Anda di halaman 1dari 3

Meta Analisis Model Pembelajaran Inquiry Based Learning

dalam Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan


Keterampilan Berpikir Kritis
Robika Alkadri
Pendidikan Fisika, FMIPA, Universitas Negeri Padang
robikaalkadri@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kembali tentang model pembelajaran Inquiry
Based Learning untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis Peserta Didik di SMA.
Inquiry Based Learning (IBL) merupakan model pembelajaran yang fleksibel, terbuka dan
mengacu pada keterampilan dan sumber belajar yang bervariasi. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan metode meta analisis. Pertama-tama, peneliti merumuskan masalah
penelitian, kemudian dilanjutkan dengan menelusuri penelitian yang sudah ada dan relevan
untuk dianalisis. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan non tes yaitu dengan
menelusuri jurnal elektronik melalui google Cendekia. Dari hasil penelusuran diperoleh 20
artikel dari jurnal dan 3 dari repository. Berdasarkan hasil analisis ternyata model
pembelajaran Problem Based Learning mampu meningkatkan kemampuan berpikir Siswa
mulai dari yang terendah 2,87% sampai yang tertinggi 33,56% dengan rata-rata 12,73%.

Kata Kunci: Inquiry Based Learning, Berpikir Kritis, Pembelajaran Fisika

Pendahuluan
Lahirnya revolusi industri 4.0 menjadi bagian penting dalam rencana pembangunan
suatu negara[1]. Industri 4.0 berdampak besar dalam bidang pengetahuan, teknologi, sosial,
dan ekonomi. Industri 4.0 memiliki potensi manfaat yang sangat besar mengenai perbaikan
kecepatan produksi, peningkatan layanan dan peningkatn pendapatan[2]. Namun, Industri 4.0
memiliki tantangan yang harus dihadapi suatu negara ketika menerapkan Industri 4.0 yaitu
munculnya resistansi terhadap perubahan demografi dan aspek sosial, keterbatasan sumber
daya alam, risiko bencana alam, dan tuntutan penerapan teknologi ramah lingkungan [3].
Untuk menghadapi tantangan tersebut diperlukan keterampilan abad 21 yang dikenal dengan
4C, yaitu communication, collaboration, critical thinking, dan creativity [4].
Pendidikan merupakan wadah bagi negara untuk mengembangkan sumber daya
manusia yang mampu menghadapi tantangan pada abad 21. Untuk menciptakan hal
tersebut, pemerintah telah berupaya memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia seperti,
revisi kurikulum, peningkatan sarana dan prasarana, peningkatan profesionalitas guru, dan
digitalisasi berbagai aspek dalam pendidikan. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang
dipakai dalam sistem pendidikan nasional saat ini. Kurikulum menuntut pembelajaran aktif
dan berpusat kepada peserta didik. Untuk itu, berbagai model pembelajaran yang membuat
siswa terlibat aktif dalam pembelajaran seperti, Problem Based Learning, Discovery learning,
Project Based Learning, Inquiry Based Learning, dan model lainnya yang sesuai dengan
karakteristik kurikulum 2013.

Model Inquiry Based Learning (IBL)adalah proses belajar dan mengajar yang
dirancang untuk membimbing siswa bagaimana meneliti permasalahan dan pertanyaan
yang muncul berdasarkan fakta. Inquiry Based Learning (IBL) merupakan kegiatan
pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk
mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis,
logis, dan analitis sehingga dapat merumuskan sendiri hasil penyelidikan dengan penuh
percaya diri.
Kostelnikova dan Ozvoldova (2013: 134) menyatakan “IBL is process that allows
the teacher and the student to pose qustions about various topics” bahwa IBL adalah suatu
proses pembelajaran yang memungkinkan guru dan siswa untuk mengajukan pertanyaan
tentang berbagai topik.Piaget dalam Indriatno dkk (2012) mendefinisikan model Inquiry
based Learning (IBL) sebagai model pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi siswa
untuk melakukan eksperimen sendiri; dalam arti luas ingin melihat apa yang terjadi,
ingin melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbol-simbol dan mencari jawaban atas
pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain,
membandingkan apa yang ditemukan dengan yang ditemukan orang lain.
Abidin (2014: 151) berpendapat model Inquiry Based Learning (IBL) merupakan
model pembelajaran yang fleksibel, terbuka dan mengacu pada keterampilan dan sumber
belajar yang bervariasi. Dalam model ini guru berperan sebagai mitra siswa yang
membimbing, memfasilitasi dan memandu pengalaman belajar siswa untuk mencapai tujuan
tertentu yang telah ditetapkan. Kesimpulan berdasarkan uraian diatas adalah
bahwa Model Inquiry based Learning (IBL) adalah model pembelajaran yang berpusat pada
siswa (student-centered) dimana siswa mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan
yang muncu dengan melakukan langkah-langkah penyelidikan ilmiah.
a. Dasar Penggunaan Model Inquiry Based Learning (IBL)
Mulyana dalam Dinamika Edukasi Dasar (2012) mengemukakan bahwa model
Inquiry Based Learning (IBL) dipandang sebagai model yang diasumsikan cukup akomodatif
bagi penyelenggaraan pembelajaran sains di sekolah dasar sekarang ini. Alasannya model ini
menjembatani keadaan transisi dari gaya pengajaran sains konvensional yang masih
verbalistis serta minim alat-alat, ke gaya pengajaran sains alternatif yang lebih proporsional
bagi hakikat sains dan karakteristik siswa.
Model pembelajaran ini mendukung empat karakteristik siswa, yaitu (1) secara
instinktif siswa selalu ingin tahu; (2) di dalam percakapan, siswa selalu ingin berbicara dan
mengkomunikasikan idenya; (3) dalam membangun (kontruksi) pengetahuan, siswa selalu
ingin membuat sesuatu; (4) siswa selalu mengekspresikan dirinya.
b. Langkah-Langkah Model Inquiry Based learning (IBL)
Sudjana (1989) menyatakan bahwa dalam konteks pembelajaran inkuiri bahwa terdapat lima
tahapan dalam melaksanakan pembelajaraninkuiri , yaitu
1. Merumuskan masalah untuk dipecahkan oleh siswa ;
2. Menetapkan jawaban sementara atau lebih dikenal dengan istilah hipotesis;
3. Mencari informasi, data, dan fakta yang diperlukan intuk menjawab hipotesis dalam
permasalahan;
4. Menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi; dan
5. Mengaplikasikan kesimpulan.

Berpikir kritis merupakan prosesmental untuk menganalisis informasiyang diperoleh.


Informasi tersebutdidapatkan melalui pengamatan,pengalaman, komunikasi, ataumembaca.
Selain itu,Brookhart (2010:4) menyebutkan bahwayang termasukberpikir kritis menurut
Barahal adalah meliputi reasoning (penalaran), questioning (mempertanyakan)
daninvestigating (menyelidiki), observing(mengamati) dan describing(menggambarkan),
comparing(membandingkan) dan connecting(menghubungkan), menemukankompleksitas,
dan menjelajahi sudutpandang. Selanjutnya menurut Langrehr(2006), untuk melatih
berpikir kritis siswa harus didorong untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut : (1)Menentukan konsekuensi dari suatu
keputusan atau suatu kejadian; (2)Mengidentifikasi asumsi yang digunakan dalam suatu
pernyataan;(3)Merumuskan pokok- popok permasalahan;(4)Menemukan adanya bias
berdasarkan pada sudut pandang yang berbeda; (5) Mengungkapkan penyebab suatu
kejadian; (6)Memilih fakor-faktor yang mendukung terhadap suatu keputusan.

Anda mungkin juga menyukai