Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KEWIRAUSAHAAN

BOB SADINO PENGUSAHA SUKSES INDONESIA

Disusun Oleh

Fadilah Akmal

(A1A616019)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Bob Sadino (Lampung, 9 Maret 1933), atau akrab dipanggil om Bob,
adalah seorang pengusaha asal Indonesia yang berbisnis di bidang pangan dan
peternakan. Ia adalah pemilik dari jaringan usaha Kemfood dan Kemchick.
Dalam banyak kesempatan, ia sering terlihat menggunakan kemeja lengan
pendek dan celana pendek yang menjadi ciri khasnya. Bob Sadino lahir dari
sebuah keluarga yang hidup berkecukupan. Ia adalah anak bungsu dari lima
bersaudara. Sewaktu orang tuanya meninggal, Bob yang ketika itu berumur 19
tahun mewarisi seluruh harta kekayaan keluarganya karena saudara
kandungnya yang lain sudah dianggap hidup mapan.
Bob kemudian menghabiskan sebagian hartanya untuk berkeliling dunia.
Dalam perjalanannya itu, ia singgah di Belanda dan menetap selama kurang
lebih 9 tahun. Di sana, ia bekerja di Djakarta Lylod di kota Amsterdam dan
juga di Hamburg, Jerman. Ketika tinggal di Belanda itu, Bob bertemu dengan
pasangan hidupnya, Soelami Soejoed.
Pada tahun 1967, Bob dan keluarga kembali ke Indonesia. Ia membawa
serta 2 Mercedes miliknya, buatan tahun 1960-an. Salah satunya ia jual untuk
membeli sebidang tanah di Kemang, Jakarta Selatan sementara yang lain tetap
ia simpan. Setelah beberapa lama tinggal dan hidup di Indonesia, Bob
memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya karena ia memiliki tekad untuk
bekerja secara mandiri. Pekerjaan pertama yang dilakoninya setelah keluar dari
perusahaan adalah menyewakan mobil Mercedes yang ia miliki, ia sendiri yang
menjadi sopirnya. Namun sayang, suatu ketika ia mendapatkan kecelakaan
yang mengakibatkan mobilnya rusak parah. Karena tak punya uang untuk
memperbaikinya, Bob beralih pekerjaan menjadi tukang batu. Gajinya ketika
itu hanya Rp.100. Ia pun sempat mengalami depresi akibat tekanan hidup yang
dialaminya.
Suatu hari, temannya menyarankan Bob memelihara ayam untuk
melawan depresi yang dialaminya. Bob tertarik. Ketika beternak ayam itulah
muncul inspirasi berwirausaha. Bob memperhatikan kehidupan ayam-ayam
ternaknya. Ia mendapat ilham, ayam saja bisa berjuang untuk hidup, tentu
manusia pun juga bisa. Sebagai peternak ayam, Bob dan istrinya, setiap hari
menjual beberapa kilogram telor. Dalam tempo satu setengah tahun, ia dan
istrinya memiliki banyak langganan, terutama orang asing, karena mereka fasih
berbahasa Inggris.
Bob dan istrinya tinggal di kawasan Kemang, Jakarta, di mana terdapat
banyak menetap orang asing. Tidak jarang pasangan tersebut dimaki
pelanggan, babu orang asing sekalipun. Namun mereka mengaca pada diri
sendiri, memperbaiki pelayanan. Perubahan drastis pun terjadi pada diri Bob,
dari pribadi feodal menjadi pelayan. Setelah itu, lama kelamaan Bob yang
berambut perak, menjadi pemilik tunggal super market (pasar swalayan) Kem
Chicks. Ia selalu tampil sederhana dengan kemeja lengan pendek dan celana
pendek. Bisnis pasar swalayan Bob berkembang pesat, merambah ke
agribisnis, khususnya holtikutura, mengelola kebun-kebun sayur mayur untuk
konsumsi orang asing di Indonesia. Karena itu ia juga menjalin kerjasama
dengan para petani di beberapa daerah. Bob percaya bahwa setiap langkah
sukses selalu diawali kegagalan demi kegagalan. Perjalanan wirausaha tidak
semulus yang dikira. Ia dan istrinya sering jungkir balik. Baginya uang bukan
yang nomor satu. Yang penting kemauan, komitmen, berani mencari dan
menangkap peluang. Di saat melakukan sesuatu pikiran seseorang berkembang,
rencana tidak harus selalu baku dan kaku, yang ada pada diri seseorang adalah
pengembangan dari apa yang telah ia lakukan. Kelemahan banyak orang,
terlalu banyak mikir untuk membuat rencana sehingga ia tidak segera
melangkah. “Yang paling penting tindakan,” kata Bob.Keberhasilan Bob tidak
terlepas dari ketidaktahuannya sehingga ia langsung terjun ke lapangan.
Setelah jatuh bangun, Bob trampil dan menguasai bidangnya. Proses
keberhasilan Bob berbeda dengan kelaziman, mestinya dimulai dari ilmu,
kemudian praktik, lalu menjadi trampil dan profesional.
Menurut Bob, banyak orang yang memulai dari ilmu, berpikir dan
bertindak serba canggih, arogan, karena merasa memiliki ilmu yang melebihi
orang lain. Sedangkan Bob selalu luwes terhadap pelanggan, mau
mendengarkan saran dan keluhan pelanggan. Dengan sikap seperti itu Bob
meraih simpati pelanggan dan mampu menciptakan pasar. Menurut Bob,
kepuasan pelanggan akan menciptakan kepuasan diri sendiri. Karena itu ia
selalu berusaha melayani pelanggan sebaik-baiknya. Bob menempatkan
perusahaannya seperti sebuah keluarga. Semua anggota keluarga Kem Chicks
harus saling menghargai, tidak ada yang utamasemuanya punya fungsi dan
kekuatan.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Biografi dari BOB SADINO yang terkenal sebagai pengusaha
sukses di Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN

1.3  BIOGRAFI BOB SADINO


Bob Sadino (lahir di Lampung, 9 Maret 1933; umur 79 tahun), atau akrab
dipanggil om Bob, adalah seorang pengusaha asal Indonesia yang berbisnis di
bidang pangan dan peternakan. Ia adalah pemilik dari jaringan usaha Kemfood
dan Kemchick. Dalam banyak kesempatan, ia sering terlihat menggunakan
kemeja lengan pendek dan celana pendek yang menjadi ciri khasnya. Bob
Sadino lahir dari sebuah keluarga yang hidup berkecukupan. Ia adalah anak
bungsu dari lima bersaudara. Sewaktu orang tuanya meninggal, Bob yang
ketika itu berumur 19 tahun mewarisi seluruh harta kekayaan keluarganya
karena saudara kandungnya yang lain sudah dianggap hidup mapan. Bob
kemudian menghabiskan sebagian hartanya untuk berkeliling dunia. Dalam
perjalanannya itu, ia singgah di Belanda dan menetap selama kurang lebih 9
tahun. Di sana, ia bekerja di Djakarta Lylod di kota Amsterdam dan juga di
Hamburg, Jerman. Ketika tinggal di Belanda itu, Bob bertemu dengan
pasangan hidupnya, Soelami Soejoed.
Pada tahun 1967, Bob dan keluarga kembali ke Indonesia. Ia membawa
serta 2 Mercedes miliknya, buatan tahun 1960-an. Salah satunya ia jual untuk
membeli sebidang tanah di Kemang, Jakarta Selatan sementara yang lain tetap
ia simpan. Setelah beberapa lama tinggal dan hidup di Indonesia, Bob
memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya karena ia memiliki tekad untuk
bekerja secara mandiri. Pekerjaan pertama yang dilakoninya setelah keluar dari
perusahaan adalah menyewakan mobil Mercedes yang ia miliki, ia sendiri yang
menjadi sopirnya. Namun sayang, suatu ketika ia mendapatkan kecelakaan
yang mengakibatkan mobilnya rusak parah. Karena tak punya uang untuk
memperbaikinya, Bob beralih pekerjaan menjadi tukang batu. Gajinya ketika
itu hanya Rp.100. Ia pun sempat mengalami depresi akibat tekanan hidup yang
dialaminya.
Suatu hari, seorang teman menyarankan Bob memelihara dan berbisnis
telur ayam negeri untuk melawan depresinya. Bob tertarik dan mulai
mengembangkan usaha peternakan ayam. Ketika itu, di Indonesia, ayam
kampung masih mendominasi pasar. Bob-lah yang pertama kali
memperkenalkan ayam negeri beserta telurnya ke Indonesia. Bob menjual
telur-telurnya dari pintu ke pintu. Ketika itu, telur ayam negeri belum populer
di Indonesia sehingga barang dagangannya tersebut hanya dibeli oleh
ekspatriat-ekspatriat yang tinggal di daerah Kemang, serta beberapa orang
Indonesia yang pernah bekerja di luar negeri. Namun seiring berjalannya
waktu, telur ayam negeri mulai dikenal sehingga bisnis Bob semakin
berkembang. Bob kemudian melanjutkan usahanya dengan berjualan daging
ayam. Selain memperkenalkan telur ayam negeri, ia juga merupakan orang
pertama yang menggunakan perladangan sayur sistem hidroponik di Indonesia.
Bob Sadino Anak Guru
Kembali ke tanah air tahun 1967, setelah bertahun-tahun di Eropa dengan
pekerjaan terakhir sebagai karyawan Djakarta Lloyd di Amsterdam dan Hamburg,
Bob, anak bungsu dari lima bersaudara, hanya punya satu tekad, bekerja mandiri.
Ayahnya, Sadino, pria Solo yang jadi guru kepala di SMP dan SMA
Tanjungkarang, meninggal dunia ketika Bob berusia 19. Modal yang ia bawa dari
Eropa, dua sedan Mercedes buatan tahun 1960-an. Satu ia jual untuk membeli
sebidang tanah di Kemang, Jakarta Selatan. Ketika itu, kawasan Kemang sepi,
masih terhampar sawah dan kebun. Sedangkan mobil satunya lagi ditaksikan, Bob
sendiri sopirnya. Suatu kali, mobil itu disewakan. Ternyata, bukan uang yang
kembali, tetapi berita kecelakaan yang menghancurkan mobilnya. ”Hati saya ikut
hancur,” kata Bob. Kehilangan sumber penghasilan, Bob lantas bekerja jadi kuli
bangunan. Padahal, kalau ia mau, istrinya, Soelami Soejoed, yang berpengalaman
sebagai sekretaris di luar negeri, bisa menyelamatkan keadaan. Tetapi, Bob
bersikeras, ”Sayalah kepala keluarga. Saya yang harus mencari nafkah.” Untuk
menenangkan pikiran, Bob menerima pemberian 50 ekor ayam ras dari
kenalannya, Sri Mulyono Herlambang. Dari sini Bob menanjak: Ia berhasil
menjadi pemilik tunggal Kem Chicks dan pengusaha perladangan sayur sistem
hidroponik. Lalu ada Kem Food, pabrik pengolahan daging di Pulogadung, dan
sebuah ”warung” shaslik di Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta. Catatan awal 1985
menunjukkan, rata-rata per bulan perusahaan Bob menjual 40 sampai 50 ton
daging segar, 60 sampai 70 ton daging olahan, dan 100 ton sayuran segar. ”Saya
hidup dari fantasi,” kata Bob menggambarkan keberhasilan usahanya. Ayah dua
anak ini lalu memberi contoh satu hasil fantasinya, bisa menjual kangkung Rp
1.000 per kilogram. ”Di mana pun tidak ada orang jual kangkung dengan harga
segitu,” kata Bob. Om Bob, panggilan akrab bagi anak buahnya, tidak mau
bergerak di luar bisnis makanan. Baginya, bidang yang ditekuninya sekarang tidak
ada habis-habisnya. Karena itu ia tak ingin berkhayal yang macam-macam.
Haji yang berpenampilan nyentrik ini, penggemar berat musik klasik dan
jazz. Saat-saat yang paling indah baginya, ketika shalat bersama istri dan dua
anaknya.
Pengusaha Berdinas Celana Pendek
Pria berpakaian ”dinas” celana pendek jin dan kemeja lengan pendek
yang ujung lengannya tidak dijahit, ini adalah salah satu sosok entrepreneur
sukses yang memulai usahanya benar-benar dari bawah dan bukan berasal dari
keluarga wirausaha. Pendiri dan pemilik tunggal Kem Chicks (supermarket), ini
mantan sopir taksi dan karyawan Unilever yang kemudian menjadi pengusaha
sukses. Titik balik yang getir menimpa keluarga Bob Sadino. Bob rindu pulang
kampung setelah merantau sembilan tahun di Amsterdam, Belanda dan Hamburg,
Jerman, sejak tahun 1958. Ia membawa pulang istrinya, mengajaknya hidup serba
kekurangan. Padahal mereka tadinya hidup mapan dengan gaji yang cukup besar.
Sekembalinya di tanah air, Bob bertekad tidak ingin lagi jadi karyawan yang
diperintah atasan. Karena itu ia harus kerja apa saja untuk menghidupi diri sendiri
dan istrinya. Ia pernah jadi sopir taksi. Mobilnya tabrakan dan hancur. Lantas
beralih jadi kuli bangunan dengan upah harian Rp 100. Suatu hari, temannya
menyarankan Bob memelihara ayam untuk melawan depresi yang dialaminya.
Bob tertarik. Ketika beternak ayam itulah muncul inspirasi berwirausaha. Bob
memperhatikan kehidupan ayam-ayam ternaknya. Ia mendapat ilham, ayam saja
bisa berjuang untuk hidup, tentu manusia pun juga bisa. Sebagai peternak ayam,
Bob dan istrinya, setiap hari menjual beberapa kilogram telor. Dalam tempo satu
setengah tahun, ia dan istrinya memiliki banyak langganan, terutama orang asing,
karena mereka fasih berbahasa Inggris. Bob dan istrinya tinggal di kawasan
Kemang, Jakarta, di mana terdapat banyak menetap orang asing.
Tidak jarang pasangan tersebut dimaki pelanggan, babu orang asing
sekalipun. Namun mereka mengaca pada diri sendiri, memperbaiki pelayanan.
Perubahan drastis pun terjadi pada diri Bob, dari pribadi feodal menjadi pelayan.
Setelah itu, lama kelamaan Bob yang berambut perak, menjadi pemilik tunggal
super market (pasar swalayan) Kem Chicks. Ia selalu tampil sederhana dengan
kemeja lengan pendek dan celana pendek.
Bisnis pasar swalayan Bob berkembang pesat, merambah ke agribisnis,
khususnya holtikutura, mengelola kebun-kebun sayur mayur untuk konsumsi
orang asing di Indonesia. Karena itu ia juga menjalin kerjasama dengan para
petani di beberapa daerah.
Bob percaya bahwa setiap langkah sukses selalu diawali kegagalan demi
kegagalan. Perjalanan wirausaha tidak semulus yang dikira. Ia dan istrinya sering
jungkir balik. Baginya uang bukan yang nomor satu. Yang penting kemauan,
komitmen, berani mencari dan menangkap peluang. Di saat melakukan sesuatu
pikiran seseorang berkembang, rencana tidak harus selalu baku dan kaku, yang
ada pada diri seseorang adalah pengembangan dari apa yang telah ia lakukan.
Kelemahan banyak orang, terlalu banyak mikir untuk membuat rencana sehingga
ia tidak segera melangkah. “Yang paling penting tindakan,” kata Bob.
Keberhasilan Bob tidak terlepas dari ketidaktahuannya sehingga ia langsung
terjun ke lapangan. Setelah jatuh bangun, Bob trampil dan menguasai bidangnya.
Proses keberhasilan Bob berbeda dengan kelaziman, mestinya dimulai dari ilmu,
kemudian praktik, lalu menjadi trampil dan profesional. Menurut Bob, banyak
orang yang memulai dari ilmu, berpikir dan bertindak serba canggih, arogan,
karena merasa memiliki ilmu yang melebihi orang lain. Sedangkan Bob selalu
luwes terhadap pelanggan, mau mendengarkan saran dan keluhan pelanggan.
Dengan sikap seperti itu Bob meraih simpati pelanggan dan mampu menciptakan
pasar. Menurut Bob, kepuasan pelanggan akan menciptakan kepuasan diri sendiri.
Karena itu ia selalu berusaha melayani pelanggan sebaik-baiknya.
Bob menempatkan perusahaannya seperti sebuah keluarga. Semua
anggota keluarga Kem Chicks harus saling menghargai, tidak ada yang utama,
semuanya punya fungsi dan kekuatan. Sosok berambut putih, bercelana pendek,
dan kadang mengisap rokok dari cangklongnya ini begitu mudah dikenali. Gaya
bicaranya blak-blakan tanpa tedeng aling-aling. Ia adalah Bob Sadino, pengusaha
sukses yang terkenal dengan jaringan usaha Kemfood dan Kemchick-nya.
Beberapa kali wajahnya ikut tampil di beberapa sinetron hingga ke layar lebar,
meski kadang hanya tampil sebagai figuran.
Penampilannya yang serba cuek itu ternyata sejalan dengan pola pikirnya
yang apa adanya. Sebab, menurutnya, apa yang diraihnya saat ini adalah berkat
pola pikir yang apa adanya itu. Ia menyebut bahwa kesuksesannya didapat tanpa
rencana, semua mengalir begitu saja. Yang penting, adalah action dan berusaha
total, dalam menggeluti apa saja.
Totalitas Bob memang patut diacungi jempol, apalagi mengingat lika-
liku jalan hidup yang telah ditempuhnya. Pria kelahiran Lampung, 9 Maret 1933
yang hanya lulusan SMA ini pernah mengenyam profesi dari sopir taksi hingga
kuli bangunan untuk sekadar bertahan hidup. Saat masa sulitnya, ia pernah hampir
depresi. Tapi, ketika itu seorang temannya mengajaknya memelihara ayam. Dari
sanalah ia kemudian terinspirasi, bahwa kalau ayam saja bisa memperjuangkan
hidup, bisa mencapai target berat badan, dan bertelur, tentunya manusia juga bisa.
Itulah yang kemudian mengawali langkahnya untuk berwirausaha. Ia pun
kemudian memutuskan untuk makin menekuni usaha ternak ayam.
Pada awalnya, ia menjual telur beberapa kilogram per hari bersama
istrinya. Mereka menjual telur itu awalnya dari pintu ke pintu. Dan, dengan
ketekunan dan kemampuannya menjaga hubungan baik, telurnya makin laris. Dari
sanalah kemudian usahanya terus bergulir. Dari hanya menjual telur, ia lantas
menjual aneka bahan makanan. Itulah yang akhirnya menjadi cikal bakal
supermarket Kemchick miliknya. Ia kemudian juga merambah agribisnis
khususnya holtikutura, mengelola kebun-kebun yang banyak berisi sayur mayur
untuk dijual pada orang asing seperti orang Jepang dan Eropa. Hubungan baik
dengan orang-orang asing inilah yang kemudian makin membesarkan usahanya
hingga ia akhirnya juga memiliki usaha daging olahan Kemfoods. Dalam
menjalankan setiap usahanya, Bob selalu menyebut dirinya tak punya kunci
sukses. Sebab, ia percaya bahwa setiap langkah sukses selalu diimbangi
kegagalan, peras keringat, dan bahkan jungkir balik. Menurutnya, uang adalah
prioritas nomor sekian, yang penting adalah kemauan, komitmen tinggi, dan
selalu bisa menciptakan kesempatan dan berani mengambil peluang.
Bob menyebut, kelemahan banyak orang adalah terlalu banyak berpikir
membuat rencana sehingga tidak segera melangkah. Ia mengatakan bahwa ketika
orang hanya membuat rencana, karena merasa memiliki ilmu yang melebihi orang
lain, muncullah sifat arogan. Padahal, intinya sebenarnya sederhana saja, lakukan
dan selalu dengarkan saran dan keluhan pelanggan. Bob membuktikan sendiri, ia
yang hanya bermodal nekad, tapi berlandaskan niat dan keyakinan, serta kerja
keras pantang menyerah, tanpa teori sukses ia pun bisa jadi seperti sekarang.
Sukses itu bukan teori. Namun didapat dari perjuangan dan kerja keras, serta
dilandasi keyakinan kuat untuk mewujudkan cita-cita. Bob Sadino adalah contoh
nyata bahwa setiap orang bisa sukses asal mau membayar ”harga” dengan
perjuangan tanpa henti. Sosok berambut putih, bercelana pendek, dan kadang
mengisap rokok dari cangklongnya ini begitu mudah dikenali. Gaya bicaranya
blak-blakan tanpa tedeng aling-aling. Ia adalah Bob Sadino, pengusaha sukses
yang terkenal dengan jaringan usaha Kemfood dan Kemchick-nya. Beberapa kali
wajahnya ikut tampil di beberapa sinetron hingga ke layar lebar, meski kadang
hanya tampil sebagai figuran.

BOB SADINO DAN KEWIRAUSAHAAN


Bob Sadino memberikan beberapa tips untuk mereka yang benar-benar
ingin membangun jiwa enterpreneurship (jiwa kewirausahaan). Ia menyarankan
agar orang tidak belajar jiwa wirausaha di dalam kelas, atau dari mereka yang
tidak pernah menggeluti langsung dunia usaha.Sebab biasanya yang diberikan
adalah semua saran yang didasari oleh ketakutan sehingga segalanya dipermudah
dengan ide-ide logis padahal usaha adalah sering tidak mengikuti urutan dan
sistematika berpikir biasa, faktor-faktor-faktor yang kelihatannya terkontrol
padahal sangat sulit menerka gerak dan dinamika pasar, saran-saran yang
berlawanan dengan hukum pasar yang cenderung liar, mengabaikan unsur lain
yang justru sangat penting yaitu naluri pengusaha, dsb. Untuk membangun jiwa
wirausaha, Bob menyuruh kita untuk melihat beberapa hal berikut:
1. Kita harus membebaskan diri kita dari rasa takut.
Inilah halangan terbesar. Inilah alasan terbesar mengapa pendidikan
memakan waktu yang lama, yaitu untuk menghindari kesalahan dan resiko.
Tapi justru itulah yang ingin dipangkas oleh Bob karena ia merasa rasa takut
adalah penyebab tidak berkembangnya enterpreneurship. Kesulitan dan resiko
selalu menyertakan peluang. Jadi, jika kita ingin mengembangkan jiwa
enterpreneurship, jangan menghindari resiko.
2. Kita harus membebaskan diri dari tidakan terlalu berharap.
Belum apa-apa sudah membayangkan hitungan khayal tentang
keuntungan, kemudahan, kehebatan dan hasil besar. Jika begini, maka orang
mudah kecewa karena ternyata lapangan mengajarkan yang berbeda. Orang
harus belajar menghitung mulai dari angka kecil tetapi tekun dan komit.
Bayangkan sukarnya dan hadapilah kesukarannya.
3. Kita harus bebaskan diri kita dari pikiran sendiri.
Biasaya berupa konsep, keyakinan, anggapan dsb. Belajarlah untuk tidak
tahu supaya pengertian masuk sebanyak-banyaknya. Lepaskan diri dari
konsep-konsep, semua harus dijalani dulu dengan penuh keberanian, nanti ilmu
akan datang sendiri. Itulah enterpreneurship kata Bob. Memang benar, jika kita
berhadapan dengan orang yang merasa sudah tahu, kita kerepotan. Orang tidak
mudah berubah karena sudah punya asumsi dulu dalam pikiran. Jadi, cara
termudah mengadopsi teknik baru adalah dengan mengambil posisi belajar,
tidak tahu. Atau merendahkan hati untuk menjalankan sesuatu yang baru.
Dengan ketiga kunci tersebut, Bob berharap mereka calon enterpreneur akan
memakai prinsip-prinsip tadi sebagai modal mengembangkan jiwa
kewirausahaan.
Kata-kata Inspiratif Bob Sadino yang berkenan :
1. “Kunci kesuksesan adalah punya impian, berani mengejar impian itu dan
YAKIN.”
2. “Kelemahan banyak orang adalah terlalu banyak berpikir membuat rencana
sehingga tidak segera melangkah.”
3. “Yang Penting, adalah action dan berusaha total, dalam menggeluti apa saja.”
4. “Setiap langkah sukses selalu diimbangi kegagalan, peras keringat, dan
bahkan jungkir balik.”
5. “Uang adalah prioritas nomor sekian, yang penting adalah kemauan,
komitmen tinggi, dan selalu bisa menciptakan kesempatan dan berani
mengambil peluang.”
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Bob Sadino bagi aku adalah sosok yg sangat patut kita teladani.
Pemikiran yang sederhana. lugas, dan jujur membuatnya jadi bos yang sangat
disegani oleh anak buah dan orang-orang disekitarnya. Bob percaya bahwa setiap
langkah sukses selalu diawali kegagalan demi kegagalan. Perjalanan wirausaha
tidak semulus yang dikira. Ia dan istrinya sering jungkir balik. Baginya uang
bukan yang nomor satu. Yang penting kemauan, komitmen, berani mencari dan
menangkap peluang. Di saat melakukan sesuatu pikiran seseorang berkembang,
rencana tidak harus selalu baku dan kaku, yang ada pada diri seseorang adalah
pengembangan dari apa yang telah ia lakukan. Kelemahan banyak orang, terlalu
banyak mikir untuk membuat rencana sehingga ia tidak segera melangkah. “Yang
paling penting tindakan.”
Keberhasilan Bob tidak terlepas dari ketidaktahuannya sehingga ia
langsung terjun ke lapangan. Setelah jatuh bangun, Bob trampil dan menguasai
bidangnya. Proses keberhasilan Bob berbeda dengan kelaziman, mestinya dimulai
dari ilmu, kemudian praktik, lalu menjadi trampil dan profesional.
Menurut Bob, banyak orang yang memulai dari ilmu, berpikir dan
bertindak serba canggih, arogan, karena merasa memiliki ilmu yang melebihi
orang lain.
Sedangkan Bob selalu luwes terhadap pelanggan, mau mendengarkan
saran dan keluhan pelanggan. Dengan sikap seperti itu Bob meraih simpati
pelanggan dan mampu menciptakan pasar. Menurut Bob, kepuasan pelanggan
akan menciptakan kepuasan diri sendiri. Karena itu ia selalu berusaha melayani
pelanggan sebaik-baiknya.
Bob menempatkan perusahaannya seperti sebuah keluarga. Semua
anggota keluarga Kem Chicks harus saling menghargai, tidak ada yang utama,
semuanya punya fungsi dan kekuatan.
DAFTAR PUSTAKA

http://pengusahamuda.wordpress.com/biografi/
http://id.wikipedia.org/wiki/Bob.Sadino
http://www.profil.web.id/2012/07/bob-sadino-profil-biodata.html

Anda mungkin juga menyukai