Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tradisi sejarah yang berkembang pada masyarakat meninggalkan jejak-jejak sejarah.
Jejak-jejak sejarah itu berupa tradisi lisan pada masa praaksara dan tradisi tertulis pada
masa aksara. Tradisi sejarah yang berisi ingatan kolektif yang diwariskan dari generasi ke
generasi memungkinkan kita untuk menelusuri asal-asal suatu kolektif atau komunitas.
Manusia purba hidup pada masa praaksara. Masa praaksara adalh zaman manusia belum
mengenal tulisan dan biasa disebut zaman nirleka. Masa prasejarah atau praaksara
dimulai sejak manusia ada di muka bumi sampai dengan saat manusia mengenal tulisan.
Di sini kita akan mempelajari kehidupan masyarakat di masa praaksara yang dimana
hidupnya secara sangat sederhana dari cara bertahan hidup, jenis-jenis manusia purba,
alat-alat yang digunakan, dan masih banyak lagi.
B. PERUMUSAN MAKALAH
1. Bagaimana kehidupan berburu dan mengumpulkan makanan ?
2. Bagaimana kehipan menetab dan bercocok tanam ?
3. Sebutkan cirri-ciri perkembangan kehidupan masyarak ?
4. Bagaimana hasil budaya manusia purba ?
BAB II

PEMBAHASAN
A. HIDUP BERBURU DAN MENGUMPULKAN MAKANAN

Masa berburu dan mengumpulkan makanan (food gathering and hunting period)
adalah masa dimana cara manusia purba mengumpulkan makanan-makanan yang dibutuhkan
mereka untuk bertahan hidup dengan berburu dan mengumpulkan makanan yang tersedia dari
alam (sungai, danau, laut, dan hutan-hutan yang ada di sekitar tempat bermukim mereka pada
saat itu). Mereka hidup dengan cara berpindah pindah (nomaden).

Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan, sungai memiliki peran yang
penting, yaitu dengan cara menyusuri sungai mereka bergerak dari satu tempat ke tempat
yang lain untuk mencari makanan. Namun, pada masa ini belum dikenal alat pelayaran
sungai.

Masa Berburu dan Mengumpulkan makanan terjadi pada masa Paleolithikum (zaman
batu tua), yang berbarengan dengan kala Pleistosen yang terjadi sejak 2 juta tahun yang lalu.
Masa berburu dan mengumpulkan makanan berlangsung selama 600.000 tahun

Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan mereka belum mengenal cara memasak
makanan, karena mereka belum mengenal bagaimana menggunakan periuk belanga, yang
dibuktikan dari peninggalan- peninggalan mereka. Untuk memasak makanan diperlukan api,
namun kita belum mengetahui dengan pasti sejak kapan manusia praksara mulai
menggunakan api dalam kehidupannya. Api mula-mula dikenal dari gejala alam, misalnya
percikan gunung berapi, kebakaran hutan yang kering ditimbulkan oleh halilintar atau nyala
api yang bersumber dari dalam bumi, karena mengandung gas. Secara lambat laun mereka
dapat menyalakan api dengan cara menggosokkan batu dengan batu yang mengandung unsur
besi, sehingga menimbulkan percikan api. Percikan-percikan api ditampung dengan semacam
lumut kering, sehingga terjadi bara api.

Dalam masa prasejarah Indonesia, corak kehidupan dengan cara berburu dan
mengumpulkan makanan (food gathering) dibagi menjadi dua masa, yaitu :
1.    Masa berburu dan mengumpulkan atau meramu makanan tingkat sederhana.
2.    Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut.
B. HIDUP MENETAB DAN BERCOCOK TANAM

Kehidupan masyarakat pada masa bercocok tanam mengalami peningkatan cukup pesat.
Masyarakat pra aksara pada saat itu telah memiliki tempat tinggal yang tetap. Mereka
memilih tempat tinggal pada suatu tempat tertentu. Hal ini dimaksudkan agar hubungan
antara manusia di dalam kelompok masyarakatnya semakin erat. Eratnya hubungan
antarmanusia tidak dapat hidup sendiri tanpa anggota masyarakat yang lain.

Kehidupan sosial yang dilakukan oleh masyarakat pada masa bercocok tanam ini terlihat
dengan jelas melalui cara bekerja dengan bergotong-royong. Setiap pekerjaan yang dilakukan
oleh masyarakat bersangkutan selalu dilakukan dengan cara bergotong-royong, di antaranya
pekerjaan bertani, merambah hutan, berburu, membangun rumah dan lain-lain.

Cara hidup bergotong-royong itu merupakan salah satu ciri kehidupan masyarakat yang
bersifat agraris. Kegiatan gotong-royong hingga saat ini masih tetap dipertahankan terutama
di daerah pedesaan.

Dalam kehidupan masyarakat bercocok tanam sudah terlihat peran pemimpin (primus
interpares). Gelar primus interpares di Indonesia adalah ratu atau datu (datuk), artinya orang
terhormat dan yang patut dihormati karena kepemimpinan, kecakapan, kesetiaannya, dan
lain-lain

Masyarakat pada masa bercocok tanam sudah terampil membuat gerabah, anyaman,
pakaian, dan perahu. Bahan untuk anyaman dibuat dari bambu, rumput dan rotan, dengan
teknik anyaman dan pola geometreis. Anyaman digunakan sebagai alat kebutuhan rumah
tangga.

Revolusi kehidupan manusia dari foof gathering (penyediaan alam) ke food producing
dapat dibuktikan dengan beberapa hal yang disampaikan seorang ahli purbakala bernama Dr.
Brandes. Dr. Brandes mengemukakan bahwa sebelum kedatangan pengaruh Hindu Budha, di
Indonesia telah terdapat sepuluh unsur pokok dalam kehidupan asli masyarakat Indonesia.
Unsur pokok dalam kehidupan asli masyarakat Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Kemampuan berlayar

Pembawa kebudayaan neolitikum ke Indonesia adalah ras bangsa Austronesia yang menjadi


nenek moyang bangsa Indonesia. Mereka datang ke Indonesia dengan menggunakan perahu
bercadik, satu ciri perahu bangsa Indonesia adalah penggunaan cadik, yaitu alat dari bambu
da kayu yang dipasang di kanan dan kiri perahu agar seimbang tidak mudah oleng.

Baca juga  Asal-usul bangsa Indonesia

2. Mengenai astronomi

Pengetahuan astronomi diperlukan untuk pelayara. Mereka menggunakan rasi bintang pari
(sebutan para nelayan) atau bintang “gubuk penceng” untuk melakukan pelayaran. Untuk
mengetahui datangnya musim bagi keperluan pertanian diperlukan bintang-bintang, seperti
bintang beruang besar yang disebut bintang waluku yang berarti bintang bajak.

3. Kepandaian bersawah
Sejak zaman neolitikum Bangsa Indonesia telah bertempat tinggal tetap. Dengan hidup
menetap mendorong mereka untuk hidup sebagai food producing. Dalam bidang pertanian
pada awalnya dilakukan dengan sistem ladang, namun untuk lebih meningkatkan hasil
pertanian digunakan sistem sawah.

4. Aktivitas perdagangan

Hasil panen atas barang-barang kehidupan yang dibuat dirumah banyak, namun ada beberapa
kebutuhan yang tidak dapat mereka penuhi, sehingga dilakukan tukar-menukar barang
(barter). Dengan barter berarti telah terjadi perdagangan.

5. Mengatur masyarakat

Dengan adanya kehidupan berkelompok yang sudah menetap perlu diadakan aturan
masyarakat. Untuk itu diperlukan pemimpin yang dianggap memiliki kemampuan lebih
(primus interpares) dan dapat melindungi masyarakat dari gangguan, baik dari dalam
maupun dari luar, serta dapat mengatur masyarakat dengan baik.

6. Seni batik

Batik merupakan kerajinan membuat gambar pada kain dengan alat yang disebut canting.

7. Kesenian wayang

Dalam kehidupan yang telah menetap dan teratur dapat diciptakan kesenian-kesenian yang
lebih tinggi nilainya, seperti kesenian wayang yang berpangkal pada pemujaan roh nenek
moyang. Setelah pengaruh Hindu masuk ke Indonesia, kisah nenek moyang dan nasihat
diganti dengan cerita Mahabharata dan Ramayana yang lebih menarik.

8. Sistem macapat (pola susunan masyarakat)

Macapat artinya tata cara yang didasarkan pada jumlah empat dengan pusat terletak di
tengah. Ada satu sumber yang mengatakan macapat merupakan susunan ibu kota Solo yang
terdapat tanah lawang atau alun-alun yang dikelilingi oleh istana/kraton.

9. Membuat kerajinan

Sambil menunggu hasil panen, ada waktu luang yang dimanfaatkan untuk membuat kerajinan
tangan, seperti membuat gerabah, manik-manik, pakaian dari kulit kayu/kerang, anyaman dan
perhiasan. Bahkan pada zaman logam usaha kerajinan perundagian semakin berkembang.

10. Seni gamelan

Agar pertunjukan wayang dapat dimainkan dengan baik dan menarik, maka perlu dibantu
oleh gamelan sebagai alat musik pengiring. alat gamelan tersebut seperti gong, bonang,
gambang, rebab, gender, saron, kendang dan sebagainya.

Dari penjabaran di atas, maka kehidupan masyarakat pada masa bercocok tanam dan menetap
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Sudah mengenal bercocok tanam secara baik.

2. Sudah mampu mengolah bahan makan sendiri sesuai dengan kebutuhan mereka
(menghasilkan makanan/food producing). Di samping berburu dan menangkap ikan, mereka
juga telah memelihara binatang-binatang jinak, seperti kerbau, anjing, dan babi. Binatang-
binatang tersebut selain untuk keperluan konsumsi juga dapat dipakai sebagai binatang
korban.

3. Sudah mempunyai tempat tinggal yang menetap secara mantab.

4. Peralatan yang dibuat dari batu lebih halus dan bermacam-macam seperti kapak, tombak,
panah, dan lain-lain. Selain peralatan tersebut, mereka juga berhasil membuat perhiasan dari
gelang-gelang dan biji-biji kalung dari batu.

5. Peradaban mereka sudah lebih maju, alat-alat rumah tangga dibuat lebih baik dan mereka
lebih mengerti seni.

Demikian Kehidupan masa bercocok tanam dan hidup menetap, semoga menjadi catatan
sejarah manusia.

C. CIRI-CIRI PERKEMBANGAN KEHIDUPAN MASYARAKAT

a. Masa berburu dan berpindah-pindah


Kehidupan masyarakat berburu dan berpindah-pindah mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut.
1. Manusia hidup berkelompok dan tempat tinggal mereka berpindah-pindah dari
tampat yang satu ke tempat yang lain (nomaden) seiring dengan usaha
memnuhi kebutuhan hidupnya.
2. Mereka belum mengenal bercocok tanam.
3. Kebutuhan makan mereka tergantung pada alam, sehingga cara mereka
mencari makan disebut dengan nama food gathering (mengumpulkan
makanan) dan berburu.
4. Alat-alat kebutuhan mereka dibuat dari batu yang belum dihaluskan (masih
sangat kasar)
b. Masa bercocok tanam dan menetap
Kehidupan masyarakat masa bercocok tanam dan menetap memiliki
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
1. Kehidupan mereka sudah mempunyai tempat tinggal yang menetap.
2. Mereka sudah mengenal bercocok tanam secara baik.
3. Mereka sudah mampu mengolah bahan makanan sendiri sesuai sesuai dengan
kebutuhan atau disebut dg menghasilkan makanan (food producing)
4. Alat-alat yang di buat dari batu lebih halus dan macamnya lebih banyak,
seperti kapak, tombak, panah, dan lain-lain.
5. Peradaban mereka sudah lebih maju dan membuat alat-alat rumah tangga yang
lebih baik serta telah mengenal seni.
D. HASIL BUDAYA MANUSIA PURBA

Kebudayaan adalah sebuah hasil pemikiran manusia yang dilakukan dengan sadar, yaitu
sadar untuk apa segala sesuatu itu dilakukan atau diperbuat. Kebudayaah yang dibuat oleh
manusia bertujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga sifat kebudayaan
anusia dapat dibedakan atas kebudayaan yang bersifat material atau kebendaan dan
kebudayaan yang bersifat rohani.

a. Kebudayaan material atau kebendaan


Manusia mulai mengenal kebudayaan material (benda) ketika mereka kenal pada
awalnya berupa alat-alat yang dapat membantu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya..
Seperti peralatan berburu, peralatan untuk mengumpulkan makanan atau meramu.

Di samping itu, manusia sudah pula mengenal dan mengolahbiji-biji besi untuk membuat
peralatan-peralatan yang dibutuhkannya, tetapi sayangnya benda-benda dari besi berhasil
ditemukan oleh para ahli, karena besi dapat lapuk dan hancur.

Dengan demikian, kebudayaan material manusia mengalami perkembangan dari awal


manusia mengenal kebudayaan sampai kepada tingkat-tingkat kehidupan selanjutnya.

b. Kebudayaan rohani
Kebudayaan rohani mulai muncul dalam kehidupan manusia sejak manusia mengenal
sistem kepercayaan dalam hidupnya. Munculnya sistem kepercayaan dalam kehidupan
manusia telah berlangsung sejak kehidupan manusia pada masa berburu dan mengumpulkan
makanan. Hal ini diketahui melalui penemuan kuburan.

Melalui perkembangan pola pikir manusia, manusia mulai menyadari keberadaan


hidupnya yang berada di tengah – tengah alam semesta. Manusia mulai menyadari dan
merasakan adanyak ekuatan yang maha dahsyat atau maha besar di luar dirinya sendiri.
Bahkan kekuatan itu senantiasa ada sepanjang masa. Kekuatan itulah yang kemudian
diketahui berasal dari kekuatan Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan yang menciptakan,
menghidupkan, memelihara, membinasakan seisi alam semesta ini.
Dari kepercayaan itu, selanjutnya berkembang kepercayaan yang bersifat animisme,
dinamisme dan mononisme. Animisme merupakan suatu kepercayaan bahwa setiap benda
mempunyai roh atau jiwa. Dinamisme merupakan suatu kepercayaan bahwa setiap benda
mempunyai kekuatan gaib dan mononisme merupakan suatu kepercayaan terhadap tuhan
yang Maha Esa.

Anda mungkin juga menyukai