Anda di halaman 1dari 100

Karya Tulis Ilmiah

Korelasi Antara Unsur Intrinsik dan Ektrinsik Novel Geger Satrio Piningit
Karya Dhimas Wisnu Mahendra
Ditujukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Disusun Oleh :

Daffa Praditya Devano Ramadhan

XI Bahasa dan Budaya

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 KARAWANG

Jl. Jenderal Ahmad Yani No.22, Nagasari, Kec. Karawang Bar., Kabupaten Karawang, Jawa
Barat 41312

2020
Lembar Pengesahan

Korelasi Antara Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Novel Geger Satrio


Piningit Karya Dhimas Wisnu Mahendra

Karawang, Maret 2020

Disetujui:

Guru Pembimbing, Penulis,

Nur suryanah, S.Pd Daffa Praditya Devano Ramadhan


NIP 19781020 200902 2 002 NIS 181910295
i
Lembar Persembahan

Dengan segala kerendahan hati Penulis ucapkan terima kasih, pada setiap pihak yang terkait.
Atas terselesaikannya karya tulis ilmiah, yang berjudul “Korelasi Antara Unsur Intrinsik dan
Unsur Ekstrinsik Novel Geger Satrio Piningit Karya Dhimas Wisnu Mahendra” Tanpa
mengurangi rasa hormat, Penulis persembahkan karya ini untuk :

1. Kepada Allah Subhanahuwata’ala yang telah memberikan penulis kesehatan dan


nikmat yang tak terhingga, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
ini.
2. Kepada Orang tua yang tercinta yaitu Bapak Cahyo Lelono dan Ibu Ida Dewi
Widiawati, yang telah merawat, mendidik, mendukung, dan tak hentinya mendoakan
penulis selama ini.
3. Ibu Nur Suryanah, S.Pd yang menjadi guru pembimbing penulis selama penulis
membuat karya tulis ilmiah ini. Terima kasih atas kritik dan saran yang membangun,
nasihat yang berarti, serta ilmu dan pengetahuan yang sangat berguna demi
terselesaikannya karya ilmiah ini.
4. Seluruh teman penulis yang berada di lingkungan SMAN 1 Karawang, yang juga
selalu memberi saran yang berguna untuk karya tulis penulis. Serta dukungan yang tak
henti-hentinya.
5. Terima kasih juga untuk seluruh pembaca, semoga tulisan penulis ini senantiasa
memberi manfaat dan berguna.

ii
Daftar Isi

Lembar Pengesahan.............................................................................................................................i

Lembar Persembahan.........................................................................................................................ii

Daftar Isi..................................................................................................................................................iii

Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah............................................................................................................1
B. Perumusan Masalah...................................................................................................................2
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................................................3
D. Kontribusi Penelitian.................................................................................................................3
E. Sistematika Penulisan................................................................................................................3

Bab II Landasan Teori


A. Hakikat Unsur Instrinsik dan Unsur Ekstrinsik.....................................................................3
B. Hakikat Novel.............................................................................................................................5

Bab III Metode Penelitian


A. Jenis Penelitian ........................................................................................................................6
B. Populasi dan Sampel..................................................................................................................6
C. Lokasi dan Waktu Penelitian....................................................................................................6
D. Definisi Operasional...................................................................................................................7
E. Teknik Pengumpulan Data.......................................................................................................7
F. Instrumen Penelitian..................................................................................................................8
G. Keterbatasan Penelitian.............................................................................................................8

Bab IV : Hasil Penelitian

A. Hasil Penelitian Korelasi Unsur Intrinsik dan


Ekstrinsik....................................................................................................................................9

Bab V : Penutup

A. Kesimpulan...............................................................................................................................19
B. Saran.........................................................................................................................................19

Daftar Pustaka....................................................................................................................................20

Lampiran...............................................................................................................................................22

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Novel adalah suatu karya sastra yang dibangun oleh dua unsur, yaitu unsur
instrinsik dan ekstrinsik. Tanpa unsur-unsur tersebut, novel tidak akan menjadi sempurna
dan diminati oleh para pembaca karena unsur-unsur tersebut sangatlah penting dalam
suatu novel. Unsur instrinsik adalah unsur utama dalam suatu pembuatan karya novel
sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur pembangun dari luar novel.
Dalam novel ini juga menceritakan kondisi geopolitik yang sangat persis
dengan apa yang terjadi pada saat itu di kehidupan nyata. Tepatnya kondisi geopolitik
pada saat masa kepresidenan Soeharto sampai Susilo Bambang Yudhoyono.
Oleh karena itu, dalam penelitian kali ini penulis mengambil judul “ Korelasi
Antara Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Novel Geger Satrio Piningit Karya Dhimas Wisnu
Mahendra”. Untuk mengetahui secara pasti korelasi yang dimiliki unsur instrinsik dan
ekstrinsik yang ada di dalam novel tersebut.

B. Perumusan Masalah

Korelasi antara unsur intrinsik dan ekstrinsik pada novel geger satrio piningit
dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang jelas dan komprehensif tentang korelasi
yang dimaksud. Unsur instrinsik dan ekstrinsik merupakan dua unsur penting dalam
karya sastra dan juga keadaan geopolitik menjadi sangat melekat pada novel tersebut.
Untuk mempermudah penjelasan yang akan diuraikan, maka dirumuskan sebagai berikut.

a. Bagaimana unsur intrinsik dalam novel ini bisa sama dengan keadaan geopolitik
pada saat tahun itu ?
b. Mengapa pembuat novel tertarik untuk mengangkat cerita tentang kondisi
geopolitik pada masa itu ?

1
2

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui tujuan penelitian maka penulis membagi menjadi beberapa bagian:

1. Untuk mengetahui unsur instrinsik yang mempunyai kesamaan kondisi geopolitik


di dalam novel di tahun itu.
2. Untuk mengetahui alasan pembuat novel tertarik mengangkat cerita tentang
kondisi geopolitik pada masa itu.

D. Kontribusi Penelitian
Hasil Penelitian tentang korelasi antara unsur instrinsik dan ekstrinsik kali ini
diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan tentang unsur instrinsik dan
ekstrinsik. Bukan hanya sebagai unsur pembangun dari dalam dan dari luar saja akan
tetapi dapat lebih memahami tentang kedua unsur tersebut. Juga memberi sedikit
pengetahuan tentang kondisi geopolitik pada era pemerintahan yang ada pada novel
tersebut.

E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam analisis kali ini menggunakan cara-cara yang
substansif dan struktural mulai dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, hakikat korelasi unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik,

hakikat novel Geger Satrio Piningit, Jenis Penelitian, Populasi dan Sampel, Waktu
Pelaksanaan, Definisi Operasional, Teknik Pengumpulan Data Hasil Penelitian Korelasi
Unsur Intrinsik, Hasil Penelitian Korelasi Unsur Ekstrinsik dan terakhir Kesimpulan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Unsur Instrinsik dan Unsur Ekstrinsik


Novel sebagai karya fiksi dibangun oleh sebuah unsur yang disebut unsur
intrinsik. Unsur pembangun sebuah novel tersebut meliputi tema, alur, latar, tokoh dan
penokohan, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat.
Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang secara langsung ikut serta
dalam membangun cerita. Hal ini didukung oleh pendapat Nurgiyantoro yaitu :
Unsur intrinsik (intrinsic) adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu
sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra,
unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur
intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut 13 serta
membangun cerita. Kepaduan antarberbagai unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah
novel berwujud. Atau, sebaliknya, jika dilihat dari sudut kita pembaca, unsur-unsur
(cerita) inilah yang akan dijumpai jika kita membaca sebuah novel. Unsur yang
dimaksud, untuk menyebut sebagian saja, misalnya, peristiwa, cerita, plot, penokohan,
tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan lain-lain.1
Saad dalam Sukada mengemukakan, “unsur-unsur penting struktur sebuah
cerita rekaan meliputi tema, penokohan, latar, dan pusat pegisahan.”2
Sumardjo mengemukakan, “unsur-unsur fiksi meliputi tujuh hal. Hal-hal yang
dimaksud yakni plot (alur cerita), karakter (perwatakan), tema (pokok pembicaraan),
setting (tempat terjadinya cerita), suasana cerita, gaya cerita, 14 sudut pandangan
pencerita.”3
Hartoko & Rahmanto dalam Nurgiyantoro mengemukakan, “Tema sebagai dasar
cerita atau gagasan umum dalam sebuah karya fiksi. Tema dalam sebuah karya fiksi
sebelumnya telah ditentukan oleh pengarang untuk mengembangkan ceritanya.”4

1
Nurgiyantoro, “Bab II. pdf” http://digilib.unila.ac.id/5964/16/BAB%20II.pdf diakses hari Senin, 21 Januari
2020 pukul 21.45 WIB
2
Saad, “Bab II. Pdf” http://digilib.unila.ac.id/5964/16/BAB%20II.pdf diakses hari Senin, 21 Januari 2020 Pukul
21. 47 WIB
3
Sumardjo, “Bab II. Pdf” http://digilib.unila.ac.id/5964/16/BAB%20II.pdf diakses hari Senin, 21 Januari 2020
Pukul 21. 49 WIB
4
Hartoko & Rahmanto dalam Nugiyantoro, “Bab II. Pdf” http://digilib.unila.ac.id/5964/16/BAB%20II.pdf
diakses hari Senin, 21 Januari 2020 Pukul 21. 52 WIB
3
5

Stanton dalam Nurgiyantoro mengemukakan, “plot adalah cerita yang berisi


urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab-akibat,
peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain.”5
Abrams dalam Nurgiyantoro mengemukakan, “tokoh cerita (character) adalah
orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca
ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang
diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.”6
Abrams dalam Nurgiyantoro mengemukakan, “Latar atau setting yang disebut
juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan
lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.”7
Suroto.mengemukakan, “kedudukan atau posisi pengarang dalam cerita tersebut.
Dengan kata lain posisi pengarang menempatkan dirinya dalam cerita tersebut. Apakah ia
ikut terlibat langsung dalam cerita itu atau hanya sebagai pengamat yang berdiri di luar
cerita.”8
Guntur Tarigan mengemukakan, “gaya bahasa merupakan bentuk retorik, yaitu
penggunaan kata-kata dalam berbicara dan menulis untuk meyakinkan atau
mempengaruhi penyimak atau pembaca.”9
  Wellek dan Warren Mengemukakan, “Unsur ekstrinsik adalah keadaan subjektivitas
pengarang tentang sikap, kayakinan serta pandangan hidup yang menjadi latarbelakang
terlahirnya sebuah karya fiksi, bisa dikatakan kalau unsur biografi pengarang dapat
menentukan ciri karya yang dihasilkan.”10
Nurgiyanto Mengemukakan bahwa, “Unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada
di luar sebuah karya fiksi yang berpengaruh terhadap lahirnya karya tetapi tidak menjadi
bagian di dalam karya fiksi itu sendiri.”11

5
Stanton dalam Nurgiyantoro, “Bab II. Pdf” http://digilib.unila.ac.id/5964/16/BAB%20II.pdf diakses hari Senin,
21 Januari 2020 Pukul 21. 55 WIB
6
Abrams dalam Nurgiyantoro, “Bab II. Pdf” http://digilib.unila.ac.id/5964/16/BAB%20II.pdf diakses hari Senin,
21 Januari 2020 Pukul 21. 58 WIB
7
Abrams dalam Nurgiyantoro, “Bab II. pdf” http://digilib.unila.ac.id/5964/16/BAB%20II.pdf diakses hari Senin,
21 Januari 2020 Pukul 22. 01 WIB
8
Suroto, “Bab II. pdf” http://digilib.unila.ac.id/5964/16/BAB%20II.pdf diakses hari Senin, 21 Januari 2020 Pukul
22. 05 WIB
9
Guntur Tarigan, “II” http://digilib.unila.ac.id/14663/11/New%20BAB%20II%20OCha.pdf diakses hari Senin, 21
Januari 2020 Pukul 22.07 WIB
10
Wellek dan Warren, “Bab II. Pdf” http://digilib.unila.ac.id/5964/16/BAB%20II.pdf diakses hari Senin, 21
Januari 2020 Pukul 22. 15 WIB
11
Nurgiyanto, “Pengertian Unsur Ekstrinsik” https://www.temukanpengertian.com/2015/09/pengertian-unsur-
ekstrinsik.html diakses hari Senin, 21 Januari 2020 Pukul 22.18 WIB
5

B. Hakikat Novel
Novel adalah karangan prosa panjang yang mengandung rangkaian cerita
kehidupan seseorang dengan orang yang berada di sekelilingnya dan menonjolkan watak
(karakter) dan sifat setiap pelaku. Novel terdiri dari bab dan sub-bab tertentu sesuai
dengan kisah ceritanya Hal ini didukung oleh pendapat Tarigan :
Novel atau sering disebut sebagai roman adalah suatu cerita prosa yang fiktif
dalam panjang yang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta adegan nyata yang
representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut. Novel
memunyai ciri bergantung pada tokoh, menyajikan lebih dari satu impresi, menyajikan
lebih dari satu efek, menyajikan lebih dari satu emosi.12
Nurgiyantoro mengemukakan, “novel merupakan karya fiksi yang dibangun oleh
unsur-unsur pembangun, yakni unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Novel juga diartikan
sebagai suatu karangan berbentuk prosa yang mengandung rangkaian cerita kehidupan
seseorang dengan orang lain di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat
pelaku.”13
Sumardjo mengemukakan, “novel diartikan cerita tentang bagian 12 kehidupan
seseorang saja, seperti masa menjelang perkawinan setelah mengalami masa percintaan;
atau bagian kehidupan waktu seseorang tokoh mengalami krisis dalam jiwanya, dan
sebagainya.”14
Nurgiyantoro mengemukakan, “novel berkaitan dengan unsur intrinsik karya
fiksi. Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian yaitu mengidentifikasi salah satu unsur
intrinsik, yakni perilaku tokoh.”15

Rostamaji mengemukakan, “Novel adalah suatu karya sastra yang memiliki dua
unsur yaitu intrinsik dan eksrinsik keduanya saling terkait sebagai pengaruh timbal balik
dalam literatur.”16
12
Tarigan, “Bab II.pdf” http://digilib.unila.ac.id/5964/16/BAB%20II.pdf diakses hari Senin, 21 Januari 2020
Pukul 22. 22 WIB
13
Nurgiyantoro, “Bab II.pdf” http://digilib.unila.ac.id/5964/16/BAB%20II.pdf diakses hari Senin, 21 Januari
2020 Pukul 22. 27 WIB
14
Sumardjo, “Bab II.pdf” http://digilib.unila.ac.id/5964/16/BAB%20II.pdf diakses hari Senin, 21 Januari 2020
Pukul 22. 31 WIB
15
Nurgiyantoro, “Bab II.pdf” http://digilib.unila.ac.id/5964/16/BAB%20II.pdf diakses hari Senin, 21 Januari
2020 Pukul 22. 37 WIB
16
Rostamaji “Novel adalah- Unsur, ciri, jenis” https://www.dosenpendidikan.co.id/novel-adalah / diakses hari
Senin, 21 Januari 2020 Pukul 22.42
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian kali ini digunakan metode deskriptif. Tujuannya untuk
mendeskripsikan korelasi antara unsur instrinsik dan ekstrinsik secara gaya bahasa, tema,
alur cerita, penokohan, tokoh, sudut pandang dan latar belakang penulis. Data-data
tersebut akan diperoleh dengan teknik pembacaan berulang-ulang pada novel Geger
Satrio Piningit agar dapat memperoleh poin-poin dalam analisis kali ini.
Dalam melakukan teknik pembacaan berulang diperlukan keseriusan dan tingkat
fokus yang tinggi, karena jika salah mengambil poin akan berakibat berubahnya isi dalam
novel tersebut karena kesalahan dalam menganalisa. Lalu setelah dianalisa barulah dicari
korelasi atau bisa disebut hubungan antara unsur instrinsik dan ekstrinsik yang ada dalam
novel tersebut.

B. Populasi dan Sampel


Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah Karya Sastra dan sampel yang
digunakan adalah Novel Geger Satrio Piningit.

C. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan

Lokasi dan waktu pelaksanaan penelitian sebagai berikut:

1. Lokasi :

a. Karawang

2. Waktu : Januari – Maret 2020.

6
8

D. Definisi Operasional

Korelasi antara unsur instrinsik dan ekstrinsik mencakup segala sesuatu hal
pembangun karya sastra baik itu pembangun dari dalam maupun dari luar. Unsur
instrinsik terdiri atas tema, tokoh/ penokohan, alur (plot), setting, gaya bahasa.
Sedangkan unsur ekstrinsik terdiri dari latar belakang pengarang, pandangan hidup
pengarang dan situasi sosial. Korelasi antara kedua unsur tersebut menimbulkan daya
tarik lebih untuk para pembaca sehingga penting untuk mengetahui seberapa kuat korelasi
yang dimiliki oleh novel tersebut.

E. Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian kali ini digunakan metode deskriptif. Tujuannya untuk
mendeskripsikan korelasi antara unsur instrinsik dan ekstrinsik secara gaya bahasa, tema,
alur cerita, penokohan, tokoh, sudut pandang dan latar belakang penulis. Data-data
tersebut akan diperoleh dengan teknik pembacaan berulang-ulang pada novel Geger
Satrio Piningit agar dapat memperoleh poin-poin dalam analisis kali ini.
Dalam melakukan teknik pembacaan berulang diperlukan keseriusan dan tingkat
fokus yang tinggi, karena jika salah mengambil poin akan berakibat berubahnya isi dalam
novel tersebut karena kesalahan dalam menganalisa. Lalu setelah dianalisa barulah dicari
korelasi atau bisa disebut hubungan antara unsur instrinsik dan ekstrinsik yang ada dalam
novel tersebut
Dari hasil analisis ini diharapkan akan diperoleh keluaran atau hasil yang
komprehensif tentang korelasi antara unsur instrinsik dan ekstrinsik secara gaya bahasa,
tema, alur cerita, penokohan, tokoh, sudut pandang dan latar belakang penulis dan
diharapkan bisa menjadi referensi bagi yang ingin mengetahui korelasi unsur instrinsik
dan ekstrinsik pada novel Geger Satrio Piningit.
8

F. Instrumen Penelitian
1. Novel Geger Satrio Piningit
2. Tabel Analisis

G. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini, setiap langkah yang dilakukan peneliti telah diusahkan sesuai
dengan prosedur ilmiah. Namun, masih terdapat keterbatasan, yaitu:

1. Kurangnya Informasi tentang penulis Novel.

2. Referensi yang kurang memadai.

3. Waktu penelitian yang terbatas.


BAB IV

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil analisis kali ini, penulis mendapatkan hasil analisis yang dapat di uraikan
sebagai berikut

A. Unsur Instrinsik
1. Tema
Tema pada novel Geger Satrio Piningit Karya Dhimas Wisnu Mahendra yaitu
menggambarkan tentang kondisi geopolitik yang terjadi pada masa Orde Baru
sampai Reformasi. Hal ini digambarkan dengan tokoh bernama Abimanyu yang lahir
dan hidup tahun 1980-an dan mempunyai pemikiran yang sangat kritis sejak kecil
dan sangat menyukai sejarah tentang Nusantara zaman dahulu dan pada tahun 1998
bersama ribuan mahasiswa lainnya dari seluruh Indonesia yang berkumpul di depan
Gedung DPR/MPR dengan membawa almamater Universitas Indonesia bersama
sahabat karib yang ia miliki sejak kecil yang bernama Satrio, mereka menggulingkan
pemerintahan Soeharto dan sejak saat itu runtuhlah Orde Baru dan lahirlah
Reformasi.
2. Tokoh & Penokohan
Tokoh dan penokohan dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Tokoh Protagonis
1) Abimanyu adalah seorang yang sangat berwibawa, pemikir, mempunyai
ketertarikan dalam hal Sejarah Nusantara dan juga seorang yang
ambisius, hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan :
“Abimanyu Wibisono memang tidak hanya tampan, tapi juga
piawai dalam bertutur, memikat dalam orasi” (Halaman 25)
2) Satrio adalah seorang yang pemalu, pemikir sama seperti Abimanyu,
cenderung menghindari masalah, hal ini dapat dibuktikan dalam
kutipan:
“Dalam hidup Satrio tak banyak riak. Bukan berarti ia tak pernah
memiliki masalah berarti, namun ia adalah tipe orang yang

9
10

cenderung menghindarkan diri masalah, jikalau masih bisa


dihindari.” (Halaman 92)
3) Dara Paramitha adalah seorang polwan lulusan akademi polisi yang
mempunyai tekad dan cita-cita yang besar, hal ini dapat dibuktikan
dalam kutipan :
“ia telah menjadi polisi perempuan yang cerdas dan berpegang
kokoh pada keyakinan teguh akan masa depan cemerlang yang
dirajut mulai dari sekarang!” (Halaman 118)
“Si polwan berujar lantang. Saat unjuk gigi tiba. Bagi dia sangat
percaya diri, pertanyaan atasan itu bagai tantangan untuk
membuktikan kapasitas. Ia ingin diketahui bahwa ia bisa
menganalisis. Bahwa dirinya lebih dari petugas tertib administrasi
biasa!” (Halaman 120)
4) Yudho adalah sahabat karib Satrio, Abimanyu dll dan pada saat dewasa
menjadi seorang Polisi dan memiliki karakter yang tegas, lugas, agak
sembrono, hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan :
“Sudahlah! Cepat kau datang sekarang ke sini! Kami tunggu ya!
SEGERA!!!” (Halaman 194)
5) Idayu adalah Sekretaris pribadi Abimanyu dan memiliki karakter yang
penurut, penuh gairah, perilakunya seperti kembang ranum, hal ini
dapat dibuktikan dalam kutipan :
”Idayu memang menarik. Meskipun tubuhnya bongsor, tingkah
polahnya masih seperti kembang ranum polos, setidaknya
mengesankan demikian, kuncup yang mulai mekar merekah,
beranjak dewasa, ingin mengeca dan dikecap asmara.” (Halaman
58)
b. Tokoh Antagonis
1) AKBP Gondo Sunyoto adalah seorang perwira polisi yang menjabat
sebagai Kapolres Jakarta Selatan, memiliki karakter yang tegas,
pemarah dan cerdas dalam mengambil keputusan, hal ini dapata
dibuktikan dalam kutipan :
“KAMM-PRETTT!!!” Halaman 225
11

“KAU PIKIR SIAPA DIRIMU?!... Menahan saksi penting yang


dicari polisi? Dengan menjadikan dirimu sebagai jaminan?
HAHH!! Yang benar saja!” Halaman 225

3. Alur
Alur dalam novel Geger Satrio Piningit karya Dhimas Wisnu Mahendra adalah
Maju-mundur karena pada awal cerita, diceritakan ada sebuah kejadian yang
menggemparkan di acara Pekan Raya Jakarta yaitu sebuah ledakan yang sangat
menggemparkan di tengah ramainya acara saat itu, tetapi ditengah cerita alurnya
berubah yaitu kembali pada saat zaman Orde Baru sekitar tahun 1980-an dan pada
saat itu diceritakanlah ada sekelompok pemuda yang menamai kelompok mereka
Sapta Satria dan setelah masing-masing dari anggota kelompok itu dewasa dan mulai
berpisah menempuh jalan hidupnya masing-masing, muncullah masalah yaitu ada
seorang yang mengaku sebagai Satrio Piningit dan berasal dari kelompok Sapta
Satria lalu mengancam akan membunuh semua anggota Sapta Satria jika tidak
mengikuti permintaannya, terjadilah insiden yang menewaskan Abimanyu yang
menjadi bagian dari kelompok Sapta Satria sekaligus sebagai seorang Anggota DPR
komisi II dan setelah Abimanyu hampir saja Satrio sahabat karib Abimanyu sejak
kecil terbunuh juga oleh sang Satrio Piningit ini, dan setelah kejadian itu barulah
Satrio yang kebetulan bertemu dengan anggota Sapta Satria lainnya yang bekerja di
kepolisian yang bernama Yudho dan menginvestigasi kasus yang menyangkut
kelompok Sapta Satria dan ditemani oleh seorang polwan cantik bernama Dara
Paramitha yang juga ikut menyelidiki kasus tersebut.
4. Latar
a. Latar Waktu
1) Sepuluh Menit. (Halaman 8)
2) Awal Mei 2009 (Halaman 15)
3) Adalah Nancy K. Florida, anggota tim pembuatan mikrofilm dari lembaga
pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan Perserikatan Bangsa-
Bangsa, UNESCO, yang 25 tahun silam datang ke museum itu untuk
meneliti lalu membuat daftar koleksi naskah kuno warisan kuno budaya
luhur para leluhur bangsa (Halaman 15)
12

4) Siaran warta tiga puluh menit itu, Dunia Dalam Berita, baru saja usai.
(Halaman 18)
5) Tak heran sejak kepulangannya dari melanjutkan Pendidikan S3 dua tahun
lalu, lulus summan cum laude dari Ohio State University di Amerika Serikat
2007, doktor komunikasi politik yang masih berusia relatif muda itu
langsung merebut hati masyarakat setempat dengan kiprahnya yang nyata
bagi kepentingan rakyat. (Halaman 25)
6) Abimanyu tersenyum sendiri sembari duduk di ruang kerja yang baru satu
bulan ini ditempatinya. (Halaman 32)
7) Hidup di penghujung tahun 1800-an, ia tak gentar melawan kompeni
(Halamn 35)
8) Malam itu adalah malam minggu, malam kebebasan yang selalu
dinantikan Abimanyu dan kawan-kawannya, sebab hanya pada malam itu
mereka diperkenankan bermain bebas di rumah Teguh Samudro, anak
paling kaya raya di lingkungan mereka. (Halaman 45)
9) Malam itu adalah malam minggu, malam kebebasan yang selalu dinantikan
Abimanyu dan kawan-kawannya, sebab hanya pada malam itu mereka
diperkenankan bermain bebas di rumah Teguh Samudro, anak paling kaya
raya di lingkungan mereka. (Halaman 45)
10) “Waduh! Sore ini saya rapat dewan sampai nanti malam.” (Halaman
51)
b. Latar Tempat
1) Kepulan asap tebal masih menggumpal dari balik reruntuhan bangunan
utama di tengah lapang yang hancur lebur, porak-poranda, luluh lantak
oleh guncangan ledakan. (Halaman 8)
2) Derap langkah demi langkah susul-menyusul berebut menuruni tangga
batu, mengejar milidetik meluncur laju. (Halaman 11)
3) Museum Radya Pustaka, Surakarta, gempar! Tak kurang dari 42 naskah
kuno dipastikan hilang dari museum paling tua di Indonesia itu. (Halaman
15)
4) Abimanyu tersenyum sendiri sembari duduk di ruang kerja yang baru
satu bulan ini ditempatinya. (Halaman 32)
13

5) Tak ada suara yang semestinya berbicara dalam sidang soal rakyat, jalan-
jalan atas nama tugas negara, menghabiskan anggaran, berpesiar dan
berbelanja royal di luar negeri (Halaman 34)
6) Ruang kerja Abimanyu besar dan nyaman, berukuran empat kali lima
meter dengan tinggi tiga meter. (Halaman 40)
7) Terkenal karena membawakan acara The Late Lien Show yang
menampilkan ciri yang dirinya yang Indisch, kecintaannya diabadikan
dalam lagu-lagu yang diciptakannya yang banyak bercerita tentang pernak-
pernik masa kecilnya di Indonesia, sebut saja Terug Naar Soerabaja, Arm
Den Haag, Geef Mij Mar Nasi Goreng, dan Krontjong Kemajoran.
(Halaman 63)
8) Keluar dari gedung yang pernah didudukinya bersama ribuan mahasiswa
saat berdemonstrasi untuk menurunkan Presiden Soeharto satu dekade lalu,
Honda Jazz silver yang dikendarainya meluncur tenang nyari tanpa suara
membelah di tengah malam, sendirian melaju di Jalan Gatot Subroto yang
sepi lengang. (Halaman 63)
9) Jakarta dihebohkan dengan kematian seorang anggota DPR muda yang
terkenal. (Halaman 77)
10) Selesai makan siang di kantin kantor, Satrio memutuskan untuk datang
langsung berbelangsukawa ke kediaman Abimanyu di Depok. (Halaman
80)

c. Latar Suasana
1) Sementara awan mendung hitam tebal bergulung-gulung menggayut
dalam senyap langit yang hampir hujan, berarak di rentang jarak.
(Halaman 7)
2) Merayap, lamban mendekat, tapi belum hendak turun, hanya
menambah getir suasana yang beraroma darah anyir. (Halaman 7)
3) Lengkungan sirine yang meraung-raung menyayat udara parau.
(Halaman 8)
4) Sejarah negeri tua ini sarat terbungkus pertumpahan darah, banjir
keringat, bergenangan air mata. (Halaman 27)
14

5) Orasi sepanjang hari hingga tenggorokan kering dan suara jadi parau,
bermandi keringat dalam terik siang, atau basah kuyup dan menggigil
saat hujan lebat. (Halaman 33)
6) Abimanyu masuk ke ruang kerja sambil menghela nafas berat,
membuka sepasang sepatu pantofel, lalu ambruk menghempas
tubuhnya yang lelah diatas sofa empuk. (Halaman 58)
7) Keluar dari gedung yang pernah didudukinya bersama ribuan mahasiswa
saat berdemonstrasi untuk menurunkan Presiden Soeharto satu dekade lalu,
Honda Jazz silver yang dikendarainya meluncur tenang nyari tanpa suara
membelah di tengah malam, sendirian melaju di Jalan Gatot Subroto yang
sepi lengang. (Halaman 63)
8) Dadanya berdebar keras, jantungnya berdegup kencang. (Halaman 63)
9) Suasana tegang dan mencekam. (Halaman 65)
10) Seketika genangan darah merah merembes membasahi kemeja
putihnya. (Halaman 66)
5. Sudut Pandang
1) Sementara awan mendung hitam tebal bergulung-gulung menggayut
dalam senyap langit yang hampir hujan, berarak di rentang jarak.
(Halaman 7)
2) Nostalgia bermain perang-perangan yang tak mungkin melukai
apalagi membunuh teman sendiri, meski tubuh penuh bercak merah,
tertembak peluru buah ceri yang dilesatkan ketapel. (Halaman 236)
3) Dia juga telah menikah dengan seorang gadis ningrat, cantik, dokter
gigi pula, dan dikaruniai dua buah hati, lelaki dan perempuan yang
bak dua biji bola mata dan pelita di kehidupannya. (Halaman 237)
4) Rumah bertingkat yang megah, empat buah mobil mewah, belum lagi
simpanan-simpanan harta bergerak dan tidak bergerak, ribuan
hektar sawah, tabungan masa depannya mencapai miliaran rupiah.
(Halaman 237)
5) Satrio termangut-mangut mencoba untuk memahami Yudho masih
emosi kaarena Teguh seolah tak juga mau berpihak pada mereka.
(Halaman 239)
15

6) Beberapa orang juga mencoba memaksakan, bahkan mengubah susunan


sandi No-To-No-Go-Ro menjadi No-To-Bu-Wo-No, yang artinya dari
semula menata negara menjadi menata dunia, sebuah mimpi yang
ambisius, seperti cita-cita agung Presiden Soekarno yang ingin
menjadikan Indonesia sebagai mercusuar dunia. (Halaman 247)
7) Kingkin berarti cemerlang dan semua anak Indonesia di era 80-an
kurasa pasti kenal dan setidaknya pernah turut mengidolakan
Habibie yang untuk lama menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi,
terkenal dengan otaknya yang memang sangat cemerlang! (Halaman 250)
8) “Bagaimana jika GO untuk Nayo(GO), yakni penabuh gamelan, dan
RO tetap untuk RO(RO), ditafsirkan putri yang tampil menari,
pentas di atas panggung, bukan sebagai sinden atau ronggeng,
melainkan sebagai pemimpin negara?!” (Halaman 251)
9) Setelah menjadi presiden Soekrano lantang menyerukan kepada
dunia, gagasannya yang tak mau memihak blok Barat maupun blok
Timur yang saat itu dipimpin Amerika Serikat dan Uni Sovyet dalam
gencatan senjata dan perang dingin. (Halaman 252)
10) Saya khawatir, Pak, jika tak segera dicegah, maka Goro-Goro yang
sesungguhnya dalam waktu dekat akan pecah meledak dalam skala
lebih besar dari kerusuhan terdahulu! (Halaman 266)
6. Gaya Bahasa
a. Eklamasio
“Maaf, Pak!” (Halaman 51)
b. Polisidenton
Laki-laki lanjut usia bertubuh kurus tinggi itu menguap kemudian bangkit
beringsut dari sofa tua butut. (Halaman 19)
c. Asidenton
Di dalam balok raksasa itu, di sebelah mesing fotokopi, terletak meja kerja
yang dijejali PC, printer, scanner, telepon, faksimile, serta laptop.
(Halaman 40)
16

d. Sinisme
Amanat dan kepercayaan rakyat yang semestinya diperjuangkan hanya
menjadi alat mendapat kedudukan dan kehormatan dengan cara kotor,
licin, instan. (Halaman 33)
e. Pararelisme
Denyutnya membuatku pening. (Halaman 6)
f. Tautalogi
Aku mencoba bertahan tidak limbung, namun kedua kakiku gemetar,
nyaris tak kuasa menopang. (Halaman 6)
g. Tropen
Aku bahkan tak dapat merasakan kakiku ada! Dan telingaku mendadak
seperti kedap suara! Aku berseru, tapi tidak terdengar! Kulihat orang
menjerit, tapi hanya hampa yang terlontar dari bibir yang bersandiwara.
(Halaman 6)
h. Pleonasme
Terbatuk-batuk dalam lautan asap menyesakkan, kakiku terantuk sesuatu.
(Halaman 6)
i. Metafora
Kecamuk ini tak dapat kulukiskan. (Halaman 6)
j. Eufanisme
Bukan gelisah yang membuat perut keras mengejan. (Halaman 6)
k. Klimaks
Amarahnya memuncak, dengan sisa kekuatan, ia bangkit, menendang
lawannya. (Halaman 71)
l. Sinestesia
Deru langit yang lewat mengibar kembali pucuk-pucuk bendera,
menerbangkan bau bakar, bagai mengabarkan lanjutan mencekam dari
drama ini masih ada. (Halaman 7)
m. Simbolik
Siapapun pelakunya sungguh berani melakukaknnya di hidung pos
penjagaan ini. (Halaman 88)
17

n. Metonomia
Suara merdu kelompok musik Bimbo membuka Apresiasi Film Nasional di
stasiun televisi kebanggaan dan satu-satunya milik pemerintah, Televisi
Republik Indonesia (TVRI). (Halaman 18)
o. Ironi
Sementara wakil rakyat yang terhormat saat ini, yang seudah hidup di alam
merdeka yang mungkin tak sempat dikecap mereka barang sekejap,
berlimpah fasilitas dan pelayanan kelas satu, bergelimang kemewahan,
hidup penuh kenikmatan dalam prestise pangkat serta jabatan.
(Halaman 33)
7. Amanat
Amanat yang terdapat dalam novel ini adalah tentang rasa kesetiakawanan,
pandangan para elit politik pada zaman Orde Baru sampai dengan Reformasi yang
dapat penulis simpulkan bahwa dahulu para mahasiswa dan rakyat bergerak itu
murni karena ingin melawan ketimpangan dan ketidakadilan pada masa itu.

B. Unsur Ekstrinsik
1. Unsur Biografi
Dhimas Wisnu Mahendra adalah seorang yang sangat gemar mempelajari
agama, sains, sejarah, arkeologi dari Nusantara purba hingga Indonesia modern
oleh karena itu dalam novel ini kaya akan sejarah Nusantara pada saat kerajaan
Majapahit. Lalu dari sisi arkeologi beliau juga tahu banyak tentang manuskrip-
manuskrip kuno yang berhubungan tentang ramalan tentang masa depan
Nusantara dan beberapa manuskrip banyak diambil dari tokoh Jayabaya. Dalam
novel ini banyak sekali sejarah-sejarah Nusantara terlebih lagi tentang para patih-
patih kerajaan yang memiliki kelebihan untuk melihat masa depan seperti pada
Jangka Jayabaya, bait 131 yang berbunyi : Duduknya seseorang yang mengaku
raja, bersamaan dengan zaman angkara kemurkaan semakin menjadi-jadi, orang
semakin bingung, banyak yang terperdaya dan masuk jurang, bawahan berani
pada atasan, buruh berani melawan majikan, majika semakin mapan, yang
“bernyanyi” semakin banyak pengikut, orang yang pandai diputar-putar, orang
yang mengerti kian makan hati.
18

2. Unsur Sosial
Dalam novel ini terdapat banyak unsur sosial yang bisa kita dapatkan, antara
lain adalah dalam novel ini menceritakan tentang sekelompok teman bermain
kecil yang menamai kelompok mereka Sapta Satria, persahabatan mereka selalu
terjaga bahkan sampai masing-masing dari mereka bekerja dan mempunyai
keluarga, sampai pada suatu saat salah satu teman mereka mengkhianati kelompok
Sapta Satria dan membuat kekacauan di Bumi Indonesia.
3. Unsur Nilai
Dalam novel ini terdapat unsur nilai yang dapat kita petik hikmahnya yaitu
diantara lain adalah kesetiakawanan, kepercayaan kepada teman, kerjasama,
keterbukaan, kejujuran, dan selalu berpikiran terbuka atas apa yang terjadi.
Bab V

Penutup
1. Kesimpulan
Dari hasil analisis ini diharapkan akan diperoleh keluaran atau hasil yang
komprehensif tentang korelasi antara unsur instrinsik dan ekstrinsik secara gaya
bahasa, tema, alur cerita, penokohan, tokoh, sudut pandang dan latar belakang penulis
dan diharapkan bisa menjadi referensi bagi yang ingin mengetahui korelasi unsur
instrinsik dan ekstrinsik pada novel Geger Satrio Piningit.

2. Saran

a. Peneliti harus lebih sabar, teliti, dan cermat dalam melakukan praktikum agar
didapatkan hasil yang maksimal.

b. Peneliti harus mencari lebih banyak mencari referensi untuk bahan penelitian.

c. Untuk memaksimalkan sebuah karya tulis ini, memerlukan banyak konsultasi


terhadap berbagai pihak, termasuk kepada guru pembimbing.

d. Harus banyak berdo’a kepada Allah agar diberi kelancaran dalam proses pengerjaan
tugas ini.

19
97
20

Daftar Pustaka
Nugiyantoro, Burhan 2017. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Nugiyantoro, Burhan 2017. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Nurgiyantoro, “Bab II. pdf” http://digilib.unila.ac.id/5964/16/BAB%20II.pdf diakses
hari Senin, 21 Januari 2020 pukul 21.45 WIB
Saad, “Bab II. Pdf” http://digilib.unila.ac.id/5964/16/BAB%20II.pdf diakses hari Senin,
21 Januari 2020 Pukul 21. 47 WIB
Sumardjo, “Bab II. Pdf” http://digilib.unila.ac.id/5964/16/BAB%20II.pdf diakses hari
Senin, 21 Januari 2020 Pukul 21. 49 WIB
Rahmanto dan Hartoko dalam Nugiyantoro, “Bab II. Pdf”
http://digilib.unila.ac.id/5964/16/BAB%20II.pdf diakses hari Senin, 21 Januari 2020
Pukul 21. 52 WIB
Abrams dalam Nurgiyantoro, “Bab II. Pdf” http://digilib.unila.ac.id/5964/16/BAB
%20II.pdf diakses hari Senin, 21 Januari 2020 Pukul 21. 58 WIB
Abrams dalam Nurgiyantoro, “Bab II. pdf” http://digilib.unila.ac.id/5964/16/BAB
%20II.pdf diakses hari Senin, 21 Januari 2020 Pukul 22. 01 WIB
Suroto, “Bab II. pdf” http://digilib.unila.ac.id/5964/16/BAB%20II.pdf diakses hari
Senin, 21 Januari 2020 Pukul 22. 05 WIB
Guntur Tarigan “II” http://digilib.unila.ac.id/14663/11/New%20BAB%20II
%20OCha.pdf diakses hari Senin, 21 Januari 2020 Pukul 22.07 WIB
Nurgiyanto, “Pengertian Unsur Ekstrinsik”
https://www.temukanpengertian.com/2015/09/pengertian-unsur-ekstrinsik.html diakses
hari Senin, 21 Januari 2020 Pukul 22.18 WIB
Tarigan, “Bab II.pdf” http://digilib.unila.ac.id/5964/16/BAB%20II.pdf diakses hari
Senin, 21 Januari 2020 Pukul 22. 22 WIB
Nurgiyantoro, “Bab II.pdf” http://digilib.unila.ac.id/5964/16/BAB%20II.pdf diakses
hari Senin, 21 Januari 2020 Pukul 22. 27 WIB
Sumardjo, “Bab II.pdf” http://digilib.unila.ac.id/5964/16/BAB%20II.pdf diakses hari
Senin, 21 Januari 2020 Pukul 22. 31 WIB
Nurgiyantoro, “Bab II.pdf” http://digilib.unila.ac.id/5964/16/BAB%20II.pdf diakses
hari Senin, 21 Januari 2020 Pukul 22. 37 WIB
26

Drs. Rostamaji, M.Pd, “Novel adalah- Unsur, ciri, jenis”


https://www.dosenpendidikan.co.id/novel-adalah/ diakses hari Senin, 21 Januari 2020
Pukul 22.42
22

Lampiran

No. Kalimat Unsur Intrinsik Halaman


Pada mulanya, segalanya
kosong. Hingga mata yang
1. Alur Cerita Halaman 5
terpejam perlahan-lahan
terbuka
Saat kesadaran berangsur
2. kembali, kudapati diriku Alur Cerita Halaman 5
terhuyung-huyung
Setelah bangkit pun, aku
3. hanya berdiri mematung, Alur Cerita Halaman 5
bagai orang linglung.
Sesaat hilang ingatan, aku
4. mencoba mengingat apa Alur Cerita Halaman 5
yang baru terjadi.
Samar-samar, bayangan
beberapa detik sebelum
5. Alur Cerita Halaman 5
kejadian mengerjap
dalam benakku.
Gadis kecil cantik
berkuncir dua tertawa
6. Sudut Pandang Halaman 6
menggamit tangan hangat
ibunya.
Ayah memanggul putra
yang ceria, didudukan di
7. tengkuknya. Sudut pandang Halaman 6

Dua sejoli bertukar


8. Sudut pandang Halaman 6
tatapan
Ribuan pengunjung
menonton pertunjukan
9. Sudut pandang Halaman 6
meriah di tempat lapang
terbuka.
Pesta rakyat! Pesta ceria
bagi semua orang!
Perhelatan akbar yang
10. semestinya menjadikan Latar suasana Halaman 6
semua yang mengunjungi
larut dalam
kegembiraan.....
Tapi mendadak, semua
terenggut! Dalam satu
11. Sudut pandang Halaman 6
gelombang kejut! Dan aku
terlempar.
23

12. Kepalaku berpusing. - Halaman 6

Denyutnya membuatku Gaya Bahasa


13. Halaman 6
pening. (Majas Pararelisme)
Aku mencoba bertahan
tidak limbung, namun Gaya Bahasa
14. Halaman 6
kedua kakiku gemetar, (Majas Tautalogi)
nyaris tak kuasa menopang.
Aku bahkan tak dapat
merasakan kakiku ada!
Dan telingaku mendadak
seperti kedap suara! Aku
Gaya Bahasa
15. berseru, tapi tidak Halaman 6
(Majas Tropen)
terdengar! Kulihat orang
menjerit, tapi hanya hampa
yang terlontar dari bibir
yang bersandiwara.
Lalu datang gelombang dan
segalanya jadi gelap! Aku
16. - Halaman 6
meraba-raba kepulan pekat,
mencari pegangan.
Terbatuk-batuk dalam
Gaya Bahasa
17. lautan asap menyesakkan, Halaman 6
(Majas Pleonasme)
kakiku terantuk sesuatu.
Terjerembap, kujatuh Gaya Bahasa
18. Halaman 6
terduduk (Majas Tautologi)
Perlahan kebul Gaya Bahasa
19. Halaman 6
memudar.... (Majas Tropen)
Gaya Bahasa
20.. Seiring angin mengiring.... Halaman 6
(Majas Tropen)

21. Campur aduk kurasakan. - Halaman 6

22. Beribuan pertanyaan. - Halaman 6

Kecamuk ini tak dapat Gaya Bahasa


23. Halaman 6
kulukiskan. (Majas Metafora)

24. Hati ini tidak tenang. - Halaman 6


Bukan gelisah yang
Gaya Bahasa
25. membuat perut keras Halaman 6
(Majas Eufinisme)
mengejan.
26. Ada sesuatu yang salah. - Halaman 6

Ada yang belum datang!


27. - Halaman 6
Ya, aku tahu....
24

Semestinya memang aku


Gaya Bahasa
28.. bersyukur, karena aku Halaman 6
(Majas Klimaks)
selamat! Tapi, tidak!
Untuk menghela napas
lega, masih terlalu cepat! Gaya Bahasa
29. Halaman 7
Keadaan gawat itu belum (Majas Klimaks)
lewat.
Desau angin dingin yang
lewat menusuk tulang
menggidikan kuduk,
Gaya Bahasa
30. bagai mengisyaratkan, Halaman 7
(Majas Klimaks)
badai memang belum
selesai! Hanya reda yang
berjeda..
Gemuruh menggentar Gaya Bahasa
31. Halaman 7
langit. (Majas Klimaks)
Deru langit yang lewat
mengibar kembali pucuk-
pucuk bendera,
Gaya Bahasa
32. menerbangkan bau bakar, Halaman 7
(Majas Sinestesia)
bagai mengabarkan lanjutan
mencekam dari drama ini
masih ada.
Spanduk itu tak hendak
bergoyang, hanya pasrah Gaya Bahasa
33. Halaman 7
diombang-ambingkan, (Majas Simbolik)
lemah bergelombang.
34.. Umbul-umbul berkelebat. - Halaman 7

35.. Aku bergeming, tercekat. - Halaman 7


Desir semilir yang
Gaya Bahasa
36.. menjauh masih terdengar Halaman 7
(Majas Repetisi)
lirih.
Sementara awan mendung
hitam tebal bergulung-
gulung menggayut dalam
37. Latar Suasana Halaman 7
senyap langit yang hampir
hujan, berarak di rentang
jarak.
Merayap, lamban
mendekat, tapi belum
38. hendak turun, hanya Latar Suasana Halaman 7
menambah getir suasana
yang beraroma darah anyir.
Perubahan aliran udara
39. menyengat pembuluh Sudut Pandang Halaman 7
kewaspadaanku.
25

Refleks, saat sebuah tangan


terulur dari belakang dan
menepuk bahuku, aku
40. - Halaman 7
berjengit, menoleh!
“Kau tak apa-apa ?” orang
itu berseru di dalam deru.
“APAAA?!.....Oh, maaf!
Terimakasih..... Aku tidak Gaya Bahasa
41. Halaman 7
apa-apa, tapi orang-orang di (Eklamasio)
sana....”
“Mereka bergeletakan di
42. - Halaman 7
mana-mana! Ya, Tuhaaan!”
Mendadak kupingku yang
43. semula seperti tersumpal Sudut Pandang Halaman 7
kembali dapat mendengar.
Seperti tuli kala pesawat
terbang melesat, hingga
mendaki ketinggian ribuan
44. Sudut Pandang Halaman 7
kaki lalu....PLOP! Aku
menelan ludah! Dan sumbat
pun pecah!
Gangguan pendengaran
selama beberapa detik
adalah imbas dari hempas
45. suara dentuman dashyat dari Alur Cerita Halaman 7
jarak cukup dekat!
Beruntung, tubuhku saat itu
terlindungi pilar.
Meski denyar terasa nyeri
dan dengung dalam kepala
46. tak berhenti berdenging, Alur Cerita Halaman 7
sepasang indraku tak rusak
karenanya.
Kini dunia kembali
47. Alur Cerita Halaman 7
bersuara.
Dan mendadak, jadi riuh
sekali kedengarannya! “Pak
Gaya Bahasa
48. Gubernur....! Dimana Halaman 8
(Eklamasio)
Bapak Gubernur?! Apakah
beliau selamat?”
Lelaki berseragam putih
tenaga medis itu berlari
meninggalkanku, bergabung
49. dengan teman-temannya Tokoh/penokohan Halaman 8
yang sibuk menolong
berjatuhan korban jiwa dan
terluka.
Lima perwira tentara
50. Tokoh/penokohan Halaman 8
sigap menghalau warga
26

yang berjejalan, berdesakan,


melongok pernasaran dari
pembatas terluar, memaksa
menghambur masuk.
Satpol PP dan polisi turut
51. menghalangi agar Tokoh/penokohan Halaman 8
pengunjung tidak mendekat.
Tampak jelas kecemasan
warga mengkhawatirkan
52. Latar Suasana Halaman 8
keselamatan pemimpin
ibukota yang bersahaja
Lengkungan sirine yang
53. meraung-raung menyayat Latar Suasana Halaman 8
udara parau.
Kepulan asap tebal masih
menggumpal dari balik
reruntuhan bangunan
54. utama di tengah lapang Latar Tempat Halaman 8
yang hancur lebur, porak-
poranda, luluh lantak oleh
guncangan ledakan.
Jerit dan tangis begitu
55. pilu, menyayat, Latar Suasana Halaman 8
memekakkan telinga.
Tajam mengoyak sembilu
56. yang tercacah hingga Latar Suasana Halaman 8
kelu.
Di tengah hiruk-pikuk
dan pekik orang-orang
kalut mencari kerabat
atau siapa saja yang
57. Latar Suasana Halaman 8
dikenalnya, aku
memperhatikan seliweran
wajah-wajah panik,
berlari berserabutan.
Segala kacau balau!
Semuanya karut marut!
58. Latar Suasana Halaman 8
Sekusut gumpal benang
tebal semwrawut.
Jerit dan tangis, pilu
59. menyayat, memekakkan Latar Suasana Halaman 8
telinga.
Tajam mengoyak sembilu
60. yang tercacah hingga Latar Suasana Halaman 8
kelu.
61. Di tengah hiruk-pikuk Latar Suasana Halaman 8
dan pekik orang-orang
mencari kerabat atau
siapa saja yang
27

dikenalnya, aku
memperhatikan seliweran
wajah-wajah panik,
berlari berserabutan.
Segalanya kacau balau!
Semuanya karut maut!
62. Latar Suasana Halaman 8
Sekusut gumpal benang
tebal semrawut.
Darah segar lagi kental
berceceran,
bermuncratan, hingga
bercipratan di jalan, di
63. Latar Suasana Halaman 8
gundukan puing, di mana-
mana! Sungguh
pemandangan yang
mengiris hati.
64. Sepuluh Menit. Latar Waktu Halaman 8

Hanya itu sisa waktu yang


65. Latar Waktu Halaman 11
mereka miliki.
Ditingkah detak jantung
berdebar kencang, degup
gugup naluri memacu
66. cepat adrenalin, Latar Suasana Halaman 11
menyembur deras dalam
denyut kalut pembuluh
nadi.
Derap langkah demi
langkah susul-menyusul
67. berebut menuruni tangga Latar Tempat Halaman 11
batu, mengejar milidetik
meluncur laju.
Gerendel itu pun hancur
68. Latar Suasana Halaman 11
dirusak popor senapan.
Gaung seruan itu
69. memekik, memecahkan Latar Suasana Halaman 11
sunyi
70. Awal Mei 2009 Latar Waktu Halaman 15
Museum Radya Pustaka,
Surakarta, gempar! Tak
kurang dari 42 naskah kuno
71. Latar Tempat Halaman 15
dipastikan hilang dari
museum paling tua di
Indonesia itu.
72. Museum Radya Pustaka, Latar Tempat Halaman 15
Surakarta, gempar! Tak
kurang dari 42 naskah kuno
28

dipastikan hilang dari


museum paling tua di
Indonesia itu.
Adalah Nancy K. Florida,
anggota tim pembuatan
mikrofilm dari lembaga
pendidikan, ilmu
pengetahuan dan
kebudayaan Perserikatan
73. Bangsa-Bangsa, UNESCO, Tokoh/penokohan Halaman 15
yang 25 tahun silam datang
ke museum itu untuk
meneliti lalu membuat
daftar koleksi naskah kuno
warisan kuno budaya luhur
para leluhur bangsa
Adalah Nancy K. Florida,
anggota tim pembuatan
mikrofilm dari lembaga
pendidikan, ilmu
pengetahuan dan
kebudayaan Perserikatan
Bangsa-Bangsa, Gaya Bahasa
74. Halaman 15
UNESCO, yang 25 tahun (Majas Metonomia)
silam datang ke museum itu
untuk meneliti lalu
membuat daftar koleksi
naskah kuno warisan kuno
budaya luhur para leluhur
bangsa
Adalah Nancy K. Florida,
anggota tim pembuatan
mikrofilm dari lembaga
pendidikan, ilmu
pengetahuan dan
kebudayaan Perserikatan
75. Bangsa-Bangsa, UNESCO, Latar Waktu Halaman 15
yang 25 tahun silam datang
ke museum itu untuk
meneliti lalu membuat
daftar koleksi naskah kuno
warisan kuno budaya luhur
para leluhur bangsa
Di antara karya agung yang
tak terhingga nilainya dan
turut menghilang adalah
76. naskah tulisan tangan asli Tokoh/penokohan Halaman 16
dari pujangga besar keraton
surakarta, Raden Ngabehi
Ronggowarsito.
29

Lima arca utama yang


hilang adalah Ciwa
Mahadewa, Durga
77. Mahisasuramardhini, Tokoh/penokohan Halaman 16
Durga
Mahisasuramardhini II,
Agastya, dan Mahakala
Suara merdu kelompok
musik Bimbo membuka
Apresiasi Film Nasional di
stasiun televisi kebanggaan Gaya Bahasa
78. Halaman 18
dan satu-satunya milik (Majas Metonomia)
pemerintah, Televisi
Republik Indonesia
(TVRI).
Siaran warta tiga puluh
79. menit itu, Dunia Dalam Latar Waktu Halaman 18
Berita, baru saja usai.
Laki-laki lanjut usia
bertubuh kurus tinggi itu
80. menguap kemudian bangkit Tokoh/penokohan Halaman 19
beringsut dari sofa tua
butut.
Laki-laki lanjut usia
bertubuh kurus tinggi itu
Gaya Bahasa
81. menguap kemudian Halaman 19
(Majas Polisidenton)
bangkit beringsut dari
sofa tua butut.
Bocah lelaki tampan,
gemuk, sehat, dan berkulit
putih bersih itu tersenyum
lebar, tatapannya polos
berbinar, kepala
82. Tokoh/penokohan Halaman 19
mengangguk semangat!
Spontan dilemparkannya
kepinga-kepingan Lego
hingga berserakan di lantai
marmer.
83. Abimanyu Wibisono Tokoh/penokohan Halaman 24
Abimanyu Wibisono
memang tidak hanya
84. tampan, tapi juga piawai Tokoh/penokohan Halaman 25
dalam bertutur, memikat
dalam orasi.
Sejak belia, bunga rampai
puisinya rajin menghiasi
85. Tokoh/penokohan Halaman 25
majalah dinding, dari SD,
SMP, hingga SMA.
30

Menyelesaikan strata
sarjana di Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Indonesia
Gaya Bahasa
86. pada 1998, gelar Halaman 25
(Majas Metonomia)
magisternya diperoleh lewat
beasiswa di Waseda
University, Jepang pada
2002.
Simpatik, santun,
berbudi, Abimanyu
87. Tokoh/penokohan Halaman 25
pandai bersikap dan
menempatkan diri.
Tak heran sejak
kepulangannya dari
melanjutkan Pendidikan S3
dua tahun lalu, lulus
summan cum laude dari
Ohio State University di
Amerika Serikat 2007, Gaya Bahasa
88. Halaman 25
doktor komunikasi politik (Majas Metonomia)
yang masih berusia relatif
muda itu langsung merebut
hati masyarakat setempat
dengan kiprahnya yang
nyata bagi kepentingan
rakyat.
Tak heran sejak
kepulangannya dari
melanjutkan Pendidikan S3
dua tahun lalu, lulus
summan cum laude dari
Ohio State University di
Amerika Serikat 2007,
89. Latar Waktu Halaman 25
doktor komunikasi politik
yang masih berusia relatif
muda itu langsung merebut
hati masyarakat setempat
dengan kiprahnya yang
nyata bagi kepentingan
rakyat.
Soekarno muda yang
nasionalis adalah
pemimpin dan pembebas
90. Tokoh/penokohan Halaman 27
sebuah bangsa yang
menyimpan banyak berita,
cerita, serta derita.
91. Sejarah negeri tua ini Latar Suasana Halaman 27
sarat terbungkus
pertumpahan darah,
31

banjir keringat,
bergenangan air mata.
Seiring gerak rotasi serta
revolusi bumi menjadikan
malam dan siang hingga
musim berganti, demikian
pula pergerakan revolusi
yang digelorakan rakyat
Gaya Bahasa
92. yang telah jenuh oleh Halaman 27
(Majas Paralelisme)
penderitaan dan
kesengsaraan, lambat laun
menemui titik terang
harapan untuk menghirup
udara bebas dan bernapas
dalam kemerdekaan.
Abimanyu tersenyum
sendiri sembari duduk di Latar Tempat
93. Halaman 32
ruang kerja yang baru satu
bulan ini ditempatinya.
Abimanyu tersenyum
sendiri sembari duduk di
94. Latar Waktu Halaman 32
ruang kerja yang baru satu
bulan ini ditempatinya.
Orasi sepanjang hari
hingga tenggorokan
kering dan suara jadi
parau, bermandi keringat
95. Latar Suasana Halaman 33
dalam terik siang, atau
basah kuyup dan
menggigil saat hujan
lebat.
Sementara wakil rakyat
yang terhormat saat ini,
yang seudah hidup di alam
merdeka yang mungkin tak
sempat dikecap mereka
barang sekejap, Gaya Bahasa
96. Halaman 33
berlimpah fasilitas dan (Majas Ironi)
pelayanan kelas satu,
bergelimang kemewahan,
hidup penuh kenikmatan
dalam prestise pangkat
serta jabatan.
Amanat dan kepercayaan
rakyat yang semestinya
diperjuangkan hanya
Gaya Bahasa
97. menjadi alat mendapat Halaman 33
(Majas Sinisme)
kedudukan dan
kehormatan dengan cara
kotor, licin, instan.
32

Jika tak sedang bergosip


ria atau bolos kerja,
tertangkap kamera
Gaya Bahasa
98. sedang baca koran atau Halaman 33
(Majas Ironi)
tidur, sekadar absen dan
makan gaji buta tanpa
ada aksi nyata
Tak ada suara yang
semestinya berbicara
dalam sidang soal rakyat,
jalan-jalan atas nama Gaya Bahasa
99. Halaman 34
tugas negara, (Majas Ironi)
menghabiskan anggaran,
berpesiar dan berbelanja
royal di luar negeri
Tak ada suara yang
semestinya berbicara dalam
sidang soal rakyat, jalan-
jalan atas nama tugas
100. Latar Tempat Halaman 34
negara, menghabiskan
anggaran, berpesiar dan
berbelanja royal di luar
negeri
Si Pitung adalah legenda
101. Tokoh/penokohan Halaman 35
bagi rakyat Betawi
Hidup di penghujung
102. tahun 1800-an, ia tak Latar Waktu Halaman 35
gentar melawan kompeni
Abimanyu sudah
103. menebak mau dibawa ke Tokoh/penokohan Halaman 37
mana arah pembicaraan.
Dia muak dan benci
104. penjilat yang suka pamrih Tokoh/penokohan Halaman 37
dan tak tahu malu.
Segera disudahinya
105. Tokoh/penokohan Halaman 37
percakapan.
Kesepuluh jemarinya
terlecut lincah menari di
106. atas papan ketik yang Sudut Pandang Halaman 37
konon dihargai dua
puluhan juta rupiah itu
Ruang kerja Abimanyu
besar dan nyaman,
107. berukuran empat kali Latar Tempat Halaman 40
lima meter dengan tinggi
tiga meter
108. Di dalam balok raksasa itu, Gaya Bahasa Halaman 40
di sebelah mesing fotokopi, (Majas Asidenton)
terletak meja kerja yang
33

dijejali PC, printer,


scanner, telepon,
faksimile, serta laptop.
Anak kecil bertubuh
kurus itu melambai
109. memberi kode sambil Tokoh/penokohan Halaman 43
berlari berputar-putar
gesit mengecoh lawan.
Malam itu adalah malam
minggu, malam kebebasan
yang selalu dinantikan
Abimanyu dan kawan-
kawannya, sebab hanya
110. Latar Waktu Halaman 45
pada malam itu mereka
diperkenankan bermain
bebas di rumah Teguh
Samudro, anak paling kaya
raya di lingkungan mereka.
Malam itu adalah malam
minggu, malam kebebasan
yang selalu dinantikan
Abimanyu dan kawan-
kawannya, sebab hanya
111. Latar Waktu Halaman 45
pada malam itu mereka
diperkenankan bermain
bebas di rumah Teguh
Samudro, anak paling kaya
raya di lingkungan mereka.
Malam itu adalah malam
minggu, malam kebebasan
yang selalu dinantikan
Abimanyu dan kawan-
kawannya, sebab hanya
112. Tokoh/penokohan Halaman 45
pada malam itu mereka
diperkenankan bermain
bebas di rumah Teguh
Samudro, anak paling kaya
raya di lingkungan mereka.
Malam itu adalah malam
minggu, malam kebebasan
yang selalu dinantikan
Abimanyu dan kawan-
kawannya, sebab hanya
113. pada malam itu mereka Latar Tempat Halaman 45
diperkenankan bermain
bebas di rumah Teguh
Samudro, anak paling
kaya raya di lingkungan
mereka.
114. Mereka sudah bersyukur Gaya Bahasa Halaman 45
34

bisa beramai-ramai
menonton video rentalan
kaset VHS versi Betamax,
(Majas Polisidenton)
dengan serial favorit
Gaban Polisi Angkasa dan
Goggle Five.
Bersama Megaloman,
Lionmaru, Zabogar, dan
Kamen Rider, serial film
Tokusatsu yang populer
dari Jepang menjadi Gaya Bahasa
115. Halaman 45
tontonan alternatif bagi (Majas Asidenton)
anak-anak yang tak cukup
terpuaskan dengan
Panggung Boneka Si Unyil
atau Ria Jenaka.
Dengan rakus Abimanyu
mampu melahap dua
hingga tiga buku sehari, Gaya Bahasa
116. Halaman 47
dan kembali lagi esok hari (Majas Hiperbola)
untuk menyantap judul
buku yang lain lagi.
Tegar adalah sahabat
yang baik dan tidak pelit
117. meminjamkan barang- Tokoh/penokohan Halaman 47
barang pribadinya kepada
teman-temannya.
Bagi Abimanyu dan kawan-
kawan, trio anak naka Joko,
118. Tokoh/penokohan Halaman 47
Joni, dan Jono adalah
musuh bebuyutan.
Mereka gemar menindas
anak yang lemah seperti
Ronggo yang bertubuh
Gaya Bahasa
119. paling kecil, kerap jadi Halaman 47
(Majas Asidenton)
bulan-bulanan, dipalak,
diancam, dan dirampas
uang jajannya.
Dialah Tegar Angkoso,
kakak kandung Teguh yang
120. Tokoh/penokohan Halaman 48
lebih tua empat tahun dan
duduk di kelas tiga SMP.
Gaya Bahasa
121. “Maaf, Pak!” Halaman 51
(Eklamasio)
“Waduh! Sore ini saya
Gaya Bahasa
122. rapat dewan sampai nanti Halaman 51
(Eklamasio)
malam.”
“Waduh! Sore ini saya
123. Latar Waktu Halaman 51
rapat dewan sampai nanti
35

malam.”
124. Namanya Idayu. Tokoh/penokohan Halaman 52
Gadis hitam manis kenes
keturunan Bali, tinggi
semampai, dengan lekuk
tubuh aduhai, rambut
125. Tokoh/penokohan Halaman 52
hitamnya ikal panjang
tergerai, baru lulus
kuliah, usianya dua puluh
dua tahun.
Utari Dewi, mantan finalis
salah satu ajang pemilihan
126. putri di Jakarta pada 2004 Tokoh/penokohan Halaman 54
yang lalu bekerja jadi
pramugari.
Saat pandangan berada,
senyum tipis malu-malu Gaya Bahasa
127. Halaman 54
membuat pipi bersemu (Majas Paralelisme)
merah dadu.
Abimanyu mengeluarkan
Blackberry , lalu
menghubungi Utari yang
tengah hamil tua, harap-
Gaya Bahasa
128. harap cemas menantikan Halaman 54
(Majas Metonomia)
kehadiran sang jabang bayi
yang hanya kurang dari satu
purnama lagi segera hadir
ke bumi.
129. Malam semakin larut. Latar Waktu Halaman 58
Abimanyu masuk ke
ruang kerja sambil
menghela nafas berat,
membuka sepasang sepatu
130. Latar Suasana Halaman 58
pantofel, lalu ambruk
menghempas tubuhnya
yang lelah diatas sofa
empuk.
131. Idayu memang menarik. Tokoh/penokohan Halaman 58
132. Meskipun tubuhnya Tokoh/penokohan Halaman 58
bongsor, tingkah
polahnya masih seperti
kembang ranum polos,
setidaknya mengesankan
demikian, kuncup yang
mulai mekar merekah,
36

beranjak dewasa, ingin


mengecap dan dikecap
asmara.
Namun, kini telah satu
bulan lebih berjalan, dia
sendiri merasakan betapa
133. Latar Waktu Halaman 59
berat beban tugasnya
sebagai seorang wakil
rakyat.
Diliriknya jam Rolex
Gaya Bahasa
134. berlapis emas di Halaman 60
(Majas Metonomia)
pergelangan tangan kanan.
Louisa Johanna Theodora
(Wieteke) Van Dort (16
Mei 1943) menghabiskan
135. Tokoh/penokohan Halaman 61
masa kecil yang penuh
kenangan di surabaya yang
panas.
Terkenal karena
membawakan acara The
Late Lien Show yang
menampilkan ciri yang
dirinya yang Indisch,
kecintaannya diabadikan
dalam lagu-lagu yang
Gaya Bahasa
136. diciptakannya yang banyak Halaman 61
(Majas Metonomia)
bercerita tentang pernak-
pernik masa kecilnya di
Indonesia, sebut saja Terug
Naar Soerabaja, Arm Den
Haag, Geef Mij Mar Nasi
Goreng, dan Krontjong
Kemajoran.
Terkenal karena
membawakan acara The
Late Lien Show yang
menampilkan ciri yang
dirinya yang Indisch,
kecintaannya diabadikan
dalam lagu-lagu yang
Gaya Bahasa
137. diciptakannya yang banyak Halaman 62
(Majas Asidenton)
bercerita tentang pernak-
pernik masa kecilnya di
Indonesia, sebut saja Terug
Naar Soerabaja, Arm Den
Haag, Geef Mij Mar Nasi
Goreng, dan Krontjong
Kemajoran.
Terkenal karena
138. Latar Tempat Halaman 63
membawakan acara The
37

Late Lien Show yang


menampilkan ciri yang
dirinya yang Indisch,
kecintaannya diabadikan
dalam lagu-lagu yang
diciptakannya yang banyak
bercerita tentang pernak-
pernik masa kecilnya di
Indonesia, sebut saja Terug
Naar Soerabaja, Arm Den
Haag, Geef Mij Mar Nasi
Goreng, dan Krontjong
Kemajoran.
Keluar dari gedung yang
pernah didudukinya
bersama ribuan mahasiswa
saat berdemonstrasi untuk
menurunkan Presiden
Soeharto satu dekade lalu,
139. Honda Jazz silver yang Latar Waktu Halaman 63
dikendarainya meluncur
tenang nyari tanpa suara
membelah di tengah malam,
sendirian melaju di Jalan
Gatot Subroto yang sepi
lengang
Keluar dari gedung yang
pernah didudukinya
bersama ribuan mahasiswa
saat berdemonstrasi untuk
menurunkan Presiden
Soeharto satu dekade lalu,
Gaya Bahasa
140. Honda Jazz silver yang Halaman 63
(Majas Metonomia)
dikendarainya meluncur
tenang nyari tanpa suara
membelah di tengah malam,
sendirian melaju di Jalan
Gatot Subroto yang sepi
lengang
141. Keluar dari gedung yang Latar Suasana Halaman 63
pernah didudukinya
bersama ribuan mahasiswa
saat berdemonstrasi untuk
menurunkan Presiden
Soeharto satu dekade lalu,
Honda Jazz silver yang
dikendarainya meluncur
tenang nyari tanpa suara
membelah di tengah
malam, sendirian melaju di
38

Jalan Gatot Subroto yang


sepi lengang
Keluar dari gedung yang
pernah didudukinya
bersama ribuan mahasiswa
saat berdemonstrasi untuk
menurunkan Presiden
Soeharto satu dekade lalu,
142. Honda Jazz silver yang Latar Tempat Halaman 63
dikendarainya meluncur
tenang nyari tanpa suara
membelah di tengah malam,
sendirian melaju di Jalan
Gatot Subroto yang sepi
lengang
Dadanya berdebar keras,
143. jantungnya berdegup Latar Suasana Halaman 63
kencang.
“Hentikan! Apa pun yang
Gaya Bahasa
144. kau lakukan, angkat Halaman 64
(Eklamasio)
tanganmu! Sekarang!”
“K-kau?! Apa yang kau
lakukan ? Jangan Gaya Bahasa
145. Halaman 64
bercanda... Letakkan (Eklamasio)
senjata itu!
Gelisah mengerjap cemas,
ekor matanya melirik
layar laptop diatas meja
Gaya Bahasa
146. yang memendarkan satu- Halaman 64
(Majas Asidenton)
satunya cahaya redup
fluorescent dalam ruangan
kerjanya yang gelap pekat.
Suasana tegang dan
147. Latar Suasana Halaman 65
mencekam
“Jangan bohong! Lalu apa
yang kau lakukan Gaya Bahasa
148. Halaman 65
sembunyi-sembunyi di (Eklamasio)
tempat ini ?”
Intro dari sebuah lagu
balada yang terkenal di
149. era 90-an, ciptaan Iwan Latar Waktu Halaman 65
Fals, berjudul Tetap
Sahabatku.
Intro dari sebuah lagu
balada yang terkenal di era
Gaya Bahasa
150. 90-an, ciptaan Iwan Fals, Halaman 65
(Majas Metonomia)
berjudul Tetap
Sahabatku.
151. Seketika genangan darah Latar Suasana Halaman 66
39

merah merembes
membasahi kemeja
putihnya.
Gaya Bahasa
152. DEEEB! Halaman 66
(Eklamasio)
Gaya Bahasa
153. “Akkhhh!” Halaman 66
(Eklamasio)
Lelaki menjerit , lengan Gaya Bahasa
154. Halaman 66
kanannya nyeri! (Eklamasio)
Gaya Bahasa
155. Dia tertembak! Halaman 66
(Eklamasio)
Bagai kucing garong buas,
membiarkan tikus yang
terluka panik dan Gaya Bahasa
156. Halaman 69
terpojok sebelum satu (Majas Metafora)
terkaman anggun menggigit
putus leher mangsanya.
Amarahnya memuncak,
dengan sisa kekuatan, ia Gaya Bahasa
157. Halaman 71
bangkit, menendang (Majas Klimaks)
lawannya.
Seketika ruang kerja itu
158. Latar Suasana Halaman 71
gulita sempurna.
Dalam gelap, dia seperti
bisa melihat senyum serta
160. Latar Suasana Halaman 71
mata pemburunya
menyala berkilat-kilat.
Menyelinap keluar dari
161. ruangan lalu menghilang Latar Waktu Halaman 74
ditelan hening malam.
Jakarta dihebohkan dengan
162. kematian seorang anggota Latar Tempat Halaman 77
DPR muda yang terkenal
Jakarta dihebohkan dengan
Gaya Bahasa
163. kematian seorang anggota Halaman 77
(Majas Metonomia)
DPR muda yang terkenal.
“Abimanyu Wibisono,
anggota DPR Komisi II,
164. ditemukan tewas Latar Tempat Halaman 77
mengenaskan di ruang
kerjanya pagi hari ini.
“Abimanyu Wibisono,
anggota DPR Komisi II,
Gaya Bahasa
165. ditemukan tewas Halaman 77
(Majas Metonomia)
mengenaskan di ruang
kerjanya pagi hari ini.
166. “Abimanyu Wibisono, Latar Waktu Halaman 77
40

anggota DPR Komisi II,


ditemukan tewas
mengenaskan di ruang
kerjanya pagi hari ini.
Tiga melubangi dada yang
diduga lantas merenggut
nyawanya, lalu lengan,
Gaya Bahasa
167. pergelangan tangan Halaman 77
( Majas Asidenton)
kanan, bahu serta
punggung tapak tangan
kiri.
Pembunuhan sadis ini
sangat mengejutkan karena Gaya Bahasa
168. Halaman 77
telah terjadi di dalam (Majas Metonomia)
gedung DPR/MPR.
169. Pukul 05.30 pagi. Latar Waktu Halaman 78

Satrio baru saja selesai


170. Tokoh/penokohan Halaman 78
mandi.
Masih menggunakan
handuk, bersiap bergantu
pakaian untuk kemudian
171. Latar Suasana Halaman 78
berangkat ke tempat kerja
dengan vespa butut
kesayangnya.
Masih menggunakan
handuk, bersiap bergantu
pakaian untuk kemudian Gaya Bahasa
172. Halaman 78
berangkat ke tempat kerja (Majas Metonomia)
dengan vespa butut
kesayangnya.
Sebuah pesan elektronik
173. Latar Waktu Halaman 79
diterima pada 18/112009.

174. Pukul 02.53 WIB Latar Waktu Halaman 79


Hari itu, hampir semua
media elektronik ramai
175. Latar Waktu Halaman 79
mewartakan kasus
terbunuhnya Abimanyu.
Selesai makan siang di
kantin kantor, Satrio
memutuskan untuk datang
176. Latar Waktu Halaman 80
langsung berbelangsukawa
ke kediaman Abimanyu di
Depok.
177. Selesai makan siang di Latar Tempat Halaman 80
kantin kantor, Satrio
memutuskan untuk datang
41

langsung berbelangsukawa
ke kediaman Abimanyu di
Depok.
Selesai makan siang di
kantin kantor, Satrio
memutuskan untuk datang
178. Latar Tempat Halaman 80
langsung berbelangsukawa
ke kediaman Abimanyu di
Depok.
Dia pernah mengunjungi
tempat tinggal sahabat
lamanya itu di kawasan
179. perumahan elit dekat Latar Tempat Halaman 80
kampus almamater mereka
tercinta, beberapa bulan
setelah Abimanyu menikah.
Dia pernah mengunjungi
tempat tinggal sahabat
lamanya itu di kawasan
180. perumahan elit dekat Latar Waktu Halaman 80
kampus almamater mereka
tercinta, beberapa bulan
setelah Abimanyu menikah.
Satri bahkan menemani
Abimanyu mengelilingi
Depok lewat tengah malam
181. Latar Tempat Halaman 80
dengan Vespa bututnya
demi mencari mangga muda
yang diiidamkan utari.
Satri bahkan menemani
Abimanyu mengelilingi
Depok lewat tengah
182. malam dengan Vespa Latar Waktu Halaman 80
bututnya demi mencari
mangga muda yang
diiidamkan utari.
Satri bahkan menemani
Abimanyu mengelilingi
Depok lewat tengah malam Gaya Bahasa
183. Halaman 80
dengan Vespa bututnya (Majasa Metonomia)
demi mencari mangga muda
yang diiidamkan utari.
Motor tua yang sempat
menjadi simbol status sosial
kelas menengah ke atas di
era 60-an itu perlahan
184. Latar Waktu Halaman 81
meluncur dengan elegan,
keluar dari gerbang depan
LIPI di Jalan Jenderal Gatot
Subroto, Jakarta Selatan.
42

Motor tua yang sempat


menjadi simbol status sosial
kelas menengah ke atas di
era 60-an itu perlahan
Gaya Bahasa
185. meluncur dengan elegan, Halaman 81
(Majas Metonomia)
keluar dari gerbang depan
LIPI di Jalan Jenderal
Gatot Subroto, Jakarta
Selatan.
Motor tua yang sempat
menjadi simbol status sosial
kelas menengah ke atas di
era 60-an itu perlahan
186. meluncur dengan elegan, Latar Tempat Halaman 81
keluar dari gerbang depan
LIPI di Jalan Jenderal
Gatot Subroto, Jakarta
Selatan.
Gaya Bahasa
187. Dihabisi! Halaman 82
(Eklamasio)
Jika waktu kematian adalah
Pukul tiga pagi adalah
Pukul tiga pagi, bisa jadi
Abimanyu dibunuh hanya
188. Latar Waktu Halaman 82
berselang lima hingga
sepuluh menit setelah
mengirimkan e-mail itu
kepada dirinya!
Jika waktu kematian adalah
Pukul tiga pagi, bisa jadi
Abimanyu dibunuh hanya
189. berselang lima hingga Latar Waktu Halaman 82
sepuluh menit setelah
mengirimkan e-mail itu
kepada dirinya!
Jika waktu kematian adalah
Pukul tiga pagi, bisa jadi
Abimanyu dibunuh hanya
Gaya Bahasa
190. berselang lima hingga Halaman 82
(Eklamasio)
sepuluh menit setelah
mengirimkan e-mail itu
kepada dirinya!
Satrio yang tengah
tenggelam dalam lamunan
191. Latar Suasana Halaman 84
seketika panik tak
menguasai, pegangan.
192. Tak jadi nyelawat ke Latar Tempat Halaman 86
rumah Abimanyu di
Depok, Satrio yang masih
43

gemetar karena baru saja


lolos dari percobaan
pembunuhan tak habis
berpikir, siapa yang berniat
dan tega hendak
menghabisinya ? Teringat
aksi penembak misterius
alias Petrus di zaman Orde
Baru, lesatan Satrio beralih
ke aksi penculikan aktivis
menjelang pecah reformasi.
Tak jadi nyelawat ke rumah
Abimanyu di Depok, Satrio
yang masih gemetar
karena baru saja lolos
dari percobaan
pembunuhan tak habis
berpikir, siapa yang
193. Latar Suasana Halaman 86
berniat dan tega hendak
menghabisinya ? Teringat
aksi penembak misterius
alias Petrus di zaman Orde
Baru, lesatan Satrio beralih
ke aksi penculikan aktivis
menjelang pecah reformasi.
Tak jadi nyelawat ke rumah
Abimanyu di Depok, Satrio
yang masih gemetar karena
baru saja lolos dari
percobaan pembunuhan tak
habis berpikir, siapa yang
194. berniat dan tega hendak Latar Suasana Halaman 86
menghabisinya ? Teringat
aksi penembak misterius
alias Petrus di zaman Orde
Baru, lesatan Satrio beralih
ke aksi penculikan aktivis
menjelang pecah reformasi.
Pembunuh itu sudah Gaya Bahasa
195. Halaman 86
mengenalinya! (Eklamasio)
Menanti kesempatan
terbaik untuk menutup
196. mulut dan menguburnya Latar Suasana Halaman 87
bersama informasi yang
dimiliki.
Gaya Bahasa
197. “EHMMM!!” Halaman 87
(Eklamasio)
44

Tenangkan diri saudara, ini, Gaya Bahasa


198. Halaman 88
minumlah dahulu! (Eklamasio)
“Kami perlu data diri
Saudara untuk kami catat
dan diteruskan ke SPK
199. Latar Tempat Halaman 88
Polres Metro Jakarta
Selatan selaku unit yang
berwajib di wilayah ini.
Siapapun pelakunya
sungguh berani Gaya Bahasa
200. Halaman 88
melakukaknnya di hidung (Majas Simbolik)
pos penjagaan ini.
Selanjutnya, SPK Polres
Jakarta Selatan yang telah
dihubungi pos jaga
kompleks menteri akan
Gaya Bahasa
201. segera meluncur ke kantor Halaman 88
(Majas Metonomia)
Satrio untuk menyelidiki
kasus lebih lanjut, dalam
lima belas menit hingga
setengah jam ke depan.
Selanjutnya, SPK Polres
Jakarta Selatan yang telah
dihubungi pos jaga
kompleks menteri akan
202. segera meluncur ke kantor Latar Tempat Halaman 88
Satrio untuk menyelidiki
kasus lebih lanjut, dalam
lima belas menit hingga
setengah jam ke depan.
Selanjutnya, SPK Polres
Jakarta Selatan yang telah
dihubungi pos jaga
kompleks menteri akan
203. segera meluncur ke kantor Latar Tempat Halaman 88
Satrio untuk menyelidiki
kasus lebih lanjut, dalam
lima belas menit hingga
setengah jam ke depan.
Selanjutnya, SPK Polres
Jakarta Selatan yang telah
dihubungi pos jaga
kompleks menteri akan
204. segera meluncur ke kantor Latar Waktu Halaman 89
Satrio untuk menyelidiki
kasus lebih lanjut, dalam
lima belas menit hingga
setengah jam ke depan.
205. Tiba kembali di ruangan Latar Tempat Halaman 89
45

kerjanya, there’s no such


place like home sweet home
Tampaknya kejadian
diluar sana tak ada teman
206. Latar Suasana Halaman 89
seruangan yang
mengetahuinya.
Mencoba mengusir
gemetar yang masih
207. merayapi acapkali Latar Suasana Halaman 89
mengingat peristiwa yang
baru saja dialami.
Gaya Bahasa
208. Begitu dekat! Halaman 89
(Eklamasio)
Satrio merasa sangat letih,
lunglai lemas, tak Gaya Bahasa
209. Halaman 90
bertenaga dan tak (Majas Asidenton)
bertulang.
210. Sekarang pukul tiga sore. Latar Waktu Halaman 90
Satrio mengenang masa-
masa kebersamaan di Gaya Bahasa
211. Halaman 90
kampus The Yellow Jacket (Majas Metonomia)
(Universitas Indonesia)
Dua bersahabat ini tercatat
sebagai mahasiswa Gaya Bahasa
212. Halaman 90
Universitas Indonesia, (Majas Metanomia)
meski berbeda jurusan.
Satrio dulu berkuliah di
Fakultas Ilmu
Pengetahuan Budaya
Gaya Bahasa
213. jurusan Sejarah, Halaman 90
(Majas Metanomia)
sementara Abimanyu di
Fakultas Ilmu Sosial Ilmu
Politik jurusan Ilmu Politik.
Satrio dulu berkuliah di
Fakultas Ilmu Pengetahuan
Budaya jurusan Sejarah,
Gaya Bahasa
214. sementara Abimanyu di Halaman 90
(Majas Metanomia)
Fakultas Ilmu Sosial Ilmu
Politik jurusan Ilmu
Politik.
Dalam salah satu aksi,
Abimanyu dan sejumlah
kawan diciduk polisi karena Gaya Bahasa
215. Halaman 90
dianggap hendak makar (Majas Interupsi)
kepada negara, dituduh
pasal subversif.
Meski demikian, hal itu tak Gaya Bahasa
216 Halaman 91
sedikitpun menyurutkan (Eklamasio)
46

langkah, justru semakin


menebalkan tekad dan
mengobarkan gelora
semangat mudanya!
Bersama sejumlah sahabat
lainnya, mereka menjalani
masa kanak-kanak yang
Gaya Bahasa
217. penuh gejolah, gairah, Halaman 91
(Majas Asidenton)
kegembiraan dan
kesenangan, serta kaya
kenangan.
Kesungguhan
mendudukan dirinya Gaya Bahasa
218. Halaman 92
sebagai wakil rakyat (Eklamasio)
anggota DPR!
Abimanyu telah
Gaya Bahasa
219. menjawab tantangan dan Halaman 92
(Eklamasio)
berhasil membuktikan!
Dalam hidup Satrio tak Gaya Bahasa
220. Halaman 92
banyak riak. (Majas Eufimisme)
Bukan berarti ia tak
pernah memiliki masalah
berarti, namun ia adalah
Gaya Bahasa
221. tipe orang yang cenderung Halaman 92
(Majas Koreksio)
menghindarkan diri
masalah, jikalau masih bisa
dihindari.
Dia teringat cita-citanya
Gaya Bahasa
222. waktu kecil ingin jadi Halaman 92
(Eklamasio)
seorang Astronom!
Satrio kecil sangat senang
mengamati angkasa yang
terbuka, ketika kanvas
Gaya Bahasa
223. malam yang hitam cerah Halaman 92
(Majas Personifikasi)
luas bertaburan bintang-
gemintang kelap-kelip
saling mengedip.
Neil Amstrong tercatat
224. dalam sejarah pada 20 Juli Tokoh/penokohan Halaman 93
1969.
Neil Amstrong tercatat
225. dalam sejarah pada 20 Juli Latar Waktu Halaman 93
1969.
226. Bersama Edwin “Buzz” Tokoh/penokohan Halaman 93
Aldrin dan Michael
Collins dalam misi pesawat
ulang alik Apollo 11 dari
bumi ke bulan, Armstrong
menjadi manusia pertama di
47

dunia yang menginjakkan


kakinya di bulan!
Bersama Edwin “Buzz”
Aldrin dan Michael Collins
dalam misi pesawat ulang
alik Apollo 11 dari bumi ke Gaya Bahasa
227. Halaman 93
bulan, Armstrong menjadi (Majas Metanomia)
manusia pertama di dunia
yang menginjakkan kakinya
di bulan!
Bersama Edwin “Buzz”
Aldrin dan Michael Collins
dalam misi pesawat ulang
alik Apollo 11 dari bumi ke Gaya Bahasa
228. Halaman 93
bulan, Armstrong menjadi (Eklamasio)
manusia pertama di dunia
yang menginjakkan
kakinya di bulan!
Siang hari, di gedung
berlantai 24, Nusantara 1
DPR/MPR di Jalan Gatot
Subroto, Jakarta Selatan,
pita kuning police line
229. Latar Waktu Halaman 106
tampak rapat mengelilingi
lantai 17 tempat kerja
Abimanyu Wibisono yang
ditemukan tewas terbunuh
dini hari tadi.
Siang hari, di gedung
berlantai 24, Nusantara 1
DPR/MPR di Jalan Gatot
Subroto, Jakarta Selatan,
pita kuning police line
230. Latar Tempat Halaman 106
tampak rapat mengelilingi
lantai 17 tempat kerja
Abimanyu Wibisono yang
ditemukan tewas terbunuh
dini hari tadi.
Siang hari, di gedung
berlantai 24, Nusantara 1
DPR/MPR di Jalan Gatot
Subroto, Jakarta Selatan,
pita kuning police line
231. Latar Tempat Halaman 106
tampak rapat mengelilingi
lantai 17 tempat kerja
Abimanyu Wibisono yang
ditemukan tewas terbunuh
dini hari tadi.
Siang hari, di gedung
232. Latar Waktu Halaman 106
berlantai 24, Nusantara 1
48

DPR/MPR di Jalan Gatot


Subroto, Jakarta Selatan,
pita kuning police line
tampak rapat mengelilingi
lantai 17 tempat kerja
Abimanyu Wibisono yang
ditemukan tewas terbunuh
dini hari tadi.
Gaya Bahasa
233. JDERRR!!! Halaman 107
(Eklamasio)
Hawa dinginnya terasa
nyaman lagi
menyegarkan, untuk satu
hingga dua detik, dinikmati
234. oleh perwira menengah Latar Suasana Halaman 107
polisi dengan tanda pangkat
dua bungan sudut lima, dulu
setingkat Letnan Kolonel, di
bahunya.
Hawa dinginnya terasa
nyaman lagi menyegarkan,
untuk satu hingga dua
detik, dinikmati oleh
235. perwira menengah polisi Latar Waktu Halaman 107
dengan tanda pangkat dua
bungan sudut lima, dulu
setingkat Letnan Kolonel, di
bahunya.
Hawa dinginnya terasa
nyaman lagi menyegarkan,
untuk satu hingga dua detik,
dinikmati oleh perwira
Gaya Bahasa
236. menengah polisi dengan Halaman 107
(Majas Metanomia)
tanda pangkat dua
bungan sudut lima, dulu
setingkat Letnan Kolonel, di
bahunya.
Kapolres Jakarta Selatan,
Ajun Komisaris Besar Gaya Bahasa
237. Halaman 107
Polisi (AKBP) Gondo (Majas Metonomia)
Suyoto.
Perkiraan tepatnya, korban
238. dibunuh antara pukul 02.30- Latar Waktu Halaman 109
03.30 dini hari!
Tidak ada jendela di
239. Sudut Panjang Halaman 109
ruangan ini.
Satu-satunya akses adalah
240. pintu kayu jati yang tadi Sudut Panjang Halaman 109
ia masuki.
49

Tidak ada barang berharga


milik korban yang hilang,
baik harta benda pribadi
seperti telepon genggam,
Gaya Bahasa
241. dompet berikut isinya, Halaman 110
(Majas Asidenton)
uang tunai dan kartu
kredit, identitas diri,
semua utuh dan di
amanakan tim forensik.
Korban ditemukan oleh
office boy bernama Romli
yang datang pukul 05.30
242. Latar Waktu Halaman 111
WIB, memasuki ruangan
untuk menyapu, pekerjaan
rutin harian.
Menurut keterangan saksi
Yanuarto, tidak ada orang
yang keluar masuk lepas
243. Latar Waktu Halaman 111
pukul 12, sama sekali tak
ada tanda-tanda atau gerak-
gerik yang mencurigakan.
Meski bertugas jaga lantai
dasar, tiap pukul 12
malam, sudah menjadi
244. kebiasaan Yanuarto seorang Latar Waktu Halaman 111
diri menyempatkan
memeriksa semua lantai
satu per satu.
Meski bertugas jaga lantai
dasar, tiap pukul 12 malam,
sudah menjadi kebiasaan
245. Yanuarto seorang diri Latar Tempat Halaman 111
menyempatkan
memeriksa semua lantai
satu per satu.
Kebiasaan memeriksa
246. selesai sekitar jam dua Latar Waktu Halaman 112
malam.
Gaya Bahasa
247. BODOH!!! Halaman 112
(Eklamasio)
Tapi sejak tahun 2007,
ruangan anggota DPR
hanya bisa dibuka
248. Latar Waktu Halaman 113
menggunakan kartu akses
serupa ATM oleh yang
bersangkutan.
Tempat parkir tidak ada Gaya Bahasa
249. Halaman 114
penjaga! (Eklamasio)
50

DUA PULUH EMPAT Gaya Bahasa


250. Halaman 114
LANTAI! (Eklamasio)
Gaya Bahasa
251. GILA!!! Halaman 114
(Eklamasio)
Tpi cuman enam belas yang
bertugas malam hari,
berpencar menjaga
252. sembilan gedung utama di Latar Tempat
kompleks gedung
parlemen seluas 38,160
hektar ini.
Gaya Bahasa
253. KAMPRET!!! Halaman 115
(Eklamasio)
Gaya Bahasa
254. TAK BERGUNA!!! Halaman 115
(Eklamasio)
Gaya Bahasa
255. BAHH!!! Halaman 115
(Eklamasio)
Gaya Bahasa
256. KALIAN ITU POLISI! Halaman 115
(Eklamasio)
Gaya Bahasa
257. PAKAI OTAK!!! Halaman 115
(Eklamasio)
Sudah tentu sangat Gaya Bahasa
258. Halaman 115
janggal! (Eklamasio)
Pasti telah terjadi Gaya Bahasa
259. Halaman 115
perkelahian! (Eklamasio)
Gaya Bahasa
260. Coba kalian bayangkan! Halaman 115
(Eklamasio)
Pelaku menembak hingga
Gaya Bahasa
261. beberapa kali untuk Halaman 115
(Eklamasio)
menghentikan!
Lihat karpet kaki meja Gaya Bahasa
262. Halaman 115
ini! (Eklamasio)
Juga bercak darah
Gaya Bahasa
263. terciprat di dinding dan Halaman 115
(Eklamasio)
karpet di sana itu!
ITU TANDA TERJADI Gaya Bahasa
264. Halaman 115
PERKELAHIAN! (Eklamasio)
Gaya Bahasa
265. Dan tumpukan buku ini! Halaman 115
(Eklamasio)
Gaya Bahasa
266. Tetapi TERLALU RAPI! Halaman 115
(Eklamasio)
Gaya Bahasa
267. Semua ditumpuk tinggi! Halaman 115
(Eklamasio)
51

Tak satu pun yang


Gaya Bahasa
268. terbuka pertanda tengah Halaman 115
(Eklamasio)
dibaca!
Juga laptop yang Gaya Bahasa
269. Halaman 115
tertutup! (Eklamasio)
Gaya Bahasa
270. BRAKKK!!! Halaman 116
(Eklamasio)
Gaya Bahasa
271. ARRRGGGHHH!!! Halaman 116
(Eklamasio)
Anak muda picisan, Gaya Bahasa
272. Halaman 117
ingusan zaman sekarang! (Eklamasio)
Kalian tak akan mengerti
beratnya tanggung jawab
yang dipikul dua pundak Gaya Bahasa
273. Halaman 117
hampir rapuh yang (Eklamasio)
mencoba tampak tegar
ini!
Sebuah tamparan yang Gaya Bahasa
274. Halaman 117
keras lagi mengheyakkan! (Eklamasio)
Gaya Bahasa
275. Ia telah kecolongan! Halaman 117
(Eklamasio)
Kejadian ini mencoreng
wajah dengan jelaga, Gaya Bahasa
276. Halaman 117
menorehkan malu yang (Eklamasio)
jelas membekas!
Bisa-bisanya pembunuhan
Gaya Bahasa
277. terjadi di pelupuk Halaman 117
(Eklamasio)
matanya!
Bisa-bisanya pembunuhan
Gaya Bahasa
278. terjadi di pelupuk Halaman 117
(Majas Simbolik)
matanya!
Sebuah tantangan yang
Gaya Bahasa
279. membuatnya teramat Halaman 117
(Eklamasio)
murka!
Di usia yang sama dengan
Idayu, ia yang lulusan
Akademi Polisi 2008 dan
kini berpangkat Inspektur
Dua, setelah hampir dua
tahun bekerja, baru dua Gaya Bahasa
280. Halaman 118
bulan lalu diangkat dalam (Majas Metonomia)
jabatan resmi yang pertama
sebagai Perwira Unit di
Sentra Pelayanan
Kepolisian (SPK) Polres
Jakarta Selatan.
281. Di usia yang sama dengan Latar Waktu Halaman 118
52

Idayu, ia yang lulusan


Akademi Polisi 2008 dan
kini berpangkat Inspektur
Dua, setelah hampir dua
tahun bekerja, baru dua
bulan lalu diangkat dalam
jabatan resmi yang pertama
sebagai Perwira Unit di
Sentra Pelayanan
Kepolisian (SPK) Polres
Jakarta Selatan.
Di usia yang sama dengan
Idayu, ia yang lulusan
Akademi Polisi 2008 dan
kini berpangkat Inspektur
Dua, setelah hampir dua
tahun bekerja, baru dua Gaya Bahasa
282. Halaman 118
bulan lalu diangkat dalam (Majas Metonomia)
jabatan resmi yang pertama
sebagai Perwira Unit di
Sentra Pelayanan
Kepolisian (SPK) Polres
Jakarta Selatan.
283. Kala gadis remaja lain Gaya Bahasa Halaman 118
sepantarannya, barangkali (Majas Asidenton)
termasuk Idayu, masih labil
dan suka berubah-ubah,
senang bersuka-ria, dan
hura-hura, foya-foya, laru
dalam hingar-bingar,
terpukau kilau gemerlap,
terbuai arus deras bius
kuat godaan kenikmatan
semu duniawi, tak sedikit
yang tersesat dan
terjerumus dalam
pergaulan bebas,
mengenal laki-laki, dan
mencoba kenikmatan
seks, ketagihan narkotika,
obat-obatan terlarang,
bingung tak ada
pegangan, semakin jauh
dari nilai agama, meraba-
raba, mencari jati diri
dalam kegelapan pekat
yang mengisapnya
tenggelam, tak jarang
menghancurkan diri
sendiri, berbuat aib yang
53

menghancurkan nama
baik dan membuat malu
nama keluarga, ia
bersyukur di usia belia ia
telah menjadi polisi
perempuan yang cerdas dan
berpegang kokoh pada
keyakinan teguh akan masa
depan cemerlang yang
dirajut mulai dari sekarang!
Kala gadis remaja lain
sepantarannya, barangkali
termasuk Idayu, masih labil
dan suka berubah-ubah,
senang bersuka-ria, dan
hura-hura, foya-foya, laru
dalam hingar-bingar,
terpukau kilau gemerlap,
terbuai arus deras bius kuat
godaan kenikmatan semu
duniawi, tak sedikit yang
tersesat dan terjerumus
dalam pergaulan bebas,
mengenal laki-laki, dan
mencoba kenikmatan seks,
ketagihan narkotika, obat-
obatan terlarang, bingung
Gaya Bahasa
284. tak ada pegangan, semakin Halaman 118
(Eklamasio)
jauh dari nilai agama,
meraba-raba, mencari jati
diri dalam kegelapan pekat
yang mengisapnya
tenggelam, tak jarang
menghancurkan diri sendiri,
berbuat aib yang
menghancurkan nama baik
dan membuat malu nama
keluarga, ia bersyukur di
usia belia ia telah menjadi
polisi perempuan yang
cerdas dan berpegang
kokoh pada keyakinan
teguh akan masa depan
cemerlang yang dirajut
mulai dari sekarang!
Ia yakin bahwa dirinya Gaya Bahasa
285. Halaman 119
berbeda! (Eklamasio)
Gaya Bahasa
286. Ini dia! Halaman 120
(Eklamasio)
54

Gaya Bahasa
287. LAPTOP korban, pak! Halaman 120
(Eklamasio)
Korban perlu melakukan Gaya Bahasa
288. Halaman 121
SESUATU! (Eklamasio)
DENGAN LAPTOP ini, Gaya Bahasa
289. Halaman 121
pak! (Eklamasio)
Mudah saja mereka-reka,
Gaya Bahasa
290. tapi tentu si pelaku tidak Halaman 121
(Eklamasio)
bodoh!
Lembaran kertas kerja yang
jatuh tidak dihiraukan,
menghambur, dijabatnya
Gaya Bahasa
291. remas tangan dan Halaman 126
(Majas Asidenton)
berpelukan amat erat,
hangat, kuat, menepuk
punggung semangat!
Lembaran kertas kerja yang
jatuh tidak dihiraukan,
menghambur, dijabatnya
Gaya Bahasa
292. remas tangan dan Halaman 126
(Eklamasio)
berpelukan amat erat,
hangat, kuat, menepuk
punggung semangat!
Gaya Bahasa
293. Ah! Halaman 127
(Eklamasio)
Gaya Bahasa
294. Tentu saja! Halaman 127
(Eklamasio)
Gaya Bahasa
Di absensi kelas waktu
295. (Eklamasio Halaman 127
SMA!
Gaya Bahasa
296. Bisalah, kawan! Halaman 127
(Eklamasio
Gaban polisi angkasa Gaya Bahasa
297. Halaman 127
disini! (Eklamsio)
Benar-benar berandal
Gaya Bahasa
298. mereka, preman pasar Halaman 127
(Eklamasio
Tanah Abang!
Gaya Bahasa
299. Hahaha, baguslah! Halaman 128
(Ekla,asio)
Tapi aku masih belum
Gaya Bahasa
300. percaya, ini seperti mimpi Halaman 128
(Eklamasio)
saja!
Pisah selepas SMA, 1993,
301. kau masuk UI, aku masuk Latar Waktu Halaman 129
Akademi Polisi.
302. Pisah selepas SMA, 1993, Gaya Bahasa Halaman 129
55

kau masuk UI, aku masuk


(Majas Metanomia)
Akademi Polisi.
Gaya Bahasa
303. Panggilan aku Mahoney! Halaman 129
(Eklamasio)
Tiap dua atau tiga tahun
304. Latar Waktu Halaman 129
sekali mutasi tempat kerja.
Yang kutahu dia dulu
pernah bertugas di
Jayapura, Maumere, lalu
305. Latar Tempat Halaman 130
pindah ke Pasuruan, dan
belum lama ke Jakarta,
bertugas di Kantor Pusat.
Dia sekarang bekerja Gaya Bahasa
306. Halaman 130
tidak jauh dari sini! (Eklamasio)
Gaya Bahasa
307. Di Ditjen pajak sebelah. Halaman 130
(Eklamasio)
Herannya, padahal sudah
308. setahun aku kembali ke Latar Waktu Halaman 131
Jakarta.
Herannya, padahal sudah
309. setahun aku kembali ke Latar Tempat Halaman 131
Jakarta.
Dia masih ingat kamu, Gaya Bahasa
310. Halaman 140
Ronggo, Teguh, semua! (Majas Asidenton)
Dia masih ingat kamu, Gaya Bahasa
311. Halaman 140
Ronggo, Teguh, semua! (Eklamasio)
Oh ya, kami bertemu lagi
di UI, setelah sepuluh Gaya Bahasa
312. Halaman 140
tahun, meski kuliah di (Majas Metanomia)
jurusan berbeda....
Oh ya, kami bertemu lagi di
UI, setelah sepuluh tahun,
313. Latar Waktu Halaman 140
meski kuliah di jurusan
berbeda....
Tapi entah mengapa, Yudho
merasa Satrio tengah
menguliti dirinya, Gaya bahasa
314. Halaman 141
mengupas, menelanjangi, (Majas Asidenton)
memandangnya dengan
tajam.
Sorotnya bagai menembus
jauh ke relung gelap
pekat, menerobos paksa
Gaya Bahasa
315. jendela hati, mencari Halaman 141
(Majas Asidenton)
cercah pelita kebenaran,
mengetuk pintu kejujuran
dalam sanubarinya.
56

Meski sebenarnya ia sudah


mampu mencicil beli rumah
sendiri, Satrio memilih
menemani ibunya yang
tinggal sebatang kara
316. Latar Suasana Halaman 145
setelah ayahnya wafat
karena sakit kanker paru-
paru dua belas tahun lalu,
saat ia berkuliah tingkat
tiga.
Meski sebenarnya ia sudah
mampu mencicil beli rumah
sendiri, Satrio memilih
menemani ibunya yang
tinggal sebatang kara
317. Latar Waktu Halaman 141
setelah ayahnya wafat
karena sakit kanker paru-
paru dua belas tahun lalu,
saat ia berkuliah tingkat
tiga.
Siang itu sepulang
sekolah, tujuh orang
318. Latar Suasana Halaman 152
sahabat mengayuh sepeda
mereka lambat.
Tak langsung pulang,
mereka menuju ke pohon
319. Latar Suasana Halaman 152
ceri besar di belakang
halaman sekolah.
Abimanyu yang duduk di
320. salah satu dahan Latar Suasana Halaman 153
menjawab tak acuh.
Bangsa kita tiga setengah
321. abad ditindas penjajah Latar Waktu Halaman 154
Belanda
Bangsa kita tiga setengah
322. abad ditindas penjajah Latar Suasana Halaman 154
Belanda
Waktu itu, untuk
mengusir penjajah, para
pemuda mengadakan
kongres yang isinya
323. Latar Suasana Halaman 154
sepakat untuk bersatu,
berbangsa satu, bertanah
air satu, berbahasa satu,
yaitu Indonesia!
324. Waktu itu, untuk Gaya Bahasa Halaman 154
mengusir penjajah, para (Majas Asidenton)
pemuda mengadakan
kongres yang isinya
57

sepakat untuk bersatu,


berbangsa satu, bertanah
air satu, berbahasa satu,
yaitu Indonesia!
Waktu itu, untuk mengusir
penjajah, para pemuda
mengadakan kongres yang
Gaya Bahasa
325. isinya sepakat untuk Halaman 154
(Eklamasio)
bersatu, berbangsa satu,
bertanah air satu, berbahasa
satu, yaitu Indonesia!
Satrio mengangguk-
angguk sambil mulai
membuka-buka buku
326. yang disodorkan oleh Latar Suasana Halaman 155
Abimanyu kepadanya
sebelum melompat turun
dari pohon.
Ia mampu menggambar
dengan baik, bahkan
Gaya Bahasa
327. teramat baik, penuh Halaman 156
(Majas Asidenton)
imajinasi, tidak jarang
terlalu abstrak.
Gaya Bahasa
328. “Supermaaaaannn!” Halaman 156
(Eklamasio)
Gaya Bahasa
328. Oh! Halaman 156
(Eklamasio)
Gaya Bahasa
329. Supermanaaann! Halaman 156
(Eklamasio)
“Aku donk, jadi Gaya Bahasa
330. Halaman 156
Spidermann!” (Eklamasio)
“Kerenan juga Gaya Bahasa
331. Halaman 156
Ultraman!” (Eklamasio)
“Yeee, nggak dong! Gaya Bahasa
332. Halaman 156
Megaloman!” (Eklamasio)
“Masih Jauh lebih keren Gaya Bahasa
333. Halaman 156
Gatotkaca!” (Eklamasio)
“Abimanyu benar! Kita
punya Pandawa! Ada Gaya Bahasa
334. Halaman 157
Yudhistira, Bhima, Arjuna, (Eklamasio)
Nakula, Sadewa.
“Abimanyu benar! Kita
punya Pandawa! Ada Gaya Bahasa
335. Halaman 157
Yudhistira, Bhima, (Majas Asidenton)
Arjuna, Nakula, Sadewa.
Jagoan muda yang sakti Gaya Bahasa
336. Halaman 158
mandraguna seperti (Majas Asidenton)
58

Antasena, Antareja,
Wisanggeni, termasuk
para Punakawan yaitu
Semar, Petruk, Gareng,
Bagong, tidak ada dalam
cerita asli versi India! Itu
semua murni tokoh ciptaan
para pujangga Jawa!
Jagoan muda yang sakti
mandraguna seperti
Antasena, Antareja,
Wisanggeni, termasuk para
Punakawan yaitu Semar, Gaya Bahasa
337. Halaman 158
Petruk, Gareng, Bagong, (Eklamasio)
tidak ada dalam cerita asli
versi India! Itu semua
murni tokoh ciptaan para
pujangga Jawa!
Gaya Bahasa
338. “Tujuh!” sambar Ronggo. Halaman 161
(Eklamasio)
Gaya Bahasa
339. “Benar! Lalu, Majapahit ? Halaman 161
(Eklamasio)
“Empat belas!” sahut Gaya Bahasa
340. Halaman 161
Teguh ringan (Eklamasio)
Gaya Bahasa
341. “Benar! Indonesia?” Halaman 161
(Eklamasio)
Namun kelak setelah
Presiden Soeharto
mundur dan suksesi
kepemimpinan pada era
reformasi bergulir begitu
342. cepat, baru mereka bisa Latar Suasana Halaman 163
melihat bahwa satu demi
satu yang diramalkan dalam
visi Jayabaya maupun
Ronggowarsito mulai
terwujud
343. Seiring memburuknya Latar Waktu Halaman 170
hubungan RI dan AS, di
antaranya lantara AS tidak
mendukung pelimpahan
Papua ke Indonesia dan
menolak memperkuat
persenjataan militer RI ,
pada bulan Desember 1960
Presiden Soekarno
mengutus Jenderal A.H
Nasution pergi ke Moskwa,
59

Uni Sovyet dan berhasil


mengadakan transaksi
pembelian senjata senilai
2,5 Miliar dolar AS dengan
syarat pembayaran jangka
panjang.
Seiring memburuknya
hubungan RI dan AS, di
antaranya lantara AS tidak
mendukung pelimpahan
Papua ke Indonesia dan
menolak memperkuat
persenjataan militer RI ,
pada bulan Desember 1960
Presiden Soekarno
344. Latar Suasana Halaman 170
mengutus Jenderal A.H
Nasution pergi ke
Moskwa, Uni Sovyet dan
berhasil mengadakan
transaksi pembelian
senjata senilai 2,5 Miliar
dolar AS dengan syarat
pembayaran jangka
panjang.
Gerakan 30 September
yang dituduhkan dilakukan
345. Latar Waktu Halaman 173
oleh Partai Komunis
Indonesia (G-30-S/PKI).
Gerakan 30 September yang
dituduhkan dilakukan oleh Gaya Bahasa
346. Halaman 173
Partai Komunis Indonesia (Majas Metonomia)
(G-30-S/PKI).
Enam Jenderal dan seorang
ajudan tentara diculik dan
dibunuh keji pada dini hari
yang buta dan dingin
pada 1 Oktober 1965,
dengan dalih
menyelamatkan keadaan,
oknum advonturir yang
347. menyebut Radio Republik Latar Waktu Halaman 173
Indonesia lalu menyiarkan
dibentuknya Dewan
Revolusi di bawah
pimpinan Letnan Kolonel
Untung dari Resimen
Tjakrabirawa, kesatuan
yang disebut-sebut
pelaksana utama G-30-S.
348. Enam Jenderal dan seorang Latar Suasana Halaman 173
60

ajudan tentara diculik dan


dibunuh keji pada dini hari
yang buta dan dingin pada 1
Oktober 1965, dengan
dalih menyelamatkan
keadaan, oknum
advonturir yang
menyebut Radio Republik
Indonesia lalu
menyiarkan dibentuknya
Dewan Revolusi di bawah
pimpinan Letnan Kolonel
Untung dari Resimen
Tjakrabirawa, kesatuan
yang disebut-sebut
pelaksana utama G-30-S.
Jenderal Ahmad Yani,
Mayor Jenderal Donald
Isaac Panjaitan, Mayor
Jenderal Sutoyo
Siswomiharjo, Letnan
Gaya Bahasa
349. Jenderal Mas Tirtodarmo Halaman 173
(Majas Metonomia)
Haryono, Letnan Jenderal
Siswono Parman, Letnan
Jenderal Suprapto, dan
Kapten CZI Pierre
Tendean.
Jenderal Ahmad Yani,
Mayor Jenderal Donald
Isaac Panjaitan, Mayor
Jenderal Sutoyo
Siswomiharjo, Letnan
Gaya Bahasa
350. Jenderal Mas Tirtodarmo Halaman 173
(Majas Asidenton)
Haryono, Letnan Jenderal
Siswono Parman, Letnan
Jenderal Suprapto, dan
Kapten CZI Pierre
Tendean.
351. Namun, bagaikan bumerang Gaya Bahasa Halaman 177
atau belati bermata dua, UU (Majas Asidenton)
PMA itu ternyata malah
menjadi jalan masuk bagi
kekuatan imperial ekonomi
asing untuk menancapkan
lagi kuku dan taring
mereka, mengcengkeram,
menyedot, mengisap, lalu
menjarah besar-besaran
dan besar-besaran dan
habis-habisan, kandungan
61

kekayaan alam melimpah


milik bangsa Indonesia.
Kemiskinan,
keterbelakangan,
ketersisihan, perampasan,
kedaulatan untuk
mengelola kekayaan alam
sendiri melahirkan benih-
benih kesenjangan,
kecemburuan sosial pada
perusahaan asing yang
telah selama puluhan Gaya Bahasa
352. Halaman 178
tahun mengangkangi, (Majas Asidenton)
merampas,
mengeksploitasi serta
mengeruk sebanyak-
banyaknya kelimpahan isi
perut bumi yang
semestinya diwariskan pada
anak cucu generasi penerus
bangsa ini di masa
mendatang.
Di ruang interogasi, persis
di sebelah ruangan tempat
353. kejadian perkara, Idayu Latar Tempat Halaman 184
masih menyisakan isakan
sesunggukan.
Gaya Bahasa
354. Huuu! Halaman 186
(Eklamasio)
Kesal para wartawan,
setelah sejak pagi menanti
hingga pukul tiga sore,
ternyata konferensi pers
yang digelar kepolisian,
355. Latar Waktu Halaman 186
diwakili oleh Kapolsek
Metro Jakarta Selatan,
AKBP Gondo Sunyoto,
masih klise, sangat singkat,
dan tak memuaskan.
356. Kesal para wartawan, Latar Suasana Halaman 186
setelah sejak pagi menanti
hingga pukul tiga sore,
ternyata konferensi pers
yang digelar kepolisian,
diwakili oleh Kapolsek
Metro Jakarta Selatan,
AKBP Gondo Sunyoto,
masih klise, sangat
singkat, dan tak
62

memuaskan.
Mereka bisa
melakukannya di mana
saja, di hotel, di mana
terjepret foto kedua, di
mobil, di tempat wisata,
lagi-lagi dikuntit dan di
Gaya Bahasa
357. jepret diam-diam Halaman 188
(Majas Asidenton)
tertanggal 2 hari hingga
tujuh hari setelahnya, dan
yang paling sering, tentu
saja, dalam kantor mereka
yang sangat terjaga privacy-
nya itu.
Mereka bisa
melakukannya di mana
saja, di hotel, di mana
terjepret foto kedua, di
mobil, di tempat wisata,
lagi-lagi dikuntit dan di
358. jepret diam-diam Latar Tempat Halaman 188
tertanggal 2 hari hingga
tujuh hari setelahnya, dan
yang paling sering, tentu
saja, dalam kantor
mereka yang sangat
terjaga privacy-nya itu.
Sudah terlanjur berbuat,
kian ketagihan, semakin
Gaya Bahasa
359. sayang terikat, tak dapat Halaman 188
(Majas Tautologi)
lagi berpisah, keduanya
merasa berat.
Gaya Bahasa
360. KRIIIINGGG!!! Halaman 193
(Eklamasio)

361. Telepon kantor berdering. Latar Suasana Halaman 193

Gaya Bahasa
362. Pukul lima sore. Halaman 194
(Eklamasio)

363. Satrio cepat berkemas. Latar Suasana Halaman 197


Seteah absen pulang, ia
membonceng motor
Yudho, karena Vespa-nya
364. Latar Suasana Halaman 197
ringsek dan pecah ban
depan sehingga tak bisa
digunakan.
Menjelang maghrib,
365. Latar Waktu Halaman 197
keduanya meluncur menuju
63

kediaman orangtua Satrio di


bilangan Kebon Jeruk.
Menjelang maghrib,
keduanya meluncur menuju
366. Latar Tempat. Halaman 197
kediaman orangtua Satrio
di bilangan Kebon Jeruk.
Yang ia sangat inginkan
saat ini hanya mandi air
hangat menyegarkan, lalu
makan kenyang masakan
ibundanya tercinta, sayur
lodeh dan tempe goreng Gaya Bahasa
367. Halaman 198
tepung kesukaannya, (Majas Polisidenton)
kemudian langsung tidur
melepaskan penat yang
menggelayut dan beban
yang menggantung berat
kepalanya.
Jam di dinding
menunjukan pukul
368. Latar Waktu Halaman 198
sebelas lewat sepuluh
menit.
Letih yang mendera,
terutama mental,
369. Latar Suasana Halaman 198
membuatnya tidur cepat
pulas.
Dia memang sudah lama
370. rindu pada kehangatan Latar Suasana Halaman 200
keluarga Satrio.
Padahal ayah Satrio dulu
Gaya Bahasa
371. orangnya penyabar dan Halaman 200
(Majas Tautologi)
tak pernah marah.
Yudho sendiri setelah
lulus tidak langsung
ditempatkan di Jakarta,
melainkan berkelana dulu
372. ke belahan timur serta Latar Suasana Halaman 202
barat Nusantara, sebelum
baru satu tahun terakhir
ditarik ke Polres Metro
Jakarta Selatan.
Jam kayu kuno di dinding
373. Latar Suasana Halaman 203
berdentang dua belas kali.
Teguh, Ronggo, Onggo
374. Tokoh/penokohan Halaman 204
Dewo, Gesang.
Pancawala, Irawan,
Gaya Bahasa
375. Antasena, dan Halaman 204
(Majas Asidenton)
Wisanggeni.
376. Angin malam menghela Gaya Bahasa Halaman 206
64

kegalauan, mendesahkan
napasnya berat, menderu
lirih membelai kesunyian (Majas Personifikasi)
dalam larut yang
mencekam.
Saat fajar merah terbit,
semburat di ufuk timur,
barangkali, akan mulai
pula berguguran di medan
377. Latar Suasana Halaman 206
juang, putik-putik tunas
muda yang saling beradu
senjata dan masih terlalu
belia.
Bus malam kelas eksekutif
itu meluncur bak
378. kesetanan di lengang jalan Latar Suasana Halaman 207
lebar di pinggir kota yang
gulita.
Nyaris tak ada cahaya,
kecuali lampu rumah
warga satu-dua yang
379. Latar Suasana Halaman 207
redup berkelip jauh di
seberang areal sawah
membentang kiri kanan.
Meski demikian para
penumpang tetap terlelap,
entah karena suspensi bus
yang bagus, atau bantal
empuk dan selimut yang
380. Latar Suasana Halaman 207
hangat yang melenakan
mereka pulas dalam
mimpi malam, atau
memang sudah sangat
payah jatuh kelelahan.
Mata yang tajam bak
elang sembunyi di bawah
topi, duduk tenang di jok
Gaya Bahasa
381. belakang dekat pintu keluar, Halaman 207
(Majas Simbolik)
diam membisu namun awas
memperhatikan lika-liku
jalan
Sudah hampir pukul dua
382. Latar Waktu Halaman 208
dini hari
383. Bagi mereka yang Sudut Pandang Halaman 208
menjadi lawannya,
kedatangannya bagai
malaikat pencabut nyawa
yang datang untuk
menjemput, sekaligus
65

merenggut dan
menuntaskan masa hidup.
Otot kawat, tulang besi, Gaya Bahasa
384. Halaman 209
kulit badak, tanpa hati. (Majas Asidenton)
Diterima begitu saja,
seperti berbisik,
menghipnotisnya! Terasa
sangat dekat bergaung di
dalam kepala, seakan yang Gaya Bahasa
385. Halaman 209
berbicara senantiasa lekat (Eklamasio)
mengamatinya, bahkan
melihat langsung apa yang
tengah dilihat lewat
matanya.
Diterima begitu saja, seperti
berbisik, menghipnotisnya!
Terasa sangat dekat
bergaung di dalam kepala,
seakan yang berbicara
386. Sudut Pandang Halaman 209
senantiasa lekat
mengamatinya, bahkan
melihat langsung apa yang
tengah dilihat lewat
matanya.
Gaya Bahasa
387. Menembus roda! Halaman 210
(Eklamasio)
Oleng, panik, terjatuh, Gaya Bahasa
388. Halaman 210
celaka! (Eklamasio)
Oleng, panik, terjatuh, Gaya Bahasa
389. Halaman 210
celaka! (Majas Asidenton)
Tapi tetap saja serigala
Gaya Bahasa
390. buas telah mengendus dan Halaman 210
(Majas Simbolik)
menandai mangsa.
Genderang kebebasan bagi
negeri yang lama
terbelenggu dalam jeratan,
Gaya Bahasa
391. aniaya, terjajah, tersuruk, Halaman 211
(Majas Asidenton)
terpuruk oleh ulah
durjana tangan kotor
anak-anaknya sendiri!
Genderang kebebasan bagi
negeri yang lama
terbelenggu dalam jeratan,
Gaya Bahasa
392. aniaya, terjajah, tersuruk, Halaman 211
(Eklamasio)
terpuruk oleh ulah durjana
tangan kotor anak-anaknya
sendiri!
393. Culas, munafik, serakah, Gaya Bahasa Halaman 211
66

pendengki, dan tak


(Majas Asidenton)
berhati.
Menangis, meringis,
mengais-ais puing dan
Gaya Bahasa
394. sampah, menggapai Halaman 211
(Majas Asidenton)
lemah, pasrah, sudah,
menyerah!
Menangis, meringis,
mengais-ais puing dan Gaya Bahasa
395. Halaman 211
sampah, menggapai lemah, (Eklamasio)
pasrah, sudah, menyerah!
Gaya Bahasa
396. Ia geram! Halaman 212
(Ekklamasio)
Gaya Bahasa
397. Marah! Halaman 212
(Eklamasio)
Gaya Bahasa
398. MURKA! Halaman 212
(Eklamasio)
Gaya Bahasa
399. Sejadi-jadinya! Halaman 212
(Eklamasio)
Ketimpangan ini harus Gaya Bahasa
400. Halaman 212
disudahi! (Eklamasio)
Ketidakadilan harus Gaya Bahasa
401. Halaman 212
diakhiri! (Eklamasio)
Ia selalu buas, kejam,
Gaya Bahasa
402. trengginas, liar, dan tak Halaman 212
(Majas Asidenton)
pernah puas!
Ia selalu buas, kejam,
Gaya Bahasa
403. trengginas, liar, dan tak Halaman 212
(Eklamasio)
pernah puas!
Lengking sirene meraung-
raung saling bersahutan
404. memecah suasana lengang Latar Suasana Halaman 215
kala fajar baru
menyingsing.
Memutari pancuran Tugu
pemuda, melewati Ratu
405. Plaza, tiga ambulans Latar Suasana Halaman 215
mnegekor dengan
kecepatan tinggi.
Sepasang motor BM
menancap gas
mendahului, menyibak
406. Latar Suasana Halaman 215
padat arus kendaraan di
jalan protokol di jantung
ibukota.
Pukul 07.47 WIB, JW
407. Latar Waktu Halaman 216
lounge di hotel bintang lima
67

JW Marriot yang enam


tahun silam pernah di bom
jaringan teroris, kembali
menjadi saksi bahwa sel-sel
kebrutalan biadab mereka
belum lagi mati, bahkan
justru menegaskan
eksisitensi, mulai
menggeliat lagi!
Pukul 07.47 WIB, JW
lounge di hotel bintang
lima JW Marriot yang
enam tahun silam pernah di
bom jaringan teroris,
408. kembali menjadi saksi Latar Tempat Halaman 216
bahwa sel-sel kebrutalan
biadab mereka belum lagi
mati, bahkan justru
menegaskan eksisitensi,
mulai menggeliat lagi!
Pukul 07.47 WIB, JW
lounge di hotel bintang lima
JW Marriot yang enam
tahun silam pernah di
bom jaringan teroris,
409. kembali menjadi saksi Latar Waktu Halaman 216
bahwa sel-sel kebrutalan
biadab mereka belum lagi
mati, bahkan justru
menegaskan eksisitensi,
mulai menggeliat lagi!
Pukul 07.47 WIB, JW
lounge di hotel bintang lima
JW Marriot yang enam
tahun silam pernah di bom
jaringan teroris, kembali
Gaya Bahasa
410. menjadi saksi bahwa sel-sel Halaman 216
(Eklamasio)
kebrutalan biadab mereka
belum lagi mati, bahkan
justru menegaskan
eksisitensi, mulai
menggeliat lagi!
Aroma anyir darah yang
menyebar tajam menusuk
411. di restoran Airlangga, di Latar Suasana Halaman 216
tingkah kepul asap hitam
tebal yang menyelimut
412. Mayat tergeletak di sana- Latar Suasana Halaman 216
sini, hangus kulit yang
terbakar, koyak daging
68

luka menganga, darah


yang deras mengucur dari
kepala yang bocor,
punggung tertancap baut
dan mur yang melesat
deras dan terlontar bagai
peluru!
Mayat tergeletak di sana-
sini, hangus kulit yang
terbakar, koyak daging luka
menganga, darah yang deras
Gaya Bahasa
413. mengucur dari kepala yang Halaman 216
(Eklamasio)
bocor, punggung tertancap
baut dan mur yang melesat
deras dan terlontar bagai
peluru!
Padahal sembilan hari
sebelumnya, 8 juli 2009,
bangsa Indonesia baru saja
selesai menyelenggarakan
414. hajatan besar, Pemilihan Latar Waktu Halaman 217
Umum Calon Presiden
Republik Indonesia yang
berlangsung tertib, aman,
damai, terkendali.
Padahal sembilan hari
sebelumnya, 8 juli 2009,
bangsa Indonesia baru saja
selesai menyelenggarakan
Gaya Bahasa
415. hajatan besar, Pemilihan Halaman 217
(Majas Asidenton)
Umum Calon Presiden
Republik Indonesia yang
berlangsung tertib, aman,
damai, terkendali.
Presiden incumbent yang
kembali memenangkan
aspirasi rakyat, dipercaya
untuk memimpin bangsa
periode kali kedua, Susilo
Bambang Yudhoyono yang
akrab disebut SBY, dengan
Gaya Bahasa
416. wajah merah padam Halaman 217
(Majas Asidenton)
menahan amarah,
langsung mengutarakan
kegeramannya, mengecam
keras, merutuki,
mengutuk, dan
menyatakan perang
terhadap terorisme!
417. Presiden incumbent yang Gaya Bahasa Halaman 217
69

kembali memenangkan
aspirasi rakyat, dipercaya
untuk memimpin bangsa
periode kali kedua, Susilo
Bambang Yudhoyono yang
akrab disebut SBY, dengan
wajah merah padam (Eklamasio)
menahan amarah, langsung
mengutarakan
kegeramannya, mengecam
keras, merutuki, mengutuk,
dan menyatakan perang
terhadap terorisme!
Terlebih citra negara yang
tercoreng saat tengah
dengan bangga hendak
mendatangkan tamu
kehormatan, rombongan tim
Gaya Bahasa
418. sepakbola terbaik dunia saat Halaman 219
(Majas Metonomia)
itu, yakni Manchester
United (MU) dari Inggris,
yang berencana menginap
di hotel Ritz-Carlton
keesokan malam.
Terlebih citra negara yang
tercoreng saat tengah
dengan bangga hendak
mendatangkan tamu
kehormatan, rombongan tim
419. sepakbola terbaik dunia saat Latar Tempat Halaman 219
itu, yakni Manchester
United (MU) dari Inggris,
yang berencana menginap
di hotel Ritz-Carlton
keesokan malam.
Terlebih citra negara yang
tercoreng saat tengah
dengan bangga hendak
mendatangkan tamu
kehormatan, rombongan tim
420. sepakbola terbaik dunia saat Latar Waktu Halaman 219
itu, yakni Manchester
United (MU) dari Inggris,
yang berencana menginap
di hotel Ritz-Carlton
keesokan malam.
421. Tim Indonesia All Star Gaya Bahasa Halaman 219
yang dijadwalkan berlaga (Maja Metanomia)
melawan Manchester
United dalam pertandingan
70

persahabatan pada 20 Juli di


Stadion Utama Gelora Bung
Karno Senayan, sangat
beruntung karena terluput
dari musibah.
Tim Indonesia All Star
yang dijadwalkan berlaga
melawan Manchester
United dalam pertandingan
422. persahabatan pada 20 Juli Latar Waktu Halaman 219
di Stadion Utama Gelora
Bung Karno Senayan,
sangat beruntung karena
terluput dari musibah.
Tim Indonesia All Star
yang dijadwalkan berlaga
melawan Manchester
United dalam pertandingan
423. persahabatan pada 20 Juli di Latar Tempat Halaman 219
Stadion Utama Gelora
Bung Karno Senayan,
sangat beruntung karena
terluput dari musibah.
1 Agustus 2000:
424. Kediaman Duta Besar Latar Waktu Halaman 222
Filipina, Jakarta.
1 Agustus 2000:
425. Kediaman Duta Besar Latar Tempat Halaman 222
Filipina, Jakarta.
13 September 2000:
426. Gedung Bursa Efek, Latar Waktu Halaman 222
Jakarta.
13 September 2000:
427. Gedung Bursa Efek, Latar Tempat Halaman 222
Jakarta.
24 Desember 2000:
Rangkaian Bom Malam
Natal, di Jakarta, Bekasi,
428. Sukabumi, Bandung, Latar Waktu Halaman 222
Mojokerto, Mataram,
Pematang Siantar, Medan,
Batam, Pekanbaru.
429. 24 Desember 2000: Latar Tempat Halaman 222
Rangkaian Bom Malam
Natal, di Jakarta, Bekasi,
Sukabumi, Bandung,
Mojokerto, Mataram,
Pematang Siantar,
Medan, Batam,
71

Pekanbaru.
12 Oktober 2002:
BOM BALI 1, Diskotek
430. Latar Waktu Halaman 222
Sari Club, Diskotek
Paddy’s, Kuta Bali.
12 Oktober 2002:
BOM BALI 1, Diskotek
431. Latar Tempat Halaman 222
Sari Club, Diskotek
Paddy’s, Kuta Bali.
5 Desember 2002:
432. Restoran McDonald’s, Latar Waktu Halaman 222
Makassar.
5 Desember 2002:
433. Restoran McDonald’s, Latar Tempat Halaman 222
Makassar.
27 April 2003:
Terminal 2F, Bandar Udara
434. Latar Waktu Halaman 223
Internasional Soekarno-
Hatta.
27 April 2003:
Terminal 2F, Bandar
435. Latar Tempat Halaman 223
Udara Internasional
Soekarno-Hatta.
5 Agustus 2003:
Hotel JW Marriot, Mega
436. Latar Waktu Halaman 223
Kuningan, Jakarta, 11
tewas, 152 luka.
5 Agustus 2003:
Hotel JW Marriot, Mega
437. Latar Tempat Halaman 223
Kuningan, Jakarta, 11
tewas, 152 luka.
9 September 2004:
438. Kedutaan Besar Australia, Latar Waktu Halaman 223
Jakarta, 6 tewas, 168 luka.
9 September 2004:
439. Kedutaan Besar Australia, Latar Tempat Halaman 223
Jakarta, 6 tewas, 168 luka.
1 Oktober 2005:
BOM BALI II, Raja’s Bar
and Restaurant, Kuta
440. Square, dan Nyoman’s Latar Waktu Halaman 223
Cafe, Jimbaran, Bali, 13
WNI & 9 WNA tewas, 106
luka-luka.
441. 1 Oktober 2005: Latar Tempat Halaman 223
BOM BALI II, Raja’s Bar
and Restaurant, Kuta
Square, dan Nyoman’s
Cafe, Jimbaran, Bali, 13
72

WNI & 9 WNA tewas, 106


luka-luka.
17 Juli 2009:
07.47 WIB, Hotel JW
442. Marriott, 07.57, Hotel Ritz Latar Waktu Halaman 223
Carlton, Mega Kuningan,
Jakarta.
17 Juli 2009:
07.47 WIB, Hotel JW
443. Marriott, 07.57, Hotel Ritz Latar Tempat Halaman 223
Carlton, Mega Kuningan,
Jakarta.
Gaya Bahasa
444. “KAMMM-PRETTT!!!” Halaman 225
(Eklamasio)

445. Empat jam sebelumnya. Latar Waktu Halaman 226

446. Pukul Enam pagi. Latar Waktu Halaman 226


Bangun subuh, salat,
mandi, dan sarapan, Gaya Bahasa
447. Halaman 226
Satrio pamit berangkat (Majas Asidenton)
kepda ibunya.
Di depan rumah megah
bertingkat dua yang
menyimpan banyak
448. Latar Suasana Halaman 226
kenangan kebersamaan
masa kanak-kanak dulu,
Yudho menekan tombol bel.
Sebentar kemudian,
seorang pembantu Gaya Bahasa
449. Halaman 226
perempuan masih berusia (Majas Polisidenton)
belia membukakan pintu.
Seperti ketika Satrio
bertemu dengan Yudho,
Teguh Samudro yang
450. Latar Suasana Halaman 227
makmur dan buncit
perutnya itu begitu
sumringah gembira.
Masih memakai piyama,
memeluk kedua sahabat
451. lamanya, berangkulan Latar Suasana Halaman 227
erat, menepuk punggung,
bertiga mereka tertawa.
Ayo, ayo, silahkan duduk Gaya Bahasa
452. Halaman 227
dulu! (Eklamasio)
Gaya Bahasa
453. Biii! Halaman 227
(Eklamasio)
73

Gaya Bahasa
454. Tolong buatkan minum! Halaman 227
(Eklamasio)
Gaya Bahasa
455. “Kopi susu juga boleh!” Halaman 227
(Eklamasio)
Teguh membalas tertawa
berderai, Satrio juga mau
tak mau ikut, walau
dalam benak ia
456. membandingkan reaksi Latar Suasana Halaman 230
berbeda Yudho dan
Teguh setelah dibacakan
kalimat semboyan
kelompok Sapta Satria.
Teguh Samudro, Ronggo
Waskito, Onggo Dewo
457. Tokoh/penokohan Halaman 232
Pamungkas, dan Gesang
Priyo Utomo.
Bahkan di kepolisian, Gaya Bahasa
458. Halaman 232
tentara, dan intelejen! (Eklamasio)
Gaya Bahasa
459. Sepantasnya kau curiga! Halaman 232
(Eklamasio)
Pembela kebenaran, ya Gaya Bahasa
460. Halaman 233
yaa ya! (Eklamasio)
Tapi kau harus sadar, Gaya Bahasa
461. Halaman 233
jagoan! (Eklamasio)
Gaya Bahasa
462. Ini bukan lagi permainan! Halaman 233
(Eklamasio)
Bahkan nyawamu sendiri
Gaya Bahasa
463. hampir saja menyusul Halaman 233
(Eklamasio)
menjadi korban!
Dan pembunuhnya besar
kemungkinan adalah Gaya Bahasa
464. Halaman 233
SALAH SATU di antara (Eklamasio)
kalian bertujuh!
Gaya Bahasa
465. TIDAK! Halaman 233
(Eklamasio)
Tinggal berenam Gaya Bahasa
466. Halaman 233
sekarang! (Eklamasio)
Gaya Bahasa
467. CAMKAN ITU!!! Halaman 233
(Eklamasio)
Aku tau mau mengambil Gaya Bahasa
468. Halaman 233
resiko kehilanganmu! (Eklamasio)
Gaya Bahasa
469. TIDAK! Halaman 233
(Eklamasio)
74

Kau adalah saksi kunci Gaya Bahasa


470. Halaman 233
paling penting! (Eklamasio)
Satrio piningit pemimpi
itu pasti akan
menghubungimu dan Gaya Bahasa
471. Halaman 234
meminta kembali apa (Eklamasio)
yang dititipkan Abimanyu
kepadamu!
Aku akan menugaskan
anak buah terbaikku Gaya Bahasa
472. Halaman 234
untuk selalu mengawasi (Eklamasio)
dan melindungimu!
Gaya Bahasa
473. BUKAN DIA! Halaman 234
(Eklamasio)
Karena dia bagiku sama Gaya Bahasa
474. Halaman 234
mencurigakannya! (Eklamasio)
Dan hanya selangkah dari
Gaya Bahasa
475. menjadikannya Halaman 234
(Eklamasio)
tersangka!
Gaya Bahasa
476. “Ya, DIA saja!” Halaman 234
(Eklamasio)
Sumringah cerah, wajah Gaya Bahasa
477. Halaman 234
Dara Paramitha! (Eklamasio)
Gaya Bahasa
478. “Siap, Komandan!” Halaman 234
(Eklamasio)
“Jangan terlalu senang
Gaya Bahasa
479. dulu! Tugasmu Halaman 234
(Eklamasio)
menjaganya!
Jangan besar kepala dulu, Gaya Bahasa
480. Halaman 234
Nona! (Eklamasio)
Gaya Bahasa
481. SIAL! Halaman 234
(Eklamasio)
Gaya Bahasa
482. Tentu saja! Halaman 234
(Eklamasio)
AKBP Gondo Sunyoto
ketus menukas, namun
bagi yang lain berada di
483. Latar Suasana Halaman 235
tempat itu, isi perintah
tersebut cukup
menggelikan.
Gaya Bahasa
484. TIDAKK!!! Halaman 235
(Eklamasio)
Aku tak percaya omong Gaya Bahasa
485. Halaman 235
kosong ini! (Eklamasio)
75

Teguh mengusap
486. Latar Suasana Halaman 236
wajahnya tak percaya.
Ia masih belum bisa
487. Latar Suasana Halaman 236
menerima.
Bagianya semua fakta
yang disodorkan sahabat-
sahabat lamanya itu
hanyalah seperti
488. Latar Suasana Halaman 236
membongkar peti harta
karun berisi kenangan
bermain masa kecil yang
telah lama terkubur.
Nostalgia bermain
perang-perangan yang tak
mungkin melukai apalagi
membunuh teman sendiri,
489. Latar Suasana Halaman 236
meski tubuh penuh bercak
merah, tertembak peluru
buah ceri yang dilesatkan
ketapel.
Dia juga telah menikah
dengan seorang gadis
ningrat, cantik, dokter
gigi pula, dan dikaruniai
490. Sudut Pandang Halaman 237
dua buah hati, lelaki dan
perempuan yang bak dua
biji bola mata dan pelita
di kehidupannya.
Rumah bertingkat yang
megah, empat buah mobil
mewah, belum lagi
simpanan-simpanan harta
491. bergerak dan tidak Sudut Pandang Halaman 237
bergerak, ribuan hektar
sawah, tabungan masa
depannya mencapai
miliaran rupiah.
Teguh merasa hidupnya kini
sudah mapan, tenang, Gaya Bahasa
492. Halaman 238
aman, singkatnya (Majas Asidenton)
sempurna!
Teguh merasa hidupnya kini
Gaya Bahasa
493. sudah mapan, tenang, aman, Halaman 238
(Eklamasio)
singkatnya sempurna!
494. Dihadapkan sekonyong- Gaya Bahasa Halaman 238
konyong pada betapa kelam (Majas Hiperbola)
mendung gelap kenyataan
yang menggayut di
depannya, jujur saja! Ia
76

belum siap untuk


menghadapi.
Dihadapkan sekonyong-
konyong pada betapa kelam
mendung gelap kenyataan
Gaya Bahasa
495. yang menggayut di Halaman 238
(Eklamasio)
depannya, jujur saja! Ia
belum siap untuk
menghadapi.
Satrio termangut-mangut
mencoba untuk
memahami Yudho masih
496. Sudut Pandang Halaman 239
emosi kaarena Teguh
seolah tak juga mau
berpihak pada mereka.
Sebuah kisah sedih yang
ingin ia kubur dalam di
497. Latar Suasana Halaman 239
bawah batu nisan sebuah
makam.
Sepenggal cinta yang tak
498. terlupakan sekaligus Latar Suasana Halaman 239
tergantikan.
Namun tentu saja semua
499. itu hanya ia pendam Sudut Pandang Halaman 239
seorang diri.
Tersamar oleh topeng
500. yang selalu Sudut Pandang Halaman 239
dikenakannya.
Bagiku, kau Guh, Yudho,
Abimanyu, Ronggo,
Onggo Dewo, bahkan
501. Tokoh/penokohan Halaman 241
Gesang, adalah sahabat
sejati dan terbaik dalam
hidupku!
Bagiku, kau Guh, Yudho,
Abimanyu, Ronggo, Onggo
Gaya Bahasa
502. Dewo, bahkan Gesang, Halaman 241
(Eklamasio)
adalah sahabat sejati dan
terbaik dalam hidupku!
Kembali ke ruang
interogasi yang
503. Latar Tempat Halaman 245
ditinggalkan AKBP
Gondo Sunyoto.
504. Di dalam ruangan tinggal Latar Tempat Halaman 245
Yudho, Satrio, dan Dara
Paramitha yang ditunjuk
untuk memimpin
penyelidikan menggantikan
sang Kapolres Jakarta
77

Selatan.
Ketiganya segera serius
duduk melingkari meja,
505. Latar Suasana Halaman 246
terpekur menataap kertas
itu.
Beberapa orang juga
mencoba memaksakan,
bahkan mengubah susunan
sandi No-To-No-Go-Ro
menjadi No-To-Bu-Wo-No,
yang artinya dari semula
menata negara menjadi
506. Sudut Pandang Halaman 247
menata dunia, sebuah
mimpi yang ambisius,
seperti cita-cita agung
Presiden Soekarno yang
ingin menjadikan
Indonesia sebagai
mercusuar dunia.
Di tengah jalan diganti,
Habibie menjabat hanya
507. satu tahun, sementara Latar Suasana Halaman 247
Gus Dur hampir dua
tahun.
Di sinilah perjalanan
Gaya Bahasa
508. sejarah mulai sinkron Halaman 249
(Eklamasio)
dengan bait-bait ramalan!
Soeharto diturunkan di
tengah jalan oleh
demonstrasi ribuan
509. mahasiswa yang dipicu Halaman 249
Tragedi Trisakti dan
kerusuhan membara di
Jakarta pada Mei 1998.
Soeharto diturunkan di
tengah jalan oleh
demonstrasi ribuan
510. mahasiswa yang dipicu Latar Waktu Halaman 249
Tragedi Trisakti dan
kerusuhan membara di
Jakarta pada Mei 1998.
Akhirnya tumbanglaah
511. Orde Baru, digantikan Latar Suasana Halaman 249
arus reformasi.
512. Kingkin berarti Sudut Pandang Halaman 250
cemerlang dan semua
anak Indonesia di era 80-
an kurasa pasti kenal dan
setidaknya pernah turut
78

mengidolakan Habibie
yang untuk lama menjabat
sebagai Menteri Riset dan
Teknologi, terkenal dengan
otaknya yang memang
sangat cemerlang!
Kingkin berarti cemerlang
dan semua anak Indonesia
di era 80-an kurasa pasti
kenal dan setidaknya pernah
turut mengidolakan Habibie
513. Latar Waktu Halaman 250
yang untuk lama menjabat
sebagai Menteri Riset dan
Teknologi, terkenal dengan
otaknya yang memang
sangat cemerlang!
Kingkin berarti cemerlang
dan semua anak Indonesia
di era 80-an kurasa pasti
kenal dan setidaknya pernah
250 turut mengidolakan Habibie Gaya Bahasa
Halaman 250
514. yang untuk lama menjabat (Eklamasio)
sebagai Menteri Riset dan
Teknologi, terkenal dengan
otaknya yang memang
sangat cemerlang!
“Bagaimana jika GO
untuk Nayo(GO), yakni
penabuh gamelan, dan
RO tetap untuk RO(RO),
ditafsirkan putri yang
515 tampil menari, pentas di Sudut Pandang Halaman 251
atas panggung, bukan
sebagai sinden atau
ronggeng, melainkan
sebagai pemimpin
negara?!”
Yang pertama, Satrio
Kinunjuro Murwo Kuncoro
yang berarti ksatria yang Gaya Bahasa
516. Halaman 252
keluar masuk penjara tapi (Majas Simbolik)
namanya tersohor dan
mulia di dunia.
517. Setelah menjadi presiden Sudut Pandang Halaman 252
Soekrano lantang
menyerukan kepada
dunia, gagasannya yang
tak mau memihak blok
Barat maupun blok Timur
yang saat itu dipimpin
79

Amerika Serikat dan Uni


Sovyet dalam gencatan
senjata dan perang dingin.
Sebagai gebrakan, justru ia
membuat blok tandingan
yang mengangkat derajat
negara-negara dunia ketiga
dari benua Asia-Afrika,
Gaya Bahasa
518. yaitu Gerakan Non-Blok, Halaman 253
(Majas Metanomia)
ditandai dengan
Konferensi Asia Afrika di
Bandung yang membuat
nama Indonesia kian harum
di kancah percaturan dunia.
Sebagai gebrakan, justru ia
membuat blok tandingan
yang mengangkat derajat
negara-negara dunia ketiga
dari benua Asia-Afrika,
519. yaitu Gerakan Non-Blok, Latar Tempat Halaman 253
ditandai dengan Konferensi
Asia Afrika di Bandung
yang membuat nama
Indonesia kian harum di
kancah percaturan dunia.
Dara mencatat setipa
detail petunjuk penting,
520. termasuk nama-nama Latar Suasana Halaman 253
unik yang disebutkan
Satrio.
Baginya ini pengetahuan
521. Sudut Pandang Halaman 253
yang sama sekali baru.
Gairahnya semakin
memanas, pipinya kian
522. Sudut Pandang Halaman 253
mirip dengan kepiting
rebus.
Satria yang kedua
bergelar Satrio Mukti
Wibowo Kesandung
Kesampar, kurang lebih
berarti ksatria yang
sepanjang hidupnya begitu
Gaya Bahasa
523. berwibawa dan penuh Halaman 253
(Majas Simbolik)
kemuliaan,amat disegani
baik di dalam maupun luar
negeri, namun diujung
pemerintahannya ia malah
tersandung, terseok-seok,
tersuruk, hingga terpuruk.
80

Satria yang kedua bergelar


Satrio Mukti Wibowo
Kesandung Kesampar,
kurang lebih berarti
ksatria yang sepanjang
hidupnya begitu
berwibawa dan penuh Gaya Bahasa
524. Halaman 253
kemuliaan,amat disegani (Majas Asidenton)
baik di dalam maupun
luar negeri, namun
diujung pemerintahannya
ia malah tersandung,
terseok-seok, tersuruk,
hingga terpuruk.
Hei, biar begini-begini, aku
dulu juga ikut dulu juga
ikut dalam demonstrasi
525. besar-besaran Latar Suasana Halaman 254
menurunkan Soeharto
lho! Mei 1998... Aku dan
Abimanyu..”
Hei, biar begini-begini, aku
dulu juga ikut dulu juga ikut
dalam demonstrasi besar- Gaya Bahasa
526. Halaman 254
besaran menurunkan (Eklamasio)
Soeharto lho! Mei 1998...
Aku dan Abimanyu..”
Hei, biar begini-begini, aku
dulu juga ikut dulu juga ikut
dalam demonstrasi besar-
527. Latar Waktu Halaman 254
besaran menurunkan
Soeharto lho! Mei 1998...
Aku dan Abimanyu..”
Satrio Lelono Tapa Gaya Bahasa
528. Halaman 255
Ngrame. (Majas Simbolik)
Dalam kapasitasnya sebagai
seorang pimpinan
organisasi agama Islam
terbesar di Tanah Air yakni
Nahdlatul Ulama, dimana
beliau bahkan adalah cucu Gaya Bahasa
529. Halaman 255
langsung pendiri NU, Gus (Majas Metanomia)
Dur adalah orang yang
selalu sibuk dan tak pernah
lelah mewakili aspirasi
rakyat, terutama dari
golongan minoritas.
Satrio Piningit Hamong Gaya Bahasa
530. Halaman 255
Tuwuh. (Majas Simbolik)
81

Kita patut bersyukur,


gembong teroris itu
akhirnya berhasil tewas
ditembak Detasemen
Khusus (Densus 88) dalam
aksi penggerebekan di
Gaya Bahasa
531. Solo, tak lama setelah Halaman 258
(Majas Metanomia)
pelaku utama pengeboman
hotel Ritz Carlton dan
J.W Marriott untuk kali
kedua, Juli kemarin,
Ibrohim, juga berhasil
ditewaskan.
Kita patut bersyukur,
gembong teroris itu
akhirnya berhasil tewas
ditembak Detasemen
Khusus (Densus 88) dalam
aksi penggerebekan di Solo,
532. Latar Tempat Halaman 258
tak lama setelah pelaku
utama pengeboman hotel
Ritz Carlton dan J.W
Marriott untuk kali kedua,
Juli kemarin, Ibrohim, juga
berhasil ditewaskan.
Kita patut bersyukur,
gembong teroris itu
akhirnya berhasil tewas
ditembak Detasemen
Khusus (Densus 88) dalam
aksi penggerebekan di Solo,
533. Latar Waktu Halaman 258
tak lama setelah pelaku
utama pengeboman hotel
Ritz Carlton dan J.W
Marriott untuk kali kedua,
Juli kemarin, Ibrohim, juga
berhasil ditewaskan.
Ambulans itu keluar dari
RSCM, sirinenya
meraung memilukan
534. Latar Suasana Halaman 259
membuat semua yang
melihat sontak menyibak
memberikan jalan.
535. Ambulans meluncur Latar Suasana Halaman 259
dengan kecepatan tinggi,
dikawal oleh tiga buah
mobil patroli, dan
didahului oleh dua motor
BM Polisi, diikuti oleh
iring-iringan keluarga
82

besar yang turut berduka


cita atas kepergian dia
yang terbaring di peti
mati, dalam ambulans
yang meluncur hendak
membawanya ke rumaah
duka untuk
disemayamkan setelah
otopsi selesai, lalu
dikuburkan sore hari ini.
Ambulans meluncur dengan
kecepatan tinggi, dikawal
oleh tiga buah mobil patroli,
dan didahului oleh dua
motor BM Polisi, diikuti
oleh iring-iringan keluarga
besar yang turut berduka
536. cita atas kepergian dia yang Latar Waktu Halaman 259
terbaring di peti mati, dalam
ambulans yang meluncur
hendak membawanya ke
rumaah duka untuk
disemayamkan setelah
otopsi selesai, lalu
dikuburkan sore hari ini.
Kecelakaan yang
mengenaskan itu tak ayal
membuat macet kondisi di
perempatan lampu lalu
lintas itu, menghentikan
laju rombongan yang
537. bersungut-sungut tak bisa Latar Suasana Halaman 260
lewat, harus kehilangan
jejak ambulans yang
melesat meninggalkan
mereka tanpa rasa
bersalah atau peduli
sekadar menanti.
Namun saat kedua polisi
datang menghampiri,
tiba-tiba supir ambulans
yang tenang menanti
dengan senyuman
538. menyeringai lalu Latar Suasana Halaman 261
mengeluarkan sepucuk
pistol dan langsung
menyalak menembak
kedua polisi lalu lintas
yang malang!
539. Namun saat kedua polisi Gaya Bahasa Halaman 261
83

datang menghampiri, tiba-


tiba supir ambulans yang
tenang menanti dengan
senyuman menyeringai lalu
mengeluarkan sepucuk (Eklamasio)
pistol dan langsung
menyalak menembak kedua
polisi lalu lintas yang
malang!
Gaya Bahasa
540. DEBBB! Halaman 261
(Eklamasio)
Gaya Bahasa
541. DEBBB! Halaman 261
(Eklamasio)
Satrio Boyong Gaya Bahasa
542. Halaman 263
Pambukaning Gapura. (Majas Simbolik)
Satrio Pinandito Sinisihan Gaya Bahasa
543. Halaman 264
Wahyu. (Majas Simbolik)
Semua jalur informasi
yang mengarah padanya
bak terputus, para teroris
yang tertangkap
bungkam, gembong
544. teroris yang ditenggarai Sudut Pandang Halaman 266
punya informasi itu malah
hampir semuanya telah
ditewaskan dan teguh
membawa rahasia sampai
mati!
Semua jalur informasi yang
mengarah padanya bak
terputus, para teroris yang
tertangkap bungkam,
gembong teroris yang Gaya Bahasa
545. Halaman 266
ditenggarai punya informasi (Eklamasio)
itu malah hampir semuanya
telah ditewaskan dan teguh
membawa rahasia sampai
mati!
Saya khawatir, Pak, jika
tak segera dicegah, maka
Goro-Goro yang
sesungguhnya dalam
546. Sudut Pandang Halaman 266
waktu dekat akan pecah
meledak dalam skala lebih
besar dari kerusuhan
terdahulu!
Saya khawatir, Pak, jika tak Gaya Bahasa
547. Halaman 267
segera dicegah, maka Goro- (Eklamasio)
84

Goro yang sesungguhnya


dalam waktu dekat akan
pecah meledak dalam skala
lebih besar dari kerusuhan
terdahulu!
Gaya Bahasa
548. BIADAB!!! Halaman 267
(Eklamasio)
Gaya Bahasa
549. LAKNAT!!! Halaman 267
(Eklamasio)
Abimanyu telah menjadi Gaya Bahasa
550. Halaman 267
martir! (Eklamasio)
Satria pertama yang Gaya Bahasa
551. Halaman 267
gugur! (Eklamasio)
Namun tak ayal tercuat
heran mengetahui Yudho
ternyata sedikit banyak
tahu latar belakang kisah
tokoh wayang yang
menjadi nama sandi
552. dirinya, meski lidah sakti Sudut Pandang Halaman 268
Antareja yang digambarkan
pendiam bukan berarti
pandai bersilat lidah,
melainkan karena
mengandung bisa, beracun,
dan mematikan.
Gaya Bahasa
553. GILA!!! Halaman 268
(Eklamasio)
Gaya Bahasa
554. Tok-tok-tok! Halaman 268
(Eklamasio)
Gaya Bahasa
555. Headline News! Halaman 268
(Eklamasio)
Kurasa kalian harus Gaya Bahasa
556. Halaman 268
melihatnya! (Eklamasio)
557. Bak adegan dalam film, Latar Suasana Halaman 269
dua orang polisi
pengendara motor BM
tewas ditembak, ambulans
dibawa lari, seorang polisi
di mobil patroli luka
parah akibat terjepit
akibat terjepit saat mobil
diseruduk oleh truk
sampah dengan sengaja,
belum lagi luka-luka ringan
para pengendara dan
85

penumpang kendaraan di
belakang iring-iringan yang
beruntun ikut saling
tabrakan.
Isak tangis kian pecah
membahana di kediaman
Abimanyu di Depok, saat
istri mendiang , Utari
558. Dewi, jatuh pingsan Latar Suasana Halaman 269
mendengar kabar jenazah
suaminya hilang diculik
sindikat gelap yang belum
jelas maksud dan tujuannya.
Seakan belum cukup
memukul kasus
pembunuhan sadis yang
559. menimpa Abimanyu di pagi Latar Waktu Halaman 270
dini hari kemarin, ada lagi
kejadian yang aneh seperti
ini.
Liang lahat yang telah
Gaya Bahasa
560. dipersiapkan pun hanya Halaman 270
(Majas Simbolik)
menganga membisu.
Malam ini Yudho kembali
menginap di rumah
Satrio, dan mereka
561. ketambahan satu orang Latar Waktu Halaman 271
tamu lagi, yang diterima
oleh Bu Pranoto dengan
gembira.
Malam ini Yudho kembali
menginap di rumah Satrio,
dan mereka ketambahan
562. Tokoh/penokohan Halaman 271
satu orang tamu lagi, yang
diterima oleh Bu Pranoto
dengan gembira.
Malam ini Yudho kembali
menginap di rumah Satrio,
dan mereka ketambahan
563. Latar Suasana Halaman 271
satu orang tamu lagi, yang
diterima oleh Bu Pranoto
dengan gembira.
564. Adalah Dara Paramitha Tokoh/penokohan Halaman 271
memaksa ikut menginap
lantaran telah ditugaskan
oleh AKBP Gondo Sunyoto
untuk menjaga keselamatan
Satrio, sebagaimana Yudho
ditugasi menjaga Dara,
dalih sang Kapolres untuk
86

secara tidak langsung juga


menjaga Satrio.
Adalah Dara Paramitha
memaksa ikut menginap
lantaran telah ditugaskan
oleh AKBP Gondo Sunyoto
untuk menjaga keselamatan
565. Sudut Pandang Halaman 271
Satrio, sebagaimana Yudho
ditugasi menjaga Dara,
dalih sang Kapolres untuk
secara tidak langsung juga
menjaga Satrio.
Kepada ibu Satrio,
mereka terpaksa berdalih
lain lagi, kebetulan
mendapat tugas lintas
566. Sudut Pandang Halaman 271
sektoral menangani kasus
pengintaian dengan lokasi
tak jauh dari Kebon
Jeruk
Dalam benak telah
terbayang putra semata
wayangnya akhirnya
567. menemukan gadis pujaan Sudut Pandang Halaman 271
dan kelak di pelaminan
duduk bersanding dengan
Dara Paramitha.
AKBP Gondo Sunyoto
membisiki Dara
Paramitha untuk Gaya Bahasa
568. Halaman 272
memasang curiga kepada (Eklamasio)
Yudho dan selalu
waspada!
Agar Satrio jangan Gaya Bahasa
569. Halaman 272
percaya kepada siapapun! (Eklamasio)
Gaya Bahasa
570. “Bagussssshh!” Halaman 272
(Eklamasio)
Gaya Bahasa
571. Mayat Abimanyu! Halaman 272
(Eklamasio)
Segenap bulat tekad dan Gaya Bahasa
572. Halaman 273
semangat membara! (Eklamasio)
Bumi yang kau jaga setiap
Gaya Bahasa
573. jengkalnya dengan darah, Halaman 273
(Eklamasio)
keringat, dan air mata!
Kafan putih terendam
genangan merah, bak Gaya Bahasa
574. Halaman 274
padang gersang Kurusetra (Majas Simile)
jadi saksi.
87

Betapa para durjana


Kurawa dulu ramai-ramai
menggeroyok,
mencincang, membantai,
575. merajam, menusukkan Latar Suasana Halaman 274
senjata, memenggal
hingga memotong-motong
tubuh Abimanyu nan
malang.
Betapa para durjana Kurawa
dulu ramai-ramai
menggeroyok,
mencincang, membantai,
Gaya Bahasa
576. merajam, menusukkan Halaman 274
(Majas Asidenton)
senjata, memenggal
hingga memotong-motong
tubuh Abimanyu nan
malang.
Dendam telah Gaya Bahasa
577. Halaman 274
terbalaskan! (Eklamasio)

578. 22.56 WIB Latar Waktu Halaman 275


Hujan masih deras
tertumpah dari langit,
579. Latar Suasana Halaman 275
mengguyur memandikan
bumi.
Hujan masih deras
tertumpah dari langit, Gaya Bahasa
580. Halaman 275
mengguyur memandikan (Majas Simbolik)
bumi.
Mereka terbiasa melihat
Dara dalam seragam
cokelat kedinasan, baru
sadar bahwa di luar tugas,
581. Sudut Pandang Halaman 275
Dara tak lebih dari
seorang remaja yang
tengah mekar dengan
ranumnya.
Gaya Bahasa
582. Berhati-hatilah! Halaman 276
(Eklamasio)
Gaya Bahasa
583. Dia bisa aku, atau kau! Halaman 276
(Eklamasio)
Atau siapa saja diantara Gaya Bahasa
584. Halaman 276
kita! (Eklamasio)
Gaya Bahasa
585. Selalu waspada! Halaman 276
(Eklamasio)
586. Geger, kerusuhan, Gaya Bahasa Halaman 277
88

tindakan teror dan


anarkisme, apapun
wujudnya, yang pasti
(Majas Asidenton)
membuat kekacauan dan
menebar ketakutan di
masyarakat.
Satrio Pinandito Sinisihan Gaya Bahasa
587. Halaman 277
Wahyu. (Majas Simbolik)
Gaya Bahasa
588. Cerdas! Halaman 278
(Eklamasio)
Abimanyu barang kali
ingin berkata kepada kita,
bahwa Satrio Piningit ini
589. Sudut Pandang Halaman 278
adalah seseorang yang
bersembunyi dibalik
kedok Satria Piningit.
Yudho melempar senyum
590. Latar Suasana Halaman 278
kepada dara.
Yang disenyumi
591. Latar Suasana Halaman 278
mengernyit tidak jelas.
Sebab menurut mereka,
yang masuk hitungan
hanyalah presiden yang Gaya Bahasa
592. Halaman 279
memerintah penduduk, (Eklamasio)
minimal satu putaran
masa jabatan!
Seperti kita tahu,
Soekarno memerintah
593. Latar Waktu Halaman 279
sejak tahun 1945 hingga
1966.
Soeharto bahkan lebih Gaya Bahasa
594. Halaman 279
lama lagi! (Eklamasio)

595. Dari 1966 hingga 1998. Latar Waktu Halaman 279


Merujuk pada jumlah
596. tahun masa jabatan Gaya Bahasa
Halaman 279
. Habibie, Gusdur dan (Eklamasio)
Megawati!
Satu tahun, dua tahun, Gaya Bahasa
597. Halaman 279
tiga tahun! (Eklamasio)
Reformasi adalah masa Gaya Bahasa
598. Halaman 280
menata! (Eklamasio)
599. Jadi, nama bakal calon Sudut Pandang Halaman 280
Presiden Republik
Indonesia ketujuh kelak,
setelah NO yang kedua
89

yakni Susilo Bambang


Yudhoyo(NO).
Dara mengesiap kedua
600. Latar Suasana Halaman 281
temannya.
Yudho mengusap wajah,
601. kebali fokus menatap Latar Suasana Halaman 281
lembaran di atas meja.
Satrio menarik nafas agak
602. panjang sebelum mulai Latar Suasana Halaman 281
melanjutkan menjawab.
Gaya Bahasa
603. Eling lan waspadha! Halaman 281
(Eklamasio)
Gaya Bahasa
604. JANGKA JAYABAYA!!! Halaman 281
(Eklamasio)
Satrio bergegas berdiri
605. dan berjalan masuk ke Latar Suasana Halaman 282
kamarnya.
Dengan bekal surat perintah
sebelas maret yang
diamanatkan Presiden
Soekarno kepadanya untuk
mengatasi keadaan kacau
balau negara paska
peristiwa G-30-S/PKI
tahun 1965, pada keesokan
harinya, sabtu, 12 Maret
1966, Letnan Jenderal
Soeharto yang luput dari
606. Latar Waktu Halaman 284
aksi keji penculikan dan
pembunuhan pimpinan
Angkatan Bersenjata
Republik Indonesia (ABRI)
unsur Angkatan Darat (AD)
dan ketika itu masih
menjabat sebagai
Pangkostrad disingkat
(Panglima Komando
Cadangan Strategis
Angkatan Darat).
607. Dengan bekal surat perintah Gaya Bahasa Halaman 284
sebelas maret yang (Majas Metanomia)
diamanatkan Presiden
Soekarno kepadanya untuk
mengatasi keadaan kacau
balau negara paska
peristiwa G-30-S/PKI tahun
1965, pada keesokan
harinya, sabtu, 12 Maret
90

1966, Letnan Jenderal


Soeharto yang luput dari
aksi keji penculikan dan
pembunuhan pimpinan
Angkatan Bersenjata
Republik Indonesia
(ABRI) unsur Angkatan
Darat (AD) dan ketika itu
masih menjabat sebagai
Pangkostrad disingkat
(Panglima Komando
Cadangan Strategis
Angkatan Darat).
Dengan dukungan kekuatan
ABRI yang loyal dan
manunggal bersama rakyat,
ia segera membubarkan PKI
(Partai Komunis Indonesia),
menanggapi ribuan
anggotanya, meski kelal
608. sejarah membelakan, Halaman 285
sebagian besar mereka
justru tanpa diadili lebih
dahulu, langsung di
eksekusi dan dihabisi era itu
adalah salah satu masa
terkelam dalam sejarah
Republik Indonesia.
Padahal sang Prabu hidup
dan memerintah di abad ke
-12, atau lebih dari delapan
ratus tahun yang lalu!
Betapa gamblang ia
609. menyebut pasukan semut Halaman 286
hijau, yang menggambarkan
tentara, kehilangan semut
merah alias Angkatan Darat
yang gugur dan jadi tumbal
revolusi.
Dini hari 1 Oktober 1965,
610. lalu dibunuh secara Halaman 286
biadab dan kejam!
Dini hari 1 Oktober 1965,
Gaya Bahasa
611. lalu dibunuh secara biadab Halaman 286
(Eklamasio)
dan kejam!
Gaya Bahasa
612. Tunggu! Halaman 287
(Eklamasio)
Gaya Bahasa
613. Kau salah! Halaman 287
(Eklamasio)
91

Gaya Bahasa
614. Bukan 1966! Halaman 288
(Eklamasio)
Gaya Bahasa
615. Astaga! Halaman 288
(Eklamasio)
Gaya Bahasa
616. Dara benar! Halaman 288
(Eklamasio)
Ada sirat kecewa di mata
617. Satrio yang meredup tak Halaman 288
lagi berbinar.
Seperti petani, nelayan,
618. Halaman 289
guru, dll.
Pada tahun 1964 untuk
619. Halaman 289
membendung kekuatan PKI.
Memperoleh suara Gaya Bahasa
620. Halaman 289
terbanyak! (Eklamasio)
Yakni partai Demokrasi
Indonesia beraliran
Nasionalis, Partai Persatuan
Pembangunan yang
bercorak Agamis, serta
621. Golongan Karya yang Halaman 289
dijadikan kendaraan politik
praktis bagi Soeharto
melanggar kekuasaan,
dengan dukungan militer
dan birokrasi.
Gaya Bahasa
622. Ya ya ya! Halaman 289
(Eklamasio)
Gaya Bahasa
623. Bisa jadi! Halaman 289
(Eklamasio)
Bertepatan dengan 1971 Gaya Bahasa
624. Halaman 289
Masehi! (Eklamasio)
Gaya Bahasa
625. Jayabaya tidak salah! Halaman 289
(Eklamasio)
Gaya Bahasa
626. Peristiwa Gestapu! Halaman 289
(Eklamasio)
Gaya Bahasa
627. Supersemar, KAWAN!!! Halaman 290
(Eklamasio)
Surat perintah sebelas Gaya Bahasa
628. Halaman 290
maret! (Eklamasio)
Secara de facto itu adalah Gaya Bahasa
629. Halaman 290
transfer of worried! (Eklamasio)
Ibaratnya wahyu Gaya Bahasa
630. Halaman 290
keprabon telah (Eklamasio)
92

berpindah!
Gaya Bahasa
631. HAHAHA!!! Halaman 290
(Eklamasio)
Gaya Bahasa
632. Jayabaya! Halaman 290
(Eklamasio)
Gaya Bahasa
633. LUAR BIASA!!! Halaman 290
(Eklamasio)
Dari Orde Lama ke Orde
Baru dengan masa Gaya Bahasa
634. Halaman 290
peralihan dari 1966 (Eklamasio)
hingga 1971!
Disandikan dalam dua
Gaya Bahasa
635. jenis penangkalan puasa Halaman 290
(Eklamasio)
jawa serta warsasrani!
Gaya Bahasa
636. Jenius! Halaman 290
(Eklamasio)
Sang Prabu memang Gaya Bahasa
637. Halaman 290
sungguh luar biasa! (Eklamasio)
Matanya berbinar dan Gaya Bahasa
638. Halaman 290
berkilat-kilat! (Eklamasio)
Gaya Bahasa
639. 23.58. Halaman 291
(Eklamasio)
Dua menit menjelang Gaya Bahasa
640. Halaman 291
tengah malam. (Eklamasio)
“lalu dimana hubungan
petunjuk Abimanyu
Gaya Bahasa
641. antara bait 127, 128, 130 Halaman 292
(Eklamasio)
dan 168 dalam jangka
jayabaya?
Gaya Bahasa
642. TIDAK! Halaman 295
(Eklamasio)
Aku bisa membaca rona Gaya Bahasa
643. Halaman 295
wajah kalian berubah! (Eklamasio)
Gondo tua itu juga Gaya Bahasa
644. Halaman 296
mencurigaiku! (Eklamasio)
Aku memang tidak punya
Gaya Bahasa
645. alibi untuk membuktikan, Halaman 296
(Eklamasio)
terserah kalian lah!
Gaya Bahasa
646. SUMPAH! Halaman 296
(Eklamasio)
Gaya Bahasa
647. Itu bukan diriku, sat! Halaman 296
(Eklamasio)
Gaya Bahasa
648. Sudahlah! Halaman 296
(Eklamasio)
93

Aku sudah bilang percaya Gaya Bahasa


649. Halaman 296
pada mu! (Eklamasio)
Gaya Bahasa
650. Tidak! Halaman 296
(Eklamasio)
Kau bilang, kau akan
Gaya Bahasa
651. mencoba percaya Halaman 296
(Eklamasio)
kepadaku!
Gaya Bahasa
652. Aku ini polisi! Halaman 296
(Eklamasio)
Gaya Bahasa
653. Bukan tentara! Halaman 296
(Eklamasio)
Kau yang menyeret dan
Gaya Bahasa
654. menejebak kami semua Halaman 297
(Eklamasio)
masuk dalam labirin!
Percoban pembunuhan Gaya Bahasa
655. Halaman 297
ituhanya laporan palsu! (Eklamasio)
Gaya Bahasa
656. HAH! Halaman 297
(Eklamasio)
Gaya Bahasa
657. Aku percaya pada mu! Halaman 297
(Eklamasio)
Gaya Bahasa
658. Juga dara! Halaman 297
(Eklamasio)
Tapi dalam situasi
Gaya Bahasa
659. semacam ini, kita harus Halaman 297
(Eklamasio)
saling percaya!
Gaya Bahasa
660. Kita adalah satu tim! Halaman 297
(Eklamasio)

No. Kutipan Unsur Ekstrinsik Keterangan


1. Dhimas Wisnu Mahendra Unsur Biografi
adalah seorang yang
sangat gemar mempelajari
agama, sains, sejarah,
arkeologi dari Nusantara
purba hingga Indonesia
modern oleh karena itu
dalam novel ini kaya akan
sejarah Nusantara pada
saat kerajaan Majapahit.
Lalu dari sisi arkeologi
beliau juga tahu banyak
tentang manuskrip-
manuskrip kuno yang
94

berhubungan tentang
ramalan tentang masa
depan Nusantara dan
beberapa manuskrip
banyak diambil dari tokoh
Jayabaya. Dalam novel ini
banyak sekali sejarah-
sejarah Nusantara terlebih
lagi tentang para patih-
patih kerajaan yang
memiliki kelebihan untuk
melihat masa depan seperti
pada Jangka Jayabaya, bait
131 yang berbunyi :
Duduknya seseorang yang
mengaku raja, bersamaan
dengan zaman angkara
kemurkaan semakin
menjadi-jadi, orang
semakin bingung, banyak
yang terperdaya dan
masuk jurang, bawahan
berani pada atasan, buruh
berani melawan majikan,
majika semakin mapan,
yang “bernyanyi” semakin
banyak pengikut, orang
yang pandai diputar-putar,
orang yang mengerti kian
makan hati.
Dalam novel ini terdapat
banyak unsur sosial yang
bisa kita dapatkan, antara
lain adalah dalam novel ini
menceritakan tentang
sekelompok teman
bermain kecil yang
menamai kelompok
mereka Sapta Satria,
persahabatan mereka
2. Unsur Sosial
selalu terjaga bahkan
sampai masing-masing
dari mereka bekerja dan
mempunyai keluarga,
sampai pada suatu saat
salah satu teman mereka
mengkhianati kelompok
Sapta Satria dan membuat
kekacauan di Bumi
Indonesia.
95

Dalam novel ini terdapat


unsur nilai yang dapat kita
petik hikmahnya yaitu
diantara lain adalah
3. kesetiakawanan, Unsur Nilai Nilai Moral
kepercayaan kepada
teman, kerjasama,
keterbukaan, dan
kejujuran.

Anda mungkin juga menyukai