Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
OLEH
a) Aliran Nativisme
Nativisme berasal dari kata Nativus yang berarti kelahiran. Tokoh aliran ini adalah Arthur
Schopenhauer (1788-1860) seorang filosof jerman, yang berpendapat bahwa hasil pendidikan dan
perkembangan manusia itu ditentukan oleh pembawaan yang diperolehnya sejak anak itu dilahirkan.
3. Sekolah kerja
Gerakan sekolah kerja dapat dipandang sebagai titik kulminasi dari pandangan-
pandangan yang mementingan pendidikan keterampilan.Model pembelajaran sekolah kerja
ini bertolak dari pandangan bahwa pendidikan tidak hanya tidak hanya demi kepentingan
individu, tetapi juga demi kepentingan masyarakat. Dengan kata lain sekolah berkewajiban
menyiapkan warga negara yang baik yakni:
a. Tiap orang adalah pekerja dalam salah satu lapangan kerja
b. Tiap orang wajib menyumbangkan tenaganya untuk kepentingan Negara
c. Dalam menunaikan kedua tugas tesebut haruslah selalu diusahakan kesempurnaannya,
Tujuan sekolah kerja adalah:
a. Menambah pengetahuan anak baik buku maupun dari pengalaman sendiri
b. Agar anak dapat memiliki pengetahuan dan kemahiran tertentu
c. Agar anak memiliki pekerjaan sebagai persiapan untuk mengabdi kepada Negara. Intinya
bahwa kewajiban utama sekolah adalah mempersiapkan peserta didik untuk dapat
bekerja.
Sekolah kerja dibagi menjadi 3 golongan besar :
1) Sekolah – sekolah perindustrian (tukang cukur,tukang cetak, tukang kayu,tukang daging,
masinis, dan lain – lain.)
2) Sekolah – sekolah perdagangan (makanan, pakaian, bank, asuransi, pemegang buku,
porselin, pisau, dan gunting dari besi dan lain- lain)
3) Sekolah – sekolah rumah tangga ,bertujuan mendidik para calon ibu yang diharapkan akan
menghasilkan warga Negara yang baik.
Dasar-dasar sekolah kerja yaitu:
a. Di dalam sekolah kerja, anak aktif berbuat, mengamati sendiri, mencari jalan sendiri,
memikirkan dan memecahkan sendiri setiap persoalan yang dihadapi.
b. Pusat kegiatan pendidikan dan pengajarn ialah anak, bukan guru, metode ataupun bahan
pelajaran.
c. Sekolah kerja mendidik anak menjadi pribadi yang berani berdiri sendiri dan bertanggung
jawab sebagai anggota masyarakat yang baik.
d. Bahan pelajaran disusun dalam suatu keseluruhan (totalitas) yang berpusat pada masalah
kehidupan. Masalah-masalah kehidupan ini haruslah erat hubungannya dengan minat dan
perhatian anak
e. Sekolah kerja tidak mementingkan pengetahuan sikap yang bersifat hafalan atau hasil
peniruan, melainkan pengetahuan fungsional yang dapat dipergunakan untuk berprakarsa,
emncipta dan berbuat.
f. Pendidikan kecerdasan tidak dapat diberikan dengan memberitahukan atau menceritakan
kepada anak melainkan anak sendiri yang harus menjalani proses berpikir sesuai dengan
tingkat perkembangan anak.
g. Sekolah kerja merupakan suatu bentuk masyarakat kecil yang di dalamnya anak-anak
mendapatkan latihan dan pengalaman yang amat penting artinya bagi pendidikan moral,
sosial dan kecerdasan.
ANALISIS:
Dengan adanya sekolah kerja ini anak-anak mendapatkan pelatihan dan
pengembangan kemampuan menggali skill yang ada dalam dirinya selain itu bakat yang
selama ini terpendam dapat disalurkan dan menjadi suatu pegangan dalam kehidupan masa
depannya.
4. Sekolah proyek
Dasar filosofis pengajaran proyek diletakkan oleh John Dewey (1859-1952), Dewey
menegaskan bahwa sekolah adalah mikrokosmos dari masyarakat. Oleh karena itu,
pendidikan adalah proses kehidupan itu sendiri dan bukannya persiapan untk kehidupan di
masa depan.
Langkah-langkah Pokok Pengajaran Proyek
Pada dasarnya ada 3 langkah pokok, yaitu persiapan, kegiatan belajar, dan pameran.
a. Persiapan : termasuk dalam langkah ini ialah penetapan masalah yang akan dibahas.
Dalam langkah ini guru merangsang anak-anak agar mereka dapat memikirkan,
mengusulkan dan mendiskusikan apa yang perlu mereka pelajari.
b. Kegiatan Belajar : kegiatan ini pada dasarnya merupakan pelaksanaan dari rencana yang
telah disiapkan terdahulu itu. Kegiatan dapat diawali dengan perjalanan sekolah, karyawisata,
peninjauan, atau pengamatan suatu objek, membaca buku, majalah dan membuat catatan
tentang apa yang diamati atau di baca itu. Kegiatan belajar ini pada dasarnya merupakan
usaha mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan atau hipotesis-hipotesis yang telah
dikemukakan terdahulu.
c. Penilaian : bentuk penilaian yang sering dilakukan ialah dengan mengadakan pameran.
Semua hasil kegiatan yang dilakukan oleh anak-anak di pamerkan lalu di beri tanggapan.
Pada akhir kegiatan suatu proyek, anak-anak diminta membuat catatan pada buku proyeknya
masing-masing. Buku proyek ini sifatnya perorangan sehingga bentuk dan isi buku proyek
anak satu dapat berbeda dengan anak yang lain.
Keuntungan Pengajaran Proyek
a. Meningkatkan motivasi. Laporan-laporan tertulis tentang proyek itu banyak yang
mengatakan bahwa siswa suka tekun sampai kelewat batas waktu, berusaha keras dalam
mencapai proyek. Guru juga melaporkan pengembangan dalam kehadiran dan berkurangnya
keterlambatan. Siswa melaporkan bahwa belajar dalam proyek lebih fun daripada komponen
kurikulum yang lain.
b. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Penelitian pada pengembangan
keterampilan kognitif tingkat tinggi siswa menekankan perlunya bagi siswa untuk terlibat di
dalam tugas-tugas pemecahan masalah dan perlunya untuk pembelajaran khusus pada
bagaimana menemukan dan memecahkan masalah.
c. Meningkatkan kolaborasi. Pentingnya kerja kelompok dalam proyek memerlukan
siswa mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi ( Johnson & Johnson,
1989). Kelompok kerja kooperatif, evaluasi siswa, pertukaran informasi online adalah aspek-
aspek kolaboratif dari sebuah proyek.).
d. Meningkatkan keterampilan mengelola sumber. Bagian dari menjadi siswa yang
independen adalah bertanggungjawab untuk menyelesaikan tugas yang kompleks.
ANALISIS:
Pengajaran proyek biasa pula digunakan sebagai salah satu metode mengajar di Indonesia,
antara lain dengan nama pengajaran proyek, pengajaran unit, dan sebagainya. Yang perlu ditekankan
bahwa pengajaran proyek akan menumbuhkan kemampuan untuk memandang dan memecahkan
persoalan secara konprehensif. Pendekatan multidisiplin tersebut makin lama makin penting,
utamanya masyarakat maju.Siswa harus mampu menggali permasalahan yang ada agar bisa
menciptakan proyek yang dibutuhkan dalam mengatasi tersebut,selain itu siwa juga harus berfikiran
kritis ,berpikir ke depan dalam menghadapi tantangan kedepannya.
5. Home Schooling
Homeschooling adalah sebuah system pendidikan alternatif untuk anak selain di sekolah.
Dimana saat ini mulai perkembang di Indonesia , dan keberadaanya sah dan dijamin undang -
undang. Homeschooling mulai menjadi pilihan masyarakat sebagai alternatif metode
pendidikan karena beberapa hal, misalnya karena adanya keinginan masyarakat untuk lebih
fleksibel dalam mendidik anak, menyediakan system pendidikan yang lebih ramah terhadap
perkembangan anak, maupun menjamin bahwa proses belajar mengajar anak bisa terlaksana
secara maksimal.
Analisis :
Hal ini terjadi karena adanya keinginan para orang tua untuk memberikan pendidikan
terhadap anak yang lebih sesuai dengan bakat dan minat sang anak, maupun karena
disebabkan adanya kondisi di system pendidikan konvensional yang tidak bisa memuaskan
kehendak orang tua untuk mendidik anaknya, misalnya terjadi kasus kekerasan terhadap
anak, maupun system pendidikan masal yang mengakibatkan potensi anak kurang tergali
secara maksimal.
6. Sekolah Alam
Sekolah Alam merupakan salah satu sekolahan yang menerapkan pola pendidikan
yang berbasiskan cara-cara otak bekerja dalam menyerap suatu informasi atau ilmu. Metode
yang sering digunakan dalam Sekolah Alam adalah belajar aktif yang biasa dikembangkan
melalui ceramah dan diskusi, pemecahan masalah, dan presentasi. Hampir seluruh sekolah
alam yang ada memiliki konsep utama yaitu upaya memaksimalkan potensi anak untuk
tumbuh menjadi manusia yang berkarakter, berakhlak mulia, berwawasan ilmu pengetahuan
dan siap menjadi pemimpin. Metode pengajaran sekolah alam juga membuat bersekolah lebih
menyenangkan dan anak tidak merasa terpenjara.
ANALISIS:
Sekolah alam mendorong anak untuk aktif dan kreatif dan bukan semata-mata
mendapatkan materi yang diberikan oleh guru, menciptakan hubungan belajar tanpa sekat
antara guru dan murid. Selama ini arah belajar di sekolah selalu dari guru ke murid, sehingga
ada jarak antara mereka. Sekolah alam ini muncul sebagai sekolah yang non-classical dan
tanpa sekat.Sekolah alam ini tidak semata-mata memperoleh dari guru,terkadang sekolah
alam ini dalam prosenya dapat dilakukan diskusi dan permainan.
7. PendidikanBerasrama (Boarding School)
Sekolah Berasrama adalah alternative terbaik buat para orang tua menyekolahkan
anak mereka dalam kondisi apapun. Selama 24 jam anak hidup dalam pemantauan dan
control yang total dari pengelola, guru, dan pengasuh di seklolah-sekolah berasrama. Anak
betul-betul dipersiapkan untuk masuk kedalam dunia nyata dengan modal yang cukup, tidak
hanya kompetensi akademis, tapi skill-skill lainnya dipersiapkan sehingga mereka
mempunyai senjata yang ampuh untuk memasuki dan manaklukan dunia ini.
Keunggulan Boarding School
Program Pendidikan Paripurna
Umumnya sekolah-sekolah regular terkonsentrasi pada kegiatan-kegiatan akademis
sehingga banyak aspek hidup anak yang tidak tersentuh. Hal ini terjadi karena keterbatasan
waktu yang ada dalam pengelolaan program pendidikan pada sekolah regular.
Fasilitas Lengkap
Sekolah berasrama mempunyai fasilitas yang lengkap baik menunjang oembelajaran
maupun penunjang perkembangan bakat siswanya.
Guru yang Berkualitas
Sekolah-sekolah berasrama umumnya menentukan persyaratan kualitas guru yang
lebih jika dibandingkan dengan sekolah konvensional. Kecerdasan intellectual, social,
spiritual, dan kemampuan paedagogis-metodologis serta adanya ruh mudarris pada setiap
guru di sekolah berasrama..
Lingkungan yang Kondusif
Dalam sekolah berasrama semua elemen yang ada dalam komplek sekolah terlibat
dalam proses pendidikan. Aktornya tidak hanya guru atau bisa dibalik gurunya bukan hanya
guru mata pelajaran, tapi semua orang dewasa yang ada di boarding school adalah guru.
Siswa tidak bisa lagi diajarkan bahasa-bahasa langit, tapi siswa melihat langsung praktek
kehidupan dalam berbagai aspek.
Siswa yang heterogen
Sekolah berasrama mampu menampung siswa dari berbagai latar belakang yang
tingkat heteroginitasnya tinggi. Siswa berasal dari berbagai daerah yang mempunyai latar
belakang social, budaya, tingkat kecerdasan, kempuan akademik yang sangat beragam.
Kondisi ini sangat kondusif untuk membangun wawasan national dan siswa terbiasa
berinteraksi dengan teman-temannya yang berbeda sehingga sangat baik bagi anak untuk
melatih wisdom anak dan menghargai pluralitas.
Jaminan Keamanan
Sekolah berasrama berupaya secara total untuk menjaga keamanan siswa-siswinya.
Makanya, banyak sekolah asrama yang mengadop pola pendidikan militer untuk menjaga
keamanan siswa-siswinya. Tata tertib dibuat sangat rigid lengkap dengan sangsi-sangsi bagi
pelanggarnya. Daftar “dosa” dilist sedemikan rupa dari dosa kecil, menengah sampai berat.
Jaminan keamanan diberikan sekolah berasarama, mulai dari jaminan kesehatan(tidak terkena
penyakit menular), tidak NARKOBA, terhindar dari pergaulan bebas, dan jaminan keamanan
fisik(tauran dan perpeloncoan), serta jaminan pengaruh kejahatan dunia maya.
Jaminan Kualitas
Sekolah berasrama dengan program yang komprehensif-holistik, fasilitas yang
lengkap, guru yang berkualitas, dan lingkungan yang kondusif dan terkontrol, dapat
memberikan jaminan kualitas jika dibandingkan dengan sekolah konvensional.
Problem Sekolah Berasrama
Sampai saat ini sekolah-sekolah berasrama dalam pengamatan saya masih banyak
mempunyai persoalan yang belum dapat diatasi sehingga banyak sekolah berasrama layu
sebelum berkembang dan itu terjadi pada sekolah-sekolah boarding perintis. Faktor-faktornya
adalah sebagai berikut:
a. Ideologi Sekolah Boarding yang Tidak Jelas
Term ideology saya gunakan untuk menjelaskan tipologi atau corak sekolah
berasrama, apakah religius, nasionalis, atau nasionalis-religius.Masalahnya dalam
implementasi ideologinya tidak dilakukan secara kaffah. Hal itu juga serupa dengan yang
nasionalis, tidak mengadop pola-pola pendidikan kedisiplinan militer secara kaffah, akibatnya
terdapat kekerasan dalam sekolah berasrama. Sementara yang nasionalis-religius dalam
praktik sekolah berasrama saya melihatnya masih belum jelas formatnya.
b. Dikotomi guru sekolah VS guru asrama (pengasuhan)
Sampai saat ini sekolah berasrama kesulitan mencari guru yang cocok untuk sekolah
berasrama. Pabrikan guru (IKIP dan Mantan IKIP) tidak “memproduksi” guru-guru sekolah
berasrama. Akibatnya, masing-masing sekolah mendidik guru asrmanya sendiri sesuai
dengan pengetahuan yang dimiliki oleh lembaga tersebut. Padahal idealnya, dua kompetensi
tersebut harus melekat dalam sekolah berasrama. Ini penting untuk tidak terjadinya saling
menyalahkan dalam proses pendidikan antara guru sekolah dengan guru asrama.
c. Kurikulum Pengasuhan yang Tidak Baku
Salah satu yang membedakan sekolah-sekolah berasrama adalah kurikulum
pengasuhannya. Kalau bicara kurikulum academiknya dapat dipastikan hampir sedikit
perbedaannya. Semuanya mengacu kepada kurikulum KTSP-nya produk DEPDIKNAS
dengan ditambah pengayaan atau suplemen kurikulum internasional dan muatan local. Tapi
kalau bicara tentang pola pengasuhan sangat beragam, dari yang sangat militer(disiplin habis)
sampai ada yang terlalu lunak.
d. Sekolah dan Asrama Terletak Dalam Satu Lokasi
Umumnya sekolah-sekolah berasrama berada dalam satu lokasi dan dalam jarak yang sangat
dekat. Kondisi ini yang telah banyak berkontribusi dalam menciptakan kejenuhan anak
berada di sekolah Asrama. Faktor ini(salah satu factor) yang menyebabkan SMA Madania di
parung Bogor sempat mengistirahatkan boarding schoolnya.
ANALISIS :
Sekolah Berasrama adalah alternative terbaik buat para orang tua menyekolahkan anak
mereka dalam kondisi apapun,karna sisitem pengurusan dalam asrama ini terstruktur,semua keperluan
siswa disediakan demi kenyamanan siswanya. Sampai saat ini sekolah berasrama kesulitan
mencari guru yang cocok untuk sekolah berasrama. Pabrikan guru (IKIP dan Mantan IKIP)
tidak “memproduksi” guru-guru sekolah berasrama. Akibatnya mereka mengajar sesuai
dengan ilmu pengetahuan yang mereka miliki.
DAFTAR PUSTAKA
Sodiq A. Kuntoro. 2008. Sketsa Pendidikan Humanis Religius, Fakultas Ilmu Pendidikan,
UNY
Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta