DISUSUN OLEH :
NO BP : 1704084
KELAS :A
FAKULTAS FARMASI
PADANG
2020
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................ 3
3.1 Kesimpulan........................................................................................... 14
3.2 Saran........................................................................................................ 14
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui Klasifikasi dan Sumber dari Alginat, Karagenan dan Agar-agar.
2. Mengetahui Cara Pembuatan dari Alginat, Kareganan dan Agar-Agar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Alginat
Alginat berasal dari alga coklat yang merupakan tumbuhan laut. Alginat juga
merupakan turunan rumput laut, tetapi diedarkan dalam bentuk bubuk. Alginat ini
didasarkan pada asam alginat, yang berasal dari tanaman laut. struktur dari asam alginat
cukup kompleks. Garam asam alginat (diperoleh dari rumput laut) jika dicampur
dengan air dalam proporsinya yang tepat akan membentuk hidrokoloid ireversibel.
Sargassum sp. memiliki bentuk thallus silindris atau gepeng, banyak percabangan
yang menyerupai pepohonan di darat, bangun daun melebar, lonjong seperti pedang,
memiliki gelembung udara yang umumnya soliter, batang utama bulat agak kasar, dan
holdfast (bagian yang digunakan untuk melekat) berbentuk cakram. Pinggir daun
bergerigi jarang, berombak, dan ujung melengkung atau meruncing. Sargassum sp
tersebar luas di perairan Indonesia, dapat tumbuh di perairan terlindung maupun
berombak besar pada habitat berkarang. Sargassum sp biasanya dicirikan oleh tiga sifat
yaitu pigmen coklat yang menutupi warna hijau, hasil fotosintesis terhimpun dalam
bentuk laminarin dan algin serta adanya flaget. Rumput laut jenis Sargassum umumnya
merupakan tanaman perairan yang mempunyai warna cokelat, berukuran relatif besar,
tumbuh dan berkembang pada substrat dasar yang kuat. Bagian atas menyerupai semak
yang berbentuk simetris bilateral atau radial serta dilengkapi bagian sisi pertumbuhan
(Anggadiredja et al. 2008).
Menurut Winarno (2008), alginat merupakan komponen utama dari getah
ganggang coklat (Phaeophyceae), dan merupakan senyawa penting dalam dinding sel
spesies ganggang yang tergolong dalam kelas Phaeophyceae. Secara kimia, alginat
merupakan polimer murni dari asam uronat yang tersusun dalam bentuk rantai linier yang
panjang. Alginat membentuk garam yang larut dalam air dengan kation monovalen, serta
amin dengan berat molekul rendah, dan ion magnesium. Oleh karena alginat merupakan
molekul linier dengan berat molekul tinggi, maka mudah sekali menyerap air. Karena
alasan tersebut, maka alginat baik sekali fungsinya sebagai bahan pengental. Alginat
dapat diekstrak dari alginophyte, yaitu dari phaeophyceae yang menghasilkan alginat,
antara lain Macrocystis, Ecklonia, Fucus, Lessonia, dan Sargassum.
2.2 Karagenan
Karagenan adalah senyawa yang diekstraksi dari rumput laut dari Famili
Rhodophyceae seperti Euchema spinosum dan Euchema cottonii yang terdiri dari rantai
poliglikan bersulfat dengan massa molekuler (Mr) kurang lebih di atas 100.000 serta
bersifat hidrokoloid. Karagenan tidak mempunyai nilai nutrisi dan digunakan pada
makanan sebagai bahan pengental, pembuatan gel, dan emulsifikasi. Tiga tipe utama
karagenan yang digunakan dalam industri makanan adalah ι-karagenan, κ-karagenan(E.
cottonii), dan λ-karagenan (E. spinosum). Karagenan diperoleh melalui ekstraksi dari
rumput laut yang dilarutkan dalam air atau larutan basa kemudian diendapkan
menggunakan alkohol atau KCl. Alkohol yang digunakan terbatas pada metanol, etanol,
dan isopropanol. Karagenan dapat digunakan pada makanan hingga konsentrasi
1500mg/kg. Karagenan merupakan senyawa yang termasuk kelompok polisakarida
galaktosa hasil ekstraksi dari rumput laut. Sebagian besar karagenan mengandung
natrium, magnesium, dan kalsium yang dapat terikat pada gugus ester sulfat dari
galaktosa dan kopolimer 3,6-anhydro-galaktosa. Karagenan banyak digunakan pada
sediaan makanan, sediaan farmasi dan kosmetik sebagai bahan pembuat gel, pengental
atau penstabil.
Karagenan dapat diekstraksi dari protein dan lignin rumput laut dan dapat
digunakan dalam industri pangan karena karakteristiknya yang dapat berbentuk geli,
bersifat mengentalkan, dan menstabilkan material utamanya. Karagenan sendiri tidak
dapat dimakan oleh manusia dan tidak memiliki nutrisi yang diperlukan oleh tubuh. Oleh
karena itu, karagenan hanya digunakan dalam industri pangan karena fungsi
karakteristiknya yang dapat digunakan untuk mengendalikan kandungan air dalam bahan
pangan utamanya, mengendalikan tekstur, dan menstabilkan makanan.
a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisio : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Ordo : Gigartinales
Famili : Solieriaceae
Genus : Eucheuma
Spesies : Eucheuma cottonii (Kappaphycus alvarezii)
b. Kelompok-kelompok
Dimana rumput laut direndam dalam air tawar selama 12 – 24 jam, kemudian
dibilas dan ditiriskan .Rumput laut direndam kembali dalam air kapur selama ± 2 – 3
jam. Rumput laut dicuci kembali dan dibilas menggunakan air sampai
bersih. Euchema cottoni dikeringkan dalam oven suhu 80oC selama 4 jam. Euchema
cottoni diblender menjadi butiran kecil dan dilakukan pengayakan. Euchema
cottoni yang diekstraksi lolos saringan 90 mesh.
- Secara Tradisional :
a. Iota karagenan
b. Kappa karagenan
- Larut dalam air pana
- Penambahan ion Kalium menyebabkan pembentukan gel yang tahan lama, namun
rapuh, serta manambah temperatur pembnetukan gel dan pelelehan.
- Kuat, gel padat, beberapa ikatan dengan ion K+ dan Ca++ menyebabkan bentuk
helik terkumpul, dan gel menjadi rapuh
- Gel berwarna transparan
- Diperkirakan terdapat 25% ester sulfat dan 34% 3,6-AG
- Sesuai dengan pelarut yang dapat bercampur dengan air
- Tidak dapat larut dalam sebagian besar pelarut organic
- Penggunaan konsentrasi 0.02-2.0%
c. Lambda karagenan
Caranya :
1. Rumput laut direndam dalam air tawar selama 12-24 jam, kemudian dibilas dan
ditiriskan.
2. Setelah bersih rumput laut direbus dalam air dengan perbandingan rumput laut
dengan air sebesan 1:15, pada suhu 120 oC selama 15 menit. Perebusan memakai
pemasak bertekanan (pressure cooker). Selanjutnya dilakukan perebusan ulang
tanpa tekanan pada suhu 100°C selama 2-3 jam.
3. Rumput laut yang lunak dihancurkan dengan blender dan ditambahkan air panas
(90 oC). Perbandingannya 1:30. Hasilnya disaring dengan kain kasa halus.
4. Filtrat diendapkan dengan menambahkan metil alkohol dengan perbandingan
2,5:1, bisa juga dengan menambahkan alkohol 90%, atau membekukannya pada
suhu 10 oC – 6°C selama 24-48 jam.
5. Endapan bercampur alkohol disaring dengan kain kasa. Hasil saringan ini berupa
karagenan basah. Filtrat yang beku dicairkan dahulu untuk selanjutnya disaring
lagi. Karagenan basah dikeringkan selama 3-4 hari.
2.3 Agar-Agar
Agar-agar adalah produk bentuk koloid dari suatu polisakarida yang kompleks
hasil ekstraksi rumput laut kelas Rhodophyceae. Senyawa ini tersusus atas sebuah
disakarida berulang dengan unit 3-linked 3,6-anhidro-l-galaktosa. Agar mengandung
substituen sulfat, metioksil, atau piruvat diberbagai posisi pada rantai polisakarida
tersebut. Jenis, pola substituen serta berat molekul menentukan sifat gelling agar.
Rentang yang lebar pada sifat gel membuat agar cocok untuk digunakan dalam bidang
medis, industri farmasi, dan diaplikasikan pada makanan (Villanueva et al. 2010).
Molekul agar-agar terdiri dari rantai linear galaktan yang merupakan polimer dari
galaktosa. Dalam menyusun senyawa agar-agar, galaktan dapat berupa rantai linear yang
netral ataupun sudah terekstraksi dengan metil atau asam sulfat (Winarno 1996).
Menurut Salamah et al. (2006), pembuatan agar secara komersial adalah dengan
cara menggunakan air panas yang dilanjutkan dengan proses pembekuan dan thawing.
Mula-mula rumput laut direndam dan dicuci dengan air tawar dan diekstrak dengan air
mendidih. Kalsium hipoklorit atau sodium bisulfit digunakan untuk memutihkan agar
yang dihasilkan. Ekstrak yang dihasilkan kemudian disaring dalam keadaan panas
dan residu diekstrak lagi satu atau dua kali. Ekstraksi yang dihasilkan menjadi dingin,
membentuk gel kemudian dibekukan. Setelah itu gel beku dilelehkan, dikeringkan,
digiling dan dikemas.
2.3.1 Klasifikasi Agar-Agar
- Divisi : Rhodophyta
- Kelas : Rhodophyceae
- Ordo : Gigartinales
- Famili : Gracillariaceae
- Genus : Gracillaria
- Spesies : Gracillaria sp.
Gracilaria sp. merupakan jenis rumput laut yang paling banyak digunakan dalam
produksi agar-agar. Gracilaria sp. memiliki jumlah lebih dari 300 spesies. Sebanyak
60 diantaranya telah diterima secara taksonomis. Alga jenis ini biasanya berwarna
merah, hijau, atau hijau kecoklatan dengan tiga fase siklus dan dapat
ditemukan di laut tropis dan subtropis (Almeida et al.2011).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Alginat berasal dari alga coklat yang merupakan tumbuhan laut. Alginat juga merupakan
turunan rumput laut, tetapi diedarkan dalam bentuk bubuk. Alginat ini didasarkan pada
asam alginat, yang berasal dari tanaman laut. struktur dari asam alginat cukup
kompleks. Garam asam alginat (diperoleh dari rumput laut) jika dicampur dengan air
dalam proporsinya yang tepat akan membentuk hidrokoloid ireversibel.
Karagenan adalah senyawa yang diekstraksi dari rumput laut dari Famili Rhodophyceae
seperti Euchema spinosum dan Euchema cottonii yang terdiri dari rantai poliglikan
bersulfat dengan massa molekuler (Mr) kurang lebih di atas 100.000 serta bersifat
hidrokoloid.
Karagenan berasal dari kelas polisakarida galaktan yang terdapat sebagai bahan matriks
antar sel dalam rumput laut merah atau ganggang laut dari kelas Rhodophyta. Karagenan
pada rumput laut memiliki fungsi sebagai struktur hidrofilik dan agar-agar yang fleksibel
untuk mengakomodasi berbagai tekanan arus dan gerakan gelombang di dalam air.
Karena sifatnya yang dapat terbiodegradasi, karagenan banyak digunakan sebagai
pengatur viskositas, zat penstabil, zat pengental dan banyak lagi
Agar-agar adalah produk bentuk koloid dari suatu polisakarida yang kompleks hasil
ekstraksi rumput laut kelas Rhodophyceae. Senyawa ini tersusus atas sebuah disakarida
berulang dengan unit 3-linked 3,6-anhidro-l-galaktosa
Gracilaria sp. merupakan jenis rumput laut yang paling banyak digunakan dalam
produksi agar-agar. Gracilaria sp. memiliki jumlah lebih dari 300 spesies. Sebanyak 60
diantaranya telah diterima secara taksonomis. Alga jenis ini biasanya berwarna merah,
hijau, atau hijau kecoklatan dengan tiga fase siklus dan dapat
ditemukan di laut tropis dan subtropis.
3.2 Saran
Dimana diharapkan agar perkembangan atau pengolahan rumput laut lebih diperhatikan
lagi. Karna banyaknya potensi yang dapat dikembangkan dari rumput laut sebagai bahan dalaam
bidang industri maupun bidang farmasi.
DAFTAR PUSTAKA
Almeida CYF, Heloina SF, Gedson RML, Camila AM, Narlize SL, Petronio FAF, Luis CR,
Maria FS, Jose MBF, Leonia MB. 2011. Bioactivities from marine algae of the genus
Gracilaria. International Journal of Molecular Sciences 2011(12):4550-4573.
Astawan M. 2007. Agar-agar pencegah hipertensi dan diabetes. www.rumputlaut.org (13 April
2013).
Cirik S, Zerrin C, Ilknur AK, Semra C, Tolga G. 2010. Greengouse cultivation of Gracilaria
verrucosa (Hudson) papenfuss and determination of chemical composition. Turkish
Journal of Fiheries and Aquatic Science 2010(10):559-564.
http://ayumarine07.blogspot.co.id/2010/11/rumput-laut-jenis-gracilaria.html
http://chyrun.com/cara-pembuatan-agar-agar/
http://hunihida.blogspot.co.id/2013/05/agar-agar.html
http://suhanasulastri.blogspot.com/2011/03/alginat.html
Kordi MGH. 2010. A to Z Budidaya Biota Akuatik untuk Pangan, Kosmetik, dan Obat-obatan.
Yogyakarta: Lili Publisher.
Winarno FG. 1996. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
II. RESUME
I. PENDAHULUAN
Penyakit kardiovaskuler yang di sebabkan oleh jantung koroner merupakan
penyebab kematian utama di dunia. penyakit jantung koroner merupakan masalah
kesehatan yangsangat serius di negara maju, maupun di negeri kita. Penyakit jantung
koroner merupakan kelainan otot jantung akibat berkurangnya aliran darah koroner
karena terjadinya penyempitan (aterosklerosis) pembuluh darah koroner.
Aterosklerosis merupakan endapan lemak dan selsel darah di dinding dalam
pembuluh koroner yang disebut plak (Kosa, 2006).
Hal ini menyebakan terjadinya penggumpalan darah pada bagian arteri
yang menyempit sehingga tidak ada lagi darah yang dapat mengalir, akibatnya
penderita akan mengalami serangan jantung (Brittlate, 2007). Terdapat banyak sekali
faktor resiko yang mempengaruhi timbulnya PJK, namun yang merupakan faktor
resiko utama adalah hiperkolesterolemia peningkatan kadar kolesterol, khususnya low
density lipoprotein (LDL) (Marinetti, 1990) . Ada beberapa hal yang dapat dilakukan
untuk mencegah PJK, yaitu pola makan sehat dengan menghindari makanan yang
mengandung lemak dan kolesterol tinggi, jauhi stress, hindari merokok, dan
memperbanyak aktivitas fisik seperti berolahraga (Siswono, 2005).
Rumput laut adalah jenis makan berserat yang merupakan sumber agar, karagenan,
dan alginat (Anggadireja dkk, 1996). Komponen serat rumput laut dapat mencegah
penyempitan pembuluh darah, menurunkan kolesterol, dan tekanan darah tinggi
(Wijayakusuma, 2006).
Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
rumput laut (Eucheuma cottonii) dan tikus jantan Sprague dawley berumur kurang
lebih empat minggu dengan selisih berat badan tidak lebih dari 10 gram. Bahan
penyusun ransum tikus terdiri atas CMC (carboxy methyl cellulose), campuran
mineral, campuran vitamin, kasein, kuning telur bebek, maizena, minyak jagung, dan
tepung karagenan rumput laut.
2. Mertode Penelitian
Metode Penelitian Rangkaian penelitian ini meliputi tahapan:
1) Pembuatan tepung karagenan rumput laut,
2) Formulasi dan pemberian pakan yang mencakup masa adaptasi, pra perlakuan diet
hiperkolesterolemik, dan perlakuan dengan pakan karagenan, serta
3) Analisis profil lipid tikus. Rancangan eksperimen untuk penelitian kadar kolesterol
darah menggunakan rancangan acak lengkap dengan model yang digunakan.
Cara Kerja :
1. Pembuatan tepung karagenan (Winarno, 1996)
Sebanyak 1 kg rumput laut kering ditimbang lalu dicuci untuk
menghilangkan pasir, garam, dan kotoran lainnya. Selanjutnya rumput laut
direndam selama 24 jam kemudian direbus dengan air (1:15v/v) dalam alat
pressure cooker pada suhu 120oC selama 15 menit. Rumput laut tersebut dimasak
kembali pada suhu 100o C selama 2-3 jam dimaksudkan untuk memecahkan
dinding sel rumput laut. Selanjutnya ditamahkan air panas 90o C (hingga
volumenya menjadi 1:30 v/v) dan disaring. Pemisahan karagenan dilakukan
dengan pengendapan selama 24-48 jam melalui penambahan methanol (2,5:1v/v),
dimaksudkan untuk mendapatkan karagenan dengan mutu baik. Endapan lalu
disaring dan karagenan basah hasil pengendapan dengan methanol dikeringkan
pada suhu 100oC dalam oven selama 3 hari, kemudian setelah kering
IV. KESIMPULAN
Karagenan dalam diet dapat memperbaiki profil lipid plasma darah tikus.
Pengaruh terbaik pada profil lipid darah tikus diberikan oleh diet yang mengandung
10% karagenan (K2). Kolesterol total, LDL, dan trigliserida mengalami penurunan
masing-masing sebesar 47,76, 62,63, dan 42,01%, sedangkan koles terol HDL
meningkat sebesar 94,94%.