Anda di halaman 1dari 40

UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA

SISWA KELAS VIII PADA MATERI BANGUN RUANG


MELALUI VIDEO PEMBELAJARAN DENGAN ACTIVE
PRESENTER DI SMP PRAYATNA MEDAN TP.2020/2021
Proposal

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Isran Rasyid Karo-Karo S, M.Pd
Disusun Oleh :
Kelompok 2

Akhyar Puadi (0305173137)


Alytha Putri Azie (0305171015)
Dara Mustika Saragih (0305171010)
Mayang Vita Sara (0305173145)
Nur Hazriyati (0305173165)

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA

MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah peneliti sampaikan kepada Allah SWT yang


telah memberikan kemampuan untuk menyelesaikan proposal ini.
Shalawat beriring salam atas junjungan nabi Muhammad SAW, semoga
kita mendapatkan syafa’atnya kelak di kemudian hari, Aamiin.
Proposal ini berjudul “Upaya Meningkatkan Minat Belajar
Matematika Siswa Kelas VIII Pada Materi Bangun Ruang Melalui Video
Pembelajaran Dengan Active Presenter Di Smp Prayatna Medan
Tp.2020/2021”. Disusun dalam rangka memenuhi tugas-tugas dan
melengkapi syarat-syarat untuk memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu
Pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN SU Medan.
Peneliti menyadari bahwa proposal ini dapat diselesaikan berkat
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti
berterima kasih kepada semua pihak yang secara langsung dan tidak
langsung memberikan kontribusi dalam menyelesaikan proposal ini.
Semoga Allah SWT selalu memberikan keberkahan berupa
kesehatan dan rezeki yang tak terputus serta membalas semua yang telah
diberikan Bapak/Ibu serta Saudara/I, kiranya kita semua tetap dalam
lindungan-Nya.
Peneliti telah berupaya dengan segala upaya yang peneliti lakukan
dalam penyelesaian proposal ini. Namun peneliti menyadari bahwa masih
banyak kekurangan dan kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa.
Untuk itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca demi kesempurnaan proposal ini. Semoga isi
proposal ini bermanfaat dalam memperkaya khazanah ilmu pengetahuan.
Aamiin

i
ABASTRAK

Penelitian tindakan kelas dengan judul “Upaya Meningkatkan Minat Belajar


Matematika Siswa Kelas VIII Pada Materi Bangun Ruang Melalui Video
Pembelajaran Dengan Active Presenter Di Smp Prayatna Medan Tp.2020/2021” yang
mana penelitian ini bertujuan untu mengetahui bagaimana motivasi belajar
matematika siswa setelah menggunakan media pembelajaran video dengan active
presenter. Penelitian ini dilaksanakan di Smp Prayatna

Metode yang digunakan adalah eksperimen semu dengan the post test only
control group design. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik
cluster random sampling.

Sampel penelitian adalah seluruh kelas VIII yang terbagi kepada 2 kelompok.
Pertama kelompok eksperimen yang menggunakan media belajar video dengan active
presenter dan kelompok kedua yang menggunakan media belajar konvensional.

Kata kunci: Media Pembelajaran video, Active Presenter, Motivasi / minat belajar.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i
ABSTRAK............................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah............................................................................1
B. Identifikasi Masalah...................................................................................4
C. Batasan Masalah........................................................................................4
D. Rumusan Masalah......................................................................................5
E. Tujuan Penelitian.......................................................................................5
F. Manfaat Penelitian.....................................................................................5
BAB II KAJIAN/LANDASAN/TEORI PUSTAKA.........................................6
A. Kajian Teori...............................................................................................6
B. Kerangka Berpikir ....................................................................................13
C. Hipotetsis...................................................................................................15
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................................................16
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian................................................................16
B. Subjek dan Objek Penelitian.....................................................................17
C. Prosedur Observasi....................................................................................17
D. Instrumen Penelitian..................................................................................21
E. Teknik Pengumpulan Data........................................................................23
F. Teknik Analisis Data.................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................25

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan
penting dalam pendidikan. Melalui pelajaran matematika, siswa mendapat
kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berfikir logis, kritis, analisis,
kreatif dan prodiktif yang mana dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan
praktis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sejalan
engan tujuan diberikannya matematika pada jenjang pendidikan menurut
Suherman mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan didalam
kehidupan dan dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak, atau
dasar pemikiran yang logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efesien.
Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir
matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu
pengetahuan (Suherman,2001:56)
Matematika juga dipandang sebagai ilmu universal yang mendasari
perkembangan ilmu modern dan memiliki berbagai peranan penting dalam
berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Peranan matematika
juga sebagai dasar dalam menguasai matapelajaran lainnyadan menunjang
keberhasilan belajar dalam menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Pada
kenyataannya, pada setiap pendidikan formal matemaika merupakan salah satu
bidnag studi yang harus dipelajari oleh siswa SD, SMP, SMA dampai dengan
perguruan tinggi (Mulyono,2003:253).
Banyak mitos menyesatkan mengenai matematika. Salah satu mitos
tersebut diungkapkan oleh Wildaiman Firdaus dalam himatika mipa UGM
bahwa “matematika yang salah ini memberi andil besar dalam membuat
sebagian masyarakat merasa alergi bahkan tidak menyukai matematika.
Akibatnya mayoritas siswa kita mendapat nilai buruk untuk bidang studi ini,

1
bukan lantaran tidak mampu, melainkan karena iya sejak awal alergi dalam
mempelajari matematika. Jika mitos tersebut sudah mengakar kemungkinan
besar akan mengakibatkan siswa tidak memiliki minat dalam mempelajari
matematika.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru matematika pada
saat pra penelitian di Smp Prayatna Medan didapat informasi bahwa motivasi
belajar siswa dan siswi disekolah tersebut cukup rendah. Hal ini sibuktikan
dengan banyaknya siswayang sering tidak mengerjakan PR, menyontek pada
saat ulangan, sering keluar masuk kelas pada saat pembelaaran matematika
berlangsung, melamun, tidak memperhatika ketika proses pembelajarab
berlangsung, lambat dalam melaksanakan tugas-tugas kegiatan belajar
matematika dan sikap iswa yang menunjukkan kurang semangat dalam
mengikuti proses pembelajaran matematika. Tidak hanya itu nilai rata-rata siswa
dan siswa masih dibawah rata-rata.
Menurut Suherman bahwa siapa yang mempunyai masalah motivasi
belajar matematikanya diantaranya :siswa membolos untuk menghindari
mengikuti pelajaran matematika, siswa gagal dalam melakukan tugas-tugas
matematika, baik didalam maupun diluar kelas”(Suherman,2001:197). Yang
mana hal ini sejalan dengan hasil wawancara sehingga dapat diindikasikan
bahwa Smp Prayatna Medan memiliki minat belajar yang rendah.
“Rendahnya minat belajar matematika yang dimiliki oleh siswa menurut
Erman Suherman dikarenakan oleh pengalaman yang tidak baik dalam belajar
matematika” (Suherman’2001:187). Salah satu faktor yang membuat
pengalaman tidak nyaman adalah guru. Hal ini bisa terjadi karena guru
menggunakan metode pembelajaran yang kurang tepat, dan faktor yang lainnya
adalah materi pelajaran yang terlalu sulit bagi siswa sehingga anak kurang
termotivasi untuk belajar matematika.
Dalam menghadapi pelajaran matematika diperlukan suasana belajar yang
menyenangkan agar pembelajaran dapat berjalan dengan lancar serta dapat
menghilangkan kesan negative terhadap pembelajaran matematika. Sehingga,

2
perlu merubah pembelajaran dengan cara mengubah cara penyampaian, baik
metode maupun media pembelajaran. Tidak hanya itu guru juga bertanggung
jawab dalam proses pembelajaran karena memiliki andil yang sangat besar.
Menurut Sardiman “pada hakikatnya proses belajar mengajar adalah
proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui
saluran atau media tertentu ke penerima pesan (Maifalinda fatra,2008:60-61).
Kegiatan pembelajaran dikelas juga merupakan suatu dunia komunikasi
tersendiri dimana guru dan siswa saling bertukar pikiran untuk megembangkan
ide dan pengertian.
Adapun proses komunikasi ini tidak selamanya berjalan lancar sesuai
dengan yang diinginkan. Tetapi dalam komunikasi juga sering terjadi
penyimpangan-penyimpangan sehingga komunikasi tersebut tidak efektif dan
efesien. Komunikasi memegang peranan penting dalam sebuah pembelajaran,
agar komunikasi antara guru dan siswa berlangsung baik dan informasi yang
disampaikan guru dapat diterima oleh siswa, maka dalam kegiatan pembelajaran
perlu menggunakan media pembelajaran (Asnawir dan Basyiruddin, 2012:13).
Media yang efektif adalah media yang mampu mengkomunikasikan
sesuatu yang ingin disampaikan oleh pemberi kepada penerima. Oleh karena itu,
dalam merancang pembelajaran hendaknya dipilih pula media yang benar-benar
efektif dan efesien atau media yang dirancang sendiri sehingga dapat
menyampaikan pesan pembelajaran siswa dengan baik. Hamalik mengemukakan
bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat
membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan
rangsangan kegiatan pembelajaran dan bahkan membawa pengaruh psikologis
terhadap siswa (Azhar Arsyad. 2005:15).
Multimedia merupakan salah satu teknologi komputer yang saat ini
banyak digunakan dalam bidang pendidikan. Mulirimedia mencakup berbagai
media dalam suatu perangkat lunak (sofwer). Pemanfaatan multimedia dalam
pesentasi ini biasanya menggunakan perangkat lunakpower poit, macromedia
flash, movie maker, sparkol dan perangkat lunak lainnya.

3
Salah satu multimedia yang bisa dijadikan alternative sebagai media
pengajaran adalah media pembelajaran video dengan active presenter. Kelebihan
dari active presenter adalah mampu menggabungkan semua unsur media seperti
teks, video, animasi, gambar dan sound menjadi satu kesatuan penyajian yang
terintegrasi kedalam bentuk video. Sehingga informasi dan pembelajaran
menjadi lebih mudah dipahami. Berdasarkan pemikiran yang telah diungkap
diatas, penelitian ini bermaksud untuk melakukan upaya meningkatkan minat
belajar melalui video pembelajaran dengan active presenter. Sehingga dapat
diperoleh sebuah judul yaitu: “Upaya Meningkatkan Minat Belajar
Matematika Siswa Kelas VIII Pada Materi Bangun Ruang Melalui Video
Pembelajaran Dengan Active Presenter Di Smp Prayatna Medan
Tp.2020/2021”

B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang diatas, maka masalah-maaslah yang dapat
diidentifikasi adalah:
1. Siswa kurang semangat dan gairah dalam mengikuti proses pembelajaran
matematika.
2. Perhatian siswa kurang terfokus ketika pembelajarn matematika
berlangsung.
3. Siswa lambat dalam melaksanakan tugas-tugas kegiatan belajar matematika.
4. Siswa kurang antusia dalam mengerjakan tugas-tugas kegiatan belajar
matematika.
5. Siswa sering menyontek ketika ulangan dan ujian sedang berlangsung.
6. Kurangnya minat siswa dalam belajar matematika.
7. Guru kurang menguasai pemanfaatan media pembelajaran yang tersedia.

4
C. Pembatasan Masalah
Agar memudahkan dalam penyusunan skripsi dan tidak menimbulkan
penafsiran yang berbeda, maka penulis membatasi permasalahan skripsi sebagai
berikut:
1. Media pembelajaran yang digunakan adalah media pembelajaran video
dengan active presenter dalam kegiatan pembalajaran matematika.
2. Upaya peningkatan mengacu pada motivasi/minat belajar matematika yang
diukur melalui angket dan diberikan setelah pembelajaran pada materi
selesai.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka kami sebagai penulis
merumuskan masalah sebagai berikut:”Adakah peningkatan motivasi/minat
belajar siswa yang menggunakan media pembelajaran video dengan active
presenter di SMP Prayatna Medan?

E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui serta menggambarkan
bagaimana motivasi belajar matematika siswa setelah menggunakan media
pembelajarn video dengan active presenter.

F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara umum hasil penelitian ini diharapkan secara teoritis dapat
memberikan sumbangan terhadap pembelajaran matematika, utamanya pada
peningkatan minat belajar matematika melalui video pembelajaran dengan
active presenter.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru dapat memberikan masukan untuk mengguunakan video
pembelajaran dengan active presenter dalam proses pembelajaran.

5
b. Bagi siswa penerapan video pembelajaran dengan active presenter
diharapkan dapat meningkatkan minat belajar matematika.
c. Bagi sekolah, dengan adanya ini diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan dalam membuat suatu kebijakan untuk memperbaiki dan
meningkatkan kualitas pembelajaran matematika disekolah.
d. Bagi peneliti berikutnya dapat menjadi suatu rerferensi ilmiah untuk
meneliti yang sejenis dan dalam studi yang lain.

6
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori
1. Pembelajaran Matematika
a. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Matematika
“Belajar adalah kata kunci (key term) yang paling vital dalam setiap
usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada
pendidikan”. Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat
yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya
pendidikan.
Menurut pendapat tradisional, belajar adalah menambah dan
mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Sedangkan menurut para ahli
pendidikan modern, belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau
perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara
bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.
Dengan demikian dapat disimpulkan, belajar merupakan suatu proses
yang dilakukan setiap individu yang berusaha mencapai tujuan dengan
interaksi aktif dalam lingkungannya yang mengakibatkan perubahan
tingkah laku. Perubahan tingkah laku itu dapat berupa pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang lebih baik intinya bahwa belajar itu adalah
proses perubahan.
Proses yang membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik
disebut pembelajaran. Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata
pembelajaran adalah kata benda yang diartikan “sebagai proses, cara,
menjadikan orang atau makhluk hidup belajar”. Kata ini berasal dari kata
kerja belajar yang berarti “berusaha untuk memperoleh kepandaian atau
ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh
pengalaman”.

7
Menurut Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada Bab I Pasal 1 ayat 20 bahwa pembelajaran
adalah “proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar”. Sedangkan menurut Yudhi Munandi
pembelajaran adalah “usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi
sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa”.
Dari pengertian-pengertian yang telah dikemukakan dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran pada hakekatnya merupakan suatu proses interaksi
antara guru dengan murid, baik interaksi secara langsung seperti tatap
muka maupun kegiatan tidak langsung yaitu dengan cara menggunakan
berbagai media. Tidak hanya itu, pembelajaran adalah suatu proses yang
disengaja atau upaya yang dirancang oleh pendidikan dengan tujuan untuk
menciptakan suasana lingkungan (kelas/sekolah) yang memungkinkan
siswa melakukankegiatan belajar serta terjadinya interaksi optimal antara
guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa.
Mengenai definisi matematika, para ahli belum memiliki kesepakatan
bersama mengenai hal tersebut. Salah satunya menurut “Lerner
mengemukakan bahwa matematika disamping sebagai bahasa simbolis
juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia
memikirkan, mencatat dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan
kualitas.” Berbeda dengan Lener, menurut John dan Rising dalam
bukunya mengatakan bahwa “matematika adalah bahasa yang
menggunakan istilah yang didefinikan dengan cermat, jelas dan akurat,
representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol ide
daripada mengenai bunyi.” Sedangkan menurut Kline matematika
merupakan “bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah bernalar deduktif,
tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif.”
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa “matematika
adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan dan
prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah

8
bilangan”. Sedangkan James berpendapat bahwa “matematika adalah ilmu
tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep
yang berhubungan satu dengan lainnya dengan jumlah yang banyak yang
terbagi ke dalam 3 bidang, yaitu: aljabar, analisis dan geometri.”
Dari beberapa pengetian matematika yang dikemukakan di atas dapat
disimpulkan bahwa matematika adalah cara berpikir dengan bahasa
simbolis yang bernalar deduktif dan tidak melupakan cara bernalar
induktif yang terdiri dari pengetahuan tentang bilangan,bentuk, susunan
besaran, konsep-konsep yang berhubungan dan terbagi ke dalam 3 bagian,
yaitu: aljabar, analisis dan geometri.
Pada hakekatnya pembelajaran matematika adalah proses yang sengaja
dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan
memungkinkan seseorang (pelajar) melaksanakan kegiatan belajar
matematika dan proses tersebut berpusat pada guru yang mengajar
matematika. Pembelajaran matematika harus memberikan peluang kepada
siswa untuk berusaha dan mencari pengalaman tentang matematika.
b. Karakteristik Pembelajaran Matematika
Pembelajaran matematika di sekolah tidak bisa terlepas dari sifat-sifat
matematika yang abstrak dan sifat perkembangan intelektual siswa yang
kita ajar. Oleh karena itu, kita perlu memperhatikan beberapa sifat atau
karakteristik pembelajaran matematika di sekolah sebagai berikut:
1) Pembelajaran matematika adalah berjenjang (bertahap)
Bahan kajian matematika diajarkan secara berjenjang atau
bertahap, yaitu dimulai dari hal yang kongkrit dilanjutkan ke hal
yang abstrak, dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks. Atau
bisa dikatakan dari konsep yang mudah menuju konsep yang lebih
sukar.
2) Pembelajaran metematikan mengikuti metode spiral
Setiap memperkenalkan konsep atau bahan yang baru perlu
memperhatikan konsep atau bahan yang telah dipelajari siswa

9
sebelumnya. Bahan yang baru selalu dikaitkan dengan bahan yang
telah dipelajari dan sekaligus untuk meningkatkannya kembali
pengulangan konsep dalam bahan ajar dengan cara memperluas
dan memperdalam adalah perlu dalam pembelajaran matematika.
3) Pembelajaran matematika menekankan pola berpikir deduktif
Matematika adalah ilmu deduktif. Matematika tersusun secara
aksiomatif. Namun demikian kita harus dapat memilih pendekatan
yang cocok dengan kondisi anak didik yang kita ajar.
4) Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsisten
Kebenaran dalam matematika sesuai dengan struktur deduktif
aksiomatiknya. Kebenaran-kebenaran dalam matematika pada
dasarnya merupakan kebenaran konsistensi, tidak ada
pertentangan antara kebenaran suatu konsep satu dengan yang
lainnya. Suatu pernyataan dianggap bila didasarkanatas
pernyataan-pernyataan terdahulu yang telah diterima
kebenarannya.

Berdasarkan hal tersebut di atas dalam pembelajaran matematika


perlu disesuaikan dengan perkembangan kognitif siswa, dimulai dari yang
konkrit menuju abstrak.

2. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari
kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media
adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.
Asosiasi Teknologi Komunikasi Pendidikan (Association for
Education and Communication Tecnology/AECT) di Amerika
mendefinisikan media sebagai segala bentuk yang digunakan untuk suatu
proses penyaluran informasi. Sedangkan Asosiasi Pendidikan Nasional
(National Education Association/NEA) mendefinisikan sebagai benda

10
yang dapat dimanipulasikan, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta
instrumen yang dipergunakan dengan baik dalamkegiatan belajar
mengajar dapat mempengaruhi efektivitas program instruksional.
Menurut Yudhi Munadi, media dalam aktivitas pembelajaran dapat
didefinisikan sebagai “segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan
menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta
lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan
proses belajar secara efektif”. Sedangkan menurut Sardiman, “media
pengajaran sebagai salah satu sumber belajar yang dapat menyalurkan
pesan sehingga membantu mengatasi perbedaan gaya belajar, minat,
intelijensi, keterbatasan daya indera dan lain-lain”.
Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli diatas
dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk mengalirkan pesan dari pengirim ke penerima.
Sedangkan media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi untuk
menampaikan pesan pembelajaran. Sehingga dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa
sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar.
b. Fungsi dan Manfaat Media
Fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar
yang turut mempengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan belajar yang
ditata dan diciptakan oleh guru. Sedangkan menurut Sardiman secara
umum media pembelajaran mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai
berikut:
1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik
2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.
3) Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat
mengatasi sikap positif anak didik.

11
Dan secara khusus media pembelajaran memiliki fungsi sebagai
berikut:

1) Menangkap suatu objek atau peristiwa-peristiwa tertentu.


2) Memanipulasi keadaan, peristiwa atau objek tertentu.
3) Menambah gairah dan motivasi belajar siswa.
4) Media Pembelajaran memiliki nilai praktis.

Beberapa manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran


didalam proses pembelajaran, yaitu:

1) Media pengajaran dapat membantu memudahkan belajar bagi siswa


dan membantu memudahkan mengajar bagi guru.
2) Media pengajaran dapat memperjelas pesan dan informasi sehingga
dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.
3) Media belajar dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian siswa
sehingga termotivasi dalam belajar sesuai dengan kemampuan dan
minatnya.
4) Media pengajaran dapat memberikan pengalaman yang nyata kepada
siswa dari suatu yang konkrit sampai kepada yang abstrak.
5) Media pengajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan
waktu.
6) Semua indra siswa dapat diaktifkan. Kelemahan satu indra dapat
diimbangi oleh kekuatan indra lainnya.
c. Klasifikasi Media Pembelajaran
Klasifikasi jenis-jenis media yang lazim dipakai dalam kegiatan
pembelajaran khususnya di Indonesia, antara lain:
1) Media grafis, contohnya adalah gambar atau foto, sketsa, diagram,
bagan atau chart, grafik, kartun, poster, peta dan globe, papan flanes
dan papan buletin.
2) Media audio, contohnya adalah radio, alat perekam pita magnetik dan
laboratorium bahasa.

12
3) Media proyeksi diam, contohnya adalah film bingkai, film rangkai,
media transparansi, proyektor tak tembus pandang, mikrofis, film, film
gelang, televisi, video, permainana dan stimulasi.
4) Media komputer, contohnya adalah penggunaan multimedia
presentasi, CD interaktif dan pemanfaatan internet.
d. Gambaran Media pembelajaran Video
Video sebagai media audio visual yang menampilkan gerak, semakin
lama semakin popular dalam penyajian pesan kepada penerima pesan.
Karena pesan yang disajikan bisa bersifat fakta (kejadian/peristiwa
penting, berita) maupun fiktif bila bersifat informatif, edukatif maupun
instruksional.
Video dapat menggambarkan suatu objek yang bergerak bersama-
sama dengan suara alamiah atau suara yang sesuai. Kemampuan video
melukiskan gambar hidup dan suara memberinya daya tarik
sendiri.Umumnya media video digunakan untuk tujuan-tujuan hiburan,
dokumentasi dan pendidikan. Media video dapat menyajikan informasi,
memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit,
mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu dan
mempengaruhi sikap.
e. Kelebihan dan Kekurangan Media Pembelajaran Video
Kelebihan dari penggunaan media video, antara lain:
1) Dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari siswa ketika
mereka membaca, berdiskusi dan berpraktik video merupakan
pengganti alam sekitar dan bahkan dapat menunjukkan objek yang
secara normal tidak dapat dilihat.
2) Video dapat menggambarkan suatu proses secara tepat disaksikan
secara berulang-ulang jika dipandang perlu.
3) Disamping mendorong dan meningkatkan motivasi, video
menanamkan sikap dan dapat mengundang pemikiran dan pembahasan
dalam kelompok siswa serta menanamkan segi-segi efektif lainnya.

13
4) Video dapat menyajikan peristiwa yang berbahaya bila dilihat secara
langsung.
5) Video dapat ditunjukkan kepada kelompok besar atau kelompok kecil,
kelompok yang heterogen maupun perorangan.

Keterbatasan dari pemakaian media video, antara lain:

1) Perhatian penonton sulit dikuasai, partisipasi mereka jarang


diperhatikan.
2) Sifat komunikasinya bersifat satu arah dan harus diimbangi dengan
pencarian bentuk umpan balik yang lain.
3) Kurang mampu menampilkan detail dari objek yang disajikan secara
sempurna.
4) Memerlukan peralatan yang mahal dan kompleks.
f. Pengertian Bangun Ruang Sisi Datar

1. Konsep Bangun Ruang Sisi Datar (Kubus dan Balok)

Sesuai kurikulum 2006 (Kurikulum KTSP) materi bangun ruang sisi

datar (kubus dan balok) diajarkan pada siswa kelas VIII tingkat SMP / MTs

semester 2 Standar Kompetensi yang diharapkan dari materi bangun ruang sisi

datar (kubus dan balok) adalah siswa memahami dan dapat menggunakan sifat

dan unsur bangun ruang sisi datar dalam pemecahan masalah. Indikator

keberhasilan materi bangun ruang sisi datar (kubus dan balok) adalah

mengenal dan menyebutkan unsur-unsur kubus dan balok, menemukan dan

menghitung luas permukaan kubus dan balok, menemukan dan menghitung

volum kubus dan balok.

Materi bangun ruang sisi datar terdiri dari beberapa sub bab yaitu kubus,

balok, prisma dan balok. Dalam penelitian ini siswa diharapkan dapat

14
menjelaskan unsur kubus dan balok menemukan dan menghitung rumus

volume kubus dan balok, menemukan dan menghitung luas permukaan kubus

dan balok.

A. Kubus
H G
Kubus adalah bangun ruang yang dibatasi
E F
oleh enam bidang datar yang masing-masing
D C
berbentuk persegi yang kongruen.1
A B
Gambar 2.1

a. Unsur-unsur kubus adalah

1) Sisi

Kubus mempunyai 6 sisi yaitu bidang sisi tegak pada gambar di

atas yaitu bidang ABEF, CDGH, BCFG, ADEH. Bidang sisi alas

ABCD, dan bidang sisi atas EFGH.

2) Rusuk

Rusuk suatu bangun ruang adalah perpotongan dua sisi bangun

kubus mempunyai 12 rusuk tegak. Lihat gambar 2.1 yaitu garis

AE, BF, CG, DH, rusuk pada bidang alas yaitu AB, CD, AD, BC

dan rusuk pada bidang atas yaitu EF, GH, EH, FG.

3) Titik sudut

Titik sudut merupakan titik perpotongan dari tiga rusuk kubus

yang berdekatan.
1
Atik Wintarti dkk. Matematika untuk SMP dan MTs Kelas IX (Surabaya : SIC, 2005), hal 18

15
Kubus mempunyai 8 titik sudut A, B, C, D, E, F, G, H.

4) Diagonal sisi

Diagonal adalah ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut

yang tidak dihubungkan rusuk pada sebuah bangun datar. Diagonal

sisi adalah diagonal yang terletak pada bidang sisi.


H G
F Kubus memiliki 12 diagonal sisi yaitu,
E
AF, BE, BG, AH, DE, CH, DG, AC,
D C
BD, HF, EG.
A B

5) Diagonal ruang
H G Diagonal yang terletak di dalam ruang
E F
merupakan diagonal ruang.
D C
Kubus memiliki 4 diagonal ruang
A B
yaitu garis EC, AG, FD, HB.

6) Bidang diagonal

H G Bidang diagonal adalah bidang yang


F
E menghubungkan rusuk-rusuk yang

D berhadapan, sejajar dan tidak terletak


C
A B pada satu sisi suatu bangun ruang.

16
Kubus memiliki bidang 4 diagonal

yaitu bidang ABGH, CDEF, ADFG,

BCEH.

b. Jaring-jaring Kubus

Jaring-jaring suatu bangun ruang adalah rangkaian dari semua bidang

sisi bangun ruang.

Jaring-jaring kubus merupakan rangkaian enam persegi yang apabila

dilipat-lipat menurut garis persekutuan dua persegi dapat membentuk

kubus. H G

H G
E F F H D C G

D C
A B F E A B F

Kubus ABCDEFGH E F

H G
F Jaring-jaring Kubus ABCD, EFGH
E
s
c. Volume
D
Kubus
C
s Gambar 2.2 memperlihatkan sebuah
A s B

kubus yang panjang, lebar dan tingginya

sama, yaitu s.

17
Gambar 2.2

Volume kubus = luas alas x tinggi

2
Luas alas kubus =s dan tinggi kubus = s maka

2 3
Volume kubus =s xs=s

Sehingga

Pada sebuah kubus dengan panjang sisi s, berlaku

3
Volume kubus = s

d. Luas permukaan Kubus

H G Kubus merupakan balok yang rusuk-


E F
rusuknya sama panjang yaitu p = l = t = s

D C
A B

Luas seluruh permukaan kubus :

Luas sisi kubus = s x s

Kubus memiliki 6 bidang sisi,

Sehingga

Luas pemukaan kubus =6xsxs

18
2
2
=6xs

B. Balok

Balok adalah sebuah benda ruang yang


S R
P Q dibatasi oleh enam bidang datar yang

masing-masing berbentuk persegi


N M
K panjang.
L

Gambar 2.3

1. Unsur-unsur Balok

a) Sisi

Balok memiliki 6 sisi. Bidang sisi tegak KLPQ, NMRS, LMQR,

KNPS. Bidang sisi alas KLMN dan bidang sisi atas PQRS.

b) Rusuk

Balok memiliki 12 rusuk, rusuk tegak KP, LQ, NS, MR rusuk alas

KL, NM, KN, LM dan rusuk atas PQ, SR, SP, QR.

c) Titik sudut

Balok memiliki 8 titik sudut yaitu A, B, C, D, E, F, G, H.

d) Diagonal sisi

Balok memiliki 12 diagonal sisi lihat


S R
P Q gambar 2.3 yaitu PL, QK, QM, RL,

N M
2 K
M. Cholik L SMP / MTs Kelas IX (Jakarta : Erlangga, 2002), hal 66
Adinawan. Matematika

19

S R
P Q
N M
K L

PN, SK, SM, RN, NL, KM, NR, dan

MS.

e) Diagonal ruang

Balok memiliki 4 diagonal ruang yaitu

SL, RK, PM, dan QN.

20
f) Bidang diagonal

S R Balok memiliki 4 bidang diagonal


P Q
yaitu SRKL, PQNM, QRKN, PSML.
N M
K L

2. Jaring-jaring Balok

Jaring-jaring balok adalah balok yang digunting pada rusuk-rusukn

tertentu dan direbahkan sehingga diperoleh bangun datar.

H G
E F E F

D C H G
A B
H D C G

Balok ABCD, EFGH


E A B F

E F

Jaring-jaring Balok

21
3. Volume Balok

Gambar di samping memperlihatkan

t sebuah balok dengan ukuran panjang

= p lebar = l dan tinggi = t. Alas


l
p balok berbentuk persegi panjang

sehingga luas alas balok = p x l.

Volume balok = luas alas x tinggi

Luas alas =pxl

Dan tinggi balok = t, maka

V=pxlxt

V=p.l.t

4. Luas Permukaan Balok

t
l
l
p
p t

Gambar 2.4

Lihat balok dan jaring-jaring balok di atas

Bila panjang = p, lebar = l dan tinggi = t

22
Luas sisi bawah :pxl

Luas sisi atas :pxl

Luas sisi kanan :lxt

Luas sisi kiri :lxt

Luas sisi depan :pxt

Luas sisi belakang :pxt

Luas seluruh sisi balok atau luas permukaan balok :

L = 2 luas sisi bawah + 2 luas sisi kanan + 2 luas sisi depan

= 2 x (p x l) + 2 x ( l x t) + 2 x (p x t)

= 2 pl + 2 lt + 2 pt

= 2 (pl + lt + pt)3

B. Kerangka Berpikir

Motivasi belajar merupakan kekuatan yang akan menggerakan jasmani dan


rohani seseorang untuk melakukan sesuatu demi tercapainya tujuan yang diinginkan.
Dengan demikian, semakin tinggi motivasi belajar dalam pembelajaran akan semakin
memberikan hasil belajar siswa optimal.

Pendapat diatas mengisyaratkan betapa pentingnya motivasi dalam belajar


begitu pula dengan pembelajaran matematika juga sangat memerlukan sekali
motivasi, karena dalam pembelajaran matematika perlu ada yang mendorong supaya
3
Syamsul Junaidi. Matematika SMP IX (Surabaya : Gelora Aksara Pertama), hal 53

23
siswa mau tekun belajar sehingga terampil dalam melaksanakan pekerjaan yang
berkenaan dengan kehidupan sehari-hari. Oeleh karena itu, motivasi perlu ditanamkan
kepada siswa yang diharapkan dapat mempermudah siswa dalam melaksanakan
kegiatan belajar matematika di sekolah.

Motivasi dalam belajar matematika siswa di sekolah sangat rendah. Hal ini
dibuktikan masih banyak siswa yang kurang gairah dan kurang semangat dalam
proses pembelajaran, sering nyontek ketika ulangan, perhatiannya kurang terfokus
ketika pembelajaran, malas-malasan, melamun, bahkan lambat dalam melaksanakan
tugas-tugas kegiatan belajar matematika.

Dalam pembelajaran tentunya dibutuhkan suatu media pengajaran untuk


menyampaikan materi pembelajaran, agar lebih mudah diterima oleh siswa. Media
pengajaran yang digunakan sekarang ini tidak terbatas hanya papan tulis, alat
praktikum dan buku-buku pelajaran, tetapi telah berkembang menggunakan sarana
yang lebih mudah. Kejadian-kejadian yang dilihat siswa sehari-hari, film, ataupun
permainan-permainan komputer sebenarnya banyak mengandung aspek pembelajaran
yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran.

Komputer sebagai salah satu media pembelajaran telah banyak dikembangkan


oleh para pendidik untuk menjadi media pembelajaran yang efektif. Dengan
komputer dapat ditampilkan materi pelajaran dalam bentuk tulisan, gambar, suara,
gambar bergerak/film, yang dapat membantu siswa lebih memahami materi
pembelajaran tersebut.

Media pembelajaran multimedia merupakan bentuk materi pelajaran yang


dibuat dalam bentuk teks, gambar, animasi, suara, video dan simulasi kejadian nyata
dalam satu bentuk atau satu wadah program, agar lebih mudah digunakan dan mudah
dipahami. Media pembelajaran berbasis multimedia dapat membantu siswa
memahami materi pelajaran dengan lebih mudah, menarik dan dapat membuat siswa
merasakan kejadian nyata melalui simulasi.

24
Jika siswa merasa senang, nyaman dan tertarik untuk belajar matematika
bukan pelajaran yang sulit dan penyampaian guru tidak monoton dan lebih bervariasi
dalam penyampaian pengajarannya dapat mengakibatkan motivasi siswa dapat
menjadi lebih baik.

C. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir diatas dapatlah ditarik kesimpulan dan


sekaligus diputuskan untuk dijadikan hipotesis penilaian yang dirumuskan sebagai
berikut: minat belajar siswa yang diajar dengan menggunakan media pembelajaran
video dengan active presenter lebih tinggi dari minat belajar siswa yang diajar
dengan menggunakan media pembelajaran konvensional yaitu powerpoint.

25
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan
media pembelajaran video dengan active presenter. Penelitian ini dilakukan
untuk meningkatkan keadaan pembelajaran agar lebih baik dengan menggunakan
tindakan-tindakan sebagai usaha untuk meningkatkan minat belajar siswa pada
mata pelajaran Matematikan kelas VIII di Smp Prayatna Medan Tp.2020/2021.
Menurut Ishak Abdulhak Dan Ugi Suprayogi (2012:93), p enelitian tindakan
merupakan sebuah proses investigasi terkendali yang bersiklus dan bersifat
reflektif mandiri yang dilakukan oleh tenaga dan pengelola kependidikan yang
tujuan untuk melakukan perbaikan terhadap sistem, cara kerja, proses, isi,
kompetensi atau situasi pembelajaran. Penelitian tindakan adalah penelitian
reflektif yang dilaksanakan secara siklus oleh pengelola pendidikan, baik guru,
tutor, programer, maupun perencana program lainnya.
Menurut Uno (2012:41),PTK merupakan dengan berbagai langkah yang harus
diikuti. Penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari classroom actiom
research, yaitu yang dilakukan di kelas. Penelitian tindakan kelas adalah
penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleks
diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga proses
pembelajaran dapat berjalan dengan baik, dan hasil belajar siswa meningkat.
Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara
dan metodologi tertentu untuk memperoleh data-data atau informasi yang
bermanfaat dalam memecahkan suatu masalah yang dikaji. Tindakan adalah
sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Tindakan
yang dilaksanakan dalam PTK berbentuk suatu rangkaian siklus kegiatan, Kelas
adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang

26
sama dari guru.siswa yang belajar tidak hanya terbatas dalam sebuah ruangan
saja melainkan belajar ditempat-tempat yang lain (Salim, 2015:20).
Jadi, hasil pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas
adalah suatu penelitian yang dilakukan didalam kelas dengan sekelompok siswa
yang secara bersamaan menerima materi pelajaran yang sama dari guru dengan
menggunakan metode, strategi, atau media yang dilkukan dalam rangkaian
siklus kegiatan yang ada didalam penelitian tindakan kelas ini.

B. Subjek dan Objek Penelitian


Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Prayatna Medan,
Tahun Pelajaran 2020/2021 sebanyak 26 orang yang terdiri dari siswa laki-laki
17 orang dan siswa perempuan 9 orang. Objek penelitian ini adalah minat belajar
matematika siswa.

C. Prosedur Observasi
Penelitian ini langsung dilakukan di dalam kelas meliputi kegiatan
pelaksanaan penelitian tindakan kelas berupa refleksi awal dan observasi untuk
mengidentifikasi permasalahan yang terjadi di kelas. Penelitian tindakan kelas
dilakukan lebih kurang dua siklus.
Setelah permasalahan ditetapkan, pelaksanaan PTK dimulai dengan siklus
pertama yang terdiri atas empat kegiatan. Apabila sudah diketahui keberhasilan
atau hambatan dalam tindakan yang dilaksanakan pada siklus I, peneliti
kemudian mengidentifikasi permasalahan baru untuk menentukan rancangan
siklus berikutnya. Tetapi pada umumnya kegiatan yang dilakukan dalam siklus
kedua mempunyai berbagai tambahan perbaikan dan tindakan sebelumnya yang
ditunjukkan untuk mengatasi berbagai hambatan/kesulitan yang ditemukan dalam
siklus sebelumnya.
Jika sudah selesai dengan siklus kedua dan peneliti belum merasa puas, dapat
dilanjutkan pada siklus ketiga, yang tahapannya sama dengan siklus terdahulu
yaitu siklus I dan II. Tidak ada ketentuan tentang beberapa siklus harus

27
dilakukan, banyaknya siklus tergantung dari kepuasan peneliti sendiri tentang
hasil yang didapatkan siswa (Salim, 2012: 36).
Jadi, dapat diketahui bahwasannya di dalam penelitian PTK memiliki
beberapa langkah. Berikut penjabaran secara lebih rinci tentang langkah-langkah
PTK.
Siklus I
1. Perencanaan
Perencanaan ini merupakan tahap awal yang harus dilakukan guru
sebelum melakukan pembelajaran. Rencana pembelajaran harus dibuat
untuk satu siklus berdasarkan analisis permasalahan yang dihadapi. Pada
saat menyusun perencanaan maka yang harus dilakukan adalah sebagai
berikut:

a. Pengamatan langsung kesekolah untuk melihat permasalahan


b. Menyusun RPP
c. Membuat angket sebagai bahan pengambilan data yang diberikan
pada awal pembelajaran sebagai tahap awal untuk mengetahui
minat belajar siswa dan akhir pembelajaran.
d. Mempersiapkan materi pembelajaran
e. Mempersiapkan cara menevaluasi untuk mengetahui sejauh mana
minat belajar siswa tentang materi yang diajarkan.
2. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan ini dilakukan setelah menyusun perencanaa. Setelah selesai
menyusun perencanaan kemudian melaksanakan yang telah direncanakan.
Pelaksanaan tersebut yaitu sebagai berikut:

a. Guru mengucap salam


b. Guru dan siswa berdoa
c. Guru mengabsen siswa
d. Guru menerangkan maksud dan tujuan pembelajaran
e. Guru menerangkan materi yang akan dipelajari

28
f. Guru memberikan soal
g. Guru dan siswa melakukan Tanya jawab tentang materi yang
akan disampaikan
h. Guru dan siswa memperhatikan materi yang sedang di pelajari
i. Guru memberikan tugas kesiswa
j. Guru dan siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari
k. Guru dan siswa mengakhiri pembelajaran dengan do’a
l. Guru mengucap salam
3. Tahap Pengamatan
Tahap pengamatan dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan
berlangsung. Pada tahapَ setiap tindakan dan perubahan dianggap penting
dijadikan sebagai catatan observasi, sehingga diperoleh data untuk
dijadikan bahan refleksi. Tahap ini dilakukan untuk melihat kondisi
belajar mengajar di kelas sesuai dengan yang telah dirancang.
4. Tahap Refleksi
Tahapan ini dilakukan setelah proses pengamatan, kegiatan ini
dilakukan untuk melihat apakah akan dilakukan siklus berikutnya atau
tidak.

Siklus II

Siklus II dilakukan karena dalam siklus I siswa belum tuntas untuk


mendapatkan hasil yang maksimal. Berikut adalah rincian siklus II:

1. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaa ini dilakukan untuk memperbaiki skenario
pembelajaran yang dilakukan yang disesuaikan dengan siklus
pertama, langkah-langkah dalam melakukan perencanaan disiklus ke
II ini adalah sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi permasalahan yang ada disiklus I

29
b. Merencanakan RPP, sebagai indikator pencapaian hasil belajar
siswa
c. Menentukan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan
dalam kegiatan pembelajaran
2. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan pelaksanaan dalam siklus ini adalah setelah dilakukan
perencanaan yang telah disusun sesuai dengan RPP dalam siklus
pertama.

a. Guru mengulang pelajaran di siklus I


b. Guru membentuk kelompok
c. Guru menjelaskan tentang materi dengan menggunakan media
pembelajaran yang telah dibuat.
d. Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran
3. Tahap Pengamatan
Tahap pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian
tindakan dengan rencana yang telah disusun guna mengetaui sejauh
mana pelaksanaan tindakan menghasilkan perubahan sesuai dengan
keinginan.

4. Refleksi
Pada akhir kegiatan penelitian ini siswa diberikan tes berupa
soal-soal yang berhubungan dengan materi yang telah diajarkan untuk
melihat perkembangan minat belajar siswa tentang materi dengan
menggunakan media belajar. Jika siklus II, siswa belum tuntas maka
dilanjut dengan siklus berikutnya, dan langkah-langkahnya sama
seperti siklus-siklus sebelumnya.

30
D. Instrumen
Intrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah angket. Berikut
angket minat belajar siswa

Pilihan Jawaban
No Pernyataan
SL S KD TP
1. Matemtika sulit bagi saya karena terlalu
banyak rumus
2. Guru kurang menyenangkan dalam
mengajar
3 Saya belajar matematika karena mengetahui
kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari
4 Saya mengikuti pembelajaran matematika
dengan perasaan senang
5 Saya bersemangat belajar matematika
karena guru mengajar dengan
menyenangkan
6 Saya kurang senang ketika pembelajaran
matematika sudah dimulai
7 Ketkika guru sedang menjelaskan materi
saya tidak mencatat
8 Saya memperhatikan guru saat sedang
menjelaskan materi
9 Saya kurang aktif saat diskusi kelompok
10 Saya berdiskusi dengan teman kelompok
terkait materi
11 Saya tidak ramai sendiri ketika guru
mengajar
12 Ketika diskusi kelompok saya berbicara
dengan teman diluar materi peljaaran
13 Saya berbicara dengan teman ketika guru
sedang menjelaskan materi
14 Tugas yang diberikan guru membuat saya
semakin tertarik dengan matematika
15 Saya merasa putus asa ketika mengerjakan

31
soal matematika
16 Saya senang mencoba mengerjakan soal
matematika
17 Apabila mengalami kesulitan dalam
memahami materi, saya bertanya.
18 Saya menunda dalam mengerjakan tugas/PR
yang diberikan guru
19 Saya kurang tertarik dengan matematika
karena selalu diberi tugas/PR
20 Saya mengerjakan tugas/PR yang diberikan
guru
21 Saya mengikuti bimbingan/les matematika
dengan rutin
22 Saya sudah belajar matematika pada malam
hari sebelum pelajaran besok hari
23 Tanpa ada yang menyuruhm saya belajar
matematika sendiri di rumah
24 Lebih menyenangkan bermain daripada
mengikuti bimbingan/les matematika

Skor penilaian, SL bernilai 4. S bernilai 3. KD bernilai 2 dan TP bernilai 1


Terdapat dua jenis item, yaitu item positif dan item negatif. Skor penilaian
positif adalah : SL bernilai 4. S bernilai 3. KD bernilai 2 dan TP bernilai 1 dan
skor penilaian negatif sebaliknya.

E. Teknik Pengumpulan Data


Untuk memperoleh data dan informasi dalam penelitian tindakan kelas ini
maka teknik pengumpulan data yang akan digunakan, yaitu:
1. Observasi, yaitu peneliti menggunakan pengamatan langsung terhadap
obyek dan aktivitas dalam proses pelaksanaan pembelajran matematika
dengan menggunakan media pembelejaran berupa video pembelajaran.
2. Wawancara, yang dilakukan peneliti langsung dengan guru mata
pelajaran matematika kelas VIII untuk lebih mengetahui bagaimana

32
keadaan dan perkembangan siswa dalam belajar terutama pada mata
pelajaran matematikadi kelas VIII SMP Prayatna Medan.
3. Tes, dilakukan sebelum dan setelah pembelajaran berakhir. Tes yang
digunakan adalah angket. Tes ini dilakukan untuk mengnetahui sejauh
mana minat belajar siswa terhadap pelajaran matematika

F. Teknik Analisis Data


Analisis data ini dilakukan untuk mengetahui berhasil tidaknya media
yang digunakan dalam mata pelajaran matematika. Pada penelitian tindakan
kelas ini digunakan analisis deskripsi kualitatif yang mana deskripsi kualitatif ini
menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan
tujuan untuk mengetahui minat belajar yang dicapai siswa juga untuk mengetahui
respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa. Adapun
analisis ini yaitu:
1. Penilaian Rata-Rata
Peneliti menjumlahkan nilai yang diperoleh oleh siswa
kemudian dibagi dengan jumlah siswa kelas tersebut sehingga
diperoleh nilai rata-rata. Nilai rata-rata ini didapat dengan
menggunakan rumus:

∑X
X=
∑N

Dengan

X : Nilai rata-rata

∑X : Jumlah semua nilai siswa

∑N : Jumlah siswa

2. Penilaian untuk Ketuntasan Belajar


Ada dua katagori ketuntasan belajar, yaitu secara perorangan
dan klasikal. Ketuntasan klasikal terpenuhi jika presentasi ketuntasan

33
belajar secara klasikal mencapai minimal 85% untuk tiap aspeknya.
Untuk menghitung presentasi ketuntasan belajar dapat di lihat sebagai
berikut:

TINGKAT KETUNTASAN KATEGORI


BELAJAR

90 – 100 % Sangat Baik


80 – 89 % Tinggi
65 – 79 % % Cukup
55 - 64 % Rendah
< 55 % Sangat Rendah
Untuk menentukan ketuntasan belajar siswa secara individual dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut (trianto:2009:241):

T
KB = T ×100 %
t

Dimana:

KB = Ketuntasan Belajar
T = Jumlah Skor yang diperoleh siswa
Tt = Jumlah Skor total
Dengan Kriteria:
0% < KB <65% : Siswa belum tuntas dalam belajar
65%≤ KB ≤ 100 % : siswa telah tuntas dalam belajar
Untuk mengetahui suatu kelas dikatakan tuntas belajar jika kelas tersebut
minimal 85% siswa yang telah tuntas belajar.
Untuk mengetahui presentase siswa yang sudah tuntas dalam belajar secara
klasikal digunakan rumus sebagai berikut:
∑ siswa yang tuntas belajar
p= X 100 %
∑ siswa

PKK = presentase ketuntasan klasikal

a. Secara individu seorang siswa dikatakan tuntas belajarnya jika DS ≥ 65%

34
b. Suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya apabila PKK ≥ 85%

Pada penelitian ini target yang ingin dicapai adalah presentase ketuntasan klasikal
mencapai 85%. Jika target ini tercapai, maka penelitian dinyatakan sudah berhasil dan
tidak perlu dilanjutkan kembali ke siklus berikutnya. Sebaliknya jika target ini belum
tercapai, maka penelitian dilanjutkan ke siklus berikutnya.
3. Menarik Kesimpulan/Verifikasi
Dalam kegiatan ini ditarik beberapa kesimpulan berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan yang diambil merupakan
dasar bagi pelaksanaan siklus berikutnya dan perlu tidaknya siklus I
dianjurkan atas permasalahan yang di duga.

DAFTAR PUSTAKA

Ali Hamzah dan Muhlisrarini. Perencanaan Dan Strategi Pembelajaran Matematika.


Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2014

Hamdani. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia. 2017

Heruman. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya. 2012

Imas Kurniasih dan Berlin Saleh. Lebih Memahami Konsep & Proses Pembelajaran.
Kata Pena. 2017

Ishak Abdulhak dan Ugi Suprayogi. Penelitian Tindakan Dalam Pendidikan


Nonformal. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2012

35
Jihad Asep dan Haris Abdul. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Multi Pressindo. 2013.

Khafid, M. Kasri. Pelajaran Matematika Untuk Sekolah Dasar Kelas 4.


Jakarta:Erlangga. 2016

Majid, Abdul. Belajar Dan Pembelajaran PAI. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


2012

Mardianto. Psikologi Pendidikan. Medan: Perdana Publishing. 2014

Mustaqim. Psikologi Pendidikan, Semarang:Pustaka Belajar. 2008

Nasution, S. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2012 Nurmawati.


Evaluasi Pendidikan Islam. Bandung: Citapustaka Media. 2016

Nur Nasution, Wahyudin. Strategi Pembelajaran. Medan: Perdana Publishing. 2017

Riyanto, Yatim. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media


Group. 2010

2011 Salim,dkk. Penelitian Tindakan Kelas, Medan. Perdana Publishing. 2015

Salma Prawiradilaga, Dewi. Wawasan Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana


Prenada Media Group. 2012

Suprijanto. Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2012

Syafaruddin. Evaluasi Pendidikan Islam. Bandung: Citapustaka Media. 2014

Zubaedi. Desan Pendidikan Karakter. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2012

36

Anda mungkin juga menyukai