Kelompok II C
Alfin Ashari Millenia (18.11.2.149.096)
Dimas Setya Putra (18.11.2.149.102)
Iha Zuliana Kamisatun (18.11.2.149.109)
Ima Nuria Aeni (18.11.2.149.110)
Malinda Intan Yuana (18.11.2.149.117)
Masruah (18.11.2.149.118)
Moh. Kanzul Fikri (18.11.2.149.119)
Muhammad Ali Wahyudi (18.11.2.149.120)
Naneng (18.11.2.149.122)
Nur Mahmudi Fatchul Huda (18.11.2.149.125)
Retno Sulistiani (18.11.2.149.127)
Ririn Agustianingsih (18.11.2.149.128)
Salsabilla Alifiah Tania P. (18.11.2.149.130)
Siti Kholifah (18.11.2.149.132)
Sitta Nurlailatul Fadhilah (18.11.2.149.134)
Subianto (18.11.2.149.135)
Susilowati Ningtyas (18.11.2.149.136)
Tutut Hidayati (18.11.2.149.138)
PROGRAM STUDI NERS
i
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NAHDLATUL ULAMA TUBAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
laporan pendahuluan tentang Senam Anti Stroke Pada Lansia dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Terimakasih kami ucapkan kepada Yth. Hyan Oktodia Basuki, S. Kep,
Ns., M. Kep. Selaku dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Gerontik.
Kami sangat berharap laporan pendahuluan ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita, dan juga di dalam laporan
pendahuluan ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan laporan
pendahuluan yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga laporan penahuluan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun dari Anda demi perbaikan laporan pendahuluan ini di
waktu yang akan datang.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHUUAN
Peningkatan populasi lanjut usia di Indonesia dimulai pada tahun 1971 sebesar
4,48%, pada tahun 2000 jumlah lansia di Indonesia sebesar 7,28%, 2 kemudian pada
tahun 2010 meningkat menjadi 9,77%, dan pada tahun 2020 diproyeksikan menjadi
sebesar 11,34% (Astuti et al, 2007). Dilihat sebaran penduduk lansia menurut provinsi,
persentase penduduk lansia paling tinggi ada di Provinsi DI Yogyakarta (13,04%), Jawa
Timur (10,40%), Jawa Tengah (10,34%), sedangkan Sumatra Barat menduduki posisi ke
tujuh yaitu 8,09% (Susenus, 2012).
adalah program latihan fisik atau fisioterapi. Dalam terapi ini, penderita stroke
melakukan latihan fungsional dan identifikasi kunci utama pada tugas-tugas
motorik tertentu seperti duduk, berbicara, atau berjalan. Setiap tugas motorik
dianalisis, ditentukan komponen-komponen yang tidak dapat dikerjakan,
melatih penderita untuk melakukan hal-hal tersebut, serta memastikan latihan ini
dilakukan pada aktifitas sehari-hari pasien (Widiyanto, 2009).
1
termasuk senam anti stroke untuk lansia bisa meningkatkan kesehatan pembuluh darah
dan memperbaiki tekanan darah tinggi. Perlu diketahui stroke merupakan penyumbatan
arteri di otak oleh gumpalan atau trombosis.
Adanya senam anti stroke ini dapat mencegah terjadinya penyakit stroke dan
dapat melatih kembali otot-otot yang telah lemah agar bisa digunakan kembali.
Tujuan
2
BAB II
2.1 PENGERTIAN
Stroke adalah cedera vaskuler akut pada otak atau suatu cedera
yang berat dan mendadak pada pembuluh-pembuluh darah otak (Soeharto,
2002). Pada saat ini, penyakit stroke telah menjadi masalah neurologik
primer di dunia. Istilah stroke biasanya digunakan secara spesifik untuk
menjelaskan infark serebrum. Samino (2008 dikutip dari Anggleni, 2010)
mengungkapkan bahwa proses kesembuhan utama yang harus dijalani
penderita stroke adalah melalui penyembuhan dengan obat-obatan di
rumah sakit serta melalui rehabilitasi. Dengan program rehabilitasi
yang tepat, 80% dari penderita stroke dapat berjalan tanpa bantuan,
70% dapat melakukan aktifitas mengurus diri sendiri, dan 30%
lainnya dapat kembali bekerja (Parjoto, 1999 dikutip dalam Widyatama,
2008). Salah satu bentuk terapi rehabilitasi yang sering digunakan
adalah program latihan fisik atau fisioterapi. Dalam terapi ini, penderita
stroke melakukan latihan fungsional dan identifikasi kunci utama pada
tugas-tugas motorik tertentu seperti duduk, berbicara, atau berjalan.
Setiap tugas motorik dianalisis, ditentukan komponen-komponen yang
tidak dapat dikerjakan, melatih penderita untuk melakukan hal-hal
tersebut, serta memastikan latihan ini dilakukan pada aktifitas sehari-hari
pasien (Widiyanto, 2009).
2.2 ETIOLOGI
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan stroke antara lain :
1. Thrombosis Cerebral.
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami
oklusi sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat
menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya.
Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau
bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas
simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan
3
iskemi serebral.Tanda dan gejala neurologis seringkali memburuk
pada 48 jam setengah thrombosis.
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan thrombosis otak :
a. Atherosklerosis
Atherosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta
berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh
darah. Manifestasi klinis atherosklerosis bermacam-macam.
Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme berikut :
Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan
berkurangnya aliran darah.
Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi
thrombosis.
Merupakan tempat terbentuknya thrombus,
kemudian melepaskan kepingan thrombus
(embolus).
Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma
kemudian robek dan terjadi perdarahan.
1. Emboli
4
Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30
detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat menimbulkan emboli :
2. Haemorhagi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam
ruang subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini
dapat terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya
pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam parenkim
otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan
jaringan otak yang berdekatan ,sehingga otak akan membengkak, jaringan
otak tertekan, sehingga terjadi infark otak, oedema, dan mungkin herniasi
otak.
5
3. Hypoksia Umum
4. Hipoksia setempat
6
b. Hemoragi Subaraknoid
Pendarahan yang terjadi pada ruang subaraknoid (ruang
sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang
menutupi otak).
2.4 FAKTOR RESIKO
Beberapa faktor resiko untuk penyakit stroke yaitu :
1. Memiliki tekanan darah tinggi
2. Diabetes
3. Gangguan jantung dan penyumbatan pembuluh darah
4. Diskomunikasi
5. Usia semakin tua
6. Genetik
7. Ras dan etnis
7
2.4 PATOFISIOLOGI
8
2.5 Penatalaksanaan
Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis sebagai
berikut 1. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan :
9
Luka Bakar
2.6 WOC
BI (Breathing) BII (Blood) BIII (Brain) BIV (Bladder) BV (Bowel) BVI (Bone)
19
2.7 Anemesis
Pengkajian identitas klien meliputi tanggal pengkajian, tanggal MRS, diagnosa
masuk, ruangan/kelas,jam, no RM, hari rawat ke, nama, usia, jenis kelamin,
suku/bangsa, agama, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, alamat,
penanggung jawab biaya, nama, alamat, Hub. Keluarga, Telepon.
2.8 Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara
pelo, dan tidak dapat berkomunikasi. (Jusuf Misbach, 1999)
2.9 Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak,
pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri
kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping
gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
(Siti Rochani, 2000)
2.10 Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia,
riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-
obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
(Donna D. Ignativicius, 1995)
2.11 Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun
diabetes militus. (Hendro Susilo, 2000)
2.12 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan ROS
B1 (Breathing)
1) Dipsnea D.0005(S)
2) Ortopnea D.0005 (S)
3) Penggunaan otot bantu pernafasan D.0005(O)
4) Fase ekspirasi memanjang D.0005(O)
5) Polan nafas abnormal D.0005(O)
(mis. Takipnea,bradipnea,hiperventilasi,kussmaul,cheny-stokes)
20
6) Pernafasan pursed-lip D.0005 (O)
7) Pernafasan cuping hidung D.0005 (O)
8) Diameter thorak anterior-posterior meningkat D.0005 (O)
9) Ventilasi semenit menurun D.0005 (O)
10) Kapasitas vital menurun D.0005 (O)
11) Tekanan ekspirasi menurun D.0005 (O)
12) Tekanan inspirasi menurun D.0005 (O)
13) Ekskrusi dada berubah D.0005 (O)
MK : Pola Nafas Tidak Efektif D.0005
B2 (Blood)
1) Palpitasi D.0008(S)
2) Lelah D.0008(S)
3) Dipsnea D.0008(S)
4) Paroxysmal nocturnal dypsnea (PND) D.0008(S)
5) Ortopnea D.0008(S)
6) batuk D.0008(S)
7) Cemas, gelisah D.0008(S)
8) bradikardia/takikadia D.0008(O)
9) Gambaran EKG aritmia/gangguan konduksi D.0008(O)
10) Edema D.0008(O)
11) Distensi vena juguaris D.0008(O)
12) Central Venous pressure (CVP) meningkat/menurun D.0008(O)
13) Hepatomegali D.0008(O)
14) Tekanan darah meningat/menurun D.0008(O)
15) Nadi prifer terasa lemah D.0008(O)
16) Capillary refill time >3 detik D.0008(O)
17) Oliguria D.0008(O)
18) Sianosis D.0008(O)
19) Terdengar suara janrung S3 dan/atau S4
20) Ejection fraction menurun D.0008(O)
21) Murmur jantung D.0008(O)
21
22) Berat badan bertamba D.0008(O)
23) Pulmonary artery wedge pressure (PAWP) menurun D.0008(O)
24) Pulmonary vascular resistance (PVR) D.0008(O)
25) Systemic vascular resistence (SVR) meningkat/ menurun D.0008(O)
26) Cardiac index (CL) menurun D.0008(O)
27) Left ventricular stroke work index (LVSWI) menurun D.0008(O)
28) Stroke index (SVI) menurun D.0008(O)
MK : D.0008 Penurunan curah jatung
B3 (Brain)
1) Mengeluh nyeri D.0077(S)
2) Tampak meringis D.0077(O)
3) Bersikap protektif D.0077(O)
4) Gelisah D.0077(O)
5) Frekuensi nadi meningkat D.0077(O)
6) Sulit tidur D.0077(O)
7) Tekanan darah meningkat D.0077(O)
8) Pola nafas berubah D.0077(O)
9) Nafsu makan berubah D.0077(O)
10) Menarik diri D.0077(O)
11) Berfokus pada diri sendiri D.0077(O)
12) Diaforesis D.0077(O)
MK : D.0077 nyeri akut
B4 (Bladder)
1) Merasa lemah D.0023(S)
2) Mengeluh haus D.0023(S)
3) Frekuensi nadi meningkat D.0023(O)
4) Nadi teraba lemah D.0023(O)
5) Tekanan darah menurun D.0023(O)
6) Tekanan nadi menyempit D.0023(O)
7) Turgor kulit menurun D.0023(O)
22
8) Membram mukosa kering D.0023(O)
9) Volume urine menurun D.0023(O)
10) Hematokrit meningkat D.0023(O)
11) Pengisian vena menurun D.0023(O)
12) Status mental berubah D.0023(O)
13) Suhu tubuh meningkat D.0023(O)
14) Konsentrasi urine meningkat D.0023(O)
15) Berat badan turun tiba tiba D.0023(O)
MK : D.0023 Hipovolemia
B5 (Bowel)
1) Cepat kenyang setelah makan D.0019 (S)
2) Kram/nyeri abdomen D.0019 (S)
3) Nafsu makan menurun D.0019 (S)
4) Berat badan menurun D.0019 (O)
5) minimal 10% di bawah D.0019 (O)
6) rentang ideal D.0019 (O)
7) Bising usus hiperaktif D.0019 (O)
8) Otot pengunyah lemah D.0019 (O)
9) Otot menelan lemah D.0019 (O)
10) Membran mukosa pucat D.0019 (O)
11) Sariawan D.0019 (O)
12) Serum albumin turun D.0019 (O)
13) Rambut rontok berlebihan D.0019 (O)
14) Diare D.0019 (O)
MK : D.0019 Defisit ntrisi
B6 (Bone)
23
4) Merasa lemah D.0056 (S)
5) Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat D.0056 (O)
6) Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah aktivitas D.0056 (O)
7) Gambaran EKG menunjukkan iskemia D.0056 (O)
8) Sianosis D.0056 (O)
24
10. Loop aliran volume : Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau
luasnya cedera.
11. EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia.
12. Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar
25
2.14 Analisis data
Data WOC Masalah
DS : Kerusakan inervasi diafragma Pola nafas tidak efektif D.0005
1) Dipsnea D.0005(S)
2) Ortopnea D.0005 (S)
DO :
1) Penggunaan otot bantu pernafasan D.0005(O) Takipnea, Bradipnea, Hiperventilasi,
2) Fase ekspirasi memanjang D.0005(O) kussamul, cheynestokes
3) Polan nafas abnormal D.0005(O)
(mis.
Takipnea,bradipnea,hiperventilasi,kussmaul,cheny
-stokes) D.0005 : Pola Nafas Tidak Efektif
4) Pernafasan pursed-lip D.0005 (O)
5) Pernafasan cuping hidung D.0005 (O)
6) Diameter thorak anterior-posterior meningkat
D.0005 (O)
7) Ventilasi semenit menurun D.0005 (O)
8) Kapasitas vital menurun D.0005 (O)
9) Tekanan ekspirasi menurun D.0005 (O)
10) Tekanan inspirasi menurun D.0005 (O)
11) Ekskrusi dada berubah D.0005 (O)
20
6) batuk D.0008(S)
7) Cemas, gelisah D.0008(S)
DO :
1) bradikardia/takikadia D.0008(O) D.0008 : Penurunan Curah Janrung
2) Gambaran EKG aritmia/gangguan konduksi
D.0008(O)
3) Edema D.0008(O)
4) Distensi vena juguaris D.0008(O)
5) Central Venous pressure (CVP)
meningkat/menurun D.0008(O)
6) Hepatomegali D.0008(O)
7) Tekanan darah meningat/menurun D.0008(O)
8) Nadi prifer terasa lemah D.0008(O)
9) Capillary refill time >3 detik D.0008(O)
10) Oliguria D.0008(O)
11) Sianosis D.0008(O)
12) Terdengar suara janrung S3 dan/atau S4
13) Ejection fraction menurun D.0008(O)
14) Murmur jantung D.0008(O)
15) Berat badan bertamba D.0008(O)
16) Pulmonary artery wedge pressure (PAWP)
menurun D.0008(O)
17) Pulmonary vascular resistance (PVR) D.0008(O)
18) Systemic vascular resistence (SVR) meningkat/
menurun D.0008(O)
19) Cardiac index (CL) menurun D.0008(O)
20) Left ventricular stroke work index (LVSWI)
menurun D.0008(O)
21
21) Stroke index (SVI) menurun D.0008(O)
DS : Agen pencedera fisiologi, kimiawi, D.0077 nyeri akut
1) Mengeluh nyeri D.0077(S) fisik
DO :
1) Tampak meringis D.0077(O)
2) Bersikap protektif D.0077(O)
3) Gelisah D.0077(O) Tampak meringis,gelisah, sulit tidur,
4) Frekuensi nadi meningkat D.0077(O) bersikap protektif
5) Sulit tidur D.0077(O)
6) Tekanan darah meningkat D.0077(O)
7) Pola nafas berubah D.0077(O)
8) Nafsu makan berubah D.0077(O) D.0077 : Nyeri Akut
9) Menarik diri D.0077(O)
10) Berfokus pada diri sendiri D.0077(O)
11) Diaforesis D.0077(O)
DS : Kehilangan cairan aktif & kekurangan D.0023 Hipovolemia
1) Merasa lemah D.0023(S) intake cairan
2) Mengeluh haus D.0023(S)
DO :
1) Frekuensi nadi meningkat D.0023(O)
2) Nadi teraba lemah D.0023(O) Volume urie menurun, TD menurun
3) Tekanan darah menurun D.0023(O) & tekanan nadi menyempit
4) Tekanan nadi menyempit D.0023(O)
5) Turgor kulit menurun D.0023(O)
6) Membram mukosa kering D.0023(O)
7) Volume urine menurun D.0023(O) D.0023 : Hipovolemia
8) Hematokrit meningkat D.0023(O)
9) Pengisian vena menurun D.0023(O)
22
10) Status mental berubah D.0023(O)
11) Suhu tubuh meningkat D.0023(O)
12) Konsentrasi urine meningkat D.0023(O)
13) Berat badan turun tiba tiba D.0023(O)
DS : Peningkatan kebutuhan metabolisme MK : D.0019 Defisit ntrisi
DS : Kelemahan, imobilitas
1) Mengeluh lelah D.0056 (S)
2) Dispnea saat/setelah aktivitas D.0056 (S)
3) Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas D.0056
23
(S) Meggeluh lelah, frekuensi jantung
4) Merasa lemah D.0056 (S) meningkat & sianosis
DO :
1) Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi
istirahat D.0056 (O)
2) Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah D.0056 : Intoleransi aktifitas
aktivitas D.0056 (O)
3) Gambaran EKG menunjukkan iskemia D.0056 (O)
4) Sianosis D.0056 (O)
2.16 Interverensi
24
No Tangal
Tujuan dan kriteria hasil Interverensi rasional
diagnosa dan jam
1 Tujuan : setelah di lakukan tindakan 16 juli 1. Bersihkan mulut, hidung dan 1. Untuk membantu
keperawatan selama 3x24 jam di 2019 jam secret memperlancar pernapasan
harapkan pola nafas kembali teratur 07.00 2. Monitor suhu, warna, dan pada pada pasien dengan
Kriteria hasil : kelembapan kulit posisi semi fowler, karena
3. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR pada posisi tersebut dada
1. Mendemonstrasikan batuk efektif
dan suara nafas yang bersih, tidak 4. Kolaborasi untuk memberikan tidak mengalami tekanan
ada sianosis dan dyspneu (mampu terapi oksigenasi sehingga pada napas pada
mengeluarkan sputum, mampu pasien bisa efektif
bernafas dengan mudah, tidak ada 2. Untuk mengetahui tindakan
pursed lips) selanjutnya pada batas
2. Menunjukkan jalan nafas yang paten normal
(klien tidak merasa tercekik, irama 3. Untuk mengetahui pola napas
nafas, frekuensi pernafasan dalam
pasien yang efektif &
rentang normal, tidak ada suara nafas
membantu klien agar bisa
abnormal)
bernapas dengan lancar
3. Tanda Tanda vital dalam rentang
4. Terapi oksigenasi dapat
normal (tekanan darah, nadi,
pernafasan) melancarkan sirkulasi nafas
25
2 Tujuan : setelah di lakukan tindakan 16 juli 1. Evaluasi adanya nyeri dada 1. Mengetahui adanya tanda dan
keperawatan selama 3x24 jam di 2019 jam 2. Monitor status cardiovascular gejala nyeri yang terjadi pada
harapkan irama jantung menjadi 07.00 3. Monitor TTV dada klien
reguler 4. Catat adanya distrimia jantung 2. Memonitor status
Kriteria hasil : 5. Catat adanya tanda dan gejala cardiovaskular bisa
penurunan cardiac output mengetahui perkembangan
1. Tanda tanda vital dalam rentang
status cardiovaskular
normal
3. Mengetahui perubahan TTV
2. Dapat mentoleransi aktivitas,
(Tekanan
tidak ada kelelahan
darah,nadi,suhu,repirasi)
3. AGD dalam batas normal
4. Mengetahui adanya tanda dan
4. Warna kulit normal
gejala distrimia jantung
5. Tidak ada distensi vena leher
5. Mengetahui tanda dan gejala
penurunan cardiac output
3 Tujuan : setelah di lakukan tindakan 16 juli Lakukan pengkajia nyeri secara Mengtahui lokasi, karakteristik
keperawatan selama 3x24 jam di 2019 jam komprehensif durasi frekuensi kualitas dan
harapkan nyeri akut teratasi 07.00 Observasi reaksi non verbal dari faktor presipitasi
Kriteria hasil : ketidak nyamanan Mengetahui reaksi non verbal
Kaji kultur yang mempengaruhi dari ketidak nyamanan klien
1. Mampu mengontrol nyeri (tau
26
penyebab nyeri, mampu respon nyeri Megetahui lokasi nyeri yang ada
menggunakan teknik Kolaborasi dengan dokter untuk pada klien
nonfarmakologi untuk pemberian obat analgetik Pemberian analgetik bisa
mengurangi nyeri, mencar mengurangi rasa nyeri klien
bantuan)
2. Melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri
3. Mampu mengenali nyeri (skala,
intensitas, frekuensi dan tanda
nyeri)
4. Menyatakan rasa nyaman setelah
nyeri berkurang
4 Tujuan : setelah di lakukan tindakan 16 juli 1. Pertahankan catatan intake dan 1. Mempertahankan cairan
keperawatan selama 3x24 jam di 2019 jam output cairan yang akurat tubuh bisa menormalkan
harapkan kebutuuhan cairan klien 07.00 2. Monitor status dehidrasi cairan dalam tubuh
terpenuhi 3. Kolaboasi dengan dokter untuk 2. Mengetahui status dehidrasi
Kriteria hasil pemberian caian bisa untuk mengetahui tanda
4. Moitor TTV dan gejala dehidrasi
1. Mempertahankan urine output
27
sesuai dengan BB, BJ urine 5. Monitor respon terhadap 3. Kolaborasi dengan dokter
normal, HT normal penambahan cairan bisa memberikan cairan yang
2. TTV dalam rentang normal tepat untuk klien
3. Tidak ada tanda tanda dehidrasi 4. Mengetahui perubahan TTV
4. Elastisitas turgor kulit baik, (Tekanan
membram mukosa lembab, tidak darah,nadi,suhu,repirasi)
ada rasa haus yang berlebihan 5. Monitor respon terhadap
pemberian cairan bisa
mengetahui respon yang
terjadi pada klien
5 Tujuan : setelah di lakukan tindakan 16 juli 1. Kaji adanya alergi makanan 1. Mengetahui ada atau tidak
keperawatan selama 3x24 jam di 2019 jam 2. Kolaborasi dengan ahli gizi nya alergi makanan pada
harapkan BB klien meningakat 20% 07.00 3. Berikan informasi tentang klien
diatas rentang ideal kebutuhan nutrisi 2. menentukan jumah kalori dan
Kriteria hasil nutrisi yang di butuhkan
klien
1. Adanya peningkatan berat badan
sesuai dengan tujuan
28
2. Berat badan ideal sesuai degan
tinggi badan
3. Tidak ada tanda tanda malnutisi
4. Menunjukan peningkatan fungsi
pengecapan dari menelan
5. Tidak tejadi penurunan berat
badan yang berarti
6 Tujuan : setelah di lakukan tindakan 16 juli 1. Bantu klien untuk 1. Membantu kllien untuk
keperawatan selama 3x24 jam di 2019 jam mengidentifikasi aktivitas yang melakukan aktivitas yang
harapkan klien mampu melakukan 07.00 mampu dilakukan mampu di lakukan
aktivitas seperti biasanya 2. Kolaborasi dengan tenaga 2. merencanakan program terapi
Kriteria hasil rehabilitas medik yang tepat
3. Ukur TTV klien 3. Mengetahui perubahan TTV
1. Berpartisipasi dalam aktivitas
(Tekanan
fisik tanpa disertai peningkatan
darah,nadi,suhu,repirasi)
ttv
2. Mampu melakukan aktifitas
mandiri
29
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter, jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat
cacat yang relatif tinggi dibandingkan dengan cedera oleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan juga cukup mahal untuk penanganannnya.
Penyebab luka bakar selain karena api ( secara langsung ataupun tidak langsung ), juga karena pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik
maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung dari api ( misalnya tersiram panas ) banyak terjadi pada kecelakaan
rumah tangga
3.2 Saran
1. pasien dan keluarga demi ksembuhan pasien penulisan mengharapkan keluarga selalu mengawas dan membant pasien untuk dapat
membantu penyakit serangan jantung pada pasien kambuh
2. penluis dalam menyusun karya tulis ilmiah agardapat mmenuhi konsep serta dasa-dasar sesuai denan kasus yangtelah di ambil
3. pembaca disarankan untuk memahami hal-hal yan berkaitan dengan luka bakar sehingga upaya-upaya yang bermnfaat untuk mencegah
mampu memahami dan menangani
30
DAFTAR PUSTAKA
Ackly. B. J., Ladwig, G. B., & Makic, M. B. F. 2017. Nursing Diagnosis Handbook, An Evidence-Based Guild to Planing Care. 11 Ed.
St. Louis. Elsevier
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standard Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1. Persatuan
Perawat Nasional Indonesia
Syaifudin, AMK. 2011. Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kopetensi. Edisi 4. EGC
Kusuma Amin Huda Nuratif Hardhi. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medik dan Nanda NicNoc. Jilid 2 Medi Action
31