Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

”MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT”

Disusun Oleh : Kelompok 1


1. Dwi Viska Yuliya
2. Natasya Wulandari
3. Putri Rahmawati
4. Welqi Viranti Putri

Prodi : S1 Keperawatan

Dosen Pembimbing :
Yendrizal Jafri, S.Kp.M.Biomed

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKes PERINTIS PADANG
T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang maha Esa, karena berkat
rahmatnya dan bimbingannya kami mampu memyelesaikan makalah yang
berjudul Manajemen Terpadu Balita Sakit sebagai Tugas Mata kuliah
Keperawatan Anak I. Tak lupa pula kami mengucapkan terimah kasih kepada
Yendrizal Jafri, S.Kp.M.Biomed yang telah membimbing kami mengenai
Keperawatan Anak yang berguna bagi kami dan mahasiswa-mahasiswa yang
mempersiapkan diri menjadi seorang pendidik, kami mampu menyesuaikan
makalah ini sebagai aplikasi yang telah diterima dalam mengikuti mata kulia
Keperawatan Anak.

Kami berharap dengan adanya makalah ini semoga dapat mengetahui,


memahami Manajemen Terpadu Balita Sakit. Semoga makalah yang kami susun
ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi semua pembacanya. Kritik dan saran serta
masukan dari teman-teman sangat kami nantikan guna memperbaiki kesalahan
kami, karena kami hanya manusia biasa yang tak pernah luput dari salah dan
khilaf.

Bukittinggi, Oktober 2019

Kelompok 1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................................ii

Daftar Isi.................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.....................................................................................................4
B. Manfaat................................................................................................................4

BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit)......................................6
2.2 Tujuan MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit ............................................7
2.3 Menanyakan Keluhan Utama.............................................................................8

BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................11
3.2 Saran ...............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated Management
of Childhood Illness (IMCI) merupakan suatu pendekatan yang terintegrasi atau
terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus pada kesehatan anak usia 0-
59 bulan (balita) secara menyeluruh. MTBS bukan merupakan suatu program
kesehatan tetapi suatu pendekatan atau cara penatalaksanaan balita sakit. Konsep
pendekatan MTBS yang pertama kali diperkenalkan oleh organisasi kesehatan
dunia WHO (World Health Organizations) merupakan suatu bentuk strategi
upaya pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk menurunkan angka kematian,
kesakitan dan kecacatan bayi dan anak balita di negara-negara berkembang.

Derajat kesehatan merupakan pecerminan kesehatan perorangan,


kelompok, maupun masyarakat yang digambarkan dengan umur harapan hidup,
mortalitas, morbiditas, dan status gizi masyarakat. Sehat dapat mencakup
pengertian yang sangat luas, yakni bukan saja bebas dari penyakit tetapi juga
tercapainya keadaan kesejahteraan baik fisik, sosial dan mental. Derajat
kesehatan yang optimal akan dilihat dari unsur kualitas hidup serta unsur-unsur
mortalitas yang memengaruhinya, yaitu morbiditas dan status gizi. Untuk
kualitas hidup, yang digunakan sebagai indikator adalah angka harapan hidup
waktu lahir (Lo). Sedangkan untuk mortalitas telah disepakati lima indikator
yaitu angka kematian bayi (AKB) per 1000 kelahiran hidup, angka kematian
balita (AKABA) per 1000 kelahiran hidup, angka kematian pneumonia pada
balita per 1000 balita, angka kematian diare pada balita per 1000 balita per 1000
balita dan Angka Kematian Ibu melahirkan (AKI) per 1000 kelahiran.

1.2 Manfaat
Sebagaimana diketahui,derajat kesehatan merupakan pencerminan
kesehatan perorangan, kelompok, maupun masyarakat yang digambarkan
dengan umur harapan hidup, mortalitas, morbiditas, dan status gizi masyarakat.
Sehat dapat mencakup pengertian yang sangat luas, selain bebas dari
penyakit tetapi juga tercapainya keadaan kesejahteraan baik fisik, sosial dan
mental. Makalah ini dimaksudkan untuk lebih menggali masalah yang
membahas mengenai Manajemen Terpadu Balita Sakit. Dengan makalah ini,
diharapkan agar petugas kesehatan lebih punya Wawasan tentang masalah ini.

Peningkatan keterampilan perawat dan bidan dalam tata laksana balita


sakit secara komprehensif dilaksanakan dengan pendekatan Manajemen Terpadu
Balita Sakit atau lebih dikenal dengan MTBS. Kegiatan ini dilaksanakan
secara pre-service dan atau in-servicetraining. Manajemen Terpadu Balita Sakit
merupakan standar pelayanan bagi balita sakit dan dinilai cost effective serta
berkontribusi sangat besar untuk menurunkan angka kematian neonatus, bayi
dan balita bila dilaksanakan secara luas, baik, dan benar.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit)


MTBS singkatan dari Manajemen Terpadu Balita Sakit atau Integrated
Management of Childhood Illness (IMCI dalam bahasa Inggris) adalah suatu
pendekatan yang terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus
kepada kesehatan anak usia 0-5 tahun (balita) secara menyeluruh. MTBS bukan
merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan/cara menatalaksana
balita sakit. Kegiatan MTBS merupakan upaya yang ditujukan untuk
menurunkan kesakitan dan kematian sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan anak balita di unit rawat jalan kesehatan dasar seperti Puskesmas,
Pustu, Polindes, Poskesdes, dll.

Bila dilaksanakan dengan baik, upaya ini tergolong lengkap untuk


mengantisipasi penyakit-penyakit yang sering menyebabkan kematian bayi dan
balita. Dikatakan lengkap karena meliputi upaya kuratif (pengobatan), preventif
(pencegahan), perbaikan gizi, imunisasi dan konseling (promotif). Badan
Kesehatan Dunia WHO telah mengakui bahwa pendekatan MTBS sangat cocok
diterapkan negara-negara berkembang dalam upaya menurunkan kematian,
kesakitan dan kecacatan pada bayi dan balita.

Di Indonesia, MTBS sudah mulai dikembangkan sejak tahun 1996 oleh


Departemen Kesehatan yangbekerjasama dengan WHO. Layanan ini tidak
hanya kuratifnya saja tapi sekaligus pelayanan preventifdan promotifnya.
Tujuan dari pelatihan ini yaitu dihasilkannya petugas kesehatan yang
terampilmenangani bayi dan balita sakit dengan menggunakan tatalaksana
MTBS. Sasaran utama pelatihanMTBS ini adalah perawat dan bidan, akan tetapi
dokter Puskesmas pun perlu terlatih MTBS agar dapatmelakukan supervisi
penerapan MTBS di wilayah kerja Puskesmas.Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS) adalah suatu pendekatan yang digagas oleh WHO danUNICEF untuk
menyiapkan petugas kesehatan melakukan penilaian, membuat klasifikasi
sertamemberikan tindakan kepada anak terhadap penyakit-penyakit yang
umumnya mengancam jiwa.MTBS bertujuan untuk meningkatkan keterampilan
petugas, memperkuat sistem kesehatan sertameningkatkan kemampuan
perawatan oleh keluarga dan masyarakat yang diperkenalkan pertama kalipada
tahun 1999.MTBS dalam kegiatan di lapangan khususnya di Puskesmas
merupakan suatu sistem yangmempermudah pelayanan serta meningkatkan
mutu pelayanan.

Praktek MTBS memliliki 3 komponen khas yang menguntungkan yaitu :


1. Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana balita sakit
(petugas kesehatan non-dokter yang telah terlatih MTBS dapat memeriksa
dan menangani pasien balita).
2. Memperbaiki sistem kesehatan (banyak program kesehatan terintegrasi
didalam pendekatan MTBS).
3. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah
dan upaya pencarian pertolongan balita sakit (berdampak meningkatkan
pemberdayaan masyarakat dalam pelayanan kesehatan).

2.2 Tujuan MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit)


1. Menurunkansecara bermakn aangka kematian dan kesakitan yang terkait
penyakit tersering pada balita.
2. Memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan
kesehatan anak.

Penyakit-penyakit terbanyak pada balita yang dapat di tata laksana dengan


MTBS adalah penyakit yang menjadi penyebab utama kematian, antara lain
pneumonia, diare, malaria, campak dan kondisi yang diperberat oleh masalah
gizi (malnutrisi dan anemia). Langkah pendekatan pada MTBS adalah dengan
menggunakan algoritma sederhana yang digunakan oleh perawat
dan bidan untuk mengatasi masalah kesakitan pada Balita.

Pendekatan MTBS di Indonesia pada awalnya dimanfaatkan untuk


meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat jalan kesehatan dasar
(Puskesmas dan jaringannya termasuk Pustu, Polindes, Poskesdes, dll). MTBS
mengkombinasikan perbaikan tatalaksana kasus pada balita sakit (kuratif)
dengan aspek gizi, imunisasi dan konseling ( promotif dan preventif). Agar
penerapan MTBS dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan, maka
diperlukan langkah-langkah secara sistematis dan menyeluruh, meliputi
pengembangan sistem pelatihan, pelatihan berjenjang, pemantauan pasca
pelatihan, penjaminan ketersediaan formulir MTBS, ketersediaan obat dan alat,
bimbingan teknis dan lain-lain.

Dari kedua survey di atas, menunjukkan bahwa kematian neonatal mendominasi


penyebab kematian bayi dan balita. Puskesmas dikatakan sudah menerapkan
MTBS apabila memenuhi kriteria melaksanakan/melakukan pendekatan MTBS
minimal 60% dari jumlah kunjungan balita sakit di puskesmas tersebut.
Mengingat MTBS telah diterapkan di Indonesia sejak 1997 dan banyak pihak
yang telah berkontribusi dalam pelatihan MTBS, tentunya banyak tenaga
kesehatan yang telah dilatih MTBS dan banyak insitusi yang terlibat di
dalamnya. Sudah banyak fasilitator dilatih MTBS dan para fasilitator ini sudah
melatih banyak tenaga kesehatan, baik di tingkat desa dan puskesmas.

2.3 Menanyakan Keluhan Utama


Beberapa jenis pertanyaan yang penting untuk diajukan terkait dengan Menilai
batuk atau sukar bernapas dan klasifikasinya, menilai diare dan klasifikasinya,
menilai demam dan klasifikasinya, serta menilai masalah telinga dan
klasifikasinya.
1. Menilai batuk atau sukar bernapas dan klasifikasinya
Setelah memeriksa tanda bahaya umum, ditanyakan kepada ibu apakah
menderita batuk atau sukar bernapas, jika anak batuk atau sukar bernapas,
sudah berapa lama, menghitung frekuensi napas, melihat tarikan dinding
dada bawah ke dalam, dan melihat dan dengar adanya stridor. Kemudian
dilakukan klasifikasi apakah anak menderita pneumonia berat, pneumonia
atau batuk bukan pneumonia.
2. Menilai diare dan klasifikasinya
Setelah memeriksa batuk atau suka bernapas, petugas menanyakan kepada
ibu apakah anak menderita diare, jika anak diare, tanyakan sudah berapa
lama, apakah beraknya berdarah (apakah ada darah dalam tinja). Langkah
berikutnya adalah memeriksa keadaan umum anak, apakah anak letargis atau
tidak sadar, apakah anak gelisah dan rewel/mudah marah; melihat apakah
mata anak cekung, memeriksa kemampuan anak untuk minum: apakah anak
tidak bisa minum atau malas minum, apakah anak haus minum dengan
lahap; memeriksa cubitan kulit perut untuk mengetahui turgor: apakah
kembalinya sangat lambat (lebih dari 2 detik) atau lambat. Setelah penilaian
didapatkan tanda dan gejala diare, maka selanjutnya diklasifikasikan apakah
anak menderita dehidrasi berat, ringan/sedang, tanpa dehidrasi, diare
pesisten berat, diare persisten atau disentri.
3. Menilai demam dan klasifikasinya
Demam merupakan masalah yang sering dijumpai pada anak kecil.
Tanyakan kepada ibu apakah anak demam, selanjutnya periksa apakah anak
teraba panas atau mengukur suhu tubuh dengan termometer. Dikatakan
demam jika badan anak teraba panas atau jika suhu badan 37,5 derajat
celcius atau lebih. Jika anak demam, tentukan daerah resiko malaria: resiko
tinggi, resiko rendah atau tanpa resiko malaria. Jika daerah resiko rendah
atau tanpa resiko malaria, tanyakan apakah anak dibawa berkunjung keluar
daerah ini dalam 2 minggu terakhir. Jika ya, apakah dari resiko tinggi atau
resiko rendah malaria kemudian tanyakan sudah berapa lama anak demam.
Jika lebih dari 7 hari apakah demam terjadi setiap hari, lihat dan raba adanya
kaku kuduk, lihat adanya pilek, apakah anak menderita campak dalam 3
bulan terakhir, lihat adanya tanda-tanda campak: ruam kemerahan di kulit
yang menyeluruh dan terdapat salah satu gejala berikut: batuk, pilek atau
mata merah.
4. Menilai masalah telinga dan klasifikasinya
Setelah memerisa dalam , petugas menanyakan kepada ibu apakah
telinganya.jika anak mempunyai masalah telinga tanyakan apakah telinga
nya sakit,lihat apakah nanah ada keluar dari telinga,raba adakah
pembangkakan nyeri di belakang telinga.kemudian klasifikasikan apakah
anak menderita mostoiditis,infeksi telinga akut,infeksi telinga kronis atau
tidak ada infeksi telinga.
5. Memeriksa status gizi dan anemi serta klasifikasinya
Setiap anak harus di periksa status gizi nya,karna kekurangan gizi
merupakan masalah yang sering ditemukan,terutama diantara penduduk
miskin.langkah nya yaitu apakah anak tampak sangat kurus,memeriksa
pembengkakan pada kedua kaki,memeriksa kepucatan telapak tangan dan
membandingkan beret badan anak menurut umur.kemudian
mengklasifikasikan sesuai tanda dan gejala apakah gizi buruk dan
atau  anami berat,bawah garis merah (BMG) dan atau anemi, tidak BMG dan
tidak anemi.
6. Menasehati ibu
Nasehat bagi ibu meliputi menilai cara pemberian makan anak, anjuran
pemberian makan selama sakit dan sehat, menasehati ibu tentang masalah
pemberian makan, meningkatkan pemberian cairan selama sakit, menasehati
ibu kapan harus kembali dan menasehati ibu tentang kesehatannya sendiri.
7. Pemberian pelayanan tindak lanjut
Kegiatan ini berarti menentukan tindakan dan pengobatan pada saat anak
datang atau kunjungan ulang. Pelayanan pada anak yang datang untuk tindak
lanjut menggunakan kotak-kotak yang sesuai klasifikasi anak sebelumnya.
Jika anak mempunyai masalah baru lakukan penilaian, klasifikasi dan
tindakan terhadap masalah baru tersebut seperti pada bagan penilaian dan
klasifikasi.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) bagi bayi muda yang berusia
kurang dari 2 bulan merupakan pendekatan keterpaduan dalam tatalaksana bayi
muda sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan kesehatan
dasar yang meliputi upaya kuratif terhadap penyakit sangat berat atau infeksi
bakteri, diare, ikterus, berat badan rendah dan/ atau masalah pemberian ASI dan
upaya promotif dan preventif yang meliputi imunisasi, pemberian vitamin A dan
konseling pemberian makan yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian
bayi dan anak balita serta menekan morbiditas karena penyakit tersebut.

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu pendekatan


pelayanan terhadap bayi muda sakit yang dikembangkan oleh WHO. Dengan
MTBS dapat ditangani secara lengkap kondisi kesehatan bayi muda pada tingkat
pelayanan kesehatan dasar, yang memfokuskan secara integrative aspek kuratif,
preventif dan promotif termasuk pemberian nasihat kepada ibu sebagai bagian
dari pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kesehatan anak. Program
MTBS ini di kembangkan untuk mencegah tingkat kematian bayi muda yang
berumur kurang dari 2 bulan.

3.2 Saran
Setelah mengetahui berbagai penyakit yang dapat menyebabkan
kematian pada bayi muda dan mengetahui cara penilaian kesehatan berdasarkan
form MTBS ini disarankan kepada petugas kesehatan untuk dapat
mengaplikasikannya dalam melakukan penilaian kesehatan terhadap bayi muda.
Selainitu disarankan kepada mahasiswa keperawatan agar dapat membuat
makalah yang lebih sempurna dari makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI, 2008, Modul MTBS Revisi tahun 2008.


2. Direktorat Bina Kesehatan Anak, Depkes, salah satu materi yang
disampaikan pada Pertemuan 
3. Nasional Program Kesehatan Anak, 2009, Manajemen Terpadu Balita Sakit.
4. Pujiati dewi,dkk.2011.Asuhan kebidanan komunitas.Jakarta:trans info media
2011.

Anda mungkin juga menyukai