Pembiayaan konsumen merupakan salah satu alternatif sumber pembiayaan yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat (konsumen) untuk memenuhi kebutuhan atas barang-barang konsumtif yang diinginkan. Pembiayaan konsumen adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk dana untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan sistem pembayaran angsuran atau berkala oleh konsumen. Melalui pembiayaan konsumen ini, masyarakat berpenghasilan rendah yang tadinya kesulitan untuk membeli barang secara tunai, akan dapat teratasi dengan mudah dan cepat.
Secara formal, keberadaan lembaga pembiayaan konsumen masih relative baru,
yaitu seiring dengan dikeluarkaanya Keppres No. 61 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan. Dengan demikian, dasar hukum dari Pembiayaan Konsumen di samping Keppres No. 61 Tahun 1988 juga bersumber dari berbagai peraturan perundang- undangan, baik yang bersifat perdata maupun bersifat publik. Perjanjian adalah sumber utama dari segi hukum perdata, dan peraturan perundang-undangan adalah sumber utama dari segi hokum publik.
Pesatnya pertumbuhan bisnis pembiayaan konsumen di Indonesia menunjukkan
tingginya minat masyarakat untuk membeli barang-barang dengan cara mencicil seiring dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat lapisan menengah ke bawah. Bagi masyarakat berpenghasilan rendah, keberadaan pembiayaan konsumen ini mempunyai arti penting. Hal ini di sebabkan oleh adanya keterbatasan sumber dana formal, koperasi simpan pinjaman sulit berkembang, bank tidak melayani pembiayaan konsumen, dan pembiayaan lintah darat yang mencekik.
Sebagai lembaga pembiayaan, pembiayaan konsumen pada dasarnya tidak
menekankan pada aspek jaminan (collateral). Meskipun demikian, sebagai lembaga bisnis, pembiayaan konsumen juga tidak lepas dari adanya risiko. Oleh karena itu dalam praktik, perusahaan pembiayaan konsumen biasanya meminta jaminan tertentu sebagaimana jaminan dalam kredit. Jaminan tersebut adalah jaminan utama berupa kepercayaan, jaminan pokok berupa barang yang dibiayai secara fidusia, dan jaminan tambahan seperti promes, kuasa menjual, dan lain-lain.
Transaksi pembiayaan konsumen didasarkan pada adanya suatu perjanjian,
yaitu perjanjian pembiayaan konsumen antara perusahaan pembiayaan konsumen dan konsumen, serta perjanjian jual beli antara pemasok (supplier) dan konsumen. Dengan demikian, dalam kegiatan pembiayaan konsumen terdapat 3 (tiga) pihak yang terlibat, yaitu perusahaan pembiayaan konsumen, konsumen, dan pemasok (supplier). Berdasarkan perjanjian tersebut, maka terjadilah hubungan hukum antarpara pihak yang berisikan tentang berbagai hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan dengan iktikad baik oleh masing-masing pihak. Adapun mekanisme transaksi pembiayaan konsumen cukup mudah sepanjang persyaratan yang ditentukan oleh perusahaan pembiayaan konsumen sudah dipenuhi.