ZUHUD (1796142014)
39.27
31.27 31.24
27.114 28.261 28.25
27.584 28.001
25.25 25.701
Berdasarkan dari data grafik di atas yaitu perkembangan harga bawang merah di
Indonesia 5 tahun terakhir yang cenderung mengalami fluktuatif. Bisa dilihat pada tahun
2015 hingga 2015 harga bawang merah sangat tinggi hal ini diakibatkan karena tingginya
serangan hama penyakit dan kekeringan yang menurunkan produksi bawang merah
sehingga menyebabkan harga bwang merah sangat tinggi dan juga bisa diakibatkan curah
hujan yang tinggi yang tidak dapat diprediksi dan berimbas pada bawang merah yang
banyak mengalami kerusakan dan membuat harganya naik. Dan pada tahun 2017 harga
bwang merah mengalami penurunan meskipun tidak terlalu signifikan hal ini akibatkan
banyaknya peredaran bawang merah di pasar konsumen namun permintaan yang kurang
sehingga menyebabkan harga bawang merah mengalami penurunan. Dan pada tahun
2019 harga bawang merah kembali naik namun tidak seperti tahun tahun sebelumnya.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor
115/MPP/Kep/2/1998 tanggal 27 Februari 1998 (disingkat: "Kepmenperindag
115/1998").[1]Kementerian Perdagangan menerbitkan Peraturan Menteri Perdagangan
Nomor 27/M-DAG/PER/5/2017 tentang Penetapan Harga Acuan Pembelian di Petani dan
Harga Acuan Penjualan di Konsumen ("Permendag 27/2017") yang mulai berlaku pada
16 Mei 2017. Salah satu kebijakan yang dilakukan untuk menjaga stabilisasi harga yaitu
dengan menetapkan harga acuan bawang merah di pembelian di petani sebesar Rp 15.000
per kg untuk Konde Basah, Rp 18.300 per kg untuk konde Askip, dan Rp 22.500 per kg
untuk Rogol Askip. Sedangkan untuk harga acuan di pembeli, untuk Rogol Askip sebesar
Rp 32.000 per kg. Dengan adaknya kebijakan tentang stabilisasi harga akan berdampak
positif terhadap bawang merah seperti adanya peningkatan produksitivitas dan juga
berdampak pada pembatasan impor bawang merah.
Salah satu permasalahan dalam pengembangan agribisnis komoditas bawang merah
adalah struktur kelembagaan agribisnis komoditas bawang merah rapuh dan keterkaitan
manajemen rantai pasok menjadi lemah sehingga daya saing komoditas bawang merah
pun menjadi lemah. Lemahnya daya saing komoditas bawang merah merupakan
tantangan dalam pelaksanaan pembangunan pertanian dimasa yang akan datang sehingga
perlu adanya suatu strategi untuk meningkatkan daya saing komoditas bawang merah
agar dapat bersaing di pasar domestik dan pasar ekspor. Strategi pengembangan
agribisnis komoditas sayuran berkelanjutan ke depan diarahkan pada upaya
mengembangkan produksi sesuai dengan kebutuhan, menciptakan pola tanam yang
merata sepanjang tahun, meningkatkan daya saing dan kemampuan Sumber Daya
Manusia (SDM), menguatkan kelembagaan petani, permodalan, dan pemasaran, serta
mengoptimalkan penggunaan lahan serta sarana dan prasarana (Taufik, 2012).
REFERENCE
Lukman, Ibnu Sina. "Analisis Impor Bawang Merah di Indonesia Periode 2006-2016."
(2019).