Anda di halaman 1dari 2

Mengulang Tahunku (20/02/20)

Detik terus menikam seirama nadi

Takut pada sepi, malah dikoyak sunyi

Akar-akar terus tumbuh menghantam tanah semakin tegas

Tak seperti usiaku terus tumbuh menghantam tak jelas

Kuukir, kupahat, kucukil, kutatah nasibku yang semu

Dengan terkapah-kapah berlumur dosa,

Dengan membabi buta melawan diriku

Aku hanya ingin menjadi manusia dulu

Minor (4/4/18)

Menatap ufuk timur begitu resah

Kusedu hitam pahitku

Kuhisap asap kekalahanku

Tradisi pagi yang brengsek untuk langit-langit mataku yang basah

FajarMu yang indah, sesekali ku seka perigiku yang tabah

Anjing!, aku merindukanmu

Dimana?

Kudengarkan harmonisnya nada musik Gereja temanku

Tapi tak kudengar lembutnya suaraMu

Kupotret mencoloknya kubah emas Masjid sebelah rumahku

Tapi tak kutemukan potret diriMu disitu

Kunikmati merah indah Klenteng pusat kotaku

Tapi tak kunikmati indahnya Engkau disitu

Kususuri luasnya candi diatas bukit

Sekali lagi yang ada hanyalah bebatuan kuno

Lalu kucoba renungi dan kuselami palung hatiku

Disitu kulihat segalanya tentang diriMu.

Anda mungkin juga menyukai