Anda di halaman 1dari 3

Kita semua tentu pernah begitu mencintai seseorang. Bukan ayahmu, ibu, atau saudara kandungmu.

Cinta yang ini berbeda. Dia adalah orang asing yang tidak ada sama sekali kewajiban untukmu
mengorbankan milikmu, apapun itu, untuknya, tapi, kau malah melakukannya dengan sukarela. Bahkan
melebihi dari apa yang ingin kau korbankan untuk keluarga kandungmu.

‘Dia’ku terlihat istimewa dan hebat di mata orang lain. Begitulah dia menciptakan kesan pada
penampakannya. Kemana-mana dia akan memakai parfum yang wangi, berpakaian rapi, dengan barang-
barang bermerk, yang tidak terlalu mahal, tapi cukup kece untuk kalangan anak-anak muda yang masih
kuliah atau masih meminta uang kepada orang tua. Dia seorang aktivis, tidak terlalu ganteng, di
wajahnya ada sedikit bopeng bekas jerawat, ada satu yang berwarna hitam seperti tahi lalat di pipi
kirinya, bibirnya tebal dan sangat menyenangkan untuk cium, dengan belahan rambut pinggir yang
begitu tajam, rambut yang tebal dan sedikit halus, tubuh yang kurus dan cukup tinggi, cara jalan yang
membusungkan dada, dan senyum yang hanya sesekali dan terlihat canggung. Dia cukup karismatik.

Retorikanya sudah tidak diragukan lagi, meski kadang-kadang, kepadaku dia sangat sarkas dan sinis. Yup,
dia sering menjadi pemantik dalam konsolidasi-konsolidasi yang dilakukan untuk melawan pemerintah,
DPR, Rezim, oligarki yang curang kepada rakyat. Tidak sedikit orang yang sepertinya, dan saya yakin,
tidak sulit untuk dia membuat perempuan-perempuan jatuh cinta padanya. Salah satunya adalah saya.
Sebenarnya saya benci menjadi salah satu dari perempuan-perempuan kebanyakan yang akan mudah
sekali jatuh cinta pada aktivis-aktivis jalanan, tapi, apa boleh buat… itulah saya sekarang. Tapi, yang
sebenarnya membuatku jatuh cinta dan sungguh terikat padanya adalah hal yang sungguh berbeda dari
penampakannya di depan publik, dan dari apa yang sungguh teman-temannya kenal tentang dia.

Menurut pengalaman saya, dan merajuk pada banyak referensi, di era global 4.0 seperti sekarang ini,
memang sudah terlalu banyak kebohongan yang tersebar, manipulasi menjadi makanan sehari-sehari
orang-orang modern. Kau akan melihat perbedaan yang sangat mencolok di kehidupan asli seseorang
dan kehidupannya yang tergambar di sosial medianya. Semua orang-orang berlomba-lomba, mendapat
komentar dan suka yang paling banyak dari orang lain yang dia anggap sebagai saingan. Padahal, belum
tentu orang yang dia anggap saingan itu menganggapnya saingan juga, ahh bahkan belum tentu mereka
saling memperhatikan satu sama lain. Kau akan mudah bertemu orang yang menilai dirinya sendiri
terlalu tinggi atau bahkan terlalu rendah.

Manusia-manusia terlalu mudah merasa telah merdeka, padahal sebenarnya belum. Kadang-kadang
mereka mengira dirinya bebas karena tidak takut menyuarakan pendapat, berani menggunakan pakaian
seksi, bertatto, seks bebas, narkoba, memberontak dan anarki, dan hal-hal yang bersifat melanggar nilai
kawajaran suatu budaya, padahal… masih ada di antara mereka yang melakukan hal tersebut hanya
untuk dikira dan dinilai sebagai orang bebas di mata orang lain. Ups…

Saya tidak bisa mengjastifikasi mereka. Begitupun Abi Manyu Ananda Sastra, lelaki yang kuceritakan di
awal. Kadang-kadang saat saya sedang bersamanya, dia akan mengatakan, “waktunya sok ngartis, saya
akan memposting foto yang ini, dengan caption begini…” “bagaimana?” dia akan menanyakan dengan
mata berbinar yang fokus ke layar smartphonenya yang sudah terlalu ketinggalan jaman. Saya akan
menatapnya lekat-lekat, kadang-kadang dengan komentar sinis, kadang dengan hanya mengangkat
bahu. Karena saya tahu, dia tidak akan begitu peduli dengan komentarku. Dan dalam hati saya akan
mulai membayangkan, mencium pria yang kadang-kadang terlihat begitu menggemaskan ini. Tapi, saya
tidak saagresif itu. Saya hanya akan mencintainya dalam diam. Meski saya tahu, dia tahu.

Abi tidak begitu peduli pada perempuan-perempuan yang mencintanya, termasuk saya, sebab ada
banyak. Dia hanya akan menunjuk, dan mereka akan saling mencintai seperti pasangan-pasangan paling
manis di muka bumi ini. Ini adalah kisah cinta yang rumit, dan menyebalkan. Kadang-kadang saya berdiri
di sampingnya sebagai teman, musuh, pembenci, dan pecinta. Kami kadang-kadang bercinta. Kalian
tidak salah baca. Dia akan bercinta dengan semua teman perempuannya jika dia bisa. Tapi saya hanya
akan bercinta dengannya, dia adalah satu-satunya pria yang pernah ku temani bercinta di dunia selama
saya hidup. Bahkan walau saya telah berganti-ganti pacar.

Setelah kami bercinta, kami akan saling berpelukan dengan debaran jantung yang sangat keras, aku bisa
mendengarnya. Di depanku dia akan kentut, mengutuki orang-orang yang menyebalkan, menyebutkan
kekurangan dan kelebihan-kelebihan perempuan-perempuan yang pernah dia tiduri, dia akan mencela
temannya, dia akan menceritakan tentang keluarganya, bertanya tentang keluargaku, dia akan merokok
dengan hanya menggunakan kolor saja. Jika kami makan bersama, dia akan menyuapi saya sesekali,
mengambilkan botol minum. Saya akan memintanya membelikan saya sikat gigi saat harus menginap di
indekosnya, dia akan marah-marah menanyakan merk apa yang ku mau, tapi akan membelikan saya
merk yang berbeda dari yang kuminta. Bukan karena merk yang ku minta tidak ada, tapi itu karena dia
tidak senang saya memerintahnya dengan sengaja. Saya akan pura-pura kesal, agar hatinya senang,
padahal, siapa yang peduli pada merk sikat giginya, saat dia hanya butuh bau mulut yang segar untuk
dicium?
Harus ku akui, dia bercinta dengan hebat, tidak egois, dia pandai menaikkan birahi, tapi, aku benci
karena dia melakukannya dengan banyak perempuan. Dan dia menceritakan itu sesekali, saat saya
ketangkap basah sedang bersedih, seolah dia tahu, kalau saya begitu mencintainya, saya begitu
cemburuan, dan dia harus membuat saya sadar bahwa saya tidak boleh mencintainya lebih dari seorang
teman. Menyedihkan sekali.

Dia akan memintaku membersihkan tempat tidurnya, dan dia akan menyapu dan membuang sampah,
atau sebaliknya. Di depanku, di dalam kamarnya, saya tidak memiliki sedikitpun wibawa, begitupun dia.
Kami melepaskannya begitu menutup pintu kamar.

Anda mungkin juga menyukai