Anda di halaman 1dari 10

DAMPAK COVID-19 TERHADAP SEKTOR PERTANIAN

MAKALAH
Makalah Ini Disusun Dalam Rangka Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Studi Kelayakan Investasi Agribisnis Kelas C

Dosen Pengampu:
Nurul Risti Mutiarasari, SP., M.Si.

Disusun Oleh:

Yenyen Husnayaen 175009030

FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2020
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pandemik virus corona atau COVID-19 (Coronavirus Disease)
berdampak serius pada sektor pangan, salah satunya adalah
menurunnya hasil produksi pertanian domestik. Peneliti Center for
Indonesian Policy Studies (CIPS) Felippa Ann Amanta mengatakan,
menurunnya hasil produksi pertanian domestik membahayakan kebutuhan
masyarakat di dalam negeri.
Walaupun begitu, sektor pertanian memiliki nilai ekonomi yang
dapat membuat Indonesia bertahan dari ancaman krisis global. Hal
tersebut karena sektor pertanian selalu menjadi kebutuhan sehari-hari, dan
pengerjaannya tidak terlalu lama yang mana hanya memerlukan waktu
tanam selama 3 bulan untuk kebutuhan pokok seperti tanaman padi.
Kondisi saat ini sebagai momentum untuk mendongkrak produksi
pertanian seperti buah dan sayur-sayuran serta komoditas perkebunan
untuk meredam impor. Namun, sebelum pandemi COVID-19 pun hasil
produksi pertanian nasional memang belum mampu memenuhi semua
kebutuhan masyarakat Indonesia.
Maka berangkat dari masalah di atas penulis mencoba mengangkat
sebuah karya tulis yang berjudul “Dampak COVID-19 Terhadap Sektor
Pertanian”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa dampak terbesar yang dirasakan sector pertanian akibat COVID-
19?
2. Bagaimana upaya yang dapat dilakukan terhadap sector pertanian
dalam menghadapi akibat yang ditimbulkan dari COVID-19?

C. Tujuan
1. Menganalisis dampak terbesar yang dirasakan sector pertanian akibat
COVID-19
2

2. Mengetahui upaya yang dapat dilakukan sector pertanian dalam


menghadapi akibat yang ditimbulkan dari COVID-19
3

BAB II
PEMBAHASAN
A. Dampak COVID-19 Terhadap Sektor Pertanian
Setidaknya ada enam dampak yang dimungkinkan mempengaruhi
sektor pertanian untuk beberapa waktu ke depan, yaitu:
1. Harga Pasar dan Pertanian.
Ketika melihat meningkatnya tingkat kepedulian, rekomendasi
untuk “Jarak Sosial,” mengurangi perjalanan, menghindari keramaian,
penutupan dan praktik perlindungan lainnya untuk memperlambat
penyebaran Covid-19, konsumen akan membuat pilihan sulit tentang
makanan, makan jauh dari rumah, dan tidak normalnya pengeluaran.
Tentu situasi ini akan menciptakan pasar dan transaksi tidak normal,
sehingga akan mempengaruhi stabilitas supply dan demand barang dan
jasa serta harga yang dimungkinkan meningkat.
Untuk sector pertanian sendiri, terdapat berita baik, yang mana
pada bulan April dan Mei adalah masa panen raya sehingga stok aman
hingga sekitar Mei. Namun, berita buruknya, kita tidak tahu pandemi
ini akan berlangsung sampai kapan. Semakin lama pandemi ini
berlangsung, semakin luas penyebarannya dan juga semakin luasnya
implementasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), maka
disrupsi rantai pasok pangan juga akan semakin besar. Salah satunya
karena tenaga kerja berkurang dan fasilitas terganggu,” jelas Felippa.
2. Rantai Pasokan Melambat dan Kekurangan.
Menurut Felippa, akibat dari COVID-19 pada sektor pangan
bukan hanya disebabkan oleh rantai distribusi yang tidak efektif dan
efisien. Produksi yang melemah yang tidak memungkinkan permintaan
dipenuhi sebatas melalui produksi domestik juga jadi salah satu faktor.
“Sebelum pandemi COVID-19, hasil produksi pertanian
nasional memang tidak mampu memenuhi semua kebutuhan
masyarakat. Impor menjadi satu tindakan yang mutlak diperlukan
untuk menjaga kestabilan harga komoditas pangan. Pemerintah sudah
4

tentu harus mengutamakan kebijakan yang fokus pada pemenuhan


kebutuhan pokok masyarakat, termasuk pangan,” jelas Felippa.
Wacana lockdown atau karantina wilayah yang sempat
bergaung menambah kekhawatiran masyarakat akan terjaminnya
ketersediaan komoditas pangan di pasar. Implementasi Pembatasan
Sosial Berskala Besar (PSBB) yang dapat diperluas sewaktu-waktu
juga semakin mempersempit ruang gerak masyarakat. Hal ini, dapat
memicu semakin langkanya komoditas pangan di pasar.
Selain itu, kekurangan ketersediaan pangan bisa memicu inflasi
harga yang dapat menimbulkan keresahan sosial dan menghambat
upaya pengendalian pandemi ini. Inflasi pada produk pertanian terjadi
akibat permintaan rumah tangga yang meningkat yang tidak sejalan
dengan suplai di pasar. Berdasarkan Indeks Bulanan Rumah Tangga
(BURT) yang dikeluarkan CIPS, harga-harga komoditas pangan,
seperti gula, bawang putih dan bawang bombay sudah mengalami
peningkatan sejak sebelum pandemi COVID-19 terkonfirmasi sampai
di Indonesia.
“Tingginya harga komoditas pangan ini tentunya paling
berdampak pada keluarga kurang mampu, apalagi yang sumber
penghasilannya jadi terhenti akibat pandemi COVID-19. Keluarga
yang paling rentan bisa menghabiskan hingga 60 persen dari
pendapatan mereka hanya untuk pangan. Di situasi saat ini, stabilitas
harga pangan penting untuk dijaga supaya masyarakat Indonesia bisa
terus mengonsumsi makanan bernutrisi untuk meningkatkan imunitas
tubuh. Hal ini juga baik untuk menggerakkan konsumsi,” jelas Felippa.
3. Kesehatan Petani.
Petani adalah populasi yang relatif lebih tua, dibandingkan
dengan populasi pekerja umum. Sensus pada pelaku agri tahun 2017
menunjukkan usia rata-rata operator pertanian hampir 58 tahun
usianya, setidaknya sepuluh tahun lebih tua dari pekerja di sebagian
besar sektor lainnya. Tidak seperti pekerja industri lainnya, operator
pertanian, 26 persen berusia 65 tahun ke atas. 11,7 persen dari operator
5

pertanian utama berusia 75 tahun ke atas. Jika Covid-19 ini tidak


terbendung hingga menembus petani dampaknya dan menimbulkan
kepanikan aktivitas akan menambah keterpurukan produksi pangan.
Data dari negara lain yang telah melakukan pengujian yang lebih luas
menunjukkan bahwa Covid-19 memiliki tingkat keparahan yang jauh
lebih tinggi bagi mereka yang berusia 60-an dan lebih tua, yang berarti
bahwa rekomendasi pencegahan dan perlindungan harus menjadi
perhatian serius pemerintah serta kesadaran masyarakat untuk
waspada.
4. Tenaga Kerja Pertanian.
Bahkan jika tingkat infeksi populasi secara umum tetap relatif
rendah, kemungkinan kita akan melihat beberapa pekerja yang
akhirnya sakit. Tetapi, mungkin yang lebih penting, jika tingkat infeksi
tetap rendah (satu digit), sangat mungkin bahwa pekerja harus keluar
dari pekerjaan terutama dengan penutupan sekolah dan atau pekerja
yang perlu tinggal di rumah untuk merawat orang sakit atau lanjut usia,
dan anggota keluarga. Ketakutan akan kejadian ini dan kurangnya
informasi juga dapat menyebabkan tingkat ketidakhadiran yang lebih
tinggi,
"Selain itu, pandemik COVID-19 juga dapat menyebabkan
berkurangnya pekerja di sektor pertanian sekitar 1 persen hingga 4,87
persen dan menurunnya investasi di sektor pertanian sebanyak 2
persen hingga 3,7 persen,” jelas Felippa.
5. Keselamatan Pekerja dan Alat Pelindung Diri (APD).
Ada kekurangan APD dan peralatan pelindung lainnya yang
vital untuk mengoperasikan peternakan secara aman dan menjaga
kesehatan pekerja dan hewan. Sebagai hasil dari tuntutan saat ini oleh
industri kesehatan, persediaan respirator N-95 sangat terbatas
(kemungkinan diperlukan pada musim semi ini untuk menangani
butiran berdebu sebagai akibat dari kondisi panen yang kurang optimal
pada musim gugur yang lalu). Ada juga kekhawatiran yang dilaporkan
tentang ketersediaan sarung tangan pelindung yang kini menjadi hal
6

biasa dalam operasi susu sebagai sarana pelindung untuk


meningkatkan kualitas susu dan melindungi kesehatan hewan dan
manusia.
6. Gangguan lainnya.
Populasi yang jarang dan perjalanan yang lebih jarang dapat
memberikan jarak sosial yang alami bagi masyarakat pedesaan tetapi
ada tantangan yang mungkin dihadapi oleh penduduk pedesaan.
Banyak tempat berkumpul, seperti sekolah dan rumah ibadah, ditutup
dan dihimbau menghentikan rutinitas dan acara normal. Sebagai
gantinya, di beberapa daerah dan untuk siswa sekolah menengah dan
perguruan tinggi, kelas dan layanan diajarkan secara online. Ini
mungkin sulit bagi beberapa penduduk pedesaan karena layanan
internet berkecepatan tinggi tidak tersedia di beberapa wilayah negara
termasuk beberapa komunitas dengan basis pertanian yang kuat.

B. Langkah Strategis Pemerintah Diperlukan Untuk Menjamin


Ketersediaan Pangan

Felippa menyebutkan, pemerintah harus mengambil langkah


strategis secepatnya untuk memastikan ketersediaan pangan, secara akses
fisik maupun akses finansial. Salah satunya dengan mengurangi berbagai
hambatan perdagangan dan menjaga perdagangan pangan untuk tetap
terbuka.
Pengamat Pertanian Indonesia, Prof. Dr. Agus Pakpahan
menjelaskan bahwa diperlukannya skema khusus untuk mobilitas bahan
pokok rakyat, khususnya pangan dari sumber-sumber produksi seperti
beras ke pusat-pusat konsumsi beras. Peran Bulog dan pendirian pasar-
pasar bahan pokok murah menjadi bagian yang sangat penting untuk
mencegah terjadinya kekurangan pasokan pangan.
Perlunya dibangun skema hubungan jangka panjang yang
melembaga antara sentra-sentra produsen pangan dengan sentra-sentra
konsumen. Semuanya dibagi habis dengan dilengkapi oleh depot-depot
logistik pangan.
7

Andaikan masih diperlukan impor pangan, maka impor itu


terkelola dengan baik dan terhubung langsung dengan depot-depot logistik
yang menyebar di setiap kelurahan atau bahkan lebih kecil lagi. Fellipa
menjelaskan bahwa Pemerintah juga perlu melakukan diversifikasi sumber
impor pangan dari berbagai negara.
Berbagai hambatan perdagangan yang selama ini dihadapi antara
lain adalah Surat Pengajuan Impor (SPI), sistem kuota, sistem birokrasi
yang tidak sederhana dan memakan waktu lama yang pada akhirnya
membuat proses impor menjadi lama.
"Contohnya, proses impor daging sapi membutuhkan waktu
perkiraan sekitar 32 hari kerja menurut peraturan. Kenyataannya, proses
ini bisa berlangsung selama berbulan-bulan, seperti yang terjadi pada
komoditas gula dan bawang putih," Jelas Felippa.
Dimungkinkan untuk mendorong stabilitas produksi pertanian
dengan bantuan kredit usaha tani, bibit/benih, dan pupuk, alat-alat
pertanian. Dengan dorongan program Kementerian Pertanian untuk
membuka layanan Kredit Usaha Rakyat (KUR) senilai Rp 50 triliun untuk
mendongkrak peningkatan produksi pertanian. Dalam program tersebut
dilengkapi pula dengan layanan pembagian benih, bibit, subsidi pupuk,
serta peningkatan akselerasi ekspor pertanian. Jika produksi pertanian
mampu meningkat tajam selama 3 kuartal, maka bukan tidak mungkin
Indonesia menjadi negara pengekspor bahan pangan terbesar dan hal ini
sekaligus memacu volume ekspor, jika Indonesia mampu dan berhasil
melewati krisis ini selama 3 kuartal. Yang perlu diingat bahwa semua hal
tersebut dapat tercapai apabila para pelakunya memiliki kemampuan dan
sumber yang memadai.
8

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pandemik virus corona atau COVID-19 (Coronavirus Disease)
berdampak serius pada sektor pangan, salah satunya adalah
menurunnya hasil produksi pertanian domestic yang mana pangan
merupakan kebutuhan dasar umat manusia dan menjadi masalah pokok
bagi seluruh negara di dunia. Oleh karena itu, langkah strategis pemerintah
diperlukan untuk menjamin ketersediaan pangan.

B. Saran
Diharapakan langkah strategis pemerintah untuk mengatasi
COVID-19 tersebut diterapkan secara maksimal untuk menghindari krisis
yang sedang terjadi saat ini.
9

DAFTAR PUSTAKA
Malia, Indiana. “Hasil Pertanian Menurun Imbas COVID-19, Pemerintah Harus
Ambil Langkah”, IDN TIMES, 5 April 2020,
<https://www.idntimes.com/business/economy/indianamalia/hasil-
pertanian-menurun-imbas-covid-19-pemerintah-harus-ambil-langkah/4>
[diakses 15 April 2020]
Sae, “Covid-19: Peluang Dan Dampak Terhadap Sektor Pertanian”, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 1 April 2020,
<http://perkebunan.litbang.pertanian.go.id/covid-19-peluang-dan-dampak-
terhadap-sektor-pertanian/> [diakses 15 April 2020]
Som, “Perekonomian Global Terganggu, Begini Dampak Wabah Covid-19
Terhadap Pertanian Indonesia”, Tabloid sinartani.com, 6 April 2020,
<https://tabloidsinartani.com/detail/industri-perdagangan/olahan-
pasar/11950-Perekonomian-Global-Terganggu-Begini-Dampak-Wabah-
Covid-19-Terhadap-Pertanian-In> [diakses 15 April 2020]

Anda mungkin juga menyukai