Anda di halaman 1dari 7

SPEKTRUM

Jurnal Pendidikan Luar Sekolah


http://ejournal.unp.ac.id/index.php/pnfi
PENINGKATAN METODE MENGAJAR Jurusan Pendidikan Luar Sekolah
Fakultas Ilmu Pendidikan
WIDYAISWARA DALAM DIKLAT UNTUK Universitas Negeri Padang
Sumatera Barat, Indonesia
MENINGKATAKAN SUMBER DAYA MANUSIA Volume, Nomor, Tahun
DOI:

Aisyah Putri Bungsu1,2, Zikri Drajat1


1
Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang
2
Email: aisyahputribungsu0.@gmail.com

ABSTRACT
Competence or quality of someone in the organization or company becomes important. The increase in
resources is carried out through education and training activities. The use of teaching methods appropriate
widyaiswara will produce the expected results. This article is to improve the teaching methods of widyaiswara
in training to improve human resources. The method used in this research is the study of literature. The results
showed that the Widyaiswara teaching method can be carried out using methods that are suitable with the
training material, combining the teaching methods according to the training needs and innovating the
teaching methods so that the training participants are interested in the material delivered by Widyaiswara
Keywords: Human resources, education and training, teaching methods

PENDAHULUAN
Sumber daya manusia merupakan aset dari segala aspek pengelolaan terutama yang
menyangkut eksistensi pada satu organisasi. Sumber daya manusia adalah segala sesuatu
daya yang dimiliki oleh manusia dalam melaksakan segala aktivitasnya. Sumber daya yang
berkualitas akan menjadi menjadi peranan yang penting dalam sebuah organisasi atau
perusahaan, dengan sumber daya yang berkualitas maka kinerja yang dimiliki akan baik.
Menjadi manusia yang berdaya menjadi salah satu hal yang penting dalam menjalankan tugas
dan tanggungjawab yang dimiliki. Manusia yang berdaya tentu saja akan memiliki kualitas
yang mampu membangun dan mengembangkan dirinya dan negaranya. Kunci dalam
meningkatkan sumber daya yaitu melalui pendidikan.
Pendidikan akan memberikan pengaruh yang besar dalam diri manusia. Salah satunya
memiliki kualitas atau kompetesi yang bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan
mampu menyelesaikan masalah-masalah yang ada. Berbagai cara dapat dilakukan dalam
meningkatkan sumber daya yaitu melalui pendidikan dan pelatihan. Kegiatan pendidikan dan
pelatihan memberikan kesempatan kepada peserta pelatihan untuk mengembangkan dan
melatih kemampuan sehingga mampu dalam menjalankan tugas dan tanggungjawab.
Berbagai jenis kegiatan pendidikan dan pelatihan diharapkan akan memberikan bekal bagi
peserta pelatihan untuk menguasai keterampilan-keterampilan tersebut
Dalam diklat tentu berkaitan dengan dengan pelatih yaitu widyaiswara. Kualitas yang
dimiliki oleh widyaiswara akan berpengaruh terhadap hasil pendidikan dan pelatihan dan
keberhasilan pencapaian dari peserta diklat. Bebagai pelatihan banyak dilakukan dengan
harapan dapat meningkatkan sumber daya manusia, namun terkadang pendidikan dan
pelatihan tersebut tidak maksimal terlaksana dikarenakan berbagai kendala yang dihadapi
seperti ketidaksesuaian materi diklat dengan metode yang digunakan, ketidaksesuain materi
diklat dengan peserta diklat dan lainnya.
Mewujudkan hasil pendidikan dan pelatihan yang diharapkan tentu dilakukan dengan
berbagai cara dan membutuhkan perhatian. Salah satu hal yang harus diperhatikan tersebut
yaitu penggunaan metode mengajar kepada peserta diklat sehingga dapat mewujudkan tujuan
pendidikan dan pelatihan serta meningkatkan sumber daya peserta pelatihan. Berlatar
belakang dari hal tersebut maka penelitian ini bermaksud untuk mengetahui peningkatan
metode mengajar widyaiswara dalam diklat untuk meningkatakan sumber daya manusia

METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan. Penulis
mengumpulkan berbagai referensi terkait topik melalui buku, artikel jurnal dan lainnya.
Referensi tersebut dibaca secara menyeluruh untuk mendapatkan penjelasan yang tepat
terkait strategi manajemen pendidikan dan pelatihan dalam meningkatkan sumber daya
manusia

PEMBAHASAN
Sumber daya manusia
Dalam menjalankan kehidupan tentu akan selalu berkaitan dengan kekuatan manusia
dalam menyelesaikan pekerjaan yang ada. Kekuatan yang dimiliki seseorang akan mampu
menyelesaikan segala masalah atau pekerjaan dengan sebaiknya. Hal ini sesuai dengan
pengertian sumber daya manusia adalah orang-pegawai, karyawan, buruh-yang bekerja untuk
suatu organisasi, perusahaan, lembaga pemerintah, lembaga pendidikan, tentara, polisi, dan
sebagainya yang direkrut untuk melaksanakan aktivitas manajemen organisasi dalam
mencapai tujuan organisasi (Wirawan, 2015)
Sumber daya manusia yang bisa “hidup” dalam arti mampu bersaing di era
kesemrawutan global adalah manusia yang benar-benar unggul (Uno & Lamatenggo, 2016).
Pergeseran informasi ekonomi memerlukan kemampuan sumber daya manusia sementara itu
persaingan global semakin intensif (Wibowo, 2014). Melihat kondisi yang terjadi saat ini
tentu harus dilakukan perombakan berbagai hal salah satunya sumber daya manusia itu
sendiri. Mulai dari kualitas kerjanya, kinerjanya, mutu kerja dan hal lainnya yang menjadi
pendorong dalam bersaing dengan sumber daya manusia lainnya. Pengembangan sumber
daya manusia merupakan kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk meningkatkan
pengetahuan (knowledge), kemam-puan (ability), dan keterampilan (skill) pegawainya sesuai
dengan tuntutan pekerjaan yang dilakukan
Diklat
Pendidikan dan pelatihan adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan tujuan
meningkatkan kompetensi dari peserta diklat baik keterampilan maupun sikapnya dalam
menjalankan tugas atau tanggung jawab dan kehidupannya. Pendidikan dan pelatihan adalah
suatu kegiatan yang dilakukan dengan tujuan meningkatkan kompetensi dari peserta diklat
baik keterampilan maupun sikapnya dalam menjalankan tugas atau tanggungjawab dan
kehidupannya. Berkaitan juga dengan pendapat yang disampaikan oleh Daryanto dan Bintoro
dalam Herlina & Dkk (2016) yang dapat disimpulkan bahwa kekurangan keahlian yang
dimiliki oleh seseorang sehingga individu/kelompok tersebut berusaha untuk memiliki
keahlian tersebut dengan melakukan pendidikan dan latihan sebagai solusinya. Maka dapat
dikatakan bahwa pendidikan dan pelatihan selalu dilakukan oleh individu/kelompok untuk
memenuhi kekurangan yang dimiliki sehingga diklat termasuk proses belajar seumur hidup
dan sepanjang aktivitas diri demi kelangsungan hidup.
Adapun yang menjadi tujuan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan adalah :
a. Meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan dan sikap untuk melaksanakan tugas
jabatan secara profesional dengan dilandasi kepribadian dan etika PNS.
b. Menciptakan aparatur yang mampu berperan sebagai pembaru dan perekat persatuan dan
kesatuan bangsa.
c. Memantapkan sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi pada pelayanan,
pengayoman, dan pemberdayaan masyarakat
d. Menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola pikir dalam melaksanakan tugas umum
dan pembangunan demi terwujudnya pemerintahan yang baik.
Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan dapat tercapai, sebaiknya perlu didasarkan pada
prinsip-prinsip berikut:
1. Semua manusia dapat belajar. Individu dari semua umur dengan kapasitas intelektual
yang bermacam-macam mempunyai kemampuan untuk mempelajari perilaku-perilaku
baru.
2. Seorang individu harus bermotivasi untuk aktualisasi diri, promosi, insentif berupa uang.
3. Belajar adalah aktif, bukan pasif. Pendidikan yang efektif menuntut aksi dan melibatkan
semua peserta pelatihan/pendidikan.
4. Peserta dapat memperoleh pengetahuan lebih cepat dengan bimbingan.
5. Materi yang sesuai harus diberikan. Pengajar harus memilih alat-alat dan materi yang
cukup lengkap.
6. Waktu harus diberikan untuk dapat menyerap pelajaran.
7. Metode-metode belajar harus bervariasi.
8. Peserta harus memperoleh kepuasan belajar. Pendidikan harus memenuhi kebutuhan,
keinginan dan harapan peserta.
9. Peserta memerlukan penguat dari perilaku yang tepat. Hadiah-hadiah positif dan secara
langsung menguatkan perilaku yang diinginkan.
Model pendidikan dan pelatihan yaitu: diklat tatap muka, diklat di tempat kerja, diklat
jarak jauh, dan diklat kerja sama dengan lembaga lain.
a. Diklat Tatap Muka (DTM)
Diklat tatap muka merupakan diklat konvensional dan reguler. Diklat ini
diselenggarakan di lembaga pelatihan seperti Balai Diklat Keagamaan atau LPMP yang
umumnya berada di kota-kota besar. Dalam diklat model ini peserta diklat dipanggil melalui
instansi masing-masing untuk mengikuti diklat selama jangka waktu tertentu di bawah
bimbingan para widyaiswara. Pembelajaran umumnya dilaksanakan di dalam kelas atau
laboratorium tergantung dari kebutuhan materi diklatnya. Kelemahan diklat jenis ini peserta
diklat harus meninggalkan tugas pokoknya selama ia mengikuti diklat.
b. Diklat di Tempat Kerja (DDTK)
Diklat model ini diselenggarakan oleh Balai Diklat bekerja sama dengan Kantor
Kementerian Kabupaten/Kota. Diklat dilaksanakan di tempat di mana per bekerja sehingga
peserta diklat tidak perlu datang ke Balai Diklat dengan demikian tidak harus meninggalkan
tugasnya dalam jangka waktu relatif lama. Model diklat seperti ini mengharuskan para
widyaiswara (WI) untuk terjun langsung menyambangi peserta diklat di tempat tugasnya. Hal
ini mendatangkan keuntungan karena para WI mengetahui kondisi riil dan terkini dari para
peserta diklat, hanya saja mengingat perbandingan jumlah WI dan peserta diklat yang belum
proporsional menjadikan para WI harus mengatur mengatur waktu dan tenaganya.
c. Diklat Jarak Jauh (DJJ)
Diklat ini diselenggarakan berbasis ICT (Information Communication Technology).
Dalam sistem diklat online, peserta diklat dituntut untuk belajar mandiri. Dalam hal ini,
media internet menjadi media belajar utama. Bahan belajar disampaikan melalui media ini.
Aspek pembelajaran lainnya, seperti: tanya jawab, diskusi,latihan, bimbingan, termasuk
evaluasi juga bisa dilakukan melalui media ini
Diklat online memberikan solusi atas kelemahan diklat konvensional karena peserta
diklat tidak perlu meninggalkan tugas mengajarnya. Hanya saja pengembangan diklat online
perlu disiapkan secara matang. Persiapan ini menyangkut infrastruktur lembaga, SDM
pengelola, dan juga tak kalah pentingnya adalah calon peserta diklat (tenaga pendidik).
Prasyarat yang mutlak harus terpenuhi yakni guru dituntut harus melek internet.
d. Kerja Sama dengan Lembaga lain.
Upaya peningkatan kompetensi pegawai atau sumber daya manusia merupakan kerja
besar yang memerlukan keterlibatan banyak pihak. Sinergisitas di antara para pihak ini akan
mempercepat upaya up grading kompetensi. Lembaga-lembaga seperti perguruan tinggi dan
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sangat dibutuhkan partisipasinya. Pada umumnya
perguruan tinggi atau LSM menggelar pelatihan atau kegiatan ilmiah lainnya semisal seminar
dan workshop.

Metode mengajar widyaiswara


Dalam penyelenggaraan program pelatihan, setidaknya ada empat komponen penting
yang perlu diperhatikan, karena akan menentukan efektivitas pelaksanaan pelatihan. Salah
satu kompenen tersebut yaitu aspek metode. Metode dapat diartikan sebagai jalan (cara,
pendekatan, alat) yang harus ditempuh (dipakai) guna memperoleh pengetahuan tentang
sesuatu hal (sasaran kajian) baik yang lalu, kini, maupun yang akan datang, yang dapat terjadi
dan yang kan terjadi.
Metode pembelajaran merupakan cara yang tersusun dan teratur untuk mencapai
tujuan, terutama aspek pengetahuan. Metode belajar mengajar merupakan suatu komponen
penting dan menentukan dalam proses pendidikan dan pelatihan, karena itu jenis metode
yang digunakan, cara penyajian harus tepat, sesuai dan baik, sehingga proses belajar
mengajar menjadi efektif. Namun dalam mengimplementasikan metode pembelajaran tetap
harus dilandasi oleh konsep dan prinsip-prinsip pembelajaran. Misalkan memberikan
kemudahan bagi peserta untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran (Triati, 2018).
Secara garis besar ada dua jenis metode belajar mengajar, yaitu :
1. Metode didaktik (one way method): metode ini menitikberatkan bahwa pendidik yang
aktif, sedangkan pihak sasaran pendidikan tidak diberi kesempatan untuk aktif Yang
termasuk metode ini antara lain : ceramah, siaran radio, pemutaran film/side, penyebaran
pamflet, booklet, poster, dan sebagainya.
2. Metode Sokratik (two way method) : sasaran ini menjamin adanya komunikasi dua arah
antara pendidik dan sasaran pendidikan. Yang aktif bukan pihak pendidik saja,
melainkan juga pihak sasaran pendidikan. Termasuk metode ini antara lain: demonstrasi,
diskusi, role playing, seminar, simposium, lokakarya, latihan lapangan, tugas perorangan,
studi kasus, dan sebagainya.
Berbicara pendidikan dan pelatihan nampaknya sangat beragam metode yang
digunakan. Hadipoerwono dalam Amaddin, Fitriyah, & Irawan (2015) mengatakan bahwa
pendidikan dan pelatihan dapat berupa:
a. Latihan atau pelatihan, yang dilaksanakan dalam rangka pelaksanaan pekerjaan. Dalam
pelaksanaan pelaatihan ini pesertanya bisa dibebaskan sepenuhnya dari pekerjaannya,
tetapi bisa juga sambil tetap bekerja seperti biasa.
b. Kursus periodik, yang pelaksanaannya sebulan atau setiap tahun, tergantung pada
kebutuhan. Pelaksanaannya bisa di luar jam kerja atau bisa juga pada saat jam kerja
pegawai.
c. Ceramah-ceramah periodik, yang pelaksanaannya juga dilakukan secara berkala. Dalam
setiap kali ceramah dibicarakan masalah-masalah tertentu yang biasannya bersifat aktual
dan ada sangkut pautnya dengan pelaksanaan pekerjaan.
d. Latihan praktek, merupakan pendidikan mutlak harus dilaksanakan bagi tenaga-tenaga
pelaksana. Pendidikan atau pelatihan ini langsung dilaksanakan di tempat pekerjaan.
e. Diskusi; dengan cara melibatakan seluruh peserta untuk aktif dalam membica-
rakan/memecahkan problem yang dihadapi. Metode ini sering dilakukan karena dianggap
cukup efektif dalam rangka pemecahan masalah. Menurut (295856-pelatihan) metode
Diskusi berfungsi mengakomodir pertanyaan atau pemikiran peserta tentang materi yang
telah disampaikan. Dari metode diskusi ini dapat kita ketahui atensi dan elaborasi sudut
pandang dan pemikiran peserta terhadap materi ceramah
Menurut Munandar dalam Hidayat & Nurasyiah (2017) mengemukakan metode
diklat, yakni:
a. Metode latihan atau training terdiri dari lima cara:
1. On The Job, pada metode ini peserta pelatihan langsung bekerja di tempat untuk
belajar dan meniru suatu pekerjaan dibawah bimbingan seorang pengawas.
2. Vestibule, metode pelatihan dilakukan di dalam kelas yang biasanya dilakukan oleh
perusahaan industri untuk memperkenalkan pekerjaan kepada karyawan baru dan
melatih mereka memperkenalkan pekerjaan tersebut.
3. Demonstration and example, metode pelatihan dengan cara peragaan dan penjelasan
bagaimana cara-cara melakukan suatu pekerjaan melalui contoh atau percobaan yang
didemontarsikan.
4. Simulation, suatu teknik untuk mencontoh semirip mungkin terhadap konsep
sebenarnya dari pekerjaan yang akan dijumapai.
5. Appreniceship, yaitu magang adalah suatu cara untuk mengembangkan keahlian
sehingga para karyawan dapat mempelajari segala aspek dari pekerjaan.
b. Classroom Methods, yang terdiri dari:
1. Lecture (ceramah), metode ini banyak diberikan dalam kelas.
2. Conference (rapat), pelatih memberikan suatu makalah tertentu dan peserta ikut
berpartisipasi memecahkan masalah tersebut.
3. Program instruksi, di mana peserta dapat belajar sendirikarena langkahlangkah
pengerjaanya sudah diprogram melalui komputer, buku-buku petunjuk.
4. Studi Kasus, dalam metode ini dimana pelatih memberikan suatu kasus kepada
peserta.
5. Rol Playing, metode ini dilakukan dengan menunjuk beberapa orang untuk
memainkan suatu peranan di dalam sebuah organisasi tiruan.
6. Diskusi, melalui metode ini peserta dilatih untuk berani memberikan pendapat dan
rumusannya serta cara-cara meyakinkan orang lain agar percaya terhadap pendapat
itu.
7. Seminar, cara ini bertujuan untuk mengembangkan kecakapan dan keahlian peserta
dalam menilai dan memberikan saran-saran yang konstruktif mengenai pendapat
oang lain.
Widyaiswara adalah jabatan fungsional yang mempunyai ruang lingkup, tugas,
tanggung jawab, dan wewenang untuk mendidik, mengajar dan/atau melatih PNS pada
Lembaga Diklat Pemerintah Tugas pokok Widyaiswara adalah mendidik, mengajar, dan/atau
melatih PNS pada lembaga Diklat pemerintah masing-masing. Sebagai tenaga pendidik,
widyaiswara setara dengan pendidikan lainnya seperti dosen, fasilitator dan instruktur serta
sebutan lainnya. Dalam pelaksanaan tugasnya, berkaitan dengan peningkatan sumberdaya
manusia, seperti yang disampaikan oleh Purwastuti dan Prayitno dalam Triati (2018) bahwa
widyaiswara bertanggung jawab dalam peningkatan kualitas dan kompetensi pegawai negeri
sipil, berperan sebagai:
(1) fasilitator
(2) motivator
(3) moderator
(4) inspiratory
(5) inovator
(6) dinamisator
(7) peneliti
(8) konsultan kediklatan.
Widyaiswara yang bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas dalam memberikan
pendidikan dan pelatihan kepada peserta diklat menjadi kunci dalam keberhasilan kegiatan
tersebut maka dalam melaksanakan dikjartih, widyaiswara perlu memperhatikan berbagai
komponen salah satunya metode mengajar.

Peningkatan metode mengajar widyaiswara dalam diklat untuk meningkatakan


sumber daya manusia
Metode mengajar menjadi salah kunci dalam terwujudnya tujuan pendidikan dan
pelatihan. Ketepatan metode yang digunakan akan membantu tersampainya materi kepada
peserta diklat dan outputnya akan menghasilkan peserta diklat yang berdaya dengan berbagai
keterampilan yang diperoleh dari kegiatan diklat. Seorang widyaiswara yang berkompeten
akan mampu menempatkan metode mengajar dengan materi yang akan disampaikan sesuai
dengan kebutuhan dan kesesuaian.
Metode yang ada tidak semuanya bisa diterapkan kepada peserta diklat maka seorang
pelatih atau widyaiswara harus mampu menguasai berbagai metode mengajar serta
meningkatkan penggunaan metode mengajar kepada peserta diklat dengan sebaik-baiknya.
Karena kualitas dari peserta diklat tidak akan diperoleh tanpa keterlibatan pelatih dalam
menyesuaikan metode mengajar dengan kebutuhan materi dari peserta diklat.
Pelatih atau widyaiswara dapat meningkatkan metode mengajar dengan
mempertimbangkan penggunaan metode dengan materi diklat serta mengkombinasikan
metode mengajar sesuai kebutuhan dalam pelaksanaan diklat dan menginovasikan metode
mengajar sehingga peserta diklat tertarik dengan materi yang disampaikan oleh widyaiswara.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Metode mengajar yang tepat akan memberikan pengaruh kepada hasil pendidikan dan
pelatihan. Seorang widyaiswara menjadi kunci dalam keberhasilan kegiatan pendidikan dan
pelatihan. Kemampuan yang dimiliki widyaiwara dalam menggunakan metode mengajar
berpengaruh kepada hasil diklat dan tentu saja dalam mewujudkan sumber daya peserta
pelatihan. Dalam proses mengajar kesesuaian metode dengan materi harus tepat. Maka perlu
peningkatan metode mengajar oleh widyaiswara dalam diklat dengan cara menggunakan
metode sesuai dengan materi pelatihan, mengkombinasikan metode mengajar sesuai
kebutuhan dalam pelaksanaan diklat dan menginovasikan metode mengajar sehingga peserta
diklat tertarik dengan materi yang disampaikan oleh widyaiswara

DAFTAR RUJUKAN
Amaddin, S., Fitriyah, N., & Irawan, B. (2015). Pendidikan Dan Pelatihan TOT Dalam Meningkatkan
Kinerja Pegawai Widyaiswara Di Badan Pendidikan Dan Pelatihan Provinsi Kalimantan Timur.
Jurnal Administrative Reform, 3(1), 148–160.
Herlina, E. S., & Dkk. (2016). Pengaruh Program Pendidikan Dan Pelatihan Terhadap Prestasi Kerja
Pegawai Di Pusdiklat Ir . H . Djuanda PT.KAI Persero Bandung. Jurnal ADPEND, 1(1), 53–70.
Hidayat, & Nurasyiah. (2017). Pengaruh Diklat (Pendidikan Dan Pelatihan) Terhadap Prestasi Kerja
Karyawan Di Bank BPR Rokan Hulu. Jurnal Ilmiah Cano Ekonomos, 6(1), 71–82.
Triati, E. (2018). Optimalisasi Peran Widyaiswara Dalam Pelaksanaan Pendidikan, Pengajaran, dan
Pelatihan. Jurnal Ilmiah Kesejahteraan Sosial, 14(25).
Uno, H. B., & Lamatenggo, N. (2016). Landasan Pendidikan. (Suryani, Ed.). Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Wibowo. (2014). Manajemen Kinerja. Jakarta: Rajawali Press.
Wirawan. (2015). Manajemen Sumber Daya Manusia Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai