Dosen Pengampuh:
Lailatul Nuraini, S.Pd, M.Pd
Drs. Singgih Bektiarso, M.Pd
Oleh:
PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020
BAB 1. PEMBAHASAN
1.1. SEJARAH HUKUM KEPLER
Jauh sebelum Newton mempelajari tentang fenomena alam semesta,
Kepler telah lebih dahulu menyelidiki gerak planet dalam tata surya. Sebagai
seorang ahli matematika, beliau condong mempelajari hal ini dalam cakupan
matematik, dimana gejala gejala keteraturan dideteksi dari lintasan dan
periodenya. Kepler menemukan bahwa planet bergerak dengan kelajuan tidak
konstan tetapi bergerak lebih cepat ketika dekat dengan matahari dibanding
saat jauh dengan matahari. Dengan menggunakan hubungan matematika yang
tepat antara periode planet dan jarak rata-rata dari matahari, ia berhasil
memberikan kesimpulan dalam hukum-hukum tentang gerak planet yang
kemudian dikenal dengan hukum Kepler.
jika matahari berada pada titik fokus sebelah kanan dan planet mengitarinya
dengan orbit elips, maka titik perihelion terjadi saat θ = 0° dan jaraknya
adalah r min; titik aphelion terjadi saat θ = 180° dan jaraknya dari matahari
adalah r max. Saat θ = 90° dan θ = 270°, jarak planet sama dengan p.
Jarak titik perihelion dan jarak titik ahelion dapat dicari dengan rumus:
p
rmin =
1−∈
p
rmax =
1−∈
Persamaan Eksentrisitas merupakan persamaan yang
menginformasikan sebuah lintasan benda yang bergerak, Persamaan
Eksentrisitas berbeda beda tergantung dari konteksnya. Pada hukum kepler
berbicara tentang benda yang mengorbit benda lain seperti bumi mengorbit
matahari. Benda yang mengorbit benda lain, dipengaruhi oleh gaya sentral
1
dan berbanding lurus dengan , sehingga diperoleh Persamaan Eksentrisitas
r2
dalam membuktikan Hukum I Kepler, yaitu:
2β 2m 1
∈=
α √ l 2
¿ untuk gaya sentral 2
r
0<∈<1 elips
Sebuah planet mengitari matahari maka pada arah radial menuju ke matahari
maka tentu gaya yang memperngaruhi planet tersebut adalah gaya gravitasi
newton, sebagai berikut:
Mm
F=G
R2
Ketika Planet bergerak mengorbit matahari
v2
F=m
R
Mm v 2 GMm
G = m = m v 2…..(1)
R2 R R
Energi total pada planet yang bergerak
E= k+v
1 Mm
= m v 2+ (-G ……..(2)
2 R
Subtitusi (1) ke (2)
1 Mm Mm −1 Mm
G= G -G = G …..(3)
2 R R 2 R
Momentum Sudut planet:
L= ⃗
⃗ Rx ⃗
P
1 mR sin θ
L = Rmv sin θ =
v L
L
V= ….(4)
mR sin θ
Subtitusi (4) ke (1)
Mm L2 L2
G =m 2 2 2 GMm = ….(5)
R m R sin θ mR sin 2 θ
2β 2m L2
∈=
α √ l2
¿, β=
2m
L2
2
= 2 m 2m
GMm L2
¿
√
L2 2m
=
GMm 2 =
L2
¿
√
L2 2m
=
GMm 2 =
L2
¿
√
1 GM m2 sin 2 θ
Dari pers. (5) : = , diperoleh:
R L2
L2 2 m G 2 M 2 m3 sin2 θ G M 2 m3
∈=
GM m2 l 2√(
2 L2
+
2 L2
)
L2 2 m G 2 M 2 m3 (
=
GM m2
l 2
√ (2L 2
−sin2 θ+1 ) )
L2 G 2 M 2 m4 (
=
GM m2 √( L 4
1−sin 2 θ ) )
L2 GM m 2
= 2
. 2 √ cos2 θ
GM m L
∈=cosθ 0 °< θ<90 ° cos 0° = 1
0 < cosθ< 1 cos 90°=0
r
dA
Ɵ
pada persamaan 3 untuk ruas kanan dan kiri dibagi dengan dt, karena untuk
melihat perubahan luas tiap waktu
dA 1 2 d Ɵ dƟ
= r , dimana = ω = θ̇
dt 2 dt dt
dA 1 2
= r θ̇
dt 2
(4)
Jika ditinjau dari momentum sudut, dimana secara devinisi vektor L adalah
vektor p x vektor r. Jadi dapat di tuliskan :
L = P.r
L = (m v) r
Dikarenakan antara vektor dari orbital r dan vektor v pada arah pergerakan,
terdapat sudut yang terbentuk sebesar 90o yang mana sin 90o adalah 1 maka
L= m v r sin Ɵ
L= m v r 1
L=mvr
(5)
Dimana v = ωr maka dapat dimasukkan ke dalam persamaan 5
L = m (ωr) r
L = m ω r2
(6)
Dimana ω = θ̇ maka dapat dimasukkan ke dalam persamaan 6
L = m θ̇ r 2
L
θ̇ =
mr 2
(7)
dA 1 2
= r θ̇
dt 2
dA 1 r 2 L
=
dt 2 m r2
dA L
=
dt 2m
(8)
Jika dilihat dari persamaan 8 lalu dibandingkan dengan konsep gerak
planet atau gerak benda yang mengorbit benda tertentu karena pengaruh gaya
sentral, maka akan berlaku 2 teorema yaitu :
1. Teorema konservasi sudut, dimana momentum sudutnya konstan
2. Teorema konservasi energi, dimana energi totalnya konstan
Jadi persamaan 8, dimana L dan 2m merupakan konstanta, maka
dA
= konstan
dt
dA
Maka dapat terbukti bahwa merupakan perubahan luas tiap satuan waktu
dt
itu tetap dimanapun planet itu berada.
4 π2 r
a= 2
T
2
4 x (3,14 ) x ( 3,8 x 108 )
a= =0,0027 m/ s2
6 2
( 2,36 x 10 )
Kemudian menghitung besar percepatan sentripetal dengan rumus
Gravitasi Newton:
GM bumi m bulan
F=
r2
GM bumi mbulan
m bulan a=
r2
GM bumi
a=
r2
a=¿ ¿
Terlihat bahwa hasil perhitungan ini sama dengan hasil pengamatan
Newton. Hal ini membuktikan bahwa rumus hukum Gravitasi Newton
adalah benar.
R 2
g' = ( )
R+ h
.g
1.6 Satelit
Menurut Perdirjen (2006), satelit merupakan suatu benda yang beredar di
ruang antariksa dan mengelilingi bumi, berfungsi sebagai stasiun radio yang
menerima dan memancarkan atau memancarkan kembali dan atau menerima,
memproses dan memancarkan kembali sinyal komunikasi radio. Dengan kata
lain, satelit adalah salah satu benda langit yang tidak mempunyai sumber
cahaya sendiri dan bergerak mengelilingi planetnya, selain itu satelit dapat
memancarkan sinyal komunikasi radio.
Gerak satelit pada Bumi mengikuti hukum Keppler yang didasarkan pada
beberapa asumsi bahwa gerak satelit dipengaruh oleh medan gravitasi Bumi
puast, satelit bergerak dibidang orbit yang tetap di ruang angkasa, massa
satelit tidak signifikan dibandingkan dengan massa Bumi, dan satelit bergerak
dalam ruang hampa. Satelit sendiri terbagi menjadi dua macam, yaitu satelit
alami dan satelit buatan.
a) Satelit Alami
Satelit alami merupakan sateliy yang sudah ada secara alami tanpa
campur tangan manusia yang mengorbit sebuah planet. Satelit alami
planet Bumi yaitu bulan, karena bulan selalu berevolusi terhadap bumi.
Selama mengelilingi Bumi, bulan melakukan 3 gerakan sekaligus yaitu
gerakan rotasi bulan, revolusi bulan, dan gerakan mengelilingi
Matahari.
b) Satelit Buatan
Satelit buatan merupakan benda ruang angkasa buatan manusia
yang mengorbit di sebuah planet. Pembuatannya memiliki jenis
tertentu serta fungsi spesifik dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan
manusia. Dilihat dari fungsinya, satelit buatan diantara lain :
Satelit Navigasi
Navigasi berfungsi untuk penerbangan dan juga untuk pelayaran.
Satelit ini akan memberikan informasi tentang posisi pesawat
terbang dan kapal yang sedang dalam perjalanan.
Satelit Geodesi
Geodesi satelit memiliki fungsi untuk memetaka planet dan
mendapatkan informasi tentang gravitasi Bumi.
Satelit Komunikasi
Satelit komunikasi berfungsi untuk alat komunikasi manusia, yaitu
radio, televisi, dan telepon.
Satelit Meteorologi
Berguna untuk menyelidiki lapisan atmosfer Bumi yang bertujuan
untuk meramalkan cuaca.
Satelit Penelitian
Satelit penelitian memiliki fungsi untuk menyelidiki tata surya dan
alam semesta lebih bebas tanpa dipengaruhi oleh atmosfer.
Satelit Militer
Satelit yang berfungsi untuk tujuan militer seperti menyelidiki
senjata lawan.
Satelit Sumber Daya Alam Survey
Satelit sumber daya alam survey berfungsi untuk memetakkan dan
menyelidiki sumber daya alam yang ada di Bumi demi kepentingan
pertambangan, perikanan, pertanian, dan lainnya.
Satelit Astronomi
Digunakan untuk mengamati planet dan ciri-ciri planet di tata
surya, galaksi, dan benda angkasa lainnya.
Satelit Surya
Satelit buatan manusia yang digunakan untuk menyorotkan tenaga
surya kepada antena sangat besar di Bumi yang dapat digunakan
untuk menggantikan listrik konvensional.
Satelit yang berada di luar angkasa harus tetap berada pada orbit yang
ditentukan agar geraknya tetap stabil. Orbit adalah tempat beredarnya satelit
saat mengelilingi bumi. Posisi satelit yang tidak dipengaruhi oleh gaya
gravitasi dan hanya bergerak mengikuti bumi disebut posisi geostasioner.
Gagasan tentang komunikasi satelit pertama kali dicetuskan oleh Arthur C.
Clarke. Beliau berpendapat bahwa dengan menempatkan satelit pada orbit
ekuator dengan ketinggian sedemikian rupa, maka satelit memiliki waktu
periodik 24 jam. Dan posisi satelit akan selalu tetap terhadap setiap titik di
permukaan Bumi, sehigga disebut Satelit Sinkron (Geostationary Satellite).
Orbit geostasioner banyak digunakan oleh satelit komunikasi karena pada
orbit ini memungkinkan satelit dan antena terestrial untuk terus berada pada
posisi yang tetap satu sama lain. Satelit ditempatkan pada orbit geostasioner
melalui dua tahap (Wright, Grego, & Gronlund, 2005). Tahap pertama adalah
meluncurkan satelit ke orbit pemarkiran, yaitu pada ketinggian rendah (200
hingga 300 km). Tahap kedua yaitu memanuver satelit pada orbit transfer
Hohmann eliptis atau orbit transfer geosinkronus (GTO) untuk merubah
orbitnya dari orbit bumi rendah ke orbit geosinkronus.
g’ = g ( a+ha ) ² (1.1)
Mg = ( a+ha ) ² = MV
a+h
²
(1.2)
1
V=a
√ a+h
(1.3)
V2 = GM ( 2r − 1a )
atau
V2 =μ ( 2r − 1a )
Jika Vp adalah ekcepatan di titik perihelion dan Va kecepatan dititik
aphelion, maka dengan mensubstitusikan persamaan rp dan ra :
μ 1+ e
V 2p = ( )
a 1−e
μ 1−e
a ( 1+ e )
V 2A =
Vp 1+e
=
VA 1−e
μ
V pV A =
a
Selain itu, untuk meninggalkan bumi/planet induknya, membutuhkan
kecepatan lepas. Kecepatan lepas atau velocity escape merupakan
kecepatan minimal yang diperlukan suatu benda agar meninggalkan planet
induk. Maka benda akan dilepaskan dari permukaan bumi (berjarak r dari
pusat bumi) ke suatu titik tak hingga (a=∞)
GM
ve =
√ r
I = ∫ Fdt
t0
Untuk t1→ t0
t1
I = lim ∫ Fdt
t1 → t0 t
0
t1
dv
I = lim ∫ m dt
t1 → t0 t
0
dt
I = mV(t1) – mV(t0)
I = mV1 – mV0
Keubahan energi akibat adanya impulse ini, maka persamaan energinya
yaitu :
∆ E = ½ m(V 21−V 20 )
∆ E = ½ m(V 1−V 0 ) (V 1−V 0 )
∆ E = ½ I2 + ⃗I . ⃗
V0
Jika ;
I tegal lurus V0 → ΔE minimum
I sejajar V0 → ΔE maksimum
Momentum sudut L = r x mV
Perubahan momentum sudut ΔL = L2 L0 = r x I
Norm dari keubahan momentum sudut :
|r x I | = r I sin
Maka dapat dilihat bila :
r tegak lurus I maka ΔL maksimum
r sejajar I maka ΔL minimum
Anjani, R., S. Ariandini, dan Irawan. 2018. Bahan Ajar Gerak Planet dalam
Pembelajaran Fisika di Madrasah. Jurnal Intelektualita: Keislaman, Sosial,
dan Sains. 7(2): 173-180.
Anugraha, R. 2012. Mekanika Benda Langit. Yogyakarta: Lab. Fisika Material
dan Instrumentasi Jurusan Fisika FMIPA UGM.
Gul, Sema. 2007. Pembentukan Alam Semesta dan Big Bang. Yogyakarta:
Yudhistira.
MPB, Imam dan W. Pamungkas. 2014. Sistem Komunikasi Satelit. Yogyakarta :
ANDI.
Octavia, Rumia dan Y. Fuad. 2017. Analisis Kestabilan Sistem Dinamik Satelit
Pengamat Bumi. Jurnal Ilmiah Matematika. 3(6): 158-165.
Perdirjen 357/dirjen/2006.
Siregar, Suryadi. 2017. Fisika Tata Surya. Bandung: ITB.
Surya, Yohanes. 2009. Mekanika dan Fluida Buku 1. Tangerang: PT. Kandel.
Yuniar, Diah. 2013. Studi Perkembangan dan Kondisi Satelit Indonesia. Jurnal
Buletin Pos dan Telekomunikasi. 11(2): 121-136.