Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN AKTIVITAS DAN LATIHAN

PADA PASIEN DENGAN STROKE NON HEMORAGIK


STASE KDP

Disusun Oleh:
Sinta Yendi
P2002055

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN & SAINS WIYATA HUSADA
SAMARINDA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aktivitas adalah suatu keadaan bergerak dimana manusia memerlukan untuk
dapat memenuhi kebutuhan kehidupan. Tiap indivisu mempunyai pola atau irama
dalam menjali aktivitas. Salah satu tanda seseorang dikatakan sehat adalah adanya
kemampuan orang tersebut melakukan aktivitas seperti bekerja, makan dan minum,
personal hygiene, rekreasi, dan lain-lain. Dengan beraktivitas selain tubuh menjadi
sehat, juga dapat mempengaruhi harga diri dan citra tubuh seseorang. Jika seseorang
sakit atau terjadi kelemahan fisik sehingga kemampuan aktivitas menurun.
Seseorang tersebut biasanya terjadi masalah fisik, psikologis dan tumbuh kembang,
hal ini bisa berpengaruh pada masalah kesehatan seseorang (Kasiati, 2016)
Prevalensi in-aktivitas secara fisik semakin meningakt pada orang dewasa, yang
merupakan salah satu faktor resiko penyakit kardiovaskular (Demiot et al, 2007).
Selain itu, in-aktivitas juga dapat meningkatkan resiko hipertensi 30% kanker kolon
41% kanker payudara 31% diabetes tipe II 50% dan osteoporosis 59%. Namun
terkadang, in-aktivitas adalah suatu kondisi yang tidak dapat dihindari. Immobilisasi
cukup lama dapat terjadi pasa seseorang yang tidak mampu berdiri atau keadaan
yang menyebabkan seseoarang harus berbaring akibat adanya kondisi patologis,
misal fraktur tulang.
Latihan merupakan suatu gerakan tubuh secara efektif yang dibutuhkan untuk
menjaga kinerja otot dan mempertahankan postur tubuh. Latihan dapat memelihara
pergerakan dan fungsi sendi sehingga kondisinya dapat setara dengan kekuatan dan
fleksibilitas otot. Selain itu, latihan fisik dapat membuat fungsi gastrointestinal
dapat bekerja lebih optimal dengan meningkatkan selera makan orang tersebut dan
melancarkan eliminasinya karena aoabila seseorang tidak dapat melakukan aktivitas
fisik secara adekuat maka hal tersebut dapat membuat otot abdomen menjadi lemah
sehingga fungsi eliminasi nya kurang efektif (Ramadhani. 2013).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep kebutuhan aktivitas dan latihan
2. Tujuan Khusus
Mengkaji pasien dengan gangguan kebutuhan immobilisasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kebutuhan Aktivitas dan Latihan


1. Pengertian Aktivitas dan Latihan
Aktivitas adalah suatu keadaan bergerak dimana manusia memerlukan untuk
dapat memenuhi kebutuhan kehidupan. Tiap individu mempunyai pola atau
irama dalam menjalani aktivitas. Salah satu tanda seseorang dikatakan sehat
adalah adanya kemampuan orang tersebut melakukan aktivitas seperti bekerja,
makan dan minum, personal hygiene, rekreasi, dan lain-lain. Dengan
beraktivitas selain tubuh menjadi sehat, juga dapat mempengaruhi harga diri dan
citra tubuh seseorang.
Jika seseorang sakit atau terjadi kelemahan fisik sehingga kemampuan
aktivitas menurun. Seseorang tersebut biasanya terjadi masalah fisik, psikologis
dan tumbuh kembang, hal ini bisa berpengaruh pada masalah kesehatan
seseorang. Selain menimbulkan dampak fisik, gangguan personal hygiene dapat
pula berdampak pada gangguan pemenuhan kebutuhan psikososial dan nyaman.
Aktivitas sehari-hari (ADL) merupakan suatu bentuk latihan aktif pada
seseorang termaksud di dalamnya adalah makan/minum, mandi, toileting,
berpakaian, mobilisasi tempat tidur, berpindah dan ambulasi/ROM.
Pemenuhanterhadap ADL ini dapat meningkatkan harga diri serta gambaran diri
pada seseorang, selain ADL merupakan aktifitas dasar yang dapat mencegah
individu tersebut dari sautu penyakit sehingga tindakan yang menyangkut
pemenuhan dalam mendukung ADL pada klien dengan hambatan mobilitas
harus di prioritaskan

2. Manfaat Aktivitas dan Latihan


Manfaat dari gerakan tubuh antara lain, tubuh menjadi segar, memperbaiki
tonus otot, mengontrol berat badan, merangsang peredaran darah, mengurangi
stres, meningkatkan relaksasi, memperlambat proses penyakit (penyakit
degenaratif), untuk aktualisasi diri (hara diri dan citra tubuh.
3. Epidemologi/insiden Kasus
pemenuhan kebutuhan hidup dan latihan biasanya menyangkut tentang
kemampuan untuk mobilisasi secara mandiri. Gangguan mobilisasi dapat terjadi
padas emua tingkatan umur, yang beresiko tinggi terjadi gangguan mobilisasi
adalah pada orang lanjut usia, post cedera dan post trauma.

4. Etiologi
a. Kelainan postur
b. Gangguan perkembangan otot
c. Kerusakan sistem saraf pusat
d. Trauma pada sistem mukuloskeletal dan neuromuscular
e. Kekakuan otot

5. Nilai Nilai Normal


Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut :
Tingkat Aktivitas / Mobilisasi Kategori
Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh
Tingkat 1 Memerlukan penggunaaan alat
Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang
lain
Tingkat 3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain
dan peralatan
Tingkat 4 Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan
atau berpartisipasi dalam perawatan

6. Derajat Kekuatan Otot


No Kekuatan Otot Keterangan
1. 0 (0%) Paralisis, tidak ada kontraksi otot sama sekali
2. Terlihat atau teraba getaran kontraksi otot
1 (10%)
tetapi tidak ada gerakan sama sekali
3. 2(25%) Dapat menggerakan anggota gerak tanpa
gravitasi
4. 3 (50%) Dapat menggerakan anggota gerak untuk
menahan berat (gravitasi)
5. 4 (75%) Dapat menggerakan sendi dengan aktif dan
melawan tahan
6. 5(100%) Kekuatan normal

7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


a. Usia dan status perkembangan
Terdapat perbedaan kemampuan mobilitas pada tingkat usia yang berbeda.
Hal ini dikarenakan kemampuan atau kematangan fungsi alat gerak sejalan
dengan perkembangan usia.
b. Proses penyakit/cidera
Proses penyakit dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas karena dapat
mempengaruhi fungsi sistem tubuh. Sebagai contoh, orang yang menderita
fraktur akan mengalami keterbatasan pergerakan dalam ekstremitas.
c. Gaya hidup
Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas seseorang
karena gaya hidup berdampak pada perilaku atau kebiasaan sehari-hari.
d. Keadaan nutrisi
Kurangnya nutrisi dapat menyebabkan kelemahan otot dan obesitas dapat
menyebabkan pergerakan menjadi kurang bebas
e. Pekerjaan
Seseorang yang bekerja dikantor kurang melakukan aktivitas bila
dibandingkan dengan petani atau buruh.

8. Gangguan imobilisasi
Immobilisasi cukup lama akan mempengaruhi beberapa organ tubuh, seperti
gangguan pada sistem kardiovaskular, sirkulasi darah perifer dan pernapasan.
Pada sistem kardiovaskular salah satunya terjadi penurunan kemampuan saraf
otonom untuk memenuhi persediaan daraj dalam tubuh (orthostatic hipotensi).
Sedangkan gangguan pada sistem pernapasan akan terjadi respon fiologis
dengan menurunnya pergerakan paru dalam mengambil oksigen dari udara
(ekspansi paru) sehingga menyebabkan menurunnya asupan oksigen pada tubuh.
Selain itu kolagen dan serat elastis menyebabkan kulit tipis melemahnya
elastisitas kulit. Hal ini dapat mengakibatkan gesekan (friction) atau geseran
sehingga menyebabkan lapisan kulit memisah atau terjadi kemerahan (Sumara,
2017).
a. Kontraktur
Jaringan ikat kolagen pada otot dan persendian akan digantikan oleh jaringan
fibrosa yang tidak elastis sehingga akan menyebabkan kekakuan pada
pergerakan persendian. Hal ini karena untuk sintesis kolagen diperlukan
rangsangan pergerakan
b. Disuse Atrofi
Atrofi otot adalah berkurangnya massa otot karena berkurangnya lapisan
aktin dan myosin pada myofibril.
c. Konstipasi
Imobilisasi menyebabkan peristaltik menurun sehingga menyebabkan
absopsi cairan berlebihan pada intestinum.
d. Pressure Ulcer
Pasien imobilisasi berisiko untuk mengalami luka tekan sebagai akibat
adanya penekanan pada tulang menonjol (bony prominen), keringat, lembab,
deficit self care, dan friksi dengan tempat tidur.

e. Gastritis
Selama bedrest, sekresi bikarbonat lambung menurun sehingga
meningkatkan keasaman pada lambung
f. Ketidakseimbangan mineral dan elektrolit
Imobilisasi dan bedrest yang laka erhubungan dengan duresis dan kehilangan
sodium, potassium, zinc, phosphor, sulfur, dan magnesium. Hal ini
berhubungan dengan penurunan sekresi antidiuretik hormone selama bedrest
g. Kehilangan mineral tulang
Immobilisasi dan bedrest berhubungan dengan demineralisasi tulang akibat
aktivasi osteoklas dan peningkatan kadar kalsium darah.

9. Koordinasi Mekanik Tubuh


Mekanika tubuh (body mechanic) adalah penggunaan organ secaraa efisien
dan efektif sesuai dengan fungsinya. Pergerakan merupakan rangkaian aktivitas
yang terintegrasi antara sistem musculoskletal dan sistem persarafan didalam
tubuh. Komponen sistem musculoskeletal melibatkan tulang, tendon, ligamen,
kartilago, dan sendi.
Tulang adalah jaringan dinamis, salah satu fungsinya menunjang jaringan
tubuh dan membantu pergerakan. Sedangkan otot berfungsi untuk kontraksi dan
membantu menghasilkan gerakan, mempertahankan postur tubuh, dan
menghasilkan panas. Otot dipersarafi oleh saraf yang terdiri atas serabut motois
dari medulla spinal. Medula otak seperti korteks cerebri kanan mengatur otot-
otot anggota gerak kiri dan sebaliknya.

B. Hal-hal yang perlu dikaji pada klien yang mengalami gangguan kebutuhan
aktivitas dan latihan
1. Tingkat aktivitas sehari-hari: pola aktivitas sehari-hari, jenis, frekuensi dan
lamanya latihan fisik
2. Kemampuan melakukan ADL (mandi, berpakaian, personal hygiene, makan,
toileting)
3. Tingkat kelelahan: aktivitas yang membuat lelah, riwayat sesak napas
4. Gangguan pergerakan: penyebab gangguan pergerakan, tanda dan gejala, efek
dari gangguan pergerakan
5. Pemeriksaan fisik: tingkat kesadaran, pemeriksaan kekuatan otot, postur/bentuk
tubuh (skoliosis, kiposis, lordosis, cara berjalan), ekstermitas (kelemahan,
gangguan sendorik, tonus otot, atropi, tremot, gerakan tak terkendali, kekuatan
otot, kemampuan jalan, kemampuan duduk, kemampuan berdiri, nyeri sendi,
kekakuan sendi).

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keterbatasan mobilisasi akan mempenagaruhi daya tahan otot sebagai akibat
dari penurunan masa otot, atrofi dan stabilitas. Pengaruh otot akibat pemecahan
protein akan mengalami kehilangan masa tubuh yang terbentuk oleh sebagian otot.
Karena itu, penurunan masa otot tidak mampu mempertahankan aktivitas tanpa
penginkatan kelelahan, selain itu juga terjadi gangguan pada metabolisme kalsium
dan mobilisasi sendi.
Perubahan immobilisasi dalam periode lama pada sistem kardiovaskular
menyebabkan peningkatan bebasa kerja jantung dan adanya pembentukan trombus.
Keadaan hipotensi ortostatik ditandai dengan pusing, pucat, keluar keringat dan jika
berdiri terasa nyeri dikaki, sedangkan pembentukan trombus ditandai dengan
peningkatan statis vena dan tekanan luar yang melawan vena. Sedangkan pada
sistem respirasi menyebabkan terjadinya penrunan volume paru sebagai akibat dari
melemahnya otot-otot respirasi sehingga menurunnya gerakan respirasi

DAFTAR PUSTAKA
Kasiati, Ni Wayan Dwi R. 2016. Kebutuhan Dasar Manusia 1. Kementerian
Kesehatan Repiblik Indonesia
Ramadhani Aprilia P. 2013. Laporan Pendahuluan Pada Pasien Dengan Gangguan
Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas dan Latihan. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta
Rohman ujang. 2019. Perubahan Fisiologis Tubuh Selama Immonilisasi Dalam
Waktu Lama. Universitas PGRI Adi Buana Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai