Anda di halaman 1dari 5

KEBIASAAN MEMBACA DAN KETAJAMAN PENGLIHATAN

PADA SISWA KELAS IV SDN GUBENG I SURABAYA

Rukmini1, Ellyta Dwi Anggraini2


Akademi Keperawatan Adi Husada Surabaya
1
ifaariqnaura@gmail.com, 2ellytadwi25@gmail.com

ABSTRAK
Penurunan ketajaman penglihatan pada anak usia sekolah merupakan masalah kesehatan yang
serius. Kelainan tersebut bisa disebabkan oleh kebiasaan membaca yang terlalu dekat,
pencahayaan, durasi dan posisi saat membaca sehingga dapat menyebabkan kelelahan mata.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kebiasaan membaca dengan ketajaman
penglihatan pada siswa kelas IV SDN Gubeng I Surabaya. Penelitian ini menggunakan desain
penelitian korelasional dan pendekatan case control. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2017
dengan jumlah populasi 99 siswa. Menggunakan teknik Simple Random Sampling didapat sampel
95 responden. Alat pengambilan data menggunakan kartu Snellen dan kuesioner. Analisa data yang
digunakan adalah Chi Square. Dari hasil penelitian responden yang memiliki kebiasaan membaca
buruk dan ketajaman penglihatan tidak normal sebanyak 35 responden (36,8%) serta hasil uji Chi
Square didapatkan p = 0,028 sehingga ada hubungan antara kebiasaan membaca dengan ketajaman
penglihatan pada siswa kelas IV SDN Gubeng I Surabaya. Implikasi penelitian bahwa untuk
menjaga penglihatan siswa maka harus dilakukan skrining ketajaman penglihatan, menyediakan
kartu Snellen agar dapat melakukan pemeriksaan mata pada siswa dan melakukan pengaturan
tempat duduk yang berubah-ubah setiap harinya agar tidak menimbulkan bias-bias penglihatan.

Kata kunci : Kebiasaan Membaca dan Ketajaman Penglihatan

ABSTRACT
Decrease in visual acuity in children of school age is important health problem. Ordinary
refractive disorders caused by factor habit of reading too closely, lighting, duration, position,
causing eyestrain. This study aims at knowing the relationships reading habits with vision acuity of
student grade IV in Gubeng I Elementary School Surabaya. This research used correlational
research design and case control approach. Research has been conducted in Gubeng I Elementary
School in March 2017 the number of population 99 by using Simple Random Sampling technique in
getting samples of 95 respondents used Snellen Chart and questionnaires. Analysis of the data used
Chi Square. From the results of research respondents who have bad reading habits and abnormal
visual acuity as much as 35 respondents (36.8%) and Chi Square test results obtained p = 0.028so
there is a correlation between Reading Habits with Visual Acuity of Student Grade IV in Gubeng I
Elementary School Surabaya. The implication of the research is to keep the students' eyesight
visually screened for visual acuity, to provide Snellen cards in order to perform eye checks on the
students and to adjust the changing seating every day so as not to cause vision biases.

Keywords : Reading Habits and Visual Acuity

PENDAHULUAN masih sangat banyak terjadi pada anak-anak


Anak-anak belajar membaca sedini karena kurangnya kesadaran orang tua untuk
mungkin, banyak sekali manfaat yang didapat rutin melakukan pemeriksaan secara rutin.
dari membaca, tetapi kita lupa hal-hal apa saja Menurut hasil Riskesdas Tahun 2013
yang perlu diperhatikan ketika sedang proporsi pengguna kaca mata atau lensa
membaca seperti jarak membaca, posisi kontak pada penduduk umur di atas 6 tahun di
membaca, pencahayaan dan durasi saat Indonesia adalah sebesar 4,6%, proporsi
membaca. Dari kebiasaan membaca yang penurunan tajam penglihatan sebesar 0,9%.
salah dapat mengakibatkan terjadinya Proporsi pengguna kaca mata atau lensa
penurunan ketajaman penglihatan. Gangguan kontak pada penduduk dengan umur di atas 6
ketajaman penglihatan yang tidak terkoreksi tahun di provinsi Jawa Timur adalah sebesar

76 Adi Husada Nursing Journal – Vol.3 No.2 Desember 2017


4,8%, proporsi penurunan tajam penglihatan case control. Desain penelitian korelasional
sebesar 1,0%. adalah mengkaji hubungan antara variabel.
Menurut Ilyas (2013) visus normal Dalam rancangan penelitian ini peneliti
orang adalah 20/20 (dalam kaki) atau 6/6 melibatkan minimal dua variabel (Hidayat,
(dalam meter).Ada banyak faktor yang 2008). Pendekatan case control yaitu
menyebabkan terjadinya gangguan melakukan pengukuran pada variabel
penglihatan pada anak usia sekolah. Salah dependen terlebih dahulu, sedangkan
satu penyebabnya adalah kebiasaan independen ditelusuri secara retrospektif
membaca yang buruk sehingga untuk menentukan ada tidaknya faktor
(variabel independen) yang berperan
menyebabkan kelelahan pada mata
(Nursalam, 2011:84). Penelitian telah
(astenopia). Kelelahan mata disebabkan oleh dilakukan di SDN Gubeng I Surabayapada
stres yang terjadi pada fungsi penglihatan. bulan Maret 2017.
Stres pada otot akomodasi dapat terjadi pada Populasi dalam penelitian ini adalah
saat seseorang berupaya untuk melihat pada semua siswa kelas IV SDN Gubeng I
objek berukuran kecil dan pada jarak yang Surabaya. Jumlah populasi sebanyak 99
dekat dalam waktu yang lama. Pada kondisi siswa. Menggunakan teknik Simple Random
demikian, otot-otot mata akan bekerja secara Sampling didapat sampel 95 responden.Alat
terus menerus dan lebih dipaksakan. pengambilan data untuk variabel kebiasaan
Ketegangan otot-otot pengakomodasi (otot- membaca menggunakan kuesioner kebiasaan
otot siliar) makin besar sehingga terjadi membaca yang terdiri dari 8 pertanyaan,
peningkatan asam laktat dan sebagai pertanyaan nomor 1-4 merupakan pertanyaan
akibatnya terjadi kelelahan mata, stress pada positif, pertanyaan nomor 5-8 merupakan
retina dapat terjadi bila terdapat kontras yang pertanyaan negatif sedangkan untuk variabel
berlebihan dalam lapangan penglihatan dan ketajaman penglihatan menggunakan kartu
waktu pengamatan yang cukup lama (Ilyas, Snellen. Analisa data penelitian yang
2013). Dampak lebih lanjut dari gangguan digunakan adalah Chi Square.
ketajaman penglihatan ialah terjadi penurunan
prestasi belajar pada anak dikarenakan HASIL
kesulitan untuk melihat tulisan dari jarak jauh Tabel 1 Karakteristik Responden
yang akhirnya membuat anak tidak dapat Berdasarkan Kebiasaan Membaca di
menyerap pelajaran yang diberikan. SDN Gubeng I Surabaya, Bulan
Oleh karena itu, upaya pencegahan Maret 2017
yang dapat dilakukan adalah dengan ikut serta No Kategori f %
menjalankan program-program pemerintah 1. Baik 42 44%
untuk menurunkan jumlah angka penurunan 2. Buruk 53 56%
ketajaman penglihatan pada anak dengan JUMLAH 95 100%
mengadakan penyuluhan seputar kebiasaan Berdasarkan tabel 1 menunjukkan
membaca dan cara menjaga kesehatan mata bahwa dari 95 responden didapatkan sebagian
agar dapat memperbaiki kebiasaan membaca besar responden mempunyai kebiasaan
yang selama ini sudah salah, serta mengajak membaca yang buruk sebanyak 53 responden
orang tua untuk ikut berperan dalam menjaga (56%).
kesehatan mata anak-anaknya dengan Tabel 2 Karakteristik Responden
melakukan pemeriksaan berkala setiap 6 Berdasarkan Ketajaman Penglihatan
bulan sekali ke dokter mata atau tenaga di SDN Gubeng I Surabaya, Bulan
kesehatan untuk mendeteksi masalah sedini Maret 2017
mungkin. No Kategori f %
Tujuan penelitian ini untuk 1. Normal 24 25%
menganalisa hubungan kebiasaan membaca 2. Tidak 71 75%
dengan ketajaman penglihatan pada siswa Normal
kelas IV SDN Gubeng I Surabaya. JUMLAH 95 100%
Berdasakan tabel 2 menunjukkan
METODE PENELITIAN bahwa dari 95 responden didapatkan sebagian
Pada penelitian ini menggunakan besar responden mempunyai ketajaman
desain penelitian korelasional dan pendekatan

Adi Husada Nursing Journal – Vol.3 No.2 Desember 2017 77


penglihatan yang tidak normal sebanyak 71 responden (75%).

Tabel 3 Hubungan Kebiasaan Membaca Dengan Ketajaman Penglihatan Pada Siswa Kelas IV
SDN Gubeng I Surabaya Pada Bulan Maret 2017
Variabel Ketajaman Penglihatan Total
Normal Tidak Normal
f % f % n %
Kebiasaan Baik 6 6,3 36 37,9 42 44,2
Membaca Buruk 18 18,9 35 36,8 53 55,8
Total 24 25,3 71 74,7 95 100

Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan sering mengistirahatkan mata agar suatu saat
bahwa responden yang memiliki kebiasaan tidak menimbulkan dampak negatif bagi anak.
membaca baik berkontribusi terhadap
ketajaman penglihatan normal sebesar 6,3% Ketajaman Penglihatan
serta ketajaman penglihatan tidak normal Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
sebesar 37,9%. Responden yang memiliki bahwa rata-rata ketajaman penglihatan pada
kebiasaan membaca buruk berkontribusi siswa kelas IV di SDN Gubeng I
terhadap ketajaman penglihatan tidak normal Surabaya,sebesar 71 responden (75%)
sebesar 36,8% serta ketajaman penglihatan memiliki ketajaman penglihatan tidak normal,
normal sebesar 18,9%. sedangkan yang memiliki ketajaman
Berdasarkan hasil uji statistik dengan penglihatan normal sebesar 24 responden
menggunakan Chi Square didapatkan hasil (25%).Ketajaman penglihatan (visus mata)
nilai p = 0,028 menggunakan tingkat merupakan kemampuan sistem penglihatan
signifikasi 0,05 maka, H0 ditolak yang artinya untuk membedakan berbagai bentuk 1.
ada hubungan antara kebiasaan membaca Sedangkan yang didapatkan selama
dengan ketajaman penglihatan danH1 diterima penelitian ini sebagian besar anak banyak
dan hasil dari koefisien kontingensi yang mengalami penurunan ketajaman
menunjukkan adanya hubungan yang lemah. penglihatan. Disisi lain sekolah juga tidak
pernah melakukan skrining untuk mendeteksi
PEMBAHASAN adanya penurunan ketajaman penglihatan
Kebiasaan Membaca terhadap para siswa dikarenakan keterbatasan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan alat. Selain hal-hal yang saya sebutkan diatas
bahwa rata-rata kebiasaan membaca pada faktor yang mendukung terjadinya penurunan
siswa kelas IV di SDN Gubeng I Surabaya, ketajaman penglihatan ialah peran serta orang
sebesar 53 responden (56%) memiliki tua terhadap anak-anaknya. Semakin peka
kebiasaan membaca buruk, sedangkan yang orang tua terhadap kesehatan mata anaknya
memiliki kebiasaan membaca baik sebesar 42 akan semakin membantu untuk menekan
responden (44%). Menurut Tarigan (2008) angka terjadinya penurunan ketajaman
faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan penglihatan pada anak usia sekolah.
membaca adalah jarak, pencahayaan, posisi
dan durasi. Hubungan Kebiasaan Membaca dengan
Jadi dari fakta yang didapatkan dan Ketajaman Penglihatan
didukung oleh pernyataan para ahli, masih Hasil tabulasi silang menunjukkan
banyak anak usia sekolah yang memiliki bahwa responden yang memiliki kebiasaan
kebiasaan membaca yang salah. Membiarkan membaca baik berkontribusi terhadap
anak menemukan caranya sendiri untuk ketajaman penglihatan normal sebesar 6,3%
memperoleh suasana yang nyaman ketika serta ketajaman penglihatan tidak normal
membaca memang benar tetapi akan lebih sebesar 37,9%. Responden yang memiliki
baik jika orang tua tetap mengajarkan kebiasaan membaca buruk berkontribusi
kebiasaan membaca yang benar seperti terhadap ketajaman penglihatan tidak normal
membaca tidak terlalu dekat, tidak dengan sebesar 36,8% serta ketajaman penglihatan
posisi tidur, pencahayaan yang cukup serta normal sebesar 18,9%.

78 Adi Husada Nursing Journal – Vol.3 No.2 Desember 2017


Hasil uji statistik menggunakan Chi memiliki ketajaman penglihatan tidak
Square didapatkan nilai p = 0,028 (tingkat normal.
signifikasi 0,05) maka H0 ditolak danH1 3. Adanya hubungan antara kebiasaan
diterima. Sedangkan hasil dari koefisien membaca dengan ketajaman
kontingensi r = 0,219 menunjukkan adanya penglihatan ditunjukkan dari hasil uji
hubungan yang lemah antara kebiasaan statistik chi square p = 0,028
membaca dan ketajaman penglihatan. menggunakan tingkat signifikasi 0,05
Menurut Tampubolon (2005) dan hasil koefisien kontingensi
kebiasaan membaca tidak dapat terbentuk menunjukkan adanya hubungan yang
dalam waktu yang singkat, tetapi secara lemah.
perlahan-lahan dan dalam waktu yang relatif
lama atau dengan kata lain frekuensi SARAN
membaca sangat mendukung terbentuknya Sekolah perlu menyediakan kartu
kebiasaan membaca. Salah satu faktor yang Snellen agar dapat melakukan skrining
memicu terbentuknya kebiasaan membaca ketajaman penglihatan secara rutin terhadap
yang salah pada anak adalah karena para siswa karena mengingat hasil penelitian
kurangnya perhatian dan ketegasan orang tua ini menunjukkan bahwa siswa kelas IV
untuk memperingatkan anaknya saat banyak mengalami penurunan ketajaman
melakukan kesalahan. Menurut (Pheasant, penglihatan dan diharapkan pihak sekolah
2005) kemudahan seseorang untuk melihat melakukan pengaturan tempat duduk yang
suatu obyek kerja di lingkungan sangat berubah-ubah setiap harinya agar tidak
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain menimbulkan bias-bias penglihatan.
tingkat pencahayaan, bentuk obyek kerja, Responden hendaknya dapat memperbaiki
kekontrasan, durasi (lama waktu) untuk kebiasaan membaca yang salah dengan cara
melihat obyek kerja, jarak melihat obyek membaca tidak terlalu dekat (jarak minimal
kerja. Maka berlama-lama menatap buku akan 25 cm), membaca dengan posisi duduk yang
berdampak pada kesehatan mata khususnya tegak (tidak dengan posisi tiduran), membaca
penurunan visus mata. ditempat dengan penerangan yang cukup dan
Penurunan ketajaman penglihatan sering mengistirahatkan mata pada saat
bukan hanya terjadi pada orang dewasa membaca dengan durasi yang cukup lama.
melainkan sekarang juga marak terjadi pada
anak usia sekolah terbukti dari hasil penelitian DAFTAR PUSTAKA
yang saya lakukan pada siswa kelas IV SDN 1. Anderson. (2007). Buku Ajar
Gubeng I. Ada banyak faktor yang Keperawatan Komunitas: Teori da
mempengaruhi ketajaman penglihatan tetapi Praktek. Jakarta:EGC.
kebiasaan membaca yang buruk juga 2. Hidayat, Aziz Alimul. (2008). Riset
merupakan salah satu pemicu terjadinya Keperawatan dan Teknik Penulisan
penurunan ketajaman penglihatan. Meskipun Ilmiah Edisi 2. Jakarta:Salemba
bukan penyebab utama tetapi kebiasaan Medika.
membaca yang buruk tidak boleh diabaikan 3. Ilyas, Sidarta. (2012). Dasar-Teknik
begitu saja, dengan membiarkan anak Pemeriksaan dalam Ilmu Penyakit
melakukan kesalahan yang sama setiap Mata Edisi ke-4. Jakarta:Badan
harinya maka akan memperparah keadaan.
Penerbit FKUI.
Terganggunya fungsi penglihatan merupakan
masalah kesehatan yang serius karena secara 4. Ilyas, Sidarta dan Sri Rahayu Yulianti.
tidak langsung juga dapat mengganggu (2013). Ilmu Penyakit Mata Edisi
prestasi anak disekolah. Keempat. Jakarta:Badan Penerbit
FKUI.
KESIMPULAN 5. Nursalam. (2011). Konsep dan
1. Siswa kelas IV SDN Gubeng I Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Surabaya lebih dari setengahnya (56%) Keperawatan Edisi 2. Jakarta:Salemba
memiliki kebiasaan membaca buruk. Medika.
2. Siswa kelas IV SDN Gubeng I 6. Pheasant, Stephen. (2005). Economics,
Surabaya sebagian besar (75%) Works and Health. USA:Aspen
Publisher Inc.

Adi Husada Nursing Journal – Vol.3 No.2 Desember 2017 79


7. Riskesdas. (2013). Riset Ketajaman 8. Tampubolon. (2005). Kemampuan
Penglihatan pada Anak Usia Sekolah. Membaca (Teknik Membaca Efektif dan
Jakarta: Badan Penelitian Efisien). Bandung:Angkasa.
Pengembangan Kesehatan Kementrian 9. Tarigan. (2008). Membaca (Sebagai
RI. Suatu Keterampilan Berbahasa).
Bandung: Angkasa.

80 Adi Husada Nursing Journal – Vol.3 No.2 Desember 2017

Anda mungkin juga menyukai