Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan pertumbuhan penduduk
terbesar dan menempati posisi keempat didunia setelah China, India,
Amerika Serikat. Laju Pertumbuhan Penduduk di suatu daerah atau negara
disebabkan oleh faktor-faktor demografi, diantaranya adalah angka
kelahiran dan angka kematian (Anggraeni dan Martini, 2011).
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tahun 2007, menunjukkan
yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup. Hasil SDKI tahun 2012, Angka
Kematian Ibu (AKI) menunjukkan yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup.
Angka tersebut melonjak tinggi dikarenakan target Millenium
Development Goals (MDGs) 2015 yaitu 102 per 100.000 kelahiran hidup
(BKKBN, 2013).
Salah satu upaya pemerintah dalam mengendalikan Laju
Pertumbuhan Penduduk (LPP ) adalah melalui pelaksanaan program
Keluarga Berencana (KB).
Keluarga Berencana menurut WHO dalam Expert Commite, 1970 adalah
tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk
menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang
diinginkan mengatur interval diantara kehamilan dan menentukan jumlah
anak dalam keluarga. Di samping mengendalikan tingkat kelahiran,
keikutsertaan dalam program KB juga dimaksudkan untuk meningkatkan
kesejahteraan penduduk, terutama ibu dan anak (Anggraeni dan Martini,
2010).
Dalam Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga menyatakan
bahwa pembangunan keluarga adalah upaya mewujudkan keluarga
berkualitas yang hidup dalam lingkungan yang sehat. Salah satu upaya
pemerintah adalah program Keluarga Berencana. Keluarga berencana
adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal .
Strategi untuk mengatur kehamilan atau melahirkan dapat dilakukan
melalui promosi, pendidikan kesehatan, dan konseling. Menurut BKKBN
tahun 2011, Bahwa Program keluarga berencana didukung dengan adanya
alat kontrasepsi. Alat kontrasepsi yang memiliki efektifitas tinggi dalam
mencegah kehamilan adalah Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)
atau sering disebut dengan Metode Alat Kontrasepsi Efektif Terpilih
(MKET) diantaranya adalah IUD, implant, MOW, MOP.
IUD merupakan alat kontrasepsi yang efektifitasnya tinggi, yaitu
0,6-0,8 kehamilan/ 100 perempuan dalam 1 tahun pertama. IUD juga
berperan dalam mencegah kehamilan dari 98% hingga mencapai hampir
100%, yang tergantung pada jenis IUD tersebut.
SDKI Tahun 2017 menyatakan bahwa dalam 5 tahun terakhir
terjadi kemajuan-kemajuan yang telah dicapai program KB yaitu
penurunan TFR Indonesia sebanyak 0,2 poin, dari 2,6 per wanita usia
subur (WUS) pada SDKI Tahun 2012 menjadi 2,4 per WUS pada SDKI
Tahun 2017.
Hasil Survei Kinerja dan Akuntabilitas Pemerintah Program
Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga
(SKAP – KKBPK) tahun 2018 menyatakan bahwa ada 3 (tiga)
indikator capaian RENSTRA BKKBN 2015-2019 telah mencapai
target, yaitu: pertama penurunan angka kelahiran 2,38 menjadi 2,31
(97,1%) per WUS usia 15-49 tahun pada tahun 2018; Kedua,
penurunan angka putus pemakaian MKJP menjadi 25% (100%) dari
target tahun 2018 sebesar 25% dan ketiga: peningkatan penggunaan
(MKJP) sebesar 23,1% (103,6%) dari target tahun 2018 sebesar 
22,3%
Data dki, data suku dinas, puskesmas,dan bpm.

B. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan karakteristik ibu dengan penggunaan KB IUD di
BPM Bd. K. Dewiyanti Amd.Keb ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan karakteristik ibu nifas dengan
penggunaan KB IUD di BPM Bidan K. Dewiyanti Amd.Keb

2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya hubungan antara usia ibu nifas dengan penggunaan
KB IUD di BPM Bidan K. Dewiyanti Amd.Keb
b. Diketahuinya hubungan antara pendidikan ibu nifas dengan
penggunaan KB IUD di BPM Bidan K. Dewiyanti Amd.Keb
c. Diketahuinya hubungan antara informasi yang didapatkan tentang
KB IUD dengan pengunaan KB IUD di BPM Bidan K. Dewiyanti
Amd.keb

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis
Bermanfaat untuk memperluas wawasan tentang KB IUD.
2. Bagi institusi pendidikan
Dapat menambah wawasan bagi peneliti berikutnya dan memperluas
kajian materi terkait KB khususnya IUD.
3. Bagi BPM
Dapat digunakan untuk meningkatkan pelayanan keluarga berencana
khususnya pada akseptor KB IUD.
4. Bagi Pasien KB IUD
Dapat membantu meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pasien
dalam menggunakan KB IUD.

Anda mungkin juga menyukai