Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

MENJADI GURU SEKOLAH YANG IDEAL

Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan

Dosen pengampu:
Evi Rofikoh Indah Saputri S. Pd., M. Pd.

Disusun Oleh :

Kelompok 1
1. Alifia Putri Qabila (20518244014)
2. Giovanni Agung Andhika R (20518244023)
3. Hafid Maulana Rizky (20518244020)
4. Hafsoh Nur Muthmainnah (20518241046)
5. Husain Abdul Fattah (20518244006)
6. Muhammad Farris Afandi (20518244025)
7. Nameda Arya Yumna (20518244018)

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA


DINAS PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
Jl. Colombo Yogyakarta No.1 Telp (0274) 542185 Fax (0274) 541242 Kode Pos 55281
Email/website : humas@uny.ac.id / www.uny.ac.id
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena dengan rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami bisa membuat dan menyelesaikan makalah ini dengan baik, Alhamdulillah. Kami
tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Dosen Ilmu Pendidikan kami yaitu Ibu Evi Rofikoh
Indah Saputri S. Pd., M. Pd. yang telah membimbing kami agar dapat mengerti dan dapat
melaksanakan penelitian ini.

          Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana menjadi guru yang ideal,
berikut makalah yang kami sajikan dari hasil pengamatan yang kami lakukan.

              Makalah ini sebagai acuan atas pemahaman kami terhadap materi pelajaran yang
diberikan pada bab pertumbuhan dan perkembangan. Semoga dengan penelitian ini mampu
menambah kemampuan kami dalam meningkatkan ketelitian. Meskipun makalah ini mempunyai
kekurangan dan kelebihan, sebelumnya kami minta maaf dan memohon kritik serta saran.
Terima kasih.

Tuban, 02 November 2020

i
Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
Pendahuluan...............................................................................................................................1
1.1. Latar belakang.................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
1.3. Tujuan..............................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................3
2.1. Pengertian Guru..............................................................................................................3
2.2. Peran Guru......................................................................................................................4
2.3. Tugas Guru......................................................................................................................5
2.4. Guru Yang Diharapkan..................................................................................................6
BAB III............................................................................................................................................8
PEMBAHASAN.........................................................................................................................8
3.1 Kompetensi Pedagogik....................................................................................................8
3.2 Kompetensi Kepribadian...............................................................................................10
3.3 Kompetensi Profesional.................................................................................................12
3.4 Kompetensi Sosial..........................................................................................................14
BAB IV..........................................................................................................................................17
PENUTUP.................................................................................................................................17
4.1. Kesimpulan....................................................................................................................17
4.2. Saran...............................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Pendidikan secara umum adalah suatu proses dimana suatu bangsa mempersiapkan generasi
mudanya untuk menjalankan kehidupan dan untuk memenuhi tujuan hidup secara efektif dan
efisien. Oleh karena itu sistem dan kurikulum pendidikan harus selalu update dengan
pekembangan jaman modern pada masa kini,Pendidikan masa kini lebih berorientasi pada
peningkatan kemampuan peserta didik agar dapat menghasilkan peserta didik sebagai sumber
daya manusia yang berkualitas dengan mendukung pertumbuhan nasional dan daerah. Proses
pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mengembangkan kehidupan peserta didik dalam
beragama, seni, kreativitas, berkomunikasi, nilai dan berbagai intelegensi yang sesuai dengan
diri seorang peserta didik dan diperlukan dalam bermasyarakat,beragama dan bernegara sesuai
kurikulum.

Tujuan kurikulum 2013 menurut Permendiknas no. 69 tahun 2013 adalah Kompetensi Dasar
dan Struktur Kurikulum untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan
hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif
serta mampu berkonstribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan
peradaban dunia. Dalam kurikulum 2013 para pendidik mengunakan system inkuiri yaitu
memberikan banyak peran peserta didik dalam proses pembelajaran untuk menemukan suatu
konsep dan dapat menjadikan peserta didik lebih percaya diri dengan pengetahuan yang
diperolehnya. Sasaran diadakannya inkuiri adalah:

1. Keterlibatan siswa secara dalam proses kegiatan belajar lebih efektif.


2. Keterarahan kegiatan belajar secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran.
3. Meningkatkan sikap percaya pada diri peserta didik tentang apa yang ditemukan
dalam pembelajaran.

Kegiatan praktikum yang sesuai dengan pola pembelajaran pada kurikulum 2013 adalah
kegiatan praktikum yang dapat mengembangkan proses inkuiri (praktikum berbasis inkuiri).
1
Kegiatan praktikum berbasis inkuiri tepat untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kelas.
Sebagaimana hasil dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran praktikum
berbasis inkuiri berdampak positif dalam pembelajaran selain itu kegiatan praktikum berbasis
inkuiri dapat lebih meningkatkan prestasi peserta didik dan lebih memotivasi peserta didik
daripada kegiatan praktikum yang bersifat verifikasi (Budiman, 2010)

Dengan metode inkuiri yang ada dalam kurikulum 2013 daharapkan para peserta didik
dapat lebih memahami pembelajaran bukan hanya menghafal tetapi memahami dari segi
konsep ,dengan begitu materi yang diajarkan kepada peserta didik akan bisa membawa manfaat
dalam kehidupan.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa saja kompetensi menjadi guru yang ideal dan inovatif?
2. Apa saja peranan sebagai seorang guru?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja yang harus dimiliki untuk menjadi seorang guru yang ideal
dan inovatif.
2. Untuk mengetahui peranan-peranan menjadi seorang guru yang ideal dan inovatif.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Guru

Di dalam masyarakat, dari terbelakang sampai yang paling maju guru memegang
peran penting hampir tampa kecuali. Guru merupakan suatu diantara pembentukan-
pembentukan utama calon warga masarakat (Khalayak, 2005: 1).

Secara leksikal guru di artikan sebagai “orang yang pekerjaanya atau mata
pencahriannya mengajar”. Dalam sederhana guru adalah orang yang memberikan ilmu
pengetahuan kepada anak didik. Sedangkan dalam UU RI No 20 Tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional menegaskan bahwa pendidikan merupakan tenega
perofesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,
menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, pelatihan, serta melakukan
penelitian dan pengabdian kepada masarakat, terutama bagi pendidik di perguruan tinggi
(Khalayak, 2005: 1).

Guru adalah pendidik perfesional karena secara implisit ia telah merelakan dirinya
menerima dan memikul sebagian tanggung jawabnya pendidikan yang telah dipikul
dipundak para orang tua. Mereka ini tatkala meyerahkan anaknya ke sekolahan, sekaligus
berarti pelimpahan sebagai tanggung jawab pendidikan anak kepada guru, hal itu
menunjukan pula bahwa orang tua tidak mungkin menyerahkan anaknya kepada
sembarang sekolah karena tidak sembarang orang menjabat guru.

Dalam Islam guru adalah perofesi yang sangat mulia, karena pendidikan adalah salah
satu tema sentral Islam. Nabi Muhammad sendiri sering di sebut sebagai “pendidik
manusia”, seorang guru seharusnya bukan hanya sekedar tenaga pengajar, tetapi
sekaligus pendidik. Karena itu dalam Islam, seorang menjadi guru bukan karena ia telah
memenuhi kualifikasi keilmuan dan akademis saja, tetapi lebih penting lagi harus terpuji
akhlaknya. Dengan demikian, seorang guru bukan hanya mengajar ilmu-ilmu

3
pengetahuan 8 9 saja, tetapi lebih penting pula membentuk watak dan pribadi anak
didiknya dengan akhlak dan ajaran-ajaran Islam.

Guru bukan hanya sekedar memberi ilmu pengetahuan kepada anak didiknya, tetapi
merupakan sumber ilmu moral. Yang akan membentuk seluruh pribadi anak didiknya,
menjadi manusia yang berakhlak mulia, karena itu eksistensi guru saja mengajar tetapi
sekaligus mempraktekkan ajaran-ajaran dan nilai-nilai pendidikan Islam (Khalayak,
2005: 2).

Guru berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu harus betul-betul
membawa siswanya kepada tujuan yang ingin dicapai. Guru harus menguasai anak
didiknya, guru harus berpandangan luas dan karakter bagi guru harus memiliki
kewibawaan. Guru yang mempunyai kewibawaan berarti memiliki kesungguhan yaitu
suatu kekuatan yang dapat memberi kesan dan pengaruh terhadap apa yang telah
dilakukan, setiap seorang yang akan menjadi seorang guru harus mempunyai
keperibadian dan akhlakul karimah, di samping punya kepribadian dan akhlakul karimah
yang sesuai dengan ajaran Islam, guru agama kususnya guru akidah akhlak lebih dituntut
lebih mempunyai akhlak mulia/ akhlakul karimah.

2.2. Peran Guru


Semua orang yakin bahwa guru memiliki adil yang sangat besar terhadap
keberhasilan pembelajaran disekolah. Guru sangat berperan dalam membentuk
perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal.
Keyakinan ini muncul karena manusia mahluk lemah, yang dalam perkembanganya
senantiasa membutuhkan orang lain, sejak lahir bahkan pada saat meninggal. Semua itu
menunjukan bahwa setiap orang membutuhkan orang lain dalam perkembanganya,
demikian halnya peserta didik, ketika orang tua mendaftarkan anaknya ke sekolah pada
saat itu juga ia menaruh harapan terhadap guruh, agar anaknya dapat berkembang secara
optimal.
Suparlan menyebutkan seperti yang di kutip Ngainun Naim peran dan fungsi guru
secara anonim dengan 10 EMASLIMDEF (educator, manager, administrator,

4
supervisor, leader, inovator, motivator, dinamissator, evaluator, dan fasilitator)
(Mulyasa, 2008: 35).
Agar guru dapat mencapai hasil maksimal dalam menjalankan perannya dalam
pembelajaran, terdapat beberapa hal yang mempengaruhinya. Pertama, dari segi
kualifikasi, guru perlu mempunyai kelayakan akademik yang tidak di buktikan dengan
gelar dan ijasah, tetapi harus di tempuh oleh kualitas yang unggul dan profesional.
Kedua, dari segi kepribadian guru harus mempunnyai kepribadian tinggi, yang di
landasi dengan akhlak mulia. Guru bukan hanya menyampaikan ilmu, tetapi juga menjadi
suri tauladan bagi murid dan masyarakat. Ketiga, dari segi pembelajaran, guru perlu
memahami ilmu teori dan peraktek pendidikan dan kurikulum, sehingga mampu
mendesain pembelajaran dengan baik, mampu mengimplementasikan program
pembelajaran dengan seni pembelajaran yang efektif, mampu mengefaluasi pembelajaran
secara potensial, dan sebagai titik akhirnya adalah mampu menghantarkan pembelajaran
siswa dengan sukses.
Keempat, dari segi sosial, guru sebagai pendidik perlu memiliki kepekaan sosial
dalam mengadapi fenomena sosial sekitarnya, karena guru adalah salah satu elemen
masyarakat yang memiliki sumber daya yang berbeda kualitasnya di banding dengan
elemen masyarakat yang lain. Kelima, dari segi religius, guru perlu memiliki komitmen
keagaman yang tinggi, yang di manifestasikan secara cerdas dan kereatif dalam
kehudupannya. Religius ini akan memperkukuh terhadap karakteristik dan exsistensi
dirinya.
Keenam, dari segi pisikologi, guru perlu memiliki kemampuan mengenal
perkembangan jiwa anak baik dalam maupun aspek intelektual, emosional, dan juga
spritual. Pengembangan secara proposional terhadap 11 ketiga aspek kecerdasan tersebut
perlu mendapat perhatian oleh guru secara maksimal. Ketujuh, dari segi strategik, guru
perlu memperkaya diri dengan metode, pendekatan, dan tehnik pembelajaran yang lebih
memiliki kehandalan dalam menghantarkan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran
(Mulyasa, 2008: 34-35).
2.3. Tugas Guru
Di masyarakat sering terjadi ketika murid berperilaku tidak baik, apakah hal
tersebut dilakukan di luar sekolah apalagi di sekolah akan terjadi tudingan terhadap guru

5
dan sekolah (pendidikan formal) yang tidak berhasil melaksanakan tugasnya.
Sesungguhnya di masyarakat, ada dua lembaga pendidikan yang harus juga secara serius
dapat mengupayakan hal tersebut, yakni pendidikan dalam keluarga (pendidikan formal),
pendidikan di masyarakat (pendidikan nonformal).
Sehubungan dengan itu pengetahuan tentang fungsi dan peranan tenaga
kependidikan perlu dipahami oleh guru karena hal ini akan memberi pengaruh terhadap
pelaksanaan pendidikan di sekolah. Dengan memahami fungsi dan peranannya
diharapkan para guru terhindar dari kegiatan-kegiatan yang menyimpang dari tugas
profesinya.
Adapun fungsi dan peranan tenaga kependidikan sebagai berikut, (a) tenaga
kependidikan sebagai pendidik dan pengajar, (b) tenaga kependidikan sebagai anggota
masyarakat, (c) tenaga kependidikan sebagai pemimpin, (d) tenaga kependidikan sebagai
pelaksana administrasi, dan (e) tenaga kependidikan sebagai pengelola proses belajar
mengajar.
Mengacu pada fungsi dan peranan guru, seorang guru dituntut untuk memiliki
kemampuan berupa pengetahuan tentang masalah-masalah kependidikan, seperti,
landasan umum kependidikan, kurikulum, metode mengajar, psikologi (meliputi,
psikolog pendidikan, psikologi sosial, psikologi anak, psikologi perkembangan, dan
psikologi belajar), kemampuan mengelola pembelajaran, memiliki kepribadian yang baik,
12 menguasai ilmu kepemimpinan, dan sebagainya yang menunjang keefektifan fungsi
dan peranannya.
Terkait dengan tugas guru, bahwa tugas guru yang profesional, setidak-tidaknya
mengemban tiga tugas pokok, yakni, (a) sebagai petugas profesional, yang meliputi
kegiatan mendidik, mengajar dan mengembangkan keterampilan, (b) tugas kemanusiaan,
yaitu guru menjadi orang tua yang kedua. Tugasnya sebagai individu yang mampu
merealisasikan seluruh kemampuan dirinya, melakukan auto identifikasi dan auto
pengertian untuk dapat menempatkan dirinya di dalam keseluruhan kemanusiaan serta
mampu menarik simpati sehingga ia menjadi idola para siswa serta mentransformasikan
diri terhadap kenyataan di kelas atau di masyarakat, (c) tugas kemasyarakatan, yaitu
mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga negara Indonesia yang
bermoral Pancasila untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

6
Secara umum yang terkait erat dengan tugas profesional guru adalah mengajar,
mendidik, dan membimbing siswa.
2.4. Guru Yang Diharapkan
Syamsul Ma’arif (2011: 7) Perubahan merupakan sebuah keniscayaan, semua
yang ada di dunia ini mengalami hukum gerak dan perubahan. Begitu juga dinamika
sejarah masyarakat, terus mengalir dan bergerak dari masyarakat konservatif dan
tradisional menuju samudra modernisme. Sebuah perkembangan global yang menuntut
keseriusan setiap komponen masyarakat dan bangsa untuk berbenah diri dengan
seperangkat kompetensi dan profesionalisme agar tetap exis dan survive.
Haruslah dimengerti sesungguhnya era globalisasi merupakan produk kemajuan
sains dan teknologi, maka peningkatan kualitas SDM untuk memacu kemajuan sains dan
tekhnologi harus mendapatkan prioritas. Disinilah tantangan bagi pendidikan di Indonesia
dituntut mampu meningkatkan dan mencetak kualitas SDM serta merebut kemajuan sains
dan teknologi.
Berbicara tentang pendidikan, kaitannya dengan globalisasi, lebih-lebih di era
reformasi disemua bidang di Indonesia sekarang tentu saja kita harus membicarakan
mengenai sosok “guru yang ideal” yang diharapkan. Pendidikan kita tentunya harus
mendeskripsikan profil seorang guru yang relevan dengan konteks globalisasi sebagai
landasan bagi terwujudnya tujuan ideal yang diharapkan.
Gambaran ideal profil guru di era sekarang, tentulah sangat berbeda dengan
zaman dahulu. Sebab, tidak hanya sekedar dituntut memiliki sejumlah ilmu pengetahuan
yang menjadi keahlian saja, tetapi sosok guru yang senantiasa peka, arif dan sekaligus
kritis terhadap setiap perkembangan yang sedang terjadi. Sosok guru yang diharapkan
tersebut adalah seorang ilmuwan dengan cirri-ciri sebagai berikut:
a. Peka terhadap masalah Karena kepekaan seperti ini merupakan penggerak
kreatifitas, bagi ilmuwan yang lebih penting adalah memikirkan
pertanyaan untuk suatu jawaban dari pada menjawab pertanyaan yang
sudah ada.
b. Bekerja tanpa pamrih Dalam dunia ilmu, sikap tanpa pamrih biasanya
diberi makna obyektif, cinta kebenaran dan kritis. Tetapi bukan objektif

7
yang dingin, cinta kebenaran yang impersonal atau sekedar membuka diri
untuk selalu kritisdan bersedia menerima kritikan.
c. Bersikap bijaksana.
d. Tanggung jawab.

8
BAB III
PEMBAHASAN
Menjadi seorang guru bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah dilakukan. Profesi guru
memiliki tanggung jawab yang sangat besar. Guru harus mengerti tugas dan tanggung jawab
yang diemban karena berpengaruh secara langsung terhadap dunia pendidikan yang
mempengaruhi kualitas sumber daya manusia (SDM) yang diciptakan dari pelaksanaan
pendidikan. Jika guru tidak mampu menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik akan
menghasilkan kualitas SDM yang kurang tentunya, oleh karena itu semua guru wajib menyadari
pentingnya menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Diperlukan guru yang memenuhi kriteria
ideal agar pelaksaan pendidikan dapat berjalan sesuai harapan dan dapat menciptakan output
yang berkualitas. Berikut kompetensi yang harus dikuasai guru ideal :

3.1 Kompetensi Pedagogik

a. Pengertian

Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan dengan
karakteristik siswa dilihat dari berbagai aspek seperti moral, emosional, dan intelektual.

b. Kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan dengan aspek-aspek


pedagogik:

1) Memahami diri mereka sendiri dan peka terhadap kebutuhan siswa.


“Mereka mengenali bahwa kepribadian anak adalah pekerjaan yang belum
selesai dan rapuh” (Erickson, 2008, p. 225 dalam Parkay & Stanford, 2011, p. 53).
Pengetahuan diri sendiri (selfknowledge) akan berimplikasi pada penerimaan diri
(self-aceptance). Kedua hal itulah yang akan memudahkan guru untuk lebih
mengenali siswanya. Seorang guru harus mampu mengenali karakteristik
siswanya baik itu meliputi ciri fisik, multiple intelligences, gaya belajar, dan
kekhasan lainnya yang dimiliki oleh masing-masing siswa. Akan tetapi, hal itu

9
akan lebih mudah diwujudkan ketika seorang guru telah “selesai dengan dirinya
sendiri.”

2) Mengetahui karakteristik setiap siswanya yang nantinya digunakan untuk


menentukan metode pembelajaran yang baik.

Seorang guru wajib untuk mengetahui karakteristik setiap siswanya.


Pengetahuan berupa ciri fisik, keterampilan, bakat, gaya belajar, tahap
perkembangan, dan kesiapan untuk belajar materi baru adalah beberapa dari
berbagai pengetahuan penting yang harus dikuasai guru mengenai siswanya.
Pengetahuan tersebut akan sangat membantu guru untuk menjalin kedekatan
secara emosional dengan siswanya untuk berkonsentrasi dan mengikuti pelajaran
dengan aktif dan partisipatif. Dengan terjalinnya relasi yang dekat dan harmonis
antara guru dan siswa, guru dapat lebih mudah mengenali gejala-gejala perubahan
perilaku siswa maupun masalah-masalah yang sedang dihadapinya.

3) Penguasaan terhadap teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang


mendidik.
Penguasaan materi pelajaran merupakan satu aspek yang sangat penting
bagi keberhasilan seorang guru dalam menyampaikan pembelajarannya. Terlebih
di era digital yang mana segala macam informasi dapat diakses dengan mudah
oleh siapa pun. Saroni (2011, p. 131) berpendapat, “…penguasaan materi
pelajaran memang merupakan prasyarat terlaksananya proses pembelajaran secara
maksimal. Proses pendidikan dan pembelajaran memang membutuhkan
penguasaan yang baik agar kita dapat menyampaikannya kepada anak didik.”
Materi pelajaran adalah bekal guru dalam menyelenggarakan proses pendidikan
dan pembelajaran, tentunya hal tersebut menjadi kewajiban yang tidak dapat
diabaikan begitu saja oleh guru.
4) Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik.

10
Misalnya dengan Universal Design of Learning (UDL). UDL merupakan
desain pembelajaran yang berupaya mewadahi dan mengakomodasi berbagai
kebutuhan belajar siswa yang beragam. Ambarwati (2017) menyatakan bahwa
UDL adalah kerangka konsep untuk belajar mengajar. Keberagaman siswa diakui
dan diakomodasi dalam UDL karena perbedaan mereka dikenali sejak awal. Guru
menyediakan berbagai pilihan belajar untuk siswa. Sehingga ide dari UDL ini
menyediakan suasana dan lingkungan belajar yang beragam. Selain itu, fokus dari
UDL adalah partisipasi aktif semua siswa dalam pembelajaran, membantu setiap
individu siswa untuk mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan, dan
memastikan antusiasme dalam belajar.
5) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.
Pada prinsipnya tugas guru tidak hanya mengajar, tapi juga menggali
potensi terbesar peserta didiknya. Tugas ini sulit terlaksana kalau dalam mengajar,
seorang guru hanya mengandalkan metode ceramah, tanpa ada ruang tanya jawab.
Pikiran murid tidak berkembang, dan semangat mengembangkan materi menjadi
lemah. Disinilah pentingnya tanya jawab interaktif yang melibatkan dua atau tiga
arah, misalnya murid bertanya, kemudian ditanggapi oleh siswa lainnya dan
terakhir guru menanggapi kembali. Seorang guru juga harus berkomunikasi
dengan peserta didiknya, menyapa peserta didik, menanyakan bagaimana
kondisinya, capek, lemas, atau tetap semangat dan tidak hanya mementingkan
pelajaran saja. Ketika guru bertanya kepada peserta didik, maka peserta didik
akan merasa diperhatikan, sehingga guru dianggap bagian darinya.

Secara umum istilah pedagogik (pedagogi) dapat beri makna sebagai ilmu dan
seni mengajar anak-anak. Sedangkan ilmu mengajar untuk orang dewasa ialah andragogi.
Dengan pengertian itu maka pedagogik adalah sebuah pendekatan pendidikan
berdasarkan tinjauan psikologis anak. Pendekatan pedagogik muaranya adalah membantu
siswa melakukan kegiatan belajar. Dalam perkembangannya, pelaksanaan pembelajaran
itu dapat menggunakan pendekatan kontinum, yaitu dimulai dari pendekatan pedagogi
yang diikuti oleh pendekatan andragogi, atau sebaliknya yaitu dimulai dari pendekatan

11
andragogi yang diikuti pedagogi, demikian pula daur selanjutnya; andragogi-pedagogi-
andragogi, dan seterusnya.

3.2 Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang berkaitan dengan tingkah laku pribadi guru
itu sendiri yang kelak harus memiliki nilai-nilai luhur sehingga terpantul dalam perilaku sehari-
hari. Hal ini dengan sendirinya berkaitan erat dengan falsafah hidup yang mengharapkan guru
menjadi model manusia yang memiliki nilai-nilai luhur. Di Indonesia sikap pribadi yang dijiwai
oleh filsafat Pancasila yang mengagungkan budaya bangsanya yang rela berkorban bagi
kelestarian bangsa dan negaranya termasuk dalam kompetensi kepribadian guru. Dengan
demikian pemahaman terhadap kompetensi kepribadian guru harus dimaknai sebagai suatu
wujud sosok manusia yang utuh. Berikut yang harus dimiliki guru berkenaan dengan aspek
Kompetensi Kepribadian:

1). Tidak Terlalu Menekan dan Memaksa

Seorang guru harus berusaha untuk mengajar secara alami, tidak terlalu menekan dan
memaksa peserta didik. Kalau memaksa dan menekan murid, efeknya tidak positif bagi
perkembangan psikologinya. Guru harus bisa menyelami psikologi peserta didik, memberikan
materi secara mengalir sesuai falsafah air yang mengalir secara pelan, mampu menerobos hal-hal
sulit dan merobohkan hal-hal besar dengan ketekunan, kerajinan, dan kesungguhan.

Jika peserta didik diberi target terlalu tinggi, kemudian melakukan penekanan bahkan
pemaksaan di luar batas kemampuan mereka, maka kegiatan belajar mengajar tidak berjalan
secara menyenangkan.

2). Memiliki Selera Humor

Salah satu ciri guru ideal dan inovatif adalah berwatak dinamis, kompetitif, tapi juga
memiliki selera humor. Di tengah kepenatan pikiran, keletihan fisik, dan kebosanan berpikir sifat

12
humor dari guru sangat diperlukan. Dengan selera humor yang tinggi, seorang guru bisa
memecah suasana yang menjenuhkan, menghilangkan kepenatan, dan meyegarkan pikiran
peserta didik. Dalam humor ini guru tidak boleh berlebih-lebihan, apalagi sampai mengganggu
konsentrasi lingkungan belajar di sekitarnya.

3). Ramah dan selalu tersenyum

Guru memang harus menjunjung disiplin tetapi jangan abaikan sikap ramah kepada
siswa. Bukan hanya guru yang suka disapa oleh siswa. Siswa juga paling suka kepada guru yang
mudah tersenyum. Lebih menyenangkan lagi jika senyuman tersebut diselingi dengan sapaan.
Guru yang ‘mahal’ senyum akan terkesan sangar dan sudah pasti tidak disukai siswa. Dengan
ramah dan tersenyum memberikan kesan “terbuka”. Membuka diri untuk setiap kesulitan siswa
akan menghempaskan jarak antara siswa dan guru. Mereka tidak akan canggung lagi untuk
mengemukakan kesulitannya saat di sekolah. Ini bisa membantu guru dalam membimbing siswa
dalam mengambil keputusan yang tepat.

4). Disiplin dan Bertanggung jawab.

Sebagai profil yang keberadaan kita selalu dijadikan teladan siswa. Sudah selayaknya
guru menempatkan dirinya dengan baik sebagai figur disiplin dan bertanggungjawab. Ketika kita
datang terlambat ke kelas cepatlah minta maaf atau biarkan siswa yang memberikan sanksi
kepada kita. Hal ini akan jauh lebih membuat kita berwibawa jika melakukan kesalahan. Dengan
meminta maaf tidak menurunkan wibawa kita sebagai guru.

Beritahukan alasan kita dengan rasa menyesal dan jujur ketika kita tidak dapat mengisi
kelas atas sebab tertentu. Jadilah guru yang dirindukan, dihormati tanpa merasa ditakuti.

Kompetensi kepribadian berperan menjadikan guru sebagai pembimbing, panutan, contoh,


teladan, bagi siswa. Dengan kompetensi kepribadian yang dimilikinya maka guru bukan saja
sebagai pendidik dan pengajar tapi juga sebagai tempat siswa dan masyarakat bercermin. Hal ini

13
sejalan dengan yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantoro dalam sistem Amongnya yaitu guru
harus “Ing ngarso sungtulodo, Ing madyo mangun karso, Tut Wuri handayani”.

Dengan kompetensi kepribadian maka guru akan menjadi contoh dan teladan,
membangkitkan motivasi belajar siswa serta mendorong/memberikan motivasi dari belakang.
Oleh karena itu seorang guru dituntut melalui sikap dan perbuatan menjadikan dirinya sebagai
panutan dan ikutan orang-orang yang dipimpinnya. Guru bukan hanya pengajar, pelatih dan
pembimbing, tetapi juga sebagai cermin tempat subjek didik dapat berkaca.

3.3 Kompetensi Profesional

a. Pengertian
Kompetensi Profesional guru adalah kemampuan yang harus dimiliki guru dalam
perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran. Guru mempunyai tugas untuk
mengarahkan kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran, untuk itu
guru dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran. Guru harus selalu meng-
update, dan menguasai materi pelajaran yang disajikan. Persiapan diri tentang materi
diusahakan dengan jalan mencari informasi melalui berbagai sumber seperti
membaca buku-buku terbaru, mengakses dari internet, selalu mengikuti
perkembangan dan kemajuan terakhir tentang materi yang disajikan.
b. Kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan dengan aspek Kompetensi
Professional :

a). Guru mempunyai peranan dan tugas sebagai sumber materi dalam mengelola
proses pembelajaran. Dalam menyampaikan pembelajaran, guru mempunyai
peranan dan tugas sebagai sumber materi yang tidak pernah kering dalam
mengelola proses pembelajaran. Kegiatan mengajarnya harus disambut oleh siswa
sebagai suatu seni pengelolaan proses pembelajaran yang diperoleh melalui
latihan, pengalaman, dan kemauan belajar yang tidak pernah putus.

b). Guru harus menggunakan metode dan strategi mengajar yang tepat yaitu
berbasis teknologi. Seorang guru di era kecanggihan teknologi ini harus dinamis

14
terhadap perkembangan teknologi dan berkemauan untuk mempelajari berbagai
teknologi yang menunjang pembelajaran.

Lebih jauh lagi, Parkay & Stanford (2011) menyatakan bahwa penggunaan
teknologi untuk meningkatkan pembelajaran siswa perlu lebih dari sekadar
pengetahuan tentag penggunaan hardware dan software terbaru. Melakukan
demonstrasi kelas yang didukung dengan multimedia, menggunakan grafik
presentasi untuk menangani berbagai gaya belajar siswa, dan mendesain pelajaran
yang mewajibkan siswa menggunakan teknologi sebagai alat penyelidikan

c). Guru harus dapat melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tujuan yang ingin
diukurnya. Dalam mengajar seorang guru harus berkonsentrasi penuh pada satu
arah, satu target, dan satu tujuan yang dicanangkan, sehingga hasilnya bisa
maksimal. Misalnya dalam materi Matematika tentang gradien, ia harus bicara
tentang gradien dan hal-hal lain yang sifatnya menunjang. Jangan sampai diajak
berbicara jauh tentang politik yang justru menghabiskan waktu mengajar karena
mengikuti selera dan kepentingan guru. Oleh sebab itu seorang guru harus
membuat silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), target pembelajaran,
dan evaluasi pembelajaran.

d). Adaptif terhadap pergantian kurikulum. Sebagai konsekuensi dari percepatan


perubahan jaman, kurikulum pun dapat berubah agar pendidikan tetap relevan
dengan kebutuhan jaman. Pergantian kurikulum merupakan suatu keniscayaan.
Bahkan pergantian kurikulum adalah suatu kebutuhan. Idealnya perubahan
kurikulum dilakukan setiap 10 tahun sekali atau sesuai kebutuhan.

Meskipun saat ini baru saja diterapkan sebuah kurikulum baru di Indonesia
(Kurikulum 2013), bukan tidak mungkin dalam beberapa tahun ke depan
kurikulum akan kembali berganti. Jika ternyata ditemukan suatu metode yang
lebih efektif dan tepat untuk diimplementasikan di sistem pendidikan nasional,
maka perubahan kurikulum bukanlah kemustahilan.

Menghadapi fenomena tersebut, seorang guru harus siap dengan segala situasi
dan kemungkinan yang terjadi. Guru yang ideal di tengah dinamika dan
kompleksitas dunia pendidikan adalah guru yang dapat berlaku adaptif dengan

15
perubahan kurikulum yang mungkin saja terjadi. Guru harus mampu belajar di
tengah keterbatasan seperti keterlambatan pembagian buku pedoman kurikulum
maupun fasilitas penunjang implementasi kurikulum baru lainnya dari
pemerintah. Guru harus bisa mencari sendiri sumber informasi dan kajian terkait
kurikulum baru tersebut baik melalui internet, forum, dan lain sebagainya. Dalam
kata lain, seorang guru harus mampu reaktif dan aktif mencari informasi terkait
dengan transformasi-transformasi yang ada.

3.4 Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk menyesuaikan diri kepada


tuntutan kerja di lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru.
Peran yang dibawa guru dalam masyarakat berbeda dengan profesi lain. Oleh karena
itu, perhatian yang diberikan masyarakat terhadap guru pun berbeda dan ada
kekhususan terutama adanya tuntutan untuk menjadi pelopor pembangunan di daerah
tempat guru tinggal. Beberapa kompetensi sosial yang perlu dimiliki guru antara lain;
terampil berkomunikasi, bersikap simpatik, dapat bekerja sama dengan Dewan
Pendidikan/Komite Sekolah, pandai bergaul dengan kawan sekerja dan mitra
pendidikan, dan memahami dunia sekitarnya (lingkungan).
Yang dimaksud dengan kompetensi sosial di dalam Peraturan Pemerintah Nomor
19 tahun 2005, pada pasal 28, ayat 3, ialah kemampuan pendidik sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul seacara efektif dengan peserta didik,
sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat
sekitar. Menurut Achmad Sanusi (1991) mengungkapkan kompetensi sosial
mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan
lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru.
Di lain sisi, untuk menjadi guru yang ideal tentunya terdapat faktor pendukung
dan penghambat dalam pelaksanaannya. Faktor pendukung tersebut bisa menjadi
faktor penghambat bila tidak terpenuhi dan terlaksana dengan baik. Berikut faktor-
faktornya:
1). Sarana dan prasarana.

16
Sarana dan prasana menjadi salah satu hal yang sangat penting dalam menunjang
proses pembelajaran menjadi lebih efektif. Apabila sarana dan prasarana sudah terpenuhi
dan tersedia secara keseluruhan, wawasan guru semakin luas dan peserta didik pun
terpenuhi kebutuhan pendukung dalam kegiatan belajarnya.

Sarana dan prasarana juga bisa merangkap menjadi faktor penghambat ketika
pelaksanaan pemenuhannya tidak berjalan dengan baik. Dapat kita katakan bahwa kita
berada di zaman modern yang segalanya dipermudah dengan teknologi dan internet bila
kita kesulitan mencari referensi dalam bentuk buku cetak. Namun, mari tinjau terlebih
dahulu guru yang berada di wilayah pedalaman. Apakah mereka mendapatkan fasilitas
teknologi dan internet yang baik? Tentu tidak semua, maka pemenuhan sarana dan
prasarana menjadi hal utama yang perlu diperhatikan untuk menunjang kegiatan belajar
mengajar.

2). Suasana atau kondisi kelas.

Berkaitan dengan konsentrasi guru dan peserta didik saat kegiatan belajar
mengajar, suasana kelas perlu diperhatikan. Ada kalanya ketika keadaan kelas kurang
nyaman, cuaca panas maupun dingin sangat terasa dan beberapa peserta didik sulit untuk
kondusif, hal tersebut dapat menyebabkan fokus guru dan peserta didik yang lain
terganggu. Akibatnya, pelajaran dan ilmu yang disampaikan sulit untuk diterima dan
diserap dengan baik, dan tidak menutup kemungkinan guru pun kewalahan menghadapi
hal semacam ini.

Lain hal nya bila kondisi kelas nyaman, tentram dan tertib. Tentunya guru dapat
memberikan pengajaran dengan baik di kelas tanpa ada hambatan apapun. Begitu pula
para peserta didik yang mampu memusatkan konsentrasinya terhadap pelajaran.

3). Kemampuan mengajar.

Apabila seorang guru tidak dapat mengajar dengan baik dan tepat sasaran,
pelajaran yang disampaikan pun sulit diterima oleh peserta didiknya. Beberapa contoh
misalnya, guru tidak dapat menjelaskan lebih rinci terhadap materi yang disampaikan
atau terdapat banyak penggunaan bahasa yang sulit dipahami oleh peserta didik. Terkait

17
hal ini, guru pun ditekankan untuk mengembangkan kurikulum yang tersedia untuk
memaksimalkan pengajaran.

4). Tuntutan tugas yang dihadapi.

Dengan adanya tuntutan tugas, seorang guru bisa terpacu untuk menjalankan
tugas sebaik mungkin karena ada tanggung jawab besar yang harus ia jalani. Namun, di
sisi lain, tuntutan tugas juga bisa menjadi faktor penghambat guru menjalankan kegiatan
belajar mengajar yang ideal. Ini bisa disebabkan karena tuntutan tugas yang terlalu
banyak dan sulit, sehingga fokus guru untuk menjadi pengajar yang ideal tergantikan
dengan fokus menyelesaikan tugas saja tanpa perlu meng-interpretasikan apa yang dia
kerjakan.

5). Keinginan dalam diri sendiri.

Meski ada banyak guru yang bekerja keras dan berusaha menjadi guru ideal dan
profesional, tidak menutup kemungkinan pula ada sebagian guru yang kurang
memotivasi dan memupuk semangat dalam dirinya sendiri. Kurangnya semangat kerja
keras untuk menjadi guru ideal ini bisa diakibatkan dari faktor-faktor sebelumnya yang
tidak terpenuhi atau terlaksana dengan baik. Akibatnya, guru pun merasa tidak sanggup
bahkan tidak mampu untuk memberikan pengajaran yang baik kepada peserta didik yang
berujung guru tersebut mengabaikan titik tujunya sebagai seorang pengajar.

18
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan

Profesi guru memiliki tugas dan tanggung jawab yang besar karena berhadapan langsung
dengan dunia pendidikan yang berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia. Diperlukan
guru yang memenuhi kriteria ideal agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik yang
pada akhirnya akan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Proses pembelajaran
akan berlangsung dengan baik jika guru mampu membimbing dan memfasilitasi anak didiknya
dari berbagai kebutuhan dan kepentingan mereka. Guru harus mempunyai sebuah strategi
pembelajaran yang menyenangkan agar ketika proses belajar di kelas berlangsung siswa akan
merasa antusias untuk mengikuti dengan aktif. Tugas guru sebagai profesi menuntut guru untuk
mengembangkan profesionalitas dan kompetensi diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Kompetensi yang harus dikuasai guru :

a. Kompetensi pedagogik
b. Kompetensi kepribadian
c. Kompetensi profesioal
d. Kompetensi sosial
Dengan demikian, guru yang ideal adalah guru yang mampu memberikan rasa nyaman
kepada anak didiknya dalam proses pembelajaran, selalu mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan sesuai perkembangan zaman, serta mampu menjadi figur yang menciptakan sumber
daya manusia yang berkualitas.

4.2. Saran
Untuk dapat meningkatkan kinerja guru agar dapat memenuhi kriteria sebagai guru ideal
dan profesional serta menjadi tauladan yang baik bagi peserta didik, bukan lain ialah pemenuhan
kebutuhan dan penunjang bagi guru itu sendiri. Lebih dari itu, motivasi dan dorongan dari orang-
orang sekitar dapat memicu semangat agar guru bisa memaksimalkan potensinya dan
memberikan pengajaran baik bagi peserta didik.

19
20
DAFTAR PUSTAKA
Sc.syekhnurjati.ac.id,”BAB21410160111”.Diakses 31 Oktober 2020, dari https://sc.syekhnurjati.ac.id/
esscamp/risetmhs/BAB21410160111.pdf
www.kompasiana.com .(2014, 14 Oktober).”Faktor Pendukung Guru – guru dalam Mewujudkan
Kinerjanya yang Professional”.Diakses 31 Oktober 2020, dari https://www.kompasiana.com/
www.bohari.com/54f95699a33311ae068b4d1c/faktor-pendukung-guruguru-dalam-mewujudkan-
kinerjanya-yang-professional
nopitaanggraini.blogspot.com. (2014, 04 Oktober).”Faktor Pendukung, Penghambat, Peluang dan
tantangan guru – guru dalam mewujudkan kinerjanya yang professional”.Diakses 31 Oktober 2020, dari
http://nopitaanggraini.blogspot.com/2014/10/faktor-pendukung-penghambat-peluang-dan.html

21

Anda mungkin juga menyukai