Anda di halaman 1dari 7

RESUME DDTK

KOMSEP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN


Pertumbuhan bersifat kuantitatif yang biasa kita lihat dengan angka. Seperti berat
badan, tinggi badan dan banyaknya kosakata yang dikuasai anak usia dini. Sementara
perkembangan adalah perubahan struktur dan fungsi suatu organ yang bersifat kualitatif dan
dapat dilihat dari perilaku anak. Seperti cara memecahkan masalah atau kemampuan
berkomunikasi secara verbal. Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi perkembangan
anak usia dini. Pengaruh-pengaruh tersebut diantaranya adalah (1) pengaruh biologis maupun
lingkungan yang terjadi pada tahapan usia tertentu, (2) pengaruh biologis maupun lingkungan
yang terjadi pada generasi tertentu, (3) pengaruh biologis maupun lingkungan yang terjadi
pada suatu tempat tertentu, (4) peristiwa tidak umum yang menimpa anak pada usia tertentu.
Pengertian tumbuh dan kembang memang hal yang beda, namun keduanya saling berkaitan
dan tidak bisa dipisahkan.
Terdapat beberapa ruang lingkup psikologi perkembangan anak usia dini ,
diantaranya:
A. Perkembangan Fisik Anak Usia Dini
Seiring dengan pertambahan usia anak, para orang tua biasanya menunggu dengan
antusias mengenai perkembangan apa yang akan ditunjukkan anak, seperti misalnya
kemampuan untuk duduk, berguling, atau tengkurap dan sebagainya.Setiap kemajuan yang
ditunjukkan anak merupakan bagian dari perkembangan fisik. Proses perkembangan anak
biasanya terjadi secara berurutan, maka dari itu biasanya satu langkah kemajuan akan
berlangsung lebih dulu sebelum yang lainnya.
Contoh, pada umumnya seorang anak akan belajar merangkak terlebih dulu sebelum
ia bisa belajar untuk berjalan. Namun, tingkat pencapaian perkembangan ini akan bervariasi
pada setiap anak. Bisa saja beberapa anak dapat lebih dulu berjalan dibandingkan teman –
teman seusianya, sedangkan yang lainnya memerlukan waktu lebih banyak untuk bisa
berjalan. Ada dua macam tipe perkembangan fisik anak usia dini:
a. Motorik Kasar
Tipe ini termasuk ke dalam penggunaan otot yang lebih besar yaitu tangan dan kaki.
Aktivitas yang memerlukan motorik kasar adalah berjalan, berlari, koordinasi dan
keseimbangan. Ketika para ahli mengevaluasi kemampuan motorik kasar, aspek – aspek yang
dilihat adalah kekuatan dan intensitas otot, kualitas gerakan, dan rentang pergerakan.
b. Motorik Halus
Aspek motorik halus termasuk otot – otot yang lebih kecil di jari tangan, jari kaki,
mata, dan area lainnya. Pergerakan yang melibatkan motorik halus lebih rumit, seperti
menggambar, menulis, meraih atau memegang benda, melempar, melambai, dan menangkap.
c. Pertumbuhan Fisik
Pada anak – anak, perkembangan fisik mengikuti suatu pola tertentu, otot besar
berkembang sebelum otot yang lebih kecil. Otot di bagian pusat tubuh, lengan dan kaki
berkembang lebih dulu sebelum otot yang terletak di jari dan tangan. Anak – anak belajar
untuk menguasai kegiatan yang menggunakan motorik kasar lebih dulu sebelum dapat
menguasai gerakan yang menggunakan fungsi motorik halus. Perkembangan mulai dari atas
ke bawah dan sebaliknya. Inilah sebabnya seorang bayi terlebih dulu belajar untuk
mengangkat kepalanya sebelum ia bisa belajar berjalan, karena perkembangan otot pada anak
terjadi mulai dari kepala lebih dulu, kemudian ke kaki.
B. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini
Tahap selanjutnya pada psikologi perkembangan anak usia dini adalah perkembangan
kognitifnya. Usia dini bukan hanya waktu untuk perkembangan fisik, tetapi juga waktu untuk
anak mengembangkan kemampuan kognitifnya. Termasuk dalam perkembangan kognitif
yaitu memori, pemecahan masalah, kemampuan berpikir, dan penalaran yang akan muncul
selama masa kanak – kanak dan berkembang. Ada beberapa tahap perkembangan kognitif
anak yaitu:
a. Tahap Sensorimotor
Tahap ini berada pada periode selama usia anak 0-2 tahun, ketika pengetahuan anak
tentang dunianya dan lingkungannya masih terbatas melalui penerimaan indera dan geraknya.
Tingkah laku anak terbatas pada respons motorik sederhana berdasarkan rangsangan
sensoriknya. Misal, gerak refleks, mengembangkan cara dan kebiasaan awal, mereproduksi
berbagai kejadian yang menarik minatnya, dan lain – lain.
b. Tahap Pra Operasional
Tahap ini berada pada usia anak 2-6 tahun ketika anak sudah mulai belajar untuk
menggunakan bahasa. Saat ini anak belum mengerti tentang logika, belum dapat
memanipulasi informasi secara mental dan belum mampu mengambil sudut pandang orang
lain tentang suatu masalah.
c. Tahap Konkret Operasional
Suatu tahap saat anak berusia 7 -11 tahun ketika ia sudah mulai mengerti cara berpikir
rasional. Anak sudah bisa melakukan tugas seperti menyusun, membagi, melipat,
memisahkan, menggabungkan, dan menderetkan. Walaupun sudah mulai dapat berpikir
secara logis, namun anak masih mendapatkan kesulitan untuk berpikir secara abstrak.
d. Tahap Formal Operasional
Periode yang berada saat usia anak memasuki 12 tahun hingga dewasa. Anak sudah
mulai dapat berpikir secara hipotetis, yaitu menggunakan kemampuan hipotesis secara
relevan untuk memecahkan berbagai masalah. Anak juga sudah mampu menampung berbagai
hal yang sifatnya abstrak, seperti pelajaran matematika dan lain – lain. Pada tahap ini juga
ada kajian tentang psikologi remaja.
C. Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini
Sepertinya tidak ada yang lebih menakjubkan orang tua daripada menyaksikan buah
hatinya berkembang dari hanya mampu mengucapkan satu – dua patah kata hingga menjadi
kalimat lengkap dalam waktu singkat. Tahap perkembangan bahasa pada anak yaitu:
a. Tahap Pra Lingual
Tahap ini terjadi ketika anak berusia 0-1 tahun. Pada tahap ini anak berkomunikasi
dengan mengoceh kepada orang tuanya atau orang terdekatnya. Anak menerima stimulus dari
luar dengan pasif, namun akan dapat menunjukkan respon yang berbeda pada tiap orang.
Misal, anak akan tersenyum kepada ayah atau ibunya, tetapi bisa juga menangis ketika
didekati orang yang belum ia kenal.
b. Tahap Lingual
Anak yang berusia 1 hingga 2,5 tahun ada pada tahap ini. Umumnya, anak dapat
memproduksi kata pertamanya saat berusia 12-13 bulan. Namun walaupun baru mampu
berbicara satu patah kata, anak dapat mengerti lebih dari itu. Pada usia 18 bulan , biasa nya
anak mulai mampu berbicara dua patah kata.
c. Tahap Diferensiasi
Mulai usia 2,5 sampai 5 tahun anak sudah memiliki kemampuan kalimat pendek dan
banyak kata sesuai dengan tata bahasa yang baik. Dilihat dari aspek kualitas dan kuantitas,
perbendaharaan kata anak berkembang dengan baik sekali.
D. Perkembangan Sosio – Emosional Anak Usia Dini
Perkembangan sosial dan emosional anak merupakan tahap yang sangat penting bagi
anak. Tahap ini juga bersinggungan dengan kajian psikologi sosial. Perkembangan ini akan
dipengaruhi juga oleh kedekatan atau interaksi anak dengan orang tuanya, sehingga
menentukan kemandirian anak dan pembentukan karakter anak yang positif kelak.
Kecerdasan emosional dalam psikologi penting untuk dipelajari. Bila anak mengembangkan
kemampuan sosio emosionalnya dengan baik, ia juga akan memiliki kecerdasan interpersonal
dan yang membuatnya mudah berbaur dalam masyarakat.
Interaksi sosial anak melingkupi keluarga, rumah, sekolah dan masyarakat. Ahli
Psikoanalis Erik Erikson yang mengemukakan teori psikososial Erikson berpendapat bahwa
dalam setiap tahap kehidupannya, manusia akan selalu mengalami konflik yang berbeda.
Lingkungan dan pengalaman akan menentukan apakah seseorang akan mengembangkan
karakter yang positif atau negatif sebagai hasil dari pengalamannya terhadap berbagai konflik
tersebut.
E. Perkembangan Moral Anak Usia Dini
Ketika mempelajari psikologi kepribadian atau teori psikologi kepribadian, akan
ditemukan bahwa anak – anak dapat berkembang memiliki beragam kepribadian, salah
satunya kepribadian ambivert. Semuanya didasari dengan nilai – nilai moral yang mereka
pelajari sejak kecil. Secara moral, anak hanya akan memahami bahwa larangan atau hukuman
yang mereka terima disebabkan karena apa yang dilakukannya bisa membuat orang lain atau
dirinya sendiri dalam kesulitan. Anak usia dini masih memiliki peraturan sendiri dan tidak
paham apa yang dilakukannya itu benar atau salah. Kebanyakan orang baru bisa mempelajari
nilai moral yang sesungguhnya pada usia pertengahan kedewasaan, karena itu mempelajari
perilaku yang baik merupakan salah satu bagian dari tugas perkembangan psikologi anak usia
dini.

KONSEP DDTKA
Deteksi dini tumbuh kembang anak / balita adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk
menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak pra
sekolah. SDIDTK Adalah pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan
berkualitas melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh
kembang pada masa 5 tahun pertama kehidupan. Diselenggarakan dalam bentuk kemitraan
antara : keluarga, masyarakat dengan tenaga professional (kesehatan, pendidikan dan sosial).
Indikator keberhasilan pogram SDIDTK adalah 90% balita dan anak pra sekolah terjangkau
oleh kegiatan SDIDTK. Ruang lingkup ddtka: 1. Menjelaskan Konsep Tumbuh Kembang
Anak. 2. Memahami Jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). 3. Melakukan Stimulasi
Dini Tumbuh Kembang Anak. 4. Melakukan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak (DDTK)
5. Merancang Intervensi atau Penanganan bagi (ABK).
Menurut Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita (Tim Dirjen Pembinaan
Kesmas , 1997) macam-macam tes skrining yang digunakan adalah:
1) Pengukuran Berat Badan menurut Umur (BB/ U)
Pengukuran ini dilakukan secara teratur untuk memantau pertumbuhan dan keadaan
gizi balita. Balita ditimbang setiap bulan dan dicatat dalam Kartu Menuju Sehat Balita (KMS
Balita) sehingga dapat dilihat grafik pertumbuhannya dan dilakukan interefensi jika terjadi
penyimpangan.
2) Pengukuran Lingkaran Kepala Anak (PLKA)
PLKA adalah cara yang biasa dipakai untuk mengetahui perkembangan otak anak.
Biasanya besar tengkorak mengikuti perkembangan otak, sehingga bila ada hambatan pada
perkembangan tengkorak maka perkembangan otak anak juga terhambat. PLKA dapat
dipakai sebagai salah satu alat pemantau perkembangan kecerdasan anak.
3) Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
KPSP adalah suatu daftar pertanyaan singkat yang ditujukan kepada orang tua dan
dipergunakan sebagai alat untuk melakukan skrining pendahuluan perkembangan anak usia 3
bulan sampai dengan 6 tahun. Untuk tiap golongan usia terdapat 10 pertanyaan untuk orang
tua atau pengasuh. KPSP dapat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hambatan dalam
perkembangan anak. Namun hasil yang negatif tidak selalu berarti bahwa perkembangan
anak tersebut tidak normal, tetapi hal ini menunjukkan bahwa anak tersebut memerlukan
pemeriksaan lebih lanjut. Untuk jumlah jawaban “Ya” kurang atau sama dengan enam, maka
anak tersebut harus dirujuk ke ahli.
4) Kuesioner Perilaku Anak Prasekolah (KPAP)
KPAP adalah sekumpulan kondisi-kondisi perilaku yang digunakan sebagai alat untuk
mendeteksi secara dini kelainan-kelainan perilaku anak prasekolah, sehingga dapat segera
dilakukan tindakan untuk mengantisipasinya. KPAP diberikan kepada anak usia prasekolah
atau 3-6 tahun. Dalam KPAP terdapat 30 perilaku yang ditanyakan kepada orang tua atau
pengasuh anak. Jika didapatkan hasil nilai lebih atau sama dengan sebelas, maka anak perlu
dirujuk.
5) Tes Daya Lihat (TDL) dan Tes Kesehatan Mata (TKM) bagi Anak Prasekolah.
TDL dan TKM bagi anak prasekolah (3-6 tahun) adalah alat untuk memeriksa
ketajaman daya lihat serta kelainan mata pada golongan usia tersebut. Dengan demikian
dapat segera ditentukan interfensi sehingga membuat anak lebih siap untuk masuk sekolah
dan belajar tanpa adanya gangguan kesehatan mata.
Deteksi dini penyimpangan perilaku emosional adalah kegiatan/pemeriksaan untuk
menemukan secara dini adanya masalah perilaku emosional, agar dapat segera dilakukan
tindakan intervensi. Bila penyimpangan perilaku emosional terlambat diketahui, maka
intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak.
Deteksi dini masalah perilaku emosional dilakukan rutin setiap 6 bulan pada anak
umur 36 bulan sampai 72 bulan. Jadwal ini sesuai dengan jadwal pelayanan SDIDTK. Alat
yang digunakan pada pedomanan pelaksanaan skrining deteksi dan intervensi tumbuh
kembang untuk deteksi penyimpangan perilaku emosional anak adalah Kuesioner Masalah
Perilaku Emosional (KMPE) yang terdiri dari 14 pertanyaan untuk mengenali problem
perilaku emosional anak umur 36 bulan sampai 72 bulan. Kuesioner ditanyakan satu persatu
yang tertulis kepada orang tua/pengasuh anak. Bila ada jawaban Ya, maka kemungkinan anak
mengalami masalah perilaku emosional.
Anak hiperaktiv adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan
hiperaktivitas (GPPH) dengan memiliki gejala utama yang tampak dalam perilaku seorang
anak, yaitu interaksi, hiperaktif dan impulsive. Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan
hiperkinetik. (Aulia, 2010:39). Seperti yang kita ketahui orangtua adalah peran utama dan
sangat utama dalam mengembangkan massa pertumbuhan dan perkembangan anak mereka.
Selain sebagai orangtua kedua bagi anak, guru hanyalah berperan sebagai perantara untuk
membantu peran orangtua guna membentuk pribadi dan perilaku anak di sekolah. Maka
dalam kasus ini sebelum penanganan ini dilakukan oleh seorang guru di sekolah. Peran
orangtua dalam mendidik dan membimbing anak di rumahlah yang sangat membantu anak
yang mengalami gangguan pemusatan (hiperaktiv).
Yang harus dilakukan orangtua pada anak GPPH :
a. Sedini mungkin membiasakan anaknya untuk hidup dalam suatu aturan. Dengan
menerapkan peraturan secara konsisten, anak dapat belajar untuk mengendalikan
emosinya.
b. Sedini mungkin memberikan kepercayaan dan tanggungjawab terhadap apa yang
seharusnya dapat dilakukan anak.
c. Kenali kondisi diri dan psikis anak. Dengan mengenali, orangtua tak akan memberikan
tekanan yang berlebihan, yang dapat menyebabkan penolakan anak untuk melakukan apa
yang seharusnya ia lakukan.
d. Upayakan untuk menyediakan ruang belajar yang jauh dari gangguan televisi, mainan atau
kebisingan.
e. Sedini mungkin melakukan monitoring dan evaluasi secara berkelanjutan dan konsisten
terhadap terapi yang sedang dijalankan oleh anak.
f. Biasakan anak untuk mengekspresikan emosinya dalam bentuk tulisan atau gambar.
g. Ajaklah anak berekreasi ke tempat-tempat yang indah. Hal ini akan membantu anak untuk
berpikiran positif.
h. Penuhi kebutuhan tidur anak, yakni 8 jam pada malam hari, jangan sampai melewati pukul
21.00 karen tubuh akan melakukan pemulihan neuron yang bermanfaat untuk
menstabilkan emosi dan hiper aktivitasnya.
i. Batasi aktivitas anak; anak hanya boleh menonton TV, VCD, dan bermain computer
selama 2 jam perhari.
j. Biasakan anak untuk berpikir secara manual agar gangguan daya konsentrasinya tidak
bertambah parah, jangan biarkan anak menghitung dengan kalkulator.

Selain itu, adapun beberapa cara yang bisa dilakukan oleh orangtua untuk mendidik
dan membimbing anak-anak yang tergolong hiperaktif :
a. Orangtua perlu menambah pengetahuan tentang gangguan hiperaktivitas.
b. Kenali kelebihan dan bakat anak.
c. Membantu anak dalam bersosialisasi.
d. Menggunakan teknik-teknik pengelolaan perilaku, seperti menggunakan penguat positif
(misalnya memberikan pujian bila anak makan dengan tertib), memberikan disiplin yang
konsisten, dan selalu memonitor perilaku anak.
e. Memberikan ruang gerak yang cukup bagi aktivitas anak untuk menyalurkan kelebihan
energinya.
f. Menerima keterbatasan anak.
g. Membangkitkan rasa percaya diri anak.
h. Bekerja sama dengan guru di sekolah agar guru memahami kondisi anak yang sebenarnya.

Anda mungkin juga menyukai