Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH KONSENTRASI ETANOL TERHADAP AKTIVITAS

ANTIBAKTERI EKSTRAK SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz &


Pav) PADA PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus epidermidis
Rizky Dila Khairunnisa1, Nurul Marfu’ah2, Kurniawan3
1
Mahasiswa Program Studi Farmasi UNIDA GONTOR
2
Staf Pengajar Program Studi Farmasi UNIDA GONTOR
Pondok Modern Gontor Putri 1, Mantingan, Ngawi 63257 INDONESIA
dillakhairunnisa01@gmail.com

ABSTRAK

Penyakit infeksi merupakan penyakit yang masih banyak dijumpai saat ini. Salah
satunya penyebab terjadinya penyakit infeksi tersebut adalah bakteri Staphylococcus epidermidis yang
merupakan salah satu bakteri yang terdapat pada flora normal kulit. Infeksi bakteri pada umumnya
dapat diobati dengan menggunakan antibiotik, akan tetapi seiring berjalannya waktu antibiotik dapat
menyebabkan resistensi dan efek samping dalam tubuh. Salah satu bahan alam alternatif yang dapat
digunakan untuk antibakteri adalah sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav). Senyawa aktif pada sirih
merah seperti flavonoid, alkaloid, steroid, tannin dan minyak atsiri diketahui memiliki aktivitas
antibateri yang mampu melawan beberapa bakteri gram positif dan negatif. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui adanya pengaruh antibakteri pada ekstrak etanol sirih merah terhadap
pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis dan untuk mengetahui konsentrasi pelarut etanol
berapakah yang paling optimal berpengaruh terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis dengan
menggunakan metode difusi cakram. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 6 kali perlakuan dan 4 kali pengulangan.Ekstraksi
dilakukan menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 60%, 70%, 80%, dan 90%. Zona
hambat yang dihasilkan kemudian diukur dan dilakukan uji normalitas, lalu dianalisis dengan
menggunakan metode One Way ANOVA. Bersadarkan hasil uji ANOVA, ekstrak daun sirih merah
dengan menggunakan konsentrasi pelarut etanol memiliki nilai signifikansi 0,000 (p <0,05) sehingga
daya hambat yang dihasilkan memiliki perbedaan yang signifikan. Kesimpulan dari penelitian ini
adalah konsentrasi pelarut ekstrak etanol daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav) mempunyai
pengaruh terhadap aktivitas antibakteri pada pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis. Selain
itu aktivitas antibakteri tertinggi terdapat pada ekstrak etanol 60% dengan rata-rata daya hambat
sebesar 5,90 mm.

Kata Kunci: Konsentrasi Etanol, Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav), Staphylococcus
epidermidis, dan Antibakteri.

ABSTRACT

Infectious disease is a disease that is still commonly found today. One of the causes of these
infectious diseases is the bacterium Staphylococcus epidermidis which is one of the bacteria found in
the normal flora of the skin. Bacterial infections can generally be treated using antibiotics, but over
time they can cause resistance and side effects in the body. One alternative natural ingredient that can
be used for antibacterial is red betel (Piper crocatum Ruiz & Pav). The active compounds in red betel
like flavonoids, alkaloids, steroids, tannins, and essential oils are known to have an antibacterial
activity that is able to fight some gram-positive and negative bacteria. The purpose of this study was to
determine the antibacterial effect of red betel ethanol extract on the growth of Staphylococcus
epidermidis bacteria and to determine what concentration of ethanol solvent was the most optimal
effect on the Staphylococcus epidermidis bacteria by using the disk diffusion method. This research is
an experimental study with a Completely Randomized Design (CRD) consisting of 6 treatments and 4
1 Pharmasipha, Vol.3, No.1, April 2020
repetitions. Extraction was carried out using maceration with 60%, 70%, 80%, and 90% ethanol
solvents. The inhibition zone produced is then measured and tested for normality, then analyzed using
the One Way ANOVA method. Based on the ANOVA test results, red betel leaf extract using ethanol
solvent concentration had a significance value of 0,000 (p <0.05) so that the resulting inhibition had
differences significance. The conclusion of this research is the concentration of ethanol extract of red
betel leaf (Piper crocatum Ruiz & Pav) has an influence on the antibacterial activity on the growth of
Staphylococcus epidermidis bacteria. In addition, the highest antibacterial activity was found in 60%
ethanol extract with an average inhibition of 5.90 mm.

Keywords: Ethanol concentration, Red Betel, Staphylococcus epidermidis, and antibacterial activity.

2 Pharmasipha, Vol.3, No.1, April 2020


1. Pendahuluan ‫ك لَ ُك ْم فِ َيها ُسبُاًل َوأَْنَز َل ِم َن‬ ِ
َ ‫لَّذي َج َع َل لَ ُك ُم اأْل َْر‬
َ َ‫ض َم ْه ًدا َو َسل‬
Penyakit infeksi merupakan penyakit yang
ٍ ِ ‫السم ِاء ماء فَأَخرجنَا بِِه أ َْزو‬
masih banyak dijumpai. Menurut (Laras. A, 2013) ٰ ‫اجا م ْن َنبَات َشىَّت‬ ً َ ْ َ ْ ً َ َ َّ
infeksi merupakan penyakit yang menyebabkan Artinya: “Yang telah menjadikan bagimu bumi
terjadinya peningkatan angka morbiditas dan sebagai hamparan dan yang telah menjadikan
mortalitas di negara berkembang, seperti Indonesia. bagimu dibumi itu jalan-jalan, dan menurunkan
Penyakit infeksi yang saat ini sering terjadi yaitu dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan
penyakit infeksi pada kulit. Salah satunya penyebab dengan air hujan itu jenis-jenis dari tumbuh-
terjadinya penyakit infeksi tersebut adalah bakteri. tumbuhan yang bermacam-macam”
Staphylococcus epidermidis merupakan salah satu Sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav)
bakteri penyebab infeksi pada kulit yang ditandai merupakan salah satu tanaman yang tumbuh di
dengan pembentukan abses (Bramantio, 2018). daerah tropis, khususnya Indonesia. Tanaman ini
Bakteri ini secara alami hidup pada kulit dan biasanya digunakan oleh masyarakat Indonesia
membran mukosa manusia. Bakteri Staphylococcus sebagai obat tradisional meskipun dapat juga
epidermidis merupakan bakteri gram positif yang digunakan sebagai tanaman hias. Kandungan
bersifat non patogen dan dapat hidup sebagai flora senyawa aktif seperti alkaloid, flavonoid, polifenol,
normal tubuh, seperti hidung, tenggorokan, rambut tanin dan minyak atsiri pada sirih merah memiliki
dan kulit orang sehat (Radji, 2010). Selain aktivitas antibakteri sehingga dapat digunakan
menimbulkan infeksi pada kulit, bakteri ini juga sebagai obat antibakteri (Silawati, et al., 2018).
dapat menimbulkan bau yang tak sedap pada bagian (Syahrinastiti, et al., 2015) ekstrak daun sirih merah
tubuh tertentu seperti ketiak dan kaki. Bau yang memiliki efektivitas yang lebih baik terhadap
muncul akibat penguapan keringat dengan pertumbuhan bakteri dibandingkan dengan ekstrak
frekuensi yang lebih sering ini, akan bercampur daun sirih hijau.
dengan bakteri Staphylococcus epidermidis
sehingga menimbulkan bau yang tak sedap (Tiran, Selain itu pada penelitian sebelumnya, telah
et al., 2014). Dengan demikian bakteri tersebut dilakukan pengujian aktivitas antibakteri ekstrak
dapat leluasa melakukan aktivitasnya di kulit daun sirih merah dengan menggunakan 3 penyari,
(Khasanah, et al., 2010). yaitu etanol, etil asetat, dan n-heksan. Dari hasil
Infeksi bakteri pada umumnya dapat diobati penelitian tersebut zona hambat yang besar
dengan menggunakan antibiotik, akan tetapi seiring didapatkan pada penyari etanol yang memiliki
berjalannya waktu antibiotik dapat menyebabkan aktivitas paling baik. Sehingga pada penelitian ini
resistensi dan efek samping dalam tubuh. Sebagai dilakukan pengujian aktivitas antibakteri ekstrak
alternatif, yang dapat digunakan untuk pengganti daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav)
antibiotik yaitu dengan menggunakan obat dengan konsentrasi etanol 60%,70%, 80%, dan
antibakteri yang berasal dari bahan alam (Kusuma, 90% untuk membandingkan manakah konsentrasi
2018). Penggunaan bahan-bahan alam yang berasal pelarut etanol ekstrak daun sirih merah yang
dari tanaman untuk mengobati berbagai penyakit memiliki aktivitas antibakteri terhadap
umumnya bukan merupakan hal baru bagi pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis.
masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan oleh
berbagai alasan seperti, obat-obatan herbal lebih 2. Tinjauan Teoritis
murah, lebih aman karena tidak memberikan efek 2.1 Tanaman Sirih Merah
samping bagi tubuh dan adanya pengalaman dari Tanaman sirih merah merupakan salah satu
generasi sebelumnya yang menjadi sebuah referensi tanaman tradisional yang memiliki banyak manfaat
yang cukup dipercaya (Marliana, 2013). untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit.
(KEMENKES, 2010) menyatakan bahwa upaya Tanaman ini secara ilmiah dikenal dengan Piper
kesehatan dengan obat tradisional merupakan crocatum yang merupakan family Piperaceae. Sirih
bentuk dari partisipasi dalam mendukung merah merupakan salah satu tumbuhan yang
peningkatan kesehatan bagi masyarakat. Selain itu biasanya merambat dan menjalar di pohon atau
penggunaan obat herbal atau tradisional telah pagar. Biasanya lebih suka tumbuh di tempat yang
dianjurkan untuk digunakan di rumah sakit. teduh dan sejuk, misalnya di bawah pohon besar
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah yang rindang. Tanaman ini memiliki batang yang
Thaahaa (20) ayat 53 yang berbunyi: berbentuk bulat dengan tinggi biasanya mencapai
10 m, berwarna hijau keunguan dan tidak berbunga.
3 Pharmasipha, Vol.3, No.1, April 2020
Daunnya tunggal bertangkai membentuk jantung Kloramfenikol mencegah sintesis protein dengan
dengan bagian atas yang meruncing dan berikatan pada subunit ribosom 50S. Metode yang
permukaannya mengilap dan tidak merata. Daun paling sering digunakan dalam uji antibakteri
yang subur berukuran 5-10 cm dan terasa tebal dan adalah metode difusi Agar dengan menggunakan
kaku bila di pegang selain itu bila daunnya disobek kertas cakram. Cara ini merupakan cara yang sering
maka akan mengeluarkan lendir dengan aroma yang digunakan untuk menentukan kepekaan bakteri
wangi (Marliana, 2013). Hasil skrining fitokimia terhadap berbagai macam obat-obatan.
yang dilakukan oleh (Anugrah, 2015) menunjukan
bahwa sirih merah mengandung senyawa alkaloid, 2.4 Ekstraksi
flavonoid, steriod/triperpenoid, polifenolat, tanin, Ekstraksi adalah pemisahan bahan aktif dari
dan minyak atsiri. Senyawa- senyawa tersebut jaringan tumbuhan atau hewan dengan
diketahui memiliki aktivitas antibakteri yang menggunakan pelarut yang sesuai melalui prosedur
mampu melawan beberapa bakteri gram negatif dan yang telah ditetapkan. Dalam proses ekstraksi,
positif (Sudewo, 2005). Menurut (Bramantio, 2018) pelarut akan berdifusi sampai kesenyawa padat
minyak atsiri daun sirih merah memiliki efek pada tumbuhan dan akan melarutkan senyawa
antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis. tersebut dengan polaritas yang sesuai pelarutnya
Selain itu, dari hasil penelitian (Silawati, et al., (Tiwari, et al., 2011). Maserasi adalah salah satu
2018) kandungan minyak atsiri pada daun sirih proses pengekstraksian simplisisa dengan
merah juga memiliki efek antibakteri terhadap menggunakan pelarut yang dilakukan dengan
bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada
pada konsentrasi 5%, 10%, 20%, 40% dan 80%. temepratur ruangan (kamar).
Faktor terpenting dalam ekstraksi yaitu
2.2 Bakteri Staphylococcus epidermidis pemilihan pelarut yang sesuai karena jenis dan
Bakteri Staphylococcus epidermidis mutu dari pelarut yang digunakan sangat
merupakan bakteri Gram positif yang berbentuk menentukan keberhasilan proses ekstraksi tersebut.
bola atau kokus berkelompok tidak beraturan. Etanol merupakan pelarut pilihan untuk
Diameter 08-1,0 μm, tidak membentuk spora dan memperoleh ekstrak secara klasik, seperti tinktur
tidak bergerak, koloni berwarna putih, bakteri ini ekstrak kental, cair, dan kering yang masih sangat
tumbuh cepat pada suhu 37 0C. Koloni pada luas digunakan dalam formulasi sediaan farmasi.
pembenihan padat berbentuk bulat halus, menonjol, Pelarut ini memiliki sifat polar dengan nilai
berkilau, tidak menghasilkan pigmen, berwarna konstansa dielitrik sebesar 24,30. Selain itu etanol
putih porselen (Jawetz, et al., 2001). juga digunakan untuk pencarian senyawa pada
Staphylococcus epidermidis sebagai flora normal tahap awal (Goeswin, A, 2009).
pada kulit manusia dan pada umumnya tidak
menjadi masalah bagi orang normal yang sehat. 3. Metodologi
3.1 Desain Penelitian
2.3 Aktivitas Antibakteri Penelitian ini merupakan penelitian
Antibakteri adalah bahan yang dapat eksperimental laboratorium untuk membuktikan
membunuh atau menghambat aktivitas adanya aktivitas antibakteri ekstrak sirih merah
mikroorganisme dengan bermacam-macam cara. (Piper crocatum Ruiz & Pav) terhadap bakteri gram
Senyawa antibakteri terdiri atas beberapa kelompok positif Staphylococcus epidermidis. Bakteri ini
berdasarkan mekanisme daya kerjanya atau tujuan diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi Fakultas
penggunaanya. Aktivitas antibakteri yang dapat Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
diamati secara langsung adalah Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak
perkembangbiakannya. Lengkap (RAL) dengan jumlah ulangan yang
Antibiotik adalah suatu substansi antimikroba digunakan sebanyak 4 kali.
yang diperoleh atau dibentuk dan dihasilkan oleh Bahan yang yang digunakan pada uji ini adalah
mikroorganisme yang umumnya adalah jamur ekstrak sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav)
maupun zat sintetik lain dan zat-zat itu dalam dengan konsentrasi pelarut etanol yang berbeda
jumlah sedikit mempunyai daya hambat yaitu 60%,70%, 80%, dan 90%. Bahan didapatkan
mikroorganisme lain. Kloramfenikol merupakan dari UPT Materia Medika Batu, Malang yang telah
antibiotik berspektrum luas yang aktif dalam dideterminasi. Bahan diekstraksi menggunakan
menghambat bakteri gram positif dan negatif. metode maserasi dengan variasi konsentrasi pelarut

4 Pharmasipha, Vol.3, No.1, April 2020


etanol. Ekstraksi ini dilakuakan di laboratorium Pengujian aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun
Fitokimia Farmasi, Universitas Darussalam Gontor. sirih merah terhadap bakteri Staphylococcus
Larutan uji dibuat dengan melarutkan ekstrak epidermidis ditentukan dengan mengukur luas zona
etanol daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & hambat yang terbentuk disekitar kertas cakram
Pav.) dengan variasi konsentrasi dalam Dimethyl dengan menggunakan jangka sorong. Dari hasil uji
Sulfoxide (DMSO) 5%. Pelarut ini merupakan aktivitas antibakteri dengan menggunakan metode
pelarut yang dapat melarutkan senyawa bersifat difusi cakram, rata-rata zona hambat yang
polar dan nonpolar. didapatkan berbeda-beda. Berikut ini rata-rata zona
Bakteri disiapkan dengan membuat suspensi hambat dari setiap perlakuan:
sesuai dengan metode laboratorium Mikrobiologi.
Uji aktivitas dilakukan dengan menggunakan Tabel 4. 1 Hasil Uji Aktivitas Zona Hambat
metode difusi cakram kertas. Cawan petri yang Ekstrak Etanol Sirih Merah
telah berisi media Mueller Hiton Agar, kemudian
dioleskan bakteri aktif dengan meratakannya
menggunakan kapas lidi. Selanjutnya media NO Pengulangan Rata-rata
Perlakuan
diinkubasi pada suhu 37o C selama 24 jam untuk (mm) ± SD
mengetahui ada atau tidaknya pertumbuhan bakteri
I II III IV
pada media yang akan digunakan. Kemudian
perlakuan konsentrasi daun sirih merah diteteskan 1 Etanol 60% 5.26 7.46 4.65 6.23 5.90 ± 1.22
dengan menggunakan mikro pipet pada paper disk. 2 Etanol 70% 5.60 6.19 4.94 5.15 5.47 ± 0.55
Paper disk dari hasil tetesan didinginkan hingga
3 Etanol 80% 4.63 5.75 3.59 3.93 4.47 ± 0.95
kering, lalu paper disk yang telah mengering dan
kloramfenikol disk diletakan pada permukaan 4 Etanol 90% 3.42 4.23 3.39 3.06 3.52 ± 0.49
media Mueller Hinton Agar, setelah itu media 5 Kloramfenikol 26.31 27.20 27.45 27.63 27.14 ± 0.58
tersebut diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu
6 DMSO 5% 0.00 0.00 0.00 0.00 0
37oC. Pengamatan dilakukan dengan melihat zona
hambat atau zona bening disekeliling paper disk Penelitian ini menggunakan kontrol positif
kemudian diukur dengan menggunakan penggaris yang berupa antibiotik kloramfenikol. Berdasarkan
untuk menentukan aktivitas bakteri. tabel 4.1 dapat dilihat bahwa kontrol positif
Analisi dilakukan dengan melihat nilai zona kloramfenikol memiliki zona hambat yang paling
hambat yang kemudian diuji normalitas besar. Hal ini menunjukan bahwa, kloramfenikol
menggunakan Shapiro-Wilk untuk mengetahui memiliki aktivitas antibakteri lebih besar
bahwa data yang diperoleh terdistribusi normal atau dibandingkan dengan larutan sampel yang diujikan.
tidak. Data dikatakan terdistribusi normal, jika Selain itu kloramfenikol merupakan antibiotik yang
masing-masing data memiliki nilai signifikasi P > telah umum digunakan untuk menghambat
0,05. Setelah data terbukti terdistribusi normal, pertumbuhan bakteri. Menurut (Katzung, 2004),
maka dilakukan analisis menggunakan metode uji kloramfenikol bekerja menghambat sintesis protein
one way ANOVA. Apabila masing-masing data pada sel bakteri. Kloramfenikol akan berikatan
memiliki nilai signifikasi P< 0,05, maka analisis secara reversible dengan unit ribosom 50 S,
dilanjutkan menggunakan Pos hoc metode Tukey. sehingga mencegah ikatan antara asam amino
Data dianalisis menggunakan program SPSS 20.0 dengan ribosom. Pemilihan kontrol positif
dengan taraf signifikansi 5%. kloramfenikol pada penelitian ini dikarenakan
menurut (Pratiwi, et al., 2008), antibiotik ini
4 Hasil dan Pembahasan berspektum luas sehingga dapat menghambat
4.1 Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah pertumbuhan dan membunuh bakteri gram positif
(Piper Crocatum Ruiz & Pav) Terhadap maupun bakteri gram negatif, salah satunya adalah
Aktivitas Antibakteri Pada Pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis. Bakteri ini
Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri gram positif yang berbentuk
Dalam penelitian ini daun sirih merah bola atau kokus berkelompok tida beraturan. Selain
diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan itu bakteri ini merupakan bakteri flora normal pada
pelarut etanol 60%, 70%, 80% dan 90%. kulit manusia dan pada umumnya tidak menjadi
Konsentrasi ekstrak daun sirih merah yang masalah bagi orang normal yang sehat.
digunakan sebagai uji antibakteri adalah 100%.

5 Pharmasipha, Vol.3, No.1, April 2020


Kontrol negatif pada penelitian ini konsentrasi pelarut etanol disebabkan oleh adanya
menggunakan Dimethyl Sulfoxide (DMSO) 5% pengaruh senyawa bioaktif dan metabolit sekunder
yang menunjukan hasil dengan tidak adanya yang terdapat pada tanaman tersebut. Menurut
diameter zona hambat. Hal ini dikarenakan DMSO (Reveny, 2011), senyawa-senyawa metabolit aktif
< 10% tidak memiliki aktivitas antibakteri sehingga dari ekstrak etanol daun sirih merah yang berfungsi
tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri. sebagai antibakteri adalah polifenolat, tannin,
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh flavonoid, dan terpenoid. Flavonoid merupakan
(Septiani, 2017), menyatakan bahwa DMSO dapat senyawa yang berfungsi sebagai antibakteri dengan
menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara membentuk senyawa kompleks terhadap
konsentrasi diatas 10%. protein ekstraseluler yang mengganggu integritas
Pada tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa hasil membran sel bakteri. Selain itu alkaloid bekerja
uji daya hambat bakteri Staphylococcus dengan cara mengganggu komponen penyusun
epidermidis menggunakan metode difusi cakram peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan
menunjukkan, rata-rata zona hambat ekstrak etanol dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan
60% sebesar 5,90 mm, ekstrak etanol 70% sebesar menyebabkan kematian pada sel. Tannin
5,47 mm, ekstrak etanol 80% sebesar 4,47 mm, merupakan senyawa yang memiliki mekanisme
ekstrak etanol 90% sebesar 3,52 mm dan kontrol kerja dengan merusak membran sel bakteri
positif sebesar 27,14 mm sedangkan kontrol negatif sedangkan saponin berkontribusi sebagai
tidak menunjukkan adanya zona hambat. Dari hasil antibakteri dengan cara mengganggu stabilitas
rata-rata zona hambat yang didapatkan, kemudian membran sel dan senyawa terpenoid yang
diuji normalitasnya menggunakan metode Shapiro- merupakan senyawa bioaktif yang dapat
Wilk. Hasil uji normalitas menunjukan, ekstrak menghambat pertumbuhan bakteri, baik melalui
etanol sirih merah memiliki nilai signifikan yang membran sitoplasma maupun mengganggu
berbeda-beda yaitu, etanol 60% sebesar 0,841, pertumbuhan dan perkembangan bakteri
ekstrak etanol 70% sebesar 0,713, ekstrak etanol (Aniszewski T., 2007).
80% sebesar 0,647 dan ekstrak etanol 90% sebesar Selain itu, sirih merah juga mengandung
0, 346, dengan demikian nilai tersebut dapat minyak atsiri yang didalamnya terdapat senyawa
dikatakan terdistribusi normal karena memiliki nilai kavikol yang berfungsi sebagai antibakteri
signifikansi p>0,05. (Siswandono, et al., 2000). Kavikol merupakan
Setelah data yang didapatkan diketahui salah satu dari turunan senyawa fenol yang terdapat
terdistribusi normal, maka data kemudian dianalisis dalam sirih merah. Daya antibakteri minyak atsiri
dengan uji One Way ANOVA menggunakan disebabkan oleh adanya senyawa fenol dan
program SPSS 20.0 dengan tujuan untuk turunannya yang dapat merusak dinding sel bakteri,
membandingkan setiap perlakuan pada setiap mendenaturasi protein dan pada konsentrasi tinggi
konsentrasi pelarut. Berdasarkan hasil uji One Way dapat merusak membrane sitoplasma bakteri secara
ANOVA kelompok perlakuan ekstrak sirih merah total (Harapini, M, et al., 1996). Menurut (Ditjen
dengan variasi konsentrasi etanol diketahui nilai POM, 1980) senyawa kavikol yang terdapat pada
signifikan sebesar 0,000 (p <0,05) yang artinya daun sirih memiliki daya bunuh lima kali lebih kuat
bahwa nilai rata-rata dari setiap kelompok dari fenol. Dengan demikian dapat diketahui bahwa
perlakuan memiliki perbedaan bermakna. daun sirih merah memiliki senyawa aktif yang
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan dapat digunakan sebagai antibakteri, sehingga
bahwa ekstrak etanol daun sirih merah (Piper adanya zona hambat berasal dari kandungan
Crocatum Ruiz & Pav) berpengaruh terhadap senyawa yang terdapat pada tanaman tersebut.
aktivitas antibakteri pada pertumbuhan bakteri Selain itu dari hasil penelitian (Anugrah, 2015)
Staphylococcus epidermidis dengan nilai rata-rata ekstrak sirih merah mampu menghambat
yang berbeda. Hal ini dikarenakan ekstrak etanol pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus,
sirih merah memiliki senyawa yang dapat Eschericia coli dan Candida albicans. Menurut
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus (Reveny, 2011) pada penelitiannya menyatakan,
epidermidis. Selain itu perbedaan konsentrasi ekstrak etanol sirih merah 80% mempunyai
pelarut dapat mempengaruhi senyawa yang tersari aktivitas antimikroba lebih kuat daripada fraksi
oleh masing-masing konsentrasi pelarut. etanol, fraksi etil asetat, fraksi air dan n-heksan
Penghambatan terhadap bakteri Staphylococcus dalam menghambat pertumbuhan bakteri
epidermidis oleh ekstrak sirih merah dengan variasi

6 Pharmasipha, Vol.3, No.1, April 2020


Staphylococcus aureus, Eschericia coli dan digunakan, maka dapat dilihat bahwa daya hambat
Candida albicans. yang dihasilkan semakin rendah.
Pada pengujian antibakteri ekstrak sirih merah
4.2 Konsentrasi pelarut etanol ekstrak daun (Piper Crocatum Ruiz & Pav) terhadap bakteri
sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav) Staphylococcus epidermidis dengan variasi
yang paling berpengaruh terhadap konsentrasi pelarut etanol menunjukan hasil bahwa
Staphylococcus epidermidis ekstrak etanol 60% memiliki aktivitas zona hambat
Konsentrasi pelarut etanol ekstrak daun paling tinggi dibandingkan ekstrak etanol 70%,
sirih merah yang paling berpengaruh terhadap 80% dan 90%. Konsentrasi pelarut etanol yang
Staphylococcus epidermidis dapat dilihat dari hasil berbeda memungkin akan adanya perbedaan sedikit
uji lanjut atau uji Pos hoc Pengujian Post Hoc pada tingkat kepolarannya, seperti etanol 90% lebih
dilakukan dengan menggunakan uji Tukey yang polar daripada etanol 60%, 70%, dan 80%. Hal ini
merupakan pengujian perbandingan jamak untuk dapat dikatakan etanol 60% memiliki sifat semi
menentukan apakah rata-rata masing-masing polar dari ketiga etanol tersebut sehingga
perlakuan signifikan dalam jumlah analisis varian. memungkinkan senyawa yang larut dalam etanol
Jika data yang dihasilkan memiliki nilai p<0,05 60% merupakan senyawa yang bersifat semi polar
maka data tersebut signifikan atau berbeda seperti flavonoid, saponin, alkaloid dan polifenol
bermakna dan jika data yang dihasilkan (Harboune J. B, 2006). Dari hasil penelitian
menunjukan nilai p>0,05 maka data tersebut tidak (Septiani, 2017) mengenai total flavonoid daun
signifikan atau tidak berbeda bermakna. Berikut ini sirih merah fraksi etil asetat yang bersifat semi
hasil uji analisi Post Hoc yang didapatkan: polar memiliki nilai tertinggi dari pada fraksi n-
Tabel 4. 2 Hasil Uji Post Hoc Tukey Pada Setiap heksan etanol. Menurut (Reveny, 2011) fraksi etil
Perlakuan asetat daun sirih merah dapat menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Perlakuan Rata-rata Diameter Candida albicans. Selain itu daya hambat yang
Zona Hambat dihasilkan juga dapat disebabkan oleh adanya
Etanol 90% 3.525a gabungan beberapa golongan senyawa yang saling
Etanol 80% 4.475a,b memperkuat dan mempunyai aktivitas antibakteri.
Etanol 70% 5.470b
5 Kesimpulan
Etanol 60% 5.900b
Ekstrak etanol daun sirih merah (Piper
Keterangan: crocatum Ruiz & Pav) berpengaruh terhadap
a = Subset I aktivitas antibakteri pada pertumbuhan bakteri
b = Subset II gram positif Staphylococcus epidermidis.
Dari hasil uji Post Hoc dapat dilihat bahwa Konsentrasi pelarut etanol 60% paling
ekstrak etanol 80% dan 90% terdapat dalam subset berpengaruh terhadap aktivitas antibakteri ekstrak
yang sama dengan kata lain memiliki perbedaan daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav)
yang berbeda nyata. Sedangkan pada data pada pertumbuhan bakteri Staphylococcus
perlakuan ekstrak etanol 80%, 70% dan 60% juga epidermidis.
terdapat pada satu subset yang sama sehingga tidak Bersadarkan hasil uji ANOVA, ekstrak daun
memiliki perbedaan yang berbeda nyata. Akan sirih merah dengan menggunakan konsentrasi
tetapi dari ke-4 konsentrasi pelarut terdapat pelarut etanol memiliki nilai signifikansi 0,000 (p
perbedaan nyata antara etanol 90% dengan etanol <0,05) sehingga daya hambat yang dihasilkan
80%, 70% dan 60%, hal ini dikarenakan adanya memiliki perbedaan yang signifikan
perbedaan rata-rata dimeter zona hambat yang
didapatkan. Pada uji ini didapatkan hasil rata-rata Daftar Pustaka
etanol 60% memiliki rata-rata daya hambat yang 1. Aniszewski T. 2007. Alkaloids. s.l. : Secret of
tertinggi. Sehingga menunjukan bahwa masing- Life Finnland: Elsevier, 2007.
masing konsentrasi pelarut memiliki pengaruh 2. Anugrah, Gita Tri. 2015. Uji Aktivitas
terhadap senyawa yang terkandung didalam sirih Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah
merah. Dengan demikian dapat dilihat bahwa (Piper Crocatum Ruiz & Pav.) Terhadap
semakin tinggi konsentrasi pelarut etanol yang Staphylococcus Epidermidis. Politeknik
Kesehatan Bandung.

7 Pharmasipha, Vol.3, No.1, April 2020


3. Bramantio, Richard Guntur. 2018. Uji 16. Radji, Maksum. 2010. Buku Ajar Mikrobiologi
Efektivitas Antibakteri Minyak Atsiri Daun Panduan Mahasiswa Farmasi Dan
Sirih Merah (Piper Crocatum Ruiz & Pav.) Kedokteran. Jakarta : EGC, 2010. p. 180.
Terhadap Staphylococcus Epidermidis Secara 17. Reveny, Julia. 2011. Daya Antimikroba Ekstrak
In Vitro. Fakultas Kedokteran, Universitas dan Fraksi Daun Sirih Merah (Piper betle
Muhammadiyah Surakarta. Linn.). Universitas Sumatera Utara, Vol. 12 No.
4. Ditjen POM. 1980. Materia Medika Indonesia. 1.
Jakarta : Departemen Kesehatan RI, 1980. 18. Septiani, Hanifati Eka. 2017. Aktivitas
5. Goeswin, A. 2009. Sediaan Farmasi Steril. Antibakteri Fraksi N-Heksana, Etil Asetat Dan
Bandung : Penerbit: ITB, 2009. Air Dari Ekstrak Etanol Daun Kenikir.
6. Harapini, M, Agusta, A and Rahayu, R. D. Surakarta : Fakultas Farmasi Universitas Setia
1996. Analisis Komponen Kimia Minyak Atsiri Budi.
dari Dua Macam Sirih (Daun Sirih Kuning dan 19. Silawati dan Okky, Serinda. 2018. Aktivitas
Hijau). s.l. : Posiding Simposium Nasional I Antibakteri Minyak Atsiri Daun Sirih Merah
Tumbuhan Obat dan Tanaman, 1996. 58-64. (Piper Crocatum Ruiz & Pav) Terhadap
7. Harboune J. B. 2006. Metode Fitokimia Staphylococcus Aureus Dan Escherichia Coli
Penuntunan dan Cara Modern Menganalisa Secara In Vitro. Universitas Muhammadiyah
Tumbuhan. [book auth.] Padmawinata K. Surakarta.
Metode Fitokimia Penuntunan dan Cara 20. Siswandono and Soekardjo,B. 2000. Kimia
Modern Menganalisa Tumbuhan. Bandung : Medicinal. Surabaya : UNAIR Press, 2000.
ITB. 115-142.
8. Jawetz, Melnick and Adelberg’s. 2001. 21. Sudewo, B. 2005. Basmi Penyakit dengan Sirih
Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : Buku Mereh. Jakarta : PT. Agro Media Pustaka,
Kedokteran EGC, 2001. 2005.
9. Katzung, BG. 2004. Farmakologi Dasar dan 22. Syahrinastiti, Tristika Aulia, Djamal, Aziz dan
KLinik. Jakarta : Salemba Medika, 2004. Irawati, Lili. 2015. Perbedaan Daya Hambat
10. KEMENKES. 2010. Guide line for the Use of Ekstrak Daun Sirih Hijau ( Piper betle L. ) dan
Herbal Medicine in Family Health Care. 2010. Daun Sirih Merah ( Piper crocatum Ruiz &
Sixth ed. Pav ) terhadap Pertumbuhan Escherichia coli.
11. Khasanah, Retno Atun, Budiyanto, Eko dan Universitas Andalas, Padang.
Widiani, Nenny. 2010. Pemanfaatan Ekstrak 23. Tiran, Fitri Apriliyani and Nastiti, Christofori
Sereh (Chymbopogon Nardus L.) Sebagai M.R.R. 2014. Aktivitas Antibakteri Lotion
Alternatif Anti Bakteri Staphylococcus Minyak Kayu Manis Terhadap Staphylococcus
Epidermidis Pada Deodoran Parfume Spray). Epidermidis Penyebab Bau Kaki. Universitas
Universitas Negeri Yogyakarta. Sanata Dharma: Surakarta, Vol. 11 No. 2.
12. Kusuma, Nursalinda. 2018. Uji Efektifitas Air 24. Tiwari, et al. 2011. Phytochemical Screening
Perasan Jeruk Nipis Citrus Aurantifolia And Extraction: A Review. 2011, Vol. Vol. 1,
Swingle) Dan Madu Randu Dalam Issue. 1.
Menghambat Pertumbuhan Bakteri
Propionibacterium Acnes. Universitas
Darusslam Gontor: Ngawi.
13. Laras. A. 2013. Aktifitas Antibakteri Fraksi
Polar Ekstrak Etanol Daging Buah Sirsak
Annona Muricata L.) Terhadap Psudomonas
Aeroginosa, Shigella Sonnei, Dan
Staphylococcus Aureus, Beserta
Bioautografinya. Surakarta : Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
14. Marliana, Lina. 2013. Daun Ajaib Tumpas
Penyakit. Jakarta : Penebar Swadaya, 2013.
15. Pratiwi and Silvya. T. 2008. Mikrobiologi
Farmasi. Jakarata : Erlangga, 2008.

8 Pharmasipha, Vol.3, No.1, April 2020


9 Pharmasipha, Vol.2, No.2, September 2018

Anda mungkin juga menyukai