Anda di halaman 1dari 12

MAHKAMAH KONSTITUSI

REPUBLIK INDONESIA
---------------------
RISALAH SIDANG
PERKARA NOMOR 85/PUU-XVII/2019

PERIHAL
PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2014
TENTANG PERUBAHAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23
TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERHADAP
UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 1945

PEMERIKSAAN KETERANGAN AHLI


(IV)

JAKARTA
RABU, 5 FEBRUARI 2020
MAHKAMAH KONSTITUSI
REPUBLIK INDONESIA
---------------------
RISALAH SIDANG
PERKARA NOMOR 85/PUU-XVII/2019

PERIHAL

Pengujian Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Undang-


Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak [Pasal 74 ayat (1),
Pasal 74 ayat (2) sepanjang frasa dalam hal diperlukan, kata dapat, dan frasa atau
lembaga lainya yang sejenis, dan Pasal 76 huruf a] terhadap Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

PEMOHON

1. Dr. Susanto, M.A.


2. Ayu Ningsih, S.H.
3. Alik Ruslaini Rosyad, S.T.
4. Meidy Hendrianus, A.Md.Par.

ACARA
Mendengarkan Keterangan Ahli (IV)

Rabu, 5 Februari 2020, Pukul 10.10 – 10.40 WIB


Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi
RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta
Pusat

SUSUNAN PERSIDANGAN

1) Shafira Karenina (Ketua)


2) Dewi Maesyaroh (Anggota)
3) Putri Kaela (Anggota)
4) Sherlly Monica Silvianty (Anggota)
5) Qotrun Nada (Anggota)
6) Fadhilatul Laela Qodriyah (Anggota)
7) Ahus Fahmi (Anggota)

Tasya Saraswati Panitera Pengganti


Pihak yang Hadir:

A. Kuasa Hukum Pemohon:


1. Hindun Dwi Lestari, S.H.,M.H.

B. DPR
1. Ester Wijaya Anggara, S.H.M.I.Pol

C. Ahli
1. Prof. Isfa’ Aulia Urrachmah, S.H.,M.H.
2. Prof. Hasan Mahmud Syariefudin, S.H.,M.H
SIDANG DIBUKA PUKUL 10.10 WIB

1. KETUA: SHAFIRA KARENINA


Baik, kita mulai. Persidangan Perkara Nomor 85/PUU-XVII/2019, saya
nyatakan dibuka dan terbuka untuk umum.

KETUK PALU 3X

Assalamualaikum wr. wb. Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita
semua. Sesuai dengan agenda persidangan hari ini adalah mendengarkan
keterangan Ahli. Namun sebelumnya saya cek dulu kehadirannya.
2. KUASA HUKUM PEMOHON: HINDUN DWI LESTARI
Terima Kasih, Yang Mulia.
Assalamualaikum wr. wb. Selamat Pagi
Hadir Yang Mulia
3.PIHAK DPR : ESTER
Terima Kasih, Yang Mulia. Saya Ester Ester Wijaya Anggara, S.H.M.I.Pol.
Hadir Yang Mulia
4. KETUA: SHAFIRA KARENINA
Baik, selanjutnya untuk para Ahli dimohon untuk memperkenalkan diri.
5. AHLI 1 (HTN): ISFA’ AULIA URRACHMAHH
Assalamualaikum wr. wb. Yang Mulia Hakim Konstitusi, perkenalkan saya
ISFA’ AULIA URRACHMAHH disini sebagai Ahli 1 bidang Tata Negara.
6. AHLI 2 (ANAK): HASAN MAHMUD SYARIEFUDIN

Assalamualaikum wr. wb. Yang Mulia Hakim Konstitusi, perkenalkan saya


HASAN MAHMUD SYARIEFUDIN disini sebagai Ahli bidang anak.
7. KETUA:SHAFIRA KARENINA
Untuk para ahli dipersilahkan untuk menyerahkan Curriculum Vitae dan
lampiran Kartu Tanda Penduduk.
8.AHLI 1 1 (HTN): ISFA’ AULIA URRACHMAHHMAH
(Ahli maju untuk menyerahkan Curriculum Vitae dan lampuran Kartu Tanda
Penduduk).
9.AHLI 1 2 (ANAK): HASAN MAHMUD SYARIEFUDIN
(Ahli maju untuk menyerahkan Curriculum Vitae dan lampuran Kartu Tanda
Penduduk)
10.KETUA:SHAFIRA KARENINA

Terima kasih. Sebelum didengar keterangannya, Para Ahli dimohon untuk


dilakukan pengambilan sumpah. Silahkan Prof. Dr. HASAN MAHMUD
SYARIEFUDIN dan Prof. Dr. ISFA’ AULIA URRACHMAHH. Semua Ahli
beragama Islam. Kita mulai saja sumpahnya. Mohon, Yang Mulia Nada.

11.HAKIM ANGGOTA: QOTRUN NADA


Untuk yang beragama Islam ikuti kata-kata saya.
”Bismillahirahmaanirrahiim. Demi Allah saya bersumpah sebagai Ahli akan
memberikan keterangan yang sebenarnya, sesuai dengan keahlian saya”.
12.SELURUH AHLI BERAGAMA ISLAM BERSUMPAH

”Bismillahirahmaanirrahiim. Demi Allah saya bersumpah sebagai Ahli akan


memberikan keterangan yang sebenarnya, sesuai dengan keahlian saya”.

13.KETUA:SHAFIRA KARENINA
Ya. Terima kasih. Mohom kembali ke tempat. Nanti tolong sampaikan
pokok- pokoknya saja terkait dengan perkara yang sedang di sidangkan.
Untuk yang pertama dimulai dari Ahli HTN, silahkan Prof. Dr. ISFA’
AULIA URRACHMAHH maju ke podium untuk memberikan
keterangannya.
14.AHLI 1 1 (HTN): ISFA’ AULIA URRACHMAHH
Selamat pagi Yang Mulia Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi. Perkenalkan
saya disini sebagai Ahli Peraturan Hukum Tata Negara akan mengemukakan
pandangan-pandangan berkaitan dengan keahlian saya dalam persidangan
pengujian undang-undang ini.

Hukum tata negara menempatkan perlindungan anak bagian dari HAM. HAM
merupakan salah satu bagian dari hukum tata negara, selain itu HAM juga
melekat dengan demokrasi. HAM dan demokrasi merupakan konsep
kemanusiaan dan relasi sosial yang dilahirkan dari sejarah peradaban manusia
di seluruh penjuru dunia. HAM dan demokrasi juga dapat dimaknai sebagai
hasil perjuangan manusia untuk mempertahankan dan mencapai harkat
kemanusiannya, sebab hingga saat ini hanya konsepsi HAM dan
demokrasilah yang terbukti paling mengakui dan menjamin kemanusiaan.

Bahwa Lembaga Komisi Perlindungan Anak merupakan Lembaga


independent berdasarkan Pasal 74 ayat (1) UU Nomor 35 Tahun 2014
dinormakan sebagaimana berikut ini: “Dalam rangka meningkatkan
efektivitas pengawasan penyelenggaraan pemenuhan Hak Anak, dengan
Undang-Undang ini dibentuk Komisi Perlindungan Anak Indonesia yang
bersifat independen”;. ketentuan Pasal 74 ayat (1) UU Nomor 35 Tahun 2014
merupakan norma struktur/kelembagaan sebagai dasar yang mengokohkan
pembentukan Komisi Perlindungan Anak Indonesia yang bersifat independen
yang sebelumya sudah diatur dalam Pasal 74 UU Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak.

Adanya ketentuan tersebut merupakan wujud dari pentingnya struktur


kelembagaan pengawasan penyelenggaraan hak anak yang merupakan hak
konstitusi Pasal 28B ayat (2) UUD RI Tahun 1945 yang sekaligus merupakan
hak asasi manusia (HAM) yang dijamin pula dalam Pasal 28I ayat (4) UUD
RI Tahun 1945, namun belum sebagai satu kesatuan sistem kelembagaan
yang mencakup termasuk Komisi Perlindungan Anak Daerah, apalagi
wilayah Indonesia terdiri atas kondisi geografis yang luas, tingkat kesulitan
akses yang tinggi dan pulau-pulau yang terpencil, sehingga perlu
penjangkauan pengawasan hak anak dengan kelembagaan di daerah.
Ketentuan Pasal 74 ayat (1) UU Nomor 35 Tahun 2014 dinormakan maksud
pembentukan Komisi Perlindungan Anak Indonesia yang bersifat independen
adalah meningkatkan efektifitas pengawasan penyelenggaraan hak anak dan
perlindungan anak bagi anak Indonesia di seluruh pelosok daerah/wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia dan juga anak-anak Indonesia di luar
wilayah Indonesia dengan tanpa diskriminasi.
Namun institusi HAM/hak anak itu dalam pelemahan secara struktural, sebab
organ kelembagaannya dengan pembatasan oleh karena tidak mencakup
Komisi Perlindungan Anak Daerah, hal mana norma yang sedemikian
bertentangan dengan UUD RI Tahun 1945, oleh karena Pasal 28B ayat (2)
UUD RI Tahun 1945 yang eksplisit menjamin hak konstitusional anak, oleh
karena itu mutlak pentingnya keberadaan organ kelembagaan Komisi
Perlindungan Anak Indonesia yang bersifat independen yang
pembentukannya dimaksudkan efektivitas pengawasan penyelenggaraan hak
anak dan perlindungan anak.
Namun dinormakan tidak termasuk Komisi Perlindungan Anak Daerah,
sehingga menghambat, mengurangi bahkan menghapuskan fungsi
pengawasan penyelenggaraan hak anak dan perlindungan anak pada segenap
anak di seluruh pelosok daerah/wilayah NKRI yang dilakukan Komisi
Perlindungan Anak Daerah. mengakibatkan pembatasan sistematis akses
segenap anak-anak dari seluruh pelosok daerah/wilayah NKRI memperoleh
perlindungan dan pemenuhan haknya karena tidak adanya kelembagaan
pengawasan menyeluruh, hal mana disebabkan dibatasinya jangkauan Komisi
Perlindungan Anak Daerah dalam pengawasan perlindungan anak di seluruh
pelosok daerah/wilayah NKRI;
Ya, terima kasih. Berikutnya apakah dari Majelis Hakim ada yang ingin
ditanyakan?

15.HAKIM ANGGOTA: DEWI MAESYAROH


Belum Yang Mulia.

16.HAKIM ANGGOTA: FIKY KURNIAWAN

Tidak ada Yang Mulia.

17.KETUA:SHAFIRA KARENIN
Dari pihak DPR ada yang ingin ditanyakan?
18.PIHAK DPR: ESTER
Ada Yang Mulia. Bisakah saudara ahli jelaskan, pasal berapa dalam peraturan
perundang-undangan yang dapat merugikan pemohon?
19.AHLI 1 (HTN): ISFA’ AULIA URRACHMAHH
Maaf Yang Mulia, setelah Saya menelaah pasal-pasal yang terdapat dalam
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Undang- Undang
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Saya menemukan hal-hal
yang dapat merugikan masyarakat dalam penerapannya. Saya berpendapat
bahwa norma Pasal 74 ayat (1), Pasal 74 ayat (2) Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2014 tentang Perubahan Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak sejatinya bertentangan dengan UUD 1945 yang
normanya justru tidak mendukung adanya hak untuk mengembangkan hak-
hak anak sepenunya.

Perbandingan Pasal 74 ayat (1) dengan Pasat 74 ayat (2) UU Nomor 35


Tahun 2014 adanya ketidakkonsistenan (inconsistency), pengurangan dan
pembatasan independensi Komisi Perlindungan Anak Indonesia sehingga
menghambat pengawasan perlindungan dan pemenuhan hak anak yang
dijamin Pasal 28B ayat (2) UUD RI Tahun 1945, dan Pasal 28I ayat (4) UUD
RI Tahun 1945 yang menormakan HAM (termasuk hak anak) yang
merupakan tanggung jawab negara terutama pemerintah. Dalam hal ini
pembentukan Komisi Perlindungan Anak Indonesia belum cukup untuk
menampung dan menaungi Seluruh anak Indonesia. Sehingga tidak perlu
adanya KPAID yang akan menjadikan kewenangan KPAI didaerah dan
efektifnya fungsi kelembagaan KPAI.

20.KETUA:SHAFIRA KARENINA

Dari pihak DPR apakah ada yang ingin ditanyakan lagi?

21.PIHAK DPR: ESTER

Tidak ada Yang Mulia, cukup.

22.KETUA:SHAFIRA KARENINA

Selanjutnya, dari pihak Pemohon ada yang ingin ditanyakan?

23.KUASA HUKUM PEMOHON: HINDUN DWI LESTARI

Ada Yang Mulia. Saudara ahli, pemerintah secara tegas mengakui bahwa Hak
konstitusional anak harus dipenuhi ketidakpastian hukum dan mengabaikan
hak konstitusional anak oleh karena dilemahkan sendiri dan tidak konsisten
dengan ketentuan Pasal 74 ayat (2) UU Nomor 35 Tahun 2014. Dengan
demikian maka ketentuan Pasal 74 ayat (1) UU Nomor 35 Tahun 2014 yang
menormakan Komisi Perlindungan Anak Indonesia yang bersifat independen
namun tidak termasuk Komisi Perlindungan Anak Daerah. Apa alasan yang
paling mendasar perlu dibentuknya KPAD ini?

24.AHLI 1 1 (HTN): ISFA’ AULIA URRACHMAH


Yang Mulia Hakim, saya tegaskan bahwa dalam undang-undang Norma yang
sedemikian itu bertentangan dengan UUD RI Tahun 1945 Pasal 28B ayat (2),
Pasal 28D 12 ayat (1), Pasal 28I ayat (4) Karena ketentuan Pasal 74 ayat (1)
UU Nomor 35 Tahun 2014 yang menormakan keberadaan Komisi
Perlindungan Anak Indonesia yang tidak mencakup sebagai satu kesatuan
dengan Komisi Perlindungan Anak Daerah, dan adanya norma yang tidak
konsisten dan pelemahan struktural dalam ketentuan Pasal 74 ayat (2) UU
Nomor 35 Tahun 2014. Oleh karena itu, eksistensi ada (dibentuk) ataupun
tidak (dibentuk) Komisi Perlindungan Anak Daerah seakan-akan bukan
karena hak konstitusi dan mandat konstitusi, namun karena subyektifitas
kepentingan pemerintah daerah.
Walaupun dilakukan pembentukannya, namun mengalami pelemahan,
pengabaian, dan bahkan pembubaran Komisi Perlindungan Anak Daerah
sebagaimana fakta pembubaran KPAID Provinsi Sumatera Utara dengan
Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 9 Tahun 2017 tentang
Perubahan atas Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 3 Tahun
2014 tentang Penyelenggaraan Perlindungan Anak [yang sebelumnya
dibentuk dengan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 3 Tahun
2014 tentang Penyelenggaraan Perlindungan Anak. Sehingga tidak adanya
kelembagaan pengawasan perlindungan anak di Sumatera Utara sebagaimana
dimaksud Pasal 74 ayat (2) UU Nomor 35 Tahun 2014. Sudah saya
sampaikan sebelumnya, bahwa Indonesia ini sangat luas. Pengawasan KPAI
keseluruh pelosok nusantara juga tentunya kurang maksimal, sehingga perlu
dibentuknya KPAD sebagai lembaga pelaksana perlindungan anak di setiap
daerah tentunya koordinasi terhadap peraturan daerah masing-masing.

25. KETUA:SHAFIRA KARENINA


Dari pihak Pemohon ada yang ingin ditanyakan lagi?

26.KUASA HUKUM PEMOHON: HINDUN DWI LESTARI

Tidak Yang Mulia.

27.KETUA:SHAFIRA KARENINA

Baik selanjutnya silahkan Prof. Dr. HASAN MAHMUD SYARIEFUDIN,


S.H., M.H. silahkan untuk memberikan keterangannya.

28.AHLI 1 2 (ANAK): HASAN MAHMUD SYARIEFUDIN


Selamat pagi Yang Mulia Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi. Perkenalkan
saya disini sebagai Ahli Anak akan mengemukakan pandangan – pandangan
yang berkaitan dengan keahlian saya dalam persidangan pengujian undang-
undang ini.

29.KETUA:SHAFIRA KARENINA

Baik terima kasih. Berikutnya apakah dari Majelis Hakim ada yang ingin
ditanyakan?

30.HAKIM ANGGOTA: SHERLLY MONICA

Ada Yang Mulia, saya ingin bertanya bagaimana sebenarnya penjelasan


saudara mengenai kerugian konstitusional yang telah dialami oleh pihak
pemohon?

31.AHLI 1 2 (ANAK): HASAN MAHMUD SYARIEFUDIN


Hakim yang mulia, bahwa kerugian konstitusional yang telah dialami oleh
pihak pemohon yaitu fakta-fakta tidak terbangunnya sistem kelembagaan
yang fungsional menjangkau seluruh anak di yang berdiam di seluruh
wilayah/daerah Indonesia atau segenap pelosok daerah Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Keadaan sedemikan adalah pengabaian,
pengucilan, dan perbedaan perlakuan pada anak-anak Indonesia dalam hal
perlindungan hak-haknya. Hal ini menimbulkan risiko kegagalan
perlindungan dan pemenuhan HAM.
Hak-hak anak dan membuka peluang pelanggaran hak anak sebagai HAM
dan hak konstitusional karena tanpa sistem pengawasan. Hal itu bentuk
kegagalan perlindungan dan pemenuhan HAM yang merupakan tanggung
jawab negara, terutama pemerintah (vide Pasal 28I ayat (4) UUD RI Tahun
1945). Kegagalan perlindungan dan pemenuhan HAM akan mengancam
demokrasi konstitusional itu sendiri.

32.KETUA:SHAFIRA KARENINA
Bagaimana Majelis Hakim apakah ada yang ingin ditanyakan lagi?

33.HAKIM ANGGOTA: SHERLLY MONICA

Tidak ada Yang Mulia.

34.KETUA:SHAFIRA KARENINA

Selanjutnya, dari pihak DPR apakah ada yang ingin ditanyakan?

35.PIHAK DPR: ESTER

Ada Yang Mulia. Dapatkah KPAD ini nantinya di bisa dibentuk disetiap
daerah?

36.AHLI 1 2 (ANAK): HASAN MAHMUD SYARIEFUDIN


Perlindungan hak-hak anak adalah merupakan tanggung negara sesuai dengan
Pasal 28B ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi: “Setiap anak berhak atas
kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan
dari kekerasan dan diskriminasi”.
Adapun perlindungan anak yang dimaksudkan adalah pemenuhan Hak atas
suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan, Hak beribadah
menurut agamanya, berpikir, dan berekspresi sesuai dengan tingkat
kecerdasan dan usianya dalam bimbingan orang tua/wali, Hak mengetahui
orang tua, Hak pelayanan kesehatan dan jaminan sosial, Hak pendidikan dan
pengajaran, Hak menyatakan pendapat dan didengar pendapatnya, Hak
beristirahat, memanfaatkan waktu luang, dan bergaul, Hak memperoleh
rehabilitasi dan bantuan sosial (bagi anak penyandang disabilitas), Hak
perlindungan dari perlakuan diskriminasi, eksploitasi, penelantaran,
kekejaman, kekerasan, penganiayaan, ketidakadilan, perlakuan salah, Hak
diasuh oleh orang tuanya sendiri, Hak dilindungi dari penyalahgunaan
kegiatan politik, perang, kerusuhan, kekerasan, peperangan, dan kejahatan
seksual, Hak perlindungan dari sasaran penganiayaan, penyiksaan, atau
hukuman yang tidak manusiawi, Hak bantuan hukum.
Dalam konteks ini, yang dibutuhkan oleh anak itu sendiri adalah pemenuhan
hak-haknya dan perlindungan hukum agar dapat teralisasi dengan baik.
Implementasi hak-hak anak yang harus digalangkan, dalam bentuk
pengawasan sehingga hak-hak anak tidak terdiskrimimasi. Yang menjadi
kewenangan dalam hal ini adalah Komisi Perlindungan Anak Indonesia
(KPAI). KPAI dapat lebih memfokuskan dan melaksanakan tugasnya dengan
baik, harus membentuk lagi Komisi Perlindungan Anak Daerah yang akan
menjadikan wewenangnya semakin luas dan perlindungan anak akan
maksimal. KPAID bisa dibentuk asalkan tetap ada koordinasi dengan
pemerintah daerah.

37.KETUA:SHAFIRA KARENINA

Baik, dari Majelis Hakim ada yang ingin ditanyakan?

38.KUASA HUKUM PEMOHON: AHUS FAHMI

Apa alasan-alasan yang menyakinkan bahwa pembentukan KPAI sudah


belum cukup untuk mewadahi pemenuhan dan perlindungan terhadap anak
diseluruh daerah di Indonesia?

39.AHLI 1 2 (ANAK): HASAN MAHMUD SYARIEFUDIN


Adapun tugas KPAI adalah melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
perlindungan dan pemenuhan Hak Anak; memberikan masukan dan usulan
dalam perumusan kebijakan tentang penyelenggaraan Perlindungan Anak,
mengumpulkan data dan informasi mengenai Perlindungan Anak, menerima
dan melakukan penelaahan atas pengaduan Masyarakat mengenai
pelanggaran Hak Anak; melakukan mediasi atas sengketa pelanggaran Hak
Anak; melakukan kerja sama dengan lembaga yang dibentuk Masyarakat di
bidang Perlindungan Anak dan memberikan laporan kepada pihak berwajib
tentang adanya dugaan pelanggaran terhadap UU KPAI.
Melihat tugas KPAI tersebut kurang maksimal adanya Pembentukan Komisi
Perlindungan Anak Daerah perlu disegerakan. Anggaran yang akan dilakukan
untuk pemberdayaan anak dapat dialokasikan untuk pembentukan KPAI
daerah. Sehingga, tindakan terhadap perlindungan dan pemenuhan hak anak
bisa dimaksimalkan.
40. KETUA: SHAFIRA KARENINA
Baik, dari Majelis Hakim ada yang ingin ditanyakan lagi?
41. Majelis Hakim
Cukup Yang Mulia.
42. KETUA: SHAFIRA KARENINA
Baik, terima kasih atas keterangan dari para Ahli. Untuk agenda sidang
selanjutnya adalah pembacaan putusan yang akan dilaksanakan pada hari
jum’at tanggal 19 Februari 2019.
Cukup. Baik, kalau sudah cukup, saya nyatakan sidang ditutup.

Jakarta, 5 Februari 2020


Panitera,

Maya Dwi Ambarwati, S.H.,M.H.


NIP. 19710818 199302 1 001

KETUK PALU 3X

SIDANG DITUTUP PUKUL 10.40 WIB

Anda mungkin juga menyukai