KONSEP DDTKA
Deteksi dini tumbuh kembang anak / balita adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk
menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak pra
sekolah. SDIDTK Adalah pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan
berkualitas melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh
kembang pada masa 5 tahun pertama kehidupan. Diselenggarakan dalam bentuk kemitraan
antara : keluarga, masyarakat dengan tenaga professional (kesehatan, pendidikan dan sosial).
Indikator keberhasilan pogram SDIDTK adalah 90% balita dan anak pra sekolah terjangkau
oleh kegiatan SDIDTK. Ruang lingkup ddtka: 1. Menjelaskan Konsep Tumbuh Kembang
Anak. 2. Memahami Jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). 3. Melakukan Stimulasi
Dini Tumbuh Kembang Anak. 4. Melakukan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak (DDTK)
5. Merancang Intervensi atau Penanganan bagi (ABK).
Menurut Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita (Tim Dirjen Pembinaan
Kesmas , 1997) macam-macam tes skrining yang digunakan adalah:
1) Pengukuran Berat Badan menurut Umur (BB/ U)
Pengukuran ini dilakukan secara teratur untuk memantau pertumbuhan dan keadaan
gizi balita. Balita ditimbang setiap bulan dan dicatat dalam Kartu Menuju Sehat Balita (KMS
Balita) sehingga dapat dilihat grafik pertumbuhannya dan dilakukan interefensi jika terjadi
penyimpangan.
2) Pengukuran Lingkaran Kepala Anak (PLKA)
PLKA adalah cara yang biasa dipakai untuk mengetahui perkembangan otak anak.
Biasanya besar tengkorak mengikuti perkembangan otak, sehingga bila ada hambatan pada
perkembangan tengkorak maka perkembangan otak anak juga terhambat. PLKA dapat
dipakai sebagai salah satu alat pemantau perkembangan kecerdasan anak.
3) Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
KPSP adalah suatu daftar pertanyaan singkat yang ditujukan kepada orang tua dan
dipergunakan sebagai alat untuk melakukan skrining pendahuluan perkembangan anak usia 3
bulan sampai dengan 6 tahun. Untuk tiap golongan usia terdapat 10 pertanyaan untuk orang
tua atau pengasuh. KPSP dapat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hambatan dalam
perkembangan anak. Namun hasil yang negatif tidak selalu berarti bahwa perkembangan
anak tersebut tidak normal, tetapi hal ini menunjukkan bahwa anak tersebut memerlukan
pemeriksaan lebih lanjut. Untuk jumlah jawaban “Ya” kurang atau sama dengan enam, maka
anak tersebut harus dirujuk ke ahli.
4) Kuesioner Perilaku Anak Prasekolah (KPAP)
KPAP adalah sekumpulan kondisi-kondisi perilaku yang digunakan sebagai alat untuk
mendeteksi secara dini kelainan-kelainan perilaku anak prasekolah, sehingga dapat segera
dilakukan tindakan untuk mengantisipasinya. KPAP diberikan kepada anak usia prasekolah
atau 3-6 tahun. Dalam KPAP terdapat 30 perilaku yang ditanyakan kepada orang tua atau
pengasuh anak. Jika didapatkan hasil nilai lebih atau sama dengan sebelas, maka anak perlu
dirujuk.
5) Tes Daya Lihat (TDL) dan Tes Kesehatan Mata (TKM) bagi Anak Prasekolah.
TDL dan TKM bagi anak prasekolah (3-6 tahun) adalah alat untuk memeriksa
ketajaman daya lihat serta kelainan mata pada golongan usia tersebut. Dengan demikian
dapat segera ditentukan interfensi sehingga membuat anak lebih siap untuk masuk sekolah
dan belajar tanpa adanya gangguan kesehatan mata.
Deteksi dini penyimpangan perilaku emosional adalah kegiatan/pemeriksaan untuk
menemukan secara dini adanya masalah perilaku emosional, agar dapat segera dilakukan
tindakan intervensi. Bila penyimpangan perilaku emosional terlambat diketahui, maka
intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak.
Deteksi dini masalah perilaku emosional dilakukan rutin setiap 6 bulan pada anak
umur 36 bulan sampai 72 bulan. Jadwal ini sesuai dengan jadwal pelayanan SDIDTK. Alat
yang digunakan pada pedomanan pelaksanaan skrining deteksi dan intervensi tumbuh
kembang untuk deteksi penyimpangan perilaku emosional anak adalah Kuesioner Masalah
Perilaku Emosional (KMPE) yang terdiri dari 14 pertanyaan untuk mengenali problem
perilaku emosional anak umur 36 bulan sampai 72 bulan. Kuesioner ditanyakan satu persatu
yang tertulis kepada orang tua/pengasuh anak. Bila ada jawaban Ya, maka kemungkinan anak
mengalami masalah perilaku emosional.
Anak hiperaktiv adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan
hiperaktivitas (GPPH) dengan memiliki gejala utama yang tampak dalam perilaku seorang
anak, yaitu interaksi, hiperaktif dan impulsive. Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan
hiperkinetik. (Aulia, 2010:39). Seperti yang kita ketahui orangtua adalah peran utama dan
sangat utama dalam mengembangkan massa pertumbuhan dan perkembangan anak mereka.
Selain sebagai orangtua kedua bagi anak, guru hanyalah berperan sebagai perantara untuk
membantu peran orangtua guna membentuk pribadi dan perilaku anak di sekolah. Maka
dalam kasus ini sebelum penanganan ini dilakukan oleh seorang guru di sekolah. Peran
orangtua dalam mendidik dan membimbing anak di rumahlah yang sangat membantu anak
yang mengalami gangguan pemusatan (hiperaktiv).
Yang harus dilakukan orangtua pada anak GPPH :
a. Sedini mungkin membiasakan anaknya untuk hidup dalam suatu aturan. Dengan
menerapkan peraturan secara konsisten, anak dapat belajar untuk mengendalikan
emosinya.
b. Sedini mungkin memberikan kepercayaan dan tanggungjawab terhadap apa yang
seharusnya dapat dilakukan anak.
c. Kenali kondisi diri dan psikis anak. Dengan mengenali, orangtua tak akan memberikan
tekanan yang berlebihan, yang dapat menyebabkan penolakan anak untuk melakukan apa
yang seharusnya ia lakukan.
d. Upayakan untuk menyediakan ruang belajar yang jauh dari gangguan televisi, mainan atau
kebisingan.
e. Sedini mungkin melakukan monitoring dan evaluasi secara berkelanjutan dan konsisten
terhadap terapi yang sedang dijalankan oleh anak.
f. Biasakan anak untuk mengekspresikan emosinya dalam bentuk tulisan atau gambar.
g. Ajaklah anak berekreasi ke tempat-tempat yang indah. Hal ini akan membantu anak untuk
berpikiran positif.
h. Penuhi kebutuhan tidur anak, yakni 8 jam pada malam hari, jangan sampai melewati pukul
21.00 karen tubuh akan melakukan pemulihan neuron yang bermanfaat untuk
menstabilkan emosi dan hiper aktivitasnya.
i. Batasi aktivitas anak; anak hanya boleh menonton TV, VCD, dan bermain computer
selama 2 jam perhari.
j. Biasakan anak untuk berpikir secara manual agar gangguan daya konsentrasinya tidak
bertambah parah, jangan biarkan anak menghitung dengan kalkulator.
Selain itu, adapun beberapa cara yang bisa dilakukan oleh orangtua untuk mendidik
dan membimbing anak-anak yang tergolong hiperaktif :
a. Orangtua perlu menambah pengetahuan tentang gangguan hiperaktivitas.
b. Kenali kelebihan dan bakat anak.
c. Membantu anak dalam bersosialisasi.
d. Menggunakan teknik-teknik pengelolaan perilaku, seperti menggunakan penguat positif
(misalnya memberikan pujian bila anak makan dengan tertib), memberikan disiplin yang
konsisten, dan selalu memonitor perilaku anak.
e. Memberikan ruang gerak yang cukup bagi aktivitas anak untuk menyalurkan kelebihan
energinya.
f. Menerima keterbatasan anak.
g. Membangkitkan rasa percaya diri anak.
h. Bekerja sama dengan guru di sekolah agar guru memahami kondisi anak yang sebenarnya.