Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

KIMIA BAHAN ALAM KELAUTAN

“PEMANFAATAN MAKROALGA & MIKROALGA”

DISUSUN OLEH :

NAMA : ICHA FEBRIANI

NO BP : 1704084

KELAS :A

DOSEN : MIFTAHUR RAHMI, S.Pd, M.Pd.

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

PADANG

2020
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i

DAFTAR ISI............................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1

1.1 LATAR BELAKANG............................................................................. 1


1.2 RUMUSAN MASALAH....................................................................... 2
1.3 TUJUAN................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN............................................................................ 3

2.1 Sumber, Klasifikasi dan Cara Pembuatan Alginat ................................ 3

2.2 Sumber, Klasifikasi dan Cara Pembuatan Karagenan............................. 5

2.3 Sumber, Klasifikasi dan Cara Pembuatan Agar-Agar............................. 9

2.4 Perbedaan Alginat, Karagenan dan Agar-Agar....................................... 11

BAB III PENUTUP...................................................................................... 14

3.1 Kesimpulan........................................................................................... 14

3.2 Saran........................................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. iii


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan Negara kepulauan. Kurang lebih 70 persen wilayah Indonesia
terdiri dari laut, yang pantainya kaya akan berbagai jenis sumber hayati, dan lingkungannya
potensial. Daerah perairan Indonesia yang cukup luas, dengan panjang pantai kurang lebih
81.000 km. merupakan wilayah pantai yang subur dan dapat dimanfaatkan (Arifudin, 1990).
Salah satu kekayaan laut yang dimiliki adalah rumput laut yang tumbuh di sepanjang pesisir
pantai di Indonesia. Produksi rumput laut Indonesia sebagaian besar di ekspor dalam bentuk
kering dan sebagian lagi dikonsumsi untuk keperluan perusahaan agar-agar atau dikonsumsi
langsung oleh masyarakat sebagai sayuran. Jenis rumput laut yang banyak terdapat di
Indonesia adalah Kappaphycus alvarezii. Kappa karagenan juga mampu berperan sebagai
cryoprotectant. Karagenan semimurni dapat berfungsi sebagai cryoprotectant pada surimi
karena sifatnya dapat meningkatkan daya ikat air, memperbaiki daya iris dan melindungi
produk dari pembekuan dan proses thawing sehingga dapat meningkatkan kualitas surimi
selama penyimpanan beku. Pada produk makanan, karaginan berfungsi sebagai stabilator
(pengatur keseimbangan), thickener (bahan pengental), pembentuk gel, pengemulsi,dll.
Karaginan merupakan polisakarida yang linier atau lurus, dan merupakan molekul galaktan
dengan unit-unit utamanya adalah galaktosa. Karaginan merupakan getah rumput laut yang
diekstraksi dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas Rhodophyceae (alga
merah). Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid yang terdiri dari ester kalium, natrium,
magnesium dan kalsium sulfat. Karaginan merupakan molekul besar yang terdiri dari lebih
1.000 residu galaktosa. Oleh karena itu variasinya banyak sekali. Karaginan dibagi atas tiga
kelompok utama yaitu : kappa, iota, dan lambda karaginan yang memiliki struktur yang jelas.
Karaginan dapat diperoleh dari alga merah, salah satu jenisnya adalah dari kelompok
Euchema sp
Rumput laut dikenal dengan nama seaweed merupakan bagian dari tanaman laut. Rumput
laut dimanfaatkan sebagai bahan mentah, seperti agar – agar, karaginan dan algin. Saat ini
Indonesia masih merupakan eksportir penting di Asia. Sayangnya rumput laut masih banyak
diekspor dalam bentuk bahan mentah yaitu berupa rumput laut kering, sedangkan hasil
olahan rumput laut seperti agar-agar, karaginan dan alginat masih banyak diimpor dengan
nilai yang cukup besar (Andriani 2006). Alginat merupakan suatu kopolimer linear yang
terdiri dari dua unit monomerik, yaitu asam D-mannuronat dan asam L-guloronat. Alginat
terdapat dalam semua jenis algae coklat (Phaeophyta) yang merupakan salah satu komponen
utama penyusun dinding sel. Alginat yang ditemukan dalam dinding sel algae coklat tersebut
terdiri atas garam-garam kalsium, magnesium, natrium, dan kalium alginat (Kirk dan Othmer
1994).
racilaria sp. merupakan salah satu rumput laut yang paling banyak digunakan dalam
produksi agar-agar. Menurut Salamah et al. (2006), pemanfaatan Gracilaria sp. menjadi agar
mudah diperoleh, harganya yang murah dan juga lebih mudah dalam pengolahan.
Pemanfaatan rumput laut jenis Gracilaria masih jarang sekali digunakan secara langsung
karena warnanya memiliki warna agak kecoklatan dan sukar larut apabila dipanaskan.
Gracilaria memiliki kandungan agarosa dan agaropektin sehingga dapat menghasilkan
hidrokoloid berupa agar-agar dengan kekuatan gel yang kuat (Salamah et al. 2006).
Menurut Kordi (2010), pemanfaatan hidrokoloid dari Gracilaria ini cukup luas. Beberapa
diantaranya dapat digunakan sebagai bahan baku penting dalam industri makanan, farmasi,
dan kosmetik. Fungsi lain agar adalah sebagai zat pengental, pengelmusi, penstabil dan
pensuspensi yang banyak digunakan dalam berbagai industri makanan, minuman, farmasi.
Agar adalah produk bentuk koloid dari suatu polisakarida yang kompleks hasil ekstraksi
rumput laut kelas Rhodophyceae. Senyawa ini tersusus atas sebuah disakarida berulang
dengan unit 3-linked 3,6-anhidro-l-galaktosa. Agar mengandung substituen sulfat, metioksil,
atau piruvat diberbagai posisi pada rantai polisakarida tersebut. Jenis, pola substituen serta
berat molekul menentukan sifat gelling agar. Rentang yang lebar pada sifat gel membuat agar
cocok untuk digunakan dalam bidang medis, industri farmasi, dan diaplikasikan pada
makanan (Villanueva et al.2010). Molekul agar-agar terdiri dari rantai linear galaktan yang
merupakan polimer dari galaktosa.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Saja Klasifikasi dan Sumber dari Alginat, Karagenan dan Agar-Agar?
2. Bagaimana Pembuatan dari Alginat, Karagenan dan Agar-Agar?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui Klasifikasi dan Sumber dari Alginat, Karagenan dan Agar-agar.
2. Mengetahui Cara Pembuatan dari Alginat, Kareganan dan Agar-Agar.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Alginat
Alginat berasal dari alga coklat yang merupakan tumbuhan laut. Alginat juga
merupakan turunan rumput laut, tetapi diedarkan dalam bentuk bubuk. Alginat ini
didasarkan pada asam alginat, yang berasal dari tanaman laut. struktur dari asam alginat
cukup kompleks. Garam asam alginat (diperoleh dari rumput laut) jika dicampur
dengan air dalam proporsinya yang tepat akan membentuk hidrokoloid ireversibel.
Sargassum sp. memiliki bentuk thallus silindris atau gepeng, banyak percabangan
yang menyerupai pepohonan di darat, bangun daun melebar, lonjong seperti pedang,
memiliki gelembung udara yang umumnya soliter, batang utama bulat agak kasar, dan
holdfast (bagian yang digunakan untuk melekat) berbentuk cakram. Pinggir daun
bergerigi jarang, berombak, dan ujung melengkung atau meruncing. Sargassum sp
tersebar luas di perairan Indonesia, dapat tumbuh di perairan terlindung maupun
berombak besar pada habitat berkarang. Sargassum sp biasanya dicirikan oleh tiga sifat
yaitu pigmen coklat yang menutupi warna hijau, hasil fotosintesis terhimpun dalam
bentuk laminarin dan algin serta adanya flaget. Rumput laut jenis Sargassum umumnya
merupakan tanaman perairan yang mempunyai warna cokelat, berukuran relatif besar,
tumbuh dan berkembang pada substrat dasar yang kuat. Bagian atas menyerupai semak
yang berbentuk simetris bilateral atau radial serta dilengkapi bagian sisi pertumbuhan
(Anggadiredja et al. 2008).
Menurut Winarno (2008), alginat merupakan komponen utama dari getah
ganggang coklat (Phaeophyceae), dan merupakan senyawa penting dalam dinding sel
spesies ganggang yang tergolong dalam kelas Phaeophyceae. Secara kimia, alginat
merupakan polimer murni dari asam uronat yang tersusun dalam bentuk rantai linier yang
panjang. Alginat membentuk garam yang larut dalam air dengan kation monovalen, serta
amin dengan berat molekul rendah, dan ion magnesium. Oleh karena alginat merupakan
molekul linier dengan berat molekul tinggi, maka mudah sekali menyerap air. Karena
alasan tersebut, maka alginat baik sekali fungsinya sebagai bahan pengental. Alginat
dapat diekstrak dari alginophyte, yaitu dari phaeophyceae yang menghasilkan alginat,
antara lain Macrocystis, Ecklonia, Fucus, Lessonia, dan Sargassum.

2.1.1 klasifikasi alginat


Adapun klasifikasi Sargassum menurut Anggadiredja et al. (2008)
- Divisi : Rhodophyta
- Kelas : Phaeophyceae
- Ordo : Fucales
- Famili : Sargassaceae
- Genus : Sargassum.
2.1.2 Sumber Alginat
Pada dasarnya, semua jenis algae coklat mengandung alginat, namun demikian
kebanyakan alginat yang diproduksi secara komersial, diekstraksi hanya dari
sejumlah kecil spesies. Alginat berasal dari alga coklat yang merupakan tumbuhan
laut. Alginat juga merupakan turunan rumput laut, tetapi diedarkan dalam bentuk
bubuk. Alginat ini didasarkan pada asam alginat, yang berasal dari tanaman laut.
struktur dari asam alginat cukup kompleks. Garam asam alginat (diperoleh dari
rumput laut) jika dicampur dengan air dalam proporsinya yang tepat akan
membentuk hidrokoloid ireversibel.
Alginat terdapat dalam semua jenis algae coklat (Phaeophyta) yang merupakan
salah satu komponen utama penyusun dinding sel. Alginat yang ditemukan dalam
dinding sel algae coklat tersebut terdiri atas garam-garam kalsium, magnesium,
natrium, dan kalium alginat (Kirk dan Othmer 1994).

2.1.3 Cara Pembuatan Alginat

1. Pembersihan : Sebelum diolah rumput laut dibersihkan dari kotoran, seperti


pasir,batu karang dll.Pencucian dilakukan dengan cara menyemprotkan air ke
rumput laut. Direndam selama 24 jam dengan air bersih, hingga lunak.
2. Perendaman : Tahapan selanjutnya rumput laut dapat digunakan sebagai bahan
baku alginate. Untuk menghilangkan kotoran yang larut dalam alkali, rumput laut
direndam dalam larutan HCL 0.1 - 0.5% Tujuan perendaman dalam air untuk
mengembalikan kondisi rumput laut seperti pada kondisi awal / segar, lunak
sehingga mempermudah proses ekstraksi serta melarutkan zat yang terkandung
dalam rumput laut seperti laminari, manitol,zat warna serta garam garam lain
(KCL
3. Ekstraksi/perebusan : Rumput laut yang sudah diasamkan ( asam Alginat)
dicuci dengan menggunakan air panas 45◦C selama 30 – 60 menit.Setelah itu
rumput laut di potong – potong dan diaktrak dengan larutan Na2CO3 12- 13%
pada suhu 60 – 70 ◦C.Tujuannya untuk mempermudah pemisahan larutan alginat
dengan residu, ditambah air sebanyak 4 kali volume larutan.
4. Penyaringan : Larutan alginat dipisahkan dengan menggunakan floating  tank
untuk memisahkan kotoran yang terikut dengan larutan alginat
5. Pemutihan/Pemucatan : Setelah bebas dari kotoran, larutan alginat diputihkan
dengan menambahkan larutan NaOH 12% sebanyak 1/10 volume larutan alginat.
6. Pengendapan asam alginate : Tahapan selanjutnya adalah pengendapan dengan
menambahkan laruta asam sulfat (H2SO4) 10% sebanyak 1/10 volume laruitan
alginat dan dimasukkan bersama sama ke dalam tangki koagulasi/pengendapan,
gel asam alginat dipisahkan dari larutan dengan cara filtrasi atau pemisah
centrifugal.
7. Pengendapan Natrium alginat : Natrium alginat mengendap pada konsentrasi
alcohol diatas 30% yaitu 40% dengan cara diaduk pelan pelan dan didiamkan
hingga mengendap sempurna. Asam alginat diubah menjadi natrium alginat
dengan menambahkan NaCO3 dan metil alcohol.Garam alginat yang terbentuk
dipisahkan dari larutan dengan cara disaring.
8. Pengeringan dan Penepungan : Garam alginat yang sudah dipisahkan
dikeringkan diatas para – para dan selanjutnya dihaluskan sampai menjadi bubuk
dengan ukuran 80 m- 100 mesh.

2.2 Karagenan

Karagenan adalah senyawa yang diekstraksi dari rumput laut dari Famili
Rhodophyceae seperti Euchema spinosum dan Euchema cottonii yang terdiri dari rantai
poliglikan bersulfat dengan massa molekuler (Mr) kurang lebih di atas 100.000 serta
bersifat hidrokoloid. Karagenan tidak mempunyai nilai nutrisi dan digunakan pada
makanan sebagai bahan pengental, pembuatan gel, dan emulsifikasi. Tiga tipe utama
karagenan yang digunakan dalam industri makanan adalah ι-karagenan, κ-karagenan(E.
cottonii), dan λ-karagenan (E. spinosum). Karagenan diperoleh melalui ekstraksi dari
rumput laut yang dilarutkan dalam air atau larutan basa kemudian diendapkan
menggunakan alkohol atau KCl. Alkohol yang digunakan terbatas pada metanol, etanol,
dan isopropanol. Karagenan dapat digunakan pada makanan hingga konsentrasi
1500mg/kg. Karagenan merupakan senyawa yang termasuk kelompok polisakarida
galaktosa hasil ekstraksi dari rumput laut. Sebagian besar karagenan mengandung
natrium, magnesium, dan kalsium yang dapat terikat pada gugus ester sulfat dari
galaktosa dan kopolimer 3,6-anhydro-galaktosa. Karagenan banyak digunakan pada
sediaan makanan, sediaan farmasi dan kosmetik sebagai bahan pembuat gel, pengental
atau penstabil.

Karagenan dapat diekstraksi dari protein dan lignin rumput laut dan dapat
digunakan dalam industri pangan karena karakteristiknya yang dapat berbentuk geli,
bersifat mengentalkan, dan menstabilkan material utamanya. Karagenan sendiri tidak
dapat dimakan oleh manusia dan tidak memiliki nutrisi yang diperlukan oleh tubuh. Oleh
karena itu, karagenan hanya digunakan dalam industri pangan karena fungsi
karakteristiknya yang dapat digunakan untuk mengendalikan kandungan air dalam bahan
pangan utamanya, mengendalikan tekstur, dan menstabilkan makanan.

2.2.1 Klasifikasi Karagenan

a. Klasifikasi

Menurut Anggadireja (2011), taksonomi dari rumput laut jenis Eucheuma


cottonii adalah sebagai berikut :

 Kingdom : Plantae
 Divisio : Rhodophyta
 Kelas : Rhodophyceae
 Ordo : Gigartinales
 Famili : Solieriaceae
 Genus : Eucheuma
 Spesies : Eucheuma cottonii (Kappaphycus alvarezii)

b. Kelompok-kelompok

Karagenan merupakan polisakarida linier atau lurus, dan merupakan


molekul galaktan dengan unit-unit utamanya adalah galaktosa. Karagenan
merupakan molekul besar yang terdiri dari 1000 residu galaktosa. Karagenan
dibagi atas tiga kelompok utama yaitu:

 Kappa Karagenan : Kappa karagenan terdiri dari unit D-galaktosa 4 sulfat


dan 3,6 anhidro Dgalaktosa. Karagenan juga sering mengandung D-
galaktosa 6 sulfat ester dan 3,6 anhidro D-galaktosa 2 sulfat ester. Adanya
gugusan 6- sulfat dapat menurunkan daya gelasi dari karagenan, tetapi
dengan pemberian alkali mampu menyebabkan transeliminasi gugusan 6-
sulfat, sehingga menghasilkan bentuk 3,6 anhidro Dgalaktosa. Dengan
demikian derajat keseragaman molekul meningkat dan daya gelasinya juga
bertambah (Winarno, 1990).
 Iota Karagenan : lota karagenan ditandai dengan adanya 4 sulfat ester pada
setiap residu D-galaktosa dan gugusan 2 sulfat ester pada setiap gugusan 3,6
anhidro D- galaktosa. Gugusan 2 sulfat ester tidak dapat dihilangkan oleh
proses pemberian alkali seperti halnya kappa karagenan. (Winarno, 1990).
 Lamda Karagenan : Lamda karagenan berbeda dengan kappa dan iota
karagenan, karena memiliki sebuah residu disulphated α (1,4) D-galaktosa
(Winarno, 1990).

2.2.2 Sumber karagenan

Karagenan adalah kelas polisakarida galaktan yang terdapat sebagai bahan


matriks antar sel dalam rumput laut merah atau ganggang laut dari kelas Rhodophyta.
Karagenan pada rumput laut memiliki fungsi sebagai struktur hidrofilik dan agar-agar
yang fleksibel untuk mengakomodasi berbagai tekanan arus dan gerakan gelombang
di dalam air.

2.2.3 Cara Pembuatan Karagenan

Dimana rumput laut direndam dalam air tawar selama 12 – 24 jam, kemudian
dibilas dan ditiriskan .Rumput laut direndam kembali dalam air kapur selama ± 2 – 3
jam. Rumput laut dicuci kembali dan dibilas menggunakan air sampai
bersih. Euchema cottoni dikeringkan dalam oven suhu 80oC selama 4 jam. Euchema
cottoni diblender menjadi butiran kecil dan dilakukan pengayakan. Euchema
cottoni yang diekstraksi lolos saringan 90 mesh.

Timbang Euchema cottoni 200 gr, masukkan dalam ekstraktor, Mengekstraksi


pada suhu 90 – 95 oC menggunakan larutan NaOH dengan konsentrasi tertentu
selama 2 jam. dengan perbandingan pelarut dan bahan baku 20 ml : 1 gr. Hasilnya
disaring dan filtratnya ditambahkan HCl hingga pH-nya netral (pH 7). Proses
pemutihan (bleaching) bila diperlukan. Filtrat yang pH-nya sudah netral ditambahkan
pengendap dengan perbandingan tertentu dan diaduk-aduk kemudian dibiarkan
selama 15 menit. Endapan disaring kemudian dikeringkan, lalu hasilnya ditimbang.

- Secara Tradisional :

Pengolahan karagenan masih jarang dilakukan karena belum banyak dikenal


nelayan. Pada dasarnya proses ini hampir sama dengan pengolahan agar-agar, yaitu
pada waktu ekstraksi bahan yang digunakan bukan jenis asam tetapi jenis basa.

a. Iota karagenan

- Larutan memperlihatkan karakteristik thiksotropik


- Larut dalam air panas, Natrium karagenan iota larut dalam air dingin dan air
panas.
- Penambahan ion kalsium akan menyebabkan pembentukan gel tahan lama,
elastic, dan meningkatkan temperatur pembentukan gel dan pelelehan.
- Gel bersifat elastic, membentuk heliks dengan ion Kalsium.
- Gel bening
- Stabil dalam keadaan dingin
- Tidak dapat larut dalam sebagian besar pelarut organic
- Diperkirakan mengandung 32% ester sulfat dan 30% 3,6-AG
- Penggunaan konsentrasi 0.02-2.0%

b. Kappa karagenan
- Larut dalam air pana
- Penambahan ion Kalium menyebabkan pembentukan gel yang tahan lama, namun
rapuh, serta manambah temperatur pembnetukan gel dan pelelehan.
- Kuat, gel padat, beberapa ikatan dengan ion K+ dan Ca++ menyebabkan bentuk
helik terkumpul, dan gel menjadi rapuh
- Gel berwarna transparan
- Diperkirakan terdapat 25% ester sulfat dan 34% 3,6-AG
- Sesuai dengan pelarut yang dapat bercampur dengan air
- Tidak dapat larut dalam sebagian besar pelarut organic
- Penggunaan konsentrasi 0.02-2.0%

c. Lambda karagenan

- Aliran bebas, larutan pseudo-plastik non-gel dalam air


- Larut sebagian dalam air dingin, dan larut dengan baik dalam air panas.
- Tidak terbentuk gel, rantai polimer terdistribusi acak
- Kekentalan bervariasi dari kekenatalan rendah hingga tinggi
- Penambahan kation memberikan efek yang kecil terhadap viskositas.
- Sesuai untuk pelarut yang dapat bercampur dengan air
- Tidak dapat larut dalam sebagian besar pelarut organic
- Stabil dalam berbagai variasi temperatur, termasuk temperatur pembekuan
- Larut dalam larutan garam 5%, baik dingin maupun panas
- Diperkirakan mengandung 35% ester sulfat dan sedikit atau bahkan tidak
mengandung 30% 3,6-AG sama sekal
- Penggunaan konsentrasi 0.1-1.0%

Caranya :

1. Rumput laut direndam dalam air tawar selama 12-24 jam, kemudian dibilas dan
ditiriskan.
2. Setelah bersih rumput laut direbus dalam air dengan perbandingan rumput laut
dengan air sebesan 1:15, pada suhu 120 oC selama 15 menit. Perebusan memakai
pemasak bertekanan (pressure cooker). Selanjutnya dilakukan perebusan ulang
tanpa tekanan pada suhu 100°C selama 2-3 jam.
3. Rumput laut yang lunak dihancurkan dengan blender dan ditambahkan air panas
(90 oC). Perbandingannya 1:30. Hasilnya disaring dengan kain kasa halus.
4. Filtrat diendapkan dengan menambahkan metil alkohol dengan perbandingan
2,5:1, bisa juga dengan menambahkan alkohol 90%, atau membekukannya pada
suhu 10 oC – 6°C selama 24-48 jam.
5. Endapan bercampur alkohol disaring dengan kain kasa. Hasil saringan ini berupa
karagenan basah. Filtrat yang beku dicairkan dahulu untuk selanjutnya disaring
lagi. Karagenan basah dikeringkan selama 3-4 hari.

2.3 Agar-Agar

Agar-agar adalah produk bentuk koloid dari suatu polisakarida yang kompleks
hasil ekstraksi rumput laut kelas Rhodophyceae. Senyawa ini tersusus atas sebuah
disakarida berulang dengan unit 3-linked 3,6-anhidro-l-galaktosa. Agar mengandung
substituen sulfat, metioksil, atau piruvat diberbagai posisi pada rantai polisakarida
tersebut. Jenis, pola substituen serta berat molekul menentukan sifat gelling agar.
Rentang yang lebar pada sifat gel membuat agar cocok untuk digunakan dalam bidang
medis, industri farmasi, dan diaplikasikan pada makanan (Villanueva et al. 2010).
Molekul agar-agar terdiri dari rantai linear galaktan yang merupakan polimer dari
galaktosa. Dalam menyusun senyawa agar-agar, galaktan dapat berupa rantai linear yang
netral ataupun sudah terekstraksi dengan metil atau asam sulfat (Winarno 1996).

Menurut Salamah et al. (2006), pembuatan agar secara komersial adalah dengan
cara menggunakan air panas yang dilanjutkan dengan proses pembekuan dan thawing.
Mula-mula rumput laut direndam dan dicuci dengan air tawar dan diekstrak dengan air
mendidih. Kalsium hipoklorit atau sodium bisulfit digunakan untuk memutihkan agar
yang dihasilkan. Ekstrak yang dihasilkan kemudian disaring dalam keadaan panas
dan residu diekstrak lagi satu atau dua kali. Ekstraksi yang dihasilkan menjadi dingin,
membentuk gel kemudian dibekukan. Setelah itu gel beku dilelehkan, dikeringkan,
digiling dan dikemas.
2.3.1 Klasifikasi Agar-Agar

Klasifikasi Gracilariasp. menurut Anggadiredja et al. (2008) adalah

- Divisi : Rhodophyta
- Kelas : Rhodophyceae
- Ordo : Gigartinales
- Famili : Gracillariaceae
- Genus : Gracillaria
- Spesies : Gracillaria sp.

2.3.2 Sumber Agar-Agar

Gracilaria sp. merupakan jenis rumput laut yang paling banyak digunakan dalam
produksi agar-agar. Gracilaria sp. memiliki jumlah lebih dari 300 spesies. Sebanyak
60 diantaranya telah diterima secara taksonomis. Alga jenis ini biasanya berwarna
merah, hijau, atau hijau kecoklatan dengan tiga fase siklus dan dapat
ditemukan di laut tropis dan subtropis (Almeida et al.2011). 

2.3.3 Cara-Cara Pembuatan

1. Pembuatan agar secara komersial Menurut Salamah et al. (2006) adalah :

 Menggunakan air panas yang dilanjutkan dengan proses pembekuan


dan thawing. 
 Mula-mula rumput laut direndam dan dicuci dengan air tawar dan diekstrak
dengan air mendidih.
 Kalsium hipoklorit atau sodium bisulfit digunakan untuk 
memutihkan agar yang dihasilkan. 
 Ekstrak yang dihasilkan kemudian disaring dalam keadaan panas dan residu
diekstrak lagi satu atau dua kali.
 Ekstraksi yang dihasilkan menjadi dingin, membentuk gel kemudian
dibekukan.
 Setelah itu gel beku dilelehkan, dikeringkan, digiling dan dikemas.

2. Cara Pembuatan Agar-Agar Rumput Laut Gracilaria Sp


Langkah-langkah pembuatan agar agar Rumput Laut Gracilaria Sp diuraik
an di bawah ini dan hasil akhirnya berupa tepung, batangan, atau lembaran.
Adapun cara pengolahan rumput laut menjadi agar-agar sebagai berikut.
a. Pencucian dan Pembersihan
Rumput laut dicuci dengan air tawar sampai bersih. Kotoran yang menem
pel   seperti pasir, karang, lumpur dan rumput laut jenis lain dihilangkan.
b. Perendaman dan Pemucatan
Perendaman dilakukan agar rumput laut menjadi lunak, sehingga proses
ekstraksi nantinya dapat berjalan dengan baik. Caranya rumput laut direndam
dalam air murni sebanyak 20 kali berat rumput laut selama 3 hari. Setelah itu
pemucatan dilakukan dengan direndam dalam larutan kaporit 0,25 % atau larutan
kapur tohor 5 % sambil diaduk, setelah 4 – 6 jam, rumput laut dicuci kembali
selama 3 jam untuk menghilangkan bau kaporit. Rumput laut yang telah bersih
dan pucat dikeringkan selama 2 hari, sampai tahap ini rumput laut dapat disimpan
lebih dulu bila tidak segera diolah.
c. Pelembutan
Untuk lebih memudahkan ekstrasi, dinding sel perlu dipecah dengan
ditambah H2SO4 selama 15 menit. Banyaknya H2SO4 tergantung pada jenis
rumput laut, yaitu Gracilaria 5 – 10 %. Gelidium 15 % dan Hypnea 25 %. Bila
tidak ada asam sulfat dapat digunakan asam asetat, asam sitrat, buah asam atau
daun asam. Oleh karena asam sulfat ini berbahaya, maka diperlukan pencucian
dengan cara rumput laut direndam dalam air bersih selama 15 menit kemudian
ditiriskan.
d. Pemasakan
Rumput laut dimasak dalam air sebanyak 40 kali berat rumput laut.
Setelah mendidih ( 90 – 100 0C ), kita tambahkan asam cuka 0,5 % untuk
memperoleh pH 6 –7. Bila >7, pH nya diturunkan dengan penambahan asam cuka
dan bila <6, ditambahkan NaOH. Pemeriksaan pH dapat dilakukan dengan
memakai kertas pH. Pemanasan ini dilakukan kira-kira 45 menit tetapi dapat juga
selama 2– 4 jam tergantung cara pengadukannya. Proses setelah pemasakan
tergantung dari bentuk akhir agar-agar yang diinginkan, yakni berupa batangan,
lembaran atau pun tepung.

3. Proses Pengolahan Agar-agar Batangan / Lembaran


a. Pengepresan dan Pencetakan
Hasil dari pemasakan kemudian disaring dengan kain belacu dan dipres.
Cairan yang keluar ditampung dalam bejana dan dinetralkan dengan
penambahan air soda sehingga pHnya menjadi 7– 7,5. Bila pH sudah tercapai,
cairan kemudian dimasak kembali sambil diaduk. Setelah mendidih, hasilnya
dituangkan kedalam cetakan, kira-kira 6 jam agar-agar sudah dingin dan
membeku. Ampas hasil pengepresan dapat digunakan lagi dengan cara
ditambahkan air sebanyak 75 % dari jumlah air semula, kemudian ampas itu
dipanaskan dan disaring. Cairan yang keluar dapat digunakan sebagai
campuran dalam proses selanjutnya, sehingga pada akhirnya ada ampas yang
tidak bisa dipakai lagi. Ampas ini dapat digunakan sebagai makanan ternak.
b. Pendinginan
Cairan yang telah beku didinginkan dalam ruangan pendingin pada suhu –
20 0C selama 4–5 hari. Pendinginan ini dilakukan agar pemadatan benar-benar
terjadi dengan sempurna.
c. Pengeringan
Agar-agar dikeluarkan dari cetakan. Hasil yang diperoleh adalah agar-agar
batangan. Bila didinginkan agar-agar berbentuk lembaran, agar-agar batangan
dipotong setebal 0,5 cm. Sebagai alat pemotong dapat digunakan kawat halus
dari baja, agar-agar batangan atau lembaran kemudian dikeringkan di bawah
sinar matahari.
d. Pengepakan
Agar-agar yang betul-betul kering dimasukkan dalam kantong plastik
dengan berat masing-masing 10 gram. Bahan yang dipakai untuk membuat
agar-agar kertas berupa rumput laut dari jenis Grasilaria sp. Dalam proses
pembuatannya, rumput laut ini dicuci dengan air tawar sampai bersih,
kemudian direndam dalam air kapur. Setelah 20 menit, dijemur memakai alas
dari kain kasa. Lama penjemuran dapat hanya satu hari, tetapi dapat juga
sampai 3 hari, tergantung dari intensitas matahari. Prinsipnya rumput laut
benar-benar kering.
4. Proses Pengolahan Agar-agar Tepung
a. Penyaringan dan Penggilingan
Agar-agar yang telah masak disaring dengan fillet press filtrate. Cairanyan
g keluar ditampung dan didinginkan selama 7 jam. Agar-agar beku dihncurka
ndan dipress dengan kain. Hasilnya berupa lembaran-lembaran yang kemudia
n diangin-anginkan. Lembaran-lembaran kering dipotong kira-kira 3x5 mm,
kemudian dimasukkan dalam alat penggiling atau grinder. Hasil penggilingan
adalah agar-agar tepung.
b. Pengepakan
Agar-agar tepung dimasukkan dalam kertas glasin yang dilapisi lilin atau
dapat juga dimasukkan plastik kemudian dibungkus dengan kertas.

2.4 Perbedaan Alginat, Karagenan, Agar-Agar


Adapun perbedaan antara agar, alginat, dan karaginan adalah :
a. Alginat
 makanan : sebagai stabilizer, additive atau ahan tambahan dalam industri tekstil,
kertas, keramik, fotografi dll.
 farmasi sebagai emulsifier, stabilizer, suspended agent dalam pembuatan tablet,
kapsul;
 kosmetik : sebagai pengemulsi dalam pembuatan cream, lotion dan saus.
b. Karaginan
 Dimana diproduksi dalam bentuk garam Na, K, Ca yang dibedakan dua
macam yaitu Kappa karaginan dan lota karaginan berasal dari Eucheuma
cottonii dan Eucheuma striatum. Iota kagarinan berasal dari Eucheuma
spinosum.
 Kedua jenis karaginan tersebut dapat berfungsi sebagai stabilizer, thickener,
emulsifer, gelling agent.
c. Agar-agar
 makanan : sebagai stabilizer, emulsifier, thickener
 mikrobiological : sebagai cultur media
 kosmetik : sebagai pengemulsi.lainnya digunakan sebagai additive dalam
industri kertas, tekstil.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

 Alginat berasal dari alga coklat yang merupakan tumbuhan laut. Alginat juga merupakan
turunan rumput laut, tetapi diedarkan dalam bentuk bubuk. Alginat ini didasarkan pada
asam alginat, yang berasal dari tanaman laut. struktur dari asam alginat cukup
kompleks. Garam asam alginat (diperoleh dari rumput laut) jika dicampur dengan air
dalam proporsinya yang tepat akan membentuk hidrokoloid ireversibel.
 Karagenan adalah senyawa yang diekstraksi dari rumput laut dari Famili Rhodophyceae
seperti Euchema spinosum dan Euchema cottonii yang terdiri dari rantai poliglikan
bersulfat dengan massa molekuler (Mr) kurang lebih di atas 100.000 serta bersifat
hidrokoloid.
 Karagenan berasal dari kelas polisakarida galaktan yang terdapat sebagai bahan matriks
antar sel dalam rumput laut merah atau ganggang laut dari kelas Rhodophyta. Karagenan
pada rumput laut memiliki fungsi sebagai struktur hidrofilik dan agar-agar yang fleksibel
untuk mengakomodasi berbagai tekanan arus dan gerakan gelombang di dalam air.
Karena sifatnya yang dapat terbiodegradasi, karagenan banyak digunakan sebagai
pengatur viskositas, zat penstabil, zat pengental dan banyak lagi
 Agar-agar adalah produk bentuk koloid dari suatu polisakarida yang kompleks hasil
ekstraksi rumput laut kelas Rhodophyceae. Senyawa ini tersusus atas sebuah disakarida
berulang dengan unit 3-linked 3,6-anhidro-l-galaktosa
 Gracilaria sp. merupakan jenis rumput laut yang paling banyak digunakan dalam
produksi agar-agar. Gracilaria sp. memiliki jumlah lebih dari 300 spesies. Sebanyak 60
diantaranya telah diterima secara taksonomis. Alga jenis ini biasanya berwarna merah,
hijau, atau hijau kecoklatan dengan tiga fase siklus dan dapat
ditemukan di laut tropis dan subtropis.

3.2 Saran

Dimana diharapkan agar perkembangan atau pengolahan rumput laut lebih diperhatikan
lagi. Karna banyaknya potensi yang dapat dikembangkan dari rumput laut sebagai bahan dalaam
bidang industri maupun bidang farmasi.

DAFTAR PUSTAKA

Almeida CYF, Heloina SF, Gedson RML, Camila AM, Narlize SL, Petronio FAF, Luis CR,
Maria FS, Jose MBF, Leonia MB. 2011. Bioactivities from marine algae of the genus
Gracilaria. International Journal of Molecular Sciences 2011(12):4550-4573.

Aslan, M. Laode. 1998. Budidaya Rumput Laut. Kanisius, yogyakarta.


Atmadja, W. 1996. Pengenalan Jenis Algae Merah (Rhodophyta). Puslitbang Oseanologi LIPI,
Jakarta.
Anggadireja JT, Zatnika A, Purwoto H, Istini S. 2008. Rumput Laut Pembudidayaan,
Pengolahan, dan Pemasaran Komoditas Perikanan Potensial. Jakarta: Penebar Swadaya.

Astawan M. 2007. Agar-agar pencegah hipertensi dan diabetes. www.rumputlaut.org (13 April
2013).

Cirik S, Zerrin C, Ilknur AK, Semra C, Tolga G. 2010. Greengouse cultivation of Gracilaria
verrucosa (Hudson) papenfuss and determination of chemical composition. Turkish
Journal of Fiheries and Aquatic Science 2010(10):559-564.

http://ayumarine07.blogspot.co.id/2010/11/rumput-laut-jenis-gracilaria.html

http://chyrun.com/cara-pembuatan-agar-agar/

http://hunihida.blogspot.co.id/2013/05/agar-agar.html

http://suhanasulastri.blogspot.com/2011/03/alginat.html

Kordi MGH. 2010. A to Z Budidaya Biota Akuatik untuk Pangan, Kosmetik, dan Obat-obatan.
Yogyakarta: Lili Publisher.

Marinho-Soriano, E., 2001. “Agar Polysaccharides from Gracilaria species (Rhodophyta,


Gracilariaceae)”, J.Biotec. 89, 81-84.

Winarno FG. 1996. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

II. RESUME

EFEK ANTI HIPERKOLESTEROLEMIK KARAGENAN RUMPUT LAUT DALAM


DIET TERHADAP PLASMA LIPID TIKUS PUTIH

I. PENDAHULUAN
Penyakit kardiovaskuler yang di sebabkan oleh jantung koroner merupakan
penyebab kematian utama di dunia. penyakit jantung koroner merupakan masalah
kesehatan yangsangat serius di negara maju, maupun di negeri kita. Penyakit jantung
koroner merupakan kelainan otot jantung akibat berkurangnya aliran darah koroner
karena terjadinya penyempitan (aterosklerosis) pembuluh darah koroner.
Aterosklerosis merupakan endapan lemak dan selsel darah di dinding dalam
pembuluh koroner yang disebut plak (Kosa, 2006).
Hal ini menyebakan terjadinya penggumpalan darah pada bagian arteri
yang menyempit sehingga tidak ada lagi darah yang dapat mengalir, akibatnya
penderita akan mengalami serangan jantung (Brittlate, 2007). Terdapat banyak sekali
faktor resiko yang mempengaruhi timbulnya PJK, namun yang merupakan faktor
resiko utama adalah hiperkolesterolemia peningkatan kadar kolesterol, khususnya low
density lipoprotein (LDL) (Marinetti, 1990) . Ada beberapa hal yang dapat dilakukan
untuk mencegah PJK, yaitu pola makan sehat dengan menghindari makanan yang
mengandung lemak dan kolesterol tinggi, jauhi stress, hindari merokok, dan
memperbanyak aktivitas fisik seperti berolahraga (Siswono, 2005).
Rumput laut adalah jenis makan berserat yang merupakan sumber agar, karagenan,
dan alginat (Anggadireja dkk, 1996). Komponen serat rumput laut dapat mencegah
penyempitan pembuluh darah, menurunkan kolesterol, dan tekanan darah tinggi
(Wijayakusuma, 2006).
Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
rumput laut (Eucheuma cottonii) dan tikus jantan Sprague dawley berumur kurang
lebih empat minggu dengan selisih berat badan tidak lebih dari 10 gram. Bahan
penyusun ransum tikus terdiri atas CMC (carboxy methyl cellulose), campuran
mineral, campuran vitamin, kasein, kuning telur bebek, maizena, minyak jagung, dan
tepung karagenan rumput laut.

II. BAHAN DAN METODE


1. Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumput laut
(Eucheuma cottonii) dan tikus jantan Sprague dawley berumur kurang lebih empat
minggu dengan selisih berat badan tidak lebih dari 10 gram. Bahan penyusun ransum
tikus terdiri atas CMC (carboxy methyl cellulose), campuran mineral, campuran vitamin,
kasein, kuning telur bebek, maizena, minyak jagung, dan tepung karagenan rumput laut.

2. Mertode Penelitian
Metode Penelitian Rangkaian penelitian ini meliputi tahapan:
1) Pembuatan tepung karagenan rumput laut,
2) Formulasi dan pemberian pakan yang mencakup masa adaptasi, pra perlakuan diet
hiperkolesterolemik, dan perlakuan dengan pakan karagenan, serta
3) Analisis profil lipid tikus. Rancangan eksperimen untuk penelitian kadar kolesterol
darah menggunakan rancangan acak lengkap dengan model yang digunakan.

Cara Kerja :
1. Pembuatan tepung karagenan (Winarno, 1996)
Sebanyak 1 kg rumput laut kering ditimbang lalu dicuci untuk
menghilangkan pasir, garam, dan kotoran lainnya. Selanjutnya rumput laut
direndam selama 24 jam kemudian direbus dengan air (1:15v/v) dalam alat
pressure cooker pada suhu 120oC selama 15 menit. Rumput laut tersebut dimasak
kembali pada suhu 100o C selama 2-3 jam dimaksudkan untuk memecahkan
dinding sel rumput laut. Selanjutnya ditamahkan air panas 90o C (hingga
volumenya menjadi 1:30 v/v) dan disaring. Pemisahan karagenan dilakukan
dengan pengendapan selama 24-48 jam melalui penambahan methanol (2,5:1v/v),
dimaksudkan untuk mendapatkan karagenan dengan mutu baik. Endapan lalu
disaring dan karagenan basah hasil pengendapan dengan methanol dikeringkan
pada suhu 100oC dalam oven selama 3 hari, kemudian setelah kering

beratnya. dihaluskan dan diayak lalu ditimbang beratnya.


2. Formulasi dan Pemberian Pakan
Enam belas ekor tikus diadaptasi selama satu minggu dan diberi pakan
standar. Pakan standar mengandung karbohidrat, lemak protein, vitamin, dan
mineral dengan komposisi sebagai berikut: kadar air 11-13%, protein 19-21%,
lemak 4,5-7%, serat 3-4%, abu 4-6%, kalsium 0,7-0,9%, fosfor 0,6-0,75%,
dengan kandungan energi 2950-3100 kal/kg. Selanjutnya darah tikus diambil
melalui ekor dan serumnya dianalisis untuk memperoleh data profil lipid awal.
Untuk praperlakuan diet hiperkolesterolemik maka tikus di bagi ke dalam empat
kelompok berdasarkan berat badan secara acak, selanjutnya diberi pakan standard
an kuning telur bebek sebagai sumber kolesterol (5mL/ ekor/ hari) selama tiga
minggu untuk meningkatkan kadar kolesterol plasma darah sampai diperoleh
kondisi hiperkolesterolemik (kolesterol total >300 mg/dL).
Pada akhir masa ini darah diambil melalui ekor dan profil lipid plasma
(kolesterol total, LDL, HDL, dan trigliserida) dianalisis. Setelah tercapai kondisi
hiperkolesterolemik maka selanjutnya diberikan perlakukan dengan pakan
karagenan. Tiap kelompok tikus diberikan pakan yang mengandung karagenan
yang bervariasi selama tiga minggu. Komposisi masing-masing diet untuk tiap
kelompok terantum pada Tabel berikut ini: Dimana; Ko sebagai kontrol (tanpa
karagenan), K1 mengandung karagenan 5%, K2 mengandung 10%, K3
mengandung karagenan 15%. Selama percobaan berlangsung air minum diberikan
setiap hari dan penimbangan berat badan dilakukan selang tiga hari sekali.
3. Analisis Profil Lipid Tikus
Penentuan kolesterol total dilakukan menurut metode CHOD-PAP (cholesterol
oxidase-p-aminophenazone), sementara itu kadar trigliserida dengan metode
GPO-PAP (glycerol phosphate oxidase-p-aminop henazone) yang keduanya
dilakukan secara kolorimetri enzimatis dengan menggunakan kit Boehringer.
Penentuan kadar HDL juga menggunakan kit Boehringer dengan metode CHOD-
PAP. Penentuan LDL dilakukan menurut metode Barras (1994), dimana kadar
LDL = TK – (HDL + TG/5), dengan asumsi TG/5 merupakan nilai VLDL.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


a. Pengaruh Karagenan Terhadap Pertumbuhan Tikus
Tikus percobaan dipelihara selama 49 hari yang meliputi masa
adaptasi (1 minggu), masa praperlakuan peningkatan kadar kolesterol (3 minggu)
dan masa perlakuan (3 minggu). Hasil pengamatan terhadap pertumbuhan tikus
diperlihatkan pada Gambar 1. Kenaikan rata-rata berat badan tikus yang diamati
selama masa percobaan, yaitu Ko (224,17 g), K1 (220,15 g), K2 (220,05 g), dan
K3 (220,44 g).
Walaupun terdapat perbedaan berat badan di antara kelompok tanpa
karagenan (kelompok kontrol) dengan kelompok perlakuan, namun secara
statistik perbedaan kenaikan berat badan antar kelompok, tidak berbeda secara
nyata. Dengan demikian diharapkan semua parameter yang diamati benar-benar
mencerminkan pengaruh perlakuan dan bukan karena faktor heterogenitas tikus
percobaan. Penurunan berat badan yang terjadi pada kelompok perlakuan sejalan
dengan penurunan kadar kolesterol di dalam darah (Gambar 1). Hal ini
menandakan bahwa perlakuan dengan diet yang mengandung karagenan
menyebabkan penurunan berat badan tikus,
b. Pengaruh Karagenan Terhadap PlasLipid Tikus
Pada akhir masa perlakuan, nampak bahwa kadar rata-rata kolesterol total, LDL
dan trigliserida mengalami penurunan masingmasing sebesar 30,66%, 39,15%
dan 32,58%, namun kadar rata-rata HDL naik sebesar 44,63%.
c. Kadar Kolesterol Total
Menunjukkan bahwa tikus dari kelompok tanpa karagenan memiliki
kolesterol total lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelompok dengan tikus
yang mendapat tambahan karagenan seperti tampak. Penurunan kolesterol
kemungkinan di sebabkan oleh kemampuan karagenan dalam menghambat
absorpsi kolesterol di usus serta meningkatkan ekresi asam empedu.
Hasil análisis HDL plasma tikus menunjukkan bahwa kelompok tanpa
karagenan memiliki kadar HDL yang lebih rendah jika dibandingkan dengan
kelompok tikus lainnya. Perlakuan pemberian pakan yang mengandung karagenan
ternyata berpengaruh nyata terhadap kenaikan HDL. Pengujian statistik
menunjukkan adanya peningkatan HDL sebesar 42,20% (K1), 94,94% (K2),
30,15% (K3), sedangkan untuk Ko hanya terjadi peningkatan sebesar 22,13%
dalam darah. HDL adalah satu-satunya molekul pembawa yang berfungsi untuk
menstranfer kelebihan kolesterol dari jaringan periferal menuju ke hati dan sangat
bermanfaat dalam menurunkan resiko aterosklerosis. Hasil análisis LDL plasma
tikus menunjukkan bahwa kelompok tanpa karagenan memiliki kadar LDL yang
lebih tinggi, jika dibandingkan dengan kelompok tikus lainnya. Dimana ini
menunjukkan bahwa hubungan LDL dengan kolesterol total bersifat searah, oleh
karena 65% kolesterol berada dalam bentuk LDL dengan demikian jika kadar
kolesterol turun maka kadar LDL pun turun.
Pengujian secara statistik menunjukkan bahwa penambahan karagenan
ke dalam diet secara nyata menúrunkan kadar trigliserida serum darah. Penurunan
kadar trigliserida mengikuti pola kolesterol total dan LDL.. Walaupun demikian,
hasil keseluruhan penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan karagenan ke
dalam diet dapat memperbaiki profil lipid dan menurunkan berat badan.

IV. KESIMPULAN
Karagenan dalam diet dapat memperbaiki profil lipid plasma darah tikus.
Pengaruh terbaik pada profil lipid darah tikus diberikan oleh diet yang mengandung
10% karagenan (K2). Kolesterol total, LDL, dan trigliserida mengalami penurunan
masing-masing sebesar 47,76, 62,63, dan 42,01%, sedangkan koles terol HDL
meningkat sebesar 94,94%.

Anda mungkin juga menyukai