Anda di halaman 1dari 126

BAB II

PENGKAJIAN

A. Profil dan Gambaran Umum Rumah Sakit


1. Sejarah Rumah Sakit
Setelah melalui perjalanan panjang selama 4 dasawarsa, dengan di awali
berdirinya Balai Pengobatan dan Rumah Bersalin maka pada tahun 2001
berdirilah RSU PKU Muhammadiyah Delanggu dengan diberikan ijin bertahap
dari Ijin Uji Coba, Ijin Operasional Sementara, Ijin Operasional dan Ijin Tetap
Diterbitkan Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten pada tanggal 27 Oktober 2011
dengan surat keputusan Bupati Klaten Nomor : 503/430/2011 dan Surat
Keputusan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Kabupaten Klaten tentang pemberian perpanjangan ijin operasional rumah sakit
No : 503.23/001 Tahun 2017 tanggal 27 September 2017.
RSU PKU Muhammadiyah Delanggu terletak di jalan Raya Delanggu Utara
No. 19 Delanggu, Klaten. RSU PKU Muhammadiyah merupakan rumah sakit
bertipe D yang mempunyai luas lahan 22.000 m2, luas bangunan 16.258 m2,
jumlah tempat tidur pada tahun 2020 sebanyak 214 bed yang terdiri dari 3 VVIP,
22 VIP, 16 Kelas 1, 34 Kelas 2, 97 Kelas III, 28 Kamar Bayi, 10 ICU, 4 PICU
NICU, 2 OK. Pada tahun 2020 jumlah dokter umum sebanyak 11 orang, dokter
spesialis 30 orang, dokter gigi 3 orang, dokter gigi spesialis 1 orang, perawat 141
orang, bidan 28 orang, PP 1 orang.
RSU PKU Muhammadiyah Delanggu memiliki bebrapa jenis pelayanan
diantaranya : pelayanan 24 (Unit Gawat Darurat, ICU, Instalasi Farmasi,
Radiologi, Laboratorium Klinik dan Elektro Cardiografi), Pelayanan bedah
(Bedah Umum, Obsgyn, Urologi, Orthopedi), Pelayanan Pendukung (Instalasi
gizi, Fisioterapi, Akupuntur, Bimbingan Kerohanian, Pemulasan jenazah bayi),
Pelayanan poli KIA dan KB (pemeriksaan kehamilan, nifas, IVA dan papsmear,
konseling, KB, imunisasi, tindik, sunat), Pelayanan dokter spesialis dan konsultan
( Spesialis Penyakit Dalam, Anak, Keperawatan Dan Kandungan, Bedah, Bedah
Urologi, Orthopedi, Anestesi, Mata, Syaraf, THT-KL, Radiologi, Kesehatan Kulit
Dan Kelamin, Paru, Penyakit Kulit, Konsultan Psikolog, Dan Konsultan Gizi),
serta layanan unggulan (Obsgyn Dan Trauma Senter). RSU PKU Muhammadiyah
Delangu terakreditasi tingkat PARIPURNA Bintang 5 dengan sertifikat nomor :
KARS-SERT/770/VII/2020.

2. Falsafah, Visi, Misi, dan Motto


a. Falsafah
Amal usaha Muhammadiyah yang merupakan perwujudan iman dan amal
sholeh
b. Visi
Menjadi rumah sakit dengan layanan paripurna dan islami
c. Misi
1) Memberikan layanan kesehatan yang bermutu
2) Melaksakan dakwah melalui layanan kesehatan yang islami
3) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia
4) Menjadi mitra pemerintah dalam meningkatkan kesehatan masyarakat
d. Motto
Profesional dan Islami

3. Gambaran Umum Ruang Nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu


a. Lokasi
Ruangan nifas terbagi menjadi dua yaitu nifas atas dan nifas bawah. Ruang
nifas atas terletak di lantai satu sedangkan ruang nifas bawah terletak di lantai
dasar.
b. Ruang
Ruangan nifas terdiri dari 2 kamar vip, 2 kamar kelas satu (Aisyah), 4 kamar
kelas dua (Khadijah), 5 tempat tidur kelas tiga di nifas atas (Aminah A) dan 14
tempat tidur kelas tiga di nifas bawah (Aminah B). Fasilitas yang terdapat diruang
bangsal nifas antara lain :
1) VIP : kapasitas 1 kamar 1 pasien serta fasilitasnya terdiri dari AC, mini
bar, televisi, almari, box bayi, bedside cabinet, sofa, kursi, kamar mandi,
wastafel, dan jemuran.
2) Kelas I : kapasitas 1 kamar 1 pasien serta fasilitasnya terdiri dari kipas
angin, televisi, bedside cabinet, sofa, box bayi, kursi, kamar mandi,
wastafel, jemuran.
3) Kelas II : kapasitas 1 kamar 2 pasien yang dipisah dengan tirai, serta
fasilitasnya kipas angin, bedside cabinet 2, box bayi 2, wastafel, kamar
mandi, jemuran.
4) Kelas III
Aminah A : kapasitas 1 ruang 5 pasien serta fasilitasnya terdiri dari kipas
angin, bedside cabinet 5, box bayi 5 dan kursi penunggu. Aminah B :
kapasitas 1 ruang 14 pasien serta fasilitasnya AC, bedside cabinet, box
bayi 14, dan kursi penunggu.
c. Jenis Pelayanan
Ruangan bangsal nifas RSU PKU MUuhammadiyah Delanggu merupakan
ruangan yang memberikan pelayann khusus kebidanan meliputi ruangan
perawatan kehamilan, pasca persalinan, bayi sehat, dan gangguan reproduksi
wanita.
d. SDM
Di ruang nifas terdapat 14 orang tenaga kesehatan dengan jumlah bidan 8
orang dan perawat 6 orang. Tingkat pendidikan bidan dan perawat di ruang nifas
lulusan terbanyak yaitu lulusan DIII Kebidanan sebanyak 7 orang, lulusan DIII
Keperawatan sebanyak 6 orang, dan lulusan paling sedikit yaitu lulusan DIV
Kebidanan yaitu satu orang. Untuk DPJP di ruang nifas ada 3 dokter Spesialis
obstetri dan ginekologi dan 3 dokter Spesialis anak. Di ruang nifas bidan dan
perawat berkolaborasi dengan tenaga kesehatan dari laboratorium, radiologi, dan
ruang kbrt. Di ruang nifas terdapat satu kepala ruang yang memiliki tugas
melaksanakan fungsi perencaan, melaksanakan fungsi penggerakan dan
pelaksanaan, melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian, dan penilaian. Di
ruang nifas juga terdapat dua kepala tim yang memiliki tugas membantu kepala
ruang dalam mengkoordinasikan seluruh kegiatan dalam pelayanan kebidanan di
ruang nifas dan membimbing tenaga perawat/bidan pelaksana untuk
melaksanakan pelayanan kebidanan sesuai standar. Selain itu juga terdapat 13
orang sebagai bidan/perawat pelaksana yang memiliki tugas melaksanakan
evaluasi tindakan yang telah diberikan melaksanakan tugas sesuai jadwal yang
telah disahkan.
e. Hak dan kewajiban pasien
Hak dan Kewajiban pasien/keluarga di ruang rawat inap nifas
Hak pasien :
1) Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan
yang berlaku di rumah sakit.
2) Pasien berhak memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien.
3) Pasien berhak memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa
deskriminasi.
4) Pasien berhak memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan
standar profesi dan standar prosedur operasional/
5) Pasien berhak memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga
pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi.
6) Pasien berhak Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang
didapatkan
7) Pasien berhak Memilih dokter, dokter gigi, dan kelas perawatan sesuai
dengan keinginannya dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit
8) Pasien berhak Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya
kepada dokter lain yang mempunyai surat izin praktik (SIP) baik didalam
maupun di luar Rumah Sakit
9) Pasien berhak Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita
termasuk data medisnya
10) Pasien berhak Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara
tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternative tindakan, resiko dan
komplikasi yang mungkin terjadi dan prognosis terhadap tindakan yang
dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan
11) Pasien berhak Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang
akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya
12) Pasien berhak Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis
13) Pasien berhak Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang
dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya
14) Pasien berhak Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama
dalam perawatan di rumah sakit
15) Pasien berhak Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang
didapatkan
16) Pasien berhak Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan rumah
sakit terhadap dirinya
17) Pasien berhak Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai
dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya
18) Pasien berhak Menggugat dan atau menuntut rumah sakit apabila rumah
sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik
secara perdata ataupun pidana
19) Pasien berhak Mengeluhkan pelayanan rumah sakit dengan standar
pelayanan melalui media cetak dan eletronik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan.
Kewajiban pasien
1) Pasien dan keluarga berkewajiban untuk mentaati segala peraturan dan tata
tertib rumah sakit
2) Pasien berkewajiban untuk mentaati segala instruksi dokter dan perawat
dalam pengobatannya
3) Pasien berkewajiban memberikan informasi dengan jujur dan
selengkapnya tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter dan
perawat
4) Pasien dan atau penanggunggnya berkewajiban memenuhi hal-hal yang
telah disepakati/ perjanjian yang telah dibuatnya.
4. Struktur Organisasi
Menurut Robbins 2007 struktur organisasi merupakan penentuan
bagaimana pekerjaan dibagi dan dikelompokkan secara formal yang berfungsi
untuk menentukan kejelasan tanggungjawab, kejelasan kedudukan, kejelasan
mengenai jalur hubungan dan kejelasan uraian tugas. Struktur organisasi di Ruang
Nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu dipimpin oleh seorang
penanggungjawab ruang di bawah Kepala Bidang Keperawatan Sri Fatmiyati,
S.Kep.Ns. Bagan organisasi Ruang Nifas dapat dilihat dalam bagan sebagai
berikut:
Gambar 2.1
Bagan Oranisasi Ruang Nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu

KEPALA BIDANG KEPERAWATAN


Sri Fatmiyati, S.Kep.Ns
NIK. 110.005

KA. SUB BID. MUTU KA. SUB BID. LOGISTIK


KEPERAWATAN KEPERAWATAN
Nanik Suheni, S.Kep.,Ns Ira Dwi Hastuti, Amd. Keb
NIK. 110.022 NIK. 110.004

KEPALA RUANG NIFAS


Tiwuk Amini Syamsiah, S.Tr. Keb
NIK. 110.172

KEPALA TIM I KEPALA TIM II


Yeni Ratnawati, Amd. Keb Sulistya Wulandari, Amd. Keb
NIK. 110.345 NIK. 110.384

Rina Septiana, Amd. Keb Adin Suciati, Amd. Keb


NIK. 110.450 NIK. 110.290

Fitri Damayanti, Amd. Keb


Fauzia Isnaini, Amd. Keb
NIK. 110.448 NIK. 110.451

Ita Dwi Kirana, AMK


Triana Devi Antari, AMK
NIK. 110.342
NIK. 110.402

Sri Maya Amd.Keb Kunti AMK


NIK. 110.191 NIK. 110.182

Juwita Nur Halimah Amd.Keb Vika Maharani P AMK


NIK. 110.346 NIK. 110.313

Novi Dwi A. AMK Suparmi AMK


NIK. 110.198 NIK. 110.015

Sumber : Berdasarkan keputusan RSU PKU MUhammadiyah Delanggu


Analisis :
Struktur organisasi yang ada di ruang nifas ditetapkan berdasarkan
keputusan RSU PKU MUhammadiyah Delanggu. Bagan struktur organisasi yang
ada di ruang nifas menurut Hasibuan, 2010 merupakan jenis bentuk struktur
organisasi lini (Line Organization), dalam tipe organisasi lini terdapat garis
wewenang, kekuasaan yang menghubungkan langsung secara vertical dari atasan
kebawahan, hal ini sudah sesuai dengan toeri. Akan tetapi dalam pembagian
tugas perawat dan bidan dalam struktur organisasi ini belum dapat dibedakan
secara jelas. Maka sebaiknya terdapat job diskripsi tindakan-tindakan tertentu
yang harus dilaksanakan oleh bidan dan perawat agar terciptanya mitra kerja yang
baik.
5. Denah Ruang Nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu
a. Denah ruang nifas atas

Kelas I Kelas I VIP VIP 2 Ners stasion


Ruang Obat

Kamar mandi petugas Meja perawat

Kelas II Kelas II Kelas II Kelas II Kelas II

Spoolhoek Ruang solat


b. Denah ruang nifas atas (Aminah A)

Kelas III Kelas III Kelas III Kelas III Kelas III

tidur.

c. Denah ruang nifas bawah (Aminah B)

Ruang Isolasi Ruang Isolasi

Bangsal Kelas III terdiri dari 12 bed

M Ruang linen
ej
a
Ners stasion

Tempat obat

Kamar mandi
Gambar 2.2
Bagan Manajemen Ruang Nifas
RSU PKU Muhammadiyah Delanggu
12

Sebagai uraian deskripsi manajemen sesuai bagan tersebut di uraikan sebagai


berikut :
B. Unsur Input
1. Man
Unsur input dalam manajemen kebidanan salah satunya adalah man. Yang
dimaksud man adalah pasien dan ketenagaan.
a) Pasien
1) Kajian teori
Pasien adalah seseorang yang datang ke instalasi kesehatan yang
membutuhkan pelayanan medis keperawatan yang terganggu kondisi
kesehatannya baik jasmani maupiun rohani (WHO, buku panduan Praktik
Klinik MPAKP 2020)
Pelayanan di medis keperawatan tidak terpisah akan adanya seseorang
tenaga kesehatan dengan konsumen, dalam hal ini adalah pasien. Pasien
dikenal sebagai penerima jasa pelayanan kesehatan, dan dari pihak rumah sakit
sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan dalam perawatan kesehatan.
2) Kajian data
Berdasarkan pengkajian yang kami lakukan pada tanggal 24-26
November 2020 tentang jumlah pasien yang dirawat dibangsal nifas pada bulan
agustus s/d oktober 2020 seperti pada Tabel 2.1 berikut.
Tabel 2.1
Jumlah pasien di bangsal nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu bulan
Agustus – Oktober 2020

No Bulan Jumlah Pasien


1. Agustus 219
2. September 212
3. Oktober 210
Jumlah 641

Sumber : Data Sekunder Rekapitulasi Jumlah Pasien di Bangsal Nifas


RSU PKU Muhammadiyah Delanggu Agustus s/d Oktober 2020.
13

Interpretasi/analisis.
Berdasarkan Tabel 2.1 di atas, pasien yang dirawat dibangsal nifas dari
bulan agustus,september dan oktober mengalami penurunan. Jumlah pasien
yang dirawat di bangsal nifas selama bulan Agustus-Oktober 2020 adalah 641
orang.
3) 10 penyakit terbanyak.
a) Kajian data
Berdasarkan jumlah pasien terdapat 10 penyakit terbanyak di
bangsal nifas diantaranya sebagai berikut :
Tabel 2.2
10 Besar Penyakit Pasien di Bangsal Nifas RSU PKU Muhammadiyah
Delanggu Klaten Tri Wulan (Agustus-Oktober 2020)

No. Jenis Penyakit Jumlah %


1 Partus spontan 105 47
2 Post SC 75 33
3 Post Curetage 29 13
4 Hyperemesis Gravidarum 5 0.22
5 AUB (Abnormal Uterine Bleeding) 2 0.08
6 Abortus Imminen 2 0.08
7 KET (Kehamilan Ektopik Terganggu) 2 0.08
8 Polip Serviks 2 0.08
9 Hamil anemia 1 0.04
10 PPI (Partus Prematurus Imminens) 1 0.04
Jumlah 224 100%
Sumber : Data Sekunder Diagnosa Penyakit Terbesar di Bangsal Nifas RSU PKU
Muhammadiyah Delanggu

b) Analisis data : (layanan, 10 ini dianalisis layanannya)


Berdasarkan Tabel 2.2 di atas didapatkan 10 penyakit ibu nifas yang
dirawat di ruang nifas selama tri wulan Agustus-Oktober 2020), antara lain:
(1) Partus spontan, (2) Post SC, (3) Post curet, (4) Hyperemesis gravidarum,
(5) AUB, (6) Abortus Imminen, (7) KET, (8) Polip Serviks, (9) Hamil
Anemia, (10) PPI.
14

4) Cara Pembayaran pasien.


a) Kajian data
Dari 641 pasien tersebut menggunakan cara pembayaran yang
berbeda, seperti terlihat pada tabel berikut :
Tabel 2.3
Cara Pembayaran Pasien Yang Dirawat di Ruang Nifas PKU
Muhammadiyah Delanggu 2020

No Bulan Jml Pasien Jml dan persentase Cara Pembayaran


Dirawat Umum BPJS Non PBI PBI Lainnya
1 Agustus 219 16 54 83 66
2 September 212 20 52 78 60
3 Oktober 210 15 54 76 65
Jumlah 741 51 160 237 191
Sumber : Data Sekunder Rekapitulasi Pembayaran Pasien di Bangsal Nifas RSU PKU
Muhammadiyah Delanggu Agustus s/d Oktober 2020.

b) Analisa
Berdasarkan tabel 2.3 cara pembayaran pasien yang dirawat dari
bulan Agustus-Oktober pasien rawat inap di ruang nifas paling banyak
adalah pasien yang menggunakan cara pembayaran dengan BPJS,
dibandingkan dengan umum. Sesuai dengan data tabel diatas terdapat cara
pembayaran yang lainnya yaitu jamsostek, jamkesda, askes, aviva, TNI,
Jampersal, Ad-Medika, BUMN sebanyak 191 pasien.

b) Ketenagaan
1) Kajian teori
Ketenagaan merupakan faktor penting dalam input instrumental.
Penetapan jumlah tenaga keperawatan adalah suatu proses membuat
perencanaan untuk menentukan alokasi SDM di ruangan agar pelayanan dan
proses managerial berjalan efektif dan efisien. Dalam penelusuran beberapa
sumber secara umum didapatkan dua rumus untuk menghitung kebutuhan
15

tenaga perawat, yaitu menurut Gillies (1999) dan Depkes (2011). Rumus yang
dimaksud antara lain adalah sebagai berikut :

a) Menurut Gillies (1999)


Menurut Gillies (1999) dalam Buku Panduan MPAKP (2020)
kebutuhan tenaga perawat di sebuah rumah sakit dapat diperhitungkan.
Kebutuhan tenaga perawat secara kuantitatif menurut Gillies (1999) dapat
dirumuskan dengan perhitungan sebagai berikut :

Tenaga Perawat = A x B x 365

(360 - C) x Jam Kerja

Keterangan :
A : Jam Perawatan/24 jam
B : (BOR x jumlah TT)
C : Jumlah hari libur (92 hari)
365 : jumlah hari kerja selama 1 tahun

Pada perhitungan rumus Gillies terdapat prinsip perhitungan


menurut jumlah jam keperawatan yang dibutuhkan klien per hari adalah :
(1) Waktu keperawatan langsung (rata rata 4-5 jam/klien/hari) dengan
spesifikasi pembagian adalah :
(a) Keperawatan mandiri (self care) = 1/2 x 4 = 2 jam
(b) Keperawatan partial (partial care ) = ¾ x 4 = 3 jam
(c) Keperawatan total (total care) = 1-1.5 x 4 = 4-6 jam
(d) Keperawatan intensif (intensive care) = 2 x 4 jam = 8 jam

Berdasarkan tingkat ketergantungan klien pada perawat menurut


Gillies (1999) diklasifikasikan menjadi 4 tingkat. Keempat tingkat tersebut
seperti pada Tabel 2.4 berikut.
16

Tabel 2.4
Klasifikasi Tingkat Ketergantungan Klien Pada Perawat
No. Tingkat Perawatan Perawatan Tidak Pendkes Total
Ketergantungan Langsung Langsung

1 Self Care 2 jam 1 jam 0,25 jam 3,25 jam


2 Partial Care 3 jam 1 jam 0,25 jam 4,25 jam
3 Total Care 5 jam 1 jam 0,25 jam 6,25 jam
4 Intensive Care 8 jam 1 jam 0,25 jam 9,25 jam

(2) Waktu keperawatan tidak langsung


(a) Menurut RS Detroit (Gillies, 1999) = 38 menit/klien/hari
(b) Menurut Wolfe & Young ( Gillies, 1999) = 60 menit/klien/hari =
1 jam/klien/hari
(c) Waktu penyuluhan kesehatan lebih kurang 15 menit/hari/klien =
0,25 jam/hari/klien
(d) Rata rata klien per hari adalah jumlah klien yang dirawat di suatu
unit berdasarkan rata rata biaya atau menurut Bed Occupancy
Rate (BOR) dengan rumus : Jumlah hari perawatan RS dalam
waktu tertentu x 100 % Jumlah tempat tidur x 365 hari
b) Menurut DepKes 2011
Perhitungan ketenagaan menurut depkes (2011) mempunyai
beberapa klasifikasi berdasarkan kategori asuhan keperawatan. Klasifikasi
kategori sebagai berikut:
(1) Asuhan keperawatan minimal
(2) Asuhan keperawatan sedang
(3) Asuhan keperawatan agak berat
(4) Asuhan keperawatan maksimal
Berdasarkan Perhitungan ketenagaan menurut depkes (2011)
perhitungan tersebut mempunyai tingkat ketergantungan kepada perawat.
Tingkat ketergantungan kepada perawat berdasarkan jenis kasus antara
lain:
17

(1) Rata-rata pasien per hari


(2) Jam perawatan yang diperlukan per hari per pasien
(3) Jam perawatan yang diperluakan peruangan per hari
(4) Jam efektif setiap perawat setiap 7 jam per hari
Untuk menentukan jumlah tenaga yang diperlukan maka menurut
depkes 2011 dirumuskan sebagai berikut :
Jumlah tenaga perawat yang diperlukan
A = (rata-rata jml pasien/hari x rata-rata jml jam perawatan
pasien/24)
Jam efektif perawat

Untuk penghitungan tenaga tersebut perlu ditambah (faktor


koreksi) dengan menambah perawat libur (loss day) dan tugas non
keperawatan:
Faktor Koreksi
Loos day = jml hari minggu pertahun + cuti + hari libur besar +/tahun x TP
Jumlah hari kerja efektik pertahun

Tenaga keperawatan yang mengerjakan pekerjaan non keperawatan


diperkirakan 25% dari jumlah tenaga keperawatan
Tugas non keperawatan = (TP+Loss day) x 25 %
2) Kajian Data
Berdasarkan kajian data kebutuhan tenaga perawat di ruang nifas RSU
PKU Muhammadiyah Delanggu diantaraya sebagai berikut :
a) Menurut Gillies (1999)
Menurut Gillies (1999) perhitungan kebutuhan tenaga perawat untuk
Nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu dengan BOR 48,98% (Agustus
- Oktober 2020) dengan ketentuan :

Tenaga Perawat
18

=11.59 dibulatkan menjadi 12

b) Menurut Depkes 2011


Menurut depkes tenaga perawat yang dibutuhkan diruang bangsal
nifas dengan jumlah TT 31 buah adalah :
Tabel 2.5
Kebutuhan tenaga bidan/perawat selama 24 jam diruang nifas RSU
PKU Muhammadiyah Delanggu

No Klasifikasi Kebutuhan perawat/bidan

1 Minimal 15 x 2 = 30

2 Sedang 15 x 3,5 = 52.5

3 Agak berat

Jumlah 82,5

Untuk menentukan jumlah tenaga yang diperlukan maka menurut


depkes 2011 dirumuskan sebagai berikut :
Jumlah tenaga yang diperlukan

A = ( rata-rata jml pasien/hari x rata-rata jml jam perawatan pasien/24)

Jam efektif perawat

= 82,5
7
= 11,78 dibulatlkan menjadi 12
19

Untuk penghitungan tenaga tersebut perlu ditambah (faktor


koreksi) dengan menambah perawat libur (loss day) dan tugas non
keperawatan:

Faktor Koreksi

Loos day = jumlah hari minggu pertahun + cuti + hari libur besar +/tahun x TP
Jumlah hari kerja efektif pertahun

= (52+12+16) x 11,78
(365-52-12-16)
= 942,4
285
= 3,3 dibulatkan menjadi 3

Tenaga keperawatan yang mengerjakan pekerjaan non keperawatan


diperkirakan 25% dari jumlah tenaga keperawatan
Tugas non keperawatan = (TP+Loss day) x 25 %
= (11,78 + 3,3) x 25%
= 15,08 x 25%
= 3,7 dibulatkan menjadi 4

Maka jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan diruang nifas adalah

X = TP + LoosDay + tugas non keperawatan


X = 11,78 + 3,3 + 3,7
X = 18,78 dibulatkan menjadi 19

3) Analisa Data
Analisa data dari perhitungan menurut Gilies dan Depkes RI di Nifas
RSU PKU Muhammadiyah Delanggu sebagai berikut:
Tabel 2.6
20

Analisa data dari perhitungan menurut Gillies dan Depkes RI di Nifas


RSU PKU Muhammadiyah Delanggu

Teori Tenaga yang Jumlah yang Keterangan


dibutuhkan tersedia

Giliies 12 14 -

Depkes RI 12 14 loos day = 3


tenaga non kep = 4

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah tenaga yang


dibutuhkan menurut gillies dan depkes memiliki nilai yang sama yaitu 12
orang. Menurut perhitungan rumus depkes untuk memenuhi hari libur, hari
besar, cuti bersama dan tindakan non keperawatan maka ditambahkan tenaga
sebanyak 7 orang. Jadi total tenaga yang dibutuhkan menurut perhitungan
rumus depkes yaitu sebanyak 19 orang.
Di ruang nifas terdapat 14 tenaga kesehatan yang terdiri dari 8 bidan
dan 6 perawat. Menurut hasil wawancara kepala sub bagian mutu proporsi
bidan dan perawat diruang nifas tidak ada landasannya hanya menyesuaikan
jumlah kebutuhan tenaga di ruangan tersebut. Ruang nifas berkolaborasi
dengan dokter kandungan, dokter anak, kamar bayi, laboratorium, gizi dan
farmasi.
4) Kajian Teori Kualifikasi Pendidikan
Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan oleh peserta didik secara
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara (Sisdiknas, 2003).
Menurut UU Sisdiknas tahun 2003, dijelaskan bahwa pendidikan di
Indonesia dapat dilakukan melalui 3 (tiga) jalur, yaitu jalur pendidikan formal,
nonformal, dan informal. Jalur pendidikan formal terdiri dari PAUD (TK/ RA)
pendidikan dasar (SD/MI), pendidikan menengah (SMP/ MTs dan SMA/
21

MA)), dan pendidikan tinggi. Kemudian jalur pendidikan nonformal (PNF)


meliputi pendidikan kecakapan hidup, PAUD, pendidikan kepemudaan,
pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan
keluarga, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja/ kursus, pendidikan
kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik. Dan pendidikan informal, yaitu semua pendidikan
yang diselenggarakan di keluarga dan lingkungan (Kemendikbud, 2017).
Pendidikan tenaga kesehatan mempunyai tujuan untuk menghasilkan
tenaga kesehatan yang profesional yang memiliki kemampuan untuk bekerja
secara mandiri, mampu mengembangkan diri dan beretika. Upaya
menghasilkan tenaga kesehatan yang berkualitas, perlu didukung oleh
kurikulum yang dapat menggambarkan kondisi dan situasi daerah masing-
masing institusi (Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan, 2015).
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia, yang disingkat KKNI, adalah
kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan,
menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang
pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan
kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor.
Pernyataan ini tertuang dalam Perpres Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia. Sangat penting untuk menyatakan juga bahwa
KKNI merupakan perwujudan mutu dan jati diri bangsa Indonesia terkait
dengan sistem pendidikan nasional dan pelatihan yang dimiliki negara
Indonesia. Maknanya adalah, dengan KKNI ini memungkinkan hasil
pendidikan, khususnya pendidikan tinggi, dilengkapi dengan perangkat ukur
yang memudahkan dalam melakukan penyepadanan dan penyejajaran dengan
hasil pendidikan bangsa lain di dunia. KKNI juga menjadi alat yang dapat
menyaring sumber daya manusia yang berkualifikasi yang dapat masuk dan
bekerja ke Indonesia. Fungsi KKNI yang komprehensif ini menjadikan KKNI
berpengaruh pada hampir setiap bidang dan sektor di mana sumber daya
manusia dikelola, termasuk di dalamnya pada sistem pendidikan tinggi,
utamanya pada kurikulum pendidikan tinggi (Pusat Pendidikan dan Pelatihan
22

Tenaga Kesehatan, 2015).


Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) memberikan
parameter ukur berupa jenjang kualifikasi dari jenjang 1 terendah sampai
jenjang 9 tertinggi. Setiap jenjang KKNI bersepadan dengan level capaian
pembelajaran program studi pada jenjang tertentu, yang mana kesepadannya
untuk pendidikan tinggi adalah level 3 untuk D1, level 4 untuk D2, level 5
untuk D3, level 6 untuk D4/S1, level 7 untuk profesi, level 8 untuk S2, dan
level 9 untuk S3. Setiap jenjang kualifikasi pada KKNI memiliki kesetaraan
dengan capaian pembelajaran yang dihasilkan melalui pendidikan, pelatihan
kerja atau pengalaman kerja. Jenjang 1 sampai dengan jenjang 3
dikelompokkan dalam jabatan operator; jenjang 4 sampai dengan jenjang 6
dikelompokkan dalam jabatan teknisi atau analis, jenjang 7 sampai dengan
jenjang 9 dikelompokkan dalam jabatan ahli. Lihat gambar berikut ini :

Gambar 2.3

Sumber: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan Tahun 2015


23

Uraian dari masing-masing klasifikasi ditiap level KKNI dari level 5


sampai dengan 9 adalah sebagai berikut :
Tabel 2.7
Penjelasan Level Kualifikasi
LEVEL 5 LEVEL 6

(setara dengan lulusan D3) (setara dengan lulusan S1/D4)

Mampu menyelesaikan pekerjaan Mampu mengaplikasikan bidang


berlingkup luas, memilih metode yang keahliannya dan memanfaatkan IPTEKS
sesuai dari beragam pilihan yang sudah pada bidangnya dalam penyelesaian
maupun belum baku dengan masalah serta mampu beradaptasi

menganalisis data, serta mampu terhadap situasi yang dihadapi.


menunjukkan kinerja dengan mutu dan
kuantitas yang terukur.

Menguasai konsep teoritis bidang Menguasai konsep teoritis bidang


pengetahuan tertentu secara umum, serta pengetahuan tertentu secara umum dan
mampu memformulasikan penyelesaian konsep teoritis bagian khusus dalam bidang
masalah prosedural. pengetahuan tersebut secara mendalam,
serta mampu memformulasikan
penyelesaian masalah prosedural.

Mampu mengelola kelompok kerja dan Mampu mengambil keputusan yang tepat
menyusun laporan tertulis secara berdasarkan analisis informasi dan data,
komprehensif. dan mampu memberikan petunjuk dalam
memilih berbagai alternatif solusi secara
mandiri dan kelompok.

Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri
dan dapat diberi tanggung jawab atas dan dapat diberi tanggung jawab atas
pencapaian hasil kerja kelompok. pencapaian hasil kerja organisasi.

LEVEL 7 LEVEL 8

(setara dengan lulusan Pendidikan (setara dengan lulusan S2/S2 Terapan)

Profesi)

Mampu merencanakan dan mengelola Mampu mengembangkan pengetahuan,


sumber daya di bawah tanggung jawabnya, teknologi, atau seni di dalam bidang
dan mengevaluasi secara komprehensif keilmuannya atau praktik profesionalnya
kerjanya dengan dengan memanfaatkan melalui riset, hingga menghasilkan karya
24

IPTEKS untuk inovatif dan teruji.

menghasilkan langkah-langkah
pengembangan strategis organisasi.

Mampu memecahkan permasalahan sains, Mampu memecahkan permasalahan sains,


teknologi, dan atau seni di dalam bidang teknologi, dan atau seni di dalam bidang
keilmuannya melalui pendekatan keilmuannya melalui pendekatan inter atau
monodisipliner. multidisipliner.

Mampu melakukan riset dan mengambil Mampu mengelola riset dan pengembangan
keputusan strategis dengan akuntabilitas yang bermanfaat bagi masyarakat dan
dan tanggung jawab penuh atas semua keilmuan, serta mampu mendapat
aspek yang berada di bawah tanggung pengakuan nasional atau
jawab bidang keahliannya.
internasional.

LEVEL 8 LEVEL 9

(setara dengan lulusan S2/S2 Terapan) (setara dengan lulusan S3/S3 Terapan)

Mampu mengembangkan pengetahuan, Mampu mengembangkan pengetahuan,


teknologi, dan atau seni di dalam bidang teknologi, dan atau seni baru di dalam
keilmuannya atau praktik profesionalnya bidang keilmuannya atau praktik
melalui riset, hingga menghasilkan karya profesionalnya melalui riset, hingga
inovatif dan teruji. menghasilkan karya kreatif, original, dan
teruji.

Mampu memecahkan permasalahan sains, Mampu memecahkan permasalahan sains,


teknologi, dan atau seni di dalam bidang teknologi, dan atau seni di dalam bidang
keilmuannya melalui pendekatan inter atau keilmuansnya melalui pendekatan inter,
multidisipliner.
multi, atau transdisipliner.

Mampu mengelola riset dan pengembangan Mampu mengelola, memimpin, dan


yang bermanfaat bagi masyarakat dan mengembangkan riset dan pengembangan
keilmuan, serta mampu mendapat yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan
pengakuan nasional atau internasional. dan kemaslahatan umat manusia, serta
mampu mendapat pengakuan nasional
maupun internasional.

Sumber: Pedoman Penyusunan Kurikulum Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan


(2015)

Tabel 2.8
25

Kualifikasi Pendidikan Formal dan Pelatihan Tenaga Keperawatan di


Ruang Rawat Inap Nifas Tahun 2020
SEMINAR / PELATIHAN
Nama Pendidikan Profesi
TELAH DIIKUTI
Perceptor mentor shift (2019), Pelatihan
menulis karya ilmiah (2019), Pelatihan
komplementer terapi (2018), Pelatihan PPI
D IV dasar (2018), APN (2017), Pelatihan excelent
T. A Belum profesi
Kebidanan service (2017), Pelatihan code blue system
(2017), Sertifikat CNE (2016), Pelatihan
tehnis iud dan implant (2012), In house
training (2012)
Y. R D III In house training (2019), Serifikasi CNE
Belum profesi (2016), APN (2013)
Kebidanan
Pelatihan code blue system (2017), In house
D III
S. W Belum profesi training (2017), Midwifery Update (2017),
Kebidanan
APN (2017), Sertifikasi CNE (2016)
Pelatihan code blue system (2017), Pelatihan
D III excellent (2017), Sertifikasi CNE (2016),
J. H Belum profesi
Kebidanan Inhouse Training (2015), APN (2013)
Sertifikasi CNE (2019), In house training
D III
R. S Belum profesi (2019), Midwifery Update (2017), APN
Kebidanan
(2014)
Pelatihan good clinical practice & vaksin
D III rotavirus (2019), APN (2018), In house
S. M Belum profesi
Kebidanan training (2018), Midwifery Update (2017),
Pelatihan excellent (2017)
Sertifikasi CNE (2019), Managemen nyeri
D III
F. D Belum profesi (2017), Pelatihan code blue system (2017),
Kebidanan
APN (2017), Midwifery update (2016)
In house training (2017), Pelatihan excellent
D III
A Belum profesi service (2017), Pelatihan code blue system
Kebidanan
(2017), APN (2011)
In house training (2019), Sertifikasi CNE
D III
F Belum profesi (2017), Pelatihan code blue system (2017),
Kebidanan
Midwifery update (2017), APN (2015)
In hoouse training (2019), Pelatihan code
D III
T Belum profesi blue system (2017), Pelatihan excellent
Keperawatan
service (2017), Sertifikasi CNE (2016)
D III Pelatihan excellent service (2017),
I Belum profesi
Keperawatan Sertifikasi CNE (2016)
D III Pelatihan excellent service (2017), In house
N Belum profesi training (2015), Sertifikasi CNE (2015)
Keperawatan
Sertifikasi CNE (2019), Pelatihan excellent
D III
V Belum profesi service (2017), In house training (2015),
Keperawatan
PPGD perawat (2013)
D III Pelatihan komunikasi terapetik (2017),
K Belum profesi Pelatihan PPGD (2015)
Keperawatan
26

D III Pelatihan komunikasi terapetik (2017),


S Belum profesi Pelatihan PPGD (2015)
Keperawatan

Berdasarkan tabel 2.8, perawat di Ruang Nifas yang memiliki


pendidikan DIII Keperawatan sebanyak 100%. Bidan yang memiliki
pendidikan DIII Kebidanan sebanyak 89 % dan yang memiliki pendidikan DIV
sebanyak 11 %. Dari semua Bidan dan Perawat yang bekerja di Ruang Nifas
yang sudah berpendidikan Profesi sebanyak 0%. Tenaga kesehatan di Ruang
Nifas dalam pengembangan SDM dilakukan melalui jalur formal dan informal
(pelatihan). Sebanyak 44 % pendidikan informal berupa pelatihan diikuti oleh
Bidan dan Perawat yang bekerja di Ruang Nifas pada tahun 2017. Hal ini
sesuai dengan Undang-Undang nomor 36 tahun 2014 tentang tenaga kesehatan
yang menyatakan bahwa tenaga kesehatan harus menempuh pendidikan
minimal lulusan diploma III (DIII).

2. Sumber Dana (Money)


Sumber dana pembiayaan rumah sakit berasal dari Pimpinan Cabang
Muhammadiyah dan dikelola sendiri oleh RSU PKU Muhammadiyah Delanggu
pada bagian bendahara dan Kepala Sub bagian billing serta difasilitasi oleh bagian
billing. Sumber dana didapatkan dari pendapatan rumah sakit, pendapatan rumah
sakit didapatkan dari masyarakat yang berobat, dan dari asuransi BPJS.
Pembangunan bidang kesehatan pada dasarnya ditujukan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
untuk mewujudkan derajat kesehatan optimal sebagai salah satu unsur
kesejahteraan sebagaimana diamanatkan oleh Pembukaan UUD 1945. Hal ini
sejalan dengan amanat Pasal 28 H ayat (1) Perubahan Undang Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menegaskan bahwa setiap orang
berhak memperoleh pelayanan kesehatan, dan selanjutnya Pasal 34 ayat (3) juga
menyatakan bahwa Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas kesehatan
dan fasilitas kesehatan umum yang layak. Rumah sakit sebagai salah satu sarana
pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat
27

diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Rumah sakit


mempunyai karakteristik dan organisasi yang kompleks.
Salah satu fungsi rumah sakit memberikan pelayanan kesehatan baik
medis maupun non medis. Dalam pelayanan tersebut agar pelayanan dalam rumah
sakit dapat berjalan seoptimal mungkin dan dapat dirasakan oleh seluruh
masyarakat maka rumah sakit perlu mempersiapkan peralatan jasa non medis dan
jasa pemborongan. Pengalokasian dana sekitar 20% untuk dialokasikan
melaksanakan kegiatan bakti sosial, pengobatan masal, tujuan promosi,
penyuluhan dan membiayai pelatihan pegawai dirumah sakit.
Sesuai dengan ketentuan umum PP no.6 tahun 2000 perjan adalah Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) sebagaimana diatur dalam UU No. 9 Tahun 1069
dimana seluruh modalnya oleh pemerintah dan merupakan kekayaan Negara yang
tidak dipisahkan serta tidak terbagi atas saham-saham, jadi rumah sakit dilakukan
oleh direksi serta dibentuk dewan pengawasan untuk melakukan pengawasan
(Djoyo Sugito, 2002).
Strategi rumah sakit dalam konteks sebagai lembaga usaha pelayanan
kesehatanan yang mendapat pemasukan keuangan dari penyedia jasa (pendekatan
pasar). Wlaupun secara praktis rumah sakit berfungsi sebagai lembaga jasa
pelayanan kesehatan, tetapi rumah sakit tetap mempunyai misi social dalam
bentuk pemberian pelayanan kepada keluarga miskin. Aspek social ini perlu
dibiayai oleh sumber dana yang dapat diandalkan. Untuk memenuhi fungsi soial
ini subsidi keuangan dari luar rumah sakit dibutuhkan. Konsep cross subsidy
pasien kelas atas kepada pasien kelas bawah sulit dilakukan untuk mmbiayai
masyarakat miskin secara bermakna. Dalam hal ini dibantu oleh jenis asuransi
BPJS yang memiliki kriteria dan syarat yang berlaku pada setiap pasien
berdasarkan kelas sosialnya.
a) Kajian Data dan Analisa Data
Sumber dana dan pengaturan keuangan telah sesuai dengan prosedur yang
berlaku. Sumber dana pembiayaan rumah sakit dan dikelola sendiri oleh RSU
PKU Muhammadiyah Delanggu pada bagian Bendahara dan Kepala Sub bagian
Billing serta difasilitasi oleh bagian Billing. Pengelolaan keuangan di bangsal
28

nifas sepenuhnya diatur secara sentral oleh perawat RSU PKU Muhammadiyah
Delanggu. Prosedur pengusulan disana oleh kepala ruang kepada pimpinan RSU
PKU Muhammadiyah Delanggu melalui perawat Keperawatan.
1) Tarif ruangan nifas
Berikut adalah daftar tarif ruangan di ruang nifas RSU PKU
Muhammadiyah Delanggu:
Tabel 2.9
Daftar Tarif Ruangan Nifas

No. Kelas Ruang Tarif

1. VIP Rp.400.000

2. I Rp. 225.000

3. II Rp. 150.000

4. III Rp. 100.000


Sumber : Dokumen daftar tarif jasa dan lahan tahun 2017
RSU PKU Muhammadiyah Delanggu

2) Tarif jasa tindakan keperawatan nifas


Berikut adalah daftar tarif jasa tindakan keperawatan di ruang nifas
RSU PKU Muhammadiyah Delanggu:
Tabel 2.10
Daftar Tarif Jasa Tindakan Keperawatan Nifas

N Tindakan Keperawatan Tarif


o. VIP I II III

1. Aff Heacting 1-3 jahitan Rp.7.000 Rp.7000 Rp.7000 Rp.7000

2. Breast Care (Hari) Rp.27.000 Rp.23.000 Rp.20.000 Rp.17.000

3. Injeksi IV selang/hari Rp.7.000 Rp.7.000 Rp.7.000 Rp.7.000

4. Injeksi IM Rp.4.000 Rp.4.000 Rp.4.000 Rp.4.000

5. Injeksi SC Rp.3.000 Rp.3.000 Rp.3.000 Rp.3.000

6. Mengantar Rujuk Rp.13.000 Rp.13.000 Rp.13.000 Rp.13.000

7. Medikasi Perineum (pagi-sore) Rp.7.000 Rp.7.000 Rp.7.000 Rp.7.000

8. Medikasi Tali Pusat (pagi-sore) Rp.7.000 Rp.7.000 Rp.7.000 Rp.7.000


29

9. Medikasi Luka SC Rp.27.000 Rp.27.000 Rp.27.000 Rp.27.000

10. Memandikan bayi Rp.7.000 Rp.7.000 Rp.7.000 Rp.7.000

11. Memandikan/Sibin Rp.7.000 Rp.5.000 Rp.5.000 Rp.5.000

12. Monitor Rp.75.000 Rp.75.000 Rp.75.000 Rp.75.000

13. Perawatan Canule (Hari) Rp.3.000 Rp.3.000 Rp.3.000 Rp.3.000

14. Pasang dan perawatan infus Rp.17.000 Rp.13.000 Rp.10.000 Rp.8.000

15. Pasang dan perawatan DC Rp.13.000 Rp.11.000 Rp.10.000 Rp.8.000

16. Perawatan Bangsal Rp.25.000 Rp.20.000 Rp.15.000 Rp.10.000

17. Pemakaian Colf Rp.4.000 Rp.4.000 Rp.4.000 Rp.4.000

18. Pemakaian Syring Pump Rp.30.000 Rp.30.000 Rp.30.000 Rp.30.000

19. Perawatan Bayi Rp.30.000 Rp.30.000 Rp.30.000 Rp.30.000

20. Setting Ventilator Rp.50.000 Rp.50.000 Rp.50.000 Rp.50.000

21. VT Rp.17.000 Rp.13.000 Rp.10.000 Rp.7.000

22. Vulva Hygine Rp.7.000 Rp.7.000 Rp.7.000 Rp.7.000

23. Bladder Trainning (Hari) Rp.4.000 Rp.4.000 Rp.4.000 Rp.4.000

Sumber : Dokumen daftar tarif jasa dan lahan tahun 2017 RSU PKU Muhammadiyah Delanggu

3. Metode / Standar / Pedoman / Prosedur Tetap


a) Kajian Teori
Standar adalah suatu tingkat kinerja yang secara umum dikenal sebagai
suatu yang dapat diterima, adekuat, memuaskan dan digunakan sebagai tolok ukur
atau titik acuan yang digunakan sebagai pembanding (Marr dan Biebing, 2001).
Nursalam (2002) menyebutkan bahwa standar merupakan pernyataan yang absah,
model yang disusun berdasarkan wewenang, kebiasaan atau kesepakatan
mengenai apa yang memadai dan sesuai serta diterima dengan layak. Jenis-jenis
standar antara lain :
1) Standar input: tenaga, fasilitas, dana, organisasi, manajemen kebijakan dan
lain-lain.
30

2) Standar proses: prosedur tindakan pelayanan


3) Standar output: penampilan kinerja, kepuasan

Menurut Donabedian bahwa standar adalah rumusan tentang penampilan


atau nilai yang diinginkan yang mampu dicapai, berkaitan dengan parameter yang
telah ditetapkan. Berdasarkan clinical practice guideline standar adalah tingkat
pencapaian tertinggi dan sempurna yang dipergunakan sebagai batas penerimaan
minimal atau disebut juga kisaran variasi yang masih dapat diterima.
Suatu ruangan perawatan di dalam sebuah Rumah sakit idealnya
mempunyai prosedur tetap (Protap) tindakan yang berlaku secara resmi dan
dipahami dan diterapkan oleh seluruh staf ruangan. Standar praktek keperawatan
adalah norma atau penegasan tentang mutu pekerajaan seorang perawat yang
dianggap baik, tepat dan benar yang dirumuskan sebagai pedoman pemberian
asuhan keperawatan bedah dan intern dan umum serta sebagai tolak ukur dalam
penilaian penampilan kerja seoarang perawat (Nursalam, 2002). Menurut Gillies
(1994) standar asuhan keperawatan mempunyai 3 tujuan yaitu :
a) Meningkatkan mutu asuhan keperawatan dengan memusatkan upaya
meningkatkan motivasi perawat terhadap pencapaian tujuan
b) Mengurangi biaya asuhan keperawatan dengan mengurangi kegiatan
asuhan keperawatan yang tidak penting
c) Memberikan landasan untuk menentukan kelalaian keperawatan dengan
mengantisipasi suatu hasil yang tidak memenuhi standar asuhan keperawatan
serta menentukan bahwa kegagalan dari perawat untuk memenuhi standar
dapat membahayakan pasien.
Di Indonesia standar keperawatan dipakai sebagai dasar pedoman dan
instrumentasi penerapan standar asuhan keperawatan dan kebidanan yang disusun
oleh Depkes tahun 1997, yaitu :
a) Standar I Pengkajan Perawatan
Pengkajian keperawatan diperoleh dari data anamnesa, observasi yang
paripurna dan lengkap serta dikumpulkan secara terus-menerus tentang keadaan
pasien untuk menentukan asuhan keperawatan sehinga data keperawatan juga
31

dapat dimanfaatkan semua angggota tim. Data pengkajian meliputi pengumpulan


data,pengelompokkan data dan perumusan masalah.
b) Standar II Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data status kesehatan
pasien yang dianalisis dan dibandingkan dengan keadaan pasien. Komponennya
terdiri atas : masalah, penyebab dan gejala (PES), bersifat aktual dan potensial dan
berdasarkan pohon masalah dan dapat ditanggulangi perawat dan bidan.

c) Standar III Perencanaan keperawatan


Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan dan
kebidanan, komponennya terdiri dari prioritas masalah, tujuan dan intervensi.
d) Standar IV Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan, bermaksud agar
kebutuhan pasien terpenuhi secara maksimal yang mencakup aspek peningkatan,
pencegahan, pemeliharaan serta pemulihan kesehatan dengan melibatkan keluarga
dan lingkungan yg meliputi komunikasi terapeutik, terapi individu dan keluarga.
e) Standar V Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis, dan terencana
untuk menilai perkembangan pasien.
f) Standar VI Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan dilakukan secara individu oleh perawat dan
bidan selama pasien dirawat inap maupun rawat jalan. Digunakan sebagai
informasi, komunikasi dan laporan, dilakukan setelah tindakan dilakukan sesuai
dengan pelaksanaan proses keperawatan. Setiap mencatat harus mencantumkan
inisial atau paraf/nama perawat dan bidan, menggunakan standar yang baku dan
disimpan sesuai peraturan yang berlaku. Standar keperawatan menurut Depkes RI
meliputi:
(1) Standar Pelayanan Keperawatan (SPK)
(2) Standar Asuhan Keperawatan (SAK)
Suatu ruang keperawatan di dalam Rumah Sakit idealnya mempunyai
prosedur tetap yang berlaku secara resmi dan dipahami serta diterapkan oleh
32

seluruh staf di ruang keperawatan meliputi perawat dan bidan. Prosedur tetap dan
SAK minimal untuk 10 kasus terbesar pada ruang perawatan tersebut. Standar
diperlukan untuk menentukan mutu, bagaimana kegiatan-kegiatan akan
dikerjakan, dan untuk menilai mutu, seberapa baik kegiatan-kegiatan dikerjakan.
b) Kajian data
Standar asuhan keperawatan (SAK) di RSU PKU Muhammadiyah
Delanggu diterapkan oleh seluruh staf di ruang keperawatan meliputi perawat dan
bidan. Jenis standar asuhan keperawatan pada pasien di ruang nifas berdasarkan
10 masalah penyakit terbanyak dibulan Agustus s/d Oktober sebagai berikut:
1) SAK
Berikut adalah jenis standar asuhan keperawatan di ruang nifas RSU
PKU Muhammadiyah Delanggu:

Tabel 2.11
Jenis Standar Asuhan Keperawatan (SAK)
Di Ruang Nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu Tahun 2020

No. Jenis Penyakit Tahun

1 Partus spontan 2012, 2017

2 Post Sectio Caesarea 2012, 2017

3 Post Curretage -

4 Hyperemesis Gravidarum 2012, 2017

5 Abnormal Uterus Bledding (AUB) -

6 Abortus Imminen 2012, 2017

7 Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) 2016

8 Polip Serviks -

9 Hamil anemia 2012

10 -
Partus Prematurus Imminens (PPI)
Sumber : Buku standar asuhan keperawatan RSU PKU Muhammadiyah
Delanggu
33

2) SOP
Standar operasional prosedur (SOP) merupakan suatu pedoman atau
acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat
penilaian kinerja instansi pemerintah berdasarkan indikator-indikator teknis,
administratif dan prosedural kerja dan sistem kerja pada unit kerja yang
bersangkutan (Tjipto Atmoko,2011. Di RSU PKU Muhammadiyah Delanggu
khususnya di ruang nifas terdapat 110 SOP meliputi:

Tabel 2.12
Pedoman /Standart/Protap Kebijakan Di Ruang Nifas RS PKU
Muhammadiyah Delanggu

Nomor Terbit
No SPO
Dokumen Tanggal

1 Pemeriksaan radio diagnostic 11.04.01 12-Jun-17

2 Melatih pasien mobilisasi 11.04.02 12-Jun-17

3 Injeksi sub cutan 11.04.04 12-Jun-17

4 Mengganti alat tenun yang kotor tanpa 11.04.05 12-Jun-17


memindahkan pasien

5 Mengukur tekanan darah 11.04.06 12-Jun-17

6 Injeksi intra vena 11.04.08 12-Jun-17

7 Memberikan obat melalui vagina 11.04.10 12-Jun-17

8 Menghitung denyut nadi dan pernapasan 11.04.11 13-Jun-17

9 Memelihara kebersihan vulva 11.04.12 13-Jun-17

10 Injeksi intra muscular 11.04.13 13-Jun-17

11 Mengukur suhu badan di ketiak 11.04.16 13-Jun-17

12 Pemasangan infus 11.04.19 14-Jun-17

13 Balance cairan 11.04.23 15-Jun-17

14 Mengganti balutan luka 11.04.26 15-Jun-17


34

15 Pemberian oksigen 11.04.27 15-Jun-17

16 Memberi huknah rendah 11.04.29 15-Jun-17

17 Pemesanan darah 11.04.30 15-Jun-17

18 Memandikan pasien diatas tempat tidur 11.04.32 15-Jun-17

19 Menimbang berat badan anak 11.04.35 15-Jun-17

20 Penyimpanan linen 11.04.38 16-Jun-17

21 Operan jaga 11.04.44 16-Jun-17

22 Pre conference 11.04.46 16-Jun-17

23 Perawatan pasien diruangan 11.04.47 16-Jun-17

24 Memberi pendidikan kesehatan 11.04.48 16-Jun-17

25 Cuti tenaga keperawatan 11.04.49 16-Jun-17

26 Pembuatan jadwal dinas 11.04.50 17-Jun-17

27 Rotasi tenaga keperawatan 11.04.52 17-Jun-17

28 Perawatan pasien post operasi 11.04.54 17-Jun-17

29 Pelaporan jaga perawat diruang rawat inap 11.04.55 17-Jun-17

30 Assesment informasi rawat inap 11.04.56 17-Jun-17

31 Penerimaan pasien rawat inap 11.04.56 17-Jun-17

32 Memberikan obat melalui anus 11.04.57 17-Jun-17

33 Perawatan pasien post operasi 11.04.58 17-Jun-17

34 Assesment awal keperawatan ranap 11.04.60 14-Jun-17

35 Meeting morning 11.04.60 17-Jun-17

36 Post conference 11.04.62 17-Jun-17

37 Assesment medis ranap 11.04.66 17-Jun-17

38 Assesment ulang medis ranap 11.04.69 17-Jun-17

39 Edukasi penggunaan peralatan medis 11.04.71 14-Jun-17

40 Memberikan obat melalui mulut 11.04.76 17-Jun-17

41 Retur obat ranap 11.04.77 17-Jun-17


35

42 Assesment keperawatan 11.04.80 09-Jan-17

43 Konsultasi medis 11.04.84 17-Jun-17

44 Pemberian obat per infus 11.04.85 16-Nov-17

45 Transfusi darah 11.04.03 13-Jun-17

46 Pemasangan kateter urin 11.04.82 17-Jun-17

47 Orientasi pasien baru 11.04.85 17-Jun-17

48 Penggunaan restrain 11.04.67 08-Jun-17

49 Palpasi perut ibu hamil dengan leopold 11.34.06 12-Jun-17

50 Monitoring pasien dengan tindakan kuret 11.34.10 12-Jun-17

51 Monitoring pada partus prematurus iminen 11.34.12 12-Jun-17

52 Pelayanan post natal 11.34.16 12-Jun-17

53 Penanganan perdarahan post salin 11.34.19 12-Jun-17

54 Pengawasan kala IV 11.34.20 12-Jun-17

55 Persiapan medis operasi wanita/MOW 11.34.22 12-Jun-17

56 Persiapan pasien operasi SC 11.34.23 12-Jun-17

57 Monitoring perdarahan persalinan setelah 11.34.34 12-Jun-17


dilakukan tindakan

58 Pemantauan 6 jam post SC 11.34.36 12-Jun-17

59 Persiapan pasien kuretase 11.34.38 12-Jun-17

60 Sepsis puerperalis 11.34.39 12-Jun-17

61 Penanganan syok 11.34.40 12-Jun-17

62 Perawatan luka perineum 11.34.42 12-Jun-17

63 Alur pelayanan ponek 11.34.48 12-Jun-17

64 Audit maternal perinatal 11.34.49 12-Jun-17

65 Ketentuan pasien dirawat di Ruang Nifas 11.34.52 12-Jun-17

66 Kontrasepsi implant 11.34.54 12-Jun-17


36

67 Kontrasepsi IUD 11.34.56 12-Jun-17

68 Membangun rasa percaya diri ibu menyusui 11.34.58 12-Jun-17

69 Membantu ibu menyusui kembali 11.34.59 12-Jun-17

70 Membantu ibu yang tidak percaya diri dalam 11.34.60 12-Jun-17


menyusui

71 Penanganan pasien hiperemesis gravidarum 11.34.61 12-Jun-17

72 Penanganan payudara bengkak 11.34.62 12-Jun-17

73 Penanganan puting terbenam atau datar 11.34.63 12-Jun-17

74 Penanganan payudara saluran tersumbat dan 11.34.64 12-Jun-17


mastitis

75 Perawatan payudara 11.34.65 12-Jun-17

76 Tata laksana puting lecet 11.34.66 12-Jun-17

77 Membantu keluarga yang bayinya sering 11.34.68 12-Jun-17


menangis

78 Cara memerah ASI 11.34.69 12-Jun-17

79 Memeriksa payudara pada ibu menyusui 11.34.70 12-Jun-17

80 Mengatur posisi bayi pada payudara 11.34.71 12-Jun-17

81 Pemanfaatan buku KIA 11.34.73 12-Jun-17

82 Pemeriksaan masa puerperium 11.34.74 12-Jun-17

83 Penanganan anemi grafis 11.34.75 12-Jun-17

84 ASI eksklusif 11.33.04 12-Jun-17

85 IMD 11.33.07 12-Jun-17

86 Meningkatkan ASI dan laktasi 11.33.09 12-Jun-17

87 Penatalaksanaan caput succadenum dan cepal 11.33.00 12-Jun-17


hematum

88 Perawatan metode kanguru 11.33.21 12-Jun-17

89 Rawat gabung 11.33.23 12-Jun-17

90 Cara memandikan bayi 11.33.25 12-Jun-17


37

91 Membimbing ibu menyusui 11.33.27 12-Jun-17

92 Perawatan talipusat 11.33.28 12-Jun-17

93 Penerimaan bayi kiriman 11.33.29 12-Jun-17

94 Prosedur pemberian Vit K pada BBL 11.33.45 12-Jun-17

95 Pemulangan bayi BBLR 11.33.44 12-Jun-17

96 Penatalaksanaan infeksi masa nifas 11.34.76 12-Jun-17

97 Pemulangan pasien 11.04.90 15-Sep-18

98 Pelayanan antar pulang pasien rawat inap 11.07.04 30-Jun-19

99 Pemasangan dan perawatan infus 11.04.18 20-Sep-18

100 Kompres dingin 11.04.25 12-Jun-17

101 Memberikan obat supositoria 11.04.35 14-Jun-17

102 Memberikan obat melalui kulit 11.04.15 14-Jun-17

103 Pelayanan antar jemput pasien rawat jalan 11.07.06 30-Jun-18

104 Pembersihan ruang isolasi selama ditempati 11.44.28 20-Des-16


dan sesudah pasien pindah ruang atau pulang

105 Penyerahan surat keterangan lahir 11.34.79 11-Sep-19

106 Perawatan pasien post operasi 11.04.54 17-Jun-17

107 Pemberian obat perinfus 11.04.85 16-Nov-17

108 Orientasi pasien baru 11.04.85 17-Jun-17

109 Pemakaian APD level 2 kedua 11.03.110 15-Okt-20

110 Pelepasan APD level 2 kedua 11.03.111 15-Okt-20

Sumber: Buku Standar Prosedur RSU PKU Muhammadiyah Delanggu 2020

a.) Analisa data


Berdasarkan kajian didapat data bahwa Bangsal Nifas sudah
terdapat SOP/instruksi kerja yang telah dibuat oleh RSU PKU
Muhammadiyah Delanggu dalam melakukan sebuah tindakan asuhan
keperawatan kepada pasien. SOP tersebut sudah sesuai dengan referensi
ilmu terbaru. Sebagian besar perawat dan bidan dalam bekerja sudah
38

menggunakan instruksi tersebut. Sedangkan SAK, ada beberapa penyakit


yang belum dibuat diantaranya post curet, aub, hamil anemia, polip
serviks dan PPI.

4. Fasilitas / alat
a) Kajian Teori
Standar peralatan keperawatan adalah penetapan peralatan keperawatan
yang meliputi kebutuhan (jumlah,jenis dan spesifikasi) serta pengelolaannya
dalam upaya mewujudkan pelayanan keperawatan yang berkualitas. Ruang
lingkup peralatan keperawatan adalah alat tenun, alat kesehatan, alat rumah
tangga, alat pencatatan dan pelaporan keperawatan, pengelolaan peralatan
keperawatan meliputi standar perencanaan, standar pengadaan standar distribusi,
standar penggunaan, standar penghapusan, standar pengawasan dan pengendalian
(Depkes 2001).
Mesin adalah peralatan yang digerakkan oleh mesin maupun elektronik
yang digunakan untuk membantu menangani pasien baik secara medis maupun
keperawatan, seperti : EKG, suction, syringe pump, Infus pump, USG, Ventilator
dll. Pengelolaan peralatan merupakan faktor pendukung dan penunjang
terlaksananya pelayanan keperawatan.Peralatan kesehatan untuk pelayanan
keperawatan merupakan semua bentuk alat kesehatan yang dipergunakan untuk
melaksanakan asuhan keperawatan dalam menunjang kelancaran pelaksanaaan
sehingga diperoleh tujuan keperawatan yang efektif dan efisien.
Jumlah fasilitas dan alat-alat kedokteran maupun keperawatan dapat
dipenuhi dengan standar yang telah ditetapkan oleh masing-masing institusi
dengan memperhatikan jenis alat, bahan/warna, ukuran, jenis kegiatan, jumlah
yang dibutuhkan.Juga didasarkan atas per group bahan-bahan yang dipakai,
disimpan atau dicuci. Rumah Sakit memiliki kondisi yang berbeda-beda dan
kompleks, keadaan ini mempengaruhi manajemen pelayanan keperawatan
termasuk pengelolaan fasilitas dan peralatan kesehatan untuk pelayanan
keperawatan. Sehubungan dengan hal itu diperlukan adanya standar pengelolaan
fasilitas dan peralatan kesehatan untuk pelayanan keperawatan sebagai pedoman
39

bagi managemen keperawatan dalam menggunakan sumber daya fasilitas


keperawatan demi mencapai pelayanan keperawatan yang efektif dan efisien.
b) Kajian data
Analisa berdasarkan dokumentasi ruangan tahun 2020 mengenai daftar
inventaris Ruang nifas didapatkan data penyediaan serta pengelolaan bahan dan
alat di RSU PKU Muhammadiyah Delanggu sebagai berikut:

Tabel 2.13
Standar Dan Inventarisasi Alat – alat Non medis di Ruang Nifas RSU
PKU Muhammadiyah Tahun 2020
No Nama Barang Inventaris Jumlah barang Keterangan
1 Kertas karbon 1 buah 1 buah Baik
2 Stopmap plastic 5 buah 5 buah Baik
3 Stopmap snail plastic 2 buah 2 buah Baik
4 Penghapus pensil 2 buah 2 buah Baik
5 Bolpoin standard 2 buah 2 buah Baik
6 Pensil 2B 2 buah 2 buah Baik
7 Pensil blue red 2 buah 2 buah Baik
8 Spidol Boardmaeket 4 buah 4 buah Baik
9 Spidol permanent 4 buah 4 buah Baik
10 Klip kertas sedang 1 buah 1 buah Baik
11 Klip daito 2 buah 2 buah Baik
12 Isolasi kecil 10 buah 10 buah Baik
13 Buku tulis sidu 1 buah 1 buah Baik
14 Buku gelatik kembar besar 2 buah 2 buah Baik
15 Purfurator besar 1 buah 1 buah Baik
16 Isi steples kecil 5 buah 5 buah Baik
17 Kalkulator 1buah 1 buah Baik
18 Tempat alcohol spray 1 buah 1 buah Baik
19 Penghapus papan 1 buah 1 buah Baik
Sumber : Data inventaris ruang nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu 2020

Tabel 2.14
Standar Dan Inventarisasi Alat – alat Non medis di Ruang Nifas RSU
PKU Muhammadiyah Tahun 2020
No Nama Barang Inventaris Jumlah barang Keterangan
1 Tensi air raksa 2 buah 1 buah Baik
2 Tensi digital 2 buah 2 buah Baik
3 Dopler 2 buah 2 buah Baik
4 Thermometer digital 2 buah 2 buah Baik
5 Thermometer air raksa 2 buah 2 buah Baik
6 Stetoskop dewasa 2 buah 2 buah Baik
7 Stetoskop anak 2 buah 2 buah Baik
40

8 Timbangan bayi 2 buah 2 buah Baik


9 Timbangan dewasa 2 buah 2 buah Baik
10 Oxymetri 2 buah 2 buah Baik
11 Manometer central 12 buah 12 buah Baik
12 Manometer manual 2 buah 2 buah Baik
13 Oksigen transport 0 buah 0 buah Baik
14 Suction 2 buah 2 buah Baik
15 Set medikasi 6 buah 6 buah Baik
16 Set aff hecting 1buah 1 buah Baik
17 Kom tutup 2 buah 2 buah Baik
18 Kom besar 15 buah 15 buah Baik
19 Tourniquet 4 buah 4 buah Baik
20 Box darah 1 buah 1 buah Baik
21 Tong spatel 1 buah 1 buah Baik
22 Ambubag dewasa 1 buah 1 buah Baik
23 Ambubag anak 1 buah 1 buah Baik
24 Bengkok 3 buah 3 buah Baik
25 Trolly emergency 1 buah 1 buah Baik
26 Trolly medikasi 3 buah 3 buah Baik
27 Set huknah 1 buah 1 buah Baik
28 Set cek GDS 1 buah 1 buah Baik
29 Senter 2 buah 2 buah Baik
30 Suhu kulkas 1 buah 1 buah Baik
Sumber : Data inventaris ruang nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu 2020

c) Analisa Data
Berdasarkan tabel dari data inventaris ruang nifas, alat medis masih dalam
keadaan layak digunakan dan sudah diletakkan pada tempatnya agar mudah dicari.
Berdasarkan observasi di ruang nifas tidak memiliki buku rekap inventaris berisi
data fasilitas alat (material) dan mesin (machine) secara lengkap. Namun
berdasarkan wawancara dengan kepala ruangan, ruang nifas memiliki buku
inventasris berisi data fasilitas namun belum terupdate karena pergantian kepala
bagian rumah tangga.
Standard operasional prosedur (SOP) yang dimiliki ruang nifas sudah
ditempelkan pada alat adalah standard operasional mencuci tangan yang benar.

C. Unsur Proses
Unsur proses dalam manajemen kebidanan diantaranya meiputi:
Penerapan proses keperawatan, kepatuhan tenaga keperawatan terhadap SOP
41

keperawatan (instrumen C), pelaksanaan universal precaution, pengelolaan


sampah, pelaksanaan 6 solusi keselamatan pasien (patient safety), pelaksanaan
cuci tangan yang benar, pelaksanaan orientasi pasien baru, pelaksanaan breast
care, pelasanaan APD, proses management pelayanan keperawatan, hasil
rekapitulasi observasi proses

1. Penerapan Proses Keperawatan

1) Kajian Teori

Suatu pendekatan sistematis untuk mengenal masalah-masalah pasien


dan mencarikan alternatif pemecahan masalah dalam memenuhi kebutuhan-
kebutuhan pasien. Merupakan proses pemecahan masalah yang dinamis
dalam memperbaiki dan meningkatkan kesehatan pasien sampai ke tahap
maksimum. Standar prakek keperawatan nasional merupakan pedoman bagi
perawat Indonesia, baik generalis maupun spesialis di seluruh tatanan
pelayanan kesehatan (RS, Puskesmas, dll) dalam melakukan asuhan
keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan. Standar praktek
keperawatan di Indonesia, sebagaimana telah dijabarkan oleh PPNI,
mengacu pada tahapan dalam proses keperawatan yakni terdiri dari 5
standar antara lain: (1) pengkajian; (2) diagnosa keperawatan; (3)
perencanaan; (4) implementasi; dan (5) evaluasi.
1) Standar I: Pengkajian Keperawatan
Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien secara
akurat, menyeluruh, singkat, dan berkesinambungan.
Kriteria Proses:
a) Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik, dan mempelajari data penunjang (hasil lab, catatan
klien lainnya)
b) Sumber data terdiri dari sumber data primer dan sekunder. Sumber
data primer berasal dari pengkajian langsung terhadap klien.
Sedangkan sumber data sekunder berasal dari selain klien, misalnya:
keluarga atau orang terkait, tim kesehatan, rekam medis, dan catatan
42

lainnya.
c) Data yang dikumpulkan, berfokus untuk mengidentifikasi:
(1) Status kesehatan klien saat ini
(2) Status kesehatan klien masa lalu
(3) Status fisiologis-psikologis-sosial-spiritual
(4) Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal
2) Standar II : Diagnosa Keperawatan
Perawat melakukan analisis terhadap data-data yang dikumpulkan
selama pengkajian untuk menegakan Diagnosa Keperawatan.
Kriteria Proses :
a) Proses diagnosa keperawatan terdiri dari: analisis, interpretasi data,
identifikasi masalah klien, dan perumusan diagnosa keperawatan.
b) Komponen diagnosa keperawatan terdiri dari:
(1) masalah P (Problem)
(2) penyebab E (Etiology)
(3) tanda dan gejala S (Symptom)
Akan tetapi terkadang hanya terdiri dari P dan E saja.
c) Validasi diagnosa dilakukan dengan cara bekerjasama dengan klien
dan berusaha untuk dekat dengan klien atau petugas kesehatan lain.
d) Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnose keperawatan
berdasarkan data terbaru
3) Standar III : Perencanaan
Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi
masalah dan meningkatkan kesehatan klien.
Kriteria Proses:
a) Perencanan terdiri dari penetapan:
(1) Prioritas masalah
(2) Tujuan
(3) Rencana tindakan
b) Melibatkan klien dalam membuat perencanaan keperawatan
c) Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi dan
43

kebutuhanklien saat itu


d) Mendokumentasikan rencana keperawatan
4) Standar IV : Implementasi
Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam
asuhan keperawatan.
Kriteria Proses:
a) Bekerjasama dengan klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
b) Berkolaborasi dengan profesi kesehatan lain untuk meningkatkan
kesehatan lain
c) Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah
kesehatan klien
d) Melakukan supervisi terhadap tenaga pelaksana keperawatan
dibawah tanggungjawabnya
e) Menjadi coordinator pelayanan & advocator bagi klien dalam
mencapai tujuan perawatan
f) Menginformasikan kepada klien tentang status kesehatan dan
fasilitasi-fasilitasi pelayanan kesehatan yang ada.
g) Memberikan pendidikan pada klien & keluarga mengenai konsep
keterampilan asuhan diri serta membantu klien memodifikasi
lingkungan yang digunakan
h) Mengkaji ulang & merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan
berdasarkan respon klien.
5) Standar V : Evaluasi
Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan dalam
pencapaian tujuan dan merevisi data dasar serta perencanaan.
Kriteria Proses:

a) Menyusun perencanaan evaluasi hasil terhadap intervensi secara


komprehensif, tepat waktu dan terus menerus.
b) Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur
perkembangan ke arah pencapaian tujuan
c) Memvalidasi dan menganalisa data baru dengan teman sejawat dan
44

klien
d) Bekerjasama dengan klien dan keluarga untuk memodifikasi rencana
asuhan keperawatan

2. Kepatuhan Tenaga Keperawatan Terhadap SOP Keperawatan


(Instrumen C)

a. Kajian teori

Kepatuhan adalah suatu perilaku manusia yang taat terhadap aturan,


perintah, prosedur dan disiplin.Kepatuhan perawat adalah perilaku perawat
sebagai seorang yang profesional terhadap suatu anjuran, prosedur atau
peraturan yang harus dilakukan atau ditaati (Ega Lestari & Rosyidah,
2011).
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan adalah:
1) Pendidikan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dannegara. Tingginya pendidikan seorang perawat
dapat meningkatkan kepatuhan dalam melaksanakan kewajibannya,
sepanjang bahwa pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang
aktif.
2) Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu, dari
pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan.
3) Modifikasi Faktor Lingkungan dan Sosial Hal ini berarti membangun
dukungan sosial dari pimpinan Rumah Sakit, kepala perawat, perawat
itu sendiri dan teman-teman sejawat. Lingkungan berpengaruh besar
pada pelaksanaan prosedur asuhan keperawatan yang telah ditetapkan.
45

Lingkungan yang harmonis dan positif akan membawa dampak yang


positif pula pada kinerja perawat, kebalikannya lingkungan negatif
akan membawa dampak buruk pada proses pemberian pelayanan
asuhan keperawatan
4) Perubahan Model Prosedur Program pelaksanan prosedur asuhan
keperawatan dapat dibuat sesederhana mungkin dan perawat terlihat
aktif dalam mengaplikasikan prosedur tersebut.Keteraturan perawat
melakukan asuhan keperawatan sesuai standar prosedur dipengaruhi
oleh kebiasaan perawat menerapkan sesuai dengan ketentuan yang
ada.
5) Meningkatkan Interaksi Profesional Kesehatan Meningkatkan
interaksi profesional kesehatan antara sesama perawat (khususnya
antara kepala ruangan dengan perawat pelaksana) adalah suatu hal
penting untuk memberikan umpan balik pada perawat. Suatu
penjelasan tetang prosedur tetap dan bagaimana cara menerapkannya
dapat meningkatkan kepatuhan. Semakin baik pelayanan yang
diberikan tenaga kesehatan, maka semakin mempercepat proses
penyembuhan penyakit klien. f. Usia Usia adalah umur yang terhitung
mulai saat dilahirkan sampai saat akan berulang tahun. Semakin cukup
umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang
dalam berpikir dan bekerja, dari segi kepercayaan, masyarakat yang
lebih dewasa akan lebih dipercaya daripada orang yang belum cukup
tinggi tingkat kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman
dan kematangan jiwanya. Semakin dewasa seseorang, maka cara
berfikir semakin matang dan patuh dalam pemberian asuhan
keperawatan.

b. Strategi untuk Meningkatkan adalah:

1) Dukungan Profesional Kesehatan Dukungan profesional kesehatan


sangat diperlukan untk meningkatkan kepatuhan, contoh yang paling
sederhana dalam hal dukungan tersebut adalah dengan adanya tehnik
komunikasi.Komunikasi memegang peranan penting karena
46

komunikasi yang baik diberikan oleh profesional kesehatan, isalnya


antara kepala perawatan dengan bawahannya.

2) Dukungan Sosial Dukungan sosial yang dimaksud adalah pasien dan


keluarga.Pasien dan keluarga yang percaya pada tindakan dan perilaku
yang dilakukan oleh perawat dapat menunjang peningkatan kesehatan
pasien, sehingga perawat dapat bekerja dengan percaya diri dan
ketidak patuhan dapat dikurangi.

3) Perilaku Sehat Modifikasi perilaku sehat sangat diperlukan, misalnya


kepatuhan perawat untuk selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah
menyentulh pasien ataupun melakukan tindakan asuhan keperawatan.

4) Pemberian Informasi Pemberian informasi yang jelas tentang


pentingnya pemberian asuhan keperawatan berdasarkan prosedur yang
ada membantu meningkatkan kepatuhan perawat, hal ini dapat
dilakukan dengan memberikan pelatihan-pelatihan kesehatan yang
diadakan oleh pihak rumah sakit ataupun instansi kesehatan lain.

3. Pengelolaan Sampah

a) Kajian Teori
Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah
yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya.
Secara umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam dua kelompok
besar, yaitu sampah atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun
cair. Bentuk limbah klinis bermacam-macam dan berdasarkan potensi yang
terkandung di dalamnya dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1) Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam,
sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk
kulit seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur,
pecahan gelas, pisau bedah. Semua benda tajam ini memiliki potensi
bahaya dan dapat menyebabkan cedera melalui sobekan atau tusukan.
Benda-benda tajam yang terbuang mungkin terkontaminasi oleh darah,
47

cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau radio aktif.


2) Limbah infeksius mencakup pengertian sebagai berikut: Limbah yang
berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular
(perawatan intensif). Limbah laboratorium yang berkaitan dengan
pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi
penyakit menular. Limbah jaringan tubuh meliputi organ, anggota
badan, darah dan cairan tubuh, biasanya dihasilkan pada saat
pembedahan atau otopsi. Limbah sitotoksik adalah bahan yang
terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan obat sitotoksik
selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik.Limbah
farmasi ini dapat berasal dari obat-obat kadaluwarsa, obat-obat yang
terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan
yang terkontaminasi, obat- obat yang dibuang oleh pasien atau dibuang
oleh masyarakat, obat-obat yang tidak lagi diperlukan oleh institusi
bersangkutan dan limbah yang dihasilkan selama produksi obat- obatan.
3) Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan
kimia dalam tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi,
dan riset.
4) Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio
isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida.

b) Penanganan limbah medis padat


1) Pengertian
Limbah medis padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah
patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sititoksis,
limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer tekanan, dan
limbah kandungan logam berat yang tinggi. Tujuan dari pengelolaan
limbah medis untuk menjamin limbah medis padat tidak tercecer
sehingga tidak menimbulkan kontaminasi dan infeksi nosokomial di
lingkungan RS.
2) Kebijakan
a) Kepmenkes No. : 1204 / Menkes / SK / X / 2004 tentang
48

persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit.


b) Perawat diruangan harus memasukkan semua limbah medis padat
yaitu jarum suntik bekas, ampul, botol obat, plastik infus, perban,
dan lain-lain kedalam plastik kuning atau tempat peruntukkan
yang disediakan.
c) Instalasi sanitasi dan kesehatan lingkungan mengambil limbah
medis padat setiap jam 08.30 WIB kemudianmelakukan proses
dekntainasi dan memusnakan di incenarator.
d) Produser
Perawat diruangan harus memasukkan limbah medis padat
ke dalam container dilapisi plastik kuning sesuai peruntukkannya:
(1) BD Hub utter : tempat jarum suntik ( needles)
(2) Container limbah medis benda tajam dilapisi plastik
kuning : syringe, ampul, jarum transfusi, obyek glass, piau,
jarum, infus.
(3) Container limbah medis benda non tajam dilapisi plastik
kuning : jaringan tubuh, darah, perban, plester, selang
infus, masker, kassa, kantong transfusi, urine bag,
handscoon, kateter, pembalut/pampers, abocat.
(4) Kantong plastik setelas terisi 2/3 bagian limbah medis
padat, diikat dan diberi label asal ruangan oleh petugas.
(5) Petugas instalasi sanitasi mengambil dan mengangkut
limbah medis padat dari ruangan penghasil limbah medis
pada ke TPS incernerator setiap jam 08.30 WIB.
(6) Limbah medis padat yang sudah terkumpul di TPS dibakar
dan dimusnahkan oleh petugas instalasi sanitasi
(7) Sisa pembakaran dimasukkan ke karung/sak untuk dibuang
ke TPA oleh Dinas Kebersihan Pemda Klaten ( KSO
Dengan DKP)
(8) Container limbah medis padat diruangan penghasil limbah
medis padat dibersihkan, dicuci oleh petugas Cleaning
49

Service.
(9) Proses penangan limbah botol infus, botol kaca dan fial
obat, dilakukan dengan bahan desinfektan oleh instalasi
sanitasi

c) Kajian Data
Tabel 2.15
Hasil Observasi dan Evaluasi Pengelolaan Sampah di Ruang Rawat
Inap Nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu (n: 13)
Pelaksanaan
Observasi Evaluasi
No. Aspek yang dinilai (24 – 26 Nov (16 – 17 Des
2020) 2020)
Ya Tidak Ya Tidak
1. Perawat membuang jarum di tempat jarum 13 0 13 0
suntik/ needles di safety box
2. Perawat membuang limbah medis benda 13 0 13 0
tajam di safety box
3. Perawat membuang limbah medis benda 13 0 13 0
non tajam dan flabot infus di tempat
sampah dengan plastic warna kuning
4. Perawat membuang vial obat pada tempat 13 0 13 0
sampah dengan plastic warna coklat
Jumlah 52 0 52 0
Prosentasi 100 0 100 0
Sumber: Data Primer Ruang Nifas PKU Muhammadiyah Delanggu 2020

d) Analisa Data
Berdasarkan tabel 2.15 diketahui bahwa hasil observasi angket
pengelolaan sampah didapatkan 100%. Setelah dilakukan evaluasi
didapatkan hasil yang sama yaitu 100%, yang artinya masuk kategori
sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan sampah di Ruang
Nifas perlu dipertahankan sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan.

4. Pelaksanaan 6 solusi Keselamatan Pasien (Patient Safety)


50

a. Kajian Teori
1) Ketepatan Identifikasi Pasien
a) Pengertian Identifikasi Pasien
Identifikasi merupakan proses pengenalan, menempatkan
obyek atau individu dalam suatu kelas sesuai dengan karateristik
tertentu (Bachtiar, 2012). Poerwadarminta (2007) berpendapat
bahwa identifikasi adalah penentuan atau penetapan identitas
seseorang atau benda.
Proses identifikasi ini setidaknya memerlukan dua cara untuk
mengidentifikasi pasien, seperti nama, nomor identifikasi, tanggal
lahir atau gelang berkode.
Ada beberapa tindakan atau prosedur yang membutuhkan
identifikasi pasien, yaitu pemberian obat-obatan, prosedur
pemeriksaan radiologi, intervensi pembedahan dan prosedur invasif
lainnya seperti transfuse darah, pengambilan sampel,transfer pasien
dan konfirmasi kematian (Dale and Renner, 1997).
Gelang identifikasi dibedakan dalam beberapa warnadengan
tujuan yang berbeda-beda, yaitu : (1)Pink: pasien dengan jenis
kelamin perempuan (2)Biru: pasien dengan jenis kelamin laki-laki
(3)Merah: semua pasien yang memiliki alergi obat (4)Kuning:
semua pasien dengan risiko jatuhAda 3 hal yang wajib ada pada
gelang pengenal pasien(biru dan pink) untuk mengidentifikasi
pasien, yaitu : nama lengkap pasien, tanggal lahir dan nomor rekam
medis. Sedangkan untuk gelang alergi (merah) ada 4 hal yang wajib
dicantumkan, yaitu: nama lengkap, umur, nomor rekam medis dan
jenis alergi pasien.
b) Tujuan Identifikasi Pasien
Menurut Peraturan Menteri kesehatan Nomor 1691, 2011 tujuan
dan maksud dari identifikasiadalah :
(1) Untuk mengidentifikasi pasien yang akan menerima pelayanan
atau pengobatan
51

(2) Kesesuaian atau pengobatan terhadap individu tersebut.


Kebijakan atau prosedurmemerlukan sedikitnya dua cara
untuk mengidentifikasi seorang pasien, seperti nama pasien,
nomor identifikasi umumnya digunakan nomor rekam medis,
tanggal lahir, gelang identitas atau cara lain. Nomor kamar atau
lokasi pasien tidak bisadigunakan untuk identifikasi.
2) Peningkatan Komunikasi Yang Efektif
Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan kebanyakan terjadi
saat perintah diberikan secara lisan atau melalui telepon. Selain itu
kesalahan lain yang mudah terjadi adalah pelaporan kembali hasil
pemeriksaan kritis seperti melaporkan hasil laboratorium klinik cito
melalui telepon ke unit pelayanan.
3) Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai (High – Alert).
Obat-obatan yang perlu diwaspadai (high-alert medication) adalah
obat yang sering menyebabkan kesalahan-kesalahan serius. Obat yang
beresiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse
outcome) seperti obat-obatan yang terlihat mirip (look alike sound alike).
4) Kepastian Tepat – Lokasi, Tepat – Prosedur, Tepat – Pasien Operasi.
Kesalahan ini adalah akibat dari komunikasi yang tidak efektif atau
tidak adekuat antara anggota tim bedah. Kurangmelibatkan pasien dalam
penandaan (site marking) dan tidak ada prosedur untuk verifikasi lokasi
operasi juga merupakan penyebab dari kesalahan ini.
5) Pengurangan Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan
Peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi yang berhubungan
dengan pelayanan kesehatan merupakan keprihatinan besar bagi pasien
maupun para professional pelayanan kesehatan. Infeksi biasanya
dijumpai dalam semuabentuk pelayanan kesehatan termasuk infeksi
saluran kemih, infeksi pada aliran darah dan pneumonia.
6) Pengurangan Risiko Pasien Jatuh
Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cidera bagi
pasien rawat inap. Dalam konteks populasi/masyarakat yang
52

dilayani,pelayanan uang disediakan dan fasilitasnya. Rumah sakit perlu


mengevaluasi risiko pasien jatuh dan mengambil tindakan untuk
mengurangi risiko cedera.

b. Kajian Data
Tabel 2.16
Hasil Observasi dan Evaluasi Pelaksanaan 6 Solusi Keselamatan Pasien
(Patient Safety) di Bangsal Nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu (n:13)
Observasi Evaluasi
(24 – 26 Nov (16 – 17 Des
No VARIABEL YANG DINILAI
2020) 2020)
Ya Tidak
A Identifikasi Pasien
t1 Perawat memasang gelang identitas
pasien untuk rawat inap. 13 0
2 Perawat memberikan gelang
(berawarna biru pasien laki-laki dan
warna pink untuk pasien wanita) 13 0
3 Gelang diberi label nama lengkap dan
tanggal lahir 13 0
4 Pemasangan gelang identitas pasien
yang belum terpasang di IGD ,
dipasang di ruang dimana pasien di
rawat 13 0
Persentase 100% 0%
B Meningkatkan Komunikasi Efektif
1 Perawat / Bidan melihat kembali
instruksi Dokter dengan cara melihat
13 0
intruksi yang ditulis oleh dokter
2 Perawat/bidan meminta Dokter untuk
membacakan instruksi Obat dengan
13 0
jelas, jika merasa tulisan tidak jelas
3 Perawat/Bidan mengisi cek list untuk
serah terima pasien dari perawat
10 3
keperawat
4 Perawat/ Bidan mengisi formulir
operan sesuai dengan situasi dan latar
belakang pasien, assessment, dan 9 4
rekomendasi dengan jelas.
53

5 Petugas kesehatan melaksanakan


komunikasi efektif untuk menghindari
9 4
kesalahan prosedur dan mengurangi
komplen
6 Komunikasi dilakukan sesuai Standar
Prosedur Operasional (tulbakon) 8 5
Persentase 79% 21%
C Pengelolaan “hight alert medicine”
1 Apakah perawat/bidan memastikan obat
pasien sesuai dengan resep obat dan
identitas pasien? 13 0
2 Apakah perawat memisahkan hight
alert medicine dengan non higt alert
medicine? 13 0
3 Apakah petugas menempelkan hight
alert medicine pada tempat obat yang
sudah diberi penandaan hight alert di
loker obat pasien? 13 0
4 Apakah perawat/bidan menempatkan
obat non hight alert di tempat yang
sudah tersedia di loker obat pasien? 13 0
5 Apakah perawat/bidan melakukan cros
chek double chek ketika akan
memberikan hight alert medicine
kepada pasien? 13 0
6 Apakah perawat/bidan
mendokumentasikan semua pemberian
hight alert medicine di Catatan
Pemberian Obat ? 13 0
Persentase 100% 0%
D Pencegahan Infeksi Nosokomial
1 Di intalasi dan ruang rawat inap
tersedia tempat cuci tangan, cairan anti 13 0
septic
2 Petugas kesehatan (perawat/bidan)
melakukan edukasi kepada pasien dan
10 3
keluarga tentang pentingnya cuci
tangan.
3 Petugas kesehatan (Perawat/bidan)
melakukan cuci tangan dengan 6 7 6
langkah dan five moment
4 Petugas Rumah sakit, petugas
kesehatan patuh terhadap prosedur cuci 9 4
tangan)
Persentase 75% 25%
E Pengurangan Risiko Jatuh
54

1 Petugas/perawat/bidan melakukan
assesmen resiko jatuh (humpty dumty,
VAS, Wong Baker, dll) 13 0
2 Petugas/perawat/bidan melakukan
orientasi kamar inap kepada pasien 11 2
3 Petugas/perawat/bidan memposisikan
tempat tidur serendah mungkin, roda
terkunci, kedua sisi pegangan tempat
tidur terpasang dengan baik. 11 2
4 Petugas/perawat/bidan meletakkan
benda-benda pribadi dalam jangkauan
(telepon genggam, tombol panggilan,
air minum, kacamata) 11 0
5 Petugas/perawat/bidan mengatur
pencahayaan yang adekuat (disesuaikan
dengan kebutuhan pasien) 11 0
6 Petugas/perawat/bidan meletakkan alat
bantu berada dalam jangkauan (tongkat,
alat penopang) 13 0
7 Petugas/perawat/bidan memantau efek
obat-obatan 13 0
8 Petugas/Perawat/bidan menganjurkan
ke kamar mandi secara rutin, kepada
pasien 9 4
9 Petugas/perawat/bidan melakukan
dokumentasi pada rekam medik pasien 13 0
10 Petugas/perawat/bidan melakukan
prosedur intervensi untuk pasien resiko
rendah jatuh 13 0
11 Petugas/perawat/bidan melakukan
dokumentasi tata laksana pencegahan
pasien jatuh pada rekam medis pasien 13 0
12 Petugas/perawat/bidan melakukan
prosedur intervensi untuk pasien resiko
rendah dan resiko sedang jatuh 9 4
13 Petugas/perawat/bidan memasang stiker
berwarna kuning pada gelang identitas
pasien 13 0
14 Petugas/perawat/bidan memasang tanda
resiko jatuh pada tempat tidur pasien 0 13
15 Petugas/perawat/bidan menyarankan
penunggu pasien/keluarga selalu berada
disekitar pasien bila tidak ada kontra
indikasi 13 0
16 Petugas/perawat/bidan mengunjungi
dan memonitor pasien setiap 2 jam
untuk pasien resiko tinggi 13 0
55

17 Petugas/perawat/bidan melakukan
dokumentasi tata laksana pencegahan
pasien jatuh setiap 4 jam sekali 13 0
Persentase 87% 13%
Jumlah (A+B+C+D+E) 423 58
Prosentase (A+B+C+D+E) 88% 12%

Sumber: Data Primer Bangsal Nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu 2020

Berdasarkan tabel 2.16 didapatkan hasil :


1) Identifikasi Pasien
Pada variable ini didapatkan hasil observasi sebesar 100% di mana
nilai tersebut terdapat dalam kategori sangat baik menurut Arikunto (2006)
(81-100%). Sehingga perlu dipertahankan untuk tetap dapat memberikan
pelayanan yang maksimal bagi pasien.
2) Meningkatkan Komunikasi Efektif
Pada variable ini didapatkan hasil observasi sebesar 21%
perawat/bidan tidak melakukan komunikasi efektif secara maksimal.
Komunikasi terkadang tidak dilakukan sesuai SPO. Operan jaga
berlangsung secara cepat sehingga dalam menyebutkan implementasi
asuhan belum lengkap. Selama 3 hari observasi, hal ini sering terjadi ketika
pergantian operan jaga dari siang ke malam. Beberapa indikator telah
dilakukan secara baik, sehingga perlu untuk mempertahankan agar
komunikasi secara efektif antara perawat dengan tim lain tetap terjaga untuk
mengurangi kesalahan dalam perawatan pasien.
3) Pengelolaan “hight alert medicine”
Pada variable ini didapatkan hasil observasi sebesar 100%. Hal ini
merupakan kategori sangat baik menurut teori Arikunto (2006). sehingga
perlu untuk dipertahankan dan disempurnakan agar dalam pemberian obat
tidak terjadi kesalahan.
4) Pencegahan Infeksi Nosokomial
Pada variable ini didapatkan hasil observasi sebesar 25 % tidak
konsisten dalam melakukan pencegahan infeksi nosokomial. Perawat/bidan
tidak melakukan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya
56

cuci tangan. Dalam edukasi cuci tangan banyak dilakukan oleh mahasiswa
peserta didik. Hal ini dikarenakan banyaknya pekerjaan yang dilakukan
pada hari tersebut. Kemudian, pada pasien baru dari instalasi sebelumnya
sudah dianggap dapat melakukan cuci tangan dengan baik. Namun, tidak
ada evaluasi berkaitan dengan pemahaman pasien. Indikator yang lain
adalah tidak tercapainya kepatuhan dalam melakukan 5 moment dan 6
langkah cuci tangan. Hal ini sering terjadi pada tindakan tertentu seperti
pemeriksaan fisik dan pengukuran TTV. Sedangkan untuk tindakan medis
lainnya perawat menerapkan 6 langkah dan 5 moment cuci tangan.
5) Pengurangan resiko Jatuh
Pada variable ini didapatkan hasil observasi sebesar 13%
perawat/bidan belum maksimal dalam penanganan pasien resiko jatuh,
diantaranya tidak melakukan orientasi kamar inap kepada pasien. Pasien
hanya diberitahu posisi kamar tanpa diantarkan ke bed pasien. Hal ini terjadi
pada pasien yang tidak menggunakan brancar atau dapat berjalan sendiri.
Kemudian, terdapat tempat tidur dengan roda tidak terkunci dan kedua sisi
pegangan tempat tidur tidak terpasang dengan baik. Perawat/bidan tidak
melakukan pengecekan tempat tidur pasien ketika melakukan operan jaga
langsung ke pasien. Setelah itu tidak terdapat tanda resiko jatuh pada tempat
tidur pasien. Hal ini terjadi pada pasien yang tidak terindikasi resiko jatuh.

5. Discharge planning

a. Pengertian

Discharge planning (perencanaan pulang) adalah serangkaian


keputusan dan aktivitas-aktivitasnya yang terlibat dalam pemberian asuhan
keperawatan yang kontinu dan terkoordinasi ketika pasien dipulangkan dari
lembaga pelayanan kesehatan. Discharge planning juga didefinisikan
sebagai proses mempersiapkan pasien untuk meninggalkan satu unit
pelayanan kepada unit yang lain di dalam atau diluar suatu agen pelayanan
kesehatan umum. Discharge planning yang efektif harus mencakup
pengkajian berkelanjutan untuk mendapatkan informasi yang komprehensif
57

tentang kebutuhan pasien yang berubah-ubah, pernyataan diagnosa


keperawatan, perencanaan untuk memastikan kebutuhan pasien sesuai
dengan apa yangn dilakukan oleh pemberi pelayanan kesehatan.

b. Tujuan discharge planning adalah untuk :


1) Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis dan social
2) Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga
3) Meningkatkan keperawatan yang berkelanjutan pada pasien
4) Membantu rujukan pasien pada system pelayanan yang lain
5) Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan keterampilan
serta sikap dalam memperbaiki serta mempertahankan status kesehatan
pasien
6) Melaksanakan rentang keperawatan antara rumah sakit dan masyarakat

c. Jenis discharge planning :


1) Conditioning discharge (pulang sementara atau cuti)
2) Absolute discharge (pulang mutlak atau selamanya)
3) Judicial discharge (pulang paksa)
d. Kajian data
Tabel 2.17 discharge planning (pemulangan pasien) di RSU PKU Muhammadiyah
Delanggu
NO Variabel Yang Di nilai Y T
1 Orientasi
  a. Beri salam dan tersenyum kepada pasien 13 0
  b. perkenalkan nama diri 13 0
  c. Lakukan validasi nama pasien 13 0
  d. tanyakan perasaan pasien 13 0
  e. Tanyakan kesiapan pasien 13 0
  f. Jelaskan tujuan tindakan 13 0
  g. Lakukan kontrak waktu 13 0
2 Kerja
  a. Jelaskan mengenai pengertian penyakit 9 4
  b. jelaskan pengertian penyebab penyakit 6 7
  c. jelaskan mengenai tanda dan gejala penyakit 8 5
  d. jelaskan mengenai cara perawatan dirumah 7 6
  e. jelaskan mengenai cara pemberian obat 13 0
  f. jelaskan mengenai cara pencegahan penyakit 13 0
  g. jelaskan mengenai kegawatan saat dirumah 12 1
58

  h. jelaskan mengenai aktifitas dan istirahat 13 0


i. Jleaskan mengenai waktu kontrol, tempat, cara
  kontrol, persiapan control 13 0
3 Terminasi
  a. simpulkan hasil kegiatan 13 0
b. Tanyakan kembali pda pasien tentang materi
  yang telah disampaikan 13 0
  c. berikan pujian positif kepada pasien 13 0
  d. lakukan kontrak selanjutnya 13 0
e. akhiri pertemuan dengan cara yang baik dan
  senyum 13 0
  Jumlah 250 23
Persentase 85% 15%
Analisa
Berdasarkan tabel 2.17 hasil observasi pelaksanaan discharge
planning perencanaan pulang di dapatkan hasil presentase kegiatan yang
tidak dilakukan yaitu sebesar 85%. Indicator yang tidak dilakukan seperti
tidak menjelaskan mengenai pengertian penyakit, penyebab, tanda dan
gejala dan cara perawatan penyakit dirumah.

6. Pelaksanaan cuci tangan yang benar


a. Pengertian Mencuci Tangan
Mencuci tangan adalah menggosok kedua pergelangan tangan
dengan kuat secara bersamaan menggunakan zat pembersih yang sesuai
dan dibilas dengan air mengalir.
b. Tujuan
1) Untuk menghilangkan mikroorganisme yg didapat dari pasien
pengunjung atau petugas/tenaga kesehatan 
2) Menghilangkan mikroorganisme yang ada di tangan,
3) Mencegah infeksi silang (cross infection)
59

4) Menjaga kondisi steril


5) Melindungi diri dan pasien dari infeksi
c. Five Moment Cuci Tangan
1) Sebelum menyentuh/memeriksa pasien
2) Sebelum dan setelah melakukan procedur aseptik/pembersihan
3) Setelah terpapar cairan tubuh pasien
4) Menyentuh /memeriksa pasien
5) Setelah menyentuh sekeliling pasen.
d. Prinsip Dari 6 Langkah Cuci Tangan Antara Lain :
1) Dilakukan dengan menggosokkan tangan menggunakan cairan
antiseptik (handrub) atau dengan air mengalir dan sabun antiseptik
(handwash). Rumah sakit akan menyediakan kedua ini di sekitar
ruangan pelayanan pasien secara merata.
2) Handrub dilakukan selama 20-30 detik, handwash 40-60 detik.
3) 5 kali melakukan handrub sebaiknya diselingi 1 kali handwash
e. Enam Langkah Cuci Tangan Yang Benar Menurut Who Yaitu :
1) Tuang cairan handrub pada telapak tangan kemudian usap dan gosok
kedua telapak tangan secara lembut dengan arah memutar.
2) Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian
3) Gosok sela-sela jari tangan hingga bersih
4) Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi saling mengunci
5) Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantia
6) Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan
f. Kajian Data

Tabel 2.18
Hasil Observasi Five Moment di Bangsal Nifas RSU PKU Muhammadiyah
Delanggu (n: 13)
Pelaksanaan Pelaksanaan
Observasi Evaluasi
No Aspek yang dinilai 16-17 Des 2020
24-26 Nov 2020
Ya Tidak Ya Tidak
Sebelum kontak dengan
1 13 0 13 0
pasien
60

Sebelum melakukan
2 13 0 13 0
tindakan aseptic

Setelah terkena cairan


3 13 0 13 0
pasien

4 Setelah menyentuh pasien 13 0 13 0

Setelah kontak dengan


5 13 0 13 0
lingkungan pasien

Jumlah 55 0 55 0

100 100
Prosentase 0% 0%
% %
Sumber: Data Primer Bangsal Nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu 2020

Analisa
Berdasarkan tabel 2.18 didapatkan hasil observasi sebesar 100%
perawat melaksanakan five moment dengan benar antara lain sebelum
kontak dengan pasien, sebelum melakukan tindakan aseptic, setelah terkena
cairan pasien, setelah menyentuh pasien, setelah kontak dengan lingkungan
pasien.
Setelah dilakukan evaluasi didapatkan hasil yang sama sebesar 100
% dengan kategori sangat baik. Hal ini harus tetap dipertahankan untuk
mencegah terjadinya infeksi nosokomial
g. Kajian data

Tabel 2.19
Hasil Observasi Pelaksanaan Cuci tangan di Bangsal Nifas RSU PKU
Muhammadiyah Delanggu (n: 13)

NO Variabel Yang Di nilai Y T


1 Basahi tangan dengan air mengalir 13 0
2 Tuangkan 3 sampai 5 cc sabun cair untuk
menyabuni seluruh permukaan tangan 8 5
3 Lakukan cuci tangan selama 40-60 detik dengan
metode 6 langkah:    
  a. Ratakan dengan kedua telapak tangan 13 0
  b. Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri
dengan tangan kanan dan sebaliknya 13 0
  c. Gosok kedua telapak dan sela-sela jari 13 0
61

  d. jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling


mengunci 13 0
  e. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman
tangan kanan dan lakukan sebaliknya 13 0
  f. Gosok dengan memutar ujung jari-jari ditelapak
tangan kiri dan sebaliknya 13 0
4 Bilas kedua tangan dengan air mengalir 13 0
5 Keringkan tangan dengan tisu towel dengan benar-
benar bersih 13 0
6 Gunakan tissue towel untuk menutup keran 7 6
7 Teknik pelaksanaan dengan menggunakan
alcohol-base handrub:    
  a. Tuangkan handrub berbasis alcohol untuk dapat
mencakup seluruh permukaan tangan dan jari
(kira-kira satu sendok ten/3-5cc) 13 0
  b. Gosok tangan dengan metode 6 langkah (seperti
diatas) dalam waktu 20-30 detik 13 0
  Jumlah 158 11
Persentase 93% 7%
Sumber: Data Primer Bangsal Nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu Tahun 2020

Analisa
Berdasarkan table 2.19 didapatakan hasil observasi 93% sudah
melaksanakan cuci tangan dengan benar. Dalam hal ini masih ada
perawat/bidan yang belum menuangkan 3 sampai 5 cc sabun cair untuk
menyabuni seluruh permukaan tangan dan menggunakan tissue towel untuk
menutup kran.

7. Pelaksanaan Orientasi Pasien Baru


a. Kajian Teori
1) Pengertian
Pengertian Orientasi pasien baru adalah proses pemberian informasi
pada pasien/ keluarga yang baru dirawat untuk mengenalkan kondisi
lingkungan rumah sakit khususnya ruangan tempat mereka dirawat.
62

2) Tujuan
a) Tujuan Umum
Pasien/ keluarga merasa nyaman berada di rumah sakit.
b) Tujuan Khusus
(1) Pasien/ keluarga mengetahui kondisi lingkungan rumah sakit.
(2) Membangun hubungan saling percaya antara pasien/ keluarga
dengan petugas kesehatan.
(3) Pasien/ keluarga kooperatif terhadap proses kesehatan yang
diprogramkan.
3) Ruang Lingkup Orientasi
a) Menjelaskan nama yang merawat pasien.
b) Nama Ruangan.
c) Menjelaskan hak dan kewajiban pasien/ keluarga.
d) Menjelaskan jadwal konsultasi dokter dan perawat.
e) Menjelaskan ruangan dan fasilitas.
f) Menjelaskan tarif pelayanan.
g) Menjelaskan peraturan rumah sakit.
h) Menjelaskan pengurusan administrasi
4) Pelaksana Orientasi
a) Kepala ruangan.
b) Ketua Tim.
5) Karakteristik Pasien
Seluruh pasien/ keluarga yang datang dirawat di rumah sakit.
6) Sarana dan Prasarana
a) Status (Rekam Medis) pasien.
b) Buku Pedoman Hak dan Kewajiban pasien.
c) Buku Pedoman fasilitas ruangan dan rumah sakit.
d) Fasilitas-fasilitas yang akan diberikan pada pasien (kartu tunggu,
perlengkapan mandi, tissue, sarung tangan dsb).
e) Buku catatan dan bolpen
7) Metoda Pelaksanaan
63

a) Bed site.
b) Diskusi.
8) Waktu Pelaksanaan
Pasien/ keluarga pasien segera ketika datang ke ruang perawatan
dilakukan orientasi.
9) Langkah-langkah Kegiatan
a) Perencanaan.
(1) Menyiapkan tempat.
(2) Menyiapkan buku pedoman orientasi pasien baru.
(3) Menyiapkan peralatan yang diperlukan untuk orientasi pasien
baru.
b) Pengorganisasian dan pelaksanaan.
(1) Pelaksanaan orientasi pasien baru
(a) Mempersilakan pasien/ keluarga duduk pada tempat yang
telah disediakan.
(b) Menjelaskan petugas yang merawat
(c) Menginformasikan nama Ruangan.
(d) Menjelaskan hak dan kewajiban pasien/ keluarga.
(e) Menjelaskan jadwal konsultasi dokter dan perawat.
(f) Menjelaskan ruangan dan fasilitas.
(g) Menjelaskan tarif pelayanan.
(h) Menjelaskan peraturan rumah sakit.
(i) Menjelaskan pengurusan administrasi.
(j) Memberikan kesempatan pasien/ keluarga bertanya hal-hal
yang belum jelas.
(2) Penutupan orientasi pasien baru.
(a) Mengakhiri kegiatan dengan cara yang baik.
(b) Meminta keluarga menandatangani tanda bukti orientasi
pasien baru.
(3) Pendokumentasian.
64

Melakukan pencatatan dan pelaporan orientasi pasien baru pada


asuhan keperawatan
(a) Melengkapi pencatatan dan pelaporan orientasi pasien baru.
(b) Menandatangani laporan orientasi pasien baru
b. Kajian Data
Tabel 2.20
Data Observasi Pelaksanaan Orientasi Pasien Baru
di Bangsal Nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu (n: 13)

NO Variabel Yang Di nilai Y T


1 Masuk ke kamar pasien 13 0
2 Cuci tangan 7 6
3 Ucapkan salam 13 0
4 identifikasi pasien 13 0
5 Perkenalan diri 13 0
6 Jelaskan tujuan 13 0
Laksanakan program orientasi
kepada pasien baru, memberitahu
tentang denah ruangan, letak kamar
mandi, konter perawat, cara
7 memanggil perawat, perawat yang
bertugas, fasilitas, serta cara
penggunaannya, jam kunjung, DPJP,
waktu visit, kegiatan rutin antara
lain: kebersihan diri, jam makan 9 4
8 Evaluasi pemahaman pasien tentang
orientasi yang sudah diberikan 13 0
Beri kesempatan pasien untuk
9
bertanya 13 0

10 Pastikan pasien dan keluarga sudah


paham 13 0
  Jumlah 120 10
Persentase 92% 8%
Sumber: Data Primer Bangsal Nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu 2020

c. Analisa Data
Berdasarkan tabel 2.20 telah dilakukan observasi dan
didapatkan hasil 92% sudah melaksanakan orientasi yang benar,
namun ada beberapa yang belum optimal seperti tidak melaksanakan
65

program orientasi kepada pasien baru, memberitahu tentang denah


ruangan, letak kamar mandi, konter perawat, cara memanggil perawat,
perawat yang bertugas, fasilitas, serta cara penggunaannya, jam
kunjung, DPJP, waktu visit, kegiatan rutin antara lain: kebersihan diri,
jam makan. Berdasarkan wawancara kepada perawat/ bidan hal
tersebut telah dijelaskan namun tidak secara rinci.

8. Pelaksanaan Breastcare
a) Kajian Teori
1) Pengertian
Memberikan tindakan pada organ payudara dengan cara di massage
2) Tujuan
a) Mencegah pembendungan ASI
b) Meningkatkan hygiene payudara
c) Meningkatkan produksi ASI
d) Melenturkan dan menguatkan putting payudara
3) Peralatan
a) Kapas
b) Handuk besar: 1 buah
c) Air hangat dalam baskom
d) Waslap: 1 buah
e) Bengkok
f) Baby oil
4) Prosedur Pelaksanaan
a) Tahap Pra Interaksi
(1) Mengecek program terapi
(2) Mencuci tangan
(3) Menyiapkan alat
b) Tahap Orientasi
(1) Memberikan salam kepada pasien dan sapa nama pasien
(2) Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada klien/keluarga
(3) Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien sebelum kegiatan
dilakukan
66

c) Tahap Kerja
(1) Memasang sampiran/menjaga privacy
(2) Memasang handuk di bagian perut bawah sambil melepas
pakaian atas (handuk dipasang dengan peniti)
(3) Mengompres kedua putting dengan kapas yang dibasahi oleum
coccus hangat selam 2 – 3 menit
(4) Mengangkat kapas sambil membersihkan putting dengan gerakan
memutar dari dalam ke luar
(5) Kemudian dengan kapas oleum yang baru, membersihkan daerah
tengah putting dari sentral ke luar (bila putting invertet,
dilakukan penarikan)
(6) Membasahi kedua telapak tangan dengan oleum coccus dan
melakukan pengurutan dengan telapak tangan berada diantara
kedua payudara dengan gerakan keatas, kesamping, kebawah,
kedepan sambil menghentakkan payudara, pengurutan dilakukan
sebanyak 20 –  30 kali.
(7) Pengurutan kedua. Tangan kiri menopang payudara kiri dan
tangan kanan melakukan pengurutan dengan menggunakan sisi
kelingking. Dilakukan sebanyak 20 – 30 kali. Lakukan pada
kedua payudara kanan-kiri 8. Pengurutan ketiga dengan
menggunakan sendi-sendi jari. Posisi tangan mengepal.
(8) Tangan kiri menopang payudara dan tangan kanan melakukan
pengurutan dari pangkal kearah putting. Dilakukan sebanyak 20
– 30 kali pada tiap payudara.
(9) Mengompres payudara menggunakan waslap yang sudah
dibasahi air hangat
(10) Mengeringkan payudara dengan handuk
(11) menganjurkan pada pasien memakai BH yang menopang
5) Tahap terminasi
a) Mengevaluasi hasil tindakan yang baru dilakukan
b) Berpamitan dengan pasien
67

c) Membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula


d) Mencuci tangan
e) Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.
b) Kajian Data
Tabel 2.21
Data Observasi Pelaksanaan Breastcare
di Ruang Nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu (n: 13)
NO Variabel Yang Di nilai Y T
1 Pelaksanaan
  a. Bersihkan payudara terutama daerah putting secara 13 0
teratur
  b. Bila didapatkan putting susu datar atau terbenam, 13 0
lakukan koreksi dengan melakukan perasat hoffman.
  c. Setelah selesai, kompres basahi payudara dengan air 13 0
dingin dan air hangat secara bergantian selama 5 menit
d. Keringkan payudara dan pakai payudara yang
  6 7
menyangga
  e. Bila ada komplikasi selama menyusui anjurkan ibu 8 5
utnuk datang ke klinik laktasi
2 Periksa kedua payudara tanpa menyentuh, carilah :
  a. Ukuran dan bentuk payudara 9 4
  b. Ukuran dan bentuk putting 13 0
  c. ASI menetes 13 0
  d. Tanda-tanda payudara penuh, lembut dan bengkak 13 0

  e. Ratakan disekeliling dasar putting atau memebelah 13 0


ujung putting
  f. Kemerahan 6 7

  g. Diakhir kegiatan menyusui, putting memanjang atau 4 9


habis diremas
  h. Bekas luka 7 6
3 Tanyakan apakah ibu merasa ada yang tidak beres 13 0
4 Jika ya, meminta ibu menunjukkan bagian tersebut 5 8
5 Jika perlu melakukan palpasi meminta persetujuan ibu 13 0

Lakukan palpasi semua bagian pad kedua payudara dengan


lembut. Gunakan telapak tangan (jari-jari merapat dan
6
lurus). Jangan menyubit atau menyodok. Perhatiakn wajah
ibu untuk tanda-tanda nyeri atau kesakitan. Palpasi
adanya :
  a. Kepenuhan menyeluruh, keras dan bengkakb. 12 1
  b. Daerah keras, area panas, dan gumpaan setempat 9 4

7 Meminta ibu menunjukkan seberapa mudah putingnya 5 8


ditarik keluar.
68

8 Beritahu ibu apa yang ditemukan 7 6

9 Menggunakan keterampilan, membangun percaya diri dan 13 0


memberi dukungan
  Jumlah 208 65
Persentase 76% 24%

Sumber: Data Primer Ruang Nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu 2020

c) Analisa Data
Berdasarkan tabel 2.21 didapatkan hasil observasi bahwa sebanyak
24% belum melaksanakan breastcare sesuai prosedur. Diantaranya
melakukan cuci tangan sebelum melakukan breastcare, memasang handuk
di bagian perut bawah sambil melepas pakaian atas, mengeringkan
payudara dengan handuk, menganjurkan pada pasien memakai BH yang
menopang dan mengevaluasi hasil tindakan yang baru dilakukan.

9. Proses Manajemen Pelayanan Keperawatan


a. Kajian Teori
Manajemen keperawatan merupakan suatu proses yang dilaksanakan
sesuai dengan pendekatan terbuka. Oleh karena itu, manajemen keperawatan
terdiri atas beberapa komponen yang tiap-tiap komponennya saling
berinteraksi. Pada umumnya satu sistem didirikan oleh lima elemen yaitu
input, output, ontrol dan mekanisme umpan balik ( kuntoro, 2010 ).
Standar manajemen pelayanan keperawatan dan kebidanan adalah
proses pengelolaan pelayanan keperawatan melalui pelaksanaan pelayanan
menejemen yaiti perencanaan, pengorganisasian, pengaturan tenaga,
pegarahan, evaluasi dan pengendalian mutu pelayanan keperawatan untuk
mencapai pelayanan keperawatan.
Bagan 1 Skema mekanisme kerja fungsi-fungsi manajemen

Keinginan kebutuhan Perencanaan

Pengorganisasian

Pengarahan Tujuan

Pengkoordinasian

Informasi Pengawasan
69

Manajemen keperawatan merupakan pelayanan keperawatan


profesional dimana tim keperawatan dikelola dengan menjalankan empat
fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, motivasi, dan
pengendalian. Keempat fungsi tersebut saling terkait serta berhubungan dan
memerlukan ketrampilan-ketrampilan teknis, hubungan antar manusia dan
konseptual yang mendukung tercapainya asuhan keperawatan yang bermutu,
berdaya guna dan berhasil guna kepada pasien.
Dengan alasan tersebut, manajemen keperawatan perlu mendapat
perhatian dan perioritas utama dalam pengembangan keperawatan dimasa
depan. Hal tersebt berkaitan dengan tuntunan global bahwa setiap
pengembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional
dengam memperhatikan setiap perubahan yang terjadi ( Nursalam, 2014 ).
b. Proses manajemen keperawatan terdiri dari:
1) Planning atau Perencaaan
a) Kajian Teori
Perencanaan adalah sebuah keputusan untuk suatu
kemajuan yang berisikan pa yang akan dilakukan serta bagaimana,
kapan dan dimana akan dilksanakan ( Handoko, 2008 ).
Perencanaan dimaksudkan untuk menyusun suatu perencanaan yang
strategis dalam mencapai suatu tujuan oganisasi yang telah
ditetapkan.
Perencanaan dibuat untuk menentukan kebutuhan dalam
asuahan keperawatan kepada semuan pasien, menegakkan tujuan,
mengalokasikan anggaran belanja, memutuskan ukuran dan tipe
tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola sruktur
organisasi yang dapat mengoptimalkan efektifitas staff serta
menegakkan kebijaksanaan dan prosedur oprasional untuk
mencapai visi dan misi institui yang telah ditetapkan.
70

(1) Kerangka perencanaan terdiri dari :


(a) Misi, berisi tujuan jangka panjang mengenai bagaimana
langka mencapai bagaimana langka mencapai visi
(b) Filosofi, sesuatu yang bisa menguatkan motivasi
(c) Tujuan, berisi tujuan yang dicapai
(d) Obyektif, berisi langkah-langkah rinci bagaimana
mencapai tujuan
(e) Prosedur, berisi pelaksanaan pelaksanaan
(f) Aturan, berisi langkah langkah antisipasi untuk hal-hal
yang menyimpang.
(2) Model perencanaan meliputi :
(a) Reactive planning, yaitu tidak ada perencanaan,
managemen langsung melakukan tindakan begitu
menemukan masalah. Perubahan yang terjadi tidak pasti
karena dipengaruhi oleh masalah dan kondisi yang ada.
(b) Inactive planning, yaitu perencanaan sudah dibuat sejalan
dengan masalah yang muncul ( telah ada bayangan atau
perencanaan tetapi dalam pelaksanaannya dilakukan
sejalan dengan pengembangan masalah).
(c) Preactive planning, yaitu penyusunan perencanaan dengan
mengetahui rencana ke ciri dari perencanaan ini adalah
tujuan yang akan dicapai jelas, terdapat pembatasan depan
target yang sudah pasti ( sudah jelas dan tidak berubah ).
Waktu perencanaan berlangsung, terdapat indikator
pencapaian target, resiko dan ketidakpastian jelas.
(d) Proactive planning, yaitu pembuatan perencanaan dengan
memperhatikan masa lalu digunakan sebagai pengalaman
untuk menyusun perencanaan sekarang dan masa depan,
masa sekarang sebagai pelaksanaan perencanaan, dan
masa depan merupakan perencanaan yang disusun
71

berdasarkan evaluasi pelaksanaan perencanaan masa lalu


dan sekarang.
(3) Perencanaan berdasarkan periode meliputi :
(a) Perencanaan jangka pendek ( target waktu dalam
seminggu atau sebulan).
(b) Perencanaan jangka menengah ( periode dalam satu tahun)
(c) Perencanaan jangka panjang ( periode tahun mendatang )
2) Organizing
a) Kajian teori
Pengorganisasian adalah pembentukan struktur untuk
melaksanakan perencanaan, menetapkan metode pemberian asuhan
keperawatan kepada pasien yang paling tepat, mengelompokkan
kegiatan untuk mencapai tujuan unit serta melakukan peran dan
fungsi dalam organisasi dan menggunakan power serta wewenang
dengan tepat. (marquis dan Houston,2000)
Organisasi itu sendiri diartikan sebagai kumpulan orang
dengan sistem kerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Dalam
sistem kerjasama secara jelas diatur siapa menjalankan apa, siapa
bertanggung jawab atas siapa, arus komunikasi dan memfokuskan
sumber daya pada tujuan. Karakteristik sistem kerja sama dapat
dilihat, antara lain 1) ada komunikasi antara orang yang bekerja
sama, 2) individu dalam organisasi tersebut mempunyai
kemampuan untuk bekerja sama, 3) kerjasama itu ditujukan untuk
mencapai tujuan .
Pengorganisasian menentukan mengenai tenaga yang akan
melaksanakan perencanaan, pembagian tugas, wewenang, tanggung
jawab dan mekanisme pertanggung jawaban masirng-masing
kegiatan.
3) Tugas kepala ruang
a) Tugas
(1) Melaksanakan fungsi perencaan meliputi :
72

(a) Menyusun program kerja kepala ruang nifas


(b) Berperan serta menyusun Falsafah, Visi, Misi, Motto, dan
Tujuan pelayanan kebidanan di ruang nifas
(c) Menyusun rencana program tenaga dan peralatan
keperawatan di ruang nifas
(d) Menyusun program orientasi bagi tenaga kebidanan, tenaga
magang dan mahasiswa yang akan praktik klinik di RSU
PKU Muhammadiyah Delanggu
(e) Berperan menyusun program pengendalian mutu asuhan
kebidanan di RSU PKU Muhammadiyah Delanggu
(f) Okut menyusun standard operasional prosedur pelayanan
keperawatan, meliputi: ketenagaan, peralatan, tindakan, dll
(g) Mengusulkan program penempatan tenaga kebidanan
(2) Melaksanakan fungsi penggerakan dan pelaksanaan, meliputi :
(a) Mengatur dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan pelayanan
di ruang nifas
(b) Menyusun jadwal/daftar dinas tenaga kebidanan dan tenaga
lain
(c) Melaksanakan orientasi kepada tenaga baru dan mahasiswa
yang akan bekerja/praktek di ruang nofas
(d) Membimbing tenaga keperawatan untuk melaksanakan
pelayanan keperawatan sesuai standard
(e) Mengadakan pertemuan berkala setiap bulan dengan staf
(f) Mengupayakan pengadaan obat, alat sesuai kebutuhan dan
kebijaksanaan RSU PKU Muhammadiyah Delanggu
(g) Mendampingi visit dokter dan mencatat instruksi dokter
(h) Mengendalikan kualitas system pencatatan dan pelaporan
askeb dan kegiatan lain secara tepat dan benar
(i) Memberi motivasi kepada seluruh staf untuk memelihara
kebersihan lingkungan ruang nifas
(j) Meneliti pengisian formulir sensus harian
73

(k) Menyimpan berkas catatan medis dalam masa perawatan di


ruang nifas
(l) Membuat laporan bulanan mengenai pelayanan askeb serta
kegiatan lain kepada Ka.Sub Bid Keperawatan
(m)Membimbing mahasiswa yang sedang praktek
(n) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diperintahkan oleh
Pimpinan
(3) Melaksanakan fungsi Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian,
meliputi :
(a) Melaksanakan pengawasan, pengendalian, penilaian,
pelaksanaan askeb yang telah ditentukan
(b) Melaksanakan pengawasan, pengendalian, dan penilaian
mahasiswa yang praktek untuk memperoleh pengalaman
belajar sesuai dengan tujuan program bimbingan
(c) Melaksanakan penilaian kinerja tenaga keperawatan yang
berada diruang nifas
(d) Mengawasi, mengendalikan dan menilai pendayagunaan
tenaga, alat dan obat-obat
(e) Mengawasi dan menilai mutu askeb sesuai standard,
koordinasi dengan tim pengendalian mutu askeb

b) Tanggung Jawab
(1) Kebenaran dan ketepatan rencana kenutuhan tenaga kebutuhan
tenaga kebidanan
(2) Kebenaran dan ketepatan program pengembangan pelayanan
kebidanan
(3) Keobyektifan dan kebenaran penilaian kinerja tenaga kebidanan
(4) Kelancaran kegiatan orientasi perawat baru dan mahasiswa
praktek
(5) Kebenaran dan ketepatan protap pelayanan keperawatan
74

(6) Kebenaran dan ketepatan laporan berkala pelaksanaan pelayanan


keperawatan
(7) Kebenaran dan ketepatan kebutuhan dan penggunaan alat
(8) Kebenaran dan ketepatan pelaksanaan program bimbingan
mahasiswa praktik
(9) Bertanggungjawab terhadap peningkatan mutu dan keselamatan
pasien
c) Wewenang
(1) Meminta informasi dan pengarahan kepada atasan
(2) Memberi bimbingan pelaksanaan tugas staf kebidanan
(3) Mengkoordinasikan, mengawasi, mengendalikan,dan menilai
pendayagunaan tenaga kebidanan, peralatan dan mutu askeb di
ruang nifas
(4) Menandatangani surat dan dokumen yang ditetapkan menjadi
wewenang kepala ruang nifas
(5) Mengahadiri rapat berkala dengan Kasubid Keperawatan/staf
lain diatasnya untuk kelancaran pelaksanaan pelayanan di ruang
nifas
(6) Memberi kesempatan/ijin kepada staff untuk mengikuti kegiatan
ilmiah/penataran dll

4) Tugas Kepala Tim


a) Uraian Tugas
(1) Membantu kepala ruang dalam mengkoordinasikan seluruh
kegiatan dalam pelayanan kebidanan di Ruang Nifas
(2) Membimbing tenaga perawat/bidan pelaksana untuk
melaksanakan pelayanan kebidanan sesuai standar.
(3) Menghadiri pertemuan berkala yang diadakan kepala ruang
75

(4) Membantu kepala ruang dalam mengendalikan kualitas sistem


pencatatan dan pelaporan Askeb dan kegiatan lain secara tepat
dan benar
(5) Memberi motivasi kepada anggota dalam pemeliharaan
kebersihan lingkungan Ruang Nifas
(6) Memelihara dan mengawasi kebersihan ruang rawat inap dan
lingkungan
(7) Menerima pasien baru sesuai prosedur dan ketentuan yang
berlaku
(8) Memelihara peralatan keperawatan dan medis agar selalu
dalam keadaan siap pakai
(9) Melakukan pengkajian sampai evaluasi asuhan kebidanan
sesuai dengan kewenangannya
(10) Melakukan sistem pencatatan dan pelaporan Askeb yang tepat
dan benar sesuai standar
(11) Melaksanakan serah terima tugas baik secara lisan/tulisan
(12) Melatih/membantu pasien dalam melakukan aktivitas bila
dibutuhkan
(13) Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan di bidang
kebidanan
(14) Membantu kepala ruang dalam mengorientasikan/membimbing
perawat baru/mahasiswa
(15) Mendampingi dokter dalam visite
(16) Menyiapkan pasien yang akan pulang
b) Tanggung jawab
(1) Kebenaran dan ketepatan program pengembangan pelayanan
kebidanan
(2) Kebenaran dan ketepatan dalam memberikan Askeb sesuai
standar
(3) Kebenaran dan ketepatan dalam mendokumentasikan
pelaksanaan Askeb /kegiatan lain yang dilakukan
76

(4) Kebenaran dan ketepatan laporan berkala pelaksanaan pelayanan


kebidanan
(5) Bertanggungjawab terhadap peningkatan mutu dan keselamatan
pasien
c) Wewenang
(1) Meminta informasi dan pengarahan kepada atasan
(2) Memberi bimbingan kepad perawat
(3) Membantu kepala ruang dalam mengkoordinasikan, mengawasi,
mengendalikan dan menilai pendayagunaan tenaga perawat
pelaksana
(4) Menghadiri rapat berkala dengan Kepala Ruang untuk
kelancaran pelaksanaan pelayanan kebidanan
d) Hasil kerja
(1) Tercipta suasana kerja yang nyaman, harmonis serta
terkoordinasi dalam shift
(2) Terciptanya pelayanan yang berkwalitas, cepat, akurat dan
efisien dalam 1 shift
5) Tugas Bidan/Perawat Pelaksana
a) Uraian tugas
(1) Memelihara dan mengawasi kebersihan ruang nifas dan
lingkungan
(2) Menerima pasien baru sesuai prosedur dan ketentuan yang
berlaku
(3) Memelihara peralatan perawatan/medis agar selalu siap pakai
(4) Memberikan orientasi kepada pasien tentang lingkungan,
peraturan/tata tertib, fasilitas yang ada dan penggunaannya
(5) Menyusun rencana asuhan keperawatan
(6) Melakukan pengkajian keperawatan, menentukan diagnosa
keperawatan sesuai batas kewenangannya
(7) Melakukan tindakan keperawatan, anatara lain :
(a) Melaksanakan tindakan pengobatan sesuai program
77

(b) Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien/keluarganya


(8) Berperan serta dalam pembahasan kasus dalam upaya
peningkatan mutu Askep
(9) Melaksanakan tugas sesuai jadwal yang telah disahkan
(10) Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik antara
pasien dan keluarganya
(11) Mengikuti pertemuan berkala yang diadakan oleh kepala ruang
(12) Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan sesuai bidangnya
(13) Melaksanakan sistem pencatatan dan pelaporan Askep yang
tepat dan akurat
(14) Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai batas
kewenangannya
(15) Melaksanakan evaluasi tindakan yang telah diberikan
(16) Melatih atau membantu pasien dalam melakukan latihan gerak
(17) Melakukan tindakan darurat kepada pasien (panas tinggi,
kollaps, perdarahan, keracunan, henti napas dan henti jantung)
sesuai protap yang berlaku, selanjutnya segera melaporkan
kepada dokter yang merawat atau dokter jaga
(18) Mengobservasi kondisi pasien, selanjutnya melakukan tindakan
yang tepat berdasarkan hasil observasi
(19) Memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien dan
keluarganya meliputi:
(a) Program diet
(b) Pengobatan yang perlu dilanjutkan dan cara penggunaannya
(c) Pentingnya pemeriksaan ulang
(d) Cara hidup sehat (istirahat, nutrisi, dll)
(20) Melatih pasien menggunakan alat bantu yang digunakan seperti:
(a) Roolstoel
(b) Tongkat penyangga
(c) dll
78

(21) Melatih pasien untuk melaksanakan tindakan keperawatan


dirumah, seperti:
(a) Merawat luka
(b) Melatih anggota gerak
(c) Menyiapkan pasien yang akan pulang
b) Tanggung jawab
(1) Kebenaran dan ketepatan dalam memberikan Askep sesuai
standar
(2) Kebenaran dan ketepatan dalam mendokumentasikan pelaksanaan
asuhan keperawatan/kegiatan lain yang dilakukan
(3) Bertanggungjawab terhadap peningkatan mutu dan keselamatan
pasien
c) Wewenang
(1) Meminta konfirmasi dan pengarahan kepada atasan
(2) Memberi asuhan keperawatan sesuai dengan batas
kewenangannya
d) Hasil kerja
(1) Setiap pasien mendapatkan layanan asuhan keperawatan yang
memuaskan sesuai standar
(2) Menyeleseikan pekerjaan/tanggung jawab tepat waktu secara baik
dan benar

c. Kajian Data
1) Tugas kepala ruang
Tabel 2.22
Data Kajian Tugas Kepala Ruang Terhadap Sistem Asuhan Keperawatan
di Bangsal Nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu
NO Varieabel Yang Dinilai Pelaksanaan Pelaksanaan
Observasi 24 Observasi 16
s.d 26 Nov 2020 s.d 17 Des 2020
79

Ya Tidak Ya Tidak
TUGAS
A  Melaksanakan fungsi perencaan meliputi :
Menyusun program kerja kepala
1 1 0 1 0
ruang nifas
Berperan serta menyusun Falsafah,
  2 Visi, Misi, Motto, dan Tujuan 1 0 1 0
pelayanan kebidanan di ruang nifas
Menyusun rencana program tenaga
  3 dan peralatan keperawatan di ruang 1 0 1 0
nifas
Menyusun program orientasi bagi
tenaga kebidanan, tenaga magang dan
  4 mahasiswa yang akan praktik klinik 1 0 1 0
di RSU PKU Muhammadiyah
Delanggu
Berperan menyusun program
pengendalian mutu asuhan kebidanan
  5 1 0 1 0
di RSU PKU Muhammadiyah
Delanggu
Okut menyusun standard operasional
prosedur pelayanan keperawatan,
  6 1 0 1 0
meliputi: ketenagaan, peralatan,
tindakan, dll
Mengusulkan program penempatan
  7 1 0 1 0
tenaga kebidanan
B Melaksanakan fungsi penggerakan dan pelaksanaan, meliputi :
Mengatur dan mengkoordinasikan
  1 seluruh kegiatan pelayanan di ruang 1 0 1 0
nifas
Menyusun jadwal/daftar dinas tenaga
  2 1 0 1 0
kebidanan dan tenaga lain
Melaksanakan orientasi kepada
  3 tenaga baru dan mahasiswa yang 1 0 1 0
akan bekerja/praktek di ruang nofas
Membimbing tenaga keperawatan
  4 untuk melaksanakan pelayanan 1 0 1 0
keperawatan sesuai standard
Mengadakan pertemuan berkala
  5 0 1 0 1
setiap bulan dengan staf
Mengupayakan pengadaan obat, alat
  6 sesuai kebutuhan dan kebijaksanaan 1 0 1 0
RSU PKU Muhammadiyah Delanggu
Mendampingi visit dokter dan
  7 0 1 1 0
mencatat instruksi dokter
80

Mengendalikan kualitas system


  8 pencatatan dan pelaporan askeb dan 1 0 1 0
kegiatan lain secara tepat dan benar
Memberi motivasi kepada seluruh
  9 staf untuk memelihara kebersihan 0 1 1 0
lingkungan ruang nifas
Meneliti pengisian formulir sensus
  10 1 0 1 0
harian
Menyimpan berkas catatan medis
  11 1 0 1 0
dalam masa perawatan di ruang nifas
Membuat laporan bulanan mengenai
  12 pelayanan askeb serta kegiatan lain 1 0 1 0
kepada Ka.Sub Bid Keperawatan
Membimbing mahasiswa yang
  13 1 0 1 0
sedang praktek
Melaksanakan tugas-tugas lain yang
  14 1 0 1 0
diperintahkan oleh Pimpinan
C Melaksanakan fungsi Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian, meliputi :
Melaksanakan pengawasan,
  1. pengendalian, penilaian, pelaksanaan 1 0 1 0
askeb yang telah ditentukan
Melaksanakan pengawasan,
pengendalian, dan penilaian
mahasiswa yang praktek untuk
  2. 1 0 1 0
memperoleh pengalaman belajar
sesuai dengan tujuan program
bimbingan
Melaksanakan penilaian kinerja
  3. tenaga keperawatan yang berada 1 0 1 0
diruang nifas
Mengawasi, mengendalikan dan
  4. menilai pendayagunaan tenaga, alat 1 0 1 0
dan obat-obat
Mengawasi dan menilai mutu askeb
  5. sesuai standard, koordinasi dengan 1 0 1 0
tim pengendalian mutu askeb
TANGGUNG JAWAB
Kebenaran dan ketepatan rencana
1 kenutuhan tenaga kebutuhan tenaga 1 0 1 0
  kebidanan
Kebenaran dan ketepatan program
2 1 0 1 0
  pengembangan pelayanan kebidanan
Keibyektifan dan kebenaran penilaian
3 1 0 1 0
  kinerja tenaga kebidanan
81

Kelancaran kegiatan orientasi


4 1 0 1 0
  perawat baru dan mahasiswa praktek
Kebenaran dan ketepatan protap
5 1 0 1 0
  pelayanan keperawatan
Kebenaran dan ketepatan laporan
6 berkala pelaksanaan pelayanan 1 0 1 0
  keperawatan
Kebenaran dan ketepatan kebutuhan
7 1 0 1 0
  dan penggunaan alat
Kebenaran dan ketepatan pelaksanaan
8 program bimbingan mahasiswa 1 0 1 0
  praktik
Bertanggungjawab terhadap
9 peningkatan mutu dan keselamatan 1 0 1 0
  pasien
WEWENANG
 
Meminta informasi dan pengarahan
  1 1 0 1 0
kepada atasan
Memberi bimbingan pelaksanaan
  2 1 0 1 0
tugas staf kebidanan
Mengkoordinasikan, mengawasi,
mengendalikan,dan menilai
  3 pendayagunaan tenaga kebidanan, 1 0 1 0
peralatan dan mutu askeb di ruang
nifas
Menandatangani surat dan dokumen
  4 yang ditetapkan menjadi wewenang 1 0 1 0
kepala ruang nifas
Mengahadiri rapat berkala dengan
Kasubid Keperawatan/staf lain
  5 1 0 1 0
diatasnya untuk kelancaran
pelaksanaan pelayanan di ruang nifas
Memberi kesempatan/ijin kepada
  6 staff untuk mengikuti kegiatan 1 0 1 0
ilmiah/penataran dll
SKOR 38 3 40 1
% 93% 7% 98% 2%
Sumber: Data Primer Bangsal Nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu 2020
Analisa Data
Hasil observasi dan wawancara tugas kepala ruang nifas
menunjukkan presentase 93%. Tugas dan tanggungjawab kepala ruang
sudah dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok sebagai kepala ruang.
Seperti kepala ruang membagi tugas kepada kepala tim dan bidan atau
82

perawat pelaksana, kepala ruang dapat menyelesaikan masalah dengan


baik bersama dengan perawat ruangan, memberi motivasi kerja kepada
staf keperawatan, mengevaluasi tugas-tugas.
Setelah dilakukan evaluasi tugas kepala ruang nifas menunjukkan
adanya peningkatan menjadi 98%. Tugas dan tanggung jawab kepala
ruang sudah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan SPO yang ada.
Hanya ada satu yang belum terlaksana yaitu mengadakan pertemuan
berkala setiap bulan dengan staf sehingga diharapkan kepala ruang
mengagendakan pertemuan berkala setiap bulannya.

2) Kepala tim
Tabel 2.23
Hasil Observasi Kajian Kepala TIM di Bangsal
Nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu (n :2)
Observasi 24 Evaluasi 16 s.d
s.d 26 Nov 17 Des 2020
No Variabel yang dinilai 2020
Y S Y S

URAIAN TUGAS
Membantu kepala ruang dalam mengkoordinasikan
1 seluruh kegiatan dalam pelayanan kebidanan di 1 1 1 1
Ruang Nifas
Membimbing tenaga perawat/bidan pelaksana untuk
2 1 1 1 1
melaksanakan pelayanan kebidanan sesuai standar.
Menghadiri pertemuan berkala yang diadakan
3 1 1 1 1
kepala ruang
Membantu kepala ruang dalam mengendalikan
4 kualitas sistem pencatatan dan pelaporan Askeb dan 1 1 1 1
kegiatan lain secara tepat dan benar
Memberi motivasi kepada anggota dalam
5 0 0 1 1
pemeliharaan kebersihan lingkungan Ruang Nifas
Memelihara dan mengawasi kebersihan ruang rawat
6 1 1 1 1
inap dan lingkungan
Menerima pasien baru sesuai prosedur dan ketentuan
7 1 1 1 1
yang berlaku
Memelihara peralatan keperawatan dan medis agar
8 0 0 0 1
selalu dalam keadaan siap pakai
83

Melakukan pengkajian sampai evaluasi asuhan


9 1 1 1 1
kebidanan sesuai dengan kewenangannya
Melakukan sistem pencatatan dan pelaporan Askeb
10 1 1 1 1
yang tepat dan benar sesuai standar.
Melaksanakan serah terima tugas baik secara
11 1 1 1 1
lisan/tulisan
Melatih/membantu pasien dalam melakukan
12 1 1 1 1
aktivitas bila dibutuhkan
Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan di
13 0 0 1 1
bidang kebidanan
Membantu kepala ruang dalam
14 mengorientasikan/membimbing perawat 0 0 1 0
baru/mahasiswa
15 Mendampingi dokter dalam visite 1 1 1 1

16 Menyiapkan pasien yang akan pulang 1 1 1 1


TANGGUNG JAWAB    
Kebenaran dan ketepatan program pengembangan
1 1 1 1 1
pelayanan kebidanan
Kebenaran dan ketepatan dalam memberikan Askeb
2 1 1 1 1
sesuai standar
Kebenaran dan ketepatan dalam
3 mendokumentasikan pelaksanaan Askeb /kegiatan 1 1 1 1
lain yang dilakukan
Kebenaran dan ketepatan laporan berkala
4 1 1 1 1
pelaksanaan pelayanan kebidanan
Bertanggungjawab terhadap peningkatan mutu dan
5 1 1 1 1
keselamatan pasien
WEWENANG    
1 Meminta informasi dan pengarahan kepada atasan 1 1 1 1

2 Memberi bimbingan kepad perawat 0 1 1 1


Membantu kepala ruang dalam mengkoordinasikan,
3 mengawasi, mengendalikan dan menilai 1 1 1 1
pendayagunaan tenaga perawat pelaksana
Menghadiri rapat berkala dengan Kepala Ruang
4 1 1 1 1
untuk kelancaran pelaksanaan pelayanan kebidanan
HASIL KERJA    
Tercipta suasana kerja yang nyaman, harmonis serta
1 1 1 1 1
terkoordinasi dalam shift
Terciptanya pelayanan yang berkwalitas, cepat,
2 1 1 1 1
akurat dan efisien dalam 1 shift
84

22 23 26 26
SKOR
96%
% 81% 85% 96%
Sumber: Bangsal Nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu 2020

Analisa Data
Table 2.23 hasil observasi tentang kajian kepala tim yang telah
dilakukan di ruang nifas di dapatkan hasil perbedaan antara katim 1 dan
katim 2 yaitu 81% untuk katim 1 dan 85% untuk katim 2. Katim 1
maupun katim 2 sudah menjalankan tugas dengan baik sesuai standart.
Setelah dilakukan evaluasi didapatkan hasil adanya peningkatan
katim 1 dan katim 2, diantaranya katim 1 terdapat peningkatan sebesar
15%, dan katim 2 terdapat peningkatan sebesar 11%. Peningkatan
terjadi karena adanya kesadaran interpersonal dalam menjalankan tugas
sebagai katim yang sesuai dengan standar professional, selain itu selama
evaluasi dilakukan, katim selalu berada di ruangan sehingga dapat
menjalankan tugas secara maksimal.
3) Perawat pelaksana
Tabel 2.24
Data Kajian Observasi Pelaksanaan Tugas Perawat Pelaksana di Bangsal
Nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu (n: 10)
Observasi Evaluasi 16
24 s.d 26 s.d 17 Des
No Variabel yang dinilai Nov 2020 2020
Y T Y T
Memelihara dan mengawasi kebersihan ruang nifas
1 7 3 9 1
dan lingkungan
Menerima pasien baru sesuai prosedur dan ketentuan
2 8 2 9 1
yang berlaku
Memelihara peralatan perawatan/medis agar selalu
3 8 2 9 1
siap pakai
Memberikan orientasi kepada pasien tentang
4 lingkungan, peraturan/tata tertib, fasilitas yang ada 1 9 9 1
dan penggunaannya
5 Menyusun rencana asuhan keperawatan 8 2 10 0
85

Melakukan pengkajian keperawatan, menentukan


6 8 2 10 0
diagnosa keperawatan sesuai batas kewenangannya
Melakukan tindakan keperawatan, anatara lain :
a. Melaksanakan tindakan pengobatan sesuai program
7 8 2 10 0
b. Memberikan pendidikan kesehatan kepada
pasien/keluarganya
Berperan serta dalam pembahasan kasus dalam upaya
8 7 3 7 3
peningkatan mutu Askep
Melaksanakan tugas sesuai jadwal yang telah
9 8 2 10 0
disahkan
Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik
10 8 2 10 0
antara pasien dan keluarganya
Mengikuti pertemuan berkala yang diadakan oleh
11 6 4 9 1
kepala ruang
Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan sesuai
12 7 3 10 0
bidangnya
Melaksanakan sistem pencatatan dan pelaporan
13 5 5 8 2
Askep yang tepat dan akurat
Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai batas
14 8 2 10 0
kewenangannya
15 Melaksanakan evaluasi tindakan yang telah diberikan 7 3 8 2
Melatih atau membantu pasien dalam melakukan
16 3 7 10 0
latihan gerak
Melakukan tindakan darurat kepada pasien (panas
tinggi, kollaps, perdarahan, keracunan, henti napas
17 dan henti jantung) sesuai protap yang berlaku, 8 2 10 0
selanjutnya segera melaporkan kepada dokter yang
merawat atau dokter jaga
Mengobservasi kondisi pasien, selanjutnya
18 melakukan tindakan yang tepat berdasarkan hasil 8 2 10 0
observasi
Memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien
dan keluarganya meliputi:
a. Program diet
19 b. Pengobatan yang perlu dilanjutkan dan cara 9 1 10 0
penggunaannya
c. Pentingnya pemeriksaan ulang
d. Cara hidup sehat (istirahat, nutrisi, dll)
Melatih pasien menggunakan alat bantu yang
digunakan seperti:
20 a. Roolstoel 8 2 10 0
b. Tongkat penyangga
c. Dll
86

Melatih pasien untuk melaksanakan tindakan


keperawatan dirumah, seperti:
21 a. Merawat luka 8 2 10 0
b. Melatih anggota gerak
c. Menyiapkan pasien yang akan pulang
TANGGUNG JAWAB
Kebenaran dan ketepatan dalam memberikan Askep
1 8 2 10 0
sesuai standar
Kebenaran dan ketepatan dalam mendokumentasikan
2 pelaksanaan asuhan keperawatan/kegiatan lain yang 10 0 10 0
dilakukan
Bertanggungjawab terhadap peningkatan mutu dan
3 7 3 10 0
keselamatan pasien
WEWENANG
1 Meminta konfirmasi dan pengarahan kepada atasan 8 2 8 2
Memberi asuhan keperawatan sesuai dengan batas
2 8 2 8 2
kewenangannya
HASIL KERJA
Setiap pasien mendapatkan layanan asuhan
1 6 4 8 2
keperawatan yang memuaskan sesuai standar
Menyeleseikan pekerjaan/tanggung jawab tepat
2 7 3 10 0
waktu secara baik dan benar
202 78 262 18
SKOR
94%
% 72% 28% 6%
Sumber: Bangsal Nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu 2020

Analisa Data
Berdasarkan tabel 2.24 didapatkan hasil observasi bahwa
sebanyak 28% belum melaksanakan tugas secara optimal. Diantaranya
Memberikan orientasi kepada pasien tentang lingkungan, peraturan/tata tertib,
fasilitas yang ada dan penggunaannya, Melatih atau membantu pasien dalam
melakukan latihan gerak penggunaanya karena untuk mengefisiensi waktu
serta menyesuaikan situasi dan kondisi dalam shift tersebut.
Dari hasil evaluasi terjadi peningkatan sebesar 22%. Hal ini
menunjukan kategori sangat baik. Diharapkan bidan/perawat dapat
mempertahankan dan meningkatkan pelaksanaan tugas perawat
associate dalam memberikan asuhan kepada pasien dan keluarga. Pada
hasil evaluasi masih ditemukan bidan/perawat yang belum berperan
87

serta dalam pembahasan kasus dalam upaya peningkatan mutu Askep


sehingga diharapkan bidan/perawat dapat melakukan pembahasan kasus
agar tugas Perawat Assosiate dilakukan secara maksimal sesuai dengan
indikator.

4) Operan jagas
Tabel 2.25
Hasil Observasi Pelaksanaan Serah Terima Tugas Jaga (Operan di Bangsal
Nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu Klaten (n: 13)
Pelaksanaan
Observasi Evaluasi
No
Kegiatan 24-26 Nov 16-17 Des
2020 2020
Y T Y T
1 Didahului dengan doa bersama 13 0 13 0
2 Komunikasi antar pemberi tanggung jawab dan 13 0 13 0
penerima tanggung jawab dilakukan di depan
pintu dengan suara perlahan/tidak rebut
3 Menyebutkan identitas pasien, dx.medis, 13 0 13 0
dx.keperawatan, tindakan keperawatan yang telah
dilakukan beserta waktu pelaksanaannya
4 Menginformasikan jenis dan waktu rencana 13 0 13 0
tindakan keperawatan yang belum dilakukan
5 Menyebutkan perkembangan pasien yang ada 13 0 13 0
selama shift
6 Menginformasikan pendidikan kesehatan yang 0 13 13 0
telah dilakukan (bila ada)
7 Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan 13 0 13 0
8 Menyebutkan terapi dan tindakan medis beserta 13 0 13 0
waktunya yang dilakukan selama shift
9 Menyebutkan tindakan medis yang belum 13 0 13 0
dilakukan selama shift
10 Menginformasikan kepada pasien/keluarga nama 10 3 13 0
perawat shift berikut pada akhir tugas
11 Memberi salam kepada pasien keluarga serta 9 4 13 0
mengobservasi dan menginspeksi keadaan pasien,
menanyakan keluhan pasien (dalam rangka
klarifikasi)
Jumlah 123 20 143 0
Persentase 86% 14% 100% 0%
Sumber: Data Primer Bangsal Nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu Klaten 2020

Analisa Data
88

Berdasarkan tabel 2.25 perawat dan bidan sudah melaksanakan


serah terima tugas jaga (operan jaga) sebanyak 86% dan sisanya belum
sesuai dengan SPO.
Dari hasil evaluasi terdapat peningkatan sebanyak 14%,
sehingga total persentase menjadi 100% (Kategori sangat baik).
Diharapkan dengan kategori sangat baik ini, bidan maupun perawat
mampu mempertahankan serta memodifikasi pelaksanaan serah terima
tugas jaga yang profesional sehingga proses pelaksanaan serah terima
tugas jaga antar bidan maupun perawat menjadi lebih efisien dan efektif.
5) Meeting morning
Tabel 2.26
Data Observasi Pelaksanaan Meeting Morning Kepala di Ruang Nifas
RSU PKU Muhammadiyah Delanggu (n: 1)
Pelaksanaan ( n=1 )
No Kegiatan Observasi
(24-26 Nov 2020)
Iya Tidak
1 Menyiapkan ruang untuk melakukan 0 1
meeting morning
2 Memberikan arakan kepada staf dengan 0 1
materi yang disiapkan sebelumnya
3 Melakukan kelarifikasi apa yang telah 0 1
disampaikan kepada staf
4 Memberikan kesempatan staf untuk 0 1
mengungkapkan permasalahan yang
muncul diruangan
5 Bersama- sama staf diskusikan pemecahan 0 1
masalah yang dapat ditempuh
6 Memberikan motivasi dan reinforcement 0 1
kepada staf
7. Meeting morning diikuti staf 0 1

Jumlah 0 1
Prosentase 0% 100%
Sumber: Ruang Nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu 2020

Analisa Data
Berdasarkan tabel 2.26 didapakatkan hasil observasi untuk
pelaksanaan meeting morning yaitu 100% menunjukan bahwa kepala
ruangan belum menjalankan wewenang sebagai pemimpin dengan baik.
89

6) Pre conference
Tabel 2.27
Data Observasi Pelaksanaan Pre Conference di Ruang di Ruang
Nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu (n: 2)

Observasi
Variable Yang Dinilai 24 Nov 25 Nov 26 Nov
2020 2020 2020
Menyiapkan ruang 0 0 0
Menyiapkan rekam medis yang menjadi 0 0 0
tanggung jawabnya
Menjelaskan tujuan ynagn dilakukan pre 0 0 0
conference
Memimpin Pelaksanaan pre conference 0 0 0
Menjelaskan masalah keperawatan
pasien dan recana keperawatan yang 0 0 0
menjadi tanggung jawabnya
Membagi tugas pada perawat pelaksana
sesuai kemampuan yang dimiliki dengan 0 0 0
memperhatikan kesinambungan kerja
Mendiskusikan cara dan strategi 0 0 0
pelaksanaan asuhan pasien/ tindakan
Memotivasi perawat pelaksana untuk
memberikan tangggapan dan
0 0 0
menyelesaikan masalah yang sedang
didiskusikan
Kelarifikasi kesiapan perawat pelaksana
untuk melaksanakan asuhan
0 0 0
keperawatan pada pasien yang menjadi
tanggung jawabnya
Memberikan reinforcement positif 0 0 0
kepada perawat pelaksana
Menyimpulkan hasil pre conference 0 0 0
SKOR 0 0 0
% 0% 0% 0%
Sumber: Ruang Nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu 2020

Analisa data
Berdasarkan tabel 2.27 observasi didapatkan hasil sebanyak 0%,
katim/kashift belum melakukan tugas dengan baik dalam melaksanakan
90

pre conference. Berdasarkan wawancara, katim/kashift menjelaskan


bahwa tujuan post conference tidak dijelaskan secara rinci, akan tetapi
katim/kashift langsung menjelaskan masalah dan rencana asuhan setiap
pasien yang menjadi tanggungjawabnya sehingga setiap perawat
pelaksana dianggap sudah siap untuk melaksanakan asuhan
keperawatan..
7) Post conference
Tabel 2.28
Data Observasi Pelaksanaan Post Conference di Ruang Nifas RSU PKU
Muhammadiyah Delanggu (n: 2)

Observasi
NO Variabel yang dinilai
24/11/2020 25/11/2020 26/11/2020
  Ketua tim/ Kashift :      
1 Menyiapkan ruangan 0 0 0
2 Menyiapkan rekam medis pasien yang 0 0 0
menjadi tanggung jawabnya
3 Menjelaskan dilakukan post conference 0 0 0
Menerima penjelasan dari perawat
pelaksana tentang hasil tindakan atau
4 0 0 0
hasil asuhan keperawatan yang telah
dilakukan
Mendiskusikan bersama perawat
5 pelaksana masalah yang ditemukan 0 0 0
dalam memberikan askeb pasien dan
mencari upaya penyelesaian masalah
6 Memberikan reinforcement positif 0 0 0
kepada perawat pelaksana
7 Menyimpulkan hasil post conference 0 0 0
Mengkelarifikasi pasien sebelum
8 melakukan tugas jaga pada shift 0 0 0
berikutnya
  SKOR 0 0 0
  % 0% 0% 0%
Sumber: Data Primer Ruang Nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu 2020

Analisa data
Berdasarkan tabel 2.28 observasi didapatkan hasil sebanyak 0%,
katim/kashift belum melakukan tugas dengan baik dalam melaksanakan
91

post conference. Berdasarkan wawancara, katim/kashift menjelaskan


bahwa tujuan post conference tidak dijelaskan secara rinci, akan tetapi
katim/kashift langsung menjelaskan masalah dan rencana asuhan setiap
pasien yang menjadi tanggungjawabnya sehingga setiap perawat
pelaksana dianggap sudah siap untuk melaksanakan asuhan
keperawatan..

10. Hasil rekapitulasi observasi proses


Tabel 2.29
Hasil Rekapitulasi Observasi Proses di Bangsal Nifas RSU PKU
Muhammadiyah Delanggu (n: 13)
Variabel yang Persentase Persentase
No dilakukan (%) Kategori (%) Kategori
Sangat Sangat
1 pengolahan sampah 100 baik 100 baik
Sangat Sangat
2 6 keselamatan pasien 88 baik 95 baik
Sangat Sangat
3 five moment 100 baik 100 baik
Sangat Sangat
4 cuci tangan 93 baik 97 baik
Sangat Sangat
5 discharge planning 85 baik 95 baik
Sangat Sangat
6 orientasi pasien baru 92 baik 97 baik
7 breast care 76 Baik 76 Baik
perawatan pasien Sangat Sangat
8 post sc 81 baik 93 baik
Sangat Sangat
9 tugas kepala ruang 93 baik 98 baik
Sangat Sangat
10 tugas kepala tim 83 baik 96 baik
tugas perawat Sangat
11 pelaksana 72 Baik 94 Baik
serah terima operan Sangat Sangat
12 jaga 86 baik 100 baik
13 meeting morning 0 Kurang 50 Kurang
14 pre conference 0 Kurang 50 Kurang
15 post conference 0 Kurang 50 Kurang
jumlah 1049  1218  
Persentase 65,56 Cukup 78,12% Baik
92

Ket:
a. Sangat baik : 81-100%
b. Baik : 66-80%
c. Cukup : 51-65%
d. Kurang : 0-50%

Dari tabel 2.29 hasil rekapitulasi observasi item proses keperawatan di


bangsal nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu didapatkan beberapa
variable dengan kategori cukup, kurang dan kurang baik. Hal ini berpengaruh
pada hasil rata – rata rekapitulasi sebesar 65,56% digolongkan dalam kategori
Cukup. Sehingga masih perlu banyak dilakukan perbaikan agar mendapatkan
kategori sangat baik.
Dari hasil evaluasi didapatkan peningkatan sebesar 12,56% menjadi 78,12%
digolongkan dalam kategori baik. Hasil ini diharapkan dapat dipertahankan untuk
mencapai mutu kerja yang profesional.

D. Unsur Output
1. Indikator mutu pelayanan kesehatan rumah sakit, yang meliputi:
a. Kajian Teori
1) BOR (Bed Occupancy Rate)
Merupakan indikator untuk menilai seberapa efektifitas pemakaian
tempat tidur yang ada disuatu ruangan atau rumah sakit dalam jangka
waktu tertentu. Standar nasional untuk RSUP dalam satu tahun adalah
60-80%

2) LOS (Length Of Stay)


Adalah efisiensi yang menunjukkan lama waktu yang dirawat pada
setiap pasien. Semakin pendek Length Of Stay pasien semakin baik.
Standar Depkes untuk rumah sakit dalam satu tahun adalah 6-9 hari.
93

3) TOI (Turn Over Internal)


Merupakan indikator mutu pelayanan keperawatan yang menunjukkan
waktu rata-rata suatu tempat tidur kosong atau waktu antara satu
tempat tidur ditinggalkan oleh pasien sampai dengan diisi lagi.
Standar 1 – 3 hari untuk RSUP dalam satu tahun.

4) BTO (Bed Turn Over)


Merupakan indikator yang menunjukkan frekuensi pemakaian tempat
tidur di suatu rumah sakit dalam satu satuan waktu tertentu. BTO
menggambarkan tentang tingkat pemakaian tempat tidur. Standar 40-
50 kali untuk RSUP dalam satu tahun.

b. Kajian Data
Tabel 2.30
Hasil Evaluasi efisiensi Mutu Pelayanan Kesehatan
di Ruang Rawat Inap Nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu Klaten Tanggal
24 – 26 November 2020
Ruang Nifas Rata-rata
No Indikator Standar
Agustus September Oktober
1 BOR 41,52 46,24 59,11 48,98% 60-80%
2 LOS 1,73 1,93 2,68 2,1 hari 6-9 hari
3 TOI 2,57 2,54 2,75 2,1 hari 1-3 hari
4 BTO 21,45/3 40-
7,06 6,83 6,77
bulan 50x/tahun
Sumber :Data Sekunder Indikator Mutu Ruang Rawat Inap Nifas RSU PKU Muhammadiyah
Delanggu

c. Analisis :
1) BOR (Bed Occupancy Rate)
Data BOR pada periode bulan Agustus s.d Oktober 2020 rata-
rata 48,98%. Data tersebut menunjukan pemakaian tempat tidur di
ruang rawat inap nifas dibawah standar untuk rumah sakit jika hitung
94

per/3 bulan. Hal ini bisa di hubungkan dan disesuaikan dengan


jumlah yang di rawat inap di Nifas yang disebabkan karena terjadinya
penurunan jumlah pasien yang dirawat inap ini dipengaruhi oleh
system alur rujukan yang berjenjang, dan RSU PKU Muhammadiyah
Delanggu sudah merupakan rumah sakit tipe D dimana pasien-pasien
yang dirawat merupakan pasien yang sudah mengalami komplikasi.

2) LOS (Length Of Stay)


Data LOS pada periode bulan Agustus s.d Oktober 2020 yaitu
2 hari.Data tersebut menunjukan bahwa lama rata-rata hari perawatan
dibawah standar nasional untuk rumah sakit yaitu 6-9 hari.Karena
pasien rawat inap di Nifas rata-rata lama perawatan umtuk pasien-
pasien tertentu seperti postpartum spontan, post kuret, dll tidak lebih
dari 2 hari.
3) TOI (Turn Over Internal)
Data TOI pada periode bulan Agustus s.d Oktober 2020 yaitu
2 hari .Data tersebut menunjukan waktu rata-rata tempat tidur kosong
sesuai dengan standar rumah sakit yaitu 1-3 hari.
4) BTO (Bed Turn Over)
Data BTO pada periode bulan Agustus s.d Oktober 2020 di
ruang Melati 1 rata-rata 21,45/3 bulan, penggunaan yang tidak efisien
jika dibandingkan dengan standar Rumah Sakit yaitu 40-50x/tahun.

2. Hasil Penerapan Standar Asuhan Keperawatan (SAK) Instrument ABC


Standar penilaian yang digunakan untuk menilai mutu asuhan
keperawatan adalah dengan menggunakan instrument A, B, dan C. adapun
rentang nilai untuk instrument ABC adalah :
20,00% - 36,00& Tidak Baik
36,01% - 52,00% Kurang Baik
52,01% - 68,00% Cukup
68,,01% - 84,00% Baik
95

84,01% - 100% Sangat Baik


a. Instrumen A
1) Kajian teori
Merupakan evaluasi terhadap pendokumentasian asuhan
keperawatan yang telah baku. Evaluasi dilakukan terhadap
dokumentasi asuhan keperawatan pasien yang dirawat minimal 3 hari.
Dokumentasi keperawatan adalah sistem pencatatan kegiatan asuhan
keperawatan sekaligus pelaporan semua kegiatan asuhan keperawatan
sehingga terwujud data yang lengkap, nyata dan tercatat tingkat
kesakitan pasien maupun jenis, kualitas dan kuantitas pelayanan
kesehatan dalam memenuhi kebutuhan pasien. Dalam membuat
dokumentasi harus memperhatikan aspek-aspek:
a) Keakuratan data,
b) Breavity (ringkas),
c) Legibility (mudah dibaca)
Komponen dokumentasi keperawatan diantaranya :

a) Pengkajian : Komponen pengkajian meliputi pengumpulan data,


pengelompokan data dan perumusan masalah. Pengumpulan data
dari hasil wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan
penunjang.
b) Diagnosa keperawatan: Diagnosa keperawatan menggambarkan
masalah pasien baik aktual maupun potensial berdasarkan hasil
pengkajian data masalah pasien baik
c) Rencana keperawatan:Perencanaan keperawatan disusun
berdasarkan diagnosa keperawatan dengan komponen rencana
perawatan meliputi prioritas masalah, tujuan implementasi dan
rencana tindakan.
d) Implementasi: Implementasi adalah pelaksanaan rencana tindakan
yang ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi
yang mencakup aspek peningkatan, pencegahan, pemeliharaan
96

serta pemulihan kesehatan dengan mengikut sertakan pasien dan


keluarga.
e) Evaluasi : Evaluasi dilaksanakan secara periodik sistematis, dan
terencana untuk menilai perkembangan keadaan pasien. Evaluasi
melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan lain dan dilakukan
sesuai dengan standar.
f) Catatan asuhan keperawatan: Pencatatan dapat digunakan sebagai
bahan informasi, komunikasi, dan laporan, dilakukan setelah
tindakan dilaksanakan. Penulisan harus jelas dan ringkas serta
menggunakan istilah yang baku sesuai dengan pelaksanaan proses
keperawatan.
2) Kajian Data
Evaluasi ini dilakukan dengan menggunakan instrument A yang
sudah di bakukan oleh Depkes (2005). Studi dokumentasi dilakukan
pada 4 dokumentasi pasien diruang Nifas.

Tabel 2.31
Hasil Data Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan
di Ruang Rawat Nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu
Tanggal 24-26 November 2020 (n=25)

A. PENGKAJIAN
KODE BERKAS
REKAM MEDIK
NO. ASPEK YANG DINILAI PASIEN
Ya Tidak
1. Mencatat data yang dikaji sesuai dengan 25 0
pedoman pengkajian
2. Data dikelompokan (Bio-Psiko_sosio- 25 0
Spiritual)
3. Data dikaji lengkap dalam waktu 24 jam 25 0
sejak pasien masuk
4. Data yang dikaji sejak pasien masuk 25 0
sampai pulang
5 Pengkajian yang dilakukan, disertai nama 25 0
dan tanda tangan perawat yang mengkaji
97

Subtotal

Total

Presentase 125/125x100% = 100%

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Diagnosa keperawatan berdasarkan 25 0
masalah yang dirumuskan
2. Diagnosa keperawatan dirumuskan dengan 25 0
benar
3. Merumuskan diagnose keperawatan 25 0
actual/resiko/potensial

Subtotal

Total

Persentase 75/75x100% = 100 %

C. RENCANA TINDAKAN

1. Rencana Askep berdasarkan diagnose 25 0


keperawatan
2. Rencana Askep disusun oleh perawat yang 25 0
bertanggung jawab
3. Rumusan tujuan mengandung komponen 20 5
SMART
4. Rencana tindakan disusun berdasarkan 23 2
prioritas
5. Rencana tindakan mencakup tindakan 20 5
observasi keperawatan
6. Rencana tindakan mencakup tindakan 20 5
terapi keperawatan
7. Rencana tindakan mencakup tindakan 19 6
pendidkan kesehatan
8. Rencana tindakan mencakup tindakan 25 0
kolaborasi
9. Rencana tindakan mencakup tindakan yang 23 2
menggambarkan keterlibatan
klien/keluarga
98

Subtotal

Total 200 25

Persentase 200/225x100% = 88,8 %

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

1. Tindakan observasi keperawatan yang 25 0


dilakukan didokumentasikan
2. Tindakan terapi keperawatan yang 25 0
dilakukan didokumentasikan
3. Tindakan pendidkan kesehatan yang 25 0
dilakukan didokumentasikan
4. Tindakan kolaborasi yang dilakukan 25 0
didokumentasikan
5. Tindakan yang dilakukan dengan 25 0
melibatkan klien/keluarga
didokumentasikan
6. Respon klien terhadap tindakan 25 0
keperwatan didokumentasikan

Total 300 0

Persentase 300/300x100% = 100%

E. EVALUASI

1. Diagnosa keperawatan di evaluasi setiap 20 5


hari sesuai dengan SOAP
2. Diagnosa klien terhadap tindakaan 25 0
keperawatan didokumentasikan

Total 45 5

Persentase 45/50 x 100% = 90%

F. DOKUMENTASI

1. Pencatatan dilakukan sesuai dengan 25 0


tindakan yang dilaksanakan
2. Pencatatan ditulis dengan jelas, ringkas, 25 0
istilah yang baku dan benar
3. Setiap dokumentasi perawat 25 0
99

mencantumkan paraf/nama jelas, dan


tanggal serta jam dilakukannya tindakan
4. Setiap melakukan tindakan atau kegiatan 25 0
perawat mencantumkan paraf atau nama
jelas jam dan tanggal dilakukan tindakan
5. Berkas catatan keperawatan disimpan 25 0
sesuai dengan ketentuan yang berlaku

Total 125

Persentase 40/40 x 100%= 100%

A+B+C+D+E+F/6 92,9%
Sumber: Data sekunder Ruang Rawat Inap Nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu
Klaten 2020

Tabel 2.32
Hasil Kompilasi Evaluasi Penerapan Standar Asuhan
Keperawatan di Ruang Rawat Nifas RSU PKU Muhammadiyah
Delanggu Tanggal 24-26 November 2020 (n=25)

No Aspek yang di Nilai Keterangan

1 Pengkajian Pada pengkajian didapatkan hasil


100% sesuai dengan aspek yang dinilai
dengan ceklis pendokumentasian
keperawatan.
2 Diagnosa Pada pengkajian didapatkan hasil
100% sesuai dengan aspek yang dinilai
sesuai dengan diagnosa keperawatan
beserta merumuskan diagnose
potensial.
3 Perencanaan Pada pengkajian didapatkan hasil
88,8% sesuai dengan diagnose
keperawatan dan disusun secara
bertanggungjawab berdasarkan
prioritas.
4 Implementasi Pada pengkajian didapatkan hasil 100
implementasi seperti tindakan
observasi, pemberian terapi,
100

pendidikan kesehatan dan kolaborasi


telah dilakukan sesuai perencanaan dan
terdokumentasikan.
5 Evaluasi Pada pengkajian didapatkan hasil 90%
evaluasi dilakukan setiap hari dan di
dokumentasikan dengan SOAP.
6 Dokumentasi Pada pengkajian didapatkan hasil
100% dimana dokumentasi yang
dituliskan sesuai dengan format yang
baku, dilakukan sesuai dengan
tindakan dan ditulis dengan jelas,
ringkas, serta perawat dan bidan
mencantumkan paraf, nama jelas,
tanggal dan jam pada saat melakukan
asuhan.

3) Analisa data
Berdasarkan hasil analisa data diatas mengenai
pendokumentasian asuhan keperawatan, di dapatkan hasil sebagai
berikut :
a) Pengkajian
Setelah dilakukan studi dokumentasi terhadap status pasien
mengenai pengkajian keperawatan didapatkan data bahwa format
pengkajian telah tersedia pada masing-masing status pasien,

pengkajian dilakukan dengan memberikan tanda ( ) pada

pernyataan yang sesuai dengan kondisi pasien.Pengisian format


pengkajian status pasien sudah lengkap.Dari hasil pengkajian data
di dapat Ruang Rawat Inap Nifas pengkajian termasuk kriteria baik
dengan hasil presentase 100% Perawat dan bidan melakukan
pengkajian langsung setelah pasien datang sesuai dengan
penyakitnya, mengkaji dan mencatat data sesuai dengan
101

pedoman.Perawat dan melengkapi pengkajian dalam waktu 24 jam,


data yang dikaji sejak pasien masuk sampai pasien pulang
b) Diagnosa Keperawatan
Dalam menuliskan diagnosa kebidanan, petugas sudah dapat
memilahkan dalam perumusan masalah antara diagnose
actual/risiko/potensial, diagnose kebidanan di Ruang Rawat Inap
Nifas didapatkan nilai sebesar 100% dengan kategori sangat baik.
Diagnosa sudah sesuai dengan prioritas masalah. Hasil perhitungan
tidak ditemukan perawat atau bidan yang menuliskan diagnose
potensial pada pasien yang memiliki resiko tinggi.
c) Perencanaan
Dari hasil observasi pendokumentasian tahap perencanaan di
Ruang Rawat Inap Nifas sudah terlaksana dengan hasil mencapai
88,8% dengan kategori sangat baik.Hal ini dibuktikan dengan
pendokumentasian perencanaan, sudah sesuai dengan diagnosa
keperawatan Dari data didapat hasil ruang Nifas sangat baik dengan
nilai persentase 88,8%. Perencanaan sudah ditulis berdasarkan
diagnose keperawatan, berdasarkan prioritas, dan mencakup
tindakan observasi, terapi, pendidikan kesehatan,kolaborasi dan
keterlibatan klien atau keluarga. Namun ditemukan data 11,2% pada
perencanaan asuhan yang tidak mengandung komponen SMART.
sebagian besar sudah menuliskan kriteria hasil dalam perencanaan.
Data yang didapat dalam perencanaan keperawatan sudah
melakukan kolaborasi dengan keluarga untuk pemberian pendidikan
kesehatan seperti diet diberikan oleh ahli gizi dan pendidikan
kesehatan obat diberikan oleh bagian farmasi.
d) Implementasi
Dari pengkajian implementasi di ruang rawat inap Nifas sebesar
100% dengan kategori baik.Tindakan yang dilakukan karyawan
sudah didokumentasikan, sudah mencantumkan tanggal, jam,
keadaan umum pasien serta tindakan rutinitas seperti pemberian
102

terapi obat dan tanda-tanda vital.Tindakan-tindakan seperti


pendidikan kesehatan, tindakan yang melibatkan keluarga sudah
didokumentasikan.
e) Evaluasi Keperawatan
Evaluasi tindakan keperawatan yang dilakukan di ruang rawat
inap Nifas sebesar 90% dengan kategori sangat baik. Evaluasi yang
ditulis adalah evaluasi secara keseluruhan pada kondisi pasien dan
diagnosa yang sudah teratasi dituliskan lagi, serta perencanaannya
dijelaskan secara spesifik, hal ini dikarenakan perawat dan bidan
melakukannya apa yang ditulis dan menulis apa yang
dilakukansecara keseluruhan setiap hari sesuai dengan SOAP.
Namun ditemukan 10% yang tidak di lakukan evaluasi secara
keseluruhan.
f) Dokumentasi
Catatan asuhan keperawatan sudah dalam kategori sangat baik
dengan skor sebesar 100%. Hal ini dibuktikan dengan catatan ditulis
pada format yang ada. Pencatatan yang dilakukan sudah
mencantumkan waktu, tanggal, nama terang dan tanda tangan.
Bidan dan perawat melakukan dokumentasi tindakan setiap hari,
setiap shif dituliskan dengan jelas, ringkas dan menggunakan
istilah medis yang benar.
b. Instrumen B
Mutu pelayanan adalah tingkat kesempurnaan pelayanan yang dapat
memberikan kepuasan pasien serta penyelenggaraan sesuai dengan standar
dan kode etik profesi yang ditetapkan.Instrumen B mengevaluasi tentang
persepsi pasien terhadap mutu asuhan keperawatan dengan menyebaran
angket kepada pasien yang memenuhi kriteria yaitu sudah dirawat inap
minimal 3 hari, bersedia mengisi angket.Pada saat angket dibagikan,
pasien terlah diberikan penjelasan.
1) Kajian Teori
103

Salah satu indikator mutu asuhan keperawatan adalah dilihat


dari persepsi klien tentang mutu asuhan keperawatan yang diberikan.
Untuk mengevaluasi hal ini butuh instrument yang baku.
2) Kajian Data
Tabel 2.33
Evaluasi Mutu Pelayanan Asuhan Keperawatan

di Ruang Rawat Nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu Tanggal


24-26 November 2020 (n=8)

Evaluasi Pengkajian

No Kriteria
Ya Tidak

1. Apakah perawat selalu memperkenalkan 4 4


diri?
2. Apakah perawat selalu menanyakan 3 5
bagaimana nafsu makan pasien?
3. Apakah perawat memperhatikan berapa 3 5
jumlah diet yang dimakan oleh pasien?
4. Bila pasien tidak mampu makan sendiri, 3 5
apakah perawat membantu menyuapi?
5. Pada saat pasien dipasang infus, apakah 8 0
perawat selalu memeriksa cairan atau
tetesan dan area sekitar pemasangan
infuse?
6. Pada saat perawat membantu pasien 4 4
BAK/BAB, apakah perawat memasang
sampiran/selimut, menutup pintu/jendela,
mempersilakan pengunjng keluar ruangan?
7. Apakah ruangan tidur pasien selalu dijaga 8 0
kebersihannya?
8. Apakah lantai kamar mandi/WC selalu 7 1
bersih, tidak licin, tidak berbau, cukup
terang?
9. Selama pasien belum mampu mandi, 5 3
104

apakah dimandikan oleh perawat?


10. Apakah pasien dibantu oleh perawat, bila 4 4
tidak mampu menggosok gigi,
membersihkan mulut atau mengganti
pakaian atau menyisir rambut?
11. Apakah alat – alat tenun seperti selimut, 8 0
sprei dll diganti setiap kotor?
12. Pada saat pasien masuk ruangan, apakah 5 3
perawat menjelaskan tentang fasilitas yang
tersedia dan cara penggunaannya,
peraturan/tata tertib yang berlaku di RS?
13. Selama pasien dalam perawatan, apakah 8 0
perawat memanggil nama pasien dengan
benar?
14. Selama pasien dalam perawatan, apakah 8 0
perawat mengawasi keadaan pasien secara
teratur pada pagi, sore maupun malam
hari?
15. Selama pasien dalam perawatan, apakah 8 0
perawat segera memberi bantuan bila
diperlukan?
16. Apakah perawat bersikap sopan dan 8 0
ramah?
17. Apakah pasien/keluarga mengetahui 7 1
perawat yang bertanggung jawab setiap
kali pergantian dinas?
18. Apakah perawat selalu memberikan 8 0
penjelasan sebelum melakukan tindakan
perawatan/pengobatan?
19. Apakah perawat selalu bersedia 8 0
mendengarkan dan memperhatikan setiap
keluhan pasien?
20. Dalam hal memberikan obat, apakah 3 5
perawat membantu menyiapkan/
meminumkan obat?
105

21. Selama pasien dirawat, apakah diberikan 8 0


penjelasan tentang perawatan/ pengobatan/
pemeriksaan lanjutan setelah pasien
diperbolehkan pulang?
22. Apakah perawat selalu memberikan 7 1
penjelasan sebelum melakukan tindakan
perawatan atau pengobatan
23. Apakah perawat selalu bersedia 7 1
mendengarkan dan memperhatikan setiap
keluhan pasien
24. Dalam hal memberikan obat apakah 8 0
perawat membantu
menyiapkan/meminumkan obat ?
25. Selama pasien dirawat apakah diberikan 8 0
penjelasan tentang
perawatan/pengobatan/pemeriksaan
lanjutan setelah pasien diperbolehkan
pulang

Jumlah 158 42

Persentase 79% 21%


Sumber : Data Primer Ruang Rawat Inap Nifas RSU PKU Muhammadiyah
Delanggu Klaten

Berdasarkan kajian data yang telah dilakukan di ruang


rawat inap nifas, didapatkan hasil bahwa 79% mutu pelayanan asuhan
keperawatan dalam kategori baik, namun masih terdapat 21% yang
masih menjadi kekurangan seperti petugas yang kurang
memperhatikan jumlah diet yang dimakan oleh pasien, perawatyang
kurang membantu pasien dalam menyuapi makanan saat pasien belum
bisa makan sendiri dan memang pasien saat itu ditemani dengan
keluarganya, tidak membantu menggosok gigi, membersihkan mulut,
ataupun menyisir rambut karenapasien tidak meminta bantuan kepada
perawat yang jaga saat itu.
c. Instrument C
106

1) Kajian Teori
Merupakan kepatuhan karyawan terhadap SOP (metode
observasi) di Ruang Rawat Inap Nifas. Observasi dilakukan selama 3
hari mulai tanggal 24 – 26 November 2020. Sedangkan evaluasi
dilakukan selama 2 hari, mulai tanggal 16 – 17 Desember 2020. Dalam
melakukan tindakan keperawatan atau kebidanan, harus sesuai ataupun
mengacu pada SOP atau protap yang ada sesuai standar yang telah
ditentukan yang mengacu pada pedoman Departemen Kesehatan

2) Kajian Data
Tabel 2.34
Hasil data pengkajian perawatan post sc di ruang nifas RSU PKU
Muhammadiyah Delanggu Tanggal 24-26 November 2020 (n=13)

Observasi Evaluasi
24 s.d 26 16 s.d 17
No Variabel yang dinilai Nov 2020 Des 2020
Y T Y T
1 Menginformasikan bahwa pasien siap pindah 8 5 11 2
ruangan
2 Melakukan serah terima tentang jenis anestesi dan 13 0 13 0
advise dokter operator dan anestesi
3 Membawa pasien ke ruangan 13 0 13 0
4 Melakukan pengkajian dan ukur tanda-tanda vital 13 0 13 0

5 Memberikan penjelasan tentang perawatan pasca


operasi yaitu :
  Pasien dengan spinal anestesi: posisi tidur semi 7 6 11 2
fowler selama 6-12 jam, makan minum bertahap,
setelah kaki bisa digerakan
  Pasien dengan general anestesi : diberikan 7 6 11 2
oksigenasi sampai dengan pasien sadar penuh,
makan, minum, dan mobilisasi sesuai advise
dokter
 6 Laporkan ke operator atau dokter bila terjadi 13 0 13 0
kondisi buruk pada pasien
  SKOR 74 17 85 6
  % 81% 19% 93% 7%
107

Tabel 2.35
Hasil data pengkajian breast care di ruang nifas RSU PKU Muhammadiyah
Delanggu Tanggal 24-26 November 2020 (n=13)
Pelaksanaan
Observasi 24
No Variabel yang dinilai s.d 26 Nov
2020
Ya Tidak
Tahap Pra Interaksi
1 Mengecek program terapi 11 2
2 Mencuci tangan 0 13
3 Menyiapkan alat 13 0
Tahap Orientasi
1 Memberikan salam kepada pasien dan sapa nama 13 0
pasien
2 Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada 13 0
klien/keluarga
3 Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien sebelum 13 0
kegiatan dilakukan
Tahap Kerja
1 Memasang sampiran/menjaga privacy 13 0
2 Memasang handuk di bagian perut bawah dan bahu 0 13
sambil melepas pakaian atas (handuk dipasang dengan
peniti)
3 Mengompres kedua putting dengan kapas yang 13 0
dibasahi oleum coccus hangat selam 2  –  3 menit
4 Mengangkat kapas sambil membersihkan putting 13 0
dengan gerakan memutar dari dalam ke luar
5 Kemudian dengan kapas oleum yang baru, 7 6
membersihkan daerah tengah putting dari sentral ke
luar (bila putting invertet, dilakukan penarikan)
6 Membasahi kedua telapak tangan dengan oleum 13 0
coccus dan melakukan pengurutan dengan telapak
tangan berada diantara kedua payudara dengan
gerakan keatas, kesamping, kebawah, kedepan sambil
menghentakkan payudara, pengurutan dilakukan
sebanyak 20 –  30 kali
7 Pengurutan kedua. Tangan kiri menopang payudara 13 0
kiri dan tangan kanan melakukan  pengurutan dengan
menggunakan sisi kelingking. Dilakukan sebanyak
20 –  30 kali. Lakukan pada kedua payudara kanan-
kiri.
8 Pengurutan ketiga dengan menggunakan sendi-sendi 13 0
jari. Posisi tangan mengepal.Tangan kiri menopang
payudara dan tangan kanan melakukan pengurutan dari
108

pangkal kea rah putting. Dilakukan sebanyak 20 –  30


kali pada tiap payudara.
9 Mengompres payudara menggunakan waslap yang 13 0
sudah dibasahi air hangat
10 Mengeringkan payudara dengan handuk yang dipasang 0 13
di bahu
11 Menganjurkan pada pasien memakai BH yang 0 13
menopang
Tahap Terminasi
1 Mengevaluasi hasil tindakan yang baru dilakukan 0 13
2 Berpamitan dengan pasien 13 0
3 Membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula 13 0
4 Mencuci tangan 13 0
5 Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan 13 0
Jumlah 109 73
Presentase 76% 24%
Sumber: Data Primer Ruang Nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu 2020

Tabel 2.36
Data Observasi Kepatuhan Perawat terhadap SPO
Keperawatan di Ruang Nifas RSU PKU Muhammadiyah
Dealanggu Tanggal 24 – 26 November 2020 (n=13)
Butir Yang
No Kegiatan N % Keterangan
Di Nilai

1 Perawat/bidan tidak
menginformasikan pasien
dengan spinal anestesi : posisi
tidur semi fowler selama 6-12
jam, makan minum bertahap,
Perawatan setelah kaki bisa digerakan
1 7 13 81 2 Perawat/bidan tidak
Post SC
menginformaisikan pasien
dengan general anestesi :
diberikan oksigenasi sampai
dengan pasien sadar penuh,
makan, minum, dan mobilisasi
sesuai advise dokter
2 Breast 22 13 76 1. Tidak cuci tangan sebelum
care melakukan breastcare,
2. Tidak memasang handuk di
bagian perut bawah
3. Tidak mengeringkan payudara
dengan handuk
4. Tidak menganjurkan pasien
109

memakai BH yang menopang


dan mengevaluasi hasil
tindakan yang baru dilakukan

Total Rata-rata 78,5%


Sumber : Data Primer Ruang Rawat Inap Nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu Klaten
tahun 2020

3) Analisa data
a) Perawatan Post SC
Berdasarkan hasil kajian data pada tabel 2.34 yang telah
dilakukan di ruang nifas, didapatkan ketidakpatuhan
perawat/bidan dalam perawatan pada pasien post sc sebanayak
19% dianntaranya perawat/bidan belum menginformasikan pasien
dengan spinal anestesi : posisi tidur semi fowler selama 6-12 jam,
makan minum bertahap, setelah kaki bisa digerakan, pasien
dengan general anestesi : diberikan oksigenasi sampai dengan
pasien sadar penuh, makan, minum, dan mobilisasi sesuai advise
dokter.
Setelah dilakukan evaluasi terdapat kenaikan sebanyak
12% sehingga total presentasi menjadi 93% (Kategori sangat
baik). Dari 7 variabel yang telah dievaluasi sebanyak 15% petugas
belum menginformasikan bahwa pasien siap pindah ruangan, 15%
petugas belum memberikan penjelasan tentang perawatan pasca
operasi pada pasien dengan spinal anestesi, serta 15% petugas
belum memberikan penjelasan tentang perawatan pasca operasi
pasien dengan general anestesi. Diharapkan dengan hasil evaluasi
93% ini, petugas termotivasi untuk memberikan pelayanan sesuai
SPO sehingga pelayanan yang diberikan kepada pasien dapat
dirasakan secara langsung.
b) Breast care
110

Berdasarkan tabel 2.35 didapatkan hasil observasi bahwa


sebanyak 24% belum melaksanakan breastcare sesuai prosedur.
Diantaranya tidak melakukan cuci tangan sebelum melakukan
breastcare, memasang handuk di bagian perut bawah,
mengeringkan payudara dengan handuk yang dipasang,
menganjurkan pada pasien memakai BH yang menopang dan
mengevaluasi hasil tindakan yang baru dilakukan.

d. Hasil Evaluasi Total Instrumen ABC


Tabel 2.37
Hasil Evaluasi Total Instrument ABC
Di Ruang Nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu
Instrumen
Ruang
A B C Rata-Rata

Nifas 92,9% 79% 78,5% 83.4%


Sumber : Data Primer Ruang Rawat Inap Nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu 2020

3. Kepuasan kerja karyawan


a. Kajian teori
1) Teori kepuasan kerja karyawan
Teori kepuasan kerja mencoba mengungkapkan apa yang
membuat sebagian orang lebih puas terhadap suatu pekerjaan daripada
beberapa lainnya. Teori ini juga mencari landasan tentang proses
perasaan orang terhadap kepuasan kerja. Ada beberapa teori tentang
kepuasan kerja yaitu :
a) Two factor theory
Teori ini menganjurkan bahwa kepuasan dan ketidakpuasan
merupakan bagian dari kelompok variabel yang berbeda yaitu
motivatorsdan hygiene factors. Ketidakpuasan dihubungkan
dengan kondisi disekitar pekerjaan (seperti kondisi kerja, upah,
keamanan, kualitas pengawasan dan hubungan dengan orang
111

lain) dan bukan dengan pekerjaan itu sendiri. Karena faktor


mencegah reaksi negatif dinamakan sebagai hygiene atau
maintainance factors.
Sebaliknya kepuasan ditarik dari faktor yang terkait dengan
pekerjaan itu sendiri atau hasil langsung daripadanya seperti sifat
pekerjaan, prestasi dalam pekerjaan, peluang promosi dan
kesempatan untuk pengembangan diri dan pengakuan.Karena
faktor ini berkaitan dengan tingkat kepuasan kerja tinggi
dinamakan motivators.
b) Value theory
Menurut teori ini kepuasan kerja terjadi pada tingkatan
dimana hasil pekerjaan diterima individu seperti diharapkan.
Semakin banyak orang menerima hasil, akan semakin puas dan
sebaliknya. Kunci menuju kepuasan pada teori ini adalah
perbedaan antara aspek pekerjaan yang dimiliki dengan yang
diinginkan seseorang.Semakiin besar perbedaan, semakin rendah
kepuasan orang.
Sehingga dapat disimpulkan pengertian kepuasan kerja
adalahsikap yang positif dari tenaga kerja meliputi perasaan dan
tingkah lakuterhadap pekerjaannya melalui penilaian salah satu
pekerjaan sebagairasa menghargai dalam mencapai salah satu
nilai-nilai pentingpekerjaan.
2) Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja
Ada lima faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja
menurut Kreitner dan Kinicki (2001) yaitu sebagai berikut :
a) Pemenuhan kebutuhan (Need fulfillment)
Kepuasan ditentukan oleh tingkatan karakteristik pekerjaan
memberikan kesempatan pada individu untuk memenuhi
kebutuhannya.
b) Perbedaan (Discrepancies)
112

Kepuasan merupakan suatu hasil memenuhi harapan.


Pemenuhan harapan mencerminkan perbedaan antara apa yang
diharapkan dan apa yang diperoleh individu dari pekerjaannya.
Bila harapan lebih besar dari apa yang diterima, orang akan tidak
puas. Sebaliknya individu akan puas bila menerima manfaat diatas
harapan.
c) Pencapaian nilai (Value attainment)
Kepuasan merupakan hasil dari persepsi pekerjaan
memberikan pemenuhan nilai kerja individual yang penting.
d) Keadilan (Equity)
Kepuasan merupakan fungsi dari seberapa adil individu
diperlakukan di tempat kerja.
e) Komponen genetik (Genetic components)
Kepuasan kerja merupakan fungsi sifat pribadi dan faktor
genetik.Hal ini menyiratkan perbedaan sifat individu mempunyai
arti penting untuk menjelaskan kepuasan kerja disampng
karakteristik lingkungan pekerjaan.
3) Cara meningkatkan mutu tenaga dapat ditempuh dengan cara :
Menurut Riggio (2005), peningkatan kepuasan kerja dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a) Melakukan perubahan struktur kerja, misalnya dengan melakukan
perputaran pekerjaan (job rotation), yaitu sebuah sistem perubahan
pekerjaan dari salah satu tipe tugas ke tugas yang lainnya (yang
disesuaikan dengan job description). Cara kedua yang harus
dilakukan adalah dengan pemekaran (job enlargement), atau
perluasan satu pekerjaan sebagai tambahan dan bermacam-macam
tugas pekerjaan. Praktik untuk para pekerja yang menerima tugas-
tugas tambahan dan bervariasi dalam usaha untuk membuat
mereka merasakan bahwa mereka adalah lebih dari sekedar
anggota dari organisasi.
113

b) Melakukan perubahan struktur pembayaran, perubahan sistem


pembayaran ini dilakukan dengan berdasarkan pada keahliannya
(skill-based pay), yaitu pembayaran dimana para pekerja digaji
berdasarkan pengetahuan dan keterampilannya daripada posisinya
di perusahaan. Pembayaran kedua dilakukan berdasarkan jasanya
(merit pay), sistem pembayaran dimana pekerja digaji berdasarkan
performancenya, pencapaian finansial pekerja berdasarkan pada
hasil yang dicapai oleh individu itu sendiri. Pembayaran yang
ketiga adalah Gainsharing atau pembayaran berdasarkan pada
keberhasilan kelompok (keuntungan dibagi kepada seluruh
anggota kelompok).
c) Pemberian jadwal kerja yang fleksibel, dengan memberikan
kontrol pada para pekerja mengenai pekerjaan sehari-hari mereka,
yang sangat penting untuk mereka yang bekerja di daerah padat,
dimana pekerja tidak bisa bekerja tepat waktu atau untuk mereka
yang mempunyai tanggung jawab pada anak-anak. Compressed
work week (pekerjaan mingguan yang dipadatkan), dimana jumlah
pekerjaan per harinya dikurangi sedang jumlah jam pekerjaan per
hari ditingkatkan. Para pekerja dapat memadatkan pekerjaannya
yang hanya dilakukan dari hari Senin hingga Jum’at, sehingga
mereka dapat memiliki waktu longgar untuk liburan. Cara yang
kedua adalah dengan sistem penjadwalan dimana seorang pekerja
menjalankan sejumlah jam khusus per minggu (Flextime), tetapi
tetap mempunyai fleksibilitas kapan mulai dan mengakhiri
pekerjaannya.
b. Kajian Data
Tabel 2.38
Evaluasi Kepuasan Kinerja Karyawan di Ruang Rawat Inap Nifas
PKU Muhammadiyah Delanggu Tanggal 24 – 26 November 2020
(n=13)
114

Evaluasi Pengkajian

N Variabel Yang Di nilai Persentase


O (n=13)

1. Jumlah gaji yang diterima 15%


sebanding dengan pekerjaan
yang saudara yang dilakukan
2. Sistem penggajian yang 23%
dilakukan institusi tempat
saudara bekerja.
3. Jumlah gaji yang diterima 23%
dibandingkan pendidikan
saudara
4. Pemberian insentif tambahan 21%
atas suatu prestasi atau kerja
ekstra
5. Tersedianya peralatan dan 46%
kelengkapan yang mendukung
pekerjaan
6. Tersedianya fasilitas penunjang 58%
seperti kamar mandi, tempat
parkir, kantin.
7. Kondisi ruangan kerja terutama 48%
berkaitan dengan ventilasi udara,
kebersihan dan kebisingan.
8. Adanya jaminan atas kesehatan 23%
atau keselamatan kerja.
9. Perhatian institusi rumah sakit 21%
terhadap saudara
10. Hubungan antar karyawan dalam 48%
kelompok kerja.
11. Kemampuan dalam bekerjasama 54%
antar karyawan.
12. Sikap teman-teman sekerja 56%
terhadap saudara.
115

13. Kesesusaian antara pekerjaan 52%


dan latar belakang pendidikan
saudara.
14. Kemampuan dalam 58%
menggunakan waktu bekerja dan
penugasan yang diberikan.
15. Kemampuan supervisi atau 44%
pengawas dalam membuat
keputusan.
16. Perlakuan atasan selama saya 46%
bekerja disini.
17. Kebebasan melakukan suatu 58%
metode sendiri dalam
menyelesaikan pekerjaan.
18. Kesempatan untuk 58%
meningkatkan kemampuan kerja
melalui pelatihan atau
pendidikan tambahan.
19. Kesempatan untuk mendapat 48%
posisi yang lebih tinggi.
20. Kesempatan untuk membuat 46%
prestasi dan mendapatkan
kenaikan pangkat.

Score

Prosentase
Sumber : Data Primer Bangsal Nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu
Klaten

c. Analisa data
Berdasarkan tabel diatas dari 13 pegawai hanya 15% yang mengisi
kuisioner bahwa jumlah gaji yang dterima sebanding dengan
pekerjaannya sedangkan 85% mengisi tidak sebanding.

4. Mutu Klinik Keperawatan


a. Kajian Teori
116

Mutu Pelayanan keperawatan adalah suatu proses kegiatan yang


dilakukan oleh profesi keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan pasien
dalam mempertahankan keadaan dari segi biologis, psikologis, sosial, dan
spiritual pasien (Suarli dan Bahtiar, 2012).
Mutu pelayanan keperawatan adalah asuhan keperawatan professional
yang mengacu pada 5 dimensi kualitas pelayanan yaitu, (reability,
tangibles, assurance, responsiveness, dan empathy) (Bauk et al, 2013).
Berdasarkan pernyataan ketiga teori diatas dapat disimpulkan bahwa
pelayanan keperawatan merupakan kegiatan atau upaya pelayanan yang
dapat dilakukan secara mandiri atau bersama-sama dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan pasien secara holistik.
1) Indicator
Indikator mutu keperawatan di Indonesia sampai saat ini belum
secara resmi ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan, namun beberapa
indikator mutu keperawatan telah disusun dalam bentuk drafT sebagai
Pedoman Indikator Mutu Pelayanan Keperawatan Klinik di Sarana
Kesehatan yang sebenarnya telah mulai disusun sejak tahun 2008 oleh
Kementerian Kesehatan.
Paling tidak rancangan indikator pelayanan keperawatan tersebut
meliputi enam indikator mutu yaitu: (1) Keselamatan pasien yang
meliputi dekubitus, kejadian jatuh, kesalahan pemberian obat dan
cidera akibat restrain, (2) Kenyamanan, (3) Pengetahuan, (4)
Kepuasan pasien, (5) Self care dan (6) Kecemasan.
2) Karakteristik suatu indikator adalah:
a) Relevansi
Relevan dengan aspek-aspek penting (efektivitas, keamanan,
dan efisiensi) dan dimensi (profesional, organisasi,
dan patient oriented) dari mutu pelayanan
b) Validitas
(1) Ada hubungan yang kuat dengan kualitas perawatan saat ini
(2) Berlaku atas dasar bukti ilmiah yang baik dan pengalaman
117

c) Reabilitas
(1) Variasi antar dan intra observer rendah
(2) Sumber data tersedia dan dapat diandalkan
(3) Statistik yang dapat diandalkan, yaitu dilaporkan sebagai rata-
rata atau median dengan interval kepercayaan dan berlaku
untuk perbandingan, yaitu dikoreksi untuk campuran kasus
dan variabel sosiodemografi
d) Keandalan
(1) Mudah tersedia
(2) Berlaku untuk peningkatan kualitas; yaitu mudah untuk
membangun inisiatif perbaikan
(3) Peka terhadap waktu perbaikan
(4) Berguna sebagai dasar pengambilan keputusan (caregives,
pasien, pemangku kebijakan)
(5) Penerapan sesuai dengan mereka yang harus
menggunakannya
(Sumber: Wollersheim et.al.,2007.)

3) Indikator mutu pelayanan kebidanan menurut Nursalam (2014) yaitu :


a) Keselamatan pasien (patient safety)
Proses dalam suatu Rumah Sakit yang memberikan
pelayanan pasien yang lebih aman. Termasuk di dalamnya
asesmen risiko, identifikasi, dan manajemen risiko terhadap
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan untuk belajar
dan menindaklanjuti insiden, dan menerapkan solusi untuk
mengurangi serta meminimalisir timbulnya risiko. Standar
keselamatan pasien tersebut menurut Pasal 43 ayat (2)
dilaksanakan melalui pelaporan insiden, menganalisa, dan
menetapkan pemecahan masalah dalam rangka menurunkan angka
kejadian yang tidak diharapkan.Yang dimaksud dengan insiden
keselamatan pasien adalah kesalahan medis (medical error),
118

kejadian yang tidak diharapkan (adverse event), dan nyaris terjadi


(near miss).
Untuk meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit,
Menteri Kesehatan menurut Pasal 3 ayat (1) Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit, membentuk Komite Nasional
Keselamatan Pasien Rumah Sakit.Komite Nasional tersebut
merupakan organisasi nonstruktural dan independen dibawah
koordinasi direktorat jenderal yang membidangi rumah sakit, serta
bertanggung jawab kepada Menteri.
b) Perawatan diri
Kebersihan dan perawatan diri merupakan kebutuhan dasar
manusia yang harus terpenuhi agar tidak timbul masalah lain
sebagai akibat dari tidak terpenuhinya kebutuhan kebersihan dan
perawatan diri, misalnya penyakit kulit, rasa tidak nyaman, dll.
c) Kepuasan pasien
Kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan secara
umum selama proses perawatan, dengan pertanyaan meliputi:
fisik, psikologis, emosional, spiritual, hak-hak pasien dan
partisipasi pasien dalam pengambilan keputusan

d) Kecemasan
Cemas adalah perasaan was-was, khawatir atau tidak
nyaman seakan-akan terjadi sesuatu yang dirasakan sebagai
ancaman.
e) Kenyamanan
Kenyamanan didefinisikan sebagai kondisi yang dialami
oleh resipien berdasarkan pengukuran kenyamanan.Ada tiga tipe
kenyamanan (dorongan, ketentraman dan transcendence) serta
119

empat konteks pengalaman (fisik, psikospiritual, sosial dan


lingkungan).
Tipe-tipe kenyamaman didefiniskan sebagai berikut :
(1) Dorongan (relief): kondisi resipien yang membutuhkan
penanganan yang spesifik dan segera.
(2) Ketenteraman (ease): kondisi yang tenteram atau kepuasan
hati.
(3) Transcendence: kondisi dimana individu mampu mengatasi
masalahnya (nyeri).
Empat konteks kenyamanan

(1) Fisik : berkaitan dengan sensasi jasmani.


(2) Psikospiritual : berkaitan dengan kesadaran diri, internal diri,
termasuk penghargaan, konsep diri, seksual dan makna hidup;
berhubungan dengan perintah yang terbesar atau kepercayaan.
(3) Lingkungan : berkaitan dengan keadaan sekitarnya, kondisi-
kondisi, dan pengaruhnya.
(4) Sosial : berkaitan dengan hubungan interpersonal, keluarga,
dan sosial.

b. Kajian data
Tabel 2.39
Hasil Evaluasi Kepuasan Pelayanan Keperawatan
Di Ruang Rawat Inap Nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu
Tanggal 24 – 26 November 2020

Evaluasi Pengkajian Pretest

No Pernyataan Selalu Sering Kadang Tidak


(4) (3) kadang pernah
120

(2) (1)

1 Apakah dokter mengunjungi


6 1 1 0
anda setiap hari?
2 Apakah dokter yang memeriksa
8 0 0 0
Anda bersikap ramah ?
3 Apakah dokter manjelaskan
7 0 1 0
penyakit anda dan tindakanya?
4 Apakah dokter meluangkan
8 0 0 0
waktu untuk konsultasi?
5 Apakah perawat mengenalkan
7 0 0 1
diri kepada pasien/keluarga?
6 Apakah perawat yg merawat
8 0 0 0
anda bersikap ramah?
7 Apakah perawat memperhatikan
8 0 0 0
dan menanggapi keluhan anda?
8 Apakah anda/keluarga merasa
dibimbing oleh perawat untuk
merawat diri anda (contoh : di 8 0 0 0
sibin, menggunakan pispot,
dll) ?
9 Menurut anda apakah perawat
8 0 0 0
bekerja dengan terampil?
10 Bila anda membutuhkan
pertolongan apakah dilayani 8 0 0 0
dengan cepat?
11 Apakah perawat menjelaskan
dimana tempat- tempat penting
6 0 2 0
untuk kelancaran perawatan?
(kamar mandi, ruang tata usaha
12 Apakah anda mendapat
pelayanan administrasi dengan 8 0 0 0
baik dan cepat?
13 Apakah rekening yang anda
8 0 0 0
dapatkan tepat hitung?
121

14 Apakah anda diberi penjelasan


8 0 0 0
tentang biaya?
15 Apakah ruangan selalu dalam
7 0 1 0
keadaan bersih?
16 Apakah sprei, selimut dan
sarung bantal dalam kondisi
8 0 0 0
baik, selalu bersih, dan diganti
setiap kotor?
17 Apakah kamar mandi selalu
dibersihkan, tidak berbau, dan 8 0 0 0
tidak licin?
18 Apakah makanan disajikan tepat
8 0 0 0
waktu?
19 Apakah makanan yang disajikan
8 0 0 0
bervariasi dan cukup enak ?
20 Apakah petugas penyaji
8 0 0 0
makanan bersikap ramah

Jumlah 153 1 5 1

Prosentase 95,6% 0,6% 3,2% 0,6%


Sumber : Data Primer Ruang Rawat Inap Nifas RSU PKU Muhammadiyah
Klaten

c. Analisa Data
Berdasarkan kajian diatas didapatkan hasil kuesioner pada 8 orang
pasien sesuai dengan lama rawat inap minimal 3 hari di ruang rawat inap
Nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu Tirtonegoro Kabupaten
Klaten 95,6% mengatakan puas dengan pelayanan kepada pasien yang
diberikan pada pasien.. Dan terdapat 4,4% pelayanan yang dirasa pasien
belum diberikan secara maksimal.

5. Mutu Klinik
Berikut indikator mutu di Ruang Nifas RSU PKU Muhammadiyah delanggu :
a. Kejadian kematian ibu bersalin karena perdarahan
122

Standar ≤ 1%

Tabel 2.40
Jumlah kejadian kematian ibu bersalin karena perdarahan
Di Ruang Nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu
Bulan Agustus September Oktober

Jumlah Kematian 0 0 0
karena perdarahan

Jumlah perdarahan 0 0 0
Sumber : Data Sekunder Pemantauan Indikator Mutu di Ruang Nifas RSU PKU
Muhammadiyah Delanggu
b. Kejadian kematian ibu bersalin karena preeklampsia/eklampsia
Standar ≤ 30%

Tabel 2.41
Jumlah kejadian kematian ibu bersalin karena preeklampsia/eklampsia
Di Ruang Nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu
Bulan Agustus September Oktober

Jumlah Kematian 0 0 0
PE/E

Jumlah pasien PE/E 0 3 4


Sumber : Data Sekunder Pemantauan Indikator Mutu di Ruang Nifas RSU PKU
Muhammadiyah Delanggu
c. Kejadian kematian ibu bersalin karena sepsis
Standar ≤ 6,2%
123

Tabel 2.42
Jumlah kejadian kematian ibu bersalin karena sepsis
Di Ruang Nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu
Bulan Agustus September Oktober

Jumlah Kematian 0 0 0
sepsis

Jumlah pasien sepsis 0 0 0


Sumber : Data Sekunder Pemantauan Indikator Mutu di Ruang Nifas RSU PKU
Muhammadiyah Delanggu
d. Angka kejadian perdarahan postpartum < 12 jam
Standar ≤ 5%

Tabel 2.43
Jumlah kejadian perdarahan postpartum < 12 jam
Di Ruang Nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu
Bulan Agustus September Oktober

Jumlah perdarahan 0 0 0
postpartum < 12jam

Jumlah pasien post 179 165 171


partum dalam 1
bulan
Sumber : Data Sekunder Pemantauan Indikator Mutu di Ruang Nifas RSU PKU
Muhammadiyah Delanggu
e. Pemberi pelayanan rawat inap
Standart : 100 %
124

Tabel 2.44
Jumlah pemberi pelayanan rawat inap
Di Ruang Nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu
Bulan Agustus September Oktober

Jumlah tenaga 15 15 14
memberikan
pelayanan

Jumlah tenaga yang 15 15 14


bertugas
Sumber : Data Sekunder Pemantauan Indikator Mutu di Ruang Nifas RSU PKU
Muhammadiyah Delanggu
f. Kejadian infeksi pasca operasi
Standar : ≤ 1,5%

Tabel 2.45
Jumlah kejadian infeksi pasca operasi
Di Ruang Nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu
Bulan Agustus September Oktober

Jumlah infeksi pasca 0 0 0


operasi

Jumlah pasien yang 75 73 75


operasi
Sumber : Data Sekunder Pemantauan Indikator Mutu di Ruang Nifas RSU PKU
Muhammadiyah Delanggu
g. Angka kejadian infeksi nosokomial
Standar : ≤ 1,5%
125

Tabel 2.46
Jumlah kejadian infeksi nosokomial
Di Ruang Nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu
Bulan Agustus September Oktober

Jumlah kejadian 0 0 0
infeksi nosokomial

Jumlah seluruh 219 212 210


pasien
Sumber : Data Sekunder Pemantauan Indikator Mutu di Ruang Nifas RSU PKU
Muhammadiyah Delanggu

h. Angka kejadian pasien jatuh yang berakibat kematian/kecacatan


Standar : 0%

Tabel 2.47
Jumlah kejadian pasien jatuh yang berakibat kematian/kecacatan
Di Ruang Nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu
Bulan Agustus September Oktober

Jumlah kejadian 0 0 0
pasien jatuh

Jumlah seluruh 219 212 210


pasien
Sumber : Data Sekunder Pemantauan Indikator Mutu di Ruang Nifas RSU PKU
Muhammadiyah Delanggu
i. Kematian pasien ≥ 48 jam.
Standar : ≤ 0,24 %
126

Tabel 2.48
Jumlah kejadian kematian pasien > 48 jam
Di Ruang Nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu
Bulan Agustus September Oktober

Jumlah kejadian
kematian pasien > 0 0 0
48 jam

Jumlah seluruh 219 212 210


pasien
Sumber : Data Sekunder Pemantauan Indikator Mutu di Ruang Nifas RSU PKU
Muhammadiyah Delanggu
j. Kejadian Pulang Paksa
Standar ≤ 5 %

Tabel 2.49
Jumlah kejadian pulang paksa
Di Ruang Nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu
Bulan Agustus September Oktober

Jumlah kejadian 4 0 1
pulang paksa

Jumlah seluruh 219 212 210


pasien
Sumber : Data Sekunder Pemantauan Indikator Mutu di Ruang Nifas RSU PKU
Muhammadiyah Delanggu

Anda mungkin juga menyukai