Anda di halaman 1dari 2

Nama : Lesmana

NIM : 11523083

KLS :7B

Riba, Maysir dan Gharar dalam Kajian Ekonomi Islam

Riba secara bahasa bermakna ziyadah (tambahan). Dalam pengertian lain, secara linguistik, riba
berarti tumbuh dan membesar (Saeed, 1996). Menurut Abu hanifah, riba adalah melebihkan harta
dalam suatu transaksi tanpa pengganti atau imbalan. Maksudnya, tambahan terhadap barang atau
uang yang timbul dari suatu transaksi utang piutang yang harus diberikan oleh pihak yang berutang
kepada pihak yang berpiutang pada saat jatuh tempo.

Dalam Al Qur’an sendiri, sudah dijelaskan keharamannnya:

“Wahai orang-orang yang beriman ! Janganlah kamu memakan riba dengan belipat ganda dan
bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung, “ ( Q.S. Ali Imran [3] : 130).

Dalam kalangan ulama riba  sendiri dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Riba Nasi’ah, yang merupakan tambahan pada pinjaman pokok yang diambil oleh pemberi
pinjaman pada orang yang meminjam (berhutang) yang ditujukan sebagai kompensasi dari
tangguhan pinjaman tersebut. Misalnya Budi meminjamkan uang kepada Fadil sebesar 100
ribu yang akan dikembalikan dalam waktu 1 minggu namun jika Fadil menggembalikan uang
tersebut lebih dari 1 minggu maka Fadil harus mengembalikan uang tersebut sebesar 110
ribu.

2. Riba Fadhl, yang merupakan tambahan yang berupa uang ataupun makanan atas barang
yang dipertukarkan dalam transaksi, atau bisa dikatakan kelebihan yang diambil dari tukar
menukar barang yang sejenis akan tetapi tidak sama rata ukurannya. Dimana ada enam jenis
barang yang di transaksikan secara sejenis dengan tambahan sehingga hukumnya haram
menurut syariat. Enam barang tersebut adalah emas, perak, kurma, gandum putih, gandum
merah, serta garam. Misalnya kita menukarkan kurma kualitas jelek sebesar 5 kg dengan
kurma kualitas bagus 2,5 kg.

Al Gharar adalah “ketidakpastian”. Maksud ketidapastian dalam transaksi muamalah adalah “ada
sesuatu yang ingin disembunyikan oleh sebelah pihak dan hanya boleh menimbulkan rasa
ketidakadilan serta penganiayaan kepada pihak yang lain.”

Secara sederhana, gharar adalah semua jual beli yang mengandung ketidakjelasan atau keraguan
tentang adanya komoditas yang menjadi objek akad, ketidakjelasan akibat, dan bahaya yang
mengancam antara untung dan rugi; pertaruhan atau perjudian. Dalam islam, gharar adalah perkara
yang dilarang dan haram hukumnya karena sangat merugukan salah satu pihak yang lain.

Maysir atau qimar secara harfiah bermakna judi (spekulasi). Secara teknis,maysir adalah setiap
permainan yang di dalamnya disyaratkan sesuatu berupa materi yang diambil dari pihak yang kalah
untuk pihak yang menang.

Istilah lain dari judi adalah spekulasi. Hal ini terjadi dalam bursa saham. Setiap menitnya selalu
terjadi transaksi spekulasi yang sangat merugikan penerbit saham . Setiap perusahaan yang memiliki
right issue selalu didatangi para spekulan. Ketika harga saham suatu badan usaha sedang jatuh,
spekulan segera membelinya dan ketika harga naik, para spekulan menjualnya kembali atau melepas
ke pasar saham. Hal ini sering membuat indeks harga saham gabungan menurun dan memburuk
perekonomian bangsa.

Suatu permainan dapat dikategorikan judi, jika memenuhi tiga unsur:

1. Taruhan harta/materi yang berasal dari kedua pihak yang berjudi.

2. Permainan yang digunakan untuk menentukan pemenang dan yang kalah.

3. Pihak yang menang mengambil harta sebagian atau seluruhnya yang menjadi taruhan,
sedangkan pihak yang kalah kehilangan hartanya.

Seperti firman Allah SWT:

“Wahai orang-orang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi, berkurban untuk berhala, dan
mengundi nasib dengan anak panah adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka
jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu mendapat keberuntungan,” (Q.S. AL Maidah [5] : 90). 

Anda mungkin juga menyukai