1. Latar Belakang
Surat ini merupakan surat ke 56 pada juz ke 27 yang terdiri dari 96 ayat dan
termasuk golongan surat Makiyyah. Surat ini dinamai Al-Waqi’ah (Hari Kiamat), yang
diambil dari perkataan Al-Waqi’ah dalam ayat pertama.
Salah satu keutamaan membaca surat Waqi'ah ini sebagaimana dirasakan oleh
sebagian shahabat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam adalah dimudahkan rezekinya.
Rasulullah mengajarkan mereka untuk konsisten membaca surat al-Waqi’ah supaya
dimudahkan rezeki dan dihindari dari kesusahan. Karena itu, bila seorang muslim
mengamalkannya setiap hari, maka banyak manfaat yang akan diterimnya.
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penulisan
4. Telaah Pustaka
Sumber : Surahmat, S. (2015). Kritik Pemahaman Hadist Nabi Tentang Keutamaan Surat Al-
Waqi'ah. INOVATIF: Jurnal Penelitian Pendidikan, Agama dan Kebudayaan, 1(1), 66-88.
Dalam penelitian ini penulis ingin mengemukakan kajian hadis tentang keutamaan
surat al-Waqi'ah, sebagai salah satu surat dalam al-Qur’an yang memiliki keutamaan /
manfaat / fadhilah sebagaimana dijelaskan dalam hadis yang diriwayatkan oleh al-Baihaqi
dalam kitabnya, Syu’ab al-Iman no hadis 2396 dalam Mausu’ah Hadis Maktabah al-Syamilah
jilid 6 hlm: 14.6
رFه بشFد بFدثىا أحمFF ح، هFFم كتابFه أصFFه مFٍحاق انفقFه إسFد بFر أحمFFو بكFبر ًو أبF أخ، ظFFأخبروا أبو عبد هلال انحاف
هFF ع، ه أبً ظبٍتFF ع، حدثه، أن شجاعا، حدثىا انسري به ٌٍحى، حدثىا عبد هلال به وهب، حدثىا خاند به خداش، انمرثدي
مه قرأ سورة انواقعت فً كم نٍهت نم تصبه فاقت: سمعت رسول هلال صهى هلال ع ٍهه وسهم: قال، ابه مسعود
Artinya: Barang siapa membaca surat al-Waqi'ah setiap malam, maka ia tidak akan
mengalami kefaqiran. Kaum muslimin yang mengetahui bahwa surat al-Waqi'ah mempunyai
fadhilah atau keutamaan yang berkaitan dengan bab rizki, mereka membaca surat tersebut
untuk kelancaran ekonominya. Sebagian orang mendapatkan faidah ataupun hasil yang
memuaskan ketika berikhtiar dengan disertai membaca surat al-Waqi’ah.
hadis tentang keutamaan surat al-Waqiah berkualitas dhaif sanad, shahih matan.
Pemahaman terhadap hadis Nabi menunjukkan adanya multitafsir dari para pembacanya, hal
ini disebabkan backgraund yang bervariatif. Adapun solusi penulis dalam aplikasi
pengamalan hadis Nabi tentang keutamaan surat al-Waqi'ah secara khusus, dan semua surat
pada umumnya, hendaklah pembacaan terhadapnya semata-mata sebagai ibadah ta'abbudi
(wujud penghambaan), bukan untuk mengharapkan target tertentu, seperti mencari materi dan
sebagainya.1
Surat al-Waqi’ah ini begitu luar biasa dan termasuk dari salah satu 10 surat super
dasyat, surat ini begitu banyak keutamaan bagi orang yang senantiasa membaca dan
mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Surat ini termasuk salah satu surat yang membuat
Rasulullah berubah. Ibnu Abbas r.a berkata, “ Abu Bakar ash-Shiddiq Saw, “Wahai
Rasulullah, engkau telah berubah. “ Beliau berkata. “Aku berubah karena surat Hud, al-
Waqi’ah, al-Mursalat, anNaba’ dan at-Takwir.
Nama surat ini diambil dari kata al-Waqi’ah yang berarti hari kiamat, terdapat pada
ayat pertama dari surat ini. sedangkan untuk keutamaan surat ini yakni surat yang membuat
nabi saw berubah. Sedangkan untuk fadilahnya terbagi menjadi sembilan yakni,
Pertama, barang siapa membaca surat al-Waqi’ah empat belas kali sesudah shalat
ashar, maka selekas mungkin dikabulkan oleh allah.
1
Surahmat Surahmat, “Kritik Pemahaman Hadits Nabi Tentang Keutamaan Surah Al-Waqi’ah,” INOVATIF:
Jurnal Penelitian Pendidikan, Agama Dan Kebudayaan 1, no. 1 (2015): 66–88.
kedua, barang barang siapa membaca tiga kali sesudah shalat isya’ dan subuh, maka
ia akan diberi kekayaan oleh allah dengan pekerjaan yang ringan.
Ketiga, barang siapa membaca surat al-Waqi’ah empat puluh satu kali ditempat duduk
yang tetap kamsudnya tidak berdiri sebelum selesai maka selekas mungkin dikabulkan
hajatnya oleh allah terutama permintaan rezeqi.
Keempat, barang siapa membaca surat al-Waqi’ah empat puluh satu kali selama
empat puluh hari dengan syarat tidak pernah absen satu haripun, maka ia diberi rizqi yang
lapang oleh allah dengan tidak susah payah.
Kelima, bersabda Nabi Muhammad Saw. Barang siapa membaca surat al-Waqi’ah
tiap malam maka ia akan diselamatkan dari kemiskinan. Dan surat al-Waqi’ah itu bila dibaca
bisa menyebabkan kaya, oleh karena itu biasakanlah membacanya dan ajarilah anakanakmu.
Ketujuh, barang siapa membaca tiap-tiap sesudah shalat maka ia akan dimudahkan
oleh allah segala urusannya. Terutama hal rizqi.
Kedelapan, bila surat al-Waqi’ah ini dibacadidekatkan orang yang sedang sakit keras,
maka orang yang sakit tersebut lekas diberikan kesembuhan oleh Allah.
Kesembilan, surat al-Waqi’ah barokahnya bisa untuk meringankan siksa kubur, oleh
karenanya itu apabila surat ini dibacakan maka pahalanya dihadiahkan ahli qubur tersebut
akan terlepas dari siksa qubur.
Sumber : Nihayati, Nihayati. "Integrasi Nilai-Nilai Islam Dengan Materi Himpunan (Kajian
Terhadap Ayat-Ayat Al-Qur’an)." JURNAL e-DuMath 3.1 (2017).
Nilai-nilai akidah terdapat dalam Al-Qur‟an surah Al-An'am ayat 128, Al-Waqi'ah
ayat 7- 14, Al-Fatihah ayat 7, Taha ayat 6. Nilai akidah dalam ayat-ayat tersebut adalah
Tauhid Rububiyah, diantaranya adalah Allah Maha Pencipta, Allah Maha Adil, Allah Maha
Pengasih dan Maha Penyayang, Maha Kuasa, juga memiliki tauhid Uluhiyah (Allah adalah
satusatunya zat yang wajib disembah).
Nilai syari 'ah terdapat dalam Al-Qur‟an Al-An'am ayat 128, Al-Waqi'ah ayat 7- 14,
Al-Fatihah ayat 7. Nilai-nilai syari‟ah pada ayat-ayat tersebut adalah berupaya untuk menjadi
manusia yang termasuk pada golongan kanan (orang-orang yang beriman) dengan cara
melaksanakan syari‟ah atau ibadah yang sudah ditentukan dan diwajibkan Allah sehingga
lahirlah sikap tanggungjawab sebagai seorang hamba, sikap adil, disiplin, sebagai buah dari
ibadah kepada Allah.
Nilai akhlak terdapat dalam AlQur‟an surat Al-An'am ayat 128, AlWaqi'ah ayat 7-
14, dan Al-Fatihah 7. Nilai-nilai akhlak yang bisa ditemukan adalah ‘iffah, mujahadah,
istiqomah dan amanah. Nilai-nilai akidah, syari‟ah dan akhlak adalah nilai-nilai Islam yang
tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Nilai aqidah diibaratkan dengan akar, nilai
syari‟ah adalah batang dan nilai akhlak adalah buah. Akar yang kuat akan menjadikan sebuah
pohon kokoh; batang yang baik akan menjadikan sebuah pohon mampu menghasilkan buah
2
Farah Lu’luil et al., “TRADISI PEMBACAAN SURAT AL- WAQI’AH (Kajian Living Qur’an Di Pondok Pesantren Al-
Hidayah II, Pasuruan) Farah Lu’luil M Dan Ahmad Zainuddin,” Muhadasah, Jurnal Pendidikan Bahasa Arab,
2018, 62–85.
yang berkualitas. Hal itu ketika diterapkan pada pribadi seorang muslim menjadi iman yang
kuat akan menghasilkan ibadah yang baik sehingga mampu melahirkan akhlak yang
sempurna.3
Sumber : Muaffa, Ali. Motivasi tradisi pembacaan surat al waqi ‘ah: studi Living Qur’an di
Pesantren Tahfidh Salafiyah Shafi ‘Iyah Desa Klinterejo Kecamatan Sooko Kab. Mojokerto
Jawa Timur. Diss. UIN Sunan Ampel Surabaya, 2019.
Sumber : Rudianto, Juli Dwi. "Analisis Rutinan Pembacaan Surat Waqiah Setelah Shalat
Subuh."
Di antara surat-surat yang sering dibaca salah satunya tentu saja adalah surat
AlWaqiah. Bahkan, pembacaan surat ini sudah sangat tidak asing lagi terutama di kalangan
para santri yang memang di biasakan rutin membacanya sejak di pesantren. Di balik
3
Nihayati, “Integrasi Nilai-Nilai Islam Dengan Materi Himpunan (Kajian Terhadap Ayat-Ayat Al- Qur’an),” Jurnal
Edumath 3, no. 1 (2017): 65–77, https://ejournal.stkipmpringsewu-
lpg.ac.id/index.php/edumath/article/download/285/175.
4
ALI MUAFFA, “MOTIVASI TRADISI PEMBACAAN SURAT AL-WAQIAH,” no. 2 (2019),
http://repositorio.unan.edu.ni/2986/1/5624.pdf.
kebiasaan tersebut, faktanya memang banyak yang sudah membuktikan manfaat tersendiri
yang didapatkannya lantaran membaca surat ini secara rutin. kepopuleran surat ini memang
tidak dalah dipungkiri. Di samping itu pula, penulis menemukan bahwa fenomena tersebut
juga terjadi di lingkungan terdekat penulis. Oleh sebab itu, kali ini penulis sangat tertarik
untuk membahasnya lebih lanjut dalam pembahasan “Analisis Rutinan Pembacaan Surat
Waqiah Setelah Shalat Subuh” . Rutinan pembacaan surat Al-Waqiah ini sudah sangat
familiar di kalangan masyarakat. Pembacaan surat ini dilakukan secara rutin, dan oleh bapak
Jumadi di baca setiap ba’da subuh. Rutinan ini dilakukan setiap hari secara rutin. Sedangkan
alasan beliau melaksanakannya adalah karena fadhilah yang banyak dipercaya mengenai
surat ini. Surat ini faktanya memang sudah banyak dibuktikan mendatangkan banyak
manfaat. Manfaat yang paling banyak dirasakan dan populer adalah berkaitan dengan
kelancaran rezeki dan hal yang berkaitan dengan kekayaan. Mengingat banyak yang sudah
membuktikannya, maka pengamalan ini juga sangat disarankan dilakukan untuk berbagai
kalangan umat muslim.5
6.) Hadis Tentang keutamaan Membaca Surat Al-Waqi’ah (Studi Ma’anil Hadis)
Surat al-waqi’ah bukan hanya dibaca layaknya mantra,namun perlu diaplikasikan apa
yang tertera dalam surat al-waqi’ah tersebut. Dengan begitu wasiat Ibnu mas’ud terhadap
anaknya akan nampak. Yaitu dengan menjaga kelestarian alam, agar kekayaan alam tetap
terjaga sampai generasi berikutnya.
5
Juli Dwi Rudianto, “Analisis Rutinan Pembacaan Surat Waqiah Setelah Shalat Subuh” 8, no. 1 (2014).
6
Abd Fatah Ulumi, “Hadis Tentang Keutamaan Membaca Surat Al-Waqiah (Studi Ma’anil Hadis),” 2009.
7.) Tiga Golongan Manusia Dalam Surat Al-Waqi’ah Ayat 7-56 ( Kajian Analisa
Perbandingan Antara Tafsir Al-Marâghî dengan Tafsir Al-Misbâh )
Sumber : Malik, Muhammad. "Tiga golongan manusia dalam surat al-Waqi'ah ayat 7-56
(kajian analisa perbandingan antara tafsir al-Maraght dengan tafsir al-Misbah)."
Setelah penulis membuat analisa dan menguraikan pembahasan dari bab ke bab,
mengenai tiga golongan manusia ketika hari Kiamat dalam surat al-Wâqi‟ah ayat 7 - 56
menurut analisa perbandingan antara tafsir Al-Marâghî karya dari Ahmad Mustafa al-
Marâghî dengan tafsir Al-Misbâh Karya M. Quraish Shihab, maka penulis menyimpulkan
bahwa penjabaran mengenai hal-hal di atas sebagai berikut;
Persamaan antara kedua mufassir dalam memahami ayat-ayat ini adalah pada
penekanan aspek pelajaran atau pesan yang terkandung dalam kisah tersebut. Jadi, yang perlu
digali adalah pesan yang ingin Allah sampaikan melalui kisah ini, bukan pada persoalan
waktu kejadiannya, serta mengetahui tentang tiga golongan itu.
Perbedaan yang menonjol dari analisa penulis antara kedua mufassir dalam
menafsirkan surat al-Wâqi‟ah ayat 7-56 ialah ketika menafsirkan dua perkara. Pertama,
dalam memahami makna ketiga golongan manusia yakni, Al-Sâbiqûn Al-Sâbiqûn, Ashâb Al-
Yamîn dan Ashâb Al-Syimâl, al-Marâghî menafsirkannya secara lugas dan menekankan
tujuan pokok sesuai dengan wawasan keilmuan beliau. Sedangkan Quraish Shihab
menafsirkannya sesuai dengan asal kosa kata ayat tersebut dengan menjelaskan beberapa ayat
itu agar sejalan dengan perkembangan masyarakat. Kedua, al-Marâghî menafsirkan makna
Tsullah min al-awwalîn dengan segolongan besar umat-umat terdahulu, dan makna wa qalîl
min al-âkhirîn ialah sedikit dari umat Muhammad SAW. Sedangkan Quraish Shihab dalam
menafsirkan ayat ini dengan mereka sekelompok besar dari umat yang terdahulu bersama
Nabi mereka masing-masing, dan sedikit dari umat yang kemudian dari umat Nabi
Muhammad SAW.
Adapun implikasinya dalam kehidupan dimasyarakat, ialah ketika sebagian ulama
menyampaikan fadilah (keutamaan) beberapa surat dalam Al-Qur‟ân, bahwa dengan
membacanya setiap saat serta menjadikannya sebagai wiridan tetap, kepercayaan itulah
yang mereka jalankan. Dan itu diyakini sebagai keutamaan yang final. Bila dibandingkan
dengan memahami isi kandungan serta mengamalkannya dalam kehidupan bermasyarakat, itu
jauh lebih memilki nilai keutamaan yang tak terhingga.7
Sumber : Satriyah, Nur. Nilai-Nilai Pendidikan dalam Surat Al-Waqi’ah. Diss. UIN Ar-
Raniry Banda Aceh, 2016.
1. Nilai pendidikan aqidah (keimanan), yang terkandung dalam surat Al-Waqi‟ah salah
satunya adalah kepercayaan tentang keniscayaan hari kiamat. Karena pada hari akhir seluruh
makhluk yang ada di dunia akan mendapatkan balasan yang akan diperhitungkan sesuai
dengan perbuatan yang dilakukan selama hidup di dunia.
2. Nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam surat Al-Waqi‟ah adalah tentang ejekan
dan cemoohan, dan sikap hidup berlebihlebihan, berfoya-foya, angkuh dan melupakan Allah
yang pemberi nikmat dan mengabaikannya. Sifat ini termasuk ke dalam akhlak tercela yaitu
suatu perbuatan yang tidak disukai Allah atau perbuatan yang tidak baik yang tidak
dibenarkan oleh Allah swt.
3. Nilai pendidikan ibadah yang terkandung dalam surat Al-Waqi‟ah adalah tentang
pembalasan bagi orang-orang yang mendapatkan nikmat, yang selalu melaksanakan perintah
Allah swt, dan meninggalkan larangan Allah.
4. Nilai pendidikan sosial yang terkandung dalam surat Al-Waqi‟ah adalah bahwa orang
yang selalu menjaga persatuan dan kesatuannya dalam hidup bermasyarakat, maka hidupnya
akan damai, dan bagi mereka yang selalu menjaga kesatuannya maka meraka akan
memperoleh kenikmatan di akhirat kelak.8
9.) Revitalisasi Hadis Da’if Pada Era Global (Studi Kasus Jama’ah Al-Waqi’ah di Cluwak,
Pati )
7
Muhammad Malik, “TIGA GOLONGAN MANUSIA DALAM SURAT AL- WÂQI ’ AH 1432 H . / 2011 M . TIGA
GOLONGAN MANUSIA DALAM SURAT AL- WÂQI ’ AH” 56 (2011).
8
NUR SATRIYAH, “NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM SURAT AL-WAQIAH,” Journal of Chemical Information and
Modeling 53, no. 9 (2017): 1689–99.
Sumber : Nurudin, Muhammad. "Revitalisasi Hadis Da'if Pada Era Global (Studi Kasus
Jama’ah Al-Waqi’ah di Cluwak, Pati)."
Revitalisasi hadis da’if perlu dilakuakan mengingat banyaknya praktek living hadis
yang muncul di masyarakat. Dalam berbagai praktek kehidupan banyak orang mengatakan
bahwa apa yang dilakukannya terinspirasi oleh hadis Nabi. Namun pada kenyataannya
kurang tepat, seperti menyakini hadis da’if sebagai sesuatu yang pasti adanya,
mempraktekkan ajaran Nabi secara kaku, serta munculnya periaku bid’ah dan khurafat.
Padahal manakala tepat emmaknai dan mensikapinya sesuatu budaya pastilah terinspirasi
oleh semangat sunnah Nabi. Misalnya jamaah yasinan, al-barzanji, Waqi’ah, PKK, Santunan
Sosial, LSM, dan lain-lain. Jama’ah Waqi’ah yang dikembagkan masyarakat hendaklah
terilhami oleh semangat mensyiarkan al-Qur’an, memahami kandunganya, mengamalkan
isinya, dan meningkatkan ukhuwwah Islamiyyah, serta mengharap rahmat dari Allah SWT.
Hal ini sangat bagus dilakukan oleh masingmasing anggota masyarakat, pada setiap
komunitas, sehingga akan terhindar dari pemahaman agama yang keliru dan sikap
radikalisme dalam beragama. Akibatnya muncul masyarakat yang santun dan berbudi pekerti
luhur serta berbudaya tinggi.9
Menurut Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhali tentang hukum menyentuh mushaf Al-Quran
adalah bahwa beliau membedakan kedudukan Al-Quran yang ada di langit dan Al-Quran
yang ada di bumi. Tetapi beliau sendiri tidak menjelaskan dalam tafsir nya bagaimana bentuk
atau perbedaan Al-Quran yang ada dilangit dan Al-Quran yang ada di bumi. jika itu Al-Quran
yang ada dilangit maka hanya akan disentuh oleh malaikat yang dijamin suci, sedangkan jika
itu Al-Quran yang ada di dunia maka hanya akan disentuh oleh orang-orang yang suci dari
hadas kecil dan hadas besar. Akan tetapi beliau lebih menekankan Al-Quran yang ada di
langit, karena dalam penafsiran beliau membahas tentang kata “Maknun” yang berarti
9
Muhammad Nurudin, “REVITALISASI HADIS DAIF PADA ERA GLOBAL ( Studi Kasus Jama ’ Ah Al-Waqi ’ Ah Di
Cluwak , Pati ),” Jurnal RIWAYAH Vol. 1, no. No. 2 (2015): Hlm. 385-406,
file:///C:/Users/User/Downloads/1810-5780-1-SM.pdf.
terpelihara dari tangan manusia, hal itu menyatakan bahwa yang dimaksud adalah Al-Quran
atau Mushaf yang ada disisi tuhan semesta alam. Selanjut nya didalam tafsir nya beliau juga
mengutip pendapat yang telah menjadi ijma‟ para ulama, salah satunya adalah ulama
Malikiyyah yang memperbolehkan bagi orang yang berhadas memegang mushaf untuk
keperluan proses belajar dan mengajar.
Menurut Syaikh Imam Al-Qurthubi dan Syaikh Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir
AthThabari tentang hukum menyentuh mushaf Al-Quran adalah mereka sepakat berpendapat
bahwa Al-Quran hanya akan disentuh oleh orang suci, akan tetapi AlKitab yang dimaksud
oleh Syaikh Imam Al-Qurthubi adalah Al-Kitab yang ada di tangan kita sedang Al-Kitab
menurut Syaikh Abu Ja‟far Ath-Thabari adalah Al-Kitab yang ada disisi tuhan.
DAFTAR PUSTAKA
10
NETY RUHAMA, “PERBANDINGAN PENDAPAT WABAH AZ-ZUHAILI DENGAN ULAMA TAFSIR LAINNYA
TENTANG HUKUM MENYENTUH MUSHAF AL-QURAN,” Nanotechnology 27, no. 9 (2019): 3505–15,
http://dx.doi.org/10.1016/j.cej.2014.10.020%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.apcatb.2013.08.019%0Ahttp://dx.
doi.org/10.1016/j.tsf.2016.12.015.
Lu’luil, Farah, Ahmad Zainuddin, Ahmad Zainuddinyudhartaacid, and Abstrak Penelitian.
“TRADISI PEMBACAAN SURAT AL- WAQI’AH (Kajian Living Qur’an Di Pondok
Pesantren Al-Hidayah II, Pasuruan) Farah Lu’luil M Dan Ahmad Zainuddin.”
Muhadasah, Jurnal Pendidikan Bahasa Arab, 2018, 62–85.
Nihayati. “Integrasi Nilai-Nilai Islam Dengan Materi Himpunan (Kajian Terhadap Ayat-Ayat
Al- Qur’an).” Jurnal Edumath 3, no. 1 (2017): 65–77. https://ejournal.stkipmpringsewu-
lpg.ac.id/index.php/edumath/article/download/285/175.
Nurudin, Muhammad. “REVITALISASI HADIS DAIF PADA ERA GLOBAL ( Studi Kasus
Jama ’ Ah Al-Waqi ’ Ah Di Cluwak , Pati ).” Jurnal RIWAYAH Vol. 1, no. No. 2
(2015): Hlm. 385-406. file:///C:/Users/User/Downloads/1810-5780-1-SM.pdf.
Rudianto, Juli Dwi. “Analisis Rutinan Pembacaan Surat Waqiah Setelah Shalat Subuh” 8, no.
1 (2014).
Surahmat, Surahmat. “Kritik Pemahaman Hadits Nabi Tentang Keutamaan Surah Al-
Waqi’ah.” INOVATIF: Jurnal Penelitian Pendidikan, Agama Dan Kebudayaan 1, no. 1
(2015): 66–88.
Ulumi, Abd Fatah. “Hadis Tentang Keutamaan Membaca Surat Al-Waqiah (Studi Ma’anil
Hadis),” 2009.