Anda di halaman 1dari 4

Sistem Ekskresi pada Reptil

Gambar : Organ Ekskresi pada Reptil

Alat ekskresi pada hewan reptil ada tiga macam, yaitu ginjal, paru-paru, dan
kulit. Paru-paru dan kulit digunakan oleh reptile sebagai sarana sistem pernapasan
pada hewan reptile. Seperti yang kita ketahui, di dalam paru-paru ada struktur yang
disebut dengan alveolus. Alveolus merupakan kantung udara yang kecil namun kaya
akan pembuluh darah. Karena strukturnya yang kaya akan pembuluh darah kapiler,
maka pada paru-paru inilah proses pertukaran gas antara oksigen dan karbon dioksida
dilakukan. 

Sementara itu, kulit memiliki peran yang sama yaitu dalam pertukaran gas.
Perbedaannya, di sini kulit hanya berperan sebagai organ pernapasan pembantu. Jadi
jika paru-paru sedang tidak berfungsi optimal, maka kulit akan mengambil alih
sebagian dari peran paru-paru. Lalu alat ekskresi selanjutnya adalah ginjal. Ginjal
adalah alat ekskresi yang paling dominan pada reptile. Sistem pembuangan urin juga
merupakan sistem ekskresi yang paling dominan pada reptile.. Ginjal metanefros pada
reptile akan menyaring urin yang masuk. Urin pada reptile akan masuk melalui
pembuluh-pembuluh yang menuju ke metanefros. Kemudian di sana urin akan
disaring. Metanefros akan membuang asam urat yang terkandung dalam urin.
Metanefros mengekskresikan sebagian besar metabolism reptile dalam bentuk asam
urat. Ini karena asam urat dapat berbahaya bila disimpan terus-menerus dalam tubuh.
Karena pembuangan dalam bentuk asam urat inilah maka reptile tak memerlukan
banyak air untuk membuang nitrogen dalam darah.

Asam urat akan diproses terlebih dahulu dalam metanefros. Sehingga asam
urat yang keluar dalam tubuh reptile akan berwarna putih dan tak lagi beracun bagi
tubuhnya. Sementara itu air yang masih dibutuhkan akan diserap kembali oleh saluran
metanefros dan diedarkan kembali ke tubuh reptile. Beberapa anggota reptile seperti
buaya juga mengeluarkan ammonia dalam sisa metabolismenya. Buaya akan
mengeluarkan asam urat dan ammonia dalam fesesnya karena ginjalnya terletak
berdekaatan dengan usus. Sebenarnya zat sisa ini juga dapat digunakan oleh reptile
sebagai alat untuk berlindung dari musuhnya.

Gambar : Organ Ekskresi pada kura-kura, buaya dan cicak

Ular, buaya, dan biawak tidak memiliki kantong kemih. Untuk beradaptasi
dengan lingkungan yang kering, ketiga anggota reptil tersebut mengubah urinnya
menjadi asam urat dan membuangnya dalam bentuk kering seperti pasta putih. Pada
kotoran tokek atau cicak biasanya separuh hitam dan ujungnya putih. Bagian hitam
merupakan feses (tinja) dan yang putih asam urat. Jadi, sebagian besar anggota
reptilia membuang limbah nitrogen tanpa kehilangan air. Hal ini penting karena
lingkungan mereka yang sangat kering dan kulitnya tertutup sisik tebal.
Pada kadal dan kura-kura, ginjal meneruskan urin ke vesika urinaria (kantong
kemih) melalui ureter yang pendek. Kantong kemih meneruskan lagi ke kloaka. Kura-
kura tertentu memiliki dua kantong tambahan pada kantong kemihnya sebagai alat
bantu respirasi. Pada kura-kura betina, kedua kantong tambahan itu terkadang berisi
air untuk membasahi tanah di tempatnya bertelur agar lunak saat digali.

Sistem Osmoregulasi pada Reptil

Ada empat ordo utama dalam reptilia yaitu ular, kadal, kura-kura dan buaya.
Diantara keempat ordo tersebut, buaya sangat bergantung pada air, sedangkan ordo
yang lain telah beradaptasi dengan baik terhadap habitat yang kering, dan hanya
sedikit sekali yang akuatik atau semi akuatik.

Kulit reptil berciri kering, berzat tanduk dan impermeabel terhadap air. Reptil
mengekskresikan asam urat lewat urine. Keadaan kulit yang kering dan bersisik
tersebut diyakini merupakan cara beradaptasi yang baik terhadap kehidupan darat,
yakni agar tidak kehilangan banyak air. Untuk lebih menghemat air, hewan tersebut
menghasilkan zat sisa bernitrogen dalam bentuk asam urat, yang pengeluarannya
hanya membutuhkan sedikit air. selain itu, Reptil juga melakukan penghematan air
dengan menghasilkan feses yang kering. Bahkan, Kadal dan kura-kura pada saat
mengalami dehidrasi mampu memanfaatkan urin encer yang dihasilkan dan disimpan
dikandung kemihnya dengan cara mereabsorbsinya.

Beberapa reptil laut, ekskresi garam dilakukan oleh kelenjar garam di


kepalanya, disamping ginjalnya. Kelenjar garam menghasilkan cairan dengan
konsentrasi tinggi, terutama natrium dan klorida yang konsentrasinya lebih tinggi
daripada air laut. Kelenjar garam tidak berfungsi secara terus menerus seperti ginjal,
akan tetapi hanya berfungsi apabila kadar garam dalam darah sangat tinggi sehingga
ginjal tidak mampu berfungsi. Kelenjar garam lebih sedikit menggunakan air. Pada
kadal laut kelenjar garamnya (kelenjar nasal) mengeksresikan hasilnya kebagian
anterior rongga hidungnya dan ekskresi yang tiba-tiba menyemprotkan cairan keluar
seperti spray melalui lubang hidungnya.

Kura-kura laut pemakan tumbuhan atau karnivora memiliki kelenjar garam


yang besar pada sekitar kedua matanya (kelenjar orbital). Kelenjar ini bermuara pada
sudut posterior matanya dan pada saat mengeluarkan ekskresi kura-kura nampak
seperti menangis. Ular laut juga memiliki kelenjar garam yang bermuara ke dalam
rongga mulutnya (kelenjar bawah lidah). Sedangkan buaya laut sebagian tidak
memiliki kelenjar garam, dan sebagian yang lain memiliki kelenjar garam untuk
memelihara keseimbangan cairan tubuhnya dengan hidup di muara sungai, memakan
ikan, dan memiliki kulit yang sangat impermeabel.

Anda mungkin juga menyukai