Anda di halaman 1dari 13

BAB XI

APLIKASI TRANSISTOR
A. Standar Kompetensi
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa dapat:
1. Menjelaskan kuantitas ac dan dc dalam rangkaian transistor
2. Menjelaskan penguatan tegangan rangkaian tansisitor
3. Menganalisis rangkaian saklar transistor
4. Menganalisi rangkaian penguat tegangan transistor
5. Menganalisis rangkaian penguat tegangan bias tunggal dan pembagi tegangan
B. Uraian Materi
1. Pendahuluan
Transistor adalah komponen semi konduktor yang berfungsi sebagai penguat, saklar (switching),
stabilisasi tegangan dan modulasi sinyal. Ada 2 jenis transistor yang dapat bekerja sebagai penguat yaitu
Bipolar Junction Transistor (BJT) dan transistor efek medan atau Field Efect Transistor (FET). BJT
adalah jenis transistor yang bekerja berdasarkan arus inputnya sedangkan FET bekerja berdasarkan
tegangan inputnya. Pada pembahasan kali ini kita akan fokus pada BJT, yang umumnya kita sebut
sebagai transistor.
Pada pembahasan kali ini kita akan fokus pada aplikasi transistor sebagai saklar (switching) dan
sebagai penguat (amplifier). Amplifikasi atau penguatan adalah proses peningkatan amplitudo sinyal
listrik secara linier dan merupakan salah satu sifat utama transistor. Seperti yang telah kita pelajari,
bahwa transistor menghasilkan penguatan arus sebesar β. Ketika transisitor di-bias di daerah aktif
(atau linier), sambungan BE memiliki resistansi rendah karena bias maju (forward bias) dan sambungan
BC memiliki resistansi tinggi karena bias balik (reverse bias).
2. Kuantitas AC dan DC
Sebelum membahas konsep amplifikasi transistor, kita akan bahas terlebih dahulu besaran arus,
tegangan, dan hambatan dalam konsep arus searah (dc) dan arus bolak-balik (ac) karena rangkaian
amplifier mempunyai besaran dc dan ac. Perhatikan bahwa dalam pembahasan tentang dc dan ac di sini,
huruf kapital digunakan untuk arus dc (I) dan tegangan dc (V) demikian juga untuk arus ac digunakan
(I) dan tegangan ac (V). Meskipun beberapa buku teks menggunakan huruf kecil i dan v untuk arus dan
tegangan ac, disini kita akan gunakan huruf kecil i dan v hanya untuk nilai sesaat. Dalam materi kita,
perbedaan antara arus atau tegangan dc dan arus atau tegangan ac terletak pada subskrip.
Besaran dc dinyatakan dalam huruf besar (kapital). Seperi, IB, IC, dan IE adalah arus transistor dc.
VBE, VCB, dan VCE adalah tegangan dc dari satu tegangan terminal transistor ke terminal lain. Sementara
VB, VC, dan VE adalah tegangan dc dari terminal transistor ke ground. Di pihak laian, dalam ac, arus
dan tegangan selalu dinyatakan subskrip miring huruf kecil. Sebagai contoh, Ib, Ic, dan Ie adalah arus
transistor ac. Sementara Vbe, Vcb, dan Vce adalah tegangan ac dari satu terminal transistor ke terminal
lain. Tegangan seperti Vb, Vc, dan Ve adalah tegangan ac dari terminal transistor ke ground.
Terdapat aturan yang berbeda pula untuk resistansi internal dari transistor. Transistor memiliki
resistansi ac internal yang dinyatakan sebagai r’. Misalnya, resistansi emitor ac ditetapkan sebagai r’e.
Rangkaian resistansi di luar transistor itu sendiri menggunakan huruf kapital. Misalnya RE adalah
resistansi eksternal dc emitor dc. Perlu diketahu bahwa nilai r’e ditetapkan oleh perusahaan pembuat
25𝑚𝑉
transistor yaitu 𝑟𝑒′ ≈
𝐼𝐸

3. Penguatan Tegangan
Rangkaian penguat transistor umumnya adalah konfigurasi emitor bersama (common-emitter
configuration/CE). Pada konfigurasi CE, transistor bekerja untuk memperkuat arus. Dengan dasar
pemikiran ini, mari kita lihat rangkaian pada Gambar 11.1. Tegangan ac yaitu Vs, ditumpangkan pada
tegangan bias dc yaitu VBB dan tegangan bias dc yaitu VCC terhubung ke kolektor melalui RC seperti
yang ditunjukkan Gambar 11.1 (a). Tegangan input ac menghasilkan arus basis ac, yang menghasilkan
arus kolektor ac yang jauh lebih besar. Arus kolektor ac menghasilkan tegangan ac yang melintasi RC,
sehingga menghasilkan reproduksi tegangan masukan ac yang diperkuat, tetapi terbalik seperti yang
diilustrasikan pada Gambar 11.1(b).

(a)

(b)
Gambar 11.1 Rangkaian Transistor
(a) Ragkaian Penguat Tegangan (b) Sinyal Input dan Output
Sebelum membahas lebih lanjut rangkaian transistor sebagai penguat, maka terlebih dahulu kita
harus mengetahui beberapa persamaan yang sangat penting dalam suatu rangkaian amplifier. Persamaan
yang paling umum digunakan adalah persamaan hukum Ohm. Dengan mengamati Gambar 11.1,
perhatikanlah hal-hal yang penting anda ketahui berikut ini:
- RB seri dengan r’e
- Vb = Ier’e
- Vc = IcRC
- Dengan asumsi Ic ≈ Ie, maka Vc = IeRC
- Vb adalah tegangan input ac dimana Vb = Vs - IbRB
- Vc dianggap sebagai tegangan keluaran ac.
- Penguatan tegangan didefinisikan sebagai perbandinga tegangan output terhadap tegangan
input, maka perbandingan Vc terhadap Vb adalah penguatan tegangan ac. Maka, penguatan
𝑉𝑐
teganga (Av) dari transistor adalah: 𝐴𝑣 =
𝑉𝑏

- Kita substitusi Vc dan Vb dari persamaan sebelumnya maka kita peroleh:


𝑉𝑐 𝐼𝑒 𝑅𝐶 𝑅𝐶
𝐴𝑣 = ≈ = (11.1)
𝑉𝑏 𝐼𝑒 𝑟𝑒′ 𝑟𝑒′

Persamaan 11.1 disebut persamaan penguatan tegangan


CONTOH
Perhatikan rangkaian berikut ini:

Tentukanlah penguatan tegangan dan tegangan keluaran yang dihasilkan oleh rangkaian transistor jika
tansistor meiliki nilai r’e = 50 Ohm.
JAWABAN
Penguatan tegangan:
𝑅𝐶 1𝐾
𝐴𝑣 ≈ = = 20
𝑟𝑒′ 50
Tegangan keluaran:
Vout = Vc = AvVb = 20 (10mV) = 2Vrms
Perhatikan bahwa tegangan keluaran (Vout) berbentuk tegagangan ac dalam nilai rms
4. Saklar Transistor
Aplikasi utama selanjutnya dari transistor (BJT) ada sebagai saklar (switch). Saat digunakan
sebagai saklar elektronik, transistor biasanya dioperasikan secara bergantian dalam daerah potong
(cutoff) dan daerah saturasi. Saklar elektronik ini banyak digunakan dalam rangkaian sirkuit digital.
Gambar 11.2 mengilustrasikan operasi dasar transistor sebagai perangkat saklar.

Gambar 11.2 Saklar Transistor


Pada Gambar 11.2 (a), transistor berada di wilayah potong (cutoff). Dalam keadaan potong ini,
sambungan basis-emitor tidak di-bias maju. Dalam ini kondisi ada celah antara kolektor dan emitor,
seperti yang ditunjukkan oleh ekivalen saklar (lihat gambar di sampingnya). Pada Gambar 11.2 (b),
transistor berada pada daerah saturasi. Dalam keadaan saturasi ini sambungan basis-emitter dan
sambungan basis-kolektor di-bias maju dan arus basis dibuat cukup besar untuk menyebabkan arus
kolektor mencapai nilai jenuhnya. Dalam kondisi ini, ada hubungan pendek antara kolektor dan emitor,
seperti yang ditunjukkan oleh ekivalen saklar pada gambar disebelahnya.
Sebagaimana telah kita bahas pada Bab X, tentang daerah potong dan daerah saturasi, maka pada
daerah potong VCE (cutoff) = VCC dan pada daerah saturasi berlaku persamaan:
𝑉𝐶𝐶 − 𝑉𝐶𝐸𝑠𝑎𝑡𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖
𝐼𝐶𝑠𝑎𝑡𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 =
𝑅𝐶
Karena VCEsaturasi nilainya relatif kecil dibandingka dengan ilai VCC, maka biasanya V CEsaturasi (= 0,2 V)
diabaikan. Nilai minimum dari IB agar dihasilkan ICsaturasi adalah:
𝐼 𝐼
𝐵𝑚𝑖𝑛 = 𝐶𝑠𝑎𝑡𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖
𝛽

CONTOH
Perhatikan gambar rangkaian berikut ini:
a. Berapakah VCE jika Vin = 0 V?
b. Berapakah nilai minimum IB yang diperlukan agar transistor saturasi jika β = 200 (abaikan
VCEsaturasi)
c. Hitunglah nilai maksimum RB ketika Vin = 5 V
JAWABAN
a. Pada saat Vin = 0 V, maka VCE sama dengan VCC (lihat di kurva karakteristik transistor pada
Bab X, Gambar 10.3). VCE = VCC = 10 V
b. Nilai minimum IB dengan mengabaikan VCEsaturasi
𝑉𝐶𝐶 10𝑉
𝐼𝐶𝑠𝑎𝑡𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 = = = 10𝑚𝐴
𝑅𝐶 1𝐾
𝐼 𝐼 10
𝐵𝑚𝑖𝑛 = 𝐶𝑠𝑎𝑡𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 = =50𝜇𝐴
𝛽 200

c. Ketika transistor on, yaitu Vin = 5 V, VBE = 0,7 V. Tegangan di RB adalah VRB = Vin – VBE =
5 – 0,7 = 4,3 V
𝑉𝑅𝐵 4,3𝑉
Dengan demikian 𝑅𝐵𝑚𝑎𝑘𝑠 = = = 86𝐾
𝐼𝐵𝑚𝑖𝑛 50𝜇𝐴

Perhatikan aplikasi tansistor sebagai saklar untuk menyalakan dan mematikan lampu LED.
Rangkaian saklar diperlihatkan pada Gambar 11.3.

Gambar 11.2 Transistor Sebagai Saklar LED


Misalnya, tegangan input gelombang persegi dengan periode 2 detik diterapkan ke input seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 11.2. Ketika gelombang persegi berada pada 0 V, transistor dalam cutoff; dan
karena tidak ada arus ke kolektor maka LED tidak memancarkan cahaya. Ketika gelombang persegi
naik ke level tinggi (lebih dari 0 v), transistor dalam keadaan jenuh. Tegangan tersebut memberikan
bias maju pada LED, dan arus kolektor yang dihasilkan melalui LED menyebabkannya memancarkan
cahaya. Dengan demikian, LED menyala selama 1 detik dan mati selama 1 detik.
CONTOH
Lampu LED pada Gambar 11.2 membutuhkan 30 mA untuk memancarkan tingkat cahaya yang cukup.
Oleh karena itu, arus kolektor harus kira-kira 30 mA. Untuk nilai arus sebesar 30 mA, tentukan
amplitudo tegangan input gelombang persegi yang diperlukan untuk memastikan transistor jenuh.
Digunakan dua kali lipat nilai minimum arus basis sebagai margin pengaman untuk memastikan
kejenuhan (saturasi). Ditetapkan: VCC = 9 V, VCE(saturasi) = 0,3 V, RC = 220 Ohm, RB = 3,3 K, β = 50,
dan VLED = 1.6 V.
JAWABAN
𝑉𝐶𝐶 − 𝑉𝐿𝐸𝐷 − 𝑉𝑠𝑎𝑡𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 9 − 1,6 − 0,3
𝐼𝐶𝑠𝑎𝑡𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 = = = 23,2𝑚𝐴
𝑅𝐶 220
𝐼 𝐼 23,2
𝐵𝑚𝑖𝑛 = 𝐶𝑠𝑎𝑡𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 = =646𝜇𝐴
𝛽 50

Untuk memastikan kejenuhan (saturasi) IBmin = 2 x 646 = 1,29mA


Gunakan Hukum Ohm untuk menentukan Vin.
𝑉𝑅𝐵 𝑉𝑖𝑛 − 𝑉𝐵𝐸 𝑉𝑖𝑛 − 0,7
𝐼𝐵 = = =
𝑅𝐵 𝑅𝐵 3,3 𝐾
𝑉𝑖𝑛 − 0,7 = 2𝐼𝐵𝑚𝑖𝑛 𝑅𝐵 = (1,29𝑚𝐴)( 3,3𝐾)
Vin = (1,29mA)(3,3K) - 0,7V = 4,96 V
Amplitudo tegangan input gelombang persegi yang diperlukan sebesar 4,96 V atau sekitar 5 V.
5. Transistor Sebagai Amplifier
Transistor harus di-bias (diberi tegagan panjar) dengan benar yaitu dengan memberi tegangan dc
sehingga transistor dapat beroperasi sebagai penguat linier. Titik operasi dc harus diatur sehingga sinyal
masukan diperkuat dan direproduksi secara akurat, tidak terjadi cacat pada keluaran sehingga
dihasilkan sinyal pada terminal keluaran sesuai dengan harapan. Ketika kita memberi bias pada
transistor, yang kita lakukan adalah menetapkan nilai tegangan dan arus dc. Ini berarti pada titik operasi
dc, IC dan VCE memiliki nilai yang harus ditentukan lebih dulu. Titik operasi dc ini sering disebut sebagai
Quiescent point (Q-point) atau titik Q atau titik mapan.
Tegangan bias digunakan untuk menetapkan titik operasi dc (titik-Q) untuk operasi linier yang
tepat dari sebuah penguat. Jika penguat tidak di-bias dengan tegangan dc yang benar, bisa menyebabkan
terjadi saturasi atau cutoff ketika sinyal input diterapkan. Marilah kita lakukan analisis kurva untuk
menentukan nilai bias VBB dan VCC pada rangkaian transistor untuk mendapatkan nilai VCE, IB, dan IC
tertentu agar transistor beroperasi pada daerah linier dan dihasilkan penguatan yang akurat. Hal ini
dilakukan dengan cara analisis kurva dengan cara menentukan titik Q dan garis beban dc. Mari kita
perhatikan rangkaian transistor dan kurva karakteristik kolektor pada Gambar 11.3. Rangkaian ini sudah
pernah kita bahas pada Bab X, namun pada Bab XI ini pembahasannya lebih ditekankan pada fungsi
transistor sebagai penguat yang beroperasi pada daerah linier.
Gambar 11.3 Rangkaian Transistor dan Kurva Karakteristik Kolektor

Jika VBB kita atur sehingga dihasilkan IB = 200μA, maka IC = (100) (IB) = 20mA dengan demikian:
VCE = VCC – ICRC = 10V – (200mA) (220Ohm) = 10 – 4,4 = 5,6 V. Dari nilai VCE = 5,6 V dan IC =
20mA kita dapat menentukan titik Q1 pada kurva seperti Gambar 11.4

Gambar 11.4 Titik Q1


Jika VBB kita atur sehingga dihasilkan IB = 300μA, maka IC = 30mA dengan demikian:
VCE = VCC – ICRC = 10V – (300mA) (220Ohm) = 10 – 6,6 = 3,4 V. Dari nilai VCE = 3,4 V dan IC =
30mA kita dapat menentukan titik Q2 pada kurva seperti Gambar 11.5

Gambar 11.5 Titik Q2


Jika VBB kita atur sehingga dihasilkan IB = 400μA, maka IC = 40mA, kita dapat menentukan titik Q3
pada kurva seperti Gambar 11.6

Gambar 11.6 Titik Q3


Jika ke-3 titik Q kita gabungkan dalam sebuah kurva, maka dihasilkan kurva seperti Gambar 11.7. Garis
yang menghubungkan ke-3 titik Q disebut garis beban dc

Gambar 11.7 Titik Q dan Garis Beban dc


Titik pada kurva dengan nilai VCE = 0 adalah titik dengan nilai IC saturasi dan titik pada kurva dengan
nilai IC = 0 adalah titik dengan nilai VCE cutoff (potong), lihat Gambar 11.8

Gambar 11.8 Garis Beban dc dan Titik saturasi dan titik cutoff
Wilayah atau daerah di sepanjang garis beban termasuk semua titik antara saturasi dan cutoff
dikenal sebagai wilayah linier operasi transistor. Selama transistor dioperasikan di wilayah ini,
tegangan keluarannya merupakan reproduksi linier dari masukan. Gambar 11.9 menunjukkan contoh
operasi linier transistor. Perlu diingat bahwa VCEQ, ICQ, dan IBQ adalah nilai titik-Q dc tanpa tegangan
ac sinusoidal pada masukan.

Gambar 11.9 Komponen Arus dan Tengangan pada Operasi Linier Transistor
CONTOH
Untuk rangkaian Gambar berikut ini asumsikan β = 200.
a) Tentukan titik Q
b) Gambarlah garis beban dc-nya

JAWABAN
a) Titik Q ditetapkan dari nilai IC dan VCE.
- IC = βIB
𝑉𝐵𝐵 −𝑉𝐵𝐸 10−0,7
- 𝐼𝐵 = = = 198𝜇𝐴
𝑅𝐵 47𝐾

- IC = (200) (198μA) = 39,6mA


- VCE = VCC – ICRC = 20V – (39,6 mA)(330 Ohm) = 6,93 V
Jadi titik Q berada pada IC = 39,6 mA da VCE = 6,93 V
b) Untuk menggambar garis beban kita harus menentukan satu titik lagi yaitu titik arus saturasi. Arus
saturasi diperoleh dari persamaan: ICsaturasi = VCC/RC = 20/330Ohm = 60,6 mA. Garis beban
diperlihatkan pada gambar berikut:

Rangkaian penguat transistor pada operasi linier dan praktek nyata menggunakan resistor pembagi
tegangan dan sumber tunggal. Ini adalah metode yang paling banyak digunakan. Rangkaiannya
dipelihatkan pada Gambar 11.10

Gambar 11.10 Rangkaian Penguat Transistor Di-bias Tunggal dan Pembagi Tegangan

CONTOH
Tentukan IC dan VCE terhadap rangkaian penguat tansistor dengan bias tunggal dan pembagi tegangan
pada Gambar berikut ini, asumsikan β = 100
JAWABAN
𝑅2
Tegangan basis yaitu VB membentuk pembagi tegangan, nilanya adalah: 𝑉𝐵 = ( ) 𝑉𝐶𝐶 =
𝑅1 +𝑅2
5,6𝐾
( ) 10 = 3,59 𝑉
15,6𝐾

VE = VB – VBE = 3,59 – 0,7 = 2,89 V


𝑉𝐸 2,89
𝐼𝐸 = = = 5,16𝑚𝐴
𝑅𝐸 560𝑂ℎ𝑚
IC ≈ IE = 5,16 mA
VC = VCC – ICRC = 10 – (15,6 mA)(1K)= 4,84 V
VCE = VC – VE = 4,84 – 2,89 = 1,95 V
C. Soal Latihan
1. Berapakan RC jika penguatan tegangan yang dihasilkan rangkaian berikut adalah 50.

2. Untuk mendapatkan tegangan keluaran 10 V dari tegangan masukan 300 mV, berapakah
diperlukan penguatan tegangan?
3. Sinyal masukan 50 mV diterapkan pada basis sebuah transistor yang di-bias dengan tegangan
tertentu sehingga dihasilkan r’e sebesar10 Ω. Rangkaian dipasang RC sebesar 560 Ω. Tentukan
sinyal pada kolektor.
4. Berapakah IB yang diperlukan agar transistor pada rangkaian berikut ini saturasi. Asumsikan β =
125 dan VCE(sat) = 0.2 V

5. Perhatikan gambar berikut:


a. Berapakah ICsaturasi?
b. Berapakah IB?
c. Berapakah nilai VIN minimum yang diperlukan agar transistor saturasi asumsikan VCesaturasi = 0
6. Perhatikan gambar berikut ini.

Apakah pemberian bias pada transistor menyebabkan transistor beroperasi pada daerah cutoff,
daerah saturasi atau daerah linier?
Ingatlah bahwa IC = β IB hanya berlaku dalam daerah linier.
7. Dari kurva karakteristik kolektor dan garis beban pada gambar berikut ini, tentukanlah:
a. Arus kolektor saturasi
b. VCE pada daerah cutoff
c. IB, IC dan VCE pada titik Q
8. Perhatikan gambar di bawah ini.

a. Tentukan IC dan VCE


b. Jika resistor R2 diganti dengan potentiometer, berapakah resistansi minimum sehingga
menyebabkan saturasi?
c. Jika potentiometer pada R2 dipasang pada 2 KΩ berapakah IC and VCE?

Anda mungkin juga menyukai