Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MATA KULIAH

ETIKOLEGAL DALAM PRAKTEK KEBIDANAN

Oleh:

Kelompok III:

1. SUTIAH

2. NINTA NATALIA

3. NONNI SURYANTI SINAMBELA

4. ANISA DWI MARIA SIREGAR

5. HERAWATI DAMANIK

6. LISDA JENTINA SITUMORANG

7. YULIANA

8. SONYA HARIKA LUBIS

9. RIRI MUTIARI

10. SAFMILZAH MEURAKSA

PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN

INSTITUT KESEHATAN HELVETIA

MEDAN 2020
1. DEFENISI KODE ETIK PROFESI BIDAN

Kode Etik adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota profesi yang

bersangkutan didalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya dimasyarakat.

Profesi berasal dari kata profesio (latin) yang berarti pengakuan. Selanjutnya profesi adalah

suatu tugas atau kegiatan fungsional dari suatu kelompok tertentu yang diakui dalam melayani

masyarakat. Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap

suatu pengetahuan khusus. 

Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan bidan

yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai persyaratan yang berlaku, dicatat

(registrasi), dan diberi izin secara sah untuk menjalankan praktik.

Kode Etik Bidan merupakan ciri profesi yang bersumber dari nilai-nilai internal dan eksternal

suatu displin ilmu yang merupakan pernyataan komprehensif dari profesi bidan itu sendiri yang

harus diindahkan oleh setiap anggota profesi yang bersangkutan dalam melaksanakan tugas

profesinya dan dalam hidupnya sehari-hari di masyarakat.

Kode etik bidan Indonesia pertama kali disusun pada tahun 1986 dan disahkan dalam

Kongres Nasional Ikatan Bidan Indonesia X tahun 1988, sedang petunjuk pelaksanaanya

disahkan dalam Rapat Kerja Nasional ( Rekernas ) IBI tahun 1991,kemudian disempurnakan

dan disahkan pada Kongres Nasional IBI ke XII tahun1998. 

Kode etik kebidanan merupakan suatu pernyataan komprehensif profesi yang menuntut

bidan melaksanakan praktik kebidanan baik yang berhubungan dengan kesejahteraan

keluarga, masyarakat, teman sejawat, profesi dan dirinya. Penetapan kode etik kebidanan

harus dilakukan dalam Kongres Ikatan Bidan Indonesia (IBI).

Kode etik kebidanan merupakn ciri profesi yang bersumber dari nilai – nilai internal dan

external suatu disiplin ilmu dan merupakan komperehensif suatu profesi yang memberikan

tuntutan bagi anggota dalam melaksanakan pengabdian profesi

2. TUJUAN KODE ETIK PROFESI BIDAN

Secara umum tujuan menciptakan kode etik adalah sebagai berikut :

1. Untuk menjunjung tinggi martabat dan citra profesi.

Dalam hal ini yang dijaga adalah image dari pihak luar atau masyarakat untuk mencegah orang

luar memandang rendah atau remeh suatu profesi. Oleh karena itu, setiap kode etik suatu

progfesi  akan melarang berbagai  bentuk tindak tanduk atau kelakuan anggota profesi yang
dapat mencemarkan nama baik profesi di dunia luar. Dari segi ini kode etik juga disebut kode

kehormatan.

2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota

Yang dimaksud kesejahteraan ialah kesejahteraan material dan spiritual atau mental. Dalam

kesejahteraan material anggota profesi kode etik umumnya menerapkan larangan-larangan

bagi anggota untuk melakukan perbuatan yang merugikan kesejahteraan. Kode etik juga

menciptakanperaturan-peraturan yang di tujukan kepada pembahasan tingkah laku yang tidak

pantas atau tidak jujur para anggota profesi dalam interaksinyadengan sesama anggota profesi.

3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi

Dalam hal ini kode etik juga berisi tujuan pengabdian profesi tertentu, sehingga para anggota

profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas dan tanggung jawab pengabdian profesinya.

Oleh karena itu kode etik merumuskan ketentuan-ketentuan yang perlu dilakukan oleh para

anggota profesi dalam menjalankan tugasnya.

4. Untuk meningkatkan mutu profesi         

Kode etik juga memuat tentang norma-norma serta anjuran agar profesi selalu berusaha untuk

meningkatkan mutu profesi sesuai dengan bidang pengabdiannya. Selain itu kode etik juga

mengatur bagaimana cara memelihara dan meningkatkan mutu organisasi profesi

3. ISI KODE ETIK PROFESI BIDAN

Bab I. Kewajiban Bidan terhadap Klien dan Masyarakat (6 Butir)

1. Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah

jabatannya dalam melaksanakan tugas pengabdiannya.

Penerapannya :

1) Bidan harus melakukan tugasnya berdasarkan tugas dan fungsi bidan yang telah

ditetapkan sesuai dengan prosedur ilmu  dan kebijakan yang berlaku dengan penuh

kesungguhan dan tanggung jawab.

2) Bidan dalam melakukan tugasnya, harus memberi pelayanan yang optimal kepada

siapa saja dengan tidak membedakan pangkat, kedudukan, golongan, bangsa dan

negara.

3) Bidan dalam melaksanakan tugasnya tidak akan menceritakan kepada orang lain dan

merahasiakan segala yang berhubungan dengan tugasnya

4) Bidan hanya boleh membuka rahasia klien apabila diminta untuk keperluan kesaksian

pengadilan
2. Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat dan martabat

kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan.

Penerapannya :

1) Pada hakikatnya manusia termasuk klien membutuhkan penghargaan dan pengakuan

yanng hakiki baik dari golongan masyarakat intelektual, menengah atau masyarakat

kurang mampu.

2) Dilandasi sikap menghargai martabat setiap insan, maka bidan harus memberi

pelayanan profesional yang memadai kepada setiap klien.

Memberi pelayanan sesuai dengan bidang ilmu yang dimiliki dan manusiawi secara

penuh tanpa mementingakan kepentingan pribadi dan mendahulukan kepentingan klien

serta menghargai klien sebagaimana bidan menghargai dirinya sendiri.

Dalam memberikan pelayanan, harus menjaga citra bidan sebagai profesi yang memiliki

nilai-nilai pengabdian yang sangat esensial.Pengabdian dan pelayanan bidan adalah

dorongan hati nurani yang tidak mendahulukan balas jasa.

3. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa berpedoman pada peran, tugas dan

tanggung jawabnya sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.

Penerapannya :

1) Bidan dalam melaksanakan pelayanan harus sesuai dengan tugas dan kewajiban yang

telah digariskan dalam permenkes No 900/Permenkes/IX/2002.

2) Melayani bayi dan anak pra sekolah termasuk pengawasan dalam pertumbuhan

perkembangan bayi dan anak, pemberian vaksinasi sesuai dengan usia, melaksanakan

perawatan bayi dan memberi petunjuk kepada ibu tentang makanan bayi, termasuk cara

menyusui yang baik dan benar serta makanan tambahan sesuai dengan usia anak.

3) Memberi obat-obatan tertentu dalam bidang kebidanan sesuai dengan kebutuhan dan

kondisi klien.

4) Mengadakan konsultasi dengan profesi kesehatan lainnya dalam kasus-kasus yang

tidak dapat diatasi sendiri.

5) Bidan melaksanakan perannya di tengah kehidupan masyarakat

4. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, mendahulukan kepentingan klien, menghormati

hak klien dan menghormati nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.

Penerapannya :

Bidan dalam memberikan pelayanan kepada klien yang masih percaya pada

kebudayaannya, tidak murni menghilangkan, tetapi memadukan dengan ilmu kebidanan

yang dimilikinya.
5. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa mendahulukan kepentingan klien,

keluarga dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan

berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.

Penerapannya :

Ketika ada klien datang, sedangkan bidan mau ada kepentingan keluarga, bidan harus

mendahulukan untuk melayani klien yang datang tersebut daripada kepentingan pribadinya.

6. Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan pelaksanaan

tugasnya, dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan derajat

kesehatannya secara optimal.

Penerapannya :

1) Bidan harus mengadakan kunjungan rumah atau masyarakat untuk memberi

penyuluhan serta motivasi agar masyarakat mau membentuk posyandu atau PKMD atau

kepada ibu yang mempunyai balita/ibu hamil untuk memeriksakan diri di posyandu.

2) Bidan dimana saja berada, baik dikantor, puskesmas atau rumah, ditempat praktik BPM,

maupun ditengah masyarakat lingkungan tempat tinggal, harus selalu memberi motivasi

untuk selalu hidup sehat.

Bab II Kewajiban Bidan terhadap Tugasnya (3 Butir)

1. Setiap bidan senantiasa memberi pelayanan paripurna terhadap klien, keluarga dan

masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan pada

kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.

Penerapannya :

1) Melaksanakan pelayanan yang bersifat pencegahan seperti asuhan antenatal, memberi

imunisasi, KIE, sesuai dengan kebutuhan.

2) Memberi pelayanan yang bersifat pengobatan sesuai dengan wewenang bidan.

3)  Memberi pelayanan bersifat promotif/peningkatan kesehatan.

4) Memberi pelayanan bersifat rehabilitatif.

2. Setiap bidan berhak memberi pertolongan dan mempunyai kewenangan dalam mengambil

keputusan dalam tugasnya, termasuk keputusan mengadakan konsultasi dan atau rujukan.

Penerapannya :

1) Menolong partus di rumah sendiri, di puskesmas, dan di Rumah Sakit.

2) Mengadakan pelayanan konsultasi terhadap ibu, bayi dan KB sesuai dengan

wewenangnya.
3) Merujuk klien yang tidak dapat ditolong ke Rumah Sakit yang memiliki fasilitas lebih

lengkap.

3. Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat dan atau dipercayakan

kepadanya, kecuali jika diminta oleh pengadilan atau diperlukan sehubungan dengan

kepentingan klien.

Penerapannya :

Ketika bertugas, bidan tidak dibenarkan menceritakan segala sesuatu yang diketahuinya

kepada siapapun termasuk keluarganya.

Bab III. Kewajiban Bidan terhadap Sejawat dan Tenaga Kesehatan Lainnya (2 Butir)

1. Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk menciptakan

suasana kerja yang serasi.

Penerapannya :

1) Dalam melaksanakan tugas kebidanan baik pemerintah/non pemerintah, jika ada

sejawat yang berhalangan (cuti), bidan dapat saling menggantikan, sehingga tugas

pelayanan tetap berjalan.

2) Sesama sejawat harus saling mendukung, misalnya dengan mengadakan arisan, piknik

bersama, mengunjungi teman yang sakit, memenuhi undangan perkawinan keluarga,

khitanan.

2. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya harus saling menghormati baik terhadap

sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya.

Penerapannya :

1) Dalam menetapkan lokasi BPM, perlu diperhatikan jarak dengan lokasi yang sudah ada.

2) Jika mengalami kesulitan, bidan dapat saling membantu dengan mengkonsultasikan

kesulitan kepada sejawat.

3) Dalam kerja sama antar teman sejawat, konsultasi atau pertolongnan mendadak

hendaknya melibatkan imbalan yang sesuai dengan kesepakatan bersama.

Bab IV. Kewajiban Bidan terhadap Profesinya (3 Butir)

1. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya dengan

menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberi pelayanan yang bermutu kepada

masyarakat.

Penerapannya :

1) Menjadi panutan dalam hidupnya.


2) Berpenampilan yang baik.

3) Tidak membeda-bedakan pangkat, jabatan dan golongan.

4) Menjaga mutu pelayanan profesinya sesuai dengan standar yang telah ditentukan.

5) Menggunakan pakaian dinas dan kelengkapannya hanya dalam waktu dinas.

2. Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan

profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Penerapannya :

1) Mengembangkan kemampuan di lahan praktik.

2) Mengikuti pendidikan formal.

3) Mengikuti pendidikan berkelanjutan melalui penataran, seminar, lokakarya, simposium,

membaca majalah, buku dan lain-lain secara pribadi.

3. Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan sejenisnya

yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya.

1) Membantu pembuatan perencanaan penelitian kelompok.

2) Membantu pelaksanaan proses penelitian dalam kelompok.

3) Membantu pengolahan hasil penelitian kelompok.

4) Membantu pembuatan laporan penelitian kelompok.

5) Membantu perencanaan penelitian mandiri.

6) Melaksanakan penelitian mandiri.

7) Mengolah hasil penelitian.

8) Membuat laporan penelitian.

Bab V. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri (3 Butir)

1. Setiap bidan harus memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan tugas profesinya

dengan baik.

Penerapannya :

1) Memperhatikan kesehatan perorangan.

2) Memperhatikan kesehatan lingkungan.

3) Memeriksakan diri secara berkala setiap setahun sekali.

4) Jika mengalami sakit atau keseimbangan tubuh terganggu, segera memeriksakan diri ke

dokter.

2. Setiap bidan harus berusaha terus-menerus untuk meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Penerapannya :
1) Membaca buku-buku tentang kesehatan, kebidanan, keperawatan    pada umumnya

bahkan pengetahuan umum

2) Menyempatkan membaca Koran.

3) Berlangganan majalah profesi, majalah kesehatan.

4) Mengikuti penataran, seminar, simposium, lokakarya tentang kesehatan umumnya,

kebidanan khususnya.

5) Mengadakan latihan berkala seperti simulasi atau demonstrasi untuk tindakan yang

jarang terjadi, pada kesempatan pertemuan IBI di tingkat kecamatan, cabang, daerah

atau pusat.

6) Mengundang pakar untuk memberi ceramah atau diskusi pada kesempatan pertemuan

rutin, misalnya bulanan.

7) Mengadakan kunjungan atau studi perbandingan ke rumah sakit-rumah sakit yang lebih

maju ke daerah-daerah terpencil.

8) Membuat tulisan atau makalah secara bergantian, yang disajikan dalam kesempatan

pertemuan rutin.

3. Setiap bidan wajib memelihara kepribadian dan penampilan diri.

Bab VI. Kewajiban Bidan Terhadap Pemerintah, Nusa, Bangsa dan Tanah    Air (2 Butir)

1. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan

pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam pelayanan KIA/KB dan kesehatan

keluarga serta masyarakat.

Penerapannya :

1) Bidan harus mempelajari perundang-undangan kesehatan di Indonesia dengan cara :

a. Menyebarluaskan informasi atau perundang-undangan yang dipelajari kepada

anggota.

b. Mengundang ahli atau penceramah yang dibutuhkan.

2) Mempelajari program pemerintah, khususnya mengenai pelayanan kesehatan di

Indonesia.

3) Mengidentifikasi perkembangan kurikulum sekolah tenaga kesehatan umumnya,

keperawatan dan kebidanan khususnya.

2. Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan pemikirannya kepada

pemerintah untuk meningkatkan mutu jangkauan pelayanan kesehatan, terutama pelayanan

KIA/KB dan kesehatan keluarga.

Penerapannya :
1) Bidan harus menyampaikan laporan kepada setiap jajaran IBI tentang berbagai hal yang

berhubungan dengan pelaksanaan tugas bidan di daerah, termasuk faktor penunjang

maupun penghambat pelaksanaan tugas itu.

2) Mencoba membuat penelitian tentang masalah yang sering terjadi di masyarakat yang

berhubungan dengan tugas profesi kebidanan, misalnya penelitian mengenai :

a. Berapa biaya standar persalinan normal di suatu daerah

b. Berapa banyak animo masyarakat di suatu daerah terhadap fasilitas KIA/KB

yang telah disediakan oleh masyarakat.

Bab VII. Penutup

Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari senantiasa menghayati dan

mengamalkan Kode Etik Bidan Indonesia.

4. KASUS PELANGGARAN KODE ETIK BIDAN

Kasus 1 : Remaja Aborsi Tewas Usai Disuntik Bidan

Kasus aborsi yang berujung kematian terjadi Kediri. Novila Sutiana (21), warga Dusun Gegeran,

Desa/Kecamatan Sukorejo, Ponorogo, Jawa Timur, tewas setelah berusaha menggugurkan

janin yang dikandungnya. Ironisnya, korban tewas setelah disuntik obat perangang oleh bidan

puskesmas. Kasus ini berkaitan dengan pelanggaran kode etik Bidan yang berkewajiban

terhadap tugasnya.

Kasus 2 : Usai Persalinan Organ Wanita Robek

Kasus dugaan malpraktek kembali terjadi. Di Jember Jawa Timur, seorang ibu

muda mengalami luka robek di bagian anusnya, hingga tidak bisa buang air. Diduga korban

yang kini harus buang air besar melalui organ kewanitannya, disebabkan kelalaian bidan yang

masih magang di puskesmas setempat menangani persalinannya. Kini kasus dugaan

malpraktek ini ditangani Dinas Kesehatan Kota Jember. Hal ini melanggar kode etik bidan yang

berkawajiban terhadap tugasnya.

Kasus 3 : Bidan Pustu Diduga Lakukan Malpraktek

Bidan Puskesmas Pembantu (Pustu) Kelurahan 5 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu 1, Kota

Palembang, Sumatra Selatan, Yt, diduga melakukan malpraktik sehingga mengakibatkan

seorang bayi pasiennya meninggal dunia setelah diobati. Hal ini melanggar kode etik bidan

yang berkawajiban terhadap tugasnya.


Kasus 4 : Usai Persalinan Organ Wanita Robek

Kasus dugaan malpraktek kembali terjadi. Di Jember Jawa Timur, seorang ibu

muda mengalami luka robek di bagian anusnya, hingga tidak bisa buang air. Diduga korban

yang kini harus buang air besar melalui organ kewanitannya, disebabkan kelalaian bidan yang

masih magang di puskesmas setempat menangani persalinannya. Kini kasus dugaan

malpraktek ini ditangani Dinas Kesehatan Kota Jember.

Ibu muda berusia 22 tahun ini, menjadi korban dugaan malpraktek, usai menjalani proses

persalinan anak pertamanya, Irza Praditya Akbar, yang kini berusia 1 bulan. Hal ini melanggar

kode etik bidan yang berkawajiban terhadap tugasnya.

Kasus 5: Bidan Menelantarkan pasien yang akan bersalin

Seorang Bidan menelantarkan ibu yang akan bersalin di Kabupaten Sampang, Jawa Timur.

Sehingga ibu tersebut melahirkan di depan klinik Bidan tersebut. Alasan Bidan tersebut tidak

melayani pasiennya karena sedang sakit. Kasus ini merupakan kasus yang melanggar kode

etik bidan yang berkewajiban terhadap Klien dan Masyarakat. Seharusnya Bidan tidak

menelantarkan pasien tersebut, jika Bidan sedang sakit bisa minta tolong kepada sejawat

lainnya untuk menolong persalinan pasiennya.

Kasus 6: Bidan menolong persalinan yang sudah KJDK (Kematian Janin Dalam

Kandungan)

Dua bidan Puskesmas Bunging, Kecamatan Duammpanua, Kabupaten Pinrang, Sulawaesi

selatan dikenakan sanksi kode etik pada kelahiran seorang Bayi. Diduga bayi sudah dalam

keadaan meninggal di dalam kandungan, namun kedua Bidan tetap menolong persalinan meski

sudah mengetahui hal tersebut. Hal ini melanggar kode etik bidan yang berkewajiban terhadap

tugasnya. Bidan harus tau sampai sejauh mana seorang Bidan dapat melakukan suatu

tindakan, jika sudah bukan ranah Bidan lagi sebaiknya dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih

tinggi untuk penanganan yang lebih baik lagi.

Kasus 7 : Keluarga terutama suami menolak untuk dirujuk ke rumah sakit dengan alasan

tidak punya biaya untuk membayar biaya rumah sakit

Di desa sukajaya ada seorang bidan yang sudah membuka praktik selama 1,5 tahun. Suatu

hari pada pukul 09.00 wib Ny.E datang ke bidan tsb, mengeluh keluar lendir bercampur darah

dari jalan lahir, dan merasa mules-mules sejak pukul.05.00 wib. Dan dari hasil pemeriksaan

dalam diketahui bahwa Ny.E sudah pembukaan 2,  namun dari hasil anamnese diketahui

bahwa Ny.E sebelumnya telah melakukan pemeriksaan ke puskesmas dan di dapatkan hasil

bahwa protein urin (+), dan dari hasil pemeriksaan ttv diketahui bahwa tekanan darah Ny.R

140/100 serta terdapat bengkak pada muka dan kaki. Bidan mengetahui bahwa Ny.E
mengalami PEB, dan harus segera dirujuk ke RS, jika tidak akan membahayakan bagi ibu dan

janinnya. Bidan tidak mempunyai wewenang dalam membantu persalinan dengan PEB, karena

dapat berbahaya bagi ibu dan janinnya.

Namun, keluarga menolak untuk melakukan rujukan karena keadaan ekonomi yang tidak

memadai. Sehingga atas paksaan dari pasien bidan akhirnya membantu persalinan tsb, namun

persalinan berlangsung lama karena ibu tidak kuat meneran (mengalami sesak nafas) sehingga

janin lama di jalan lahir dan mengalami asfiksia berat sampai nyawanya tak tertolong lagi.

Dalam hal ini keluarga menyalahkan bidan bahwa bidan tersebut tidak bekerja secara

profesional dan dalam masyarakat pun juga tersebar bahwa bidan tersebut dalam melakukan

tindakan sangat lambat dan tidak sesuai dengan prosedur.

Kasus 8 : bersikukuh untuk menolong persalinan

Seorang Ibu Primigravida dibantu oleh seorang bidan untuk bersalin. Proses persalinannya

telah lama karena lebih 24 jam bayi belum juga keluar dan keadaan ibu nya sudah mulai lemas

dan kelelahan  karena sudah terlalu lama mengejan. Bidan tersebut tetap bersikukuh untuk

menolong persalinan Ibu tersebut karena takut kehilangan komisi, walaupun asisten bidan itu

mengingatkan untuk segera di rujuk saja. Setelah bayi keluar, terjadilah perdarahan pada ibu,

baru kemudian bidan merujuk ibu ke RS. Ketika di jalan, ibu tersebut sudah meninggal.

Keluarganya menuntut bidan tersebut.

Kasus 9 :

Di sebuah desa, ada seorang bidan yang sudah membuka praktek kurang lebih selama satu

tahun. Pada suatu hari datang seorang klien bernama Ny ‘A’ usia kehamilan 38 minggu dengan

keluhan perutnya terasa kenceng kenceng dan terasa sakit sejak 5 jam yang lalu. Setelah

dilakukan VT, didapatkan hasil pembukaan 3 dan ternyata janin dalam keadaan letak sungsang.

Oleh karena itu bidan menyarankan agar di Rujuk ke Rumah Sakit untuk melahirkan secara

operasi SC. Namun keluarga klien terutama suami menolak untuk di Rujuk dengan alasan tidak

punya biaya untuk membayar operasi. Tapi bidan tersebut berusaha untuk memberi penjelasan

bahwa tujuan di Rujuk demi keselamatan janin dan juga ibunya namun jika tetap tidak mau

dirujuk akan sangat membahayakan janin maupun ibunya. Tapi keluarga bersikeras agar bidan

mau menolong persalinan tersebut.

Sebenarnya, dalam hal ini bidan tidak yakin bisa berhasil menolong persalinan dengan keadaan

letak sungsang seperti ini karena pengalaman bidan dalam hal ini masih belum begitu

mendalam. Selain itu juga dengan di Rujuk agar persalinan berjalan dengan lancar dan bukan

kewenangan bidan untuk menolong persalinan dalam keadaan letak sungsang seperti ini.

Karena keluarga tetap memaksa, akhirnya bidan pun menuruti kemauan klien serta keluarga
untuk menolong persalinan tersebut. Persalinan berjalan sangat lama karena kepala janin tidak

bisa keluar. Setelah bayi lahir ternyata bayi sudah meninggal. Dalam hal ini keluarga

menyalahkan bidan bahwa bidan tidak bisa bekerja secara profesional dan dalam

masyarakatpun juga tersebar bahwa bidan tersebut dalam melakukan tindakan sangat lambat

dan tidak sesuai prosedur.

Kasus 10 :

Di sebuah desa, ada seorang bidan yang sudah membuka praktek kurang lebih selamasatu tahun. Pada

suatu hari datang seorang klien bernama Ny „A‟ usia kehamilan 38 minggu dengan keluhan

perutnya terasa kenceng kenceng sejak 5 jam yang lalu. Setelah dilakukan VT, Didapatkan

hasil pembukaan 3 dan ternyata janin dalam keadaan letak sungsang. Oleh karena itu bidan

menyarankan agar di Rujuk ke Rumah Sakit untuk melahirkan secara operasiSC.

Namun keluarga klien terutama suami menolak untuk di Rujuk dengan alasan tidak punya biaya

untuk membayar operasi. Tapi bidan tersebut berusaha untuk memberi penjelasan bahwa

tujuan di Rujuk demi keselamatan janin dan juga ibunya namun jika tetap tidak mau dirujuk

akan sangat membahayakan janin maupun ibunya. Tapi keluarga bersikeras agar bidan mau

menolong persalinan tersebut. Sebenarnya, dalam hal ini bidan tidak yakinbisa berhasil

menolong persalinan dengan keadaan letak sungsang seperti ini karenapengalaman bidan

dalam hal ini masih belum begitu mendalam. Selain itu juga dengan di Rujuk agar persalinan

berjalan dengan lancar dan bukan kewenangan bidan untuk menolong persalinan dalam

keadaan letak sungsang seperti ini. Karena keluarga tetap memaksa,akhirnya bidan pun

menuruti kemauan klien serta keluarga untuk menolong persalinan tersebut. Persalinan berjalan

sangat lama karena kepala janin tidak bisa keluar. Setelah bayilahir ternyata bayi sudah

meninggal. Dalam hal ini keluarga menyalahkan bidan bahwa bidan tidak bisa bekerja secara

profesional dan dalam masyarakatpun juga tersebar bahwa bidantersebut dalam melakukan

tindakan sangat lambat dan tidak sesuai prosedur.

Konflik keluarga terutama suami menolak untuk di rujuk ke Rumah sakit dan melahirkan secara

operasi SC dengan alasan tidak punya biaya untuk membayar operasi.

Anda mungkin juga menyukai