Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN SENAM ANTI STROKE PADA LANSIA

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik


Dosen Pengampu : Hyan Oktodia Basuki, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Kelompok II C
Alfin Ashari Millenia (18.11.2.149.096)
Dimas Setya Putra (18.11.2.149.102)
Iha Zuliana Kamisatun (18.11.2.149.109)
Ima Nuria Aeni (18.11.2.149.110)
Malinda Intan Yuana (18.11.2.149.117)
Masruah (18.11.2.149.118)
Moh. Kanzul Fikri (18.11.2.149.119)
Muhammad Ali Wahyudi (18.11.2.149.120)
Naneng (18.11.2.149.122)
Nur Mahmudi Fatchul Huda (18.11.2.149.125)
Retno Sulistiani (18.11.2.149.127)
Ririn Agustianingsih (18.11.2.149.128)
Salsabilla Alifiah Tania P. (18.11.2.149.130)
Siti Kholifah (18.11.2.149.132)
Sitta Nurlailatul Fadhilah (18.11.2.149.134)
Subianto (18.11.2.149.135)
Susilowati Ningtyas (18.11.2.149.136)
Tutut Hidayati (18.11.2.149.138)
PROGRAM STUDI NERS

i
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NAHDLATUL ULAMA TUBAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
laporan pendahuluan tentang Senam Anti Stroke Pada Lansia dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Terimakasih kami ucapkan kepada Yth. Hyan Oktodia Basuki, S. Kep,
Ns., M. Kep. Selaku dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Gerontik.
Kami sangat berharap laporan pendahuluan ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita, dan juga di dalam laporan
pendahuluan ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan laporan
pendahuluan yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
       Semoga laporan penahuluan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun dari Anda demi perbaikan laporan pendahuluan ini di
waktu yang akan datang.

Tuban, 18 Desember 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

iii
BAB I
PENDAHUUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dari kehidupan dan merupakan
proses alami yang tidak dapat dihindari oleh setiap individu. Proses alami ditandai
dengan menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri / mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Contantinides, 1994 dalam
Nugroho, 2000).

Peningkatan populasi lanjut usia di Indonesia dimulai pada tahun 1971 sebesar
4,48%, pada tahun 2000 jumlah lansia di Indonesia sebesar 7,28%, 2 kemudian pada
tahun 2010 meningkat menjadi 9,77%, dan pada tahun 2020 diproyeksikan menjadi
sebesar 11,34% (Astuti et al, 2007). Dilihat sebaran penduduk lansia menurut provinsi,
persentase penduduk lansia paling tinggi ada di Provinsi DI Yogyakarta (13,04%), Jawa
Timur (10,40%), Jawa Tengah (10,34%), sedangkan Sumatra Barat menduduki posisi ke
tujuh yaitu 8,09% (Susenus, 2012).

Samino (2008 dikutip dari Anggleni, 2010) mengungkapkan bahwa


proses kesembuhan utama yang harus dijalani penderita stroke adalah melalui
penyembuhan dengan obat-obatan di rumah sakit serta melalui rehabilitasi.
Dengan program rehabilitasi yang tepat, 80% dari penderita stroke dapat
berjalan tanpa bantuan, 70% dapat melakukan aktifitas mengurus diri sendiri,
dan 30% lainnya dapat kembali bekerja (Parjoto, 1999 dikutip dalam
Widyatama, 2008). Salah satu bentuk terapi rehabilitasi yang sering digunakan

adalah program latihan fisik atau fisioterapi. Dalam terapi ini, penderita stroke
melakukan latihan fungsional dan identifikasi kunci utama pada tugas-tugas
motorik tertentu seperti duduk, berbicara, atau berjalan. Setiap tugas motorik
dianalisis, ditentukan komponen-komponen yang tidak dapat dikerjakan,
melatih penderita untuk melakukan hal-hal tersebut, serta memastikan latihan ini
dilakukan pada aktifitas sehari-hari pasien (Widiyanto, 2009).

Senam anti stroke untuk lansia memiliki berbagai manfaat, termasuk


meningkatkan kesehatan organ tubuh lainnya. Dengan olahraga setiap rutin setiap hari
cukup hingga berkeringat dapat mengurangi resiko stroke pada lansia. Olahraga

1
termasuk senam anti stroke untuk lansia bisa meningkatkan kesehatan pembuluh darah
dan memperbaiki tekanan darah tinggi. Perlu diketahui stroke merupakan penyumbatan
arteri di otak oleh gumpalan atau trombosis.

Adanya senam anti stroke ini dapat mencegah terjadinya penyakit stroke dan
dapat melatih kembali otot-otot yang telah lemah agar bisa digunakan kembali.

Tujuan

1. Mahasiswa mengetahui gambaran secara umum tentang asuhan


keperawatan pada klien dengan Luka Bakar.
2. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dengan Luka Bakar.
3. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada klien dengan
Luka Bakar.
4. Mahasiswa mampu menyusun intervensi keperawatan pada klien dengan
Luka Bakar.
5. Mahasiswa mampu menerapkan implementasi keperawatan pada klien
dengan Luka Bakar.
1.2 Manfaat

Menambah khasanah keilmuan sehingga peningkatan ilmu pengetahuan


dalam mencari pemecahan permasalahan pada klien dengan kasus luka bakar.

1.3 Rumusan Masalah


1. Identifikasi kasus luka bakar
2. Analisis kasus luka bakar

2
BAB II

2.1 PENGERTIAN
Stroke adalah cedera vaskuler akut pada otak atau suatu cedera
yang berat dan mendadak pada pembuluh-pembuluh darah otak (Soeharto,
2002). Pada saat ini, penyakit stroke telah menjadi masalah neurologik
primer di dunia. Istilah stroke biasanya digunakan secara spesifik untuk
menjelaskan infark serebrum. Samino (2008 dikutip dari Anggleni, 2010)
mengungkapkan bahwa proses kesembuhan utama yang harus dijalani
penderita stroke adalah melalui penyembuhan dengan obat-obatan di
rumah sakit serta melalui rehabilitasi. Dengan program rehabilitasi
yang tepat, 80% dari penderita stroke dapat berjalan tanpa bantuan,
70% dapat melakukan aktifitas mengurus diri sendiri, dan 30%
lainnya dapat kembali bekerja (Parjoto, 1999 dikutip dalam Widyatama,
2008). Salah satu bentuk terapi rehabilitasi yang sering digunakan
adalah program latihan fisik atau fisioterapi. Dalam terapi ini, penderita
stroke melakukan latihan fungsional dan identifikasi kunci utama pada
tugas-tugas motorik tertentu seperti duduk, berbicara, atau berjalan.
Setiap tugas motorik dianalisis, ditentukan komponen-komponen yang
tidak dapat dikerjakan, melatih penderita untuk melakukan hal-hal
tersebut, serta memastikan latihan ini dilakukan pada aktifitas sehari-hari
pasien (Widiyanto, 2009).
2.2 ETIOLOGI
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan stroke antara lain :
1. Thrombosis Cerebral.
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami
oklusi sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat
menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya.
Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau
bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas
simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan

3
iskemi serebral.Tanda dan gejala neurologis seringkali memburuk
pada 48 jam setengah thrombosis.
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan thrombosis otak :
a. Atherosklerosis
Atherosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta
berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh
darah. Manifestasi klinis atherosklerosis bermacam-macam.
Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme berikut :
 Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan
berkurangnya aliran darah.
 Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi
thrombosis.
 Merupakan tempat terbentuknya thrombus,
kemudian melepaskan kepingan thrombus
(embolus).
 Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma
kemudian robek dan terjadi perdarahan.

a. Hypercoagulasi pada polysitemia

Darah bertambah kental, peningkatan viskositas /hematokrit


meningkat dapat melambatkan aliran darah serebral.

b. Arteritis( radang pada arteri )

1. Emboli

Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh


bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari
thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral.

4
Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30
detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat menimbulkan emboli :

a. Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease.


(RHD)
b. Myokard infark
c. Fibrilasi, keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk pengosongan
ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu
kosong sama sekali dengan mengeluarkan embolus-embolus kecil.
d. Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan terbentuknya
gumpalan-gumpalan pada endocardium.

2. Haemorhagi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam
ruang subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini
dapat terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya
pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam parenkim
otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan
jaringan otak yang berdekatan ,sehingga otak akan membengkak, jaringan
otak tertekan, sehingga terjadi infark otak, oedema, dan mungkin herniasi
otak.

Penyebab perdarahan otak yang paling lazim terjadi :

a. Aneurisma Berry, biasanya defek kongenital.


b. Aneurisma fusiformis dari atherosklerosis.
c. Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli septis.
d. Malformasi arteriovenous, terjadi hubungan persambungan pembuluh
darah arteri, sehingga darah arteri langsung masuk vena.
e. Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan
penebalan dan degenerasi pembuluh darah.

5
3. Hypoksia Umum

a. Hipertensi yang parah.

b. Cardiac Pulmonary Arrest

c. Cardiac output turun akibat aritmia

4. Hipoksia setempat

a. Spasme arteri serebral , yang disertai perdarahan subarachnoid.

b. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain.

2.3 KLASIFIKASI STROKE


1. Stroke iskemik di bagi menjadi 3 jenis, yaitu :
a. Stroke Trombotik
Proses terbentuknya thrombus yang membuat
penggumpalan.
b. Stroke Embolit
Tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah.
c. Hipoperfusion sistemik
Berkurangnya alirah darah ke seluruh tubuh karena adanya
gangguan denyut jantung.
2. Stroke himoragi ada dua jenis, yaitu:
a. Hemoragi Intraserebal
Pendarahan yang terjadi didalam jaringan otak.

6
b. Hemoragi Subaraknoid
Pendarahan yang terjadi pada ruang subaraknoid (ruang
sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang
menutupi otak).
2.4 FAKTOR RESIKO
Beberapa faktor resiko untuk penyakit stroke yaitu :
1. Memiliki tekanan darah tinggi
2. Diabetes
3. Gangguan jantung dan penyumbatan pembuluh darah
4. Diskomunikasi
5. Usia semakin tua
6. Genetik
7. Ras dan etnis

7
2.4 PATOFISIOLOGI

Infark serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak.


Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya
pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang
disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat
berubah (makin lmbat atau cepat) pada gangguan lokal (thrombus, emboli,
perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum
(hipoksia karena gangguan paru dan jantung). Atherosklerotik
sering/cenderung sebagai faktor penting terhadap ortak, thrombus dapat
berasal dari flak arterosklerotik , atau darah dapat beku pada area yang
stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi.
Thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai
emboli dalam aliran darah. Thrombus mengakibatkan ;

1. Iskemia jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang


bersangkutan.

2. Edema dan kongesti disekitar area.


Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area
infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau
kadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan berkurangnya edema
pasien mulai menunjukan perbaikan,CVA. Karena thrombosis biasanya
tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah
serebral oleh embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti
thrombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada dinding pembukluh
darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis , atau jika sisa infeksi
berada pada pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan dilatasi
aneurisma pembuluh darah. Hal iniakan me yebabkan perdarahan
cerebral, jika aneurisma pecah atau ruptur. Perdarahan pada otak lebih
disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik dan hipertensi pembuluh darah..
Perdarahanintraserebral yang sangat luas akan menyebabkan kematian
dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebro vaskuler. Jika sirkulasi
serebral terhambat, dapat berkembang anoksia cerebral. Perubahan
disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6
menit. Perubahan irreversibel bila anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia
serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah satunya
cardiac arrest.

8
2.5 Penatalaksanaan
Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis sebagai
berikut 1. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan :

a. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan


lendiryang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu
pernafasan.

b. Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk usaha


memperbaiki hipotensi dan hipertensi.

1. Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung.

2. Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter.

3. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat


mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan
gerak pasif.

9
Luka Bakar

2.6 WOC

BI (Breathing) BII (Blood) BIII (Brain) BIV (Bladder) BV (Bowel) BVI (Bone)

Kerusakan Perubahan Agen Kehilangan Peningkatan Kelemahan,


inervasi irama jantung pencedera cairan aktif & kebutuhan imobilitas
diafragma fisiologi, kekurangan metabolisme
kimiawi, fisik intake cairan
Bradikardi, Meggeluh
Takipnea, takikardi,
Bradipnea, Volume urie BB menurun lelah,
tekanan darah Tampak
Hiperventilasi, menurun, TD 10% di bawah frekuensi
naik/turun meringis,gelis
kussamul, menurun & rentang ideal jantung
ah, sulit tidur,
cheynestokes tekanan nadi meningkat &
bersikap
menyempit sianosis
protektif
D.0008 : D.0019
D.0005 : Pola Penurunan D.0077 : Defisit nutrisi
Curah D.0023 : D.0056 :
Nafas Tidak Nyeri Akut
Janrung Hipovolemia Intoleransi
Efektif
aktifitas

19
2.7 Anemesis
Pengkajian identitas klien meliputi tanggal pengkajian, tanggal MRS, diagnosa
masuk, ruangan/kelas,jam, no RM, hari rawat ke, nama, usia, jenis kelamin,
suku/bangsa, agama, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, alamat,
penanggung jawab biaya, nama, alamat, Hub. Keluarga, Telepon.
2.8 Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara
pelo, dan tidak dapat berkomunikasi. (Jusuf Misbach, 1999)
2.9 Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak,
pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri
kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping
gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
(Siti Rochani, 2000)
2.10 Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia,
riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-
obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
(Donna D. Ignativicius, 1995)
2.11 Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun
diabetes militus. (Hendro Susilo, 2000)
2.12 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan ROS
B1 (Breathing)
1) Dipsnea D.0005(S)
2) Ortopnea D.0005 (S)
3) Penggunaan otot bantu pernafasan D.0005(O)
4) Fase ekspirasi memanjang D.0005(O)
5) Polan nafas abnormal D.0005(O)
(mis. Takipnea,bradipnea,hiperventilasi,kussmaul,cheny-stokes)

20
6) Pernafasan pursed-lip D.0005 (O)
7) Pernafasan cuping hidung D.0005 (O)
8) Diameter thorak anterior-posterior meningkat D.0005 (O)
9) Ventilasi semenit menurun D.0005 (O)
10) Kapasitas vital menurun D.0005 (O)
11) Tekanan ekspirasi menurun D.0005 (O)
12) Tekanan inspirasi menurun D.0005 (O)
13) Ekskrusi dada berubah D.0005 (O)
MK : Pola Nafas Tidak Efektif D.0005

B2 (Blood)
1) Palpitasi D.0008(S)
2) Lelah D.0008(S)
3) Dipsnea D.0008(S)
4) Paroxysmal nocturnal dypsnea (PND) D.0008(S)
5) Ortopnea D.0008(S)
6) batuk D.0008(S)
7) Cemas, gelisah D.0008(S)
8) bradikardia/takikadia D.0008(O)
9) Gambaran EKG aritmia/gangguan konduksi D.0008(O)
10) Edema D.0008(O)
11) Distensi vena juguaris D.0008(O)
12) Central Venous pressure (CVP) meningkat/menurun D.0008(O)
13) Hepatomegali D.0008(O)
14) Tekanan darah meningat/menurun D.0008(O)
15) Nadi prifer terasa lemah D.0008(O)
16) Capillary refill time >3 detik D.0008(O)
17) Oliguria D.0008(O)
18) Sianosis D.0008(O)
19) Terdengar suara janrung S3 dan/atau S4
20) Ejection fraction menurun D.0008(O)
21) Murmur jantung D.0008(O)

21
22) Berat badan bertamba D.0008(O)
23) Pulmonary artery wedge pressure (PAWP) menurun D.0008(O)
24) Pulmonary vascular resistance (PVR) D.0008(O)
25) Systemic vascular resistence (SVR) meningkat/ menurun D.0008(O)
26) Cardiac index (CL) menurun D.0008(O)
27) Left ventricular stroke work index (LVSWI) menurun D.0008(O)
28) Stroke index (SVI) menurun D.0008(O)
MK : D.0008 Penurunan curah jatung

B3 (Brain)
1) Mengeluh nyeri D.0077(S)
2) Tampak meringis D.0077(O)
3) Bersikap protektif D.0077(O)
4) Gelisah D.0077(O)
5) Frekuensi nadi meningkat D.0077(O)
6) Sulit tidur D.0077(O)
7) Tekanan darah meningkat D.0077(O)
8) Pola nafas berubah D.0077(O)
9) Nafsu makan berubah D.0077(O)
10) Menarik diri D.0077(O)
11) Berfokus pada diri sendiri D.0077(O)
12) Diaforesis D.0077(O)
MK : D.0077 nyeri akut

B4 (Bladder)
1) Merasa lemah D.0023(S)
2) Mengeluh haus D.0023(S)
3) Frekuensi nadi meningkat D.0023(O)
4) Nadi teraba lemah D.0023(O)
5) Tekanan darah menurun D.0023(O)
6) Tekanan nadi menyempit D.0023(O)
7) Turgor kulit menurun D.0023(O)

22
8) Membram mukosa kering D.0023(O)
9) Volume urine menurun D.0023(O)
10) Hematokrit meningkat D.0023(O)
11) Pengisian vena menurun D.0023(O)
12) Status mental berubah D.0023(O)
13) Suhu tubuh meningkat D.0023(O)
14) Konsentrasi urine meningkat D.0023(O)
15) Berat badan turun tiba tiba D.0023(O)
MK : D.0023 Hipovolemia

B5 (Bowel)
1) Cepat kenyang setelah makan D.0019 (S)
2) Kram/nyeri abdomen D.0019 (S)
3) Nafsu makan menurun D.0019 (S)
4) Berat badan menurun D.0019 (O)
5) minimal 10% di bawah D.0019 (O)
6) rentang ideal D.0019 (O)
7) Bising usus hiperaktif D.0019 (O)
8) Otot pengunyah lemah D.0019 (O)
9) Otot menelan lemah D.0019 (O)
10) Membran mukosa pucat D.0019 (O)
11) Sariawan D.0019 (O)
12) Serum albumin turun D.0019 (O)
13) Rambut rontok berlebihan D.0019 (O)
14) Diare D.0019 (O)
MK : D.0019 Defisit ntrisi

B6 (Bone)

1) Mengeluh lelah D.0056 (S)


2) Dispnea saat/setelah aktivitas D.0056 (S)
3) Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas D.0056 (S)

23
4) Merasa lemah D.0056 (S)
5) Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat D.0056 (O)
6) Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah aktivitas D.0056 (O)
7) Gambaran EKG menunjukkan iskemia D.0056 (O)
8) Sianosis D.0056 (O)

MK : D.0056 Intoleransi aktivitas


2.13 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada luka bakar yaitu :
1. Hitung darah lengkap : Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya
pengeluaran darah yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15%
mengindikasikan adanya cedera, pada Ht (Hematokrit) yang meningkat
menunjukkan adanya kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi
sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh panas terhadap
pembuluh darah.

2. Leukosit : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau


inflamasi.

3. GDA (Gas Darah Arteri) : Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera


inhalasi. Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan karbon
dioksida (PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.

4. Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan


cedera jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin
menurun karena kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi
ginjal dan hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis.

5. Natrium Urin : Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan


cairan , kurang dari 10 mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan.

6. Alkali Fosfat : Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan perpindahan


cairan interstisial atau gangguan pompa, natrium.

7. Glukosa Serum : Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress.

8. Albumin Serum : Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema


cairan.

9. BUN atau Kreatinin : Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi


ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.

24
10. Loop aliran volume : Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau
luasnya cedera.

11. EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia.

12. Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar

25
2.14 Analisis data
Data WOC Masalah
DS : Kerusakan inervasi diafragma Pola nafas tidak efektif D.0005
1) Dipsnea D.0005(S)
2) Ortopnea D.0005 (S)
DO :
1) Penggunaan otot bantu pernafasan D.0005(O) Takipnea, Bradipnea, Hiperventilasi,
2) Fase ekspirasi memanjang D.0005(O) kussamul, cheynestokes
3) Polan nafas abnormal D.0005(O)
(mis.
Takipnea,bradipnea,hiperventilasi,kussmaul,cheny
-stokes) D.0005 : Pola Nafas Tidak Efektif
4) Pernafasan pursed-lip D.0005 (O)
5) Pernafasan cuping hidung D.0005 (O)
6) Diameter thorak anterior-posterior meningkat
D.0005 (O)
7) Ventilasi semenit menurun D.0005 (O)
8) Kapasitas vital menurun D.0005 (O)
9) Tekanan ekspirasi menurun D.0005 (O)
10) Tekanan inspirasi menurun D.0005 (O)
11) Ekskrusi dada berubah D.0005 (O)

DS : Perubahan irama jantung D.0008 Penurunan curah jatung


1) Palpitasi D.0008(S)
2) Lelah D.0008(S)
3) Dipsnea D.0008(S)
4) Paroxysmal nocturnal dypsnea (PND) D.0008(S) Bradikardi, takikardi, tekanan darah
5) Ortopnea D.0008(S) naik/turun

20
6) batuk D.0008(S)
7) Cemas, gelisah D.0008(S)
DO :
1) bradikardia/takikadia D.0008(O) D.0008 : Penurunan Curah Janrung
2) Gambaran EKG aritmia/gangguan konduksi
D.0008(O)
3) Edema D.0008(O)
4) Distensi vena juguaris D.0008(O)
5) Central Venous pressure (CVP)
meningkat/menurun D.0008(O)
6) Hepatomegali D.0008(O)
7) Tekanan darah meningat/menurun D.0008(O)
8) Nadi prifer terasa lemah D.0008(O)
9) Capillary refill time >3 detik D.0008(O)
10) Oliguria D.0008(O)
11) Sianosis D.0008(O)
12) Terdengar suara janrung S3 dan/atau S4
13) Ejection fraction menurun D.0008(O)
14) Murmur jantung D.0008(O)
15) Berat badan bertamba D.0008(O)
16) Pulmonary artery wedge pressure (PAWP)
menurun D.0008(O)
17) Pulmonary vascular resistance (PVR) D.0008(O)
18) Systemic vascular resistence (SVR) meningkat/
menurun D.0008(O)
19) Cardiac index (CL) menurun D.0008(O)
20) Left ventricular stroke work index (LVSWI)
menurun D.0008(O)

21
21) Stroke index (SVI) menurun D.0008(O)
DS : Agen pencedera fisiologi, kimiawi, D.0077 nyeri akut
1) Mengeluh nyeri D.0077(S) fisik
DO :
1) Tampak meringis D.0077(O)
2) Bersikap protektif D.0077(O)
3) Gelisah D.0077(O) Tampak meringis,gelisah, sulit tidur,
4) Frekuensi nadi meningkat D.0077(O) bersikap protektif
5) Sulit tidur D.0077(O)
6) Tekanan darah meningkat D.0077(O)
7) Pola nafas berubah D.0077(O)
8) Nafsu makan berubah D.0077(O) D.0077 : Nyeri Akut
9) Menarik diri D.0077(O)
10) Berfokus pada diri sendiri D.0077(O)
11) Diaforesis D.0077(O)
DS : Kehilangan cairan aktif & kekurangan D.0023 Hipovolemia
1) Merasa lemah D.0023(S) intake cairan
2) Mengeluh haus D.0023(S)
DO :
1) Frekuensi nadi meningkat D.0023(O)
2) Nadi teraba lemah D.0023(O) Volume urie menurun, TD menurun
3) Tekanan darah menurun D.0023(O) & tekanan nadi menyempit
4) Tekanan nadi menyempit D.0023(O)
5) Turgor kulit menurun D.0023(O)
6) Membram mukosa kering D.0023(O)
7) Volume urine menurun D.0023(O) D.0023 : Hipovolemia
8) Hematokrit meningkat D.0023(O)
9) Pengisian vena menurun D.0023(O)

22
10) Status mental berubah D.0023(O)
11) Suhu tubuh meningkat D.0023(O)
12) Konsentrasi urine meningkat D.0023(O)
13) Berat badan turun tiba tiba D.0023(O)
DS : Peningkatan kebutuhan metabolisme MK : D.0019 Defisit ntrisi

1) Cepat kenyang setelah makan D.0019 (S)


2) Kram/nyeri abdomen D.0019 (S)
3) Nafsu makan menurun D.0019 (S) BB menurun 10% di bawah rentang
ideal
DO :

1) Berat badan menurun D.0019 (O)


2) minimal 10% di bawah D.0019 (O)
3) rentang ideal D.0019 (O) D.0019 Defisit nutrisi
4) Bising usus hiperaktif D.0019 (O)
5) Otot pengunyah lemah D.0019 (O)
6) Otot menelan lemah D.0019 (O)
7) Membran mukosa pucat D.0019 (O)
8) Sariawan D.0019 (O)
9) Serum albumin turun D.0019 (O)
10) Rambut rontok berlebihan D.0019 (O)
11) Diare D.0019 (O)

DS : Kelemahan, imobilitas
1) Mengeluh lelah D.0056 (S)
2) Dispnea saat/setelah aktivitas D.0056 (S)
3) Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas D.0056

23
(S) Meggeluh lelah, frekuensi jantung
4) Merasa lemah D.0056 (S) meningkat & sianosis
DO :
1) Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi
istirahat D.0056 (O)
2) Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah D.0056 : Intoleransi aktifitas
aktivitas D.0056 (O)
3) Gambaran EKG menunjukkan iskemia D.0056 (O)
4) Sianosis D.0056 (O)

2.15 Diagnosis keperawatan


1. Pola nafas tidak efektif b.d kerusakan inervasi diafragma di tandai dengan bradipnea
2. Penurunan curah jantung b.d perubahan irama jantung di tandai dengan takikardi
3. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis, kimiawi, dan fisik di tandai dengan bersikap protektif
4. Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif di tandai dengan volume urine menurun
5. Defisit nutrisi b.d peningkatan kebutuhan metabolisme di tandai dengan berat badan menurun 10% di bawah rentang ideal
6. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan di tandai dengan mengeluh lelah

2.16 Interverensi

24
No Tangal
Tujuan dan kriteria hasil Interverensi rasional
diagnosa dan jam
1 Tujuan : setelah di lakukan tindakan 16 juli 1. Bersihkan mulut, hidung dan 1. Untuk membantu
keperawatan selama 3x24 jam di 2019 jam secret memperlancar pernapasan
harapkan pola nafas kembali teratur 07.00 2. Monitor suhu, warna, dan pada pada pasien dengan
Kriteria hasil : kelembapan kulit posisi semi fowler, karena
3. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR pada posisi tersebut dada
1. Mendemonstrasikan batuk efektif
dan suara nafas yang bersih, tidak 4. Kolaborasi untuk memberikan tidak mengalami tekanan

ada sianosis dan dyspneu (mampu terapi oksigenasi sehingga pada napas pada
mengeluarkan sputum, mampu pasien bisa efektif
bernafas dengan mudah, tidak ada 2. Untuk mengetahui tindakan
pursed lips) selanjutnya pada batas
2. Menunjukkan jalan nafas yang paten normal
(klien tidak merasa tercekik, irama 3. Untuk mengetahui pola napas
nafas, frekuensi pernafasan dalam
pasien yang efektif &
rentang normal, tidak ada suara nafas
membantu klien agar bisa
abnormal)
bernapas dengan lancar
3. Tanda Tanda vital dalam rentang
4. Terapi oksigenasi dapat
normal (tekanan darah, nadi,
pernafasan) melancarkan sirkulasi nafas

25
2 Tujuan : setelah di lakukan tindakan 16 juli 1. Evaluasi adanya nyeri dada 1. Mengetahui adanya tanda dan
keperawatan selama 3x24 jam di 2019 jam 2. Monitor status cardiovascular gejala nyeri yang terjadi pada
harapkan irama jantung menjadi 07.00 3. Monitor TTV dada klien
reguler 4. Catat adanya distrimia jantung 2. Memonitor status
Kriteria hasil : 5. Catat adanya tanda dan gejala cardiovaskular bisa
penurunan cardiac output mengetahui perkembangan
1. Tanda tanda vital dalam rentang
status cardiovaskular
normal
3. Mengetahui perubahan TTV
2. Dapat mentoleransi aktivitas,
(Tekanan
tidak ada kelelahan
darah,nadi,suhu,repirasi)
3. AGD dalam batas normal
4. Mengetahui adanya tanda dan
4. Warna kulit normal
gejala distrimia jantung
5. Tidak ada distensi vena leher
5. Mengetahui tanda dan gejala
penurunan cardiac output
3 Tujuan : setelah di lakukan tindakan 16 juli Lakukan pengkajia nyeri secara Mengtahui lokasi, karakteristik
keperawatan selama 3x24 jam di 2019 jam komprehensif durasi frekuensi kualitas dan
harapkan nyeri akut teratasi 07.00 Observasi reaksi non verbal dari faktor presipitasi
Kriteria hasil : ketidak nyamanan Mengetahui reaksi non verbal
Kaji kultur yang mempengaruhi dari ketidak nyamanan klien
1. Mampu mengontrol nyeri (tau

26
penyebab nyeri, mampu respon nyeri Megetahui lokasi nyeri yang ada
menggunakan teknik Kolaborasi dengan dokter untuk pada klien
nonfarmakologi untuk pemberian obat analgetik Pemberian analgetik bisa
mengurangi nyeri, mencar mengurangi rasa nyeri klien
bantuan)
2. Melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri
3. Mampu mengenali nyeri (skala,
intensitas, frekuensi dan tanda
nyeri)
4. Menyatakan rasa nyaman setelah
nyeri berkurang
4 Tujuan : setelah di lakukan tindakan 16 juli 1. Pertahankan catatan intake dan 1. Mempertahankan cairan
keperawatan selama 3x24 jam di 2019 jam output cairan yang akurat tubuh bisa menormalkan
harapkan kebutuuhan cairan klien 07.00 2. Monitor status dehidrasi cairan dalam tubuh
terpenuhi 3. Kolaboasi dengan dokter untuk 2. Mengetahui status dehidrasi
Kriteria hasil pemberian caian bisa untuk mengetahui tanda
4. Moitor TTV dan gejala dehidrasi
1. Mempertahankan urine output

27
sesuai dengan BB, BJ urine 5. Monitor respon terhadap 3. Kolaborasi dengan dokter
normal, HT normal penambahan cairan bisa memberikan cairan yang
2. TTV dalam rentang normal tepat untuk klien
3. Tidak ada tanda tanda dehidrasi 4. Mengetahui perubahan TTV
4. Elastisitas turgor kulit baik, (Tekanan
membram mukosa lembab, tidak darah,nadi,suhu,repirasi)
ada rasa haus yang berlebihan 5. Monitor respon terhadap
pemberian cairan bisa
mengetahui respon yang
terjadi pada klien

5 Tujuan : setelah di lakukan tindakan 16 juli 1. Kaji adanya alergi makanan 1. Mengetahui ada atau tidak
keperawatan selama 3x24 jam di 2019 jam 2. Kolaborasi dengan ahli gizi nya alergi makanan pada
harapkan BB klien meningakat 20% 07.00 3. Berikan informasi tentang klien
diatas rentang ideal kebutuhan nutrisi 2. menentukan jumah kalori dan
Kriteria hasil nutrisi yang di butuhkan
klien
1. Adanya peningkatan berat badan
sesuai dengan tujuan

28
2. Berat badan ideal sesuai degan
tinggi badan
3. Tidak ada tanda tanda malnutisi
4. Menunjukan peningkatan fungsi
pengecapan dari menelan
5. Tidak tejadi penurunan berat
badan yang berarti
6 Tujuan : setelah di lakukan tindakan 16 juli 1. Bantu klien untuk 1. Membantu kllien untuk
keperawatan selama 3x24 jam di 2019 jam mengidentifikasi aktivitas yang melakukan aktivitas yang
harapkan klien mampu melakukan 07.00 mampu dilakukan mampu di lakukan
aktivitas seperti biasanya 2. Kolaborasi dengan tenaga 2. merencanakan program terapi
Kriteria hasil rehabilitas medik yang tepat
3. Ukur TTV klien 3. Mengetahui perubahan TTV
1. Berpartisipasi dalam aktivitas
(Tekanan
fisik tanpa disertai peningkatan
darah,nadi,suhu,repirasi)
ttv
2. Mampu melakukan aktifitas
mandiri

29
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter, jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat
cacat yang relatif tinggi dibandingkan dengan cedera oleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan juga cukup mahal untuk penanganannnya.
Penyebab luka bakar selain karena api ( secara langsung ataupun tidak langsung ), juga karena pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik
maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung dari api ( misalnya tersiram panas ) banyak terjadi pada kecelakaan
rumah tangga
3.2 Saran
1. pasien dan keluarga demi ksembuhan pasien penulisan mengharapkan keluarga selalu mengawas dan membant pasien untuk dapat
membantu penyakit serangan jantung pada pasien kambuh
2. penluis dalam menyusun karya tulis ilmiah agardapat mmenuhi konsep serta dasa-dasar sesuai denan kasus yangtelah di ambil
3. pembaca disarankan untuk memahami hal-hal yan berkaitan dengan luka bakar sehingga upaya-upaya yang bermnfaat untuk mencegah
mampu memahami dan menangani

30
DAFTAR PUSTAKA

Ackly. B. J., Ladwig, G. B., & Makic, M. B. F. 2017. Nursing Diagnosis Handbook, An Evidence-Based Guild to Planing Care. 11 Ed.
St. Louis. Elsevier

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standard Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1. Persatuan
Perawat Nasional Indonesia

Syaifudin, AMK. 2011. Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kopetensi. Edisi 4. EGC

Kusuma Amin Huda Nuratif Hardhi. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medik dan Nanda NicNoc. Jilid 2 Medi Action

31

Anda mungkin juga menyukai