Laporan Kimia 11
Laporan Kimia 11
Teori
Telah kita ketahui bahwa air (H2O) adalah elektrolit yang sangat lemah dengan pKw = 14. Itulah
sebabnya asam dan basa selalu bereaksi menjadi garam dan air, sebagai contoh HCl dengan NaOH.
Pada hakikatnya reaksi ini adalah reaksi pembentukan air yang disebut netralisasi.
H+ + OH- H2O
Karena Na+ dan Cl- tidak mengalami perubahan. Reaksi netralisasi dapat dipakai untuk
menentukan konsentrasi larutan asam atau basa. Caranya dengan menambahkan setetes demi setetes
larutan basa kepada larutan asam. Setiap basa yang diteteskan bereaksi dengan asam dan penetesan
dihentikan pada saat jumlah mol H+ setara dengan mol OH-. Pada saat itu larutan bersifat netral dan
disebut titik ekuivalen. Cara seperti itu disebut titrasi, yaitu analisis dengan mengukur jumlah larutan
yang diperlukan untuk bereaksi tepat sama dengan larutan lain. Analisis ini disebut juga volumetri,
karena yang diukur adalah volume larutan basa yang dipakai dengan volume tertentu larutan asam.
Larutan basa yang akan diteteskan (titran) dimasukkan ke dalam buret ( pipa panjang berskala )
dan jumlah yang terpakai dapat diketahui dari tinggi sebelum dan sesudah titrasi. Larutan asam yang
akan dititrasi dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, dengan mengukur volumenya terlebih dahulu dengan
menggunakan pipet gondok. Untuk mengamati titik ekuivalen dipakai indicator yang perubahan
warnanya disekitar titik ekuivalen. Saat terjadi perubahan warna itu disebut titik akhir.
Seharusnya titik akhir berhimpit dengan titik ekuivalen, tetapi hal ini sangat sukar diperoleh. Jadi
dalam titrasi yang dapat diamati adalah titik akhir dan bukan titik ekuivalen.
Indikator untuk titrasi asam basa ditentukan darikurva titrasi yang menunjukkan hubungan pH
larutan dan volume titran. Kurva ini dapat dibuat secara teoritis dengan menghitung pH larutan asam
pada :
Bentuk kurva dipengaruhi oleh jenis asam dan basa yang digunakan. Ada tiga jenis titrasi asam basa
yaitu :
25 + a
Dengan demikian, sebagai contoh dapat dihitung pH larutan pada berbagai titik.
25 + 10
= 1,37
3. Pada titik ekuivalen, larutan hanya mengandung NaCl. Garam ini adalah AK-BK (asam kuat-
basa kuat), maka pH = 7.
pOH = -log (25. 0,1 M) – (25.0,1 M)
25 + 25,01
= 4,70
pH = 14 – 4,70
= 9,30
Setelah dihitung pH larutan sesudah penambahan NaOH didapat data seperti table
berikut kurvanya.
Volume Volume
No Volume HCl (ml) Konsentrasi kelebihan ion pH
NaOH (ml) Total (ml)
Ternyata disekitar titik ekuivalen, garis kurva naik tajam yaitu pH sekitar 4 s/d 9. Berarti pada
daerah ini penambahan NaOH sedikit menimbulkan perubahan pH yang besar. Hal ini sangat
menguntungkan dalam memilih indicator untuk mengamati titik akhir. Kita dapat memakai
phenolfpthalaein untuk titrasi asam dengan basa, walaupun perubahan warnanya terjadi pada sekitar
pH 8 s/d 10 yaitu dari tidak berwarna menjadi merah. Oleh sebab itu indikator dimasukkan pada larutan
asam yang akan dititrasi, bukan pada larutan basa.
Titrasi asam lemah dengan basa kuat akan mempunyai kurva dan titik ekuivalenyang berbeda
dengan asam kuat dan basa kuat. Sebagai contoh, 25 ml CH 3COOH 0,10 M yang dititrasi dengan NaOH
0,1 M.
2. Setelah ditambahkan a ml NaOH terdapat kelebihan CH 3COOH dan CH3COONa. Campuran ini
menjadi buffer dengan :
pH = -log Ka. Ca/Cg
Ca = ((25.0,10) – (a.0,1)) / 25 +a
Cg = (a.0,10) / 25 + a
Contoh, jika ditambahkan 10 ml NaOH
Ca = ((25.0,10) – (10.0,1)) / 25 +10 , M = 4,3 . 10 -3 M
Cg = (10.0,10) / 25 + 10 , M = 2,9 . 10 -2 M
pH = - log 1,8 . 10-5 x ( 4.3 . 10-3) / (2,9 . 10-2) M
= 4,57
3. Pada titik ekuivalen, telah ditambahkan 25 ml NaOH sehingga semua CH 3COOH telah bereaksi
dengan NaOH menjadi CH3COONa. Akan tetapi CH3COONa terion dan CH3COO- terhidrolisis
dengan Kh = 5,6.10-10.
Larutan ini bersifat basa dengan :
4. Setelah melewati titik ekuivalen, volume basa melebihi asam, sehingga larutan mengandung
CH3COONa dan kelebihan NaOH. Konsentrasi OH - yang dihitung hanya dari NaOH, akrena basa
kuat sedangkan yang berasal dari hidrolisis garam dapat diabaikan. Berdasarkan hal tersebut
larutan mempunyai :
Nilai pH larutan ditambahkan NaoH dengan berbagai volume dapat dilihat pada tabel berikut beseeta
kurva titrasinya. Terlihat bahwa phenolfpthalaein masih dapat dipakai sebagai indicator dalam titrasi ini.
Contoh yang diambil untuk basa lemah dan asam kuat adalah NH 4OH 0,10 M dan HCl 0,10 M.
Larutan yang dititrasi ini adalah basa lemah , sedangkan penitrasinya adalah asam kuat. Titrasi
ini mirip dengan titrasi asam lemah dengan basa kuat, kurva seperti pada contoh :
Pada titik ekuivalen, larutan hanya mengandung garam NH 4Cl yang menghasilkan ion
NH yang terhidrolisis ( Kh = 5,6 x 10-10 )
4
+
pH = - log √Kh.Cg
= - log 5,6. 10-10 x ( 25/50 ) x 0,1
= 5,28
Kurva titrasi turun tajam pada pH 8 s/d 2 , sehingga meil jingga dapat dipakai sebagai
indicator, karena perubahan warnanya pada pH 3,1 s/d 4,4 yaitu dari kuning ke merah.
Dalam analisis, perhitunan dilakukan pada titik ekuivalen, yaitu saat terdapat kesetaraan
mol dengan mol. Jumlah mol dapat dicari dari volume (V) dan kemolaran (M), baik untuk asam
maupun basa dengan menggunakan rumus : VH + x MH+ = VOH- x MOH-
Rumus diatas digunakan untuk menghitung larutan asam atau basa setelah diperoleh titik
akhirnya.
Membuat Larutan
HCl
1 M , 250 ml, 26 %, ᵨ = 1,02
M = ( 10 x 26 x 1,02 ) / 36,5
= 7,26
V1.M1 = V2.M2
V1. 7,26 = 250.1
V1 = 34,43
CH3COOH
1 M , 250 ml, 98 %, ᵨ = 1,049
M = ( 10 x 9,8 x 1,049 ) / 60
= 17,13
V1.M1 = V2.M2
V1. 17,13 = 250.1
V1 = 14,59
NaOH
1 M, 250 ml
M = gr/mr x 1000/v
1 = gr/40 x 1000/250
1 = 4 gr / 40
Gr = 10
Kalibrasi pH meter
5. Corong kecil
6. Botol semprot berisi air suling
4.Jalannya Eksperimen
Eksperimen 1 Eksperimen 2
No Pengamatan warna Pengamatan warna
Volume NaOH (ml) pH Volume NaOH (ml) pH
larutan larutan
1. 0,0 1,6 bening 0,0 0,9 bening
Pada volume ke 18 ml mengalami reaksi, larutan berubah menjadi warna ungu muda
dengan pH = 13
Jalannya Eksperimen
5. Buka kran secara perlahan sehingga NaOH mengalir tepat ke dalam Erlenmeyer
6. Lakukan pengukuran pH dengan pH meter atau kertas indicator universal pada saat
penambahan NaOH mencapai masing-masing volume seperti yang tercantum pada table hasil
eksperimen.
7. Selama penambahan NaOH, goyangkan Erlenmeyer agar NaOH merata pada seluruh larutan.
6. Tugas Prasyarat
3. Mengapa larutan asam mempunyai pH lebih kecil dari 7 dan larutan basa lebih besar dari 7 ?
b. HNO3 0,0125 M
c. KOH 0,0012 M
b. HF 1,00 M
c. HCN 0,10 M
d. N2H4 0,20 M
e. Hidroksidasilamin 0,35 M
f. Piridin 0,10 M
b. 5,73
c. 4,0
d. 7,8
e. 10,94
f. 12,61
7. Basa lemah B dengan konsentrasi 0,012 M mempunyai pH = 11,40. Hitunglah Kb basa ini!
8. Berapa gr HCl yang harus dilarutkan dalam 500 ml agar pH larutan 4,74 ?
9. Asam cuka adalah nama lain dari asam asetat. Berapakah pH larutan asam cuka 0,01 M?