Anda di halaman 1dari 34

1

rat ganggguan neurologist fokal.


Peningkatan tekanan intrakranial dapat diakibatkan oleh beberapa
faktor : bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar
tumor, dan perubahan sirkulasi cairan serebrospinal.
Beberapa tumor dapat menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena
dan edema yang disebabkan oleh kerusakan sawar darah otak, semuanya
menimbulkan kenaikan volume intracranial dan meningkatkan tekanan
intracranial. Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel lateral
ke ruangan subaraknoid menimbulkan hidrosefalus. Peningkatan tekanan
intracranial akan membahayakan jiwa. Mekanisme kompensasi
memerlukan waktu lama untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tak
berguna apabila tekanan intrakranial timbul cepat.
Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan
volume darah intracranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan
intrasel dan mengurangi sel-sel parenkim, kenaikan tekanan yang tidak
diobati mengakibatkan herniasi unkus atau serebelum yang timbul
bilagirus medialis lobus temporalis bergeser ke inferior melalui insisura
tentorial oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan
mesensenfalon, menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf
otak ketiga.Kompresi medula oblogata dan henti pernafasan terjadi dengan
cepat.
Perubahan fisiologi lain terjadi akibat peningkatan intracranial
yang cepat adalah bradikardia progresif, hipertensi sistemik (pelebaran
tekanan nadi), dan gangguan pernafasan. (9)
2.7. Gejala Klinis
Tumor serebri merupakan penyakit yang sukar terdiagnosa secara dini,
karena pada awalnya menunjukkan berbagai gejala yang menyesatkan dan
meragukan tapi umumnya berjalan progresif.
Manifestasi klinis tumor otak dapat berupa:
a. Gejala serebral umum : nyeri kepala, muntah, kejang
b. Gejala tekanan tinggi intracranial
c. Gejala tumor otak yang spesifik
2

a. Gejala serebral umum


Dapat berupa perubahan mental yang ringan (Psikomotor asthenia),
yang dapat dirasakan oleh keluarga dekat penderita berupa: mudah
tersinggung, emosi, labil, pelupa, perlambatan aktivitas mental dan
sosial, kehilangan inisiatif dan spontanitas, mungkin diketemukan
ansietas dan depresi. Gejala ini berjalan progresif dan dapat dijumpai
pada 2/3 kasus.
• Nyeri Kepala
Diperkirakan 1% penyebab nyeri kepala adalah tumor otak dan
30% gejala awal tumor otak adalah nyeri kepala. Sedangkan gejala
lanjut ditemukan 70% kasus. Sifat nyeri kepala bervariasi dari
ringan dan episodik sampai berat dan berdenyut, umumnya
bertambah berat pada malam hari dan pada saat bangun tidur pagi
serta pada keadaan dimana terjadi peninggian tekanan tinggi
intrakranial. Adanya nyeri kepala dengan psikomotor asthenia perlu
dicurigai tumor otak.
Nyeri kepala biasanya terlokalisir, tapi bisa juga menyeluruh.
Biasanya muncul pada pagi hari setelah bangun tidur dan
berlangsung beberapa waktu, datang pergi (rekuren) dengan
interval tak teratur beberapa menit sampai beberapa jam. Serangan
semakin lama semakin sering dengan interval semakin pendek.
Nyeri kepala ini bertambah hebat pada waktu penderita batuk,
bersin atau mengejan (misalnya waktu buang air besar atau koitus).
Nyeri kepaia juga bertambah berat waktu posisi berbaring, dan
berkurang bila duduk.
Penyebab nyeri kepala ini diduga akibat tarikan (traksi) pada pain
sensitive structure seperti dura, pembuluh darah atau serabut saraf.
Nyeri kepala merupakan gejala permulaan dari tumor otak yang
berlokasi di daerah lobus oksipitalis.
• Muntah
Terdapat pada 30% kasus, lebih jarang dibanding dengan nyeri
3

kepala dan umumnya disertai dengan nyeri kepala. Lebih sering


dijumpai pada tumor di fossa posterior, umumnya muntah bersifat
proyektif dan tak disertai dengan mual.
• Kejang
Bangkitan kejang dapat merupakan gejala awal dari tumor otak
pada 25% kasus, dan lebih dari 35% kasus pada stadium lanjut.
Diperkirakan 2% penyebab bangkitan kejang adalah tumor otak.
Ini terjadi bila tumor berada di hemisfer serebri serta merangsang
korteks motorik.Kejang yang sifatnya lokal sukar dibedakan
dengan kejang akibat lesi otak lainnya, sedang kejang yang sifatnya
umum/general sukar dibedakan dengan kejang karma epilepsi. Tapi
bila kejang terjadi pertama kali pada usia dekade III dari kehidupan
harus diwaspadai kemungkinan adanya tumor otak.
Perlu dicurigai penyebab bangkitan kejang adalah tumor otak
bila:
- Bangkitan kejang pertama kali pada usia lebih dari 25 tahun
- Mengalami post iktal paralisis
- Mengalami status epilepsi
- Resisten terhadap obat-obat epilepsi
- Bangkitan disertai dengan gejala TTIK lain
Bangkitan kejang ditemui pada 70% tumor otak dikorteks, 50%
pasen dengan astrositoma, 40% pada pasen meningioma, dan 25%
pada glioblastoma.

b. Gejala Tekanan Tinggi Intrakranial


Berupa keluhan nyeri kepala di daerah frontal dan oksipital yang
timbul pada pagi hari dan malam hari, muntah proyektil dan enurunan
kesadaran.Pada pemeriksaan diketemukan papil udem.Keadaan
iniperlu tindakan segera karena setiap saat dapat timbul ancaman
herniasi.Selain itu dapat dijumpai parese N.VI akibat teregangnya
N.VI oleh TTIK.Tumor-tumor yang sering memberikan gejala TTIK
tanpa gejala-gejala fokal maupun lateralisasi adalah meduloblatoma,
4

spendimoma dari ventrikel III, haemangioblastoma serebelum dan


craniopharingioma.
c. Gejala spesifik tumor otak yang berhubungan dengan lokasi:
*Lobus frontal
- Menimbulkan gejala perubahan kepribadian
- Bila tumor menekan jaras motorik menimbulkan hemiparese kontra
lateral, kejang fokal
- Bila menekan permukaan media dapat menyebabkan inkontinentia
- Bila tumor terletak pada basis frontal menimbulkan sindrom foster
kennedy
- Pada lobus dominan menimbulkan gejala afasia
Tumor di lobus frontalis daerah prefrontal bisa memberikan
gejala gangguan mental sebelum munculnya gejala lainnya, berupa
perubahan perasaan, kepribadian dan tingkah laku serta penderita
merasakan perasaan selalu senang (euforia); jadi menyerupai gejala
psikiatris.Makin besar tumornya, gejala gangguan mental ini semakin
nyata dan kompleks.Afasia motorik (gangguan bicara bahasa berupa
hilangnya kemampuan mengutarakan maksud) bisa terjadi bila tumor
mengenai daerah area Broca yang terletak di belahan kiri
belakang.Reflek memegang (grasp reflex) juga khas untuk tumor di
lobus frontalis ini.
Pada stadium yang lebih lanjut bisa terjadi gangguan penghidu
(anosmia), gangguan visual, gangguan keseimbangan dalam berjalan,
gangguan bola mata karena kelumpuhan sarafnya serta edema papil.
*Lobus parietal
- Dapat menimbulkan gejala modalitas sensori kortikal hemianopsi
homonym
- Bila terletak dekat area motorik dapat timbul kejang fokal dan
pada girus angularis menimbulkan gejala sindrom gerstmann’s
Tumor di lobus parietalis pada umumnya akan memberikan
gejala berbagai bentuk gangguan sensoris. Lesi iritatif bisa
menimbulkan gejala parestesi (rasa tebal, kesemutan atau seperti
5

terkena aliran listrik) di satu lokasi, yang kemudian bisa menyebar ke


lokasi lainnya. Lesi destruktif akan menyebabkan hilangnya berbagai
bentuk sensasi, tapi jarang anestesi total. Gangguan diskriminasi
terhadap rangsang taktil, astereognosis (tak bisa mengenali bentuk
benda yang ditaruh di tangan) merupakan bentuk-bentuk gejala yang
sering timbul. Tumor yang tumbuh ke arah lebih dalam bisa
menimbulkan gejala hiperestesi, seperti merasakan rangsang yang
berlebih padahal rangsang yang sebenarnya terjadi hanya ringan.Atau
bisa juga mengenai jalur optik (radiatio optica) sehingga timbul
gangguan penglihatan sebagian.
*Lobus temporal
- Akan menimbulkan gejala hemianopsi, bangkitan psikomotor,
yang
didahului dengan aura atau halusinasi
- Bila letak tumor lebih dalam menimbulkan gejala afasia dan
hemiparese
- Pada tumor yang terletak sekitar basal ganglia dapat diketemukan
gejala choreoathetosis, parkinsonism.
Tumor lobus temporalis bila berada di daerah unkus akan
menimbulkan gejala halusinasi pembauan dan pengecapan (uncinate
fits) disertai gerakan-gerakan bibir dan lidah (mengecap- ngecap).
Bila lesinya destruktif akan menimbulkan gangguan pembauan dan
pengecapan walau tidak sampai total. Tumor di lobus temporal
bagian media bisa menimbulkan gejala "seperti pernah mengalami
kejadian semacam ini sebelumnya" (deja vu).Bisa juga terjadi
gangguan kesadaran sesaat (misalnya selagi penderita berjalan kaki)
tapi tidak sampai terjatuh.Gangguan cmosi berupa rasa takut/panik
bisa juga muncul.Berkurangnya pendengaran bisa terjadi pada tumor
yang mengenai korteks di bagian belakang lobus temporal. Tumor di
hemisfer dominan bagian belakang (area Wcrnicke) menimbulkan
gejala afasia sensoris, yaitu kehilangan kemampuan memahami
maksud pembicaraan orang lain. Tumor yang berkembang lebih
6

lanjutakan melibatkan jalur kortikospinal sehingga menyebabkan


kelumpuhan anggota badan sisi kontralateral. Bisa juga terjadi
herniasi dan menekan batang otak sehingga menyebabkan gangguan
pada beberapa saraf kranial, misalnya terjadi dilatasi pupil sesisi
yang menetap atau menghilangkan reflek kornea.
*Lobus oksipital
- Menimbulkan bangkitan kejang yang dahului dengan gangguan
penglihatan
- Gangguan penglihatan yang permulaan bersifat quadranopia
berkembang menjadi hemianopsia, objeckagnosia
Tumor di lobus oksipitalis memberikan gejala awal ter- utama nyeri
kepala.Gejala khas yang muncul yaitu defek lapangan penglihatan
sebagian. Lesi di hemisfer dominan bisa menimbulkan gejala tidak
mengenal benda yang dilihat (visual object agnosia) dan kadang-
kadang tidak mengenal warna (agnosia warna), juga tidak mengenal
wajah orang lain (prosopagnosia).
*Tumor di ventrikel ke III
- Tumor biasanya bertangkai sehingga pada pergerakan kepala
menimbulkan obstruksi dari cairan serebrospinal dan terjadi
peninggian tekanan intrakranial mendadak, pasen tiba-tiba nyeri
kepala, penglihatan kabur, dan penurunan kesadaran.
*Tumor di cerebello pontin angie
- Tersering berasal dari N VIII yaitu acustic neurinoma
- Dapat dibedakan dengan tumor jenis lain karena gejala awalnya
berupa gangguan fungsi pendengaran
- Gejala lain timbul bila tumor telah membesar dan keluar dari
daerah pontin angel
*Tumor Hipotalamus
- Menyebabkan gejala TTIK akibat oklusi dari foramen Monroe
- Gangguan fungsi hipotalamus menyebabkan gejala: gangguan
perkembangan seksuil pada anak-anak, amenorrhoe,dwarfism,
gangguan cairan dan elektrolit, bangkitan
7

*Tumor di cerebelum
- Umumnya didapat gangguan berjalan dan gejala TTIK akan
cepat
terjadi disertai dengan papil udem.
Keadaan ini bisa terlihat dengan pemeriksaan funduskopi
menggunakan oftalmoskop. Gambarannya berupa kaburnya
batas papil, warna papil berubah menjadi lebih kemerahan dan
pucat, pembuluh darah melebar atau kadang-kadang tampak
terputus- putus.Untuk mengetahui gambaran edema papil
seharusnya kita sudah mengetahui gambaran papil normal
terlebih dahulu.Pe- nyebab edema papil ini masih diperdebatkan,
tapi diduga akibat penekanan terhadap vena sentralis
retinae.Biasanya terjadi bila tumor yang lokasi atau
pembesarannya menckan jalan aliran likuor sehingga
mengakibatkan bendungan dan terjadi hidrosefalus.
- Nyeri kepala khas didaerah oksipital yang menjalar keleher dan
spasme dari otot-otot servikal
*Tumor fossa posterior
- Diketemukan gangguan berjalan, nyeri kepala dan muntah
disertai
dengan nistagmus, biasanya merupakan gejala awal dari
medulloblastoma.
Penekanan pada otak bisa menyebabkan perubahan kepribadian
dan menyebabkan penderita merasa mengantuk, linglung dan tidak
mampu berfikir. (7)

TUMOR OTAK DAN KELAINAN PSIKIATRI


Tumor otak dapat timbul di berbagai bagian dari otak; di jaringan otak,
selaput otak, sistim.ventrikel, pleksus koroid, glandula pinealis, hipofisis
dan lain-lain. Tumor otak dapat bersifat primer atau sekunder sebagai
akibat metastasis dari tumor di bagian lain.
Manifestasi klinis tumor otak tergantung dari beberapa faktor, antara lain :
8

 Jenis dan sifat tumor


 Kecepatan pertumbuhan dan penyebaran
 Lokalisasi tumor
 Kecepatan kenaikan tekanan intrakranial.
Tumor otak paling sering mengakibatkan timbulnya kelainan psikiatri
baik secara langsung maupun tidak langsung. Timbulnya gejala psikiatri
biasanya akan terlihat lebih awal. Kalau perjalanan penyakit demikian,
maka tidak terlalu sulit untuk mendeteksi tumor otak tersebut. Namun
seringkali di- dapatkan perjalanan penyakit yang sebaliknya, yaitu gejala
psikiatri muncul lebih dahulu sehingga tidak jarang pasien di- diagnosis
dan diterapi sebagai sehizophreniform, karena pada kasus demikian
memang tidak ditemukan gejala-gejala yang nyata; atau kalau didapatkan
gejala neurologis, penyakitnya sudah semakin parah. Gejala psikiatri ini
perjalanannya dapat cepat atau pelan-pelan dan bervariasi cukup luas;
sehingga tidak dapat untuk pedoman dalam menentukan stadium tumor
otak.
Dengan perkataan lain, kelainan psikiatri yang timbul pada tumor otak
yang tidak menunjukkan gejala neurologik yang jelas perlu diwaspadakan.
Pada kasus demikian perlu dilakukan pemeriksaan CT Sean kepala dan
penanganan selanjutnya.

PROBLEM PSIKIATRI PASIEN TUMOR OTAK


Pasien yang menderita tumor otak seringkali menghadapi problem psikiatri
yang berpengaruh pula terhadap keluarganya, lingkungannya dan semua
yang terkait dengannya. Aspek psikiatri akan muncul setelah diketahui ada
tumor otak, selama dalam perawatan, pengobatan, rehabilitasi maupun saat
meng- hadapi stadium terminal.
Problem psikiatri yang timbul pada umumnya berkisar pada permasalahan
sebagai berikut :
1) Keadaan penyakitnya sendiri
2) Antisip'asi dari dokter yang merawatnya
3) Lasputaksasi (yang pada umumnya cukup lama)
9

4) Informasi mengenai diagnosis penyakit, terapi/operasi dan pasea


operasi
serta rehabilitasi
5) Fungsi organ tubuh pasea operasi
6) Keadaan terminal.
Frekuensi problem pada pasien tumor otak (yang se- belumnya bukan
penderita gangguan jiwa) menurut Leponski :
1) Basic Stress Psychology yang berhubungan dengan diagno- sis,
perawatan
dan rencana penanganan selanjutnya.
2) Komunikasi informatif tentang rencana tindakan (operasi) dengan
berbagai alternatif yang mungkin timbul.
3) Persiapan pre dan post operasi.
4) Pengertian psikodinamik mengenai hubungan antarapasien- dokter
keluarga dan lingkungan.
Dengan mengetahui hal-hal tersebut diharapkan para dokter yang
menangani tumor akan memperhitungkan bahwa kemungkinan akan dapat
timbul kelainan psikiatri pada pasien itu sendiri maupun keluarganya.

GEJALA PSIKIATRI TUMOR OTAK


Gejala psikiatri tumor otak variasinya cukup banyak, ber- beda-beda bagi
tiap-tiap pasien walaupun diagnosisnya sama, bahkan pada seorang pasien
seringkali gejalanya berubah-ubah dari waktu ke waktu.
Karena gejala psikiatri ini tidak membentuk suatu sindrom psikiatri yang
khas maka kelakuan psikiatri yang timbul pada tumor otak tidak dapat
digunakan untuk menegakkan diagnosis tumor dan lokalisasinya.Namun
demikian kalau dicurigai dapat diperiksa lebih lanjut (misalnya CT Sean
kepala) untuk me- yakinkan diagnosis dan tindakan selan jutnya.
Gejala psikiatri yang sering timbul pada tumor otak antara lain .
1) Gangguan fungsi intelek; yang paling menonjol ialah menurunnya
fungsi
pertimbangan dan tata sosial pada umumnya. Kelakuan ini tergantung
10

pada jenis dan lokalisasi tumor serta gambaran kepribadian premorbid.


2) Gangguan fungsi berbahasa; gejala ini biasanya mengabur- kan gejala
psikiatri lain namun justru pada kasus demikianperlu diperiksa lebih
teliti.
3) Hilangnya daya ingat; terutama atas peristiwa yang baru saja terjadi,
sedang peristiwa yang sudah lama kadang-kadang masih diingat baik.
Seringkali dapat muncul seperti sindrom Korsakoff.
4) Gangguan emosi; pasien menjadi Icbih Ickas marah, atau dapat pula
dalamkeadaan depresi.
5) Kemunduran taraf kecerdasan secara umum.
6) Gangguanorientasi.
7) Kelainan dan perubahan tingkah laku/kepribadian (per- sonality
changes). 8) Gejala-gejala neurologik yang samar.
Di samping gejala-gejala psikiatri yang timbul akibat tumor otak, juga
timbul reaksi dari pasien terhadap penyakit tersebut antara lain :
1) Stres emosional meliputi terapi/perawatan dan prognosis- nya serta
problem biaya.
2) a) Perasaan berdosa dan bersalah yang tidak atau belum ter-
selesaikan. b) Kesadaran akan tugas yang belum selesai.
c) Kesempatan kesempatan yang terbengkalai.
d) Cemas akan perpisahan.
e) Problema psikis yang belum terselesaikan.
Kelainan psikiatri dapat pula timbul setelah tindakan (operasi) terhadap
tumor otak, misalnya :
1) Komplikasi psikiatri postoperatif yang berhubungan dengan :
a. Tingkat anxietas pre operatif.
b. Harapan yang realistik/tidak realistik.
c. Sikap denial dari pasien.
2) Anxietas, kecemasan dan persepsi lingkungan.
3) Dependency; bahkan sering terjadi tingkah laku regresif (regressive
behaviour) baik fisik maupun emosional.
4) Reaksi depresi, murung, lesu, tak ada gairah hidup, merasa berdosa,
11

merasa mendapat kutukan, menyesali diri sendiri, ke- inginan untuk


bunuh diri.
5) Keluhan-keluhan hipokondriasis.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kelainan psikiatri pada
tumor otak timbul sebagai :
a) Gejala dari tumor yang dapat timbul lebih dini maupun pada saat-saat
Ianjut.
b) Reaksi pasien terhadap tumor.
c) Reaksi pasien terhadap rencana tindakan, pasea tindakan dan problem
finansial.
d) Komplikasi psikiatrik pasca operasi. (6,7,12)

Gejala ini sangat serius dan memerlukan penanganan medis segera.

Astrositoma & Oligodendroglioma


Astrositoma dan oligodendroglioma merupakan tumor yang
pertumbuhannya lambat dan mungkin hanya menyebabkan kejang.Jika
lebih ganas (astrositoma anaplastik dan oligodendroglioma anaplastik) bisa
menyebabkan kelainan fungsi otak, seperti kelemahan, hilangnya rasa dan
langkah yang goyah.Astrositoma yang paling ganas adalah glioblastoma
multiformis, yang tumbuh sangat cepat sehingga menyebabkan
meningkatnya tekanan di dalam otak dan menyebabkan sakit kepala,
berfikir menjadi lambat dan rasa ngantuk atau bahkan koma.
Tumor jinak yang berasal dari selaput yang membungkus otak (meningen)
bisa menyebabkan berbagai gejala yang tergantung kepada lokasi
pertumbuhannya.Bisa terjadi kelemahan atau mati rasa, kejang, gangguan
penciuman, penonjolan mata dan gangguan penglihatan.Pada penderita
lanjut usia bisa menyebabkan hilang ingatan dan kesulitan dalam berfikir,
mirip dengan yang terjadi pada penyakit Alzheimer.

Tumor Pinealis
Kelenjar pinealis terletak di pertengahan otak, yang berfungsi mengatur
jam biologis tubuh, terutama pada siklus normal diantara bangun dan tidur.
Tumor pinealis atipikal (tumor sel germ) paling sering terjadi pada masa
12

kanak-kanak dan seringkali menyebabkan pubertas dini.Tumor ini bisa


merusak pengaliran cairan di sekitar otak, sehingga terjadi pembesaran
otak dan tengkorak (hidrosefalus) dan kelainan fungsi otak yang serius.

Tumor Kelenjar Hipofisa


Kelenjar hipofisa terletak di dasar tengkorak, berfungsi mengatur sistem
endokrin tubuh.Tumor kelenjar hipofisa biasanya jinak dan secara
abnormal menghasilkan sejumlah besar hormon hipofisa:- Peningkatan
kadar hormon pertumbuhan yang berlebihan menyebabkan gigantisme
(tumbuh sangat tinggi) atau akromegali (pembesaran yang tidak
proporsional dari kepala, wajah, tangan, kaki dan dada)- Peningkatan
kadar kortikotropin menyebabkan sindroma Cushing- Peningkatan kadar
TSH (thyroid-stimulating hormone) menyebabkan hipertiroidisme-
Peningkatan kadar prolaktin menyebabkan amenore (terhentinya siklus
menstruasi), galaktore (pembentukan ASI pada wanita yang tidak sedang
menyusui) dan ginekomastia (pembesaran payudara pada pria).Tumor
kelenjar hipofisa juga bisa erusak jaringan yang menghasilkan hormon,
yang pada akhirnya akan menyebabkan kekurangan hormon dalamtubuh.
Gejala lainnya bisa berupa sakit kepala dan hilangnya lapang pandang luar
pada kedua mata.
Tumor di daerah presentral bisa menimbulkan gejala kejang fokal
pada sisi kontralateral.Kelumpuhan motorik timbul bila terjadi destruksi
atau penekanan oleh tumor terhadap jalur kortikospinal.
Tumor di kelenjar hipofisis akan memberikan gejala sesuai dengan sel
kelenjar endokrin yang terkena. Adenoma eosinofil pada anak akan
menyebabkan pertumbuhan raksasa, sehingga lebih besar dan tinggi
dibanding anak seumurnya. Sedang pada orang dewasa akan menyebabkan
pembesaran tangan, kaki, jari-jari, mandibula, penebalan kulit dan lidah
(akromegali). Adenoma basofil menyebabkan penimbunan lemak di
daerah wajah, bahu, abdomen disertai pengecilan alat genital (distrofia
adiposogenitalis).Adenoma khromofob menyebabkan bertam- bahnya
berat badan dan menurunnya libido.
13

Tumor pada girus angularis kiri bisa menimbulkan gejala yang


disebut aleksia (kehilangan kemampuan memahami kata- kata
tertulis).Sedang pada yang kanan menyebabkan gejala berupa gangguan
dalam menyadari adanya sisi sebelah dari tubuh.
Tumor di daerah mesensefalon sering menekan jalur supra nuklear
dari nukleus n. III & IV sehingga menimbulkan gangguan konyugasi bola
mata.Juga terjadi dilatasi pupil sebelah mata (anisokori) yang bereaksi
negatif terhadap rangsang cahaya.Tremor, nistagmus dan ataksia bisa
terjadi bila jalur ke serebelum ikut terlibat, dcmikian juga spastisitas
anggota badan karena terlibatnya jalur kortikospinal.Penekanan terhadap
jalur aliran likuor menimbulkan hidrosefalus sehingga nycri kepala ke-
mudian edema papil timbul.
Tumor di daerah pons dan medula oblongata biasanya menimbulkan
gejala fokal permulaan berupa paresis n. VI unilateral sehingga bola mata
tidak bisa melirik ke sisi lesi, disertai diplopia (melihat dobel).Nycri
kepala dan pusing (vertigo) yang diperberat oleh rotasi kepala juga
merupakan gejala yang umum terjadi. Mengingat daerah ini merupakan
tempat beradanya Beberapa inti saraf kranial, maka akan timbul pula
beberapa gejala akibat disfungsi saraf kranial tersebut. Hemiparesis
alternans merupakan salah satu ciri lesi di daerah ini.
Tumor di serebellum biasanya menyerang anak-anak. Gejala yang
menonjol pada fase awal berupa kenaikan tekanan intrakranial akibat
penekanan jalan likuor sehingga terjadi hidrosefalus.Biasanya terjadi pula
gangguan keseimbangandalam berdiri dan berjalan. Ini bisa diperiksa
dengan menyuruh penderita berdiri sambil menutup mata, penderita akan
goyang (test Romberg). Tumor serebelum di daerah lateral (hemisfer)
lebih menonjolkan gejala nistagmus yang nyata ke arah sisi lesi, sedang
bila tumor di daerah median tidak menunjukkan nistagmus yang jelas.
Juga ataksia lcbih menonjol pada anggota badan sebelah sisi lesi. (11)

2.8. Pemeriksaan Penunjang


14

Setelah diagnosa klinik ditentukan, harus dilakukan pemeriksaan


yang spesifik untuk memperkuat diagnosa dan mengetahui letak tumor.
# Elektroensefalografi (EEG), memberi informasi mengenai perubahan
kepekaan neuron.
# Foto polos kepala, memberikan informasi yang sangat berharga
mengenai struktur, penebalan dan klasifikasi; posisi kelenjar pinelal yang
mengapur;
dan posisi selatursika.
# Arteriografi, untuk mendeteksi kondisi patologi pada sistem ventrikel
dan
cisterna.
# Computerized Tomografi (CT Scan), dasar dalam menentukan diagnosa.
# Magnetic Resonance Imaging (MRI), memperlihatkan daerah-daerah
akumulasi abnormal dari zat radioaktif. Tumor otak mengakibatkan
kerusakan sawar darah otak yang menyebabkan akumulasi abnormal zat
radioaktif
# Biopsi dilakukan untuk menentukan jenis tumor dan sifatnya (ganas atau
jinak).
Kadang pemeriksaan mikroskopik dari cairan serebrospinal yang diperoleh
melalui pungsi lumbal, bisa menunjukkan adanya sel-sel kanker. Jika
terdapat peningkatan tekanan di dalam tengkorak, maka tidak dapat
dilakukan pungsi lumbal karena perubahan tekanan yang tiba-tiba bisa
menyebabkan herniasi.Pada herniasi, tekanan yang meningkat di dalam
tengkorak mendorong jaringan otak ke bawah melalui lubang sempit di
dasar tengkorak, sehingga menekan otak bagian bawah (batang otak).
Sebagai akibatnya, fungsi yang dikendalikan oleh batang otak (pernafasan,
denyut jantung dan tekanan darah) akan mengalami gangguan. Jika tidak
segera diatasi, herniasi bisa menyebabkan koma dan kematian.

CT SCAN

CT sudah menjadi prosedur diagnostik yang paling penting dalam cvaluasi


penderita yang diduga mengidap tumor intra- kranial.Sensitifitas CT untuk
15

mendeteksi dini masa intrakranial khususnya neoplasma cukup tinggi


(80% – 98%). Karena gambaran CT dari beberapa lesi intrakranial dapat
menyerupai satu sama lain seperti kata Kricheff "Everything can look like
everything", maka CT tidak selalu dapat membuat diagnosis patologi
secara tepat. Rangkaian pemeriksaan CT dapat membantu membedakan
kondisi non-neoplastik, misalnya infark, hematoma, lesi vaskuler dari
suatu neoplasma.
CT lebih sensitif daripada foto polos kranium dalam mendeteksi kalsifikasi
intrakranial; namun demikian pemeriksaan foto polos kranium dan
tomografi konvensional dapat melengkapi dan memberikan informasi
tambahan yang penting, misalnya adanya perubahan karena erosi tulang
yang khas.Adanya perubahan pada tulang sangat penting di dalam menilai
regio seta tursika dan kanalis akustikus internus.
Angiografi penting sebagai prosedur tambahan dan pe- lengkap untuk
menentukan pola vaskuler yang abnormal dari beberapa neoplasma, juga
di dalam menentukan adanya lesi vaskuler yang menyerupai neoplasma.
CT sudah menggantikan pemeriksaan dengan menggunakan udara,
misalnya pneumoensefalografi, kecuali pada diagno- sis neurinoma akustik
intrakanalikuler yang sangat kecil; lcsi tersebut dapat ditentukan dengan
air CT-cysternogram atau gas meatografi.

Ke khas-an CT Scan Pada Diagnosis Neoplasma Intrakranial

1. Lokasi yang khas


Lokasi tumor merupakan salah satu kekhasan CT yangsangat membantu
untuk mendcfcrensiasi diagnosis suatu neoplasma.Lokasi ekstraaksial
adalah khas untuk tumor-tumor jinak (sela tursika, sudut serebelopontin
dan daerah di sekitar duramater). Lokasi intraaksial di dalam substansi
otak bagian dalam biasanya khas untuk neoplasma ganas.
2. Usia penderita saat pertama kali menunjukkan gejala.
3. Absorpsi radiasi yang khas (density) sebelum dan sesudah enhancement
media kontras.
16

4. Komposisi tumor.
5. Konfigurasi tumor.
Tepi yang rata biasanya suatu tumor jinak, sedangkan tepi yang ireguler
dan berbatas tidak tegas biasanya suatu tumor ganas.
6. Multiplikasi.
Multiplikasi suatu tumor intraaksial biasanya suatu metastasis.

I. NEOPLASMA SUPRATENTORIAL
A. MENINGIOMA
Pada umumnya terjadi di daerah yang banyak mengandung granulatio
arakhnoid yaitu zona parasagital, falk, lengkung serebral, sphenoid ridge
dan celah olfaktorius, Berlokasi ekstra- serebral (ekstraaksial) dan
berkapsel.Gambaran histologinya jinak dan biasanya tidak residif sesudah
ekstirpasi bedah yang lengkap.CT dapat mendeteksi meningioma yang kecil
5 – 7 mm dan biasanya tumor-tumor ini ditemukan secara kebetulan.
Gambaran CT :
Meningioma mempunyai gambaran yang agak khas tetapi tidak cukup
spesifik apabila diagnosis tanpa dilengkapi pe- meriksaan angiografi dan
eksplorasi bedah.Angiografi penting untuk menentukan suplai pembuluh
darah ke meningiomanyadan untuk menilai efek di sekitar struktur arteri dan
venanya.
CT tanpa kontras :
Kebanyakan meningioma memperlihatkan lesi hiperdens yang homogen
atau berbintik-bintik, bentuknya reguler dan berbatas tegas.Bagian yang
hiperdens dapat memperlihatkan gambaran psammomatous calcifications.
Kadang-kadang meningioma memperlihatkan komponen hipodens yang
prominen apabila disertai dengan komponen kistik, nckrosis, dcgencrasi
lipomatous atau rongga-rongga CSF yang loculated.
Sepertiga dari meningioma memperlihatkan gambaran isodens yang
biasanya dapat dilihat berbeda dari jaringan pa- renkim di sekitamya dan,
hampir semua lesi-lesi isodens ini menyebabkan efck masa yang bermakna.
CT dengan kontras :
17

Semua meningioma memperlihatkan enhancement kontras yang nyata


kecuali lesi-lesi dengan perkapuran.Pola enhancement biasanya homogen
tajam (intense) dan berbatas tegas.
Duramater yang berlanjut ke lesinya biasanya tebal, tanda yang relatif
spesifik karena bisa tampak juga pada glioma dan metastasis. Di sekitar lesi
yang menunjukkan enhancement, bisa disertai gambaran hypodense
semilunar collar atau berbentuk cincin. Meningioma sering menunjukkan
enhancement heterogen yang kompleks.

B. GLIOMA

Glioma merupakan neoplasma intraserebral (intraaksial) yang maligna.


Gambaran infiltrat tumornya berbatas ireguler, tepinya bergerigi (jagged-
edged border).Tumor-tumor supra- tentorial dapat berasal dari dalam
korteks serebri dan meng- adakan ekstensi ke dalam korpus kalosum, basal
ganglia atau talamus.Gambaran patologi glioma bervariasi dalam derajat
kalsifikasi, nekrosis, perdarahan, pembentukan kista, neovaskuler dan
aplasia seluler di dalam individual gliomanya.
Neoplasma ini dapat diklasifikasikan sebagai astrositoma gradasi rendah,
astrositoma anaplastik atau glioblastoma multiforme.Klasifikasinya
dipersulit oleh 2 problem.Ke satu, per- bedaan regio dari suatu individual
glioma dapat mempunyai per- bedaan gambaran patologik yang khas.Ke
dua, glioma dapat memperlihatkan perubahan dengan waktu dan menjelma
menjadi maligna.
Gambaran CT :
Biasanya meretleksikan suatu lesi infiltratif dan patologi keganasan tumor
yang khas.
1. Astrositoma Gradasi Rendah :
Dapat memperlihatkan gambaran hipodens dengan bentuk yang
ireguler dan tepinya bergerigi. Astrositoma yang lain berbentuk bulat
atau oval dengan tepi yang tegas yang dapat disertai dengan kista.
Adanya tumor kistik akanlebih nyata bila ditemukan fluid level di
dalam lesi atau adanya kebocoran kontras media ke dalam tumornya.
Kalsifikasi tampak path 8–10% dan efek masa tampak pada
18

50%.Enhancement terlihat pada 50%, biasanya merata dan tidak


tajam.
2. Astrositoma Anaplastik
CT polos, tampak sebagai gambaran hipodens atau dcnsitas campuran
yang heterogen.• Enhancement media kontras tampak pada 78%,
dapat berupa gambaran lesi yang homogen, nodulcr atau pola cincin
yang kompleks.
3. Glioblastoma Multiforme
Gambaran CT bervariasi, hal ini merefleksikan gambaran patologinya
yang heterogen. Pola yang khas, lesi berdensitas campuran yang
heterogen atau hipodens, yang pada pemeriksaan paseakontras
menunjukkan bentuk yang ireguler dengan pola enhancement cincin
yang ketebalannya bervariasi, dan biasanya ada efek masa.
Adanya penebalan dan pelebaran dari septum pelusidum yang tampak
path enhanced seansangat spesifik untuk neoplasma intraaksial. Hal
ini tampak pada glioma dan metastasis tetapi tidak tampak pada
meningioma atau adenoma hipofisis.
Diagnosis Diferensial :
• Tanda khas glioma berupa lesi yang bentuknya ireguler,
berdensitas
heterogen dengan enhancement cincin yang tebalnya bervariasi
biasanya dapat dibedakan dari suatu meningioma yang bentuknya
lebih
reguler dan densitasnya lebih homogen (pada pemeriksaan dengan
media kontras).
• Bila lesinya tunggal, tidak selalu dapat dibedakan antara glioma
dari
metastasis, limfoma atau sarkoma.
• Pada beberapa kasus, pola CT dari infark serebri dapat menyerupai
suatu glioma. Bila di ferensiasinya tidak dapat dibuat pada CT
polos,
ulangan CT dapat dilakukan 7 – 10 hari kemudian.
19

Hal-hal penting dalam diagnosis diferensial suatu infark adalah :


- bentuknya reguler dibatasi vaskuler.
- efek masa kurang dibanding dengan glioma.
- pada umumnya menyebabkan gyral enhancement dan jarang
menunjukkanenhancement noduler atau cincin tipis di bagian
perifernya.
4. Thrombosed angioma.
CT menunjukkan gambaran lesi hiperdcns dengan per- kapuran-
perkapuran yang tersebar dan seringkali mempunyai pola
kurvilinier.Lesi ini seringkali tidak menunjukkan enhancement, dapat
juga memperlihatkan enhancement yang tubuler atau serpiginous.Pola
lebih lanjut adalah pembuluh darah yang abnormal, efek masa yang
minimal dan peicbaran ventrikuler dan sisterna di dekatnya karena
perubahan atrofi degenerasi yang disebabkan oleh angioma.
C. METASTASE
Metastasis intrakranial dilaporkan terjadi pada 20% – 30% penderita
dengan karsinoma sistemik. Metastasis intraserebralpada umumnya
berlokasi pada perbatasan substansia alba dan grisea atau di dalam kortek
superfisial. Nodul-nodul tumor biasanya tersebar dan hanya sedikit yang
disertai edema peritumoral yang ekstensif di sekitarnya. Deposit-deposit
metastasis ini merupakan basil dari penyebaran hematogen yang mengikuti
distribusi aliran darah dan paling sering berlokasi pada daerah arteria
serebri media; 80% berlokasi supratentorial dan 20% infratentorial; 35%
soliter dan 65% lesi-lesi yang multipel.
Metastasis intrakranial secara nyata dapat dideteksi oleh CT bahkan
pada diameter kurang dari 10 mm, lesi terkecil yang dapat dideteksi adalah
5 mm.
Gambaran CT :
- Suatu lesi hipodens (disertai dengan edema peritumoral) dan gambaran
seperti daun pakis.
- Suatu nodul hiperdens kecil yang terletak perifer dan me- nunjukkan
enhancement pada pasea kontras.
20

- Suatu lesi hipodens (pada CT polos) dan enhancement cincin yang


kompleks pada pasea kontras. Gambaran ini dapat identik dengan glioma.
- Suatu lesi kistik metastasis, berupa lesi hipodens bertepi tegas dengan
enhancement cincin di bagian perifernya. Lesi kistik non-metastasis
dapat memberikan gambaran yang identik.
- Suatu lesi hiperdens tidak berkapur dengan enhancement yang dens. Pola
ini dapat menyerupai meningioma.
Hal yang penting adalah melakukan pemeriksaan dengan media
kontras pada semua kasus yang dicurigai suatu metastasis intrakranial
karena lesi-lesi metastasis seringkali memperlihatkan gambaran isodens
path CT polos. Pemeriksaan kontras dengan double dose dan delayed
sean(misalnya 1 jam sesudah infus) dilakukan pada lesi-lesi yang tidak
tampak pada pemeriksaan biasa.
Dapat terjadi penderita dengan keluhan, pada permulaan pemeriksaan CT
masih negatif, tetapi pada ulangan pemeriksa- an CT 2 minggu kemudian
memperlihatkan lesinya. CT sangat membantu mendeteksi suatu occult
metastases pada suatu neo- plasma bronkogenik primer.Pada penderita-
penderita dengan dugaan suatu metastasis, penting mengadakan evaluasi
adanya perubahan atau destruksi tulang. Lesi-lesi maligna lain yang
memberikan gambaran identik dengan metastasis adalah limfoma, sarkoma,
plasmasitoma aura deposit leukemik

D. Tumor-tumor Supratentorial yang Lain


1. Gliosis dengan penyebab yang tidak diketahui.
Hal ini dapat terlihat pada perubahan reaktifitas yang non- spesifik dari
suatu jaringan misalnya pasea bedah, trauma, neo- plasma, infeksi, dan
lesi-lesi demielinisasi.Gliosis reaktif dapat terjadi pada bagian perifer
dari neoplasmanya atau pada daerahdemielinisasinya yang terjadi
spontan tanpa diketahui kausanya.
Gambaran CT :
- Suatu lcsi hipodens yang tidak menunjukkan enhancement.
- Suatu lesi berdensitas campuran dengan enhancement noduler, cincin
21

atau
bentukserpiginous.
Gambaran CT suatu lesi dapat berubah dengan
meningginyaenhancement kontras pada pemeriksaan
berikutnya.Diagnosis pasti hanya dapat ditentukan secara biopsi dan
tidak diketahui mengapa resolusi spontan dari keadaan ini dapat
terjadi.Diagnosis gliosis hanya dapat ditentukan secara bedah atau
nekropsi patologis.
2. Sarkoma Sel Retikulum
Neoplasma ini biasanya terjadi pada penderita-penderita
dengan kelainan imunologi, dapat berupa lesi yang tunggal atau ganda,
berlokasi khas pada basal ganglia, talamus, korpus kalosum,
periventrikuler pada substansia alba dan vermis serebeli.
Gambaran CT :
Berupa lesi-lesi iso atau hiperdens, non-kalsifikasi dan dengan
enhancement noduler yang homogen.

3. Ependimoma
Ependimoma pada hemisferium serebri dapat memperlihatkan
gambaran kistik atau kalsifikasi. Biasanya memperlihatkan
enhancement kontras dengan densitas yang komplek, dan tidak dapat
dibedakan dari glioma yang lain.
4. Oligodendroglioma
Biasanya berlokasi di dalam hemisferium serebri.Tandapatologi yang
sangat khas adalah perkapuran peritumoral yang padat.
Gambaran CT :
Perkapuran di bagian perifer, linear atau pola globuler yang padat.Dapat
mempunyai gambaran hipodens di bagian sentral yang merupakan
nekrosis sentral, pembentukan kista atau degenerasi mukoid
gelatinosa.Oligodendroglioma biasanya memperlihatkan enhancement
yang lemah.Apabila ada perubahan anaplastik, maka enhancement
kontras yang intensif dapat terlihat. (2,3,4)
22

2.9. Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis pada penderita yang dicurigai
menderita tumor otak yaitu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik
neurologik yang teliti, adapun pemeriksaan penunjang yang dapat
membantu yaitu CT-Scan dan MRI. Dari anamnesis kita dapat mengetahui
gejala-gejala yang dirasakan oleh penderita yang mungkin sesuai dengan
gejala-gejala yang telah diuraikan di atas. Misalnya ada tidaknya nyeri
kepala, muntah dan kejang. Sedangkan melalui pemeriksaan fisik
neurologik mungkin ditemukan adanya gejala seperti edema papil dan
deficit lapangan pandang. (6)

2.10. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat kita temukan pada pasien yang menderita
tumor otak ialah :
a. Gangguan fisik neurologist
b. Gangguan kognitif
c. Gangguan tidur dan mood
d. Disfungsi seksual (7)

2.11. Diagnosis Banding


Gejala yang paling sering dari tumor otak adalah peningkatan tekanan
intrakranial, kejang dan tanda deficit neurologik fokal yang progresif.
Setiap proses desak ruang di otak dapat menimbulkan gejala di atas,
sehingga agak sukar membedakan tumor otak dengan beberapa hal
berikut :
Abses intraserebral
Epidural hematom
Hipertensi intrakranial benigna
Meningitis kronik. (6)

2.12. Prognosis
23

Prognosisnya tergantung jenis tumor spesifik. Berdasarkan data di


Negara-negara maju, dengan diagnosis dini dan juga penanganan yang
tepat melalui pembedahan dilanjutkan dengan radioterapi, angka
ketahanan hidup 5 tahun (5 years survival) berkisar 50-60% dan angka
ketahanan hidup 10 tahun (10 years survival) berkisar 30-40%. Terapi
tumor otak di Indonesia secara umum prognosisnya masih buruk,
berdasarkan tindakan operatif yang dilakukan pada beberapa rumah sakit
di Jakarta. (1)

2.13. Terapi
Pengobatan tumor otak akan mencapai suatu hasil yang baik, bila hal itu
didasarkan pemeriksaan histopatologi yang dibuat sebelumnya. Biasanya
ahli bedah saraf atau ahli radioterapi menentukan pengobatan yang terbaik
bagi pasiennya berdasarkan basil pemeriksaan histopatologi; tapi
kenyataannya tindakan untuk mengambil contoh jaringan sering mendapat
kesulitan-kesulitan. Terlebih bila tindakan biopsi tersebut harus melewati
daerah penting seperti area motorik, juga bila dijumpai penyulit lain
seperti peningkatan tekanan di dalam kepala, atau pada lesi yang banyak
mengandung pembuluh darah.

Lesi-lesi tertentu di dalam kepala sering diobati dengan radiasi external


hanya berdasarkan gambaran klinis dan radiologi, tanpa didasarkan
pemeriksaan biopsi. Lesi-lesi tersebut termasuk tumor intrinsik dari batang
otak, lesi di daerah pineale dan posterior dari ventrikel ketiga, lesi yang
terletak pada susunan subkortikal yang dalam (terutama thalamus),
walaupun pengobatan tumor otak paling baik berdasarkan pemeriksaan
biopsi terlebih dahulu.
Untuk mendapatkan contoh jaringan dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu dengan cara open surgery atau biopsi aspirasi. Biopsi aspirasi paling
baik dilakukan dengan cara stereotaktik. Tindakan ini mempunyai
keuntungan dibandingkan open surgery; persiapan pasien lebih mudah,
karena tindakan tersebut dapat dikerjakan dengan bius lokal (kecuali pada
24

anak-anak), terlebih pada pasien dengan risiko tinggi, seperti usia lanjut,
hipertensi dan sebagainya. Keuntungan lain ialah masa perawatan dan
masa operasinya singkat, lapangan operasinya Icbih kecil, serta biayanya
relatif lebih murah. Sedangkan pada open surgery, orientasi ahli bedah
akan berkurang dengan makin dalamnya letak tumor di bawah cortex,
dengan risiko tidak menemukan tumomya dan bahkan merusak susunan
saraf.
Sebagian ahli bedah saraf memilih open surgery daripada tindakan
stereotaktik pada Icsi-lesi sebagai berikut :
o Adenoma kistik
o Kista hipofisis non ncoplastik
o Abses intrasellar
o Tubereulous atau non tubereolous granuloma cell cysto-
blastoma
o Pituisitoma
o Ancurisma intrasellar
o Hemangioma kavcrnosa hipofisis
o Pelebaran sella tursika karena dilatasi bagian anterior
ventrikel ketiga
o Empty sella syndrome

BIOPSI STEREOTAKTIK
Instrumen untuk biopsi stereotaktik ada beberapa macam, tapi yang paling
populer ialah forsep yang mempunyai cup 1 mm atau side window canule.
Morbiditas dan mortalitas prosedur biopsi stereotaktik rendah,
morbiditasnya 4% dari 83 kasus (Appuso dan Sabshin). Menurut Lunsford
dan Martinez dari 98 kasusnya tidak ada yang mengalami komplikasi,
sedangkan PJ Kelly melaporkan dari 424 kasus, 2 pasien mengalami
defisit neurologi dan satu meninggal. Pemeriksaan dengan cara ini
menurut dia mempunyai nilai diagnostik yang tinggi (98%).

ASPIRASI DAN PENGOBATAN LESI KISTIK


25

Aspirasi kista koloidal dapat dikerjakan secara stereotaktik. Hal ini dapat
digunakan untuk terapi paliatif pada pasien-pasien dengan keadaan umum
yang buruk, di mana tindakan kraniotomi tidak mungkin dikerjakan. Juga
dapat dikerjakan untuk pencegahan reakumulasi kista seperti pada
kraniopharingioma dan glioma dengan menyuntikkan beta-emitting
colloid.

INTERSTITIAL IRRADIATION
Penetrasi iradiasi ke dalam dinding kista hanya 600-900 um. Konsep
implantasi interstitial pada brachyterapi secara stereotaktik telah dikenal
lcbih dari 20 tahun yang lalu. Sumber-sumber radionuklid menghasilkan
distribusi yang isodose, dan dosis radiasi yang tinggi dapat diberikan pada
tumor, sedangkan efek radiasi pada jaringan otak sekitarnya minimal. Saat
ini yang sering dipakai di Bedah Saraf untuk radiasi interstitial ialah
125iodine dan 192iridium. Ada dua cara radiasi interstitial :
1) Implantasi permanen dari sumber-sumber spesifik dengan aktivitas
rendah.
2) Implantasi sementara dari sumber-sumber spesifik dengan aktivitas
yang tinggi, dan setelah radiasi selesai, sumber tersebut disingkirkan. (10)

PROSEDUR OPERASI
Tindakan operasi stereotaktik dilakukan dengan anestesi lokal kecuali pada
anak-anak. Tindakan ini morbiditas dan mortal itasnya sangat rendah. Lesi
di daerah pons dan brakhium pontin merupakan tantangan bagi ahli bedah
saraf, karena sulitnya prosedur diagnostik; dan tindakan operasinya
berdasarkan perkiraan gambaran CT Scan dan MRI, tanpa contoh jaringan
PA. Dalam hal ini penatalaksanaan dan pengobatan pasiennya tidak
adekuat karena tidak berdasarkan pemeriksaan histologi.
Tindakan operasi di daerah pons dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1) Suboccipital approach melalui ventrikel ke empat
2) Approach melalui suboccipital retromastoid
Kraniotomi melalui cerebellopontine angle
26

3) Subtemporal transtentorial technique


4) CT-guided stereotactic biopsy.
Biopsi stereotaktik melalui transeortical frontal trajector) approach atau
suboccipital transeerebellar approach temyata lebih efektif untuk
mendapatkan jaringan dalam menunjang diagnostik.

OPERASI
Pencntuan tindakan konservatif daripada tindakan operatif
dipertimbangkan bila ditunjang salah satu atau lebih dari hal-hal sebagai
berikut :
1) Daerah tersebut relatif sukar dicapai.
2) Menurut statistik jenis tumor tersebut sering terdapat pada daerah
tersebut.
3) Sering terjadi kesulitan reseksi tumor-tumor tersebut dan pengobatan
paliatif tidak ada manfaatnya.
4) Menurut statistik lesi-lesi tersebut dapat diobati dengan radiasi paliatif.

Terapi komprehensif terhadap pasien tumor otak diberikan secara


multimodalitas yang terdiri atas :
1. Terapi medikamentosa
Obat steroid seperti dexamethasone dan obat antikonvulsi digunakan
untuk pasien tumor otak, jika diperlukan. Steroid ini digunakan untuk
mengurangi peradangan jaringan serta pembengkakan yang terjadi di
sekeliling tumor otak. Obat anti konvulsi seperti phenytoin diberi
untuk mencegah serangan kejang dan biasanya diberi setelah
pembedahan. Obat-obatan lain yang mungkin juga diberikan antara
lain:
• Obat diuretik osmosis seperti mannitol untuk mengurangi tekanan
intrakranial
• Analgesik
• Antasid atau penyekat histamin untuk mencegah ulser stres.
2. Terapi pembedahan
27

Berbagai pilihan pembedahan telah tersedia, dan pendekatan


pembedahan yang dipilih harus berhati-hati untuk meminimalisir
resiko deficit neurologic setelah operasi. Tujuan pembedahan : (1)
menghasilkan diagnosis histologic yang akurat, (2) mengurangi tumor
pokok, (3) memberikan jalan untuk CSF mengalir, (4) mencapai
potensial penyembuhan.
3. Radioterapi
Pengobatan terpilih tumor otak adalah ekstirpasi radikal, namun
apabila hal ini tidak dapat dilakukan maka dekompresi merupakan hal
yang harus dikerjakan semaksimal mungkin. Selanjutnya radiasi
diberikan sebagai pengobatan ajuvan setelah dilakukan pengangkatan
tumor tersebut. Tindakan ajuvan ini dilakukan pada astrositoma
(derajat keganasan II, III,IV), ependimoma, oligodcndroglioma,
kraniofaringioma, serta kordoma. Pada kasus-kasus yang tidak lagi
resektabel atau tidak layak operasi ataupun menolak operasi maka
radioterapi harus berperan sebagai modalitas tunggal. Kasus ini terjadi
pada tumor-tumor yang letaknya sentral, pada batang otak,ventrikel 3,
pada metastasis otak yang multipel. Sebagai terapi kombinasi maka
radioterapi pada pengobatan tumor-tumor intrakranial dilakukan
setelah pembedahan (radiasi pasca bedah), yakni bertujuan untuk
mengeradikasi sisa-sisa sel tumor yang masih tertinggal baik secara
mikroskopik dan bila mungkin juga untuk tumor yang masih tampak.
Untuk mencegah terjadinya udem yang mikroskopik pada parenkim
otak yang dapat menambah tinggi tekanan intrakranial maka
dianjurkan pemberian kortikosteroid dosis tinggi. Dosis radiasi
ditentukan oleh jenis histologik, respons terhadap radiasi, lokasi
anatomik dan toleransi jaringan sehat disekitarnya. Luas lapangan
radiasi ditentukan oleh ekstensi tumor dan daerah-daerah potensial,
seperti halnya radiasi elektif yang dianjurkan diberikan pada
meduloblastoma. Usia merupakan faktor penting pada anak-anak usia
muda, pada umumnya tumor ini lebih sensitif, tetapi tingkat
toleransinya juga rendah.
28

Teknik radiasi seluruh otak (So; whole brain) serta sebagian otak
(parsial) atau hanya lokal pada lesi yang tampak, sampai saat ini masih
tetap kontroversial.
Efek samping yang terjadi tentunya sangat tergantung pada daerah-
daerah yang dilintasi oleh sinar pengion yakni kulit, subkutis, tulang
tengkorak, telinga, tulang sendi tempormandibular. Terjadinya cedera
akibat radiasi meliputi proliferasi intima vaskuler dan demielinisasi.
Pada kulit terjadi epilasi rambut setelah dosis 3000 cGy dan pada
umumnya bersifat reversibel, kecuali apabila dosis lebih dari 5000
cGy. Kerontokan rambut ini seringkali merupakan salah satu efek
samping yang ditakuti pasien terlebih pasien wanita. Eritema dan
deskuamasi kulit merupakan gejala ringan lain yang biasanya tidak
diperhatikan oleh pasien. Udema jaringan otak merupakan salah satu
efek samping akut radiasi yang tentunya akan memperburuk keadaan
klinis pasien. Nekrosis radiasi merupakan komplikasi yang seringkali
dilaporkan oleh berbagai peneliti, meskipun frekuensi terjadinya tidak
terlalu tinggi.

4. Khemoterapi
Kemoterapi hanya sedikit bermanfaat dalam treatment pasien dengan
malignant glioma. Kemoterapi tidak memperpanjang rata-rata
pertahanan semua pasien tetapi sebuah subgroup tertentu nampaknya
bertahan lebih lama dengan penambahan kemoterapi dan radioterapi.
Kemoterapi juga tidak berperan banyak dalam pengobatan pasien
dengan lowgrade astrocytoma. Sebaliknya, kemoterapi disarankan
untuk pengobatan pasien dengan oligodendroglioma.
5. Immunoterapi
Imunoterapi merupakan pengobatan baru yang masih perlu diteliti
lebih lanjut. Dasar pemikiran bahwa sistem imun dapat menolak
tumor, khususnya allograft, telah didemonstrasikan lebih dari 50 tahun
yang lalu. Hal itu hanya sebuah contoh bagaimana sistem imun dapat
29

mengendalikan pertumbuhan tumor. Tumor umumnya menghasilkan


level protein yang berbeda (dibandingkan protein normal) disekitar
jaringan, dan beberapa protein mengandung asam amino substitusi atau
deletions, atau mengubah phosphorylation atau glycosylation.
Beberapa perubahan protein oleh tumor sudah mencukupi bagi sistem
imun untuk mengenal protein yang dihasilkan tumor sebagai antigenik,
dan memunculkan imun respon untuk melawan protein-protein
tersebut.
6. Terapi rehabilitasi
Orientasi pada tujuan untuk setiap penderita harus diseleksi agar
sesuai dengan kebutuhan penderita yang semuanya bisa dikategorikan
kepada : restoratif, bila penderita bisa diharapkan kembali seperti
keadaan semula; suportif bila penderita karena penyakitnya menjadi
cacat; paliatif bila karena penyakitnya keadaan penderita semakin
memburuk dari waktu ke waktu. Suatu program rehabilitasi pada
pasien dengan tumor haruslah dibuat untuk pegangan dari sekian
banyak anggota tim yang turut menangani keberhasilan usaha yang
berorientasi kepada tujuan yang tergantung dari sistim pola rujukan,
komunikasi diantara anggota tim (seperti; dokter rehabilitasi medik,
dokter onkologi, dokter saraf, perawat, keluarga pasien, dan lainnya)
serta efektivitas proses pelaksanaan rehabilitasi.
Hal-hal yang timbul akibat tumor otak baik primer atau metastase ke
otak menyebabkan gangguan fungsi dan menjadi masalah pokok pada
rehabilitasi medik, adalah : lokomotor, ketrampilan tangan, gangguan
bicara, gangguan koordinasi, gangguan sensorik dan kejiwaan). Untuk
menangani banyak masalah tersebut perlu kerja sama tim yang terpadu.

a. Gangguan Lokomotor
Penyebab gangguan lokomotor yang paling umum adalah
hemiplegia motorik akibat gangguan pembuluh darah atau
paraplegia dan quadriplegia akibat penekanan pada sumsum tulang
belakang atau penyakit demyelinasi; masalah tersebut akan
30

memerlukan fisioterapi tergantung dari luasnya lesi saraf tersebut


apakah statis, memburuk atau membaik. Pertimbangan utama
adalah mobilisasi dan ketergantungan penderita; anggota gerak
yang sehat harus dipelihara kekuatannya dan anggota yang lumpuh
digerakkan secara pasif untuk memelihara gerakan sendi yang
normal jangan sampai kaku. Bila ada spastisitas, harus diusahakan
sedemikian rupa sehingga fungsi untuk berjalan bisa terpenuhi;
baik dengan cold pack atau hot pack maupun dengan vibrasi atau
menggunakan refleks hambatan. Kadang-kadang diperlukan
suntikan lokal langsung pada saraf dengan phenol atau alkohol
yang bermanfaat untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan,
sehingga penderita telah dapat diperbaiki mobilitasnya.
b. Ketrampilan tangan
Sistim piramidalis sangat mempengaruhi kemahiran ketrampilan
tangan; walaupun proses penyakit telah sembuh namun dalam hal
ini selalu ada defisit. Walaupun kekuatan otot telah pulih, gerakan
sendi telah balk, pengendalian anggota gerak telah dikuasai namun
ketrampilan tangan ini masih bagian yang penting dalam proses
rehabilitasi. Sebagian dapat dikerjakan fisioterapist tetapi lebih
terperinci lagi oleh okupasi terapist. Ketrampilan dapat dipulihkan
melalui latihan terapi okupasi seperti menulis, mengetik,
memasukkan kancing baju, bertukang dan menjahit. Akhirnya
kemampuan yang semakin rumit sehubungan dengan kebutuhan
penderita dalam pekerjaannya, memerlukan latihan yang lebih
rumit pula.
c. Gangguan bicara
Gangguan berkomunikasi merupakan cacat penting yang bisa
disandang oleh penderita. Cacat demikian memerlukan evaluasi
yang teliti dan penanganan khusus.

Berbagai klasifikasi gangguan berkomunikasi, diantaranya yang


mudah dan praktis adalah klasifikasi Sehuell :
31

Gol. 1 : Afasia sederhana. Terdapat pengurangan semua bahasa,


tidak ada gangguan sensorik dan motorik, ada disarthria.
Gol. 2 : Serupa dengan gol. 1 ditambah dengan gangguan visual
dan terdapat gangguan diskriminasi, pengenalan dan pengungkapan
simbol visual.
Gol. 3 : Afasia disertai gangguan proses pendengaran dan sensorik-
motorik.
Gol. 4 : Campuran gangguan pendengaran, penglihatan dan
motorik dan tanda-tanda kerusakan otak yang menyeluruh.
Gol. 5 : Afasia, ireversibel dan hilangnya semua modalitas fungsi
berbahasa. Dari klasifikasi dapat diduga prognosisnya; gol. 1 afasia
sederhana adalah baik sedang gol. 5 afasia ireversibel adalah jelek.
Apapun golongan penderita ada kemungkinan memberi bantuan
komunikasi yang sesuai oleh speech therapist.
d. Gangguan kordinasi
Gangguan kordinasi timbul akibat kerusakan pada serebellum. Lesi
serebellum, dan campuran lesi serebellum dan piramidal
mengakibatkan gangguan koordinasi dan kurangnya gerak trampil.
Suatu hal yang perlu diperhatikan apakah lesi bersifat tetap,
sembuh atau memburuk dan hubungannya dengan cacatnya apakah
permanen atau sementara. Gangguan kordinasi anggota gerak atas
dilatih dengan latihan sederhana dimulai dari gerakan jari-jari
sendiri-sendiri, ditingkatkan dengan antar jari, berarti sudah ada
kordinasi tangan dan mata. Sangat menolong adalah rekreasi
permainan benda kecil atau kerajinan tangan. Gangguan kordinasi
anggota gerak bawah, tidak perlu dipaksakan untuk latihan jalan
(walking gait); cukup dengan memulai yang sederhana
menempatkan kaki dalam berbagai posisi secara statik, dilanjutkan
dengan kordinasi pergerakan sendi. Sebelum berdiri ada baiknya
posisi tegak dilatih pada tilting table dulu, latihan keseimbangan
berdiri di lantai, baru latihan jalan dengan bantuan terapis.
Selanjutnya dapat dilatih dengan alat bantu seperti kruk, tripod atau
32

tongkat untuk berjalan sendiri. Gangguan kordinasi karena defek


pada ekstrapiramidal lebih sulit diatasi terutama kalau bilateral.
Selain kekuatan yang menghambat untuk bergerak, ada kegagalan
mulai bergerak walaupun penderita sudah mengerti instruksi dan
penerangan. Kadang-kadang bisa ditolong dengan bantuan visual
dan pendengaran; pasien dengan sindrom Parkinson lebih sulit
berjalan pada jalan yang rata daripada berlekuk-lekuk karena
rangsangan sensorik kerikil akan memudahkan gerakan.
e. Gangguan sensorik
Selain pendengaran, mengecap, penciuman dan penglihatan,
perasaan merupakan modalitas yang penting. Gangguan sensorik
ini dapat dibagi 3 yaitu:
1. Perasaan dalam (propriosepti}) :
Memberi perasaan posisi dan pergerakan badan, reseptor terletak
pada jaringan tubuh : otot, tendon, periost dan sendi juga memberi
informasi tegangan otot dalam setiap gerakan. Gangguan
proprioseptif akan mengganggu hubungan sensorik motorik.
2. Perasaan superfisial (eksterosepuf) :
Reseptor terletak pada kulit sangat penting untuk perabaan,
tekanan, panas dingin dan nyeri. Gangguan sensorik superfisial ini
akan menyebabkan mudah cedera pada kulit tanpa disadari.
3. Stereognosis
Perasaan ini adalah kemampuan mengenal benda tiga dimensi
dengan meraba, tampaknya merupakan kombinasi perasaan dalam
dan superfisial. Gangguan stereognosis ini menyebabkan
astereognosis atau hilangnya perasaan taktil-kinestetik.
Test yang penting secara praktis adalah :
a. Perasaan superfisial
b. Suhu
c. Nyeri
d. Perasaan dafam
e. Pembedaan ringan-berat
33

f. Stereognosis
g. Bentuk persepsi dsb.
Untuk mengatasi gangguan sensorik ini perlu latihan berulang-
ulang setiap rangsangan untuk memulihkan fungsi anggota gerak
misalnya untuk berdiri, jalan, ADL memasang kancing baju, sikat
gigi, makan dengan garpu dan sebagainya. Variasi rangsangan bisa
diberikan melalui permainan dengan bahan berlainan misalnya
balok-balok kayu, plastik dan tanah fiat. Latihan secara bertahap
dari ringan sampai berat sesuai dengan kemampuan yang telah
dicapai.
f. Gangguan kejiwaan
Gangguan kejiwaan yang timbul akan sangat menghambat usaha-usaha
rehabilitasi pemulihan fungsi-fungsi tubuh. Akibat kerusakan otak bisa timbul
hilangnya intelek, perubahan kepribadian dan jadi agresif. Perlu pemeriksaan dan
evaluasi oleh psikiater. Depresi, cemas, kelelahan berlebihan, konsentrasi pikiran
yang rendah dan kurangnya ingatan bisa karena defisit neurologik tetapi belum
tentu karena kerusakan otak. Gambaran gangguan jiwa dapat diobati sehingga
penderita dapat diubah keadaannya, program rehabilitasi dapat dimulai. (4)

DAFTAR PUSTAKA

1. Black PB. Brain tumor, review article. The NEJM 1991 (324):1471-
1472
2. Clar HE et al. Classification otot-otot tumor in the sellar using CT and
Enchenphatomography. Neuro chir 1979 (22):153-157
3. Ramsey RG. Neuroradiology with computed tomography.
Philadelphia:WB, Sounders, 1981
4. Weisberg MD et al. Cerebral computed tomography, a text atlas.
Philadelphia:WB, Sounders, 1984
5. Youmans JR. Neurological surgery. Philadelphia:WB Sounders, 1990,
2967-2981
6. Harsono, Tumor Otak dalam Buku Ajar Neurologi Klinis edisi I,
Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 1999 : 201 – 207
34

7. Mahar, M., Proses Neoplasmatik di Susunan Saraf dalam Neurologi


Klinis Dasar edisi 5, Dian Rakyat, Jakarta, 2000 : 390 – 402
8. Uddin,Jurnalis. Kerangka Umum Anatomi Susunan Saraf dalam
Anatomi susunan saraf manusia. Langgeng sejati. Jakarta; 2001: 3-13
9. Price,Sylvia A.Tumor Sistem Saraf Pusat dalam Patofisiolosi edisi 6,
EGC. Jakarta.2005. 1183-1189
10. Stephen,Huff. Brain neoplasms.Access on www.emedicine.com.
November, 18th 2020
11. Informasi tentang Tumor Otak access on http://www.medicastore.com
November,18th 2020.
12. Goldman H. Organic Mental Disorders, Review of General Psichiatry,
Singapore: Maruzen Asia, 1984.

Anda mungkin juga menyukai