Anda di halaman 1dari 4

TUGAS ILMU PENGOBATAN PENYAKIT

OLEH

NAMA : NELI

NIM : PSWB20181B0025

TINGKAT : II

DOSEN : HARTO ANDI IRAWAN, S.Kep.,Ns.

YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE


AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA
KABUPATEN MUNA
2019/2020
1. Terapi Farmakologi dari varisella zoster yaitu dengan obat Acyclovir

Acyclovir adalah obat antivirus yang sering digunakan untuk mengobati luka
di sekitar mulut yang disebabkan oleh virus herpes simpleks, herpes zoster,
dan cacar air. Obat ini juga dapat digunakan untuk mengobati herpes genital.Obat
ini tidak bisa mematikan virus penyebab penyakit sepenuhnya dari tubuh. Namun
obat ini berfungsi untuk mengurangi risiko penyebaran serta mencegah pasien agar
tidak terinfeksi virus tersebut di masa yang akan datang.

Secara umum, acyclovir adalah obat yang berfungsi untuk mengurangi


tingkat keparahan dan lamanya infeksi. Obat ini juga membantu luka agar lebih
cepat sembuh, mencegah agar tidak timbul luka baru, dan mengurangi rasa
sakit/gatal. Obat ini juga dapat membantu mengurangi rasa nyeri setelah luka
sembuh. Selain itu, pada orang dengan sistem kekebalan yang lemah, obat ini juga
dapat mencegah penyebaran virus ke bagian lain dari tubuh dan menyebabkan
infeksi yang lebih serius. Untuk mengobati varicella zoster (cacar air) pada orang
dewasa, dosis acyclovir adalah 800 mg secara oral, 4 kali sehari selama 5 hari
Pengobatan harus dimulai pada tanda awal cacar, selambat-lambatnya 24 jam
setelah ruam muncul.

2. Perbedaan patofisiologi penyakit frambusia dan sifilis


a. Frambusia
Frambusia di sebabkan oleh Treponemaa Pallidum, yang disebabkan
karena kontak langsung dengan penderita ataupun kontak tidak langsung.
Treponema palidum ini biasanya menyerang kulit dan tulang. Pada awal
terjadinya infeksi, agen akan berkembang biak didalam jaringan penjamu,
setelah itu akan muncul lesi intinal berupa papiloma yang berbentuk seperti
buah arbei, yang memiliki permukaan yang basah,  lembab, tidak bernanah dan
tidak sakit, kadang disertai dengan peningkatan suhu tubuh, sakit kepala, nyeri
tulang  dan persendian. Apabila tidak segera diobati agen akan menyerang dan
merusak kulit, otot, serta persendian.

Terjadinya kelainan tulang dan sendi sering mengenai jari-jari dan tulang
ektermitas yang menyebabkan atrofi kuku dan deformasi ganggosa yaitu suatu
kelainan berbentuk nekrosis serta dapat menyebabkan kerusakan pada tulang
hidung dan septum nasi dengan gambaran-gambaran hilangnya bentuk hidung.
Kelainan pada kulit adanya ulkus-ulkus yang meninggalkan jaringan parut
dapat membentuk keloid dan kontraktur.
Pada awalnya, koreng yang penuh dengan organisme penyebab
ditularkan melalui kontak dari kulit ke kulit, atau melalui luka di kulit yang
didapat melalui benturan, gigitan, maupun pengelupasan.  Pada mayoritas
pasien, penyakit frambusia terbatas hanya pada kulit saja, namun dapat juga
mempengaruhi tulang bagian atas dan sendi. Walaupun hamper seluruh lesi
frambusia hilang dengan sendirinya, infeksi bakteri sekunder dan bekas luka
merupakan komplikasi yang umum. Setelah 5 – 10 tahun, 10 % dari pasien
yang tidak menerima pengobatan akan mengalami lesi yang merusak yang
mampu mempengaruhi tulang, tulang rawan, kulit, serta jaringan halus, yang
akan mengakibatkan disabilitas yang melumpuhkan serta stigma social.
b. Sifilis
. a) Stadium Dini
Pada sifilis yang didapat, Treponema pallidum masuk ke dalam kulit
melalui mikrolesi atau selaput lendir, biasanya melalui senggama. Kuman
tersebut berkembang biak, jaringan bereaksi dengan membentuk infiltrat
yang terdiri atas sel-sel limfosit dan sel-sel plasma, terutama di
perivaskuler, pembuluh-pembuluh darah kecil berproliferasi dikelilingi
oleh Treponema pallidum dan sel-sel radang. Enarteritis pembuluh darah
kecil menyebabkan perubahan hipertrofi endotelium yang menimbulkan
obliterasi lumen (enarteritis obliterans). Pada pemeriksaan klinis tampak
sebagai S I. Sebelum S I terlihat, kuman telah mencapai kelenjar getah
bening regional secara limfogen dan berkembang biak, terjadi penjalaran
hematogen yang menyebar ke seluruh jaringan tubuh. Multiplikasi diikuti
oleh reaksi jaringan sebagai S II yang terjadi 6-8 minggu setelah S I. S I
akan sembuh perlahan-lahan karena kuman di tempat tersebut berkurang
jumlahnya. Terbentuklah fibroblas-fibroblas dan akhirnya sembuh berupa
sikatrik. S II juga mengalami regresi perlahan-lahan lalu menghilang.
Timbul stadium laten. Jika infeksi T.pallidum gagal diatasi oleh proses
imunitas tubuh, kuman akan berkembang biak lagi dan menimbulkan lesi
rekuren. Lesi dapat timbul berulang-ulang.
b) Stadium Lanjut
Stadium laten berlangsung bertahun-tahun karena treponema dalam
keadaan dorman. Treponema mencapai sistem kardiovaskuler dan sistem
saraf pada waktu dini, tetapi kerusakan perlahan-lahan sehingga
memerlukan waktu bertahun-tahun untuk menimbulkan gejala klinis.
Kira-kira dua pertiga kasus dengan stadium laten tidak memberi gejala.

Anda mungkin juga menyukai