Anda di halaman 1dari 15

2.

Teori

Telah kita ketahui bahwa air (H2O) adalah elektrolit yang sangat lemah dengan pKw = 14. Itulah
sebabnya asam dan basa selalu bereaksi menjadi garam dan air, sebagai contoh HCl dengan NaOH.

H+Cl- + Na+OH- Na+Cl- + H2O

Pada hakikatnya reaksi ini adalah reaksi pembentukan air yang disebut netralisasi.

H+ + OH- H2O

Karena Na+ dan Cl- tidak mengalami perubahan. Reaksi netralisasi dapat dipakai untuk
menentukan konsentrasi larutan asam atau basa. Caranya dengan menambahkan setetes demi setetes
larutan basa kepada larutan asam. Setiap basa yang diteteskan bereaksi dengan asam dan penetesan
dihentikan pada saat jumlah mol H+ setara dengan mol OH-. Pada saat itu larutan bersifat netral dan
disebut titik ekuivalen. Cara seperti itu disebut titrasi, yaitu analisis dengan mengukur jumlah larutan
yang diperlukan untuk bereaksi tepat sama dengan larutan lain. Analisis ini disebut juga volumetri,
karena yang diukur adalah volume larutan basa yang dipakai dengan volume tertentu larutan asam.

Larutan basa yang akan diteteskan (titran) dimasukkan ke dalam buret ( pipa panjang berskala )
dan jumlah yang terpakai dapat diketahui dari tinggi sebelum dan sesudah titrasi. Larutan asam yang
akan dititrasi dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, dengan mengukur volumenya terlebih dahulu dengan
menggunakan pipet gondok. Untuk mengamati titik ekuivalen dipakai indicator yang perubahan
warnanya disekitar titik ekuivalen. Saat terjadi perubahan warna itu disebut titik akhir.

Seharusnya titik akhir berhimpit dengan titik ekuivalen, tetapi hal ini sangat sukar diperoleh. Jadi
dalam titrasi yang dapat diamati adalah titik akhir dan bukan titik ekuivalen.

Indikator untuk titrasi asam basa ditentukan darikurva titrasi yang menunjukkan hubungan pH
larutan dan volume titran. Kurva ini dapat dibuat secara teoritis dengan menghitung pH larutan asam
pada :

1. Titik awal sebelum penambahan basa


2. Titik-titik setelah ditambah basa sehingga larutan mengandung garam yang terbentuk dan
kelebihan asam.
3. Titik ekuivalen, yaitu saat larutan hanya mengandung garam, tanpa ada kelebihan asam atau
basa.
4. Daerah lewat ekuivalen, yaitu larutan mengandung garam dan kelebihan basa.

Bentuk kurva dipengaruhi oleh jenis asam dan basa yang digunakan. Ada tiga jenis titrasi asam basa
yaitu :

1. Asam kuat dengan basa kuat


2. Asam lemah dengan basa kuat
3. Asam kuat dengan basa lemah

I. Titrasi asam kuat dengan basa kuat


Kita ambil HCl dan NaOH sebagai contoh asam kuat dan basa kuat. Misalkan, 25 ml HCl 0,1 M
dititrasi dengan NaOH 0,1 M. Bila larutan HCl ditambah a ml NaOH, maka [HCl] yang tinggal
sama dengan [H+] yaitu :

[H+] = (25. 0,1 M) – (a.0,1 M)

25 + a

Dengan demikian, sebagai contoh dapat dihitung pH larutan pada berbagai titik.

1. Titik awal : pH = -log (H+)


= - log 0,1
=1
2. Setelah penambahan 10 ml NaOH
pH = -log (25. 0,1 M) – (10.0,1 M)

25 + 10
= 1,37
3. Pada titik ekuivalen, larutan hanya mengandung NaCl. Garam ini adalah AK-BK (asam kuat-
basa kuat), maka pH = 7.
pOH = -log (25. 0,1 M) – (25.0,1 M)

25 + 25,01
= 4,70
pH = 14 – 4,70
= 9,30

Setelah dihitung pH larutan sesudah penambahan NaOH didapat data seperti table
berikut kurvanya.

Volume Volume
No Volume HCl (ml) Konsentrasi kelebihan ion pH
NaOH (ml) Total (ml)

1. 25,00 0,00 25,00 0,00 1,00


2. 25,00 10,00 35,00 4,3 x 10-2 [H+] 1,37

3. 25,00 24,00 49,99 2,0 x 10-5 [H+] 4,70


4. 25,00 25,00 50,00 0,00 7,00

5. 25,00 25,00 50,00 2,0 x 10-5 [H+] 9,30


6. 25,00 26,00 51,00 2,0 x 10-3 [H+] 11,30

7. 25,00 50,00 75,00 3,30 x 10-2 [H+] 12,52


Kurva titrasi 25 ml HCl 0,1 M dengan NaOH 0,1 M

Ternyata disekitar titik ekuivalen, garis kurva naik tajam yaitu pH sekitar 4 s/d 9. Berarti pada
daerah ini penambahan NaOH sedikit menimbulkan perubahan pH yang besar. Hal ini sangat
menguntungkan dalam memilih indicator untuk mengamati titik akhir. Kita dapat memakai
phenolfpthalaein untuk titrasi asam dengan basa, walaupun perubahan warnanya terjadi pada sekitar
pH 8 s/d 10 yaitu dari tidak berwarna menjadi merah. Oleh sebab itu indikator dimasukkan pada larutan
asam yang akan dititrasi, bukan pada larutan basa.

II. Titrasi asam lemah dengan basa kuat

Titrasi asam lemah dengan basa kuat akan mempunyai kurva dan titik ekuivalenyang berbeda
dengan asam kuat dan basa kuat. Sebagai contoh, 25 ml CH 3COOH 0,10 M yang dititrasi dengan NaOH
0,1 M.

1. Pada titik awal hanya mengandung CH3COOH, maka :


pH = - log √Ka.Ca
= - log √(1,8 . 10-5) . (0,10)
= 2,88

2. Setelah ditambahkan a ml NaOH terdapat kelebihan CH 3COOH dan CH3COONa. Campuran ini
menjadi buffer dengan :
pH = -log Ka. Ca/Cg
Ca = ((25.0,10) – (a.0,1)) / 25 +a
Cg = (a.0,10) / 25 + a
Contoh, jika ditambahkan 10 ml NaOH
Ca = ((25.0,10) – (10.0,1)) / 25 +10 , M = 4,3 . 10 -3 M
Cg = (10.0,10) / 25 + 10 , M = 2,9 . 10 -2 M
pH = - log 1,8 . 10-5 x ( 4.3 . 10-3) / (2,9 . 10-2) M
= 4,57

3. Pada titik ekuivalen, telah ditambahkan 25 ml NaOH sehingga semua CH 3COOH telah bereaksi
dengan NaOH menjadi CH3COONa. Akan tetapi CH3COONa terion dan CH3COO- terhidrolisis
dengan Kh = 5,6.10-10.
Larutan ini bersifat basa dengan :

Cg = 0,1 . 25/50 , M= 0,05 M


pOH = - log √Kh.Cg
= - log √5,6 . 10-10. 0,05
= 5,26
pH = 8,72

4. Setelah melewati titik ekuivalen, volume basa melebihi asam, sehingga larutan mengandung
CH3COONa dan kelebihan NaOH. Konsentrasi OH - yang dihitung hanya dari NaOH, akrena basa
kuat sedangkan yang berasal dari hidrolisis garam dapat diabaikan. Berdasarkan hal tersebut
larutan mempunyai :

pOH = - log [ NaOH]


[ NaOH ] = ((a-25) 0,10 M) / a + 25

Sebagai contoh setelah ditambahkan 26 ml NaOH, maka :

pOH = - log ((26-25) 0,10) / 26+25


= 2,7
pH = 11,3

Nilai pH larutan ditambahkan NaoH dengan berbagai volume dapat dilihat pada tabel berikut beseeta
kurva titrasinya. Terlihat bahwa phenolfpthalaein masih dapat dipakai sebagai indicator dalam titrasi ini.

No Volume NaOH (ml) Konsentrasi H+ atau OH- pH

1. 0,0 1,3 x 10-3 (H+) 2,89


2. 10,0 2,7 x 10-5 (H+) 4,57

3. 24,99 7,2 x 10-9 (H+) 8,14


4. 25,0 5,3 x 10-6 (H+) 8,72

5. 25,01 2,0 x 10-5 (H+) 9,30


6. 26,0 2,0 x 10-3 (H+) 11,30
Kurva Titrasi 25 ml CH3COOH 0,1 M dengan NaOH 0,1 M

III. Titrasi asam kuat dengan basa lemah

Contoh yang diambil untuk basa lemah dan asam kuat adalah NH 4OH 0,10 M dan HCl 0,10 M.
Larutan yang dititrasi ini adalah basa lemah , sedangkan penitrasinya adalah asam kuat. Titrasi
ini mirip dengan titrasi asam lemah dengan basa kuat, kurva seperti pada contoh :

Kurva Titrasi 25 ml NH4OH 0,10 M dengan HCl 0,10 M

Pada titik ekuivalen, larutan hanya mengandung garam NH 4Cl yang menghasilkan ion
NH yang terhidrolisis ( Kh = 5,6 x 10-10 )
4
+

pH = - log √Kh.Cg
= - log 5,6. 10-10 x ( 25/50 ) x 0,1
= 5,28
Kurva titrasi turun tajam pada pH 8 s/d 2 , sehingga meil jingga dapat dipakai sebagai
indicator, karena perubahan warnanya pada pH 3,1 s/d 4,4 yaitu dari kuning ke merah.
Dalam analisis, perhitunan dilakukan pada titik ekuivalen, yaitu saat terdapat kesetaraan
mol dengan mol. Jumlah mol dapat dicari dari volume (V) dan kemolaran (M), baik untuk asam
maupun basa dengan menggunakan rumus : VH + x MH+ = VOH- x MOH-
Rumus diatas digunakan untuk menghitung larutan asam atau basa setelah diperoleh titik
akhirnya.

Membuat Larutan

 HCl
1 M , 250 ml, 26 %, ᵨ = 1,02
M = ( 10 x 26 x 1,02 ) / 36,5
= 7,26

V1.M1 = V2.M2
V1. 7,26 = 250.1
V1 = 34,43

 CH3COOH
1 M , 250 ml, 98 %, ᵨ = 1,049
M = ( 10 x 9,8 x 1,049 ) / 60
= 17,13

V1.M1 = V2.M2
V1. 17,13 = 250.1
V1 = 14,59

 NaOH
1 M, 250 ml
M = gr/mr x 1000/v
1 = gr/40 x 1000/250
1 = 4 gr / 40
Gr = 10

Kalibrasi pH meter

1. Siapkan tiga gelas kimia yang diisi aquades


2. Siapkan pH meter dan 2 larutan dengan pH masing-masing 6 dan 4
3. Celupkan pH meter dalam keadaan off kedalam salah satu gelas yang berisi aquades
4. Keringkan pH meter dengan tissue
5. Masukkan larutan pH ke dua gelas yang tersisa
6. Celupkan pH meter dengan keadaan on ke dalam salah satu gelas yang telah tercampur
larutan. ( misal : larutan dengan pH 4 )
7. Tunggu hingga pH meter menunjukkan angka 4. Jika tidak bekerja, putar baut dengan
menggunakan obeng searah jarum jam.
8. Angkat pH meter dan bilas dengan aquades, lalu keringkan dengan tissue
9. Ulangi langkah 6 dan 7 ke dalam gelas dengan larutan berbeda
10. Bilas pH meter, keringkan dan pH meter siap digunakan.

3.Alat dan Bahan yang diperlukan

No. Alat yang diperlukan No. Bahan yang diperlukan

1. Erlenmeyer 250 ml 1. Larutan HCl 1 M


2. Pipet Volumetrik 250 ml 2. Larutan CH3COOH 1 M

3. Buret 3. Larutan NaOH 1 M


4. Statif dan Klem 4. Indikaor phenolfpthalaein (PP)

5. Corong kecil
6. Botol semprot berisi air suling

pH meter (telah kalibrasi) / kertas indikator


7.
universal

4.Jalannya Eksperimen

Eksperimen 1 : Titrasi Asam Kuat oleh Basa Kuat


1. Isi Erlenmeyer dengan 25 ml HCl 1 M, gunakan pipet volumetric.
2. Tambahkan sebanyak 5 tetes indicator pp kedalam Erlenmeyer.
3. Siapkan buret, statif dan klem.
4. Isi buret dengan larutan NaOH 1 M tepat 30 ml dengan bantuan corong
5. Buka kran secara perlahan sehingga NaOH mengalir tepat ke dalam Erlenmeyer
6. Lakukan pengukuran pH dengan pH meter atau kertas indicator universal pada saat
penambahan NaOH mencapai masing-masing volume seperti yang tercantum pada table hasil
eksperimen.
7. Selama penambahan NaOH, goyangkan Erlenmeyer agar NaOH merata pada seluruh larutan.
8. Amati perubahan warna larutan yang terjadi, catat hasilnya.

Eksperimen 2 : Titrasi Asam Lemah oleh Basa Kuat


Ulangi eksperimen 1 dengan mengganti larutan HCl menjadi 25 ml larutan CH 3COOH 1 M.
Data Eksperimen

Eksperimen 1 Eksperimen 2
No Pengamatan warna Pengamatan warna
Volume NaOH (ml) pH Volume NaOH (ml) pH
larutan larutan
1. 0,0 1,6 bening 0,0 0,9 bening

2. 5,0 1,4 bening 5,0 2,9 bening


3. 15,0 1,2 bening 15,0 6,1 bening

4. 30,0 0,6 bening 18,0 13 ungu muda

 Pada volume ke 18 ml mengalami reaksi, larutan berubah menjadi warna ungu muda
dengan pH = 13

Jalannya Eksperimen

Eksperimen 1 : Titrasi Asam Kuat oleh Basa Kuat

1. Isi Erlenmeyer dengan 25 ml HCl 1 M, gunakan pipet volumetric.


2. Tambahkan sebanyak 5 tetes indicator pp kedalam Erlenmeyer.

3. Siapkan buret, statif dan klem.

4. Isi buret dengan larutan NaOH 1 M tepat 30 ml dengan bantuan corong

5. Buka kran secara perlahan sehingga NaOH mengalir tepat ke dalam Erlenmeyer

6. Lakukan pengukuran pH dengan pH meter atau kertas indicator universal pada saat
penambahan NaOH mencapai masing-masing volume seperti yang tercantum pada table hasil
eksperimen.
7. Selama penambahan NaOH, goyangkan Erlenmeyer agar NaOH merata pada seluruh larutan.

8. Amati perubahan warna larutan yang terjadi, catat hasilnya.

Eksperimen 2 : Titrasi Asam Lemah oleh Basa Kuat


Ulangi eksperimen 1 dengan mengganti larutan HCl menjadi 25 ml larutan CH 3COOH 1 M.

5. Tugas dan Pertanyaan

1. Jelaskan perbedaan pada eksperimen 1 dan 2 ditinjau dari pH titik ekuivalennya


2. Buatlah perbandingan antara hasil perhitungan pH larutan dengan hasil eksperimen reaksi-
reaksi berikut :
a. 25 ml HCl 1 M dengan 10 ml NaOH 1 M

b. 25 ml HCl 1 M dengan 20 ml NaOH 1 M

c. 25 ml HCl 1 M dengan 25 ml NaOH 1 M

d. 25 ml CH3COOH 1 M dengan 10 ml NaOH 1 M

e. 25 ml CH3COOH 1 M dengan 20 ml NaOH 1 M

f. 25 ml CH3COOH 1 M dengan 25 ml NaOH 1 M

3. Jelaskan kegunaan indicator pada titrasi !

6. Tugas Prasyarat

1. Mengapa air termasuk elektrolit lemah ?


2. Mengapa konsentrasi asam H+ dinyatakan dengan pH dan konsentrasi OH - dengan pOH.
Jelaskan !

3. Mengapa larutan asam mempunyai pH lebih kecil dari 7 dan larutan basa lebih besar dari 7 ?

4. Hitunglah pH dan pOH larutan :


a. HCl 0,001 M

b. HNO3 0,0125 M

c. KOH 0,0012 M

d. NaOH 8,5 x 10-10 M


e. HBr 0,032 M

5. Hitunglah pH dan pOH larutan :


a. HNO3 0,30 M

b. HF 1,00 M

c. HCN 0,10 M
d. N2H4 0,20 M

e. Hidroksidasilamin 0,35 M

f. Piridin 0,10 M

6. Tentukan konsentrasi OH- dari larutan pH nya :


a. 1,3

b. 5,73

c. 4,0

d. 7,8
e. 10,94

f. 12,61

7. Basa lemah B dengan konsentrasi 0,012 M mempunyai pH = 11,40. Hitunglah Kb basa ini!

8. Berapa gr HCl yang harus dilarutkan dalam 500 ml agar pH larutan 4,74 ?

9. Asam cuka adalah nama lain dari asam asetat. Berapakah pH larutan asam cuka 0,01 M?

10. Berapakah konsentrasi asam asetat bila pH larutan 2,50?

Anda mungkin juga menyukai