A. DEFINISI
Fraktur adalah gangguan dari kontinuitas yang normal dari suatu tulang. Jika
terjadi fraktur, maka jaringan lunak di sekitarnya juga sering kali terganggu.
Radiografi (sinar-x) dapat menunjukkan keberadaan cedera tulang, tetapi tidak
mampu menunjukkan otot atau ligamen yang robek, saraf yang putus, atau
pembuluh darah yang pecah sehingga dapat menjadi komplikasi pemulihan klien
( Black dan Hawks, 2014).
Mansjper (2010) mendefinisikan fraktur sebagai terputusnya kontinuitas
tulang yang cenderung lebih banyak disebabkan dari trauma, dan proses penyakit.
fraktur juga didefinisikan sebagai kondisi patah tulang yang biasanya disebabkan
oleh trauma atau tenaga fisik (Price & Wilson,2012).
Fraktur juga diartikan sebagai kondisi trauma pada tulang yang harus segera
mendapatkan tindakan imobilisasi, stabilisasi dengan tindakan operatif dan
monitoring terpadu (Browner, Jupiter, Krettek & Anderson, 2014).
B. ETIOLOGI
C. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis dari fraktur antara lain :
e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal terjadi sebagai akibat trauma dari
pendarahan yang mengikuti fraktur.
D. PATOFISIOLOGI
Patah tulang biasanya terjadi karena benturan tubuh, jatuh atau trauma.
Baik itu karena trauma langsung misalnya: tulang kaki terbentur bemper mobil
atau tidak langsung misalnya: seseorang yang jatuh dengan telapak tangan
menyangga. Juga bisa karena trauma akibat tarikan otot misalnya patah tulang
patela dan olekranon karena otot trisep dan bisep mendadak berkontraksi
(doengoes, 2009).
Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah
dan ke dalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga
biasanya mengalami kerusakan. Reaksi peradangan biasanya timbul hebat
setelah fraktur. Sel-sel darah putih dan sel mast berakumulasi menyebabkan
peningkatan aliran darah ke tempat tersebut. Fagositosis dan pembersihan sisa-
sisa sel mati dimulai. Ditempat patah terbentuknya fibrin (hematoma fraktur)
dan berfungsi sebagai jala-jala untuk melekatkan sel-sel baru aktivitas
osteoblast terangsang dan terbentuk tulang baru imatur yang disebut callus.
Bekuan fibrin diabsorbsi dan sel-sel tulang baru mengalami remodeling untuk
membentuk tulang sejati.
Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut saraf yang berkaitan
dengan pembengkakan yang tidak ditangani dapat menurunkan asupan darah
ke ekstremitas dan mengakibatkan kerusakan saraf perifer. Bila tidak
terkontrol pembengkakan dapat mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan
oklusi darah total dapat berakibat anoksia jaringan mengakibatkan rusaknya
serabut saraf maupun jaringan otot. Komplikasi ini dinamakan sindrom
kompartemen (smeltzer,et al.,2010).
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas
untuk menahan tekanan tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar
dari yang dapat diserap tulang maka terjadilah trauma pada tulang yang
mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi
fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow,
dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena
kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang.
Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah jaringan yang
mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai
dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit dan infiltrasi sel darah putih.
Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang
nantinya ( doenges, 2009).
E. PATHWAY
Patologis ( osteoporosis , tumor tulang, Stress/ keletihan
Traumatic (jatuh, cedera) osteomyelitis)
FRAKTUR
Dapat menyumbat
pembuluh darah kecil
Ketidakefektifan Perfusi
jaringan perifer
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
G. PENATALAKSANAAN
ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORITIS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien dan penanggung jawab
Meliputi lama, jenis kelamin alamat, umur suku, pendidikan, pekerjaan no
RM diagnosa medis, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian dan identitas
penanggung jawab.
2. Status kesehatan
a. Keluhan utama
Kerusakan Integritas Kulit Tissue Integrity: Skin And 1. Jaga kebersihan kulit 1. Mencegah infeksi
Berhubungan dengan Mucous Membranes Wound agar tetap bersih dan 2. Mencegah resiko luka
Ekternal: Healing : primer dan sekunder kering dekubitus
- Hipertermia atau hipotermia setelah dilakukan tindakan 2. Mobilisasi pasien 3. Mengontrol risiko infeksi
- Substansi kimia keperawatan selama …. (ubah posisi pasien) 4. Mencegah terjadinya
- Kelembaban kerusakan integritas kulit pasien setiap 2 jam sekali iritasi mencegah
- Faktor mekanik (bisa teratasi dengan kriteria hasil: 3. Monitor kulit akan terjadinya iritasi
(misalnya: alat yang dapat - Integritas kulit yang baik bisa adanya kemerahan 5. Menjaga kebersihan dan
menimbulkan luka tekanan, dipertahankan (sensasi, 4. Oleskan lotion atau terinfeksinya
restraint) elastisitas, temperatur, minyak/baby oil pada mikroorganisme
- Imobilisasi fisik hidrasi, pigmentasi) daerah yang tertekan 6. Memberikan perawatan
- Radiasi - Tidak ada luka atau lesi pada 5. Memandikan pasien luka yang optimal dan
- Usia yang ekstrem kulit dengan sabun dan air untuk mengetahui
- Kelembaban kulit - Perfusi jaringan baik hangat perkembangan
- Obat-obatan internal - Menunjukkan pemahaman 6. Observasi luka: penyembuhan
- Perubahan status metabolic baik kan kulit dan mencegah lokasi, dimensi,
- Tonjolan tulang terjadinya cedera berulang kedalaman luka,
- Defisit imunologi Berhubung - Mampu melindungi kulit dan karakteristik warna
dengan mempertahankan kelembaban cairan, granulasi
perkembangan perubahan kulit dan perawatan alami jaringan nekrotik tanda-
sensasi tanda infeksi lokal
formasi traktus
Intoleransi Aktivitas Setelah diberikan asuhan Toleransi aktivitas 1. Mempengaruhi pilihan
Tujuan an: setelah dilakukan keperawatan selama…. X…... 1. Kaji kemampuan pasien intervensi
tindakan keperawatan diharapkan Jam di di hari pasien dapat untuk melakukan 2. Manifestasi
intoleransi aktivitas dapat teratasi meningkatkan partisipasi dalam aktivitas normal catat kardiopulmonal dari
kriteria hasil: aktivitas dengan kriteria hasil : laporan kelemahan, upaya jantung dan paru
1. Pasien tidak merasa lemas 1. Kelelahan efek yang keletihan untuk membawa jumlah
2. Aktivitas yang dilakukan mengganggu gangguan 2. Awasi tekanan darah, oksigen ke jaringan
secara mandiri aktivitas fisik dipertahankan nadi, pernafasan 3. Meningkatkan istirahat
pada dua (cukup berat) 3. Berikan lingkungan untuk menurunkan
ditingkatkan ke 4 (ringan) tenang kebutuhan oksigen tubuh
4. Monitor warna kulit, 4. Untuk mengetahui
suhu dan kelembaban keadaan umum pasien
Resiko Infeksi Setelah dilakukan asuhan Monitor ttv pasien Untuk mengetahui keadaan
Tujuan: setelah dilakukan keperawatan selama...x…. jam Kontrol nyeri umum pasien
tindakan keperawatan diharapkan diharapkan penyebaran infeksi 1. Ganti peralatan 1. Untuk mencegah infeksi
resiko infeksi dapat teratasi tidak terjadi dengan karakteristik perawatan luka per 2. Untuk mencegah infeksi
Kriteria Hasil: hasil: pasien
Tidak ada tanda-tanda infeksi NOC Label 2. Ajarkan pasien
1. Deteksi risiko mengenai teknik
- Kenali tanda dan gejala mencuci tangan dengan
yang mengidentifikasi tepat mad
resiko pertahankan pada 2 Perlindungan infeksi
(jarang yang menunjukkan) 1. Monitor kerentanan 1. Untuk mencegah infeksi
ditingkatkan ke 4 (sering terhadap infeksi
menunjukkan) 2. Berikan perawatan kulit 2. Terhindar dari penyakit
- Monitor Perubahan status yang tepat, periksa kulit
kesehatan dipertahankan adanya kemerahan
pada 2 (jarang 3. Ajarkan pasien dan
menunjukkan) menjadi 4 keluarga bagaimana
(sering menunjukkan) cara cara mencuci
tangan
B. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan
oleh perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien dalam proses
penyembuhan dan perawatan serta masalah kesehatan yang dihadapi pasien yang
sebelumnya disusun dalam rencana keperawatan (nursalam 2011).
Implementasi dilaksanakan sesuai intervensi yang telah dibuat.
C. EVALUASI KEPERAWATAN
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan
dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan
lainnya. Penilaian keperawatan adalah mengukur keberhasilan dari rencana dan
pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
klien. Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai.
Evaluasi adalah sebagian yang direncanakan dan diperbandingkan yang
sistematis pada status kesehatan klien. Dengan mengukur perkembangan klien
dalam mencapai suatu tujuan evaluasi ini dilakukan dengan menggunakan format
evaluasi soap meliputi data subjektif data objektif, data analisa dan data
perencanaan (nursalam, 2009). Evaluasi berdasarkan noc 2016.