Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh :
Tori
NIM :104034001183
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin Untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th
Oleh Tori
NIM: 104034001183
Pembimbing
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
Tori
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT , yang telah
dengan judul “ Keutamaan Ilmu dan Ulama Perspektif Hadis ” (Sebuah kajian
berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis
sampaikan kepada :
2. Bapak, Prof. Dr. Zainun Kamaluddin faqih, M.A Selaku Dekan Fakultas
pembantu Dekan
i
3. Bapak Dr. Bustamin, M.Si. Selaku ketua Jurusan Tafsir Hadis Fakultas
4. Ibu Dr. Lilik Umi Kaltsum, M.A. Selaku Sekretaris Jurusan Tafsir Hadis
skripsi ini. Atas bimbingan serta waktu luangnya yang telah diberikan
Hidayatullah Jakarta
atas cinta dan kasih sayang serta pengorbanannya yang selalu berusaha
memberikan dorongan baik berupa materil dan moril serta nasihat, dan
doanya.
Thahir, M.A, K.H Arif Rahman Hakim, M.A, Ust. Amshori Jayadih
M.Ag, Ust. Sofyan Fadhali, S.Q, Ust. Ikhwan S.Fil.I, dan Ust.Darussalam,
S.s yang selalu memberikan motivasi dan saran yang membuat penulis
Picasso Ciputat.
12. Teman-teman semua yang secara langsung, maupun tidak langsung ikut
skripsi ini.
setimpal dari Allah SWT , sebagai amal baik dan senantiasa berada dalam
sederhana ini dapat memenuhi harapan dalam ikut serta membantu kearah
manfaat bagi orang banyak dan membawa keberkahan di dunia dan akhirat.
mencurahkan kasih sayang serta taufiq Nya kepada kita semua Amin.
13 Rajab 1432 H.
TORI
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan penelitian................................................................. 9
ULAMA
DAN ULAMA
iv
BAB IV ANALISA HADIS TENTANG KEUTAMAAN ILMU
DAN ULAMA
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................... 64
B. Saran-saran ........................................................................ 67
a. Padanan Aksara
Huruf Huruf
Keterangan
Arab Latin
tidak dilambangkan
b be
t te
ts te dan es
j je
h ha dengan garis di bawah
kh ka dan ha
d de
dz de dan zet
r er
z zet
s es
sy es dan ye
s es dengan garis di bawah
d de dengan garis di bawah
t te dengan garis di bawah
z zet dengan garis di bawah
„ koma terbalik diatas hadap kanan
gh ge dan ha
f ef
q ki
k ka
l el
m em
n en
w we
h ha
` apostrof
y ye
vi
b. Vokal
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
fathah
a
ِ i kasra
ُ u dammah
ai a dan i
و َ au a dan u
c. Vokal Panjang
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
d. Kata Sandang
Kata sandang yang dalam Bahasa Arab dilambangkan dengan huruf ,
dialih-aksarakan menjadi huruf “l” (el), baik diikuti huruf syamsiyyah maupun
huruf qamariyyah. Contoh= al-syamsiyyah,= al-qamariyyah.
e. Tasydîd
Dalam alih-aksara, tasydîd dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan
menggandakan huruf yang diberi tanda tasydîd itu. Tetapi hal ini tidak berlaku
jika huruf yang menerima tasydîd itu terletak setelah kata sandang yang diikuti
huruf-huruf samsiyyah.
f. Ta Marbûtah
Jika ta marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf
tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/. begitu juga jika ta marbûtah tersebut
diikuti kata sifat (na‘t). Namun jika ta marbûtah diikuti kata benda (ism), maka
huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/.
g. Huruf Kapital
Huruf kapital digunakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Jika nama didahulukan oleh kata sandang,
maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan
huruf awal atau kata sandangnya . Contoh = al-Bukhâri.
BAB I
PENDAHULUA
Dewasa ini kita sudah terbiasa atau mendengar kata utama dan keutamaan
terhadap yang dianggap mulia seerti kata ilmu dan ulama, sangat berharga dan
sangat diagungkan oleh banyak orang. Namun memahami kata keutamaan ini
tentu sudah jelas memiliki makna yang bernilai tinggi dibandingkan dengan
padanan-padanan kata yang bermakna lain. Selanjutnya juga pandanan kata yang
sederhana ini banyak sekali dijumpai pada sesuatu yang diyakini memiliki
keutamaan dan keistimewaan jika memang sudah dianggap memiliki nilai lebih
Nilai lebih yang terkandung bisa dilihat dari sejarahnya atau pendapat pula
yang sangat berharga, maka bermacam cara dilakukan demi menghormati sesuatu
menurut keyakinan mereka akan dapat mendatangkan balasan atau sesuatu yang
1
2
membuat banyak hal1 dapat dikatakan memiliki keistimewaan. Dalam dua pokok
ajaran Islam yaitu al-Qur‟an2 dan hadis3 yang menyebutkan dan menjelaskan
Dari penjelasan di atas yang diuraikan dalam dua pokok pedoman ajaran
Islam tersebut, terutama dalam beberapa hadis nabi banyak menyebutkan prihal
tersebut. Dalam beberapa hadis dikatakan bahwa keutamaan ilmu dan ulama
sosial, pemikiran, dan kebutuhan manusia ikut berubah sesuai dengan kemajuan
zaman tersebut. Akan tetapi, kemajuan dan perubahan itu tidak lantas
ilmu pengetahuan agama dalam arti sempit seperti aqidah, syariáh akhlak dan
tasawuf, tetapi juga filsafat dan science seperti matimatika, fisika, biologi,
astronomi, kedokteran, sosiologi, ekonmi, politik. Kalau pada zaman yunani kuno
1
Meliputi segala aspek, seperti benda-benda yang dianggap keramat, tempat atau lokasi
yang memilki nilai sejarah yang tinggi, makhluk ciptaan tuhan yang mempunyai kedudukan dan
peranan yang penting dalam kehidupan, sejara yang menghantarkan manusia melongok masa lalu
dan semua hal yang dianggap memiliki keistimewaan tersendiri.
2
Dalam al-Qur‟an terdapat ayat yang menyebutkan bahwa” Allah akan mengangkat
orang-orang yang beriman dan berilmu ini keutamaan ilmu” pada surat al-Mujâdalah ayat 11.
3
Dalam hadis nabi ada beberapa ditemukan hadis-hadis yang menerangkan tentang
keutamaan tentang Ilmu dan Ulama menurut Syakh Abdul Aziz al-Badri. Lihat al-Aslamu bainal
Ulama wal hukaam ( Madinah ; Maktabah ilmiyah), h. 44.
4
DR. Muhammad „Imarah. Perang Terminologi Islam Versus Barat, terj. Musthalah
Maufur, M.A, (Jakarta: Robbani Press, 1998), h. 238.
3
kita mengenal para filosof dan ilmuan seperti Socrates, Plato, Aristoteles,
Seseorang akan mulia dan terhormat dalam pandangan orang lain ketika ia
memiliki harkat dan martabat dalam dirinya, untuk mengukur dan menilainya
tidak cukup hanya melihat kepada satu sisi saja, apalagi hal tersebut berupa materi
dan jabatan. Akan tetapi penilain tersebut akan lebih tepat apabila dilihat dari
sudut pandang lain yang lebih dapat diterima oleh segala lapisan.
Seandainya materi dan jabatan yang menjadi alat untuk mengukur dan
tidak akan pernah disebut sebagai orang yang berharkat dan bermartabat.
Lain halnya apabila ilmu yang dijadikan alat ukurnya, maka semakin
bertambah ilmu yang dimilki seseorang, maka bertambah pulalah rasa hormat dan
simpati orang lain terhadapnya. Dalam hal ini ilmu dan ulama sangat berperan
dan kewibawaan seseorang ditentukan oleh ilmu yang dimilikinya, dan juga
Adalah satu kejutan bagi dunia yang tertutup awan kejahilan dengan
datangnya wahyu atau petunjuk ilahi yang diawali dengan perintah membaca dan
macam kreasi dan inovasi dalam kehidupan manusia, sejarah menyaksikan betapa
wahyu ini mengubah sejarah dunia menjadi terang benderang karena banyaknya
lainnya, karna banyaknya ilmu pengetahuan yang tak terbatas, Sebenarnya ilmu
semua makhluk yang telah diciptakan oleh sang khâliq (Allah). Tanpa petunjuk
dari Allah manusia tidak akan mampu meningkatkan pemahamannya tentang alam
semesta kecuali dengan ilmu pengetahuan dengan akal yang telah diberikan oleh
tentang alam semesta ini, akan tetapi ilmu pengetahuan akan dapat berkembang
Ilmu merupakan inti kebahagian di dunia maupun diakhirat, dan buah dari
ilmu adalah meraih kedekatan kepada Allah, ilmu dapat menimbulkan kemuliaan
5
Fuad Amsary, Mukizat alQur’an dan as-Sunnah tentang Iptek. Jakarta: Gema Insani
Press, 1997. Jilid I, hal. 192.
6
Imam Ghazali, Minhazul Abidin. (Wasiat imam Ghazali). Jakarta: Darul ulum Press,
h. 5-6.
5
Nya yang dikehendaki, karena memang, ilmu itu adalah anugrah yang dicurahkan
oleh Allah kedalam hati sebagai cahaya, tentu keberadaan ilmu ini dapat
secara jelas dan akan membawa pemiliknya kepada tujuan akhir yang terpuji.
hati dan hawa nafsu yang memenuhinya sehingga menghalangi pandangan yang
benar, dimana seharusnya seorang hamba itu melihat kebaikan sebagai kebaikan
7
Lihat al-Hafidz Abi Abdullah Muhammad bin Yazid al-qarwini, Sunan Ibnu Majjaah,
(ttp: Dar al Fikri, tth), jilid 1, h. 81 bab kitab Muqaddimah, No Hadis 223. Lihat. HR Al tirmidzi
5/47 kitab Al Ilmi, 2682, Abu Daud. 3/317, kitab al ilmi,No. 3641, Al Darimi, 1/110 dalam Al
Muqaddimah, No. 342, dan dishahihkan oleh al-Bani dalam Shahih al-Jami No 6397
6
tunjukan dengan adanya amal yang shaleh dan perasaan takut kepada Allah.
menyebar luaskan ilmu agama Islam dan menjadi petunjuk bagi manusia lainnya.
ketingkat yang tidak akan dicapai oleh selain mereka. Bahkan kesaksian
menyampaikan risalah (ajaran) yang dibawa oleh para nabi kepada para
Sedangkan mereka dikatakan sebagai wakil para nabi, karena mereka telah
menyampaikan risalah (ajaran) yang dibawa oleh para nabi kepada generasi
setelah mereka yang mana hal ini telah tercapai.9 Para ulama itu kunci surga dan
wakil para nabi, mereka dikatakan sebagai kunci surga karena mereka telah
menunjukan jalan menuju surga dengan petunjuk yang mereka telah ajarkan
8
Itthiaq Husen Qureshi. “Posisi ulama dalam Masyarakat Muslim,” dalam Kalim Siddiqi
(et. Al). Gerbang kebangkitan. (terj. AE. Priono. Dkk). Yogyaarta. Shalahuddin Press. 1984. h. 79-
80.
9
Itthiaq husen Qureshi. “Posisi ulama dalam Masyarakat Muslim,” dalam Kalim Siddiqi
(et. Al). Gerbang kebangkitan. (terj. AE. Priono. Dkk). h. 79-80.
7
Hal ini membuktikan kemuliaan serta keutamaan ahli ilmu dan ulama
Setiap ulama harus memiliki akhlaq yang mulia dan ilmu yang luas yang
figur ulama yang menjadi pemimpin serta mampu memberikan solusi terhadap
akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan. Manusia adalah makhluk hidup yang
bersifat sosial yang begitu penting, karena dilengkapi dengan semua pembawaan
dan syarat-syarat yang diperlukan bagi mengemban tugas dan fungsinya sebagai
mendekatkan diri kepada Allah dan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat13
Ilmu-ilmu pengetahuan alam yang dulu dikuasai oleh umat Islam, ketika
ulama-ulama terdahulu telah wafat kini umat Islam hanya menjadi pengekornya
saja, inilah yang terjadi dalam dunia keilmuan umat Islam sekarang.14
10
Lihat Ibnu Miskawaih , Tahdziibu al-akhlaq wa Tathhiru al-a’raaq (Tahqiiq Ibn al-
Khatiib) Lebanon: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, h. 40.
11
Al-Akhlaq Fil Islam (Akhlaq dalam Islam). Dr. Abdul LAthif Al-„Abd
12
Ismai Raji‟ al-Faruqi, Islam dan Kebudayaan, (Bandung : Mizan, 1984), h. 37.
13
Fathiyah Hasan Sulaiman, Pandangan Ibn Khaldun tentang Ilmu dan Pendidikan,
penyuting H.M.D. Dahlan, (Bandung : CV. Diponegoro, 1987), h. 15-22.
8
Sekarang ini kita semakin sulit menemukan ulama yang memiliki ilmu
Berkenaan dengan kemuliaan dan keutamaan para ulama ini, Hasan Al-
Bashri telah berkata, “ Kematian seorang alim itu menimbulkan suatu keretakan
pada Islam yang tidak dapat ditambal dalam jangka waktu sehari semalam.”
Dalam hadis marfu yang diriwayatkan oleh Imam Ad-Darimi dan Imam Thabrani
dan kitab al-Kabir di katakana bahwa, “Kematian seorang alim itu merupakan
musibah yang tidak ada pelipurnya dan keretakan yang tidak ada tambalannya.15”
Meskipun kajian yang penulis angkat merupakan kajian klasik yang sudah
kepermukaan mengingat kajian ini cukup menarik untuk penulis sajikan ke dalam
pembahasan ini. Sebagian besar sudut pandang manusia khususnya para pengikut
nabi Muhammad yakni umat Islam mungkin melihatnya hanyalah sebagai titik
kecil yang hanya memiliki kandungan makna yang sangat sederhana atas
pembahasan ini, akan tetapi yang membuat penulis harus mengkaji kembali
adalah penulis ingin menguak berbagai rahasia mengenai keutamaan ilmu dan
Maka sesuatu yang dianggap kecil merupakan hal yang disepelekan dan
tidak memiliki kandungan yang penting. Maka hal tersebut dikarenakan makna
dengan ilmu dan ulama yang memiliki kharisma yang tinggi serta memiliki makna
14
Muhammad Syahrurr, Nahw Ushul al-Jadidah li al-Fiqh al-Islami (Damaskus: al-
Ahlali li ath-Thiba‟ah wa a-Nasyr wa at-Tawzi, 2000), h. 45-46.
15
Abu Bakar Al Jazairy, Ilmu dan Ulama, Pelita kehdupan dunia akhirat ( Daar Al
Kutub : Cairo , 2000), h. 55
9
yang sangat istimewa. Oleh karena itu, penulis sengaja mengambil dan
hanyalah milik sang pencipta alam semesta Allah dan pemilik segala kekurangan
membatasi permasalahan diatas seputar studi analisis hadis nabi Saw tentang
keutamaan ilmu dan ulama. Penulis hanya membatasi pada kitab hadis Shahih
Bukhari dan Ahmad Ibn Hanbal. Adapun kitab-kitab hadis yang lainnya hanya
secara tematik.
membuat rumusan.
B. Tujuan Penelitian
Satu (S1).
C. Metodologi Penelitian
yang penulis lakukan terbagi pada dua bagian, yaitu melaui data perimer dan
sekunder. Rujukan yang penulis jadikan sebagai data perimer adalah Al- Kutub
al- Tis’ah.
sejumlah kitab dan buku yang masih berkaitan dengan obyek penelitian, seperti
kitab-kitab terjemah hadis, buku-buku hadis dan bahan-bahan rujukan lain yang
relevan dalam pokok masalah yang dibahas. Hal ini dimaksudkan untuk
berpijak pada metode deskriptif analitis, yakni melalui pengumpulan data dan
Filsafat 2007.
D. Sistematika Penulisan
yang di dalamnya terdiri dari bab-bab yang satu sama lain saling berhubungan,
yaitu:
Bab I: Pendahuluan
umum kepada skripsi. Berisi Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Metodologi
ng keutamaan ilmu dan ulama
Pada bab ini terbagi empat sub bab, yaitu: Pengertian ilmu dan ulama,
Perbedaan Ulama akhirat dan Ulama dunia, Hukum Menuntut Ilmu dan Tata Cara
Bab tiga terdiri dari tiga sub bab, yaitu: Teks Hadis dan Terjemahnya,
Pendapat Mufasir tentang keutamaan Ilmu dan Ulama, Pendapat Muhadis tentang keutamaan Ilmu dan Ulama, Korelasi Ilm
1. Pengertian ilmu
didefinisikan
Ilmu juga dapat diartikan sebagai suatu cabang studi yang berkenaan
bahasa Arab „ilm yang berarti pengetahuan, merupakan lawan kata dari jahl yang
berarti ketidaktahuan atau kebodohan. Kata “ilmu” bisa disepadankan dengan kata
1
Louis Mahlouf al-Yasui, al-Munjid fi al-Lughoti wa al-Adabi wa al-‘Ulum, (Beirut, al-
Matba‟ah al-Katquliyah, 973, h. 527).
2
Amien Rais, Cakrawala Islam, Antara Cita dan Fakta, (Bandung, Mizan, 1991), h. 108.
3
Van Hoeve. Ensiklopedi, (Jakarta. PT. Ikhtiar Baru, 1994), cet. Ke-2, h. 201.
13
14
Pengertian lain menyebutkan bahwa ilmu itu dalam bahasa Inggris adalah sience,
dan bahasa latin sciemia (pengetahuan), scire (mengetahui). Sinonim yang paling
sebagai berikut;
Artinya: ilmu itu ditafsiri dengan sifat yang kalau dimiliki seseorang,
atau kepandaian (tentang soal akhirat, dunia, lahir, batin, dan sebagainya).
Sehingga kata ilmu selalu dirangkaikan dengan sesuatu seperti ilmu akhirat, ilmu
Makna definitif di atas pun selalu dirangkaikan dengan kata lain yang
4
Loren Bagus, Kamus filsafat, (Jakarta. PT, Gramedia Pustaka, 1996), Edisi I, h. 307.
5
Syekh Ibrahim bin Ismail, Syarh ta‟limul muta‟alim, (Indonesia: Darul Ihya‟alKutub al-
Arabiyah), h. 9.
6
Balai Pustaka, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta 1989), Cet. Ke-2, h. 325.
15
kata ilmu tersebut. Seperti kata ilmu agama berarti “pengetahuan tentang ajaran
dimana ilmu lebih spesifik dari pengetahuan, karena banyak pengetahuan yang
belum disusun secara sistematis sebagai salah satu syarat untuk disebut ilmu.
Muhammad SAW. Tetapi pada generasi para sahaabat, Islam mulai berkembang
terutama sekali dari generasi generasi yang lampau (Nabi, para sahabat dan lain-
lain).4
pengenalan yang sangat jelas terhadap suatu objek”, karena itu seseorang yang
dengan sedikit keraguan, maka ia tidak dapat dinamai “mengetahui apa yang
7
Fazlur Rahman, Membuka Pintu Ijtihad, (Bandung: Pustaka, 1984), Cet. Ke-2, h. 198-
199.
16
tanda yang jelas bagi sesuatu atau nama jalan yang mengantar seseorang menuju
tujuan yang pasti. „alam yang berarti “bendera” menjadi tanda yang jelas bagi
suatu bangsa atau kelompok. Kata yang sama juga berarti “gunung” yang karena
sekelilingnya.
Atas dasar itu Allah Swt, dinamai „Âlim ( ) atau „Alîm ( ) adalah
hakekat ilmu dalam bentuk kesatuan teoritik yakni menjurus kepada pemahaman
ilmu sebagai ilmu Allah yang harus dituntut dan dikaji oleh setiap pribadi dalam
8
Quraish Shihab, Tasir alQur‟an al-Karim (Tasir atas surat-surat pendek Baedasarkan
urutan turunnya wahyu), (Bandung: Pustaka Hidayah, 1997), Cet. Ke-I, h. 594-595.
17
1. Pengertian Ulama
Kata ulama berasal dari kata Arab „ulama yang merupakan bentuk jamak
taksir dari kata ( ) „âlim artinya orang yang memiliki ilmu yang luas dan
mendalam. Kata „âlim (ilmu) berasal dari huruf „ain, lam, mim ( ) yang
menunjukan bekas sesuatu dan membedakan yang lainnya atau sesuatu yang
menjelaskan seperti bendeera, gunung dan alam.6 Menurut al Ashifani ilmu adalah
mendapat hakikat sesuatu baik zat maupun penamaannya.7 Ulama adalah bentuk
jamak dari kata „âlim ( ) yang terambil dari kata yang berarti mengetahui secara
jelas, karena itu semua kata yang terbentuk oleh huruf-huruf ‟ain, lam, dan mim,
raya atau makhluk yang mempunyai rasa dan atau kecerdasan, ( ) „alamah/
alamat.8 Bentuk kata yang hampir sama dengan kata ulama dalam al-Qur‟an, di
Kata ilmu dalam berbagai bentuknya terulang 854 kali dalam al-Qur‟an.
Kata ini digunakan dalam arti proses pencapain pengetahuan dan obyek
9
10
Ibn Faris., Al-Maqayis fi al Lughat, (Beirut: Dar Al Fikr, 1979), h. 689.
Abi Qosim al Husaini Ibn Muhammad Raghib al ashfihami. Al Mufradat fi Gharib al-
Qur‟an, (Mesir: Musthaa al-Bab al Halabi, tth), h. 343.
11
M. Quraish Shihab., Tafsir al Misbah pesan, kesan dan keserasian al-Qur‟an, (Jakarta:
Lentera Hati 2003), Cet. Ke-I, h. 466.
12
Atabik Ali, Ahmad Zuhdi Muhdhor., Kamus al Ashri Arab-Indonesia, (Yogyakarta:
Yayasan Ali Maksum PP. Krapyak, 1996), 105.
13
Ibid,. 1283
18
mengetahui) dan biasanya al-Qur‟an menggunakan kata ini untuk Allah dalam
merupakan bentuk isim fail dari kata „alima ( ) yang berarti yang terpelajar,
sarjana, yang berpengetahuan atau ahli ilmu. Lawan kata „âlim ( ) adalah jahil
mempunyai arti orang yang banyak ilmunya, yang sangat mengetahui dan yang
paling mengetahui adalah Allah, tetapi dalam al-Qur‟an, manusia dapat pula
mendapat peredikat sangat tahu, atau banyak ilmu. Mereka disebut dengan “ahli”
(dalam Bahasa Indonesia), „ilm, „alam atau ma‟lum, yang memang sudah
dikenal dengan Bahasa Indonesia, yaitu ilmu, alam dan maklum. Ilmu adalah
pengetahuan yang teratur, alam adalah segala benda yang dapat ditangkap dengan
panca indra sebagai ciptaan Tuhan, dan maklum artinya mengetahui. Tetapi meski
14
Ibid., h. 966.
19
sirna dan nampak pula dampaknya dalam kegiatan mereka membenarkan ucapan
kepada Allah Swt. sehingga mereka takut kepada-Nya, jika makrifatnya sudah
maupun amal syari‟at lainnya. Dr. wahbah Zuhaili berkata “secara naluri” ulama
adalah orang yang mampu menganalisa fenomena alam untuk kepentingan hidup
di dunia dan akhirat serta takut ancaman Allah Swt jika terjerumus dalam
Pada mulanya kedua kata alim dan „ulama berlaku bagi semua komunitas
dan orang yang berkecimpung dalam lapangan ilmu pengetahuan, mulai pada
abad ke-2 H/ 8 M, muncul aneka ragam ilmu serta benih-benih dikotomi di antara
ilmu-ilmu baru sesuai dengan disiplin ilmu yang digeluti, seperti fuqaha,
Sebagian ulama berpendapat bahwa yang disebut orang „alim adalah orang
keberagaman itu inheren dengan ilmu, sehingga dapat dikatakan bahwa hanya
15
Quraish Shihab., Tafsir al Misbah pesan, kesan dan keserasian al-Qur‟an, (Jakarta:
Lentera Hati 2003), Cet. Ke-I, h. 466.
20
Allah. Dengan demikian jika ada orang yang berilmu dan tidak memiliki sifat
keberagamaan yang kokoh berarti ilmunya tidak bermanfaat.13 Bahkan orang yang
berilmu dan lepas dari tanggung jawabnya karena memperturuti hawa nafsunya
maka diibaratkan seperti seekor anjing yang menjulurkan lidahnya baik dihalangi
Umat yang tidak dibimbing oleh ulama akan menjadi umat yang sesat.
Mereka dapat terjerumus oleh godaan syetan ke lembah kehidupan yang hina,
masyarakat. Para ulama adalah seumpama lampu yang terang menerangi jalan
yang benar, menjadi wakil Allah di atas bumi. Ulama adalah lambang iman dan
bencana.
Sejarah bangsa telah mengukir berbagai peran yang diperankan oleh para
terbina dengan baik berkat dukungan para ulama, sehingga kerukunan itu dapat
negara dan bangsa selama ini. Ulama berperan melalui komunikasi interpersonal
16
Lihat M. Quraish Shihab., Wawasan al-Qur‟an, (bandung: Mizan, 1996), h. 435.
21
kitab Ihya Ulumuddin menuturkan bahwa ulama terbagi menjadi dua, yakni ulama
Yang dimaksud dengan ulama dunia (ulama su‟) adalah mereka yang
dan kedudukan semata.14 Ketahuilah bahwa pangkal kesesatan ulama su‟ yaitu
pada niat dan amalan mereka, hati mereka dapat diketahui dari indikator-indikator
yang nampak dari amal perbuatannya. Kita telah mengenal ulama ad-din, yakni
orang baik-baik dengan sebutan ulama akhirat, sedangkan ulama su‟ adalah
Menurut Imam Ghazali, ulama dunia digambarkan oleh Allah Swt dalam
17
Imam Al-Ghazali., Ihya Ulum Al Din, (Beirut: Dar Al ikr, tth), h. 61.
22
manusia berilmu saja, melainkan sekaligus manusia yang bermoral. Oleh karena
itu, ulama bukan orang yang yang memiliki ilmu melainkan harus disertai sikap
15
“Barang siapa yang mempelajari suatu ilmu hukum karena Allah, dan
tidak mencarinya melainkan bukan karena Allah, maka Allah akan
menempatkan ke dalam neraka. (HR. Tirmidzi)
16
23
18
Abi Isa Muhâmmad bin Surah, Sunan Tirmidzi; (Beirut: dar al-Fikr, 1994), J. IV, h.
195, Kitab Ilmi, No. Hadis 2664.
23
Di dalam kitab Akhlaq Ulama, karya Syekh Abu Bakar Muhammad al-
2. Ia (ulama su‟) tertimpa kefakiran dan tidak puas dengan anugerah Allah.
2. Ulama Akhirat
24
19
Abi Isa Muhâmmad bin Surah, Sunan Tirmidzi; (Beirut: dar al-Fikr, 1994), J. IV, h.
259-296, Kitab Ilmi, No. Hadis 2659
20
Imam Mawardi, ZI, Abdullah Aqih, Wahai Ulama, Kembalilah Kepada Umat,
(Surabaya: Pustaka Pelajar: 2002), Cet. Ke-I, h. 44-45.
21
Imam Mawardi, ZI, Abdullah Faqih, Wahai Ulama Kembalilah kepada Umat, h. 2659.
22
M. Mahfudz MD, Spiritualitas Al-Qur‟an Dalam Membangun Kerajinan Umat,
(Yogyakarta: UII Press, 1999), Cet, Ke-2, h. 426.
24
berikut20:
(3): 199).
23
al-Ghazali, Imam Abi Hamid Muhammad bin Muhammad, Ihya „Ulumuddin,
(Mesir: Dar al Bayan Li al Turats, 1987), Cet. Ke-I, h. 92.
25
23
al-Ghazali, Imam Abi Hamid Muhammad bin Muhammad, Ihya „Ulumuddin,
(Mesir: Dar al Bayan Li al Turats, 1987), Cet. Ke-I, h. 92.
25
berbagai ibadah
7. Senang terhadap ilmu yang dapat mendekatkan diri kepada Allah swt,
maupun sesamanya.
10. Menjauhi ilmu yang dapat membatalkan amal dan kesucian hati.
11. Memiliki ilmu yang berpangkal dalam hati, bukan di atas kitab, ia
Manusia adalah yang terbaik diciptakan oleh Allah Swt dimuka bumi ini
mempunyai mulia dan berat yang dibebankan di atas pundaknya yaitu menyeru
seseorang harus mempunyai bekal. Dalam hal ini ilmu merupakan bekal terbaik
25
Imam Ghazali, Ihya „Ulumuddin, Sulaiman Mara‟I (ttp: Singapura, tth), Juz I, h. 60-
68.
26
yang dapat membantu tugas tersebut. Oleh karena Allah Swt. menganjurkan
manusia (Adam) pun adalah karena faktor berfikir yang dimiliki oleh manusia itu.
Allah Swt. Memberikan gambaran yang jelas kepada kita betapa kemuliaan itu
26
Rasyid, Daud. Islam Dalam Berbagai Dimensi, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), h.
88.
27
Ibnu Majjah, Sunan Ibnu Majjah, (Kairo: Darul Ihya „al-Turats, 1995), Juz, I, h. 97.
27
Dari hadits di atas inilah al-Ghazali mengangkat suatu hukum bagi setiap
Kata farîdhatun diberinya makna yang lebih luas dan sangat sesuai dengan
al-Ghazali sendiri mengakui akan terbatasnya daya tangkap, panca indra dan
daya serap akal manusia, bukan para filosof yang seolah-olah memaksakan
manusia dengan banyak memberikan porsi dan peran terhadap akal manusia.
Oleh karena itu para filosof muslim sanggup menerapkan kata farîdhatun dengan
makna kewajiban yang mutlak dilakukan dari sikap itu akan muncul permasalahan
yang pelik dan rumit sekali: “Akan berdosalah orang-orang yang tidak
dan pengetahuan yang cukup tentang agama, merupakan bagian dari konsep-
konsep suci yang ditekankan oleh al-Qur‟an, lebih dari semua pemimpin moral
dan sosial lainnya dalam sejarah manusia, telah mendorong para pengikutnya
upaya untuk mendapatkan pendidikan itu sebagai kewajiban untuk pria dan wanita
28
“Siapa yang menghendaki oleh Allah untuk mendapat banyak kebaikan, maka Allah akan member
Salah satu etika mencari ilmu pengetahuan adalah mencari dan melacak
dari sumber aslinya. Ia harus dicari sekalipun di tempat terpencil dan tersembunyi,
segala jerih payah dalam pencari ilmu akan menjadi mudah dan jarak yang jauh
akan menjadi dekat. Mengapa demikian? Karena apabila dalam mencari ilmu
dilandasi dengan semangat ibadah dan semata-mata untuk mencari ridha Allah
maka akan terbuka jalan dan semuanya akan menjadi mudah untuk digapainya.
28
Ali Syari‟ati, Membangun Masa Depan Islam , (Bandung: Mizan, 1989), Cet. Ke-2, h.
145-146.
29
Imam Bukhari Shahih Bukhari bi Hasyiyah as-Sindiy, (Beirut: Daar al-ikr), Jilid I,
Kitab Ilmi, h. 30
29
26
Siapa yang melalui jalan untuk menuntut ilmu Allah. Maka Allah
akan memudahkan jalan baginya untuk ke surga”. (H.R. Tirmidzi)
mengharap ridha Allah, maka segala jalan untuk menggapai ilmu akan
mencari ilmu, maka ketika ia dengan tulus dan ikhlas bepergian untuk
melapangkan baginya jalan menuju kebahagian dan kemudahan. Suatu hal yang
sangat penting untuk diyakini dengan sungguh-sungguh oleh setiap orang yang
pengetahuan.
Sejarah tidak pernah mencatat umat manapun selain umat Islam yang
demikian aktif bepergian untuk mencari ilmu, terutama yang pernah dilakukan
oleh para ulama hadis. Alamah Khatib al-Bagdadi telah mengarang kitab khusus
tentang kisah perjalanan para pencari hadis yang diberi nama Rihlah fi Thalabil
26
Lihat al-Hafidz Abi Abdullah Muhammad bin Yazid al-Qarwini, Sunan Ibn Majjah,
(ttp:Dar al fikr, tth), jilid 1, h81. Bab Kitab Muqaddimah, No. Hadis. 223. Lihat HR. al-Tirmidzi,
Kitab al-Ilmi, NO. 2682, Abu Daud, 3/317, Kitab al-Ilmi, No. 3641, al-Darimi, 1/110 Dalam al-
Muqaddimah, No. 342, dan dishahihkan oleh Albani dalam Shaih al-Jami NO.6397
30
Salah satu contoh kisah tentang perjalanan mencari ilmu ialah kisah Said
untuk mencari sebuah hadis. Satu hal yang sangat luar biasa, perjalanan yang
sangat menguras tenaga dilakukan hanya untuk mencari sebuah hadis. Andai saja
dilakukan Said bin Musayyab, niscaya tidak ada lagi kebodohan dimana-mana.
Konon dalam sebuah riwayat disebutkan, Ahmad bin Hambal ditanya oleh
seorang, manakah yang lebih baik antara seorang alim yang mengajarkan ilmunya
atau pergi mencari ilmu? Imam Ahmad menjawab, “pergi mencari ilmu ke
penjuru negara itu lebih baik sehingga ia dapat bertemu langsung dengan
ahlinya.
Diantara tata cara mencari ilmu yang harus diperhatikan dan diterapkan
31
Ibrahim bin Ismail , Syarah Ta‟limul Muta‟lim (Semarang, CV. Toha Putra, 1993), h.
31-32.
31
maksiat.
kreasi dapat membedakan antara yang baik dan buruk, antara yang bermanfaat
kehidupan akhirat. Amal kebaikan dan keburukan di dunia akan selalu terkait
dengan kehidupan dengan akhirat, maka dari itu Islam tidak pernah mengenal
dikotomi kehidupan antara dunia dan akhirat, yang ada adalah bagaimana
mempunyai arti bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Betapa banyak orang
menjerumuskan dirinya pada perilaku yang tak terpuji, seperti mabuk, judi,
senantiasa mencari ilmu, bahkan bagi mereka yang giat mencari ilmu
mencari ilmu.29
mengetahui sesuatu, rasa ingin mengetahui tersebut muncul sebagai akibat adanya
mendapatkan apa yang dituntut oleh alam yakni mempertahankan kehidupan dari
kepunahan.
maju pula pola pikir yang ada pada mereka. Penemuan-penemuan yang
membuat zaman semakin maju dan canggih, tanpa disadari ilmu telah
Untuk melihat lebih jauh pengaruh yang diberikan ilmu kepada manusia
terlebih dahulu kita lihat fungsi ilmu itu sendiri. Secara filosofi fungsi ilmu dapat
32
33 Niscaya Allahbersabda:
Rasulullah meninggikan derajat
barang siapaorang-orang yang beriman
yang keluar untuk menuntutdiantara
ilmu, ia kamu
beradadan
di
jalan Allah (HR Tirmidzi)
30
Nurcholish Madjid, 1994. Khajanah Intelektual Islam, Jakarta, bulan
Bintang, hal 308
33
peneliti.
menanggulanginya
4. Fungsi Kontrol: dengan tercapinuya gambaran dan ramalan suatu objek atau
bahwa telah terbuka peluang untuk mengetahui beberapa hal dari ilmu yang
bergerak di bidang penelitian untuk mempelajari objek atau masalah yang sudah
dijelaskan itu.
Pada fungsi kedua terlihat jelas pengaruhnya pada manusia agar selalu
maju dan berkembang, ini sesuai dengan ungkapan “even the best can be
improved”. Adalah suatu yang sudah baik itu pada dasarnya masih dapat
ditingkatkan.
1970, h. 11-12.
34
1970, h. 11-12.
34
menghindarkan diri dari mara bahaya yang akan menimpanya. Contoh: Ketika
itu. Demikian pula ketika orang hendak bepergian, dengan adanya badan
meteorologi yang membidangi cuaca, maka orang dapat menentukan kapan saat
yang tepat untuk bepergian. Ini adalah berkat fungsi ilmu tersebut.
bahwa apa yang dihasilkan dari ilmu pengetahuan akan bermanfaat dan
MA :
tapi pasti membuktikan bahwa ayat-ayat al-Qur‟an benar dan mengagumkan. Baik
berupa bentuk tulisan yang paling perimutif dengan bahan-bahan yang amat
sederhana (daun lontar, pelepah korma, tulang belulang, kulit-kulit hewan dean
36
Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung: Triganda Karya,
1993), h. 82.
35
menulis berjuta-juta buku, menciptakan pena yang bagus dan mudah dibawa, lalu
diciptakan juga mesin tik, mesin cetak, yang dapat menyelesaikan beribu-ribu
Akan tetapi pada sisi lain kemajuan ilmu dan teknologi kadang kala akan
alam kita lihat betapa kemajuan ilmu pengetahuan menjadi motivator bagi
manusia khususnya bagi mereka yang hanya mementingkan dirinya sendiri dan
pengetahuan telah meliputi dunia barat, dan di sana pengaruh agama telah
berkurang, orang mau yang konkrit, tidak mau yang abstrak lagi. Adapun di
negeri timur, gelombang itu sama juga. Tetapi bukan karena ilmu pengetahuan
sudah maju pula, hanyalah karena suka jadi “pak tiru” belaka, sehingga yang
dikatakan oleh sosiolog terkenal Ibnu Khaldun “Bangsa yang kalah, ketagihan
Kini telah jelas bahwa pada satu sisinya ilmu pengetahuan akan sangat
bermanfaaat bagi kehidupan manusia akan tetapi pada sisi lain ia akan menjadi
bencana apabila disalah gunakan, oleh karena itu benarlah ungkapan yang
mengatakan: “Ilmu tanpa bimbingan agama adalah buta”. Maka dari itu majunya
37
Hamka, Pandangan Hidup Muslim, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), Cet. Ke-4, h. 187.
36
suatu ilmu dan teknologi yang memasuki zaman modern, maka diharapkan dengan modal keiman
BAB III
menghadirkan hadis-hadis yang berkaitan dengan keutamaan ilmu dan ulama, penulis hanya mengkaji hadis-hadis dalam ki
1
Bukhori , Shohih al-Bukhari, Andalusia: Baitul Abkar, tth. Kitab Ilmu, hal. 187
37
38
“ Sesungguhnya Allah tidak akan mengambil (menghilangkan) ilmu sekaligus sesudah diberikan
1
Bukhori , Shohih al-Bukhari, Kitab I’itishom, hal. 59
2
Muslim, Shahîh Muslim, Kairo: Dâr Ibn al-Haitsam, 2001. Kitab Ilmu. Hadis, hal. 194
39
3
Muslim, Shahîh Muslim, Kitab Ilmu. Hadis, hal. 199
40
4
Ahmad (Baqi Musnad Al-Mukatsirin), hal. 290
5
Imam Ahmad bin Hanbal (Baqi Musnad Al-Mukatsirin), hal. 493
41
“Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu secara tiba-tiba. Ia mencabutnya dari hamba-Nya, te
6
Imam Ahmad bin Hanbal (Baqi Musnad Al-Mukatsirin), hal. 514
7
Imam Ahmad bin Hanbal (Baqi Musnad Al-Mukatsirin), hal. 515
42
“Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu secara tiba-tiba. Ia mencabutnya dari hamba-Nya, te
8
Sunan Ibn Majah, Miqaddimah, hal. 296.
9
Imam Tirmidzi, Ilmu, juz 4, hal. 296
43
10
mengambil para ulama (mematikan mereka), sehingga tidak tersisa orang berilmu akhirnya orang-orang mengambil pemimp
“Lihatlah dan periksalah apa yang dapat diperoleh dari hadis Rasul
SAW, lalu tulislah karena aku takut lenyap ilmu kerena meninggalnya
ulama. Dan jangan anda terima, kecuali hadis Rasul SAW dan
sebarkanlah ilmu (hadis) dan adakan majlis-majlis ilmu supaya orang
yang tidak mengetahui dapat mengetahunya, lantaran tidak lenyap ilmu
sehingga dijadikannya barag rahasia” (H. R Darimi)
10
I.mam Ad-Darimi, Muqaddimah, hal 244
11
Lihat Muhammad bin Ismâ‟Îl al-Bukhârî (Mesir: Dâr al-Ihyâ al-Arabiyah, tth) Jilid 1, h. 30.
44
(Tulisl
mula penulisan Nabi, karena sebelumnya umat masih bergantung pada hafalan. Pada saat Umar b
usaha untuk melestarikan ilmu itu sendiri12.
jalan mencabutnya) atau menghapus ilmu dari lubuk hati sanubari. Rasulullah
mengucapkan hadis ini pada saat haji wada‟, sebagaimana hadis yang
diriwayatkan oleh Ahmad dan Thabrani dari hadis Abu Umamah, bahwa saat haji
dipunahkan?
12
Ibnu Hajar al- Asqalani.,Fath al-Bari Syarah Shahih al- Bukhari, (Riyad: Maktabah
Darussalam 1997). Cet ke-1, h.235
13
Imam Bukhari no hadis 7307
45
Beliau bersabda, “Punahnya ilmu itu dengan punahnya para ulama (orang yang
Hadis ini berisi anjuran menjaga ilmu, peringatan bagi pemimpin yang
ilmu pengetahuan. Hadis ini juga dijadikan alasan oleh jumhur ulama untuk
mengatakan, bahwa pada zaman sekarang ini tidak ada seorang mujtahid lagi.
C. Asbabul Wurud
Adapun urgensi sebab Wurud terhadap hadis adalah sebagai salah satu jalan untuk
diantaranya, dapat mentaksis arti yang lain, membatasi arti yang mutlak,
menjauhkan „illat suatu hukum, maka dengan memahami sebab wurud hadis
dapat
46
mudah memahami apa yang dimaksud atau yang terkandung suatu hadis
tersebut.14
berkata: “Selesai melakukan haji wada‟ nabi bersabda: “Ambilah ilmu sebelum ia
ditarik atau diangkat!” Seorang Arab badawi (udik) bertanya: “Bagaimana ilmu
Dalam riwayat lain dari Abu Umamah, orang itu bertanya: “bagaimana
mungkin ilmu itu terangkat, padahal ditengah-tengah kami selalu ada mushaf (al-
ajarkan pula kepada anak-anak dan istri-istri kami, demikian pula kepada para
Yahudi dan Nasrani dikalangan mereka ada mushaf, tetapi mereka tidak
Ibnu Hajar berkata: “hadis masyhur dari riwayat Hisyam. Dan dalam
riwayat lain bunyinya:… ”Sehingga tak ada lagi hidup seorang alim pun.”
agama. Kematian ulama berarti suatu kerugian bagi umat. Maka kemuliaan ilmu
dan kepentingannya harus dirasakan oleh seseorang yang menuntutnya, dan orang
14
Mudzir Suparta dan Utang Ranu Wijaya. Ilmu Hadis. (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1996)
15
Ibnu Hamzah al Husaini, Latar Belakang Historis Timbulnya Hadis- Hadis Rasul ( Jakarta:
kalam mulia, 1996), h. 55.
47
menjadi teladan dan panutan. Jangan tanyakan perihal kepada orang bodoh, karena bila mereka b
BAB IV
1. Quraisy Syihab
menghasilkan aneka perbedaan. Sperma yang menjadi bahan penciptaan dan cikal
bakal kejadian manusia dan bintang pada hakikatnya nampak tidak berbeda
dalam kenyataannya satu dengan yang lain. Bahkan kita menggunakan kaca
letak salah satu rahasia dan misteri gen dan plasma. Ayat ini pun mengisyaratkan
makanannya.
48
Maka sungguh benar jika ayat ini menyatakan bahwa para ilmuan (ulama)
Banyak pakar agama seperti pakar Ibn „Asyûr dan Thabatabai memahami
kata ini dalam arti yang mendalami agama. Thabataba‟i bahwa mereka itu
tenang dan keraguan serta kegelisahan menjadi sirna, dan nampak pula dampaknya
mereka kepada rasa takut dan kagum kepada Allah. Seorang yang alim yakni dalam
mengetahui dampak baik dan buruknya, dan dengan demikian dia akan mengerjakan
atau meninggalkan satu pekerjaan berdasar apa yang dikehendaki Allah serta tujuan
syariat. Kendati dia pada satu saat melanggar akibat dorongan syahwat, atau nafsu
atau kepentingan duniawi, namun ketika itu dia tetap yakin bahwa ia melakukan
sesuatu yang berakibat buruk, dan ini pada gilirannya menjadikannya meninggalkan
pekerjaan itu atau menghalanginya berlanjut dalam kesalahan tersebut sedikit atau
49
secara keseluruhan. Adapun seorang yang bukan alim, tetapi mengikuti jejak ulama
maka upayanya serupa dengan upaya ulama dan rasa takutnya lahir dari rasa takut
Pendapat yang menyatakan bahwa yang dimaksud dengan „„ulama‟‟ pada ayat
ini adalah „„yang berpengetahuan agama‟‟ bila ditinjau dari segi penggunaan bahasa
Arab tidaklah mutlak demikian. Siapa pun yang memiliki pengetahuan, dan dalam
disiplin apapun pengetahuan itu, maka ia dapat dinamai „alim. Dari konteks ayat ini
pun, dapat memperoleh kesan bahwa ilmu yang disandang oleh ulama itu adalah ilmu
yang berkaitan dengan fenomena alam. Sayyid Quthub menamai fenomena alam
antara lain yang diuraikan ayat-ayat di atas dengan nama kitab alam yang sangat
ini kemudian menulis bahwa: Ulama adalah mereka yang memperhatikan kitab,yang
menakjubkan itu, karena itu mereka mengenal-Nya melalui hasil ciptaan-Nya, mereka
dengan melihat hakikat ciptaan-Nya, dari sini maka mereka takut kepada-Nya serta
Dalam buku Secercah Cahaya Ilahi penulis mengemukakan bahwa ada dua
catatan kecil namun amat penting yang perlu digaris bawahi dari ayat ini.
50
kitab-kitab suci yang diturunkan Allah. Sebagaimana dikemukakan pada ayat
sebelumnya1.
keniscayaan yang dikehendaki Allah. Termasuk dalam hal ini perbedaan dan
dinamai oleh Al-Qur‟an ‘ulama. Hanya saja seperti pernyataan di atas, pengetahuan
al-Ashfahani adalah “rasa takut yang disertai penghormatan, yang lahir akibat
tersebut hanya ulama, mengandung arti bahwa yang tidak memilikinya bukanlah
ulama.
Dalam keterangan di atas terbaca bahwa ayat ini berbicara tentang fenomena
alam dan sosial. Ini berarti para ilmuwan sosial dan alam dituntut agar mewarnai ilmu
mereka dengan nilai spiritual dan agar dalam penerapannya selalu mengindahkan
nilai-nilai tersebut. Bahkan tidak meleset jika dikatakan bahwa ayat ini berbicara
tentang kesatuan apa yang dinamai „„ilmu agama‟‟ dan „„ilmu umum‟‟. Karena
puncak ilmu agama adalah pengetahuan tentang Allah, sedang seperti terbaca di atas,
1
M. Quraish Shihab, Pesan, kesan dan keserasian al-Qur‟an (Jakarta: lentera Hati, 2002), h.
467.
51
ilmuwan sosial dan alam memiliki rasa takut dan kagum kepada Allah yang lahir dari
pengetahuan mereka tentang Allah. Kesatuan itu dapat lebih diperjelas lagi dengan
lanjutan ayat yang dinilai oleh sementara pakar tafsir seperti al-Biqa‟i dan ar-Razi
lagi Maha Pengampun, dapat dipahami dsebagai kelanjutan dari bukti ketidak
butuhan Allah terhadap iman kaum musyrikin, kendati Allah selalu menghendaki
menjadikannya sebagai penjelasan tentang sebab sikap ulama itu. Yakni karena ‘izzat
(keperkasaan) Allah Yang Kuasa menundukan siapapun dan Dia tidak tunduk kepada
siapapun, maka Dia ditakuti oleh yang mengenal-Nya, selanjutnya karena Dia Maha
maka para ulama itu percaya dan mendekatkan diri kepada-Nya serta merindukan
pertemuan dengan-Nya.2
1. Hasbi As-Shidiqi
Dalam menanggapi Surah Fâthir ayat 28, Hasbi As-Shidiqi dalam tafsir
Qur’anul Majid, menyatakan bahwa orang yang takut kepada Allah lalu memelihara
diri dari azab-Nya dengan jalan mengerjakan ketaatan, hanyalah orang yang
mengetahui kebesaran kodrat Allah dengan ilmunya. Sebab orang yang mengetahui
2
M. Qurasy Shyhab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan keserasian al-Qur’an (Jakarta: Lentera
Hati, Lentera Hati, 2002) h. 465-468.
52
bahwa Allah itu maha berkuasa tentu meyakini bahwa Tuhan akan menimpakan
siksa-Nya kepada orang yang durhaka, karena itulah timbul rasa ketakutannya kepada
siksa, karena Allah itu maha keras siksa-Nya terhadap orang yang mengkufuri-Nya
dan maha pengampun terhadap dosa-dosa orang yang mengimaninya dan mentaati-
Nya.
Menurut Hasbi As-Shidiqi bahwa ulama itu adalah mereka yang takut dengan
mengerjakan shalat dengan khusuk dan mengeluarkan zakat baik dalam keadaan sirr
keadaan menghendakinya dan mereka berlaku tulus ikhlas dalam hidupnya. Mereka
tidak mengharap sesuatu, kecuali dari Allah mereka hanya mengharap perniagaan
patutnya semua hamba mensyukuri apa yang telah diberikan Allah kepada hamba-
Nya.3
3
M. Habsy as-shidqi, Tafsir Qur’anul Majid (An-Nur), (Semarang: Pustaka Kizley Putra, 2000), Juz
22, h. 3384.
53
2. HAMKA
keutamaan ilmu dan ulama bahwa orang yang bisa merasakan takut kepada Allah,
nahwu mengatakan bahwa huruf Innamâ itu adalah adâtu hasri yang artinya “alat
untuk pembatas” sebab itu artinya yang tepat adalah “tidak lain hanyalah orang-orang
yang berilmu jua yang kan merasa takut kepada Allah. Kalau ilmu tidak ada, tidaklah
orang akan merasa takut kepada Allah, dan jelas bahwa ilmu itu adalah luas sekali.
Alam disekeliling kita, sejak dari air hujan yang turun dari langit menghidupkan bumi
setelah mati, sampai kepada gunung-gunung yang menjulang tinggi, binatang melata,
ini semua mengandung ilmu dengan berbagai cabangnya pula sebagai geografi,
Ibnu Abbas mengatakan “Alim sejati diantara hamba arahman ialah yang
tidak mempersekutukan Allag dengan apapun, dan yang halal tetap halal dan yang
haram tetap haram, serta memelihara perintah-Nya dan yakin bahwa dia akan
Dengan demikian jelas pula bahwa ulama bukanlah sempit hanya sekedar
orang yang tahu akan hukum-hukum agama saja secara terbatas, dan bukan juga
54
orang yang mengaji kitab fiqih, dan bukan pula ditentukan oleh jubah dan sorban
besar.4
Adapun menurut pendapat ulama hadis tentang keutamaan ilmu dan ulama
sebagai berikut:
menghafal riwayat hadis, bahkan ilmu adalah Nur yang dinyalakan Allah
Adapun alim yang mengenal Allah dan mengenal perintah Allah, ialah yang
takut kepada Allah dan mengenal batas-batas dan perintah serta larangan, alim yang
menmgenal Allah tetapi tidak mengenal perintah Allah ialah yang takut kepada Allah
tetapi tidak melaksanakan perintah Allah. Alim yang mengenal perintah Allah tetapi
4
Hamka, Tafsir Al-azhar (Jakarta: Pustaka Panjimas 1988), Juz 22, h. 242-243.
55
tidak mengenal Allah ialah yang sangat tahu batas dan perintah Allah tetapi tidak
Dapat dikatakan bahwa orang alim yang mengenal perintah tetapi tidak
mengenal Allah inilah yang banyak sekarang. Sehingga nur (cahaya) itu di cabut oleh
Allah dari dirinya, sehingga pengetahuannya dari hal halal dan haram, hanyalah
laksana pengetahuan sekedar saja yang dapat memutar-mutar ayat sebagaimana yang
menjauhi segala yang haram dengan ilmunya, lebih berat bagi syaitan
untuk menggodanya dari pada seribu kali ahli ibadah yang giat beribadah,
akan tetapi tidak tahu apa yang berkaitan dengan ibadahnya. Hal itu
disebabkan syaitan setiap kali membuka pintu hawa nafsu kepada orang
banyak dan menjadikan syahwat indah dalam hati mereka. Oleh karena
itu orang yang memiliki ilmu atau faqih ia tidak akan tertipu. 6
4. Ali bin Abi Thalib berkata: barang siapa memandang kepada wajah orang
baginya. Pandangan wajah ke arah orang yang alim adalah ibadah dan
5
Imam Ghazali, Mukasyafatul Qulub (Surabaya: Darul Fikri, Tth), h. 288.
6
Muhammad bin Umar An Nawawi, Tanqihul Qaul al-Hatsîts Fi Syarhi Lubabil Hadis, ( Surabaya:
Mutiara Islam, 1995), h. 27.
56
B. Korelasi Ilmu dan Iman
Terdapat suatu pernyataan yang secara khusus berkaitan dengan ilmu yang
yang dimiliki manusia diperoleh dari adanya upaya belajar. Hanya orang yang mau
belajarlah yang dapat memperoleh ilmu pengetahuan karena ilmu pengetahuan dapat
diperoleh seseorang hanya lewat peroses belajar mengajar. Dengan peroses belajar
seorang akan mengalami pergumulan antara gagal dan berhasil. Sehingga proses
tersebut dapat membangun kesadaran dan kearifan sesorang yang secara terintegrasi
telah disebutkan pada bab ke 2 (dua), pada dasarnya Allah telah memberikan manusia
sebagai sarana proses belajar. Suatu hal yang perlu disyukuri oleh setiap manusia
adalah berfungsinya beberapa instrumen belajar tersebut, karena harus sadar bahwa
sebagian manusia ada yang dianugrahi nikmat Allah dengan berbagai instrumen
tersebut secara sempurna. Namun ada sebagian diantara manusia ada yang
bersyukur karena apa yang telah dianugrahkan Allah semuanya membawa hikmah
dan manfaat yang manusia sendiri tidak tahu apa sebenarnya makna di balik anugrah
tersebut.
57
Menurut Murtadha Muthahari,7 tidak mungkin seseorang dilahirkan dalam
seorang guru yang berbentuk bimbingan dan pengalaman agar ia dapat membedakan
menjelaskan bahwa ilmu pengetahuan tersebut dapat dikategorikan ke dalam dua hal:
pertama, ilmu yang mempunyai hubungan dengan hakikat sesuatu. Ilmu tersebut
tidak ada yang dapat mengetahuinya kecuali Allah, hal ini sebagaimana firman Allah
dalam surat al Anfal ayat 60; “.....Kamu tidak mengetahuinya sedang Allah
mengetahuinya.” Kedua: Ilmu ini lebih dekat pada epistimologi bagaimana ilmu
dalam al-Qur‟an surat al-Mumtahanah ayat 10;” Maka jika kamu telah mengetahui
mempunyai keimanan hanya dapat dilihat dari apa yang ia kerjakan tersebut sudah
sesuai dengan ajaran agama atau belum, selebihnya apa yang terkandung dalam
pikiran dan hatinya bersifat abstrak. Untuk itu agar prilaku seseorang dapat diketahui
dan diukur terdapat sebuah metode yang disebut dengan skala sikap seseorang
sebagainya.
7
Murtadha Muthahari,f itrah (terjemahan), lentera, Jakarta, 2001, h. 33
8
Imam Raghib al-Ashfihani, Mu’jam Mufradat al-Fadzz al-Qur‟n Dar al-Fikr, Beirut, hal. 355
58
Menurut Imam Ghazali untuk mengukur keimanan seseorang dapat dilihat
dari seberapa besar perhatian orang tersebut terhadap amal kebaikan dan seberapa
kebaikan. Sebaliknya iman seseorang akan menurun jika ia sering melanggar apa
yang telah diperintahkan oleh Allah SWT. Untuk itu dalam ibadah, al-Ghazali
mensyaratkan pada tahap awal sesorang harus belajar syariat (aturan main dan tata
Ilmu dan iman dalam pandangan kaum sufi adalah dua sisi mata uang yang
tidak dapat dipisahkan, pergumulan antara ilmu, iman dan ma’rifatullah terus bergulir
dalam kehidupan seorang sufi. Untuk itu tahapan pertama yang harus dilalui adalah
mencari ilmu pengetahuan sebagai perangkat ibadah agar ibadah tidak sia-sia.
semakin banyak orang sufi menerima ma‟rifah maka makin banyak pula yang
diketahuinya tentang rahasia-rahasia Allah dan ia pun semakin dekat kepada Allah
SWT.
Menurut Yusuf Qardhawi antar ilmu dengan iman selalu beriringan, keduanya
saling melengkapi, satu ilmu adalah petunjuk iman karena ia menuntun kepada
9
Harun Nasution, 1987. Falsafah dan Mistisisme dalam Islam, bulan Bintang, Jakarta, hal.
75
59
kebenaran10. Tidak hanya itu saja, iman akan menjadi kering dan mudah digoyah
apabila tidak disertai dengan bangunan ilmu yang kuat. Dalam sebuah hadis yang
Dari hadis tersebut di atas, dapat diambil penjelasan bahwa antara iman dan
ilmu saling mempunyai keterkaitan yang signifikan, untuk itu sinergitas di antara
keduanya sedapat mungkin harus terjaga. Iman yang tidak disertai ilmu pengetahuan
karena itu barang siapa yang berpergian kesuatu tempat untuk mendapatkan ilmu
Tidak hanya itu yang dijanjikan Allah, dalam sebuah hadis yang diriwayatkan
oleh Tirmidzi Rasulullah bersabda:
10
11
Tirmidzi, bab fadhlul „ilmi hadis 2571, juz 9, h. 244,
60
Pada hadis ini mengandung pengertian bahwa barang siapa yang bepergian
untuk mencari ilmu maka ia akan mendapatkan pahala yang menyamai dengan pahala
jihad. Mafhum muwafaqah hadis ini ialah ketika orang tersebut dengan ikhlas dan
serius mencari ilmu tersebut kemudian ia meninggal dunia maka tiada pahala yang
lain baginya kecuali mendapatkan surga karena ia berjalan di jalan Allah. Untuk itu
berbagai disiplin keilmuan dan disertai dengan iman yang kokoh niscaya upaya
tersebut akan membuahkan hasil yang positif bagi perkembangan kaum muslimin dan
di dunia Islam.
C. Analisis Hadis
Pada hadis-hadis yang terdapat pada bab 3 (tiga) yang menerangkan perihal
keutamaan ilmu dan ulama pada dasarnya makna dan tujuan dari periwayat yang
mengemukakan hadis tersebut adalah bersifat sama, artinya redaksi matan hadis-hadis
tersebut hampir persis terdapat persamaan yang memang mengandung maksud dan
tujuan yang sama. Dalam ilmu hadis istilah tersebut dikenal dengan periwayatan
hadis yang redaksi matannya persis sama dengan yang di dengarnya dari rasul
langsung, namun isi atau maknanya sesuai dengan yang dimaksudkan oleh Rasulullah
61
tanpa adanya perubahan yang memang dapat merusak suatu hadis tersebut walaupun
sedikit12
cukup banyak yang menerangkan perihal ini. Adab dan tugas seorang pelajar banyak
sekali tapi dapat kita simpulkan pada beberapa pokok (1) Mengawali langkah dengan
mensucikan hati dari perilaku yang tercela. (2) Mengurangi segala keterkaitan dengan
kesibukan duniawi. (3) Tidak bersikap angkuh terhadap ilmu. (4) Mengetahui
hubungan antara suatu ilmu dengan tujuannya. Dari urain tersebut dapat menemukan
adanya tiga kategori ilmuwan (ulama): (1) Ulama yang mendatangkan kebinasaan
bagi dirinya sendiri dan orang lain, yaitu mereka yang secara terang-terangan mencari
mendatangkan kebahagian bagi dirinya sendiri dan orang lain, yaitu mereka yang
menyeru kepada Allah SWT secara lahir batin; dan (3) Ulama yang membinasakan
dirinya sendiri, namun mendatangkan kebahagian bagi orang lain, yaitu yang
namun tujuan yang sebenarnya (dalam hati) adalah agar orang banyak tertarik
Ulama adalah pewaris para nabi merekalah yang menggantikan para Nabi
setelah wafatnya mereka, ulama sangat berperan penting dalam menyampaikan ilmu-
12
Utang ranuwijaya, ilmu Hadis, h. 106.
62
ilmu agama karena merekalah yang mampu menyampaikan secara lisan (ucapan),
Af’al (perbuatan).
63
BAB V
PENUTU
A. Kesimpulan
penyebabnya ialah tidak adanya kehidupan dan cahaya, dan semua kebaikan
Jalan yang dilalui orang yang berilmu menuju surga sebagai balasan dari
sangat sepesial disisi Allah, karna Allah, para malaikat, dan seluruh penghuni di
Nya, doa para Malaikat,dan doa penghuni bumi yang menmjadi penyebab
64
65
yang darinya dapat melahirkan berbagai kekayaan. Betapa banyak negara yang
secara alamiah yang mempunyai sumber daya alam yang sangat terbatas, namun
hasil peradabannya mampu mengalahkan negara yang kaya sumber daya alam.
Hal ini tidak lain disebabkan oleh kualitas sumber daya manusianya yang penuh
“ Barang siapa melewati salah satu jalan dengan tujuan mencari ilmu,
maka Allah membuka dengannya jalan menuju surge, dan
sesungguhnya para malaikat meletakkan saya-sayapnya karena ridha
kepada pencari ilmu. Sesungguhnya para pencari ilmu itu dimintakan
ampunan oleh siapa saja yang ada di langit, siapa saja yang ada di
bumi, hingga ikan-ikan di laut. Kelebihan orang-orang yang berilmu
atas orang yang beribadah adalah seperti kelebihan bulan atas seluruh
bintang. Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para Nabi-nabi,
sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar, dan tidak pula
dirham namun mereka mewariskan ilmu. Maka barang siapa
mendapatkannya sesungguhnya ia mendapatkan keberuntungan yang
besar.” (Diriwiyatkan Abu Daud, dan At Tirmidzi)
berbagai pendekatan, baik pendekatan sosial, kultural, politik, maupun yang lain
Ilmu dan Ulama mempunyai peranan dan fungsi yang menentukan bagi
masa depan dan kehidupan bangsa, maka dari itu seorang ulama diharapkan
bersifat ikhlas, tawadhu (rendah hati) dihadapan orang banyak. Cara hidupnya
harus zuhud, selalu bersyiar wara yaitu menjauhkan diri dari kemungkinan dosa
besar dan kecil. Dengan kata lain seorang ulama yang baik adalah dia seorang
yang selalu berhati-hati jangan sampai nafsu menguasai akal sehat dan imannya
A. Saran-saran
ulama perspektif hadis” penulis berharap skripsi ini dapat dijadikan acuan dalam
kehidupan kita, karna ilmu dan ulama merupakan pewaris para nabi, oleh karena
itu harapan besar bagi penullis agar ini dijadikan sebagai panduan untuk
penulis hanya berharap dikemudian hari ada karya tulis lainnya yang
menghasilkan kesimpulan yang lebih jauh serta lebih lengkap dengan tujuan
Abi Isa Muhammad bin Surah, Sunan Tirmidzi, Beirut: Dar al-Fikri, 1994.
Abdullah Habib Al-Hadad, Nasehat Agama dan Wasiat Iman, Semarang: CV.
Thaha Putra, 1993.
Aziz Abdul Aziz Al Badri, Al Islamu Bainul Ulama Wal Hukâm, Maktabah
Ilmiyah. Madinah 1987.
Baihaqî, Abi Bakr Ahmad Ibn Husain Ibn ‘Ali Sunan al-Kubrâ.Bairut: Dar al-
Sadr,tth.
68
69
Hanbal, Ahmad ibn, Musnad al-Imâm Ahmad ibn Hanbal, Beirut: Dâr al-Fikr,
tanpa tahun, juz II.
Hamdan Rasyid, K.H. Achmad Mursyidi Ulama, Pejuang, Dan politisi Dari
Betawi. Darul Hikmah. Cet 1. 2003.
Hamzah Al Husaini Hanafi, Asbabul Wurud, Kalam mulia, Jakarta. Cet 3, 1996.
Ibrahim bin Ismail, Syarah Ta’limul Muta’alim’alim, C.V toha Putra Semarang
1993.
Imam Mawardi, Faqih Abdullah, Wahai Ulama, Kembalilah Kepada Umat,
Surabaya: Pustaka Pelajar, 2002.
Ibnu Hamjah al Husaini al Hanafi, Asbabul Wurud, Jakarta: Kalam Mulia. Ce Ke-
3, 1996.
Jazairi, Abu Bakar, Ilmu dan Ulama; Pelita Kehidupan Dunia dan Aklhirat As-
Salafiyah,Cairo, 2001.
Louis Mahlouf al-Yasui, al-Munjid fi al-Lughoti wal Adabi wal ‘Ulum, (Beirut,
al-Matba’ah al-Katquliyah, 1973.
Muhammd al-Ghazali, Ihya ‘Ulumuddin; Menuju Filsafat ilmu dan kesucian hati
di bidang insan ihsan, Surabaya: Maktabah Mahkota, Tth, juz I
Nata Abudin, Fauzan, Pendidikan dalam Perspektif Hadis, Jakarta: Uin Jakarta
Press, Cet. Ke-1, 2005.
Sidiqî,M Hasbi.Sejarah dan Pengantar ilmu hadis. jakarta: Bulan Bintang, 1954.