Anda di halaman 1dari 14

APLIKASI PENDEKATAN SAINTIFIK PADA KURIKULUM 2013

BERKONTRIBUSI POSITIF TERHADAP PENGEMBANGAN


LITERASI SISWA DALAM MATEMATIKA DAN IPA

Artikel Ditulis untuk Melengkapi Penerbitan Jurnal di


Program Studi Pendidikan Bahasa Arab

Oleh:

MUHAMMAD NUH
NIP.197503242007101001

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN


INTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
2014
APLIKASI PENDEKATAN SAINTIFIK PADA KURIKULUM 2013
BERKONTRIBUSI POSITIF TERHADAP PENGEMBANGAN
LITERASI SISWA DALAM MATEMATIKA DAN IPA
(Muhammad Nuh, email: emnoeh@gmail.com)

Abstract

Scientific approach is one offer learning patterns are promoted in


Kurikulum 2013. To be especially with this approach because it is easy to be
applied to any subjects. In essence this scientific approach provides a learning
syntax that active learners since the beginning of learning activities. To make it
easier to remember the Bahasa Indonesia scientific approach symbolized by 5M,
observing (mengamati), questioning (menanya), experimenting (mengumpulkan
informasi), associating (mengolah), and communicating (mengomunikasikan).
The order of 5M is not clue, but the principle of science that is the procedure.
Application of the scientific approach in Kurikulum 2013 to contribute positively
to the literacy development of students, especially math and science.

Key Word : Pendekatan Saintifik (5M), Kurikulum 2013, dan Literasi Siswa

A. Pendahuluan
Kurikulum 2013 sudah harus dijalankan secara menyeluruh mulai Tahun
Pelajaran 2014/2015 di semua tingkat pendidikan dasar dan menengah baik di
sekolah maupun di madrasah. Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari
kurikulum sebelumnya untuk merespon berbagai tantangan internal dan eksternal.
Dalam Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 dijelaskan bahwa
pengembangan Kurikulum 2013 dilaksanakan atas dasar beberapa prinsip utama.
Pertama, standar kompetensi lulusan diturunkan dari kebutuhan. Kedua, standar
isi diturunkan dari standar kompetensi lulusan melalui kompetensi inti yang bebas
mata pelajaran. Ketiga, semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap
pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Keempat, mata
pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai. Kelima, semua mata
pelajaran diikat oleh kompetensi inti. Keenam, keselarasan tuntutan kompetensi
lulusan, isi, proses pembelajaran, dan penilaian. Aplikasi yang taat asas dari
prinsip-prinsip ini menjadi sangat esensial dalam mewujudkan keberhasilan
implementasi Kurikulum 2013.
Mulyasa (2013: 39) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang menjadi
kunci sukses Kurikulum 2013. Kunci sukses tersebut antara lain berkaitan dengan
kepemimpinan kepala sekolah, kreativitas guru, aktivitas peserta didik, sosialisasi,
fasilitas dan sumber belajar, lingkungan yang kondusif akademik, dan partisipasi
warga sekolah. Namun dari semua kunci sukses itu secara taat asas dimulasi dari
tiga faktor utama yaitu kepala sekolah, kreativitas guru, dan aktivitas siswa
sementara faktor yang lain adalah proses penyelarasan terhadap faktor utama yang
telah memulai arah dari perubahan praktek Kurikulum 2013. Kunci sukses
pertama yang menentukan keberhasilan implementasi Kurikulum 2013 adalah
kepemimpinan kepala sekolah/madrasah, terutama dalam mengorganisasikan,
menggerakkan, dan menyelaraskan semua sumber daya pendidikan yang tersedia.
Oleh karena itu, dalam menyukseskan implementasi Kurikulum 2013 diperlukan
kepala sekolah/madrasah yang mandiri, dan profesional dengan kemampuan
manajemen serta kepemimpinan yang tangguh, agar mampu mengambil
keputusan dan prakarsa untuk meningkatkan mutu sekolah/madrasah. Mulyasa
(2013:40) merumuskan bahwa tugas seorang kepala sekolah/madrasah yang
mandiri, demokratis, dan profesional harus berusaha menanamkan, memajukan
dan meningkatkan sedikitnya empat macam nilai, yakni pembinaan mental, moral,
fisik, dan artistik.

B. Pendekatan Saintifik pada Kurikulum 2013


Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi, antara lain ingin
mengubah pola pendidikan dari orientasi terhadap hasil dan materi ke pendidikan
sebagai proses, melalui pendekatan tematik intergratif dengan contextual teaching
and learning (CTL). Oleh karena itu, pembelajaran harus sebanyak mungkin
melibatkan peserta didik, agar mereka mampu bereksplorasi untuk membentuk
kompetensi dengan menggali berbagai potensi, dan kebenaran secara ilmiah.
Abdul Majid (2014: 180) menjelaskan bahwa pembelajaran kontekstual (CTL)
adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari dengan melibatkan tujuh komponen utama, yaitu
konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan, dan
penilaian otentik.
Untuk mengembangkan pemahaman dan kreativitas guru dalam
merencanakan proses pembelajaran, pendekatan saintifik menjadi salah satu alur
pembelajaran yang sangat dipromosikan dalam menjalankan standar isi pada
Kurikulum 2013. Dalam Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
dituliskan bahwa proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses
ilmiah, karena itu Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan saintifik
dalam pembelajaran. Pendekatan saintifik diyakini sebagai titian emas
perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta
didik. Menurut Permendikbud no. 81 A tahun 2013 lampiran IV, proses
pembelajaran dengan pendekatan ilmiah (Scientific Approach) terdiri atas lima
pengalaman belajar pokok yaitu: mengamati, menanya, mengumpulkan
informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Tabel 1 berikut ini
menguraikan secara rinci keterkaitan antara langkah pembelajaran dengan
kegiatan belajar dan maknanya.
Tabel 1. Keterkaitan antara Langkah Pembelajaran dengan Kegiatan Belajar dan
Maknanya
Langkah Kompetensi yang
Kegiatan Belajar
Pembelajaran Dikembangkan
Mengamati Membaca, mendengar, Melatih kesungguhan,
menyimak, melihat (tanpa atau ketelitian, mencari informasi
dengan alat)
Menanya Mengajukan pertanyaan tentang Mengembangkan kreativitas,
informasi yang tidak dipahami rasa ingin tahu, kemampuan
dari apa yang diamati atau merumuskan pertanyaan untuk
pertanyaan untuk mendapatkan membentuk pikiran kritis yang
informasi tambahan tentang apa perlu untuk hidup cerdas dan
yang diamati (dimulai dari belajar sepanjang hayat
pertanyaan faktual sampai ke
pertanyaan yang bersifat
hipotetik)
Mengumpulkan  melakukan eksperimen Mengembangkan sikap teliti,
informasi/ eksperimen  membaca sumber lain selain jujur, sopan, menghargai
buku teks pendapat orang lain,
 mengamati objek/ kejadian/ kemampuan berkomunikasi,
aktivitas menerapkan kemampuan
 wawancara dengan mengumpulkan informasi
narasumber melalui berbagai cara yang
dipelajari, mengembangkan
kebiasaan belajar dan belajar
sepanjang hayat.
Langkah Kompetensi yang
Kegiatan Belajar
Pembelajaran Dikembangkan
Mengasosiasikan/  mengolah informasi yang Mengembangkan sikap jujur,
mengolah informasi sudah dikumpulkan baik teliti, disiplin, taat aturan, kerja
terbatas dari hasil kegiatan keras, kemampuan
mengumpulkan/eksperimen menerapkan prosedur dan
maupun hasil dari kegiatan kemampuan berpikir induktif
mengamati dan kegiatan serta deduktif dalam
mengumpulkan informasi. menyimpulkan.
 Pengolahan informasi yang
dikumpulkan dari yang
bersifat menambah keluasan
dan kedalaman sampai
kepada pengolahan informasi
yang bersifat mencari solusi
dari berbagai sumber yang
memiliki pendapat yang
berbeda sampai kepada yang
bertentangan.
Mengkomunikasikan Menyampaikan hasil Mengembangkan sikap jujur,
pengamatan, kesimpulan teliti, toleransi, kemampuan
berdasarkan hasil analisis secara berpikir sistematis,
lisan, tertulis, atau media lainnya mengungkapkan pendapat
dengan singkat dan jelas, dan
mengembangkan kemampuan
berbahasa yang baik dan benar.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu. Peraturan Menteri Nomor 68 dan 81a Tahun 2013
mengamanahkan segenap warga sekolah untuk mengimplementasikan kurikulum
2013. Jadi kreativitas guru dalam melaksanakan pembelajaran diharapkan
menjadikan pendekatan saintifik sebagai pedoman dalam kegiatan belajar
mengajarnya.
Pada tahun pelajaran 2014/2015 semua sekolah/madrasah siap atau tidak
siap harus melaksanakan amanat yang termuat dalam undang-undang dan
peraturan. Berbagai respon terhadap ketentuan dari implementasi Kurikulum 2013
ternyata menunjukkan penerimaan dan penolakan karena alasan kesiapan segenap
warga sekolah. Fakta umum dari implementasi Kurikulum 2013 dalam sebuah
Modul Pelatihan Praktik yang Baik, Konsorsium USAID PRIORITAS (2014: 43)
mendeskripsikan beberapa butir penting antara lain:
a) Kurikulum 2013 mengembangkan sisi penting bagi siswa, yaitu sisi religiusitas
(KI-1), sisi sikap sosial (KI-2), sisi pengetahuan (KI-3), dan sisi keterampilan
(KI-4) semua hal itu amat berperan dalam kehidupan siswa.
b) Bentuk implementasi sebenarnya telah diatur oleh Permen Nomor 81a Tahun
2013 oleh pemerintah. Pendekatan saintifik adalah jawabannya dan 5M adalah
pedomannya. Dalam praktik pembelajaran KD pada KI-3 dan KI-4 yang
terlihat, sedangkan KD pada KI-1 dan KI-2 terakomodasi di dalamnya. Yang
perlu dipikirkan bagaimana bentuk kongkret aktivitas guru ketika
menerapkan KD KI-1 dan KI-2 di kelas dan bagaimana mengaksesnya.
c) KI-1, 2, 3, dan 4 serta pendekatan saintifik pada praktiknya mengarah pada
bentuk asesmen otentik dalam mengumpulkan data kemampuan siswa.
d) Literasi adalah hal yang terkait dengan keterampilan berbahasa. Literasi
adalah katalisator atau pemercepat proses yang sekaligus pemberhasil proses
belajar. Literasi yang berwujud keterampilan informasi ini dapat
mengembangkan potensi siswa.

C. Alur Pembelajaran 5M
Pemahaman terhadap pendekatan saintifik bagi guru dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar adalah seberapa baik pengembangan
kreativitas guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran di kelas.
Dengan menelaah kembali Tabel 1 di atas beberapa butir penting untuk menjadi
bahan renungan bagi guru dalam menjadikan 5M sebagai pedoman aktivitas
belajar siswa di kelas adalah:
Pertama, Aktivitas mengamati dilakukan dengan modal berpikir (bila
perlu berpikir tingkat tinggi). Aktivitas ini cenderung dipengaruhi oleh persepsi
dan latar belakang keilmuan seorang pengamat. Sebuah benda, dihadapan
pengamat matematika, akan menghasilkan hasil pengamatan yang berbeda
dengan pengamat IPS. Aktivitas mengamati bersifat multi indrawi. Jadi,
mengamati tidak cukup hanya dilakukan dengan mata, bahkan dapat dilanjutkan
dengan memberi perlakuan pada sesuatu yang diamati. Menanya adalah aktivitas
lanjut dari pengamatan. Keduanya dapat dikatakan berhubungan secara
kausalitas/ sebab akibat. Menanya dalam hal ini diupayakan sebagai aktivitas
siswa daripada guru. Aktivitas menanya sangat beragam, mulai dari pertanyaan
faktual sampai eksploratif. Kualitas pengamatan akan berkait erat dengan
kualitas pertanyaan. Pengamatan yang hebat dapat menghasilkan pertanyaan
yang berkualitas. Hal ini amat bermanfaat untuk perkembangan tingkat berpikir
siswa.
Kedua, Aktivitas mengumpulkan, mengolah, dan mengomunikasikan
informasi amat bergantung pada kreativitas guru terutama dalam beberapa
hal, seperti memberi masalah, tugas yang bermutu, dan penyelidikan yang
unggul. Dalam hal ini, sebaiknya dipertimbangkan dulu produk yang bagaimana
yang akan dicapai.
Ketiga, dalam pembelajaran (mengaktualisasikan KD baik tunggal maupun
majemuk), 5M adalah pendekatan yang harus terlaksana. Aspek keberurutan
memang belum ada petunjuk, tapi bila dilihat dari prinsip keilmuan hal tersebut
adalah prosedur. Ikhtiarnya dapat dilakukan dengan cara berikut. 2M yang
pertama, Mengamati dan Menanya memiliki prinsip Mengamati dilakukan
terlebih dahulu sebelum Menanya. Kedua hal ini cenderung dilaksanakan oleh
siswa. Pendampingan sangat dibutuhkan demi keberhasilan tahap ini. 3M yang
kedua, Mengumpulkan, Mengolah, dan Mengomunikasikan Informasi dapat
dilaksanakan dengan terlebih dulu memberikan sesuatu (permasalahan, tugas
kompleks/ proyek, dan penyelidikan). Aktivitas ini dipicu oleh guru dan
dijalankan oleh siswa. Pendampingan yang dilakukan diharapkan mengarah
pada produk yang dihasilkan. Lama waktu yang diperlukan tergantung pada
taraf kesulitan KD yang akan dijalankan dan tingkat kemampuan siswa. Ada
kalanya KD-KD yang dijalankan dapat terpenuhi dalam 2 jam pelajaran, tetapi
ada kalanya KD-KD tersebut baru dapat terpenuhi dalam jam pelajaran lebih
banyak. Perlu diperhatikan dengan benar, pada bagian ini kreativitas guru
dalam mengorganisasi pembelajaran sangat diperlukan.
Keempat, KD adalah hal yang harus dimiliki siswa. Hal ini dapat
ditunjukkan dengan produk, demonstrasi, dan orasi siswa baik berlisan maupun
tertulis. 5M adalah pendekatan yang dipakai ketika KD tersebut diaktualisasikan
ke dalam kelas. Berdasarkan hal tersebut KD dan 5M seperti umpamanya obat
dan petunjuk bagaimana harus meminumnya.
Uraian keempat hal tersebut mencoba mendeskripsikan secara sederhana
bagaiman tafsiran dari pendekatan saintifik sebagai simbol 5M. Mudah-mudahan
penggambaran 5M yang tertuang dalam empat bagian itu dapat memberi segenap
pemahaman yang memudahkan bagi pembaca khususnya guru yang nantinya
dituntut akan berkreasi sebaik mungkin dalam mencapai implementasi Kurikulum
2013 secara maksimal, utamanya dalam merencanakan dan melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan mata pelajarannya.

D. Pengembangan Literasi Siswa


Konsorsium USAID PRIORITAS (2014:201) menjelaskan bahwa
Kemampuan Literasi adalah kemampuan seseorang dalam:
(a) Mendengarkan/ menyimak = menangkap makna dari apa yang diucapkan
orang lain;
(b) Membaca pemahaman = menangkap makna dari apa yang ditulis orang lain;
(c) Menulis = mengungkapkan gagasan secara tertulis;
(d) Berbicara = mengungkapkan gagasan secara lisan.

Secara khusus pengertian kemampuan literasi tersebut dikatakan sebagai


keterampilan informasi. Lebih lanjut lagi Konsorsium USAID PRIORITAS
(2014: 147) menjelaskan bahwa keterampilan informasi tersebut meliputi: (a)
Keterampilan yang terkait dengan upaya memperoleh atau mengakses
informasi yaitu keterampilan membaca, keterampilan belajar, keterampilan
mencari informasi, dan keterampilan dalam menggunakan alat-alat teknologi.
(b) Keterampilan dalam mengolah informasi, baik dari satu sumber maupun
berbagai sumber. (c) Keterampilan dalam mengorganisasi atau merangkai
informasi. (d) Keterampilan menggunakan informasi (keterampilan intelektual
dan keterampilan membuat keputusan).
Keterampilan informasi ini amat berkait dengan keterampilan sosial,
yang meliputi keterampilan diri, keterampilan bekerja sama, dan berpartisipasi
dalam masyarakat. Siswa dalam kelas dipandang sebagai mahluk pribadi
sekaligus sebagai mahluk sosial. Kelak pada saatnya mereka akan menjadi warga
negara untuk menggantikan orang tua dan menjadi pemimpin. Oleh sebab itu,
sejak awal guru sudah harus membekali siswa dan mendapatkan pengembangan
atas keterampilan informasi untuk mendukung keterampilan sosialnya. Hal ini
menjadi tujuan penting dari tujuan diberlakukannya Kurikulum 2013 yaitu
menyiapkann manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi
dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta
mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan
peradaban dunia.
E. Kontribusi Positif Alur Pembelajaran 5M Terhadap Pengembangan
Literasi Siswa dalam Matematika dan IPA

1. Literasi Lintas Kurikulum Matematika


Kemampuan membaca dalam belajar matematika sangat penting
terutama ketika menyelesaikan soal cerita, yaitu soal matematika yang
dikemas dalam bentuk teks. Siswa biasanya lancar dalam menyelesaikan soal
simbolik matematika, tetapi kesulitan menyelesaikan soal cerita. Hal utama
yang penting dikuasai siswa dalam menyelesaikan soal cerita adalah
memahami soal tersebut, baru kemudian menerjemahkan pemahaman itu ke
dalam bentuk/simbol matematika. Salah satu indikator siswa memahami soal
cerita adalah mereka dapat menceritakan/menuliskan kembali isi soal tersebut
dengan kata- kata mereka sendiri.
Membaca tabel, diagram, dan grafik adalah kemampuan lain dalam
matematika yang terkait dengan literasi. Indikator mampu membaca tabel,
diagram, dan grafik adalah mampu menjelaskan secara lisan atau tulisan informasi
yang terkandung dalam tabel/diagram/grafik tersebut. Oleh karena itu,
pembiasaan siswa untuk menulis ulang soal cerita dengan kata- katanya sendiri
dan mengungkapkan (secara lisan maupun tulisan) hasil bacaan siswa
terhadap suatu tabel/ diagram/grafik sangat perlu dilakukan.
Konsorsium USAID PRIORITAS (2014: 202) menjelaskan bahwa bentuk-
bentuk kegiatan dalam pembelajaran matematika yang memerlukan sekaligus
mengembangkan kemampuan literasi antara lain:
a) Memahami soal cerita,
b) Berdikusi atau memberi petunjuk dalam pelaksanaan kegiatan
(menemukan rumus/ pola bilangan, membuktikan rumus, menerapkan
rumus, menemukan contoh dan bukan contoh dari suatu konsep
matematika),
c) Membuat definisi suatu konsep matematika (misal: definisi jajarangenjang,
persegi, persegipanjang, kubus, dan belah ketupat),
d) Menulis laporan proses dan hasil penemuan rumus/pola bilangan, dan
e) Menjelaskan isi tabel, diagram, atau grafik.

Kotak 1 berikut ini adalah contoh alur pembelajaran 5M dalam Lembar


Kerja matematika yang mengakomodir keterampilan literasi lintas kurikulum
matematika.
Kotak 1. Alur Pembelajaran 5M dalam Literasi Lintas Kurikulum Matematika

Selesaikanlah soal berikut ini.

Rosa, Ani, Lira, dan Puji senang bermain bulutangkis bersama tetapi mereka
tidak dapat bermain semuanya pada hari yang sama. Rosa tidak dapat bermain
pada hari Selasa, Rabu, dan Sabtu. Ani bisa bermain pada hari Senin, Rabu,
dan Kamis. Lira harus tinggal di rumah pada hari Senin dan Kamis. Puji dapat
bermain pada hari Senin, Selasa, dan Jum’at. Tidak seorang pun dapat
bermain pada hari Minggu.
 Apakah tiap pasang dari mereka dapat bermain?
 Apakah ada hari, selain Minggu, dimana tidak ada permainan berlangsung?
 Apakah ada hari dimana terdapat lebih dari satu permainan berlangsung?

Selesaikanlah soal tersebut, kemudian buat laporan bagaimana proses


menyelesaikannya hingga memperoleh jawaban.
Sumber: Modul II Pelatihan Praktik yang Baik USAID PRIORITAS

Berdasarkan Kotak 1, terkait dengan literasi lintas kurikulum matematika,


kemampuan yang dikembangkan dengan contoh tersebut sedikitnya meliputi (a)
membaca pemahaman, (b) memilah informasi, dan (c) membuat tabel untuk
mencatat informasi. Dengan literasi seperti itu mudah-mudahan siswa akan
mendapatkan jawaban atas pertanyaan dalam Kotak 1.

2. Literasi Lintas Kurikulum IPA


IPA memiliki tiga komponen yang tidak dapat dipisahkan, yaitu produk,
proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Oleh karena itu, belajar IPA adalah mempelajari
ketiga komponen tersebut. IPA sebagai produk memiliki makna IPA
merupakan organisasi dari konsep, prosedur, prinsip, dan hukum-hukum alam
yang ditemukan. IPA sebagai proses menjelaskan bahwa temuan IPA
diperoleh dari proses ilmiah atau kerja ilmiah. IPA sebagai sikap memiliki
makna bahwa sikap ilmiah mendasari proses ilmiah yang berguna dalam
menghasilkan produk IPA. Berdasarkan ketiga komponen tersebut, maka kegiatan
dalam pembelajaran IPA yang mengembangkan kemampuan literasi saintifik,
mempraktikkan literasi dalam pembelajaran IPA, dan mengidentifikasi masalah
peningkatan kemampuan literasi saintifik bagi siswa-siswi dalam pembelajaran
IPA di SMP dan merumuskan usulan pemecahannya. Kemampuan berbahasa
(khususnya membaca dan menulis) penting dalam belajar IPA. Istilah Literasi
Saintifik digunakan untuk mengintegrasikan Keterampilan Proses dengan
Kemampuan Berbahasa.
Konsorsium USAID PRIORITAS (2014: 218) menjelaskan bahwa bentuk-
bentuk kegiatan IPA yang memerlukan keterampilan berbahasa adalah:
a) Menjelaskan konsep IPA berdasarkan buku referensi atau informasi di internet,
b) Melakukan penelitian IPA (mengidentifikasi masalah, merumuskan
hipotesis, merancang percobaan, mencatat dan menganalisis data,
merumuskan kesimpulan berdasarkan data),
c) Mengomunikasikan hasil penelitian IPA,
d) Membaca petunjuk dalam pelaksanaan kegiatan (percobaan, pengamatan),
e) Menulis laporan hasil percobaan atau pengamatan, dan sebagainya.

Kotak 2 berikut ini adalah contoh alur pembelajaran 5M dalam Lembar


Kerja IPA yang mengakomodir keterampilan literasi lintas kurikulum IPA.
Berbagai keterampilan IPA dapat diakomodir melalui lembar kerja tersebut.

Berikut ini adalah data hasil penelitian pengukuran suhu tubuh dua ekor hewan,
katak dan kelinci yang diletakkan dalam kotak kaca yang suhunya dapat
diatur dari suhu 5 oC sampai suhu 50 oC. Pengukuran dilakukan tiga kali dan
hasilnya dirata-ratakan.

Rata-Rata Suhu Rata-Rata Suhu


Suhu dalam Kotak
Tubuh Katak (oC) Tubuh Kelinci (oC)
5 15 34
10 20 34
15 20 35
20 25 35
30 30 35
40 35 35

1. Gambarkan suhu tubuh katak dan kelinci dalam sebuah grafik!


2. Jelaskan bagaimana respons katak dan kelinci terhadap suhu lingkungan!
3. Apakah ada perbedaan respons katak dan kelinsi terhadap perubahan
suhu lingkungan?
4. Buatlah prediksi, apa yang terjadi pada suhu tubuh kelinci dan katak
jika suhu lingkungan dinaikkan sampai 50 oC?
5. Buatlah kesimpulan hasil penelitian tersebut!

Sumber: Modul II Pelatihan Praktik yang Baik USAID PRIORITAS

Berdasarkan Kotak 2, terkait dengan literasi lintas kurikulum IPA, kemampuan


yang dikembangkan dengan contoh tersebut sedikitnya meliputi (a) keterampilan
membuat grafik, (b) membaca grafik, (c) membuat prediksi, dan (d) keterampilan
membuat kesimpulan. Keterampilan proses pada dasarnya lebih luas atau lebih
kompleks dibandingkan dengan keterampilan literasi pada umumnya. Tabel 2
berikut ini menunjukkan perbandingan langsung antara keterampilan proses
dengan keterampilan literasi. Literasi saintifik sekali lagi adalah integrasi literasi
bahasa ke dalam keterampilan proses IPA.

Tabel 2. Keterampilan Proses Sains dan Literasi


Tahap-Tahap
Pendekatan
Keterampilan Kegiatan Contoh
Saintifik
Proses
Observasi atau Mengamati Mengobservasi Memcoba membuat
Mengamati menggunakan indera electromagnet,
terhadap fenomena mendekatkan magnet
alam dengan jarum, berpikir
membuat electromagnet
yang kuat
Merumuskan Menanya Mengajukan pertanyaan Apakah jumlah lilitan
masalah (yang akan diteliti) mempengaruhi besar
kecilnya gaya magnet?
Memperkirakan/ Mengumpulkan Membuat hipotesis Semakin banyak lilitan
Menduga informasi/ (dugaan) yaitu jawaban semakin besar gaya
(Merumuskan eksperimen pertanyaan/ masalah magnet yang dihasilkan
Hipotesis) berdasarkan referensi
atau pengalaman
Merancang dan Merancang percobaan, Membuat electromagnet
Melakukan melakukan percobaan, dengan berbagai jumlah
eskperimen melakukan pengamatan lilitan dan menguji
kekuatannya
Mencatat data Merekam data Mencatat data kekuatan
berbagai electromagnet
dengan berbagai jumlah
lilitan
Menganalisis data, Mengasosiasikan/ Analisis data dan
membahas, dan Mengolah informasi menarik kesimpulan
menyimpulkan Menambah keluasan
dan kedalaman sampai
kepada pengolahan
informasi yang bersifat
mencari solusi dari
berbagai sumber yang
memiliki pendapat yang
berbeda sampai
bertentangan
Mengomunikasikan Mengomunikasikan Menyajikan hasil Menulis laporan
eksperimen dalam terstruktur dan
berbagai bentuk sesuai menyajikan
kebutuhan
Sumber: Modul II Pelatihan Praktik yang Baik USAID PRIORITAS

F. Simpulan
Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan proses ilmiah, kareana itu
Kurikulum 2013 mengamanatkan pendekatan saintifik dalam pembelajaran.
Pendekatan saintifik adalah paradigma pembelajaran yang diyakini pemerintah
sebagai alur pembelajaran pada Kurikulum 2013. Pendekatan ini dapat
diaplikasikan pada berbagai subjek atau mata pelajaran.
Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi, antara lain ingin
mengubah pola pendidikan dari orientasi terhadap hasil dan materi ke pendidikan
sebagai proses, melalui pendekatan tematik intergratif dengan contextual teaching
and learning (CTL). Pola untuk menjalankan pembelajaran kontekstual ialah
dengan berpedoman pada 5M sebagai sintak dari pendekatan saintifik. 5M, yaitu
Mengamati, Menanya, Mengumpulkan informasi, Mengolah, dan
Mengomunikasikan.
Kemampuan literasi adalah kemampuan seseorang dalam hal
mendengarkan, membaca pemahaman, menulis, dan berbicara. Istilah khusus dari
kemampuan literasi disebut juga dengan kemampuan informasi. Pada hakikatnya
belajar adalah menguasai informasi. Oleh sebab itu, kemampuan informasi
melekat pada setiap subjek atau mata pelajaran. Pada pembelajaran matematika
dan IPA kemampuan mencari informasi, menuliskan dan menggunakan informasi
berhubungan erat dengan pencapaian kompetensi siswa. Jadi sangat jelas, bahwa
aplikasi pendekatan saintifik pada Kurikulum 2013 berkontribusi positif terhadap
kemampuan literasi siswa.

Daftar Pustaka
Abdul Majid. (2014). Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Agus Sujarwanta. (2012). Mengkondisikan Pembelajaran IPA dengan Pendekatan
Saintifik. Tersedia dalam: http://www.ummetro.ac.id/ diakses pada 1 Juli
2014 Pukul 5:05 WIB. Cetakan Edisi Hardcopy pada Jurnal Nuansa
Kependidikan Vol. 16 Nomor 1, Nopember 2012.
Buku Sumber untuk Dosen LPTK. (2014). Pembelajaran Literasi Kelas Awal di
LPTK. Jakarta: Atas Kerjasama USAID dan Pemerintahan RI (Kemdikbud
dan Kemenag) serta Dukungan RTI, EDC, dan World Education.
H.E. Mulyasa. (2013). Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Khairiah Nasution. (2013). Aplikasi Model Pembelajaran dalam Perspektif
Pendekatan Saintifik. Tersedia dalam: http://sumut.kemenag.go.id/ diakses
pada 1 Juli 2014., Pukul 4:46 WIB.
Konsorsium USAID PRIORITAS. (2014). Modul II Praktik yang Baik di Sekolah
Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs). Jakarta: Atas
Kerjasama USAID dan Pemerintahan RI (Kemdikbud dan Kemenag) serta
Dukungan RTI, EDC, dan World Education.
Nana Djumhana. (2009). Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta:
Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI.
Tim Pengembang Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013. (2014). Materi
Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Tahun Ajaran 2014/2015
Mata Pelajaran IPA SMP/MTs. Jakarta: Badan Pengembangan SDM
Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan
Kemdikbud.

Anda mungkin juga menyukai