DOSEN PENGAMPU :
Dr. Isran Rasyid Karo-Karo S, M.Pd
Disusun Oleh :
Kelompok 2
SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR
i
ABASTRAK
Metode yang digunakan adalah eksperimen semu dengan the post test only
control group design. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik
cluster random sampling.
Sampel penelitian adalah seluruh kelas VIII yang terbagi kepada 2 kelompok.
Pertama kelompok eksperimen yang menggunakan media belajar video dengan active
presenter dan kelompok kedua yang menggunakan media belajar konvensional.
Kata kunci: Media Pembelajaran video, Active Presenter, Motivasi / minat belajar.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
ABSTRAK............................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah............................................................................1
B. Identifikasi Masalah...................................................................................4
C. Batasan Masalah........................................................................................4
D. Rumusan Masalah......................................................................................5
E. Tujuan Penelitian.......................................................................................5
F. Manfaat Penelitian.....................................................................................5
BAB II KAJIAN/LANDASAN/TEORI PUSTAKA.........................................6
A. Kajian Teori...............................................................................................6
B. Kerangka Berpikir ....................................................................................13
C. Hipotetsis...................................................................................................15
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................................................16
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian................................................................16
B. Subjek dan Objek Penelitian.....................................................................17
C. Prosedur Observasi....................................................................................17
D. Instrumen Penelitian..................................................................................21
E. Teknik Pengumpulan Data........................................................................23
F. Teknik Analisis Data.................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................25
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
bukan lantaran tidak mampu, melainkan karena iya sejak awal alergi dalam
mempelajari matematika. Jika mitos tersebut sudah mengakar kemungkinan
besar akan mengakibatkan siswa tidak memiliki minat dalam mempelajari
matematika.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru matematika pada
saat pra penelitian di Smp Prayatna Medan didapat informasi bahwa motivasi
belajar siswa dan siswi disekolah tersebut cukup rendah. Hal ini sibuktikan
dengan banyaknya siswayang sering tidak mengerjakan PR, menyontek pada
saat ulangan, sering keluar masuk kelas pada saat pembelaaran matematika
berlangsung, melamun, tidak memperhatika ketika proses pembelajarab
berlangsung, lambat dalam melaksanakan tugas-tugas kegiatan belajar
matematika dan sikap iswa yang menunjukkan kurang semangat dalam
mengikuti proses pembelajaran matematika. Tidak hanya itu nilai rata-rata siswa
dan siswa masih dibawah rata-rata.
Menurut Suherman bahwa siapa yang mempunyai masalah motivasi
belajar matematikanya diantaranya :siswa membolos untuk menghindari
mengikuti pelajaran matematika, siswa gagal dalam melakukan tugas-tugas
matematika, baik didalam maupun diluar kelas”(Suherman,2001:197). Yang
mana hal ini sejalan dengan hasil wawancara sehingga dapat diindikasikan
bahwa Smp Prayatna Medan memiliki minat belajar yang rendah.
“Rendahnya minat belajar matematika yang dimiliki oleh siswa menurut
Erman Suherman dikarenakan oleh pengalaman yang tidak baik dalam belajar
matematika” (Suherman’2001:187). Salah satu faktor yang membuat
pengalaman tidak nyaman adalah guru. Hal ini bisa terjadi karena guru
menggunakan metode pembelajaran yang kurang tepat, dan faktor yang lainnya
adalah materi pelajaran yang terlalu sulit bagi siswa sehingga anak kurang
termotivasi untuk belajar matematika.
Dalam menghadapi pelajaran matematika diperlukan suasana belajar yang
menyenangkan agar pembelajaran dapat berjalan dengan lancar serta dapat
menghilangkan kesan negative terhadap pembelajaran matematika. Sehingga,
2
perlu merubah pembelajaran dengan cara mengubah cara penyampaian, baik
metode maupun media pembelajaran. Tidak hanya itu guru juga bertanggung
jawab dalam proses pembelajaran karena memiliki andil yang sangat besar.
Menurut Sardiman “pada hakikatnya proses belajar mengajar adalah
proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui
saluran atau media tertentu ke penerima pesan (Maifalinda fatra,2008:60-61).
Kegiatan pembelajaran dikelas juga merupakan suatu dunia komunikasi
tersendiri dimana guru dan siswa saling bertukar pikiran untuk megembangkan
ide dan pengertian.
Adapun proses komunikasi ini tidak selamanya berjalan lancar sesuai
dengan yang diinginkan. Tetapi dalam komunikasi juga sering terjadi
penyimpangan-penyimpangan sehingga komunikasi tersebut tidak efektif dan
efesien. Komunikasi memegang peranan penting dalam sebuah pembelajaran,
agar komunikasi antara guru dan siswa berlangsung baik dan informasi yang
disampaikan guru dapat diterima oleh siswa, maka dalam kegiatan pembelajaran
perlu menggunakan media pembelajaran (Asnawir dan Basyiruddin, 2012:13).
Media yang efektif adalah media yang mampu mengkomunikasikan
sesuatu yang ingin disampaikan oleh pemberi kepada penerima. Oleh karena itu,
dalam merancang pembelajaran hendaknya dipilih pula media yang benar-benar
efektif dan efesien atau media yang dirancang sendiri sehingga dapat
menyampaikan pesan pembelajaran siswa dengan baik. Hamalik mengemukakan
bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat
membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan
rangsangan kegiatan pembelajaran dan bahkan membawa pengaruh psikologis
terhadap siswa (Azhar Arsyad. 2005:15).
Multimedia merupakan salah satu teknologi komputer yang saat ini
banyak digunakan dalam bidang pendidikan. Mulirimedia mencakup berbagai
media dalam suatu perangkat lunak (sofwer). Pemanfaatan multimedia dalam
pesentasi ini biasanya menggunakan perangkat lunakpower poit, macromedia
flash, movie maker, sparkol dan perangkat lunak lainnya.
3
Salah satu multimedia yang bisa dijadikan alternative sebagai media
pengajaran adalah media pembelajaran video dengan active presenter. Kelebihan
dari active presenter adalah mampu menggabungkan semua unsur media seperti
teks, video, animasi, gambar dan sound menjadi satu kesatuan penyajian yang
terintegrasi kedalam bentuk video. Sehingga informasi dan pembelajaran
menjadi lebih mudah dipahami. Berdasarkan pemikiran yang telah diungkap
diatas, penelitian ini bermaksud untuk melakukan upaya meningkatkan minat
belajar melalui video pembelajaran dengan active presenter. Sehingga dapat
diperoleh sebuah judul yaitu: “Upaya Meningkatkan Minat Belajar
Matematika Siswa Kelas VIII Pada Materi Bangun Ruang Melalui Video
Pembelajaran Dengan Active Presenter Di Smp Prayatna Medan
Tp.2020/2021”
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang diatas, maka masalah-maaslah yang dapat
diidentifikasi adalah:
1. Siswa kurang semangat dan gairah dalam mengikuti proses pembelajaran
matematika.
2. Perhatian siswa kurang terfokus ketika pembelajarn matematika
berlangsung.
3. Siswa lambat dalam melaksanakan tugas-tugas kegiatan belajar matematika.
4. Siswa kurang antusia dalam mengerjakan tugas-tugas kegiatan belajar
matematika.
5. Siswa sering menyontek ketika ulangan dan ujian sedang berlangsung.
6. Kurangnya minat siswa dalam belajar matematika.
7. Guru kurang menguasai pemanfaatan media pembelajaran yang tersedia.
4
C. Pembatasan Masalah
Agar memudahkan dalam penyusunan skripsi dan tidak menimbulkan
penafsiran yang berbeda, maka penulis membatasi permasalahan skripsi sebagai
berikut:
1. Media pembelajaran yang digunakan adalah media pembelajaran video
dengan active presenter dalam kegiatan pembalajaran matematika.
2. Upaya peningkatan mengacu pada motivasi/minat belajar matematika yang
diukur melalui angket dan diberikan setelah pembelajaran pada materi
selesai.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka kami sebagai penulis
merumuskan masalah sebagai berikut:”Adakah peningkatan motivasi/minat
belajar siswa yang menggunakan media pembelajaran video dengan active
presenter di SMP Prayatna Medan?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui serta menggambarkan
bagaimana motivasi belajar matematika siswa setelah menggunakan media
pembelajarn video dengan active presenter.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara umum hasil penelitian ini diharapkan secara teoritis dapat
memberikan sumbangan terhadap pembelajaran matematika, utamanya pada
peningkatan minat belajar matematika melalui video pembelajaran dengan
active presenter.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru dapat memberikan masukan untuk mengguunakan video
pembelajaran dengan active presenter dalam proses pembelajaran.
5
b. Bagi siswa penerapan video pembelajaran dengan active presenter
diharapkan dapat meningkatkan minat belajar matematika.
c. Bagi sekolah, dengan adanya ini diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan dalam membuat suatu kebijakan untuk memperbaiki dan
meningkatkan kualitas pembelajaran matematika disekolah.
d. Bagi peneliti berikutnya dapat menjadi suatu rerferensi ilmiah untuk
meneliti yang sejenis dan dalam studi yang lain.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran Matematika
a. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Matematika
“Belajar adalah kata kunci (key term) yang paling vital dalam setiap
usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada
pendidikan”. Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat
yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya
pendidikan.
Menurut pendapat tradisional, belajar adalah menambah dan
mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Sedangkan menurut para ahli
pendidikan modern, belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau
perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara
bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.
Dengan demikian dapat disimpulkan, belajar merupakan suatu proses
yang dilakukan setiap individu yang berusaha mencapai tujuan dengan
interaksi aktif dalam lingkungannya yang mengakibatkan perubahan
tingkah laku. Perubahan tingkah laku itu dapat berupa pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang lebih baik intinya bahwa belajar itu adalah
proses perubahan.
Proses yang membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik
disebut pembelajaran. Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata
pembelajaran adalah kata benda yang diartikan “sebagai proses, cara,
menjadikan orang atau makhluk hidup belajar”. Kata ini berasal dari kata
kerja belajar yang berarti “berusaha untuk memperoleh kepandaian atau
ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh
pengalaman”.
7
Menurut Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada Bab I Pasal 1 ayat 20 bahwa pembelajaran
adalah “proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar”. Sedangkan menurut Yudhi Munandi
pembelajaran adalah “usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi
sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa”.
Dari pengertian-pengertian yang telah dikemukakan dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran pada hakekatnya merupakan suatu proses interaksi
antara guru dengan murid, baik interaksi secara langsung seperti tatap
muka maupun kegiatan tidak langsung yaitu dengan cara menggunakan
berbagai media. Tidak hanya itu, pembelajaran adalah suatu proses yang
disengaja atau upaya yang dirancang oleh pendidikan dengan tujuan untuk
menciptakan suasana lingkungan (kelas/sekolah) yang memungkinkan
siswa melakukankegiatan belajar serta terjadinya interaksi optimal antara
guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa.
Mengenai definisi matematika, para ahli belum memiliki kesepakatan
bersama mengenai hal tersebut. Salah satunya menurut “Lerner
mengemukakan bahwa matematika disamping sebagai bahasa simbolis
juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia
memikirkan, mencatat dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan
kualitas.” Berbeda dengan Lener, menurut John dan Rising dalam
bukunya mengatakan bahwa “matematika adalah bahasa yang
menggunakan istilah yang didefinikan dengan cermat, jelas dan akurat,
representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol ide
daripada mengenai bunyi.” Sedangkan menurut Kline matematika
merupakan “bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah bernalar deduktif,
tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif.”
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa “matematika
adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan dan
prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah
8
bilangan”. Sedangkan James berpendapat bahwa “matematika adalah ilmu
tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep
yang berhubungan satu dengan lainnya dengan jumlah yang banyak yang
terbagi ke dalam 3 bidang, yaitu: aljabar, analisis dan geometri.”
Dari beberapa pengetian matematika yang dikemukakan di atas dapat
disimpulkan bahwa matematika adalah cara berpikir dengan bahasa
simbolis yang bernalar deduktif dan tidak melupakan cara bernalar
induktif yang terdiri dari pengetahuan tentang bilangan,bentuk, susunan
besaran, konsep-konsep yang berhubungan dan terbagi ke dalam 3 bagian,
yaitu: aljabar, analisis dan geometri.
Pada hakekatnya pembelajaran matematika adalah proses yang sengaja
dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan
memungkinkan seseorang (pelajar) melaksanakan kegiatan belajar
matematika dan proses tersebut berpusat pada guru yang mengajar
matematika. Pembelajaran matematika harus memberikan peluang kepada
siswa untuk berusaha dan mencari pengalaman tentang matematika.
b. Karakteristik Pembelajaran Matematika
Pembelajaran matematika di sekolah tidak bisa terlepas dari sifat-sifat
matematika yang abstrak dan sifat perkembangan intelektual siswa yang
kita ajar. Oleh karena itu, kita perlu memperhatikan beberapa sifat atau
karakteristik pembelajaran matematika di sekolah sebagai berikut:
1) Pembelajaran matematika adalah berjenjang (bertahap)
Bahan kajian matematika diajarkan secara berjenjang atau
bertahap, yaitu dimulai dari hal yang kongkrit dilanjutkan ke hal
yang abstrak, dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks. Atau
bisa dikatakan dari konsep yang mudah menuju konsep yang lebih
sukar.
2) Pembelajaran metematikan mengikuti metode spiral
Setiap memperkenalkan konsep atau bahan yang baru perlu
memperhatikan konsep atau bahan yang telah dipelajari siswa
9
sebelumnya. Bahan yang baru selalu dikaitkan dengan bahan yang
telah dipelajari dan sekaligus untuk meningkatkannya kembali
pengulangan konsep dalam bahan ajar dengan cara memperluas
dan memperdalam adalah perlu dalam pembelajaran matematika.
3) Pembelajaran matematika menekankan pola berpikir deduktif
Matematika adalah ilmu deduktif. Matematika tersusun secara
aksiomatif. Namun demikian kita harus dapat memilih pendekatan
yang cocok dengan kondisi anak didik yang kita ajar.
4) Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsisten
Kebenaran dalam matematika sesuai dengan struktur deduktif
aksiomatiknya. Kebenaran-kebenaran dalam matematika pada
dasarnya merupakan kebenaran konsistensi, tidak ada
pertentangan antara kebenaran suatu konsep satu dengan yang
lainnya. Suatu pernyataan dianggap bila didasarkanatas
pernyataan-pernyataan terdahulu yang telah diterima
kebenarannya.
2. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari
kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media
adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.
Asosiasi Teknologi Komunikasi Pendidikan (Association for
Education and Communication Tecnology/AECT) di Amerika
mendefinisikan media sebagai segala bentuk yang digunakan untuk suatu
proses penyaluran informasi. Sedangkan Asosiasi Pendidikan Nasional
(National Education Association/NEA) mendefinisikan sebagai benda
10
yang dapat dimanipulasikan, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta
instrumen yang dipergunakan dengan baik dalamkegiatan belajar
mengajar dapat mempengaruhi efektivitas program instruksional.
Menurut Yudhi Munadi, media dalam aktivitas pembelajaran dapat
didefinisikan sebagai “segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan
menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta
lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan
proses belajar secara efektif”. Sedangkan menurut Sardiman, “media
pengajaran sebagai salah satu sumber belajar yang dapat menyalurkan
pesan sehingga membantu mengatasi perbedaan gaya belajar, minat,
intelijensi, keterbatasan daya indera dan lain-lain”.
Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli diatas
dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk mengalirkan pesan dari pengirim ke penerima.
Sedangkan media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi untuk
menampaikan pesan pembelajaran. Sehingga dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa
sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar.
b. Fungsi dan Manfaat Media
Fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar
yang turut mempengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan belajar yang
ditata dan diciptakan oleh guru. Sedangkan menurut Sardiman secara
umum media pembelajaran mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai
berikut:
1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik
2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.
3) Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat
mengatasi sikap positif anak didik.
11
Dan secara khusus media pembelajaran memiliki fungsi sebagai
berikut:
12
3) Media proyeksi diam, contohnya adalah film bingkai, film rangkai,
media transparansi, proyektor tak tembus pandang, mikrofis, film, film
gelang, televisi, video, permainana dan stimulasi.
4) Media komputer, contohnya adalah penggunaan multimedia
presentasi, CD interaktif dan pemanfaatan internet.
d. Gambaran Media pembelajaran Video
Video sebagai media audio visual yang menampilkan gerak, semakin
lama semakin popular dalam penyajian pesan kepada penerima pesan.
Karena pesan yang disajikan bisa bersifat fakta (kejadian/peristiwa
penting, berita) maupun fiktif bila bersifat informatif, edukatif maupun
instruksional.
Video dapat menggambarkan suatu objek yang bergerak bersama-
sama dengan suara alamiah atau suara yang sesuai. Kemampuan video
melukiskan gambar hidup dan suara memberinya daya tarik
sendiri.Umumnya media video digunakan untuk tujuan-tujuan hiburan,
dokumentasi dan pendidikan. Media video dapat menyajikan informasi,
memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit,
mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu dan
mempengaruhi sikap.
e. Kelebihan dan Kekurangan Media Pembelajaran Video
Kelebihan dari penggunaan media video, antara lain:
1) Dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari siswa ketika
mereka membaca, berdiskusi dan berpraktik video merupakan
pengganti alam sekitar dan bahkan dapat menunjukkan objek yang
secara normal tidak dapat dilihat.
2) Video dapat menggambarkan suatu proses secara tepat disaksikan
secara berulang-ulang jika dipandang perlu.
3) Disamping mendorong dan meningkatkan motivasi, video
menanamkan sikap dan dapat mengundang pemikiran dan pembahasan
dalam kelompok siswa serta menanamkan segi-segi efektif lainnya.
13
4) Video dapat menyajikan peristiwa yang berbahaya bila dilihat secara
langsung.
5) Video dapat ditunjukkan kepada kelompok besar atau kelompok kecil,
kelompok yang heterogen maupun perorangan.
datar (kubus dan balok) diajarkan pada siswa kelas VIII tingkat SMP / MTs
semester 2 Standar Kompetensi yang diharapkan dari materi bangun ruang sisi
datar (kubus dan balok) adalah siswa memahami dan dapat menggunakan sifat
dan unsur bangun ruang sisi datar dalam pemecahan masalah. Indikator
keberhasilan materi bangun ruang sisi datar (kubus dan balok) adalah
Materi bangun ruang sisi datar terdiri dari beberapa sub bab yaitu kubus,
balok, prisma dan balok. Dalam penelitian ini siswa diharapkan dapat
14
menjelaskan unsur kubus dan balok menemukan dan menghitung rumus
volume kubus dan balok, menemukan dan menghitung luas permukaan kubus
dan balok.
A. Kubus
H G
Kubus adalah bangun ruang yang dibatasi
E F
oleh enam bidang datar yang masing-masing
D C
berbentuk persegi yang kongruen.1
A B
Gambar 2.1
1) Sisi
atas yaitu bidang ABEF, CDGH, BCFG, ADEH. Bidang sisi alas
2) Rusuk
AE, BF, CG, DH, rusuk pada bidang alas yaitu AB, CD, AD, BC
dan rusuk pada bidang atas yaitu EF, GH, EH, FG.
3) Titik sudut
yang berdekatan.
1
Atik Wintarti dkk. Matematika untuk SMP dan MTs Kelas IX (Surabaya : SIC, 2005), hal 18
15
Kubus mempunyai 8 titik sudut A, B, C, D, E, F, G, H.
4) Diagonal sisi
5) Diagonal ruang
H G Diagonal yang terletak di dalam ruang
E F
merupakan diagonal ruang.
D C
Kubus memiliki 4 diagonal ruang
A B
yaitu garis EC, AG, FD, HB.
6) Bidang diagonal
16
Kubus memiliki bidang 4 diagonal
BCEH.
b. Jaring-jaring Kubus
kubus. H G
H G
E F F H D C G
D C
A B F E A B F
Kubus ABCDEFGH E F
H G
F Jaring-jaring Kubus ABCD, EFGH
E
s
c. Volume
D
Kubus
C
s Gambar 2.2 memperlihatkan sebuah
A s B
sama, yaitu s.
17
Gambar 2.2
2
Luas alas kubus =s dan tinggi kubus = s maka
2 3
Volume kubus =s xs=s
Sehingga
3
Volume kubus = s
D C
A B
Sehingga
18
2
2
=6xs
B. Balok
Gambar 2.3
1. Unsur-unsur Balok
a) Sisi
KNPS. Bidang sisi alas KLMN dan bidang sisi atas PQRS.
b) Rusuk
Balok memiliki 12 rusuk, rusuk tegak KP, LQ, NS, MR rusuk alas
KL, NM, KN, LM dan rusuk atas PQ, SR, SP, QR.
c) Titik sudut
d) Diagonal sisi
N M
2 K
M. Cholik L SMP / MTs Kelas IX (Jakarta : Erlangga, 2002), hal 66
Adinawan. Matematika
19
S R
P Q
N M
K L
MS.
e) Diagonal ruang
20
f) Bidang diagonal
2. Jaring-jaring Balok
H G
E F E F
D C H G
A B
H D C G
E F
Jaring-jaring Balok
21
3. Volume Balok
V=pxlxt
V=p.l.t
t
l
l
p
p t
Gambar 2.4
22
Luas sisi bawah :pxl
= 2 x (p x l) + 2 x ( l x t) + 2 x (p x t)
= 2 pl + 2 lt + 2 pt
= 2 (pl + lt + pt)3
B. Kerangka Berpikir
23
siswa mau tekun belajar sehingga terampil dalam melaksanakan pekerjaan yang
berkenaan dengan kehidupan sehari-hari. Oeleh karena itu, motivasi perlu ditanamkan
kepada siswa yang diharapkan dapat mempermudah siswa dalam melaksanakan
kegiatan belajar matematika di sekolah.
Motivasi dalam belajar matematika siswa di sekolah sangat rendah. Hal ini
dibuktikan masih banyak siswa yang kurang gairah dan kurang semangat dalam
proses pembelajaran, sering nyontek ketika ulangan, perhatiannya kurang terfokus
ketika pembelajaran, malas-malasan, melamun, bahkan lambat dalam melaksanakan
tugas-tugas kegiatan belajar matematika.
24
Jika siswa merasa senang, nyaman dan tertarik untuk belajar matematika
bukan pelajaran yang sulit dan penyampaian guru tidak monoton dan lebih bervariasi
dalam penyampaian pengajarannya dapat mengakibatkan motivasi siswa dapat
menjadi lebih baik.
C. Hipotesis
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
26
sama dari guru.siswa yang belajar tidak hanya terbatas dalam sebuah ruangan
saja melainkan belajar ditempat-tempat yang lain (Salim, 2015:20).
Jadi, hasil pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas
adalah suatu penelitian yang dilakukan didalam kelas dengan sekelompok siswa
yang secara bersamaan menerima materi pelajaran yang sama dari guru dengan
menggunakan metode, strategi, atau media yang dilkukan dalam rangkaian
siklus kegiatan yang ada didalam penelitian tindakan kelas ini.
C. Prosedur Observasi
Penelitian ini langsung dilakukan di dalam kelas meliputi kegiatan
pelaksanaan penelitian tindakan kelas berupa refleksi awal dan observasi untuk
mengidentifikasi permasalahan yang terjadi di kelas. Penelitian tindakan kelas
dilakukan lebih kurang dua siklus.
Setelah permasalahan ditetapkan, pelaksanaan PTK dimulai dengan siklus
pertama yang terdiri atas empat kegiatan. Apabila sudah diketahui keberhasilan
atau hambatan dalam tindakan yang dilaksanakan pada siklus I, peneliti
kemudian mengidentifikasi permasalahan baru untuk menentukan rancangan
siklus berikutnya. Tetapi pada umumnya kegiatan yang dilakukan dalam siklus
kedua mempunyai berbagai tambahan perbaikan dan tindakan sebelumnya yang
ditunjukkan untuk mengatasi berbagai hambatan/kesulitan yang ditemukan dalam
siklus sebelumnya.
Jika sudah selesai dengan siklus kedua dan peneliti belum merasa puas, dapat
dilanjutkan pada siklus ketiga, yang tahapannya sama dengan siklus terdahulu
yaitu siklus I dan II. Tidak ada ketentuan tentang beberapa siklus harus
27
dilakukan, banyaknya siklus tergantung dari kepuasan peneliti sendiri tentang
hasil yang didapatkan siswa (Salim, 2012: 36).
Jadi, dapat diketahui bahwasannya di dalam penelitian PTK memiliki
beberapa langkah. Berikut penjabaran secara lebih rinci tentang langkah-langkah
PTK.
Siklus I
1. Perencanaan
Perencanaan ini merupakan tahap awal yang harus dilakukan guru
sebelum melakukan pembelajaran. Rencana pembelajaran harus dibuat
untuk satu siklus berdasarkan analisis permasalahan yang dihadapi. Pada
saat menyusun perencanaan maka yang harus dilakukan adalah sebagai
berikut:
28
f. Guru memberikan soal
g. Guru dan siswa melakukan Tanya jawab tentang materi yang
akan disampaikan
h. Guru dan siswa memperhatikan materi yang sedang di pelajari
i. Guru memberikan tugas kesiswa
j. Guru dan siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari
k. Guru dan siswa mengakhiri pembelajaran dengan do’a
l. Guru mengucap salam
3. Tahap Pengamatan
Tahap pengamatan dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan
berlangsung. Pada tahapَ setiap tindakan dan perubahan dianggap penting
dijadikan sebagai catatan observasi, sehingga diperoleh data untuk
dijadikan bahan refleksi. Tahap ini dilakukan untuk melihat kondisi
belajar mengajar di kelas sesuai dengan yang telah dirancang.
4. Tahap Refleksi
Tahapan ini dilakukan setelah proses pengamatan, kegiatan ini
dilakukan untuk melihat apakah akan dilakukan siklus berikutnya atau
tidak.
Siklus II
1. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaa ini dilakukan untuk memperbaiki skenario
pembelajaran yang dilakukan yang disesuaikan dengan siklus
pertama, langkah-langkah dalam melakukan perencanaan disiklus ke
II ini adalah sebagai berikut:
29
b. Merencanakan RPP, sebagai indikator pencapaian hasil belajar
siswa
c. Menentukan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan
dalam kegiatan pembelajaran
2. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan pelaksanaan dalam siklus ini adalah setelah dilakukan
perencanaan yang telah disusun sesuai dengan RPP dalam siklus
pertama.
4. Refleksi
Pada akhir kegiatan penelitian ini siswa diberikan tes berupa
soal-soal yang berhubungan dengan materi yang telah diajarkan untuk
melihat perkembangan minat belajar siswa tentang materi dengan
menggunakan media belajar. Jika siklus II, siswa belum tuntas maka
dilanjut dengan siklus berikutnya, dan langkah-langkahnya sama
seperti siklus-siklus sebelumnya.
30
D. Instrumen
Intrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah angket. Berikut
angket minat belajar siswa
Pilihan Jawaban
No Pernyataan
SL S KD TP
1. Matemtika sulit bagi saya karena terlalu
banyak rumus
2. Guru kurang menyenangkan dalam
mengajar
3 Saya belajar matematika karena mengetahui
kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari
4 Saya mengikuti pembelajaran matematika
dengan perasaan senang
5 Saya bersemangat belajar matematika
karena guru mengajar dengan
menyenangkan
6 Saya kurang senang ketika pembelajaran
matematika sudah dimulai
7 Ketkika guru sedang menjelaskan materi
saya tidak mencatat
8 Saya memperhatikan guru saat sedang
menjelaskan materi
9 Saya kurang aktif saat diskusi kelompok
10 Saya berdiskusi dengan teman kelompok
terkait materi
11 Saya tidak ramai sendiri ketika guru
mengajar
12 Ketika diskusi kelompok saya berbicara
dengan teman diluar materi peljaaran
13 Saya berbicara dengan teman ketika guru
sedang menjelaskan materi
14 Tugas yang diberikan guru membuat saya
semakin tertarik dengan matematika
15 Saya merasa putus asa ketika mengerjakan
31
soal matematika
16 Saya senang mencoba mengerjakan soal
matematika
17 Apabila mengalami kesulitan dalam
memahami materi, saya bertanya.
18 Saya menunda dalam mengerjakan tugas/PR
yang diberikan guru
19 Saya kurang tertarik dengan matematika
karena selalu diberi tugas/PR
20 Saya mengerjakan tugas/PR yang diberikan
guru
21 Saya mengikuti bimbingan/les matematika
dengan rutin
22 Saya sudah belajar matematika pada malam
hari sebelum pelajaran besok hari
23 Tanpa ada yang menyuruhm saya belajar
matematika sendiri di rumah
24 Lebih menyenangkan bermain daripada
mengikuti bimbingan/les matematika
32
keadaan dan perkembangan siswa dalam belajar terutama pada mata
pelajaran matematikadi kelas VIII SMP Prayatna Medan.
3. Tes, dilakukan sebelum dan setelah pembelajaran berakhir. Tes yang
digunakan adalah angket. Tes ini dilakukan untuk mengnetahui sejauh
mana minat belajar siswa terhadap pelajaran matematika
∑X
X=
∑N
Dengan
X : Nilai rata-rata
∑N : Jumlah siswa
33
belajar secara klasikal mencapai minimal 85% untuk tiap aspeknya.
Untuk menghitung presentasi ketuntasan belajar dapat di lihat sebagai
berikut:
T
KB = T ×100 %
t
Dimana:
KB = Ketuntasan Belajar
T = Jumlah Skor yang diperoleh siswa
Tt = Jumlah Skor total
Dengan Kriteria:
0% < KB <65% : Siswa belum tuntas dalam belajar
65%≤ KB ≤ 100 % : siswa telah tuntas dalam belajar
Untuk mengetahui suatu kelas dikatakan tuntas belajar jika kelas tersebut
minimal 85% siswa yang telah tuntas belajar.
Untuk mengetahui presentase siswa yang sudah tuntas dalam belajar secara
klasikal digunakan rumus sebagai berikut:
∑ siswa yang tuntas belajar
p= X 100 %
∑ siswa
34
b. Suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya apabila PKK ≥ 85%
Pada penelitian ini target yang ingin dicapai adalah presentase ketuntasan klasikal
mencapai 85%. Jika target ini tercapai, maka penelitian dinyatakan sudah berhasil dan
tidak perlu dilanjutkan kembali ke siklus berikutnya. Sebaliknya jika target ini belum
tercapai, maka penelitian dilanjutkan ke siklus berikutnya.
3. Menarik Kesimpulan/Verifikasi
Dalam kegiatan ini ditarik beberapa kesimpulan berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan yang diambil merupakan
dasar bagi pelaksanaan siklus berikutnya dan perlu tidaknya siklus I
dianjurkan atas permasalahan yang di duga.
DAFTAR PUSTAKA
Imas Kurniasih dan Berlin Saleh. Lebih Memahami Konsep & Proses Pembelajaran.
Kata Pena. 2017
35
Jihad Asep dan Haris Abdul. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Multi Pressindo. 2013.
Zubaedi. Desan Pendidikan Karakter. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2012
36