METODE KEGIATAN
Penelitian ini dilakukan di kelurahan Bugul Lor, wilayah kerja Puskesmas Kandang Sapi,
kota Pasuruan. Kelurahan Bugul Lor dipilih sebagai tempat kegiatan karena dari 421 jumlah
balita stunting di wilayah kerja Puskesmas Kandang Sapi, kelurahan Bugul Lor memiliki angka
Open Defecation sebanyak 33 kepala keluarga.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang
mengidentifikasi dan menjelaskan upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai label kelurahan
ODF pada kelurahan Bugul Lor wilayah kerja Puskesmas Kandangsapi Kota Pasuruan
3.2 Variabel
● Mengisolasi alat pengukur panjang badan pada papan keras yang rata /meja datar
● Meletakkan balita dengan puncak tertinggi kepala ada pada angka 0 dan ditahan dengan
papan keras yang rata
● Kader I memegang kepala balita pada kedua telinga dari atas
● Ibu balita membantu menenangkan balita jika rewel
● Kader II menekan bagian lutut dan menempelkan papan keras yang rata pada telapak kaki
balita
● Telapak kaki balita harus seluruhnya menempel pada papan keras yang rata dan jari-jari
menghadap ke atas
● Kader II membaca berapa panjang badan/tinggi badan
● Jika balita berusia lebih dari 2 tahun, maka hasil pengukuran dikurangi 0,7 cm. Hasil
pembacaan dibaca dalam 1 desimal di belakang koma.
Cara pengukuran menggunakan mikrotoise:
● Memasang mikrotoise dengan benar. Jika ditarik ke bawah hingga maksimal, jendela
baca harus menunjukkan angka 0.
● Balita berdiri dengan bagian belakang kepala, pundak, betis, dan tumit menempel pada
tembok.
● Balita menghadap ke depan dengan pandangan lurus.
● Kader menarik mikrotoise hingga menyentuh puncak tertinggi kepala dan kader
membaca angka pada jendela baca dengan posisi mata sejajar dengan jendela baca.
● Jika balita berusia kurang dari 2 tahun, maka hasil pengukuran ditambah 0,7 cm. Hasil
pembacaan dibaca dalam 1 desimal di belakang koma.
3.3.2 Angka Kejadian Stunting
Menurut data dari Dinas Kesehatan (Dinkes), angka stunting di Jawa Timur adalah 26,2%
sedangan di Kota Pasuruan sendiri, sebanyak 2.696 balita di kota ini mengalami stunting. Angka
ini mengacu pada pengukuran yang dilakukan pada bulan Agustus (bulan timbang) tahun 2017.
Berarti dapat dikatakan 25,84% balita di kota Pasuruan mengalami stunting pada saat itu. Di
wilayah kerja Puskesmas Kandang Sapi sendiri dari 2023 jumah balita, didapatkan 421 balita
stunting pada bulan Februari (bulan timbang) tahun 2019 dan dari jumlah itu, kelurahan Bugul
Lor menyumbang angka yang cukup banyak, yaitu 144 balita dari jumlah keseluruhan 619 balita
di kelurahan tersebut.
3.4.1 Populasi
Populasi dalam kegiatan ini adalah cara pengukuran terhadap seluruh balita oleh kader di
Posyandu kelurahan Bugul Lor wilayah kerja Puskesmas Kandangsapi kota Pasuruan.
3.4.2 Sampel
Sampel dalam kegiatan ini adalah cara pengukuran terhadap seluruh balita oleh kader di
Posyandu kelurahan Bugul Lor wilayah kerja Puskesmas Kandangsapi kota Pasuruan.
Instrumen yang digunakan dalam kegiatan ini adalah observasi langsung cara pengukuran
tinggi/panjang badan di Posyandu oleh petugas medis.
3.6 Alur Kegiatan
3.7 Permasalahan
a. Material
Ketidaktersediaan alat yang menjadi standar baku pengukuran merupakan salah satu
penyebab tingginya resiko terjadinya kesalahan dalam pengukuran tinggi/panjang badan
balita. Hal ini disebabkan kurangnya dana untuk mengadakan alat yang baku seperti
infantometer. Oleh karena itu, perlu adanya kebijakan untuk pengadaan alat yang standar
untuk mengukur tinggi/panjang badan balita.
b. Method
Metode yang dilakukan selama ini dalam bentuk penyuluhan mengenai pengukuran
tinggi/panjang badan yang benar ternyata kurang efektif karena kurang fokus terhadap
individu per individu. Hal ini disebabkan karena banyaknya jumlah peserta penyuluhan dan
keterbatasan waktu. Oleh karena itu, perlu diadakan workshop dalam kelompok yang lebih
kecil di Posyandu oleh tenaga kesehatan.
c. Man
Masalah yang cukup serius bagi para kader dalam melaksanakan pengukuran
tinggi/panjang badan adalah balita yang rewel sehingga pengukuran kurang bisa dilakukan
dengan tepat. Balita rewel dikarenakan takut akan disuntik. Dalam hal ini, peran ibu dalam
menenangkan akan sangat membantu kader sehingga dapat dilakukan pengukuran dengan
benar.
Di lapangan, ternyata tidak semua kader mengetahui cara pengukuran tinggi/panjang
badan yang benar. Hal ini dikarenakan saat penyuluhan yang diundang hanyalah ketua kader
sehingga tidak semua kader mengikuti penyuluhan. Oleh karena itu, perlu diadakan
workshop dalam kelompok yang lebih kecil di Posyandu oleh tenaga kesehatan.
d. Environment
Kurang tepatnya pengukuran juga terjadi karena kader kurang leluasa dalam mengukur
tinggi/panjang badan balita dikarenakan balita datang ke Posyandu dengan mengenakan baju
yang bagus dan berdandan. Salah satu kendalanya adalah ketika balita mengenakan cepol
rambut atau jepit rambut dan orang tua tidak mengizinkan untuk melepas. Oleh karena itu,
kader perlu mengedukasi orang tua agar ketika datang ke Posyandu, balita tidak didandani
secara berlebihan dan mengenakan atribut yang dapat mengurangi keakuratan pengukuran.
3.7.3 Prioritas Masalah
Penelitian cara pengukuran tinggi/panjang badan di seluruh Posyandu kelurahan Bugul Lor
wilaya kerja Puskesmas Kandangsapi kota Pasuruan. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Agustus
2019.
3.8.2 Intervensi
Setelah semua kegiatan selesai, dilakukan analisis data untuk mengetahui adakah
perbedaan pada angka stunting di lokus kegiatan sebelum dan sesudah dilakukannya intervensi.
3.8.4 Evaluasi
Data yang diperoleh sangat berguna untuk mengetahui perkembangan Posyandu tersebut.
Pelaksanaan kegiatan dalam rangka untuk perbaikan kinerja kader akan lebih berdaya guna dan
berhasil guna apabila ditunjang dengan adanya suatu sistem pencatatan dan pelaporan yang dapat
diandalkan dalam menyediakan data dan informasi, baik data yang bersifat kumulatif ataupun
data yang kualitatif.