OLEH :
NIM : 18.14401.001
A. Definisi HIV/AIDS
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang menyerang sistem
kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari
sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut terutama limfosit
yang memiliki CD4 sebagai sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel limfosit.
Karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah
putih atau limfosit yang seharusnya berperan dalam mengatasi infeksi yang masuk ke tubuh
manusia. Pada orang dengan sistem kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar antara 1400-1500.
Sedangkan pada orang dengan sistem kekebalan yang terganggu (misal pada orang yang
terinfeksi HIV) nilai CD4 semakin lama akan semakin menurun (bahkan pada beberapa kasus
bisa sampai nol).
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome, yang berarti kumpulan gejala
atau sindroma akibat menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi virus HIV. Tubuh
manusia mempunyai kekebalan untuk melindungi diri dari serangan luar seperti kuman, virus,
dan penyakit. AIDS melemahkan atau merusak sistem pertahanan tubuh ini, sehingga akhirnya
berdatanganlah berbagai jenis penyakit lain).
HIV adalah jenis parasit obligat yaitu virus yang hanya dapat hidup dalam sel atau media hidup.
Seorang pengidap HIV lambat laun akan jatuh ke dalam kondisi AIDS, apalagi tanpa pengobatan.
Umumnya keadaan AIDS ini ditandai dengan adanya berbagai infeksi baik akibat virus, bakteri,
parasit maupun jamur. Keadaan infeksi ini yang dikenal dengan infeksi oportunistik.
B. Klasifikasi
Pada tahun 2006, World Health Organization (WHO) mengelompokkan berbagai infeksi dan
kondisi AIDS dengan memperkenalkan sistem tahapan untuk pasien yang terinfeksi dengan HIV
1. Stadium I (Tanpa gejala)
Infeksi HIV asimtomatik dan tidak dikategorikan sebagai AIDS
2. Stadium II (Ringan)
Termasuk manifestasi membran mukosa kecil dan radang saluran pernapasan atas yang
berulang
3. Stadium III (Lanjut)
Termasuk diare kronik yang tidak dapat dijelaskan selama lebih dari sebulan, infeksi bakteri
parah, dan tuberkulosis.
4. Stadium IV (Parah)
Termasuk toksoplasmosis otak, kandidiasis esofagus, trakea, bronkus atau paru-paru, dan
sarkoma kaposi. Semua penyakit ini adalah indikator AIDS.
C. Etiologi
Human Immunodeficiency Virus (HIV) dianggap sebagai virus penyebab AIDS. Virus ini
termaksuk dalam retrovirus anggota subfamili lentivirinae. Ciri khas morfologi yang unik dari HIV
adalah adanya nukleoid yang berbentuk silindris dalam virion matur. Virus ini mengandung 3
gen yang dibutuhkan untuk replikasi retrovirus yaitu gag, pol, env. Terdapat lebih dari 6 gen
tambahan pengatur ekspresi virus yang penting dalam patogenesis penyakit. Satu protein
replikasi fase awal yaitu protein Tat, berfungsi dalam transaktivasi dimana produk gen virus
terlibat dalam aktivasi transkripsional dari gen virus lainnya. Transaktivasi pada HIV sangat
efisien untuk menentukan virulensi dari infeksi HIV. Protein Rev dibutuhkan untuk ekspresi
protein struktural virus. Rev membantu keluarnya transkrip virus yang terlepas dari nukleus.
Protein Nef menginduksi produksi khemokin oleh makrofag, yang dapat menginfeksi sel yang
lain.
D. Manifestasi Klinis
Gejala klinis terdiri dari 2 gejala yaitu gejala mayor (umum terjadi) dan gejala minor (tidak umum
terjadi):
1. Gejala mayor:
a. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
b. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
c. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
d. Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
e. Demensia/ HIV ensefalopati
2. Gejala minor:
a. Batuk menetap lebih dari 1 bulan
b. Dermatitis generalisata
c. Adanya herpes zoster multisegmental dan herpes zoster berulang
d. Kandidias orofaringeal
e. Herpes simpleks kronis progresif
f. Limfadenopati generalisata
g. Retinitis virus Sitomegalo
Menurut Mayo Foundation for Medical Education and Research (MFMER) (2008), gejala
klinis dari HIV/AIDS dibagi atas beberapa fase.
1. Fase awal
Pada awal infeksi, mungkin tidak akan ditemukan gejala dan tanda-tanda infeksi. Tapi
kadang-kadang ditemukan gejala mirip flu seperti demam, sakit kepala, sakit tenggorokan,
ruam dan pembengkakan kelenjar getah bening. Walaupun tidak mempunyai gejala infeksi,
penderita HIV/AIDS dapat menularkan virus kepada orang lain.
2. Fase lanjut
Penderita akan tetap bebas dari gejala infeksi selama 8 atau 9 tahun atau lebih. Tetapi
seiring dengan perkembangan virus dan penghancuran sel imun tubuh, penderita HIV/AIDS
akan mulai memperlihatkan gejala yang kronis seperti pembesaran kelenjar getah bening
(sering merupakan gejala yang khas), diare, berat badan menurun, demam, batuk dan
pernafasan pendek.
3. Fase akhir
Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau lebih setelah terinfeksi,
gejala yang lebih berat mulai timbul dan infeksi tersebut akan berakhir pada penyakit yang
disebut AIDS.
E. Patofisiologi
Setelah virus masuk dalam tubuh maka target utamanya adalah limfosit CD4 karena
virus mempunyai afinitas terhadap molekul permukaan CD4. Virus ini mempunyai kemampuan
untuk mentransfer informasi genetik mereka dari RNA ke DNA dengan menggunakan enzim
yang disebut reverse transcriptase. Limfosit CD4 berfungsi mengkoordinasikan sejumlah fungsi
imunologis yang penting. Hilangnya fungsi tersebut menyebabkan gangguan respon imun yang
progresif.
Setelah infeksi primer, terdapat 4-11 hari masa antara infeksi mukosa dan viremia
permulaan yang dapat dideteksi selama 8-12 minggu. Selama masa ini, virus tersebar luas ke
seluruh tubuh dan mencapai organ limfoid. Pada tahap ini telah terjadi penurunan jumlah sel-T
CD4. Respon imun terhadap HIV terjadi 1 minggu sampai 3 bulan setelah infeksi, viremia plasma
menurun, dan level sel CD4 kembali meningkat namun tidak mampu menyingkirkan infeksi
secara sempurna. Masa laten klinis ini bisa berlangsung selama 10 tahun. Selama masa ini akan
terjadi replikasi virus yang meningkat. Diperkirakan sekitar 10 milyar partikel HIV dihasilkan dan
dihancurkan setiap harinya. Waktu paruh virus dalam plasma adalah sekitar 6 jam, dan siklus
hidup virus rata-rata 2,6 hari. Limfosit T-CD4 yang terinfeksi memiliki waktu paruh 1,6 hari.
Karena cepatnya proliferasi virus ini dan angka kesalahan reverse transcriptase HIV yang
berikatan, diperkirakan bahwa setiap nukleotida dari genom HIV mungkin bermutasi dalam basis
harian.
Akhirnya pasien akan menderita gejala-gejala konstitusional dan penyakit klinis yang
nyata seperti infeksi oportunistik atau neoplasma. Level virus yang lebih tinggi dapat terdeteksi
dalam plasma selama tahap infeksi yang lebih lanjut. HIV yang dapat terdeteksi dalam plasma
selama tahap infeksi yang lebih lanjut dan lebih virulin daripada yang ditemukan pada awal
infeksi.
Infeksi oportunistik dapat terjadi karena para pengidap HIV terjadi penurunan daya
tahan tubuh sampai pada tingkat yang sangat rendah, sehingga beberapa jenis mikroorganisme
dapat menyerang bagian-bagian tubuh tertentu. Bahkan mikroorganisme yang selama ini
komensal bisa jadi ganas dan menimbulkan penyakit.
F. Pathway
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Serologis
a. Tes antibody serum : Skrining Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan ELISA. Hasil tes
positif, tapi bukan merupakan diagnosa
b. Tes blot western : Mengkonfirmasi diagnosa Human Immunodeficiency Virus (HIV)
c. Sel T limfosit :Penurunan jumlah total
d. Sel T4 helper ( CD 4 ) :Indikator system imun (jumlah <200 )
e. T8 ( sel supresor sitopatik ) :Rasio terbalik ( 2 : 1 ) atau lebih besar dari sel suppressor pada
sel helper ( T8 ke T4 ) mengindikasikan supresi imun.
f. Kadar Ig : Meningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau mendekati normal
2. Histologis : pemeriksaan sitologis urine, darah, feces, cairan spina, luka, sputum, dan sekresi,
untuk mengidentifikasi adanya infeksi : parasit, protozoa, jamur, bakteri, viral.
3. Neurologis : EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf)
4. Sinar X dada ; Menyatakan perkembangan filtrasi interstisial tahap lanjut atau adanya
komplikasi lain
H. Penatalaksanaan
ARV ( Anti Retro Virus )
1. Pemberian ARV bertujuan untuk : mengendalikan replikasi HIV, memelihara dan
meningkatkan fungsi imunologis, meningkatkan sel CD4, menurunkan komplikasi HIV
2. Pemberian ARV harus memperhatikan stadium klinis dan jumlah sel CD4 (untuk penderita
dewasa) sebagai berikut:
a. Stadium lanjut ( AIDS ) tanpa memikirkan jumlah sel CD4 atau limfosit total.
b. Stadium klinis III dengan jumlah sel CD4 <350/mmk untuk mendukung pengambilan
keputusan.
c. Stadium klinis I atau II dengan jumlah sel CD4 <200/mmk atau limfosit total <
1.200/mmk.
I. Komplikasi
1. Tuberkulosis (Infeksi TBC).
Suatu pemicu terjadinya kematian tertinggi dari pengidap HIV AIDS ialah penyakit
Tuberkulosis / TBC. Penyakit ini dapat dialami oleh pengidap penyakit HIV AIDS dikarenakan oleh
serangan infeksi dari bakteri Tuberkulosis. Tubuh penderita akan mengalami demam, batuk
berdarah, lemah & mengalami kekurangan daya untuk melakukan aktifitas ringan. Dan ini
merupakan suatu infeksi ringan yang umum dan sering dijumpai dari pengidap penyakit HIV
AIDS.
2. Infeksi Herpes
Herpes merupakan sebuah penyakit yang paling umum dialami oleh pengidap penyakit
HIV AIDS, sehingga keadaan penyakit ini dapat menjadi lebih kronis. Virus akan berdiam didalam
tubuh pengidapnya sehingga pada sistem imunitas tubuh yang melemah, maka infeksi bisa
menyerang kapan saja. Infeksi yang ditampakkan pada herpes yaitu timbul dibagian kulit dan
alat kelamin. Akan tetapi, pengidap HIV AIDS mampu menghadapi keadaan yang lebih serius jika
virus telah menyerang ke bagian mata, jantung, paru-paru dan saluran pencernaan.
3. Tipes
Tipes gampang melanda dan menyerang pengidap penyakit HIV AIDS, penyakit ini dapat
terjadi diakibatkan oleh infeksi dari bakteri Salmonella yang adanya didalam air / pada jenis
makanan yang kurang bersih. Tipes juga merupaka sebuah kondisi penyakit yang amat umum
dialami oleh pengidap penyakit HIV AIDS, seingga membuat penyakit berkembang dengan cepat
& memicu terjadinya infeksi yang kronis. Beberapa gejala tipes yang kerap dijumpai ialah sakit
perut, diare, demam, mual serta muntah. Perawatan sangat dibutuhkan oleh pengidap penyakit
HIV AIDS jika telah terserang oleh penyakit tipes ini.
4. Gagal ginjal
Pengidap penyakit HIV AIDS juga rentan terserang oleh penyakit yang terjadi akibat
infeksi bakteri / peradangan dibagian organ ginjal. penyakit ginjal ini bisa mengakibatkan
pengidapnya mengalami gangguan pada sistem kemih. Kadang-kadang penyakit ini juga
dijumpai oleh pengidap penyakit HIV yang terkait pada tahap sedang / tahap pengembangan
virus didalam tubuh.
5. Radang Kulit,
Merupakan suatu infeksi yang amat umum untuk pengidap penyakit HIV AIDS. Kulit
mereka akan jadi amat sensitif sehingga rentan terhadap infeksi virus candida. Penyakit radang
kulit ini mengakibatkan infeksi yang serius dibagian selaput lendir, lidah, tenggorokan & vagina.
Penyakit ini dapat amat menyakitkan, apalagi ketika virus telah menginfeksi bagian dalam
tubuh.
6. Radang selaput otak (meningitis)
Meningitis merupakan sebuah penyakit yang menjadi ancaman yang berbahaya dan
amat serius bagi pengidap penyakit HIV AIDS. Peradangan bisa terjadi di daerah selaput & cairan
yang ada pada sum-sum tulang belakang & otak. Infeksi ini bisa mengakibatkan pusing dan sakit
kepala yang luar biasa. Pengidap penyakit HIV AIDS seringkali tidak bisa tertolong akibat infeksi
meningitis.
7. Penyakit Neurologis
Semua macam penyakit yang berkaitan dengan system syaraf merupakan ancaman
untuk pengidap penyakit HIV AIDS. Terjadinya penyakit ini ditandai dengan system syaraf yang
melemah akibat infeksi bakteri & virus didalam tubuh pasien. Beberapa gejala awal dari
penyakit ini seperti, mengalami cemas, lupa ingatan, tidak mampu berjalan & mengalami
perubahan keadaan mental. Dan bahkan beberapa pengidap juga dapat mengalami penyakit
demensia.
8. Kanker
Pengidap penyakit HIV AIDS juga akan mengalami resiko untuk terserang kanker. Tubuh
yang terserang penyakit ini diakibatkan oleh infeksi dari berbagai bakteri & virus yang terus
berkembang didalam tubuh dan organ tubuh lainnya. Suatu jenis penyakit kanker yang amat
aktif pada pengidap penyakit HIV AIDS ialah sarkoma Kaposi (penyakit kanker yang timbul
didaerah pembuluh darah). Terjadinya penyakit ini ditandai dengan warna kulit yang berubah
menjadi merah, ungu / merah muda. Penyakit ini juga bisa melanda bagian organ lain seperti
paru-paru & semua saluran pencernaan.
4) Menunjukan peningkatan
fungsi menelan
5) Mampu mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
Nyeri akut b.d agen injuri Tujuan: 1) Lakukan pengkajian nyeri secara
fisik - Pain Level, komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
2
- Pain control durasi,frekuensi, kualitas dan
- Comfort leve faktor presipitasi.
2) Control lingkungan yang dapat
Kriteria hasil: mempengaruhi nyeri,seperti suhu ruangan,
1) Pasien dapat mengontrol pencahayaan dan kebisingan.
nyerinya 3) Ajarkan tentang tehnik nonfarmakologi.
4) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
2) Skala nyeri berkurang dari 5) Ajarkan teknik relaksasi
skala 6 menjadi skala 3
4. Implementasi
5. Evaluasi
Tahap evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang diinginkan dan
respons pasien terhadap dan keefektifan intervensi keperawatan kemudian mengganti rencana
perawatan jika diperlukan. Tahap akhir dari proses keperawatan perawat mengevaluasi kemampuan
pasien ke arah pencapaian hasil.
Nama : Tn. B
Umur : 20 Tahun
Agama : Hindu
Pendidikan : Tamat SD
Pekerjaan : Pedagang
B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny. S
Pendidikan : Tamat SD
Pekerjaan : Petani
Status Pernikahan : Sudah menikah
2. KELUHAN UTAMA
Klien masuk ke Rumah Sakit Umum Bangli melalui IGD dengan keluhan demam hilang
timbul sejak 2 bulan sebelum masuk rumah sakit
3. RIWAYAT KESEHATAN
A. Penyakit Sekarang
Saat dilakukan pengkajian tanggal 3 desember 2020 pada pukul 08.00WIB, keluarga
klien mengatakan klien mempunya riwayat hubungan sex bebas semenjak 3 tahun yang lalu,
klien mengatakan badan letih,klien mengatakan nafsu makannya kurang, makan klien selama
dirumah sakit hanya 2 sendok makan,muntah ( - ) , mual (+ ) klien mengatakan tenggorokannya
sakit saat menelan klien mengatakan tidur sering terbangun pada malam hari.klien kadang
merasakan pusing,klien mengatakan badan nya terasa lemas, nyeri pada perut nyeri tekan ( + )
skala nyeri 5 6, pasien merasakan nyeri pada persendian saat istirahat dan aktivitas. klien
mengatakan batuk berdahak, klien mengatakan dada sakit jika batuk, nafas sesak,pendengaran
pasien mulai terganggu pada telingga bagian kanan, pasien mengatakan dia tidak mampu untuk
beraktivitas dari berbaring ke posisi duduk sangat lemah, pasien mengalami penurunan berat
badan seberat 8 Kg, klien tampak pucat.BAB ( - ) sejak 1 hari saat pengkajianSelama dirawat
dirumah sakit klien tampak tidak menghabiskan porsi makan nya, hanya 2 sendok makan, klien
tampak lemah dan letih, klien tampak susah untuk beraktifitas secara mandiri, klien tampak
kurus, klien tampak meringis menahan sakit, klien tampak pucat, mulut klien tampak ada
sariawan dan kering, klien tampak terbaring
Keluarga klien mengatakan tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya,
keluarga mengatakan pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya.
C. Riwayat Penyakit Keluarga
keluarga mengatakan keluarganya tidak ada mengalami riwayat penyakkit yang sama
dengan yang diderita klien dan tidak memiliki penyakit keturunan seperti DM, Hipertensi,
Jantung. Penyakit menular seperti, TBC, HIV, Hepatitis, dll
4. Genogram
Tn. B
Keterangan :
= Laki - Laki
= Perempuan
= L. Meninggal
= P. Meninggal
= Pasien
= Garis Keturunan
= Garis Pernikahan
A) Sebelum sakit
DS : Klien mengatakan mampu melakukan aktivitas sendiri
B) Selama sakit
DO : Pasien tampak berbaring di tempat tidur, ADL di bantu sebagian oleh keluarga
A) Sebelum sakit
B) Selama sakit :
A) Sebelum sakit
DS : Klien merasa nyaman dengan keluarganya, dan klien mengatakan tidak merasa nyeri
B) Selama sakit
DS : Klien mengatakan tidak terlalu nyaman berada di ruang rawat inap karena terlalu banyak
orang selain keluarganya, dan klien tidak merasa nyeri
(4) Nutrisi
A) Sebelum sakit
B) Selama sakit
A) Sebelum sakit
B) Selama sakit
DS : Klien tidak mengalami kesusahan BAK
(6) Oksigenasi
A) Sebelum sakit
B) Selama sakit
A) Sebelum sakit
B) Selama sakit
DS : Klien mengatakan BAB tidak tentu, terkadang 1 x sehari, kadang tidak sama sekali
A) Sebelum sakit
B) Selama sakit
DS : Klien mengatakan tidak mengalami gangguan BAK, namun tidak diperbolehkan untuk ke
toilet sendiri
A) Sebelum sakit
DS : Klien mengatakan terbiasa berhubungan baik dengan keluarga maupun orang lain
B) Selama sakit
DS : Klien mengatakan masih mampu untuk bersosialisai dengan keluarga dan orang lain
5. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum :
GCS : 13 (E4M5V4)
R (22 X / Menit)
N (104 X / Menit)
S (36,90 C)
1. Kepala
Bentuk : Normal
Rambut : Tampak kotor, berminyak, rambut tidak beruban dan rambut mulai rontok
Muka : Simetris
Hidung : Simetris
Mulut : Rongga mulut tampak kotor, mukosa bibir kering, dan lidah klien kotor
Perkusi : Stidor
Auskultasi : Vesikuler
b) Cor : Inspeksi : Simetris tidak ada lesi, dan tidak tampak ada
pembesaran jantung
Perkusi : Pekak
Perkusi : Tympani
d) Genetalia :
DS : genetalia tampak kotor, ada herpes dibagian batang penis dan rumbut pubis
tidak ada, berbau
e) Rectum :
DO : -
F) Ekstremitas
DS : Klien mengatakan ekstremitas tidak ada masalah dan tidak ada luka
a) Psikologis :
Perasaan klien setelah mengalami ini adalah klien mengatakan sedih dan cemas
Cara mengatasinya yaitu dengan menghibur dan relaksasi untuk megurangi rasa sedih dan
cemas klien
Rencana klien setelah masalah terselesaikan adalah kembali ke rumah dan sebisa mungkin
menghindari penyebab timbulnya sakit
Jika rencana klien tidak terselesaikan maka klien akan kehilangan semangat untuk sembuh
b) Sosial :
Aktivitas atau peran di masyarakat yaitu klien mengatakan suka berbaur dan bersosialisasi
dengan lingkungannya
Cara mengatasi yaitu membersihkan tempat sekitar atau mencari tempat yang bersih
Pandangan klien dengan aktivitas sosial lingkungannya : menurut klien, klien nyaman dengan
aktivitas lingkungannya karena masyarakatnya ramah
c) Budaya :
Budaya yang diikuti klien adalah menyamabraya, menurut klien kebudayaan yang dianut tidak
menimbulkan kerugian
d) Spiritual :
Aktivitas ibadah klien, klien tidak terlalu sering sembahyang, hanya saat rahinan dan hari raya
tertentu saja
Keyakinan klien tentang peristiwa/masalah kesehatan yang sekarang yaitu, klien mengatakan
tidak ada hubungan dengan penyakitnya namun tetap menerima penyakitnya karena tuhan
pasti punya jalan terbaik untuk klien.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
ANALISA DATA
DIAGNOSA KEPERAWATAN
No. Register :-
Ruang cempaka
Prioritas Diagnosa :
Ditandai dengan :
R (22 X / Menit)
N (104 X / Menit)
S (36,90 C)
INTERVENSI
CATATAN PERKEMBANGAN I
CATATAN PERKEMBANGAN II
EVALUASI
Ruang Cempaka
- TTV :
110/70 mmHg (TD)
76 x / menit (N)
20 x / menit (R)
36,6OC (S)
P : Lanjutkan intervensi :
DAFTAR PUSTAKA
Georgia. 2016. “8 Bahaya Komplikasi Penyakit Akibat Hiv Aids”.
Nursalam dan Ninuk Dian. 2007. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERINFEKSI HIV.
Jakarta : Salemba Medika.
https://www.academia.edu/19826782/ASKEP_HIV_AIDS_APLIKASI_NANDA_NIC_NOC