 2012).

1. Ciri dan prinsip tumbuh kembang anak


Ciri-ciri tumbuh kembang anak (Aziz, 2005) :
a) Perkembangan menimbulkan perubahan
b) Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap
pertumbuhan disertai perubahan fungsi.
c) Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukann
perkembangan selanjutnya
d) Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum
ia melewati tahap sebelumnya.
e) Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda
f) Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang
berbeda-beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan
fungsi organ dan perkembangan pada masing-masing anak.
g) Perkembangan berkolerasi dengan pertumbuhan
h) Anak sehat, bertambah umur, bertambah berat dan tinggi badannya
serta bertambah kepandaiannya.
i) Perkembangan memiliki tahap yang berurutan. Tahap-tahap
perkembangan tidak bisa menjadi terbaik Perkembangan mempunyai
pola yang tetap.
1. Faktor-faktor yang mempengaruhinya kualitas tumbuh kembang
anakMasa lima tahun pertama merupakan masa terbentuknya dasar-
dasar kepribadian manusia, kemampuan pengindraan, berfikir,
keterampilan, berbahasa dan berbicara, bertingkah laku sosial dan lain-
lainnya. Ada 2 faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang optimal
seorang anak (Kemenkes RI, 2010), yaitu :
34

a. Faktor dalam (internal) yang berpengaruh pada tumbuh kembang


anak
1) Ras/etnik/bangsa
2) Keluarga 
3) Umur
4) Jenis kelamin
5) Genetik
6) Kelainan kromosom

b. Faktor luar (eksternal)


1) Faktor prenatal
Adalah faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang
janin, mulai dari konsepsi sampai lahir. Adapun faktor prenatal
antara lain gizi ibu saat hamil, mekanis, toksin/zat kimia,
endokrin, radiasi, infeksi, kelainan imunologi, anoreksia
embrio, psikologis ibu/stress.
2) Faktor persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala,
asfiksia, dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak.

3) Faktor pascasalin
a) Gizi
Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang
adekuat
b) Penyakit kronis/kelainan kongenital
Tuberkolusis, anemia, kelainan jantung bawaan
mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani
c) Lingkungan fisis dan kimia
35

Lingkungan sering disebut melieu adalah tempat anak


tersebut hidup yang berfungsi sebagai penyedia kebutuhan
dasar (provider). Sanitasi lingkungan yang kurang baik,
kurangnya sinar matahari, paparan sinar radioaktif, zat
kimia tertentu (pb, mercury, rokok, dan lain-lain)
mempunyai dampak yang negatif.
d) Psikologis
Hubungan anak dengan orang di sekitarnya. Sekitar anak
yang tidak dikehendaki oleh orangtuanya atau anak yang
selalu merasa tertekan akan mengalami hambatan di dalam
pertumbuhan dan perkembangannya.
e) Endokrin
Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipoiroid akan
menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan.
f) Sosio ekonomi
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan,
kesehatan lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan, akan
menghambat pertumbuhan anak.
g) Lingkungan pengasuhan
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu anak sangat
mempengaruhi tumbuh kembang anak.
h) Stimulasi
Perkembangan memerlukan rangsangan/stimulasi
khususnya dalam keluarga, misalnya penyediaan alat
mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota
keluaga lain terhadap kegiatan anak.
i) Obat-obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat
pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat
36

perangsang terhadap susunan saraf yang menyebabkan


terhambatnya produksi hormon pertumbuhan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian

Menurut Moleong (2014) desain penelitian adalah pedoman atau prosedur


serta teknik dalam perencanaan penelitian yang bertujuan untuk membangun
strategi yang berguna untuk menghasilkan model penelitian. Dalam penelitian
ini menggunakan Desain Penelitian Deskriptif kualitatif.

Desain penelitian yang di lakukan pada penelitian ini adalah deskriptif


kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang diamati. Penelitian
kualitatif juga merupakan suatu pendekatan induktif untuk penyusunan
pengetahuan yang menggunakan riset dan menekankan subjektifitas serta arti
pengalaman bagi individu (Brockopp, Marie T, 2008).
Metode studi kasus adalah sebuah metode penelitian yang secara kusus
menyelidiki fenomena kontemporer yang terdapat dalam konteks kehidupan
nyata, yang dilaksanakan ketika batasan-batasan antara fenomena dan
konteksnya belum jelas, dengan menggunakan berbagai sumber data. Dalam
kaitanya dengan waktu dan tempat, secara khusus (Yin, 2003, 2010).
Metode yang dipilih oleh peneliti untuk mengaplikasikan tindakan
aplikasi Bermain Teraupetik Puzzle Mempengaruhi Tingkat Kecemasan Pada
Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) Selama Pemberian Obat Intravena Pada
Anak Dengan Diare Di RSUD Sayang Kabupaten Cianjur .

B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian merupakan sumber data yang dimintai informasinya
sesuai dengan masalah penelitian, adapun yang dimaksud sumber data dalam
penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh. Tehnik yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah purposive sampling yakni suatu tehnik penetapan

36
37

sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang
dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga sampel
tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya
(Nursalam, 2016).
Subjek yang di teliti adalah pasien anak penderita diare di ruang
samolo 3 RSUD Sayang Kabupaten Cianjur dengan keriteria hasil sebagai
berikut, nyeri pada klien pada saat pemasangan intravena berkurang dan klien
tampak tenang.
Dalam penelitian ini subjek penelitian yang diambil adalah anak usia
pra sekolah (3-6 tahun) dengan kriteria:

1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah ciri-ciri yang harus dipenuhi setiap
masing-masing anggota populasi yang akan dijadikan sampel
penelitian (Notoatmodjo, 2010).
Kriteria Inklusi : anak usia prasekolah dengan diare tidak mengalami
cacat fisik dan cacat bawaan tidak ada penyakit penyerta, orang tua
dan pasien bersedia menjadi responden.
2. Kriteria Eklusi
Kriteria eklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak bisa
dijadikan sebagai sampel penlitian (Notoadmodjo, 2010).
Kriteria Eklusi: anak usia prasekolah dengan diare yang mengalami
cacat bawaan dan penyakit penyerta, orang tua dan pasien tidak
bersedia menjadi responden.

Pada anak baik laki-laki maupun perempuan, serta anak usia


prasekolah dengan diare yang mengalami nyeri pada saat setelah pelaksanaan
tindakan pemasangan infus.
38

C. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di ruang samolo 3 RSUD Sayang Kabupaten
Cianjur.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini di dilakukan di bed 4 Samolo 3 dari bulan Febuari sampai
bulan Mei 2020.
D. Setting Penelitian
Setting penelitian dapat dinyatakan sebagai situasi social penelitian
yang ingin diketahui apa yang terjadi di dalamnya. Pada objek penelitian ini,
peneliti dapat mengamati secara mendalam aktivitas (activity) orang-orang
(actors) yang ada pada tempat (place) tertentu (Sugiono, 2017).
E. Metode Pengumpulan Data
Menurut Hidayat (2017) metode pengumpulan data merupakan cara yang
dilakukan dalam pengumpulan data penelitian.
1. Metode wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara
mewawancarai langsung responden yang diteliti, metode ini memberikan
hasil secara langsung. Metode ini dapat dilakukan apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari respon dengan secara mendalam serta jumlah
respon dengan sedikit. Dalam metode wawancara ini dapat digunakan
instrumen berupa pedoman wawancara kemudian daftar periksa atau
checklist (Alimul, 2009)
dalam metode ini peneliti melakuan anamnesis dengan fokus
pertanyaan:
a. Pengkajian identitas klien
b. Keuluhan utama
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Riwayat penyakit dahulu, dll
39

2. Observasi
Observasi merupakan suatu proses melihat, mengamati dan
mencermati serta “merekam” perilaku secara sistematis untuk memberikan
suatu kesimpulan atau diagnosis (Herdiansyah, 2010).
Peneliti mengobservasi pasien dengan cara melakukan pemeriksaan
fisik antara lain dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi serta
dengan menggunakan alat pemeriksaan fisik. Peneliti akan melakukan
pemeriksaan fisik head to toe.
3. Dokumentasi
Dokumenasi merupakan metode pengumpulan data dengan cara
mengambil data yang berasal dari dokumen asli. Dokumen asli tersebut
dapat berupa gambar, table atau daftar periksa, dan film documenter
(Alimul, 2009).
Peneliti melakukan dokumentasi asuhan keperawatan, menggunakan
referensi dari buku status pasien.
4. Studi Pustaka
Tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan mempelajari buku-
buku referensi, laporan-laporan, majalah-majalah, jurnal-jurnal dan media
lainnya yang berkaitan dengan objek penelitian. Metode penulisan yang
digunakan dalam karya tulis ilmiah ini adalah studi pustaka, yakni
pencarian sumber dan opini pakar tentang suatu hal yang berkaitan dengan
tujuan penelitian (Djiwando, 2015).
Peneliti akan mengunakan teori-teori para ahli, buku-buku tentang
asuhan keperawatan diare dan jurnal-jurnal.
5. Test
Test umumnya bersifat mengukur, walaupun beberapa bentuk tes
psikologis terutama tes keperibadian banyak yang bersifat deskriptif,
tetapi deskripsinya mengarah kepada karakteristik atau kualifikasi tertentu
sehingga mirip dengan interpretasi dari hasil pengukur. Tes yang
40

digunakan dalam pendidikan bisa di bedakan antara tes hasil belajar


(achievement test) dan tes psikologi (psychological test) (Alimul, 2009).

Pengukuran skala nyeri untuk anak usia pra sekolah dan sekolah,
pengukuran skala nyeri menggunakan Face Pain Rating Scaleyaitu terdiri dari
6 wajah kartun mulai dari wajah yang tersenyum untuk “tidak ada nyeri”
hingga wajah yang menangis untuk “nyeri berat”.
digambarkan intensitas nyerinya.

F. Metode Uji Keabsahan Data


Dalam penelitian ilmiah, khususnya berkaitan dengan alat ukur,
reliabilitas dan validitas menjadi hal mutlak yang harus dicapai. Terutama
dalam penelitian kuantitatif, konsep reliabilitas dan validitas merupakan syarat
utama yang menentukan hasil penelitian. Sebaik apapun hasil yang diperoleh
atau betapapun spektakulernya temuan peneltian, tetapi jika realibilitas dan
validasinya rendah, hasil tersebut seakan tidak ada harganya dan masih
menyimpan banyak keraguan (Herdiansyah, 2014).
Istilah trianggulassi sudah sering kita dengar baik dalam penelitian
kuantitatif maupun penelitian kualitatif. Terlebih dalam penelitian kualitatif,
konsep trianggulasi terkadang mutlak digunakan walaupun mungkin kita tidak
sadar jika kita menggunakannya. Secara definisi, tianggulasi adalah
penggunaan dua atau lebih sumber untuk mendapatkan gambaran yang
menyeluruh tentang suatu fenomena yang diteliti. Intinya adalah penggunaan
lebih dari satu “sumber”, di mana jika dijabarkan lebih dalam, “sumber” yang
41

dimaksud dapat berarti banyak hal, seperti perspektif, metodologi, tehnik


pengumpulan data dan lainsebagainya (Herdiansyah, 2014).
1. Triangulasi metode
Dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau data dengan
cara yang berbeda. Dalam penelitian kualitatif peneliti menggunakan
metode wawancara, observasi, dan survey.
Penelitian ini dilakukan melalui triangulasi data dengan
menggunakan data sekunder yang bersumber dari laporan kasus praktik
klinik keperawatan (PKK) Anak pada tahun 2019 sebagai sumber
informasi , sumber dokumentasi dan lainnya
2. Triangulasi sumber data
Triangulasi sumber untuk mengkaji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber
.
Dalam metode ini peneliti ini peneliti akan melakukan wawancara
dan observasi, peneliti bisa menggunakan observasi terlibat , catatan
resmi , catatan atau tulisan pribadi.
3. Triangulasi teknik
Triangulasi yang mengarahkan peneliti untuk mengumpulkan data
dari beragam sumber yang tersedia (Nugrahani , 2014).
Penelitian ini dilakukan melalui triangulasi data dengan
menggunakan data sekunder yang bersumber dari laporan kasus praktik
klinik keperawatan (PKK) Anak pada tahun 2019.
G. Metode Analisa Data
Metode analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain. Format PICOT adalah suatu pendekatan
yang sangat membantu dalam meringkas pertanyaan penelitian yang
42

mengungkap efek dari terapi (Riva, Keshena, Stephen, Andrea & Jason,
2012).

H. Analisa PICOT

P : pasien dan problem (seperti apa karakteristik pasien atau hal – hal yang
relevan). Pada penelitian ini pasien yang akan diteliti adalah pasien anak usia
pra sekolah (3-6 tahun) Dengan Diare.
I : Intervensi (berisikan hal yang berhubungan dengan intervensi yang akan
diberikan kepada pasien). Intervensi yang akan dilakukan oleh peneliti adalah
aplikasi distraksi Bermain Puzzle.
C : Comparasion (Pembanding atau hal yang dapat menjadi alternative
intervensi yang digunakan atau pembanding tindakan lain atau korelasi
hubungan dari intervensi). Pada penelitian ini akan dilakukan selama kurang
lebih 5 menit, sekali sebelum dan selama dilakukan tindakan infus.
O : Outcame ( hasil atau penerapan yang kita inginkan dari intervensi yang
diberikan ). Pada penelitian ini diharapkan setelah tindakan bermain puzzle
tingkat kecemasan menurun pada saat di lakukan tindakan intravena.
T : Timing ( waktu ) / teori, waktu kegiatan yang dilakukan selama 3 hari dan
teori apa yang digunakan. Berdasarkan teori dari jurnal Bermain puzzle
menurunkan tingkat nyeri saat pemasangan intravena pada anak usia
prasekolah, pemberian aplikasi bermain puzzle ini di lakukan kurang lebih 10
menit sebelum di lakukan tindakan pemasangan infus (Yusuf M, Lisbet O,
Budi S, 2018).
I. Etik Penelitian
Kode etik penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk
setiap kegiatan peneliti yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang
diteliti (subjek penelitian) dan masyarakat yang akan memperoleh dampak
43

hasil penelitian tersebut. Etik penelitian ini mencakup juga perilaku peneliti
atau perlakuan peneliti tersebut. Peneliti adalah seseorang yang karena
pendidikan dan kewenangan memiliki kemampuan untuk melakukan
investigasi ilmiah dalam suatu bidang keilmuan tertentu, dan atau kailmuan
yang bersifat lintas disiplin. Sedangkan subjek yang di teliti adalah orang
yang menjadi sumber informasi, baik masyarakat awam atau professional
berbagai bidang, utamanya professional bidang kesehatan (Natoatmojo,
2010).
Pada penelitian ini dicantumkan etika yang menjadi dasar penyusunan
studi kasus yang terdiri dari:
1. Informed consent (persetujuan)
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan
memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan
informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan
penelitian Aplikasi bermain puzzle menurunkan tingkat nyeri saat
pemasangan intravena pada anak penderita diare di RSUD Sayang
Cianjur, mengetahui dampaknya. Jika responden tidak bersedia, maka
peneliti harus menghormati hak pasien. Beberapa informasi yang harus
ada dalam informed consent tersebut antara lain: partisipasi pasien, tujuan
dilakukan tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur
pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan,
informasi yang mudah dihubungi, dan lain-lain.
1. Anonimity (tanpa nama)
Masalah etika keperawatan merupakan maslah yang memberikan
jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak
memberikan atau tidak mencantumkan nama responden pada lembar alat
44

ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau
hasil penelitian yang akan di sajikan (Hidayat, 2011).
Peneliti akan melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan
dengan etika anonymity yaitu menginisialkan nama pasien pada kedua
kasus yang dijadikan bahan penelitian. Masalah etika keperawatan yang
memberikan jaminan dalam menggunakan subjek penelitian dengan cara
tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat
ukur dan hanya menuliskan kode atau inisial nama pada lembar
pengumpulan data atau hasil penelitian yang disajikan.
1. Confidentiality (kerahasiaan)
Masalah ini merupakan maslah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah
lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya
oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada
hasil riset (Hidayat, 2011). peneliti akan menjaga kerahasiaan klien
dengan cara menjaga privasi klien dan tidak membicarakan kondisi klien
kepada orang lain.
2. Benefisience (manfaat)
Menurut Hamid ( 2008 ) Benefisience adalah prinsip untuk memberi
manfaat kepada orang lain, bukan untuk membahayakan orang lain, dan
berarti perawat yang bertanggung jawab atau berkewajiban melindungi.
Peneliti akan sebaik mungkin memberikan manfaat terhadap bermain
puzzle diberikan kepada klien.

dimensi dalam etik yaitu :

a. Bebas dari bahaya


Peneliti harus berusaha melindungi subjek yang diteliti
terhindar dari bahaya atau ketidaknyamanan fisik dan mental.
45

Dalam penelitian ini peneliti melakukan tindakan dengan


memperhatikan manfaat kegiatan supaya dapat terhindar dari
bahaya.
b. Bebas dari ekspolitasi
Keterlibatan peserta dalam penelitian tidak seharusnya
merugikan mereka atau memaparkan mereka pada situasi yang
mereka tidak disiapkan. Subjek penelitian perlu diyakinkan bahwa
partisipan mereka, atau informasi yang mereka berikan kepada
peneliti tidak akan digunakan untuk melawan atau merugikan
mereka.
Dalam penelitian ini peneliti meyakinkan responden bahwa
penelitian yang dilakukan tidak akan disalahgunakan.

c. Keseimbangan antara resiko dan manfaat

Peneliti dan penilai harus menelaah keseimbangan antara


manfaat dn resiko dalam penelitian. Untuk menentukan
keseimbangan resiko dan manfaat, peneliti perlu memprediksi hasil
studi, mengkaji resiko dan manfaat yang nyata maupun potensial
berdasarkan hasil dan memaksimalkan manfaat dan meminimalkan
resiko.

3. Malifience (Tidak Merugikan)


Malifience adalah suatu prinsip tidak melakukan perbuatan
yang memperburuk klien dan memilih pengobatan yang paling
kecil resikonya bagi klien sendiri. Peneliti menghindari hal-hal
yang akan membuat klien tidak nyaman prinsip family centered
care sebagai filosofi dalam memberikan pelayanan keperawatan di
rumah sakit. Atraumatic care dan petunjuk antisipasi (anticipatory
guidance).
46
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Pengkajian
Kasus An. S
Klien bernama An. S lahir di Bogor pada tanggal 11 Desember 2015,
berumur 5 Tahun, berjenis kelamin laki-laki, beragama Islam berasal dari
suku bangsa Sunda, Status belum menikah, pendidikan terakhir klien
belum sekolah, peneliti mendapatkan informasi langsung dari orangtua
klien, keluarga yang dapat dihubungi adalah ibu klien yang bernama Ny
N. diagnosa klien adalah Diare, klien tinggal di Cipanas Kp. Loji
Kabupaten Cianjur. Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 18 Juni
2019 pada pukul 14:00 WIB di Ruang Samolo 3 RSUD Sayang
Kabupaten Cianjur, keluarga mengatakan An. S mengeluh mencret,
dengan frekuensi BAB kurang lebih 3 kali dalam sehari disertai lemas, ibu
klien juga mentakan anaknya sering menangis karena sakit perut, sering
rewel, dan gelisah (sakit perut), Ibu klien juga mengatakan anaknya mual
muntah. Turgor kulit lebih dari dua detik, kulit kusam, mukosa bibir
kering, mulut klien terlihat kotor.
Pada riwayat penyakit sebelumnya keluarga mengatakan An. S tidak
memiliki riwayat penyakit yang sama, An. S sebelumnya tidak pernah di
rawat, An. S datang ke IGD Rumah Sakit Sayang Cianjur dikarenakan
mencret, disertai sakit perut. Ketika datang ke IGD Rumah Sakit klien di
perintah untuk dilakukan rawat inap. Keluarga mengatakan An. S tidak
memiliki alergi terhadap obat maupun makanan, keluarga juga
mengatakan di keluarganya tidak ada yang memiliki penyakit seperti An.
S, dan klien tidak memiliki penyakit menular.

46
47

Pada riwayat imunisasi An. S sudah menerima imunisasi BCG


sebanyak 1 kali, DPT 2 kali, Polio 2 kali, TFT 1 kali, DT 1 kali dan
campak 1 kali.

Riwayat psikososial, dalam berkomunikasi An. S mampu


berkomunikasi dengan jelas. Hubungan klien dengan anggota keluarga
yang lain baik, dimana orangtua klien bergantian menjaga klien dan
membantu kebutuhannya. Klien juga mendapat dukungan dari saudara
dan kerabat dari orangtua klien. Riwayat spiritual keluarga An. S selalu
mendoakan anaknya agar lekas sembuh sesuai dengan kepercayaannya.
Pola kebiasaan sehari-hari klien tidak memiliki masalah.
Orang tua partisipan mengatakan infus ditarik oleh anaknya
sehingga terlepas, rencana akan dipasang infus lagi, tetapi anaknya
menangis karena dipasang infus sakit. Pemeriksaan fisik di dapatkan
keadaan umum lemah, kesadaran klien Compos mentis GCS 15 (E= 4,V=
5, M=6) dengan tanda-tanda vital yang mencakup, Nadi 110x/ menit,
Respirasi 30x/ menit, dan Suhu 35,9oC. Pemeriksaan Head To Toe, klien
hanya memiliki masalah pada saluran pencernaan, mukosa bibir kering
mata cekung, turgor kulit kembali kurang dari dua detik.
1. Analisa Data
Kasus An. S
a. Analisis data pertama yang diambil adalah nyeri berhubungan dengan
tindakan invasive berdasarkan data subjektif yang menyatakan bahwa
klien mengalami nyeri. Orang tua partisipan mengatakan infus ditarik
oleh anaknya sehingga terlepas, rencana akan dipasang infus lagi,
tetapi anaknya menangis karena dipasang infus sakit.
b. Gangguan eliminasi BAB: Diare berhubungan dengan proses infeksi,
inflamasi diusus. Berdasarkan data yang ditemukan bahwa An. S
mengalami BAB lebih dari 3x/hari
48

c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan


dan elektrolit berhubungan dengan diare, infeksi malaborsi, makanan,
psikologi berdasarkan data subjektif keluarga mengatakan An.S
mencret terus menerus selama 7 hari dengan frekuensi BAB 3 kali
dalam sehari. Dan data objektif klien tampak lemas.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan intake berdasarkan data subjektif ibu klien
mengatakan An. S tidak nafsu makan, dan data objektif terdapat klien
nampak lemas.
e. Kerusasakan integritas kulit perianal berhubungan dengan eksresi/
frekuensi BAB meningkat berdasarkan data subjektif ibu klien
mengatakan An. S dirumah selalu menggunakan pempers, dan data
objektif terdapat anus terlihat kemerah-merahan.
2. Diagnosa Keperawatan
Kasus An. S
Diagnosa yang diperoleh dari kasus An. S adalah :
a. Nyeri berhubungan dengan tindakan invasif
b. Gangguan eliminasi BAB: Diare berhubungan dengan proses infeksi,
inflamasi diusus.
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan dan
elektrolit.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan intake makanan.
e. Kerusasakan integritas kulit perianal berhubungan dengan eksresi/
frekuensi BAB meningkat.
3. Intervensi
Kasus An. S
a. Berdasarkan diagnosa keperawatan yang pertama yaitu nyeri
berhubungan dengan tindakan invasive, peneliti membuat perencanaan
49

asuhan keperawatan pengobatan pada saluran pencernaan, berikan


tindakan aplikasi Terapeutik Puzzle, Lakukan pengkajian nyeri
kompherehensif yang meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus.
Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai ketidaknyamanan
terutama pada meraka yang tidak dapat berkomunikasi secara efektif.
Gunakan strategi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri dan
sampaikan penerimaan pasien terhadap nyeri. Kendalikan faktor
lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap
ketidaknyamanan (misalnya; suhu ruangan, pencahayaan, suara bising)
dan Ajarkan teknik non farmakologi.
b. Berdasarkan diagnosa keperawatan yang kedua yaitu Gangguan
eliminasi BAB: Diare berhubungan dengan proses infeksi, inflamasi
diusus peneliti membuat perencanaan asuhan keperawatan dengan
Manajemen diare, Monitor elektrolit, Manajemen elektrolit/cairan,
Manajemen nutrisi dan Bantuan perawatan diri: eliminasi.
c. Berdasarkan diagnosa keperawatan yang kedua yaitu Kekurangan
volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit
peneliti membuat perencanaan asuhan keperawatan Manajemen Nyeri,
Manajemen elektrolit, Manajemen elektrolit/cairan dan Monitot tanda-
tanda vital.
d. Berdasarkan diagnosis yang keempat yaitu Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake
makanan. peneliti merencanakan asuhan keperawatan yaitu dengan
manajemen nutrisi. Kaji adanya alergi makanan, kolaborasi dengan
ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
pasien. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori. Berikan
informasi tentang kebutuhan nutrisi. Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan.
50

e. Berdasarkan diagnose keperawatan yang kelima yaitu Kerusasakan


integritas kulit perianal berhubungan dengan eksresi/ frekuensi BAB
meningkat peneliti merencanakan asuhan keperawatan yaitu Jaga
kebersihan kulit agar tetap kering dan bersih, Monitor kulit adanya
kemerahan, Mandikan pasien dengan sabun dan air hangat, Anjurkan
pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar dan Hindari kerutan
pada tempat tidur
4. Implementasi
Berdasarkan masalah keperawatan tersebut, peneliti melakukan
implementasi sesuai dengan tujuan, kriteria hasil dan intervensi yang telah
dibuat.
Kasus An. S
a. Hari pertama
a) Diagnosa nyeri berhubungan dengan tindakan invasive.
Implementasi dilakukan pada tanggal 18 juni 2019 pukul 14.00
WIB. Peneliti melakukan tindakan asuhan keperawatan
mengobservasi TTV, TTV : (N 110x/ menit S 35,9 C R 30x/
menit). Melakukan tindakan invasive berupa pemasangan infus
kembali. Melakukan pengkajian nyeri kompherehensif yang
meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus. Mengobservasi
adanya petunjuk nonverbal mengenai ketidaknyamanan terutama
pada meraka yang tidak dapat berkomunikasi secara efektif.
Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon
pasien terhadap ketidaknyamanan (misalnya; suhu ruangan,
pencahayaan, suara bising). Mengajarkan teknik non farmakologi
dengan memberikan terapi musik selama 10 menit, pengukuran di
lakukan menggunakan metode FLACC dengan hasil pengukuran
51

sebelum tindakan adalah 7 (nyeri berat) dan setelah di berikan


tindakan didapatkan hasil pengukuran adalah 5 (nyeri sedang).
b) Gangguan eliminasi BAB: Diare berhubungan dengan proses
infeksi, inflamasi diusus. Implementasi dilakukan pada tanggal 18
juni 2019 pukul 14.30 WIB. Peneliti melakukan tindakana asuhan
keperawatan Menajemen elektrolit/cairan, memanajemen nutrisi,
dan memberikan bantuan perawatan diri: eliminasi
c) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
dan elektrolit. Implementasi dilakukan pada tanggal 18 juni 2019
pukul 15.10 WIB. Peneliti melakukan tindakan asuhan
keperawatan mengobservasi apakah klien malakukan personal
hygiene (gosok gigi, mandi dan gunti kuku). Memberikan
ASI/minum dengan sesuai.
d) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan penurunan intake makanan. Implementasi
dilakukan pada tanggal 18 juni 2019 pukul 15.25 WIB. Peneliti
melakukan tindakan asuhan keperawatan dengan mengobservasi
BB (dari 7,1 Kg menurun menjadi 6,8 Kg). memberikan posisi
nyaman (fowler/semi fowler). Memberikan terapi NaCl.
e) Kerusasakan integritas kulit perianal berhubungan dengan eksresi/
frekuensi BAB meningkat. Implementasi dilakukan pada tanggal
18 juni 2019 pukul 16.00 WIB. Peneliti memberikan tindakan
asuhan keperawatan dengan melakukan pemberian salep pada area
kemerahan dan memberikan obat anti nyeri sesuai dengan resep
dokter.
b. Hari kedua
a) Nyeri berhubungan dengan tindakan invasive. Impelemntasi
dilakukan pada tanggal 19 juni 2019 pukul 14.00 WIB. Peneliti
melakukan asuhan keperawatan dengan Evaluasi pengalaman nyeri
52

di masa lalu yang meliputi riwayat nyeri kronik individu dan


keluarga atau nyeri yang menyebabkan disability/ ketidakmampuan/
kecatatan, dengan tepat. Ditemukan tingkat penurunan nyeri
menjadi 3 (nyeri ringan).
b) Gangguan eliminasi BAB: Diare berhubungan dengan proses
infeksi, inflamasi diusus. Implementasi dilakukan pada tanggal 19
juni 2019 pukul 14.30 WIB. Peneliti melakukan tindakana asuhan
keperawatan Menajemen elektrolit/cairan, memanajemen nutrisi,
dan memberikan bantuan perawatan diri: eliminasi
c) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
dan elektrolit. Implementasi dilakukan pada tanggal 19 juni 2019
pukul 15.10 WIB. Peneliti melakukan tindakan asuhan
keperawatan mengobservasi apakah klien malakukan personal
hygiene (gosok gigi, mandi dan gunti kuku). Memberikan
ASI/minum dengan sesuai.
d) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan penurunan intake makanan. Implementasi
dilakukan pada tanggal 19 juni 2019 pukul 15.25 WIB. Peneliti
melakukan tindakan asuhan keperawatan dengan mengobservasi
BB (dari 7,1 Kg menurun menjadi 6,8 Kg). memberikan posisi
nyaman (fowler/semi fowler). Memberikan terapi NaCl.
e) Kerusasakan integritas kulit perianal berhubungan dengan eksresi/
frekuensi BAB meningkat. Implementasi dilakukan pada tanggal
19 juni 2019 pukul 16.00 WIB. Peneliti memberikan tindakan
asuhan keperawatan dengan melakukan pemberian salep pada area
kemerahan dan memberikan obat anti nyeri sesuai dengan resep
dokter.
c. Hari ketiga
53

a) Nyeri berhubungan dengan tindakan invasive. Impelemntasi


dilakukan pada tanggal 20 juni 2019 pukul 14.00 WIB. Peneliti
melakukan asuhan keperawatan dengan Evaluasi pengalaman nyeri
di masa lalu yang meliputi riwayat nyeri kronik individu dan
keluarga atau nyeri yang menyebabkan disability/ ketidakmampuan/
kecatatan, dengan tepat. Ditemukan tingkat penurunan nyeri menjadi
0 (tidak nyeri).
b) Gangguan eliminasi BAB: Diare berhubungan dengan proses infeksi,
inflamasi diusus. Implementasi dilakukan pada tanggal 20 juni 2019
pukul 14.30 WIB. Peneliti melakukan tindakana asuhan keperawatan
Menajemen elektrolit/cairan, memanajemen nutrisi, dan memberikan
bantuan perawatan diri: eliminasi.
c) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
dan elektrolit. Implementasi dilakukan pada tanggal 20 juni 2019
pukul 15.10 WIB. Peneliti melakukan tindakan asuhan keperawatan
mengobservasi apakah klien malakukan personal hygiene (gosok
gigi, mandi dan gunti kuku). Memberikan ASI/minum dengan sesuai.
d) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan penurunan intake makanan. Implementasi
dilakukan pada tanggal 20 juni 2019 pukul 15.25 WIB. Peneliti
melakukan tindakan asuhan keperawatan dengan memberikan posisi
nyaman (fowler/semi fowler). Memberikan terapi NaCl.
e) Kerusasakan integritas kulit perianal berhubungan dengan eksresi/
frekuensi BAB meningkat. Implementasi dilakukan pada tanggal 20
juni 2019 pukul 16.00 WIB. Peneliti memberikan tindakan asuhan
keperawatan dengan melakukan pemberian salep pada area
kemerahan dan memberikan obat anti nyeri sesuai dengan resep
dokter.
54

5. Evaluasi
Kasus An. S
a. Hari pertama
a) Nyeri berhubungan dnegan tindakan invasive
Pada tanggal 18 Juni 2019, evaluasi pada diagnosa pertama yang
didapatkan adalah data subjektifnya ibu An. S mengatakan An. S
sudah terpasang infus dan anak masih menangis karena nyeri. Data
obyektifnya k/u composmentis S : 36,3 c R : 35x/ menit N : 100x/
menit. Analisa masalah belum teratasi (Tingkat Nyeri sebelum
tindakan 7 atau nyeri berat dan setelah tindakan nyeri 5 atau nyeri
sedang), dengan planning intervensi dilanjutkan.
b) Gangguan eliminasi BAB: Diare berhubungan dengan proses
infeksi, inflamasi diusus.
Pada tanggal 18 juni 2019, evaluasi diagnosa kedua yang
didapatkan adalah data subjektifnya ibu An. S mengatakan An. S
mencret 3x/ hari, cair (+), dan anak masih lemas dan data
objektifnya k/u composmentis S : 36,3 c R : 35x/ menit N : 100x/
menit. Analisa masalah belum teratasi (mencret 3x/ hari) dengan
Planning intervensi dilanjutkan.
c) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
dan elektrolit.
Pada tanggal 18 juni 2019, evaluasi diagnosa kedua yang
didapatkan adalah data subjektifnya ibu An. S mengatakan An. S
mencret 3x/hari, cair (+), terpasang infus dan data objektif k/u
objektifnya k/u composmentis S : 36,3 c R : 35x/ menit N : 100x/
menit. Analisa masalah belum teratasi (mencret 3x/ hari) dengan
Planning intervensi dilanjutkan.
d) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan penurunan intake makanan.
55

Pada tanggal 18 juni 2019, evaluasi diagnose pertama yang


didapatkan adalah data subjektifnya ibu An. S mengatakan An. S
masi lemas dan data objektifnya k/u composmentis S : 36,3 c R :
35x/ menit N : 100x/ menit. Analisa masalah belum teratasi
(lemas), dengan planning intervensi dilanjutkan.
e) Kerusasakan integritas kulit perianal berhubungan dengan eksresi/
frekuensi BAB meningkat.
Pada tanggal 18 juni 2019, evaluasi diagnosa kelima yang
didapatkan adalah ibu An. S mengatakan An. S mengalami iritasi
kulit dan tampak kemerahan dengan data objektif k/u
composmentis S : 36,3 c R : 35x/ menit N : 100x/ menit. Analisa
masalah belum teratasi (kemerahan), dengan planning intervensi
dilanjutkan
b. Hari kedua
a) Nyeri berhubungan dnegan tindakan invasive
Pada tanggal 19 Juni 2019, evaluasi pada diagnosa pertama yang
didapatkan adalah data subjektifnya ibu An. S mengatakan An. S
Mencret 3x/ hari, cair (+), terpasang infus dan anak mterkadang
mengeluh nyeri. Data obyektifnya k/u composmentis S : 36,3 c R :
35x/ menit N : 100x/ menit. Analisa masalah belum teratasi
(Tingkat Nyeri 3 atau nyeri ringan), dengan planning intervensi
dilanjutkan.
b) Gangguan eliminasi BAB: Diare berhubungan dengan proses
infeksi, inflamasi diusus.
Pada tanggal 19 juni 2019, evaluasi diagnosa kedua yang
didapatkan adalah data subjektifnya ibu An. S mengatakan An. S
mencret 3x/ hari, cair (+), dan anak masih lemas dan data
objektifnya k/u composmentis S : 36,3 c R : 35x/ menit N : 100x/
56

menit. Analisa masalah belum teratasi (mencret 3x/ hari) dengan


Planning intervensi dilanjutkan.
c) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
dan elektrolit.
Pada tanggal 19 juni 2019, evaluasi diagnosa kedua yang
didapatkan adalah data subjektifnya ibu An. S mengatakan An. S
mencret 3x/hari, cair (+), terpasang infus dan data objektif k/u
objektifnya k/u composmentis S : 36,3 c R : 35x/ menit N : 100x/
menit. Analisa masalah belum teratasi (mencret 3x/ hari) dengan
Planning intervensi dilanjutkan.
d) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan penurunan intake makanan.
Pada tanggal 19 juni 2019, evaluasi diagnose pertama yang
didapatkan adalah data subjektifnya ibu An. S mengatakan An. S
masi lemas dan data objektifnya k/u composmentis S : 36,3 c R :
35x/ menit N : 100x/ menit. Analisa masalah belum teratasi
(lemas), dengan planning intervensi dilanjutkan.
e) Kerusasakan integritas kulit perianal berhubungan dengan eksresi/
frekuensi BAB meningkat.
Pada tanggal 19 juni 2019, evaluasi diagnosa kelima yang
didapatkan adalah ibu An. M mengatakan iritasi kulit berkurang
dengan data objektif k/u composmentis S : 36,3 c R : 35x/ menit N
: 100x/ menit. Analisa masalah belum teratasi sebagian (iritasi
berukurang), dengan planning intervensi dilanjutkan
57

c. Hari ketiga
a) Nyeri berhubungan dnegan tindakan invasive
Pada tanggal 20 Juni 2019, evaluasi pada diagnosa pertama yang
didapatkan adalah data subjektifnya ibu An. S mengatakan An. S
Mencret 3x/ hari, cair (+), terpasang infus. Data obyektifnya k/u
composmentis S : 36,3 c R : 35x/ menit N : 100x/ menit. Analisa
masalah teratasi (Tingkat Nyeri 0 atau tidak nyeri), dengan
planning intervensi dihentikan.
b) Gangguan eliminasi BAB: Diare berhubungan dengan proses
infeksi, inflamasi diusus.
Pada tanggal 18 juni 2019, evaluasi diagnosa kedua yang
didapatkan adalah data subjektifnya ibu An. S mengatakan An. S
mencret berkurang, dengan konsistensi normal dan anak tidak
lemas dan data objektifnya k/u composmentis S : 36,3 c R : 35x/
menit N : 100x/ menit. Analisa masalah teratasi (tidak mencret)
dengan Planning intervensi dihentikan.
c) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
dan elektrolit.
Pada tanggal 19 juni 2019, evaluasi diagnosa ketiga yang
didapatkan adalah data subjektifnya ibu An. S mengatakan An. S
mencret 3x/hari, cair (+), terpasang infus dan data objektif k/u
objektifnya k/u composmentis S : 36,3 c R : 35x/ menit N : 100x/
menit. Analisa masalah teratasi (tidak mencret) dengan Planning
intervensi dihentikan.
d) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan penurunan intake makanan.
Pada tanggal 20 juni 2019, evaluasi diagnosa keempat yang
didapatkan adalah data subjektifnya ibu An. S mengatakan An. S
sudah tidak lemas dan data objektifnya k/u composmentis S : 36,3
58

c R : 35x/ menit N : 100x/ menit. Analisa masalah teratasi (lemas),


dengan planning intervensi dihentikan.
e) Kerusasakan integritas kulit perianal berhubungan dengan eksresi/
frekuensi BAB meningkat.
Pada tanggal 20 juni 2019, evaluasi diagnosa kelima yang
didapatkan adalah ibu An. S mengatakan An. S sudah tidak
mengalami iritasi kulit dan tidak tampak kemerahan dengan data
objektif k/u composmentis S : 36,3 c R : 35x/ menit N : 100x/
menit. Analisa masalah teratasi (iritasi hilang), dengan planning
intervensi dihentikan.

6. Aplikasi terapi puzzle


Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dansalah
satu alat paling penting untuk menatalaksanakan stress,karena
hospitalisasi menimbulkan krisis dalam kehidupaan anak, dan karena
situasi tersebut sering disertai stress berlebihan, maka anakanak perlu
bermain untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas yangmereka alami
sebagai alat koping dalam menghadapi stress. Bermain sangat penting
bagi mental, emosional dan kesejahteraan anak, seperti kebutuhan
perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak
sakit atau anak rawat dirumah sakit (Wong, 2010).
Bermain merupakan cara alamiah bagi seorang anak untuk
mengungkapkan konflik yang ada dalam dirinya yang pada awalnya anak
belum sadar bahwa dirinya sedang mengalami koflik. Melalui bermain
anak dapat mengekspresikan pikiran, perasaan, fantasi serta daya kreasi
dengan tetap mengembangkan kreatifitasnya dan beradaptasi lebih efektif
terhadap berbagai sumber stress (Riyadi dan Sukarmin, 2010).
59

B. Pembahasan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah pertama dalam proses keperawatan. Proses
ini meliputi pengumpulan data secara sistematis, verifikasi data, organisasi
data, interpretasi data, pendokumentasian data (Debora, 2012). Pengkajian
merupakan proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber
untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien dalam
merumuskan suatu diagnosis keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai respons individu (Nursalam, 2013).
Berdasarkan hasil pengkajian secara wawancara dan observasi,
peneliti menemukan masalah yang dikeluhkan klien pada kasus ini
menjadi prioritas diagnosis keperawatan yang diangkat yaitu Nyeri
berhubungan dengan tindakan invasive. Hal ini berdasarkan kasus diatas,
data subjektif keluarga mengatakan An. S mengalami mencret lebih dari
3X/hari, sering menangis karena sakit perut, sering rewel, dan gelisah dan
data obyektif yang di dapat adalah klien tampak lemas, nangis, rewel,
gelisah, mukosa bibir kering, turgor kulit lebih dari dua detik. Pada
pemeriksaan riwayat penyakit sebelumnya untuk kasus ini keluarga
mengatakan An. S tidak memiliki riwayat penyakit yang sama, An. S
sebelumnya tidak pernah di rawat inap.
Berdasarkan data yang diperoleh BAB 3x/ hari, cair, sakit perut,
rewel, mukosa bibir kering dan turgor kulit lebih dari dua detik hal ini
sejalan dengan Nurarif dan Kusuma, 2015. Bahwa tanda dan gejala diare
diantaranya adalah BAB lebih dari 3x/ hari, cair, sakit perut, rewel,
mukosa bibir kering dan turgor kulit lebih dari dua detik.
60

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah terminologi yang digunakan oleh
perawat profesional untuk menjelaskan masalah kesehatan, tingkat
kesehatan, respons klien terhadap penyakit, atau kondisi klien
(aktual/potensial) sebagai akibat dari penyakit yang diderita (Debora, 2013).
Diagnosa yang muncul menurut Nuarif & Kusuma (2015), yaitu:
Gangguan eliminasi BAB : diare berhubungan dengan proses infeksi,
inflamasi di usus. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan cairan dan elektrolit. Kekurangan integritas kulit berhubungan
dengan ekresi/ frekuensi BAB meningkat. Ketidak seimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan intake makanan,
Ansietas berhubungan dengan perubahan status psikolohi hospitalisasi.
Pada Kasus ini diagnosa yang diangkat adalah Nyeri berhubungan dengan
tindakana invasive. Pada kasus ini digunakan alat ukur FLACC (Face, Legs,
Activity, Cry dan Consolability).
Tidak terdapat kesenjangan antara kasus ini dengan teori, yaitu
terdapat 4 diagnosa yang terdapat dalam kasus diantaranya yaitu :
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diare, nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan kemampuan usus
mengabsorbsi makanan, resiko integritas kulit berhubungan dengan terlalu
lama pemakaian pempers.
Pada Kasus ini diagnosa yang diangkat adalah Nyeri berhubungan dengan
tindakan invasive.
61

3. Intervensi Keperawatan
Dalam intervensi keperawatan ini tidak ada kesenjangan, karena kasus
ini sesuai dengan teori menurut (Doengoes, 2001). Pada kasus ini, menurut
teori intervensi yang dilakukan pada kasus ini diagnosa Nyeri berhubungan
dengan tindakan invasif, peneliti membuat rencana asuhan keperawatan
yaitu dengan melakukan terapi musik.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk
mencapai tujuan yang spesifik yang mencakup peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping
(Nursalam, 2013).
Pada kasus ini implementasi pada diagnose Nyeri berhubungan dengan
tindakan invasif, peneliti melakukan tindakan asuhan keperawatan terapi
musik selama 5 menit setiap sebelum dan sesudah tindakan.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dalah tahap kelima dari proses keperawatan. Pada tahap ini
perawat membandingkan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan kriteria
hasil yang sudah ditetapkan serta menilai apakah masalah yang terjadi sudah
teratasi seluruhnya, hanya sebagian, atau bahkan belum teratasi semuanya.
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan yaitu suatu proses yang
digunakan untuk mengukur dan memonitor kondisi klien (Debora, 2013).

Menurut (Wong, 2009) bahwa dalam evaluasi keperawatan itu


menggunakan format SOAP yaitu, S (Subjective) adalah informasi yang
berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah tindakan diperbaiki. O
(Objective) adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan,
penilaian, pengukuran, yang dilakukan oleh perawat setelah dilakukan
tindakan. A (Analisa) adalah membandingkan antara informasi subjektif dan
62

objektif dengan tujuan dan kriteria hasil kemudian diambil kesimpulan


bahwa masalah teratasi, masalah belum teratasi, masalah teratasi sebagain,
atau muncul masalah baru. P (Planning) adalah rencana keperawatan
lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan analisa, baik itu rencana
diteruskan, dimodifikasi, dibatalkan ada masalah baru, selesai (tujuan
tercapai). Tidak ada kesejangan dalam evaluasi keperawatan karena kasus ini
sesuai dengan teori. Evaluasi keperawatan pada kasus ini menggunakan
SOAP yaitu :
a. Evaluasi pada kasus ini yang dilakukan peneliti selama 3x24 jam pada
tanggal 18 Juni 2019 dari diagnosa Nyeri berhubungan dengan tindakan
invasif, evaluasi yang didapatkan adalah data subjektifnya ibu An. S
mengatakan An. S masih mencret dengan frekuensi 3 kali dalam sehari
disertai lemas, nangis, rewel dan gelisah. Data obyektifnya hasil klien
tampak lemas, nangis, rewel dan gelisah dengan pengukuran FLACC
dengan jumlah 5 (nyeri sedang). Analisa masalah belum teratasi, dengan
planning intervensi dilanjutkan.
63

Analisa PICOT

UNSUR KASUS
Pasien/ kasus pasien Kasus
An. S berjenis kelamin laki-laki berusia
5 tahun mengalami penyakit diare, An.
S mengalami BAB 3 kali dalam sehari
berdasarkan data subjektif dari ibu
klien, data obyektif klien terlihat lemas
disertai nangis, rewel dan gelisah
dengan hasil pengukuran FLACC 5
(nyeri sedang)
Jurnal
An. S yang mengalami diare dengan
hasil pengkuran FLACC 5 (Nyeri
Sedang)
Intervensi Tindakan yang diberikan pada pasien,
tindakan bermain teraupetik puzzle
terhadap nyeri pada anak dengan diare.
Jurnal
Pemberian tindakan bermain puzzle
selama 15-20 menit
Comparasion/ perbandingan Pemberian tindakan terapi bermain
intervensi puzzle ini merupakan tindakan yang di
lakukan dengan bermain puzzle
berirama riang saat dilakukan tindakan
penusukan intravena untuk pemberian
obat bolus . Peneleliti melakukan
tindakan terapi bermain puzzle
64

dilakukan selama 3 hari dan umunya


dilakukan tindakan pada siang hari.
Pada kasus ini dilakukan tindakan
selama 15menit.
Menurut hasil penelitian Nyimas dkk
(2010) bahwa tindakan bermain puzzle
ini efektif terhadap Kecemasan.
Jurnal
Pemberian Tindakan Bermain puzzle
setelah proses intravena , sebanyak 1
kali dalam 3 hari

Outcome/ Hasil Aplikasi bermain puzzle efektif untuk


menurunkan tingkat kecemasan
Menurut hasil penelitian Nyimas dkk
(2010) bahwa tindakan bermain puzzle
ini efektif terhadap Kecemasan
Jurnal
Hasil analisis dari tindakan bermain
puzzle dapat mengurangi kecemasan
Waktu/ teori Tindakan aplikasi terapeutik bermain
puzzle dilakukan selama 3 hari menurut
hasil penelitian Nyimas dkk (2010)
bahwa tindakan terapi musik ini efektif
terhadap Kecemasan.
Jurnal
Tindakan aplikasi terapi bermain puzzle
dilakukan sebelum atau sesudah
tindakan keperawatan, dan waktu
65

dilakukan tindakan ini selama 15 menit


dalam 1 hari efektif dapat menurunkan
tingkat Kecemasan
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada klien An. S
aplikasi anak terhadap gangguan pola eliminasi buang air besar (BAB)
pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) dengan Diare.
Pada hasil pengkajian kasus ini tidak terjadi kesenjangan dengan
teori yang telah di sampaikan pada bab sebelumnya. Dari pengkajian
didapatkan hasil pada klien An. S saat dikaji keluarga mengatakan
mencret BAB 3 kali dalam sehari. Intervensi dan implementasi
keperawatan pada kasus ini dengan teori (Doengoes, 2001).
Di dalam intervensi keperawatan pada klien anak Diare dengan
masalah Eliminasi BAB, yaitu perawatan mengatasi gangguan eliminasi
bab.
Implementasi klien yang mengalami Diare dengan masalah
gangguan eliminasi BAB dilakukan dilakukan 8 intervensi, salah satunya
yaitu dengan pemberian tindakan bermain teraupetik puzzle selama 15-
20 menit.
Pada hari pertama sampai hari ketiga keluhan klien sudah teratasi.
Jadi intervensi dan implementasi yang sudah dilakukan evaluasi selama 3
hari dengan masalah gangguan eliminasi teratasi.
Tidak ada kesenjangan dalam evaluasi keperawatan karena kasus ini
sesuai dengan teori bahwa tindakan terapi puzzle terhadap nyeri pada
anak usia prasekolah (3-6 tahun) dengan diare yang mengalami
peningkatan nyeri saat dilakukan penusukan intravena untuk pemasangan
infus.
Menurut analisis PICOT dalam terapi puzzle merupakan salah satu
tindakan yang memberikan penurunan terhadap ansietas.

66
67
67

A. Saran
1. Bagi perawat
Perawat bisa menjadikan penelitian ini sebagai pengalaman berharga
dalam mengimplementasikan prosedur tindakan aplikasi terapi puzzle
terhadap nyeri anak pada asuhan keperawatan klien yang mengalami
diare.
2. Bagi Akademi Keperawatan Pemkab Cianjur
Penelitian ini bisa dijadikan referensi dan bahan perbandingan oleh
mahasiswa Akademi Keperawatan Pemkab Cianjur selanjutnya yang
melakukan penelitian atau menyusun Karya Tulis Ilmiah lain yang ada
keterkaitannya dengan tindakan terapi puzzle untuk menurunkan nyeri
pada kasus Diare.
3. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Cianjur
Penelitian ini bisa dijadikan bahan masukkan untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan khususnya di bagian Keperawatan Anak.
4. Bagi Keluarga Klien
Penelitian ini bisa dijadikan aplikasi untuk dapat mengatasi
peningkatan nyeri pada anak.
DAFTAR PUSTAKA

Barokah, A. (2012) Pengaruh Terapi Bermain Puzzle Terhadap Perilaku Kooperatif Anak
Usia Prasekolah Selama Hospitalisasi Di RSUD Tugurejo Semarang
Brunner & Suddarth,(2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,edisi 8. Jakarta :
EGC
Dharma, Kelana.(2011). Metodologi Penelitian Keperawatan : Panduan Melaksanakan
dan Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta, Trans InfoMedia; 2011.
Hockenberry & Wilson. D. (2009).Essensial of pediatriac. St.Louis:
Mobsy year book
Hockenberry, M.J., & Wilson, D. (2007). Nursing care of infants and children. (8th ed.).
St.louis: Mosby Elsevier
Mendez, P., (2008). The Potential Advantages and Disadvantages Of Introducing
Interprofessional Education Into The Healthcare Curricula In Spain.
NurseEducation Today [serial online] 28; 327–336
Notoatmodjo, S.(2005). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Purwandari, Haryatiningsih., Mulyono, wastu Adi., & Sucipto, Ucip.(2012). Terapi
bermain untuk menurunkan kecemasan perpisahan pada anak
prasekolah yang mengalami hospitalisasi
Rekam Medik Rumah Sakit Rajawali Des 2014-Feb 2015
Solikhah,U.(2013).Efektifitas Lingkungan Terapetik Terhadap Reaksi Hospitalisasi Pada
Anak. Jurnal Keperawatan Anak. Volume 1, No. 1, Mei 2013; 1-9
Supartini, Yupi.(2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC
Wong, DL, Hockenberry-Eaton M, Wilson D, Winkelstein ML, & Schwartz P. (2009).
Buku ajar keperawatan pediatrik (Egi Komara Yudha, Esty
Wong, Videbeck, Sheila L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

JURNAL:
Lisbet Octavia Manalu , Budi Somantri , Riski Renaldi Barokah 2018. Bermain
Terapeutik Puzzle Mempengaruhi kecemasan Pada Usia Prasekolah (3-
6Tahun) Sebelum Pemberian Obat Intravena (Bolus). Jurnal ilmu
kesehatan 239-252

LAMPIRAN
INFORMED CONSENT
(LEMBAR PERSETUJUAN PARTISIPAN)

Dengan Hormat,
Saya adalah mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Cianjur
Nama : Eka Saputra P
NIM : 34403517042
Bermaksud akan melakukan penelitian tentang “Aplikasi Bermain Terapeutik Puzzle
Mempengaruhi Nyeri Pada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) Sebelum Pemberian Obat
Intravena Dengan Diare Diruang Samolo 3 RSUD SAYANG KABUPATEN CIANJUR
”. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan menyelesaikan tugas akhir.
Untuk keperluan tersebut saya mengharapkan kesediaan ibu untuk menjadi
responden dalam penelitian ini. Pasrtisipasi ibu dalam penelitian ini bersifat bebas untuk
menjadi pastisipan atau menolak tanpa ada sanksi apapun. Jika ibu bersedia menjadi
partisipan, silahkan mengisi lembar persetujuan ini dan saya memohon kesediaan ibu
untuk memberikan informasi sebagaimana yang dibutuhkan dengan sejujur-jujurnya,
serta bersedia berpartisipasi dalam pelaksanaan asuhan keperawatan sesuai dengan
rencana keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya
Kerahasiaan dalam informasi dan identitas partisipan dijamin oleh peneliti dan
tidak akan disebarluaskan baik melalui media masa maupun elektronik. Atas kesediaan
dan partisipasinya saya ucapkan terimakasih.

Cianjur, Mei 2020


Partisipan

…………………………
BIODATA PENELITI

Identitas diri
1. Nama : Eka Saputra Panggabean
2. Tempat tanggal lahir : Jakarta, 11 Mei 1998
3. Alamat : Kota Bintara Rt09/02
Kota Bekasi 17134

4. Agama : Islam
5. Email : ekasaputraa123@gmail.com

Pendidikan :
1. Sd Aek Gambir
2. MTs al wathoniyah
3. Smk Jakarta 1
BERITA ACARA
SERAH TERIMA BERKAS
LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN

Pada hari Selasa tanggal 14 bulan April tahun 2020 Bertempat di Akper Pemkab Cianjur
telah melaksanakan Serah Terima Berkas Laporan Kasus Asuhan Keperawatan.

1. Yang menyerahkan : Siti Syifa Nurizky


2. Yang menerima : Eka Saputra P
3. Jumlah Berkas : 1 (Satu)
4. Judul Laporan Kasus : Asuhan Keperawatan pada An. H dengan
Gangguan Sistem Pencernaan dengan Diagnosa Medis Diare Di Ruang Samolo 3 RSUD
Sayang Kabupaten Cianjur

Demikian Berita Acara ini dibuat dengan sesungguhnya untuk dapat dipergunakan
seperlunya.

Yang Menyerahkan Yang Menerima

(Siti Syifa Nurizky) (Eka Saputra Panggabean)

Anda mungkin juga menyukai