Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH

Dosen Pengampu :
Drs. Dr. R. Machmud Sugandi S.T., M.T

Oleh :
Offering D

Mohammad Nasrulloh J / NIM. 160523610915


Nanis Prima Dewi / NIM. 160523610824
Nisvi Asari / NIM. 160523610892
Nizard Maulana P.A / NIM. 160523610805

PROGRAM STUDI S1 – TEKNIK SIPIL


JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
MALANG
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan sebuah pengujian
dan menyelesaikannya dengan baik.

Laporan ini telah penulis susun dengan sistematis dan sebaik mungkin.
Hal ini bertujuan untuk memenuhi tugas Ilmu Mekanika Tanah.

Tidak lupa pula penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-


dalamnya kepada:

1. Drs. Dr . R. Machmud Sugandi S.T., M.T selaku dosen pengampu mata


kuliah Ilmu ukur Tanah yang senantiasa memberikan bimbingan dan
arahan dalam melakukan praktikum.
2. Penjaga laboratorium Ilmu ukur Tanah yang senantiasa melayani kami
dalam peminjaman alat
3. Seluruh teman-teman yang berkenan saling membantu menyelesikan
laporan praktikum mekanika tanah ini.

Demikian laporan Ilmu Ukur Tanah yang telah kami buat. Kami mohon
kritik dan sarannya apabila terdapat kekurangan dalam penyusunan laporan ini.
Semoga laporan Ilmu Ukur Tanah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
khususnya kami selaku penulis.

Malang , 13 Oktober 2017

Penulis
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari
cara-cara pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk
menentukan posisi relatif atau absolut titik-titik pada permukaan tanah ,
di atasnya atau di bawahnya, dalam memenuhi kebutuhan seperti
pemetaan dan penentuan posisi relatif suatu daerah.
Pengukuran adalah sebuah teknik pengambilan data yang dapat
memberikan nilai panjang, tinggi dan arah relatif dari sebuah obyek ke
obyek lainnya. Pengukuran terletak di antara ilmu geodesi dan ilmu
pemetaan. Hasil penelitian geodesi dipakai sebagai dasar referensi
pengukuran, kemudian hasil pengolahan data pengukuran adalah dasar
dari pembuatan peta.
Untuk melakukan sebuah pengukuran diperlukan perencanaan dan
persiapan terlebih dahulu agar hasil yang diperoleh dapat digunakan
secara efektif dengan waktu, biaya dan tenaga pengukuran yang efisien.
Pengukuran memerlukan alat ukur salah satunya yaitu theodolite.
Theodolite merupakan alat yang paling canggih di antara peralatan
yang digunakan dalam survei. Pada dasarnya alat ini berupa sebuah
teleskop yang ditempatkan pada suatu dasar berbentuk membulat
(piringan) yang dapat diputar-putar mengelilingi sumbu vertikal,
sehingga memungkinkan sudut horisontal untuk dibaca.
Pengukuran poligon sendiri bertujuan untuk menentukan letak titik
di atas permukaan bumi serta posisi relatif dari titik lainnya terhadap
suatu sistem koordinat tertentu yang dilakukan melalui pengukuran sudut
dan jarak serta dihitung terhadap referensi koordinat tertentu. Selanjutnya
posisi koordinat tersebut digunakan sebagai dasar untuk pemetaan situasi
topografi suatu daerah tertentu.

Dalam pengukuran ini digunakan pengukuran poligon tertutup.


Poligon tertutup adalah rangkaian titik-titik dimana pengukuran titik awal
dan titik akhirnya sama, artinya rangkaian pengukuran yang dilakukan
kembali ke titik mula-mula. Sehingga akan membentuk segi banyak.
Fungsi dari kembali ke titik awal adalah digunakan untuk mengkoreksi
besaran sudut pada tiap segi banyak tersebut. Poligon tertutup merupakan
model yang paling banyak digunakan di lapangan disamping hasil
pengukurannya juga cukup terkontrol.

2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk :
a. Mahasiswa dapat mengetahui dan mengoperasikan theodolite manual
dan theodolite digital.
b. Mahasiswa dapat mengetahui cara menghitung jarak, dan sudut.
c. Mahasiswa mengetahui cara poligon dimana serangkaian garis lurus
yang menghubungkan titik-titik yang terletak di permukaan bumi.
Prinsip kerja pengukuran poligon yaitu mencari sudut jurusan dan
jarak dari gabungan beberapa garis yang bersama-sama membentuk
kerangka dasar untuk keperluan pemetaan suatu daerah tertentu.
d. Mahasiswa dapat mengetahui hasil pengukuran pada suatu polygon.

3. Metode Praktikum
Metode yang dilakukan untuk kegiatan Praktikum Pengukuran dan
pembacaan azimuth adalah metode poligon tertutup. Metode poligon
tertutup adalah cara penentuan posisi horizontal banyak titik dimana titik
satu dengan lainnya dihubungkan satu sama lain dengan pengukuran
sudut dan jarak sehingga membentuk rangkaian titik-titik (poligon) segi
banyak yang menutup. Yang dimaksud menutup adalah apabila mulai
dari titik 1 kemudian ke titik 2 dan seterusnya akan kembali ke titik 1
lagi.

4. Tempat dan Waktu


Lokasi pengukuran di halaman depan Asrama Putri Universitas
Negeri Malang Jalan Semarang No. 5 Malang.
Waktu praktikum tanggal 10 November 2017 di mulai  dari pukul
7.30 s/d 10.30 WIB.
5. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
a. Pesawat Theodolite

Gambar 1. Pesawat Theodolite


b. Statif (Kaki Tiga)
Statif (kaki tiga) berfungsi sebagai penyangga theodolite dengan
ketiga kakinya dapat menyangga penempatan alat yang pada masing-
masing ujungnya runcing, agar masuk ke dalam tanah. Ketiga kaki
statif ini dapat diatur tinggi rendahnya sesuai dengan keadaan tanah
tempat alat itu berdiri. Seperti tampak pada gambar dibawah ini.

Gambar 2. Statif (Kaki Tiga)

c. Bak Ukur
Bak ukur mempunyai bentuk penampang segi empat panjang
yang berukuran  ± 3–4 cm, lebar ± 10 cm, panjang ± 300 cm. Ujung
atas dan bawahnya diberi sepatu besi. Bidang lebar dari bak ukur
dilengkapi dengan  ukuran milimeter dan diberi tanda pada bagian-
bagiannya dengan cat yang mencolok. Bak ukur diberi cat hitam dan
merah dengan dasar putih, maksudnya bila dilihat dari jauh tidak
menjadi silau. Bak ukur ini berfungsi untuk pembacaan pengukuran
tinggi tiap patok utama secara detail.

Gambar 3. Bak Ukur


d. Rol Meter
Rol meter terbuat dari fiberglass dengan panjang 30-50 m dan
dilengkapi tangkai untuk mengukur jarak antara patok yang satu
dengan patok yang lain.

Gambar 4. Rol Meter

e. Patok
Patok yang digunakan berupa kayu yang diatasnya diberikan
paku payung, berfungsi sebagai suatu tanda di lapangan untuk titik
utama dalam pengukuran.

Gambar 5. Patok

f. Alat Penunjang Lain


Alat penunjang lainnya seperti blangko data, kalkulator, alat
tulis lainnya, yang dipakai untuk memperlancar jalannya praktikum.

Gambar 6. Alat Penunjang Lain


B. Teori Dasar
1. Theodolite
Theodolite merupakan alat yang paling canggih di antara peralatan
yang digunakan dalam survei. Pada dasarnya alat ini berupa sebuah
teleskop yang ditempatkan pada suatu dasar berbentuk membulat
(piringan) yang dapat diputar-putar mengelilingi sumbu vertikal,
sehingga memungkinkan sudut horisontal untuk dibaca. Sudut tersebut
dapat dibaca dengan tingkat ketelitian sangat tinggi (Farrington, 1998).
Survei dengan menggunakan theodolite dilakukan bila situs yang
akan dipetakan luas dan atau cukup sulit untuk diukur, dan terutama bila
situs tersebut memiliki relief atau perbedaan ketinggian yang besar.
Dengan menggunakan alat ini, keseluruhan kenampakan atau gejala akan
dapat dipetakan dengan cepat dan efisien (Farrington, 1997).
Pengukuran-pengukuran dilakukan dengan maksud untuk
mendapatkan bayangan daripada keadaan lapangan, dengan menetukan
tempat titik-titik di atas permukaan bumi terhadap satu sama lainnya.
Untuk mendapatkan hubungan antara titik-titik itu, baik hubungan tegak
lurua, mendatar diperlukan sudut-sudut yang harus diukur dengan
menggunakan teodolite (Anonim, 2009).
Pada pengukuran terdapat dua jenis unsur pengukuran, yaitu jarak
dan sudut. Selanjutnya unsur jarak dapat dibagi dua pula, yaitu unsur
jarak mendatar (d) dan beda tinggi (∆h). Sedangkan unsur sudut dibagi
menjadi sudut sudut horizontal, vertical dan sudut jurusan. Sudut ini
berperan penting dalam kerangka dasar pemetaan yang datanya diperoleh
dari lapangan dengan alat yang dirancang sedemikian rupa konstruksinya
sesuai dengan ketelitian. Alat ini dikenal sebagai alat ukur ruang
(Theodolit). Sedangkan untuk mengukur beda tinggi antara dua titik atau
lebih dipermukaan bumi digunakan alat ukur penyipat datar (waterpass).
Untuk pengukuran jarak dari suatu titik ke titik lain dapat digunakan pita
ukur, waterpass dengan bantuan rambu ukur, atau dengan metoda
Tachymetri (Darfis, Irwan. 1995).
Pengukuran sudut Azimuth dapat diukur dengan bantuan kompas
yang ada pada pesawat theodolit (lihat gambar 8b.), metoda ini dapat
dilakukan dengan cara memposisikan kompas pada arah utara magnetis,
kemudian set 0 pada keadaan tersebut. Yang dibaca pada skala lingkaran
mendatar adalah suatu sudut yang dinamakan azimuth, dan karena
menggunakan ujung utara jarum magnit, dinamakan pula azimuth
magnetis. Azimuth adalah suatu sudut yang dimulai dari arah utara,
searah putaran jarum jam, dan diakhiri pada ujung obyektif garis bidik
atau garis yang dimaksud, dan yang besarnya sama dengan angka
pembacaan (Wongsotjitro, Soetomo. 1967).

2. Poligon Tertutup
Poligon tertutup adalah kerangka dasar pengukuran yang membentuk
poligon segi banyak yang menutup. Yang dimaksud menutup adalah
apabila mulai dari titik 1 kemudian ke titik 2 dan seterusnya akan
kembali ke titik 1 lagi. Sehingga akan membentuk segi banyak. Fungsi
dari kembali ke titik awal adalah digunakan untuk mengkoreksi besaran
sudut pada tiap segi banyak tersebut. 

Gambar 7. Poligon Tertutup

Pada gambar di atas terlihat semua sudut teratur namun pada


pengukuran di lapangan semua sudut mempunyai besaran yang berbeda-
beda. Pada prinsipnya yang perlu diingat adalah penentuan jumlah titik
poligon disesuaikan dengan kondisi lapangan. Misalkan yang diukur
lahan yang sangat luas maka membutuhkan banyak titik poligon.
Usahakan menggunakan sedikit titik poligon yang terpenting menutup.
Semakin banyak titik poligon maka tingkat kesalahan sudut semakin
besar.
Gambar di atas mempunyai segi 6 artinya apabila kita menghitung
jumlah keseluruhan sudut dalam bisa menggunakan rumus (n-2)x180.
Jumlah sudut dalam total = (6-2)x180 = 720 derajat. Hasil hitungan
tersebut adalah sudut apabila poligon tersebut benar-benar menutup. tapi
tahukah anda bahwa pengukuran di lapangan tidak bisa seperti itu.
biasanya ada sedikit kesalahan jumlah sudut dalam karena beberapa
faktor di lapangan. Misalkan saya bandingkan hasil pengukuran dari
lapangan sebelum dikoreksi didapat jumlah sudut dalam sebesar
720d54'43" (720 derajat 54 menit 43 detik). Maka hasil pengukuran saya
ini ada kesalahan atau kelebihan sudut sebesar 54'43". Maka yang harus
dikoreksi adalah sebesar 54'43" agar sudut dalam sesuai dengan hasil
rumus di atas. Selain untuk mengkoreksi sudut dalam, fungsi dari poligon
tertutup ini adalah untuk mengkoreksi elevasi. Misalkan saat kita mulai
pengukuran dari titik awal atau titik 1 dengan elevasi awal 100 m dari
permukaan laut. Maka saat kita kembali ketitik awal lagi setelah melalui
titik poligon 2,3,4,5, dan 6 harusnya elevasi akhir adalah 100 m juga.
apabila lebih atau kurang dari itu maka harus dikoreksi.

C. Langkah Praktikum
Langkah – langkah praktikum poligon tertutup sebagai berikut :
A. Mengatur Sumbu Tegak
Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengatur sumbu tegak
adalah sebagai berikut :
1. Usahakan agar nivo lingkaran mendatar sejajar dengan arah 2 sekrup
kaki statif.
2. Tengahkan posisi gelembung nivo dengan cara memutar kedua skrup
kaki statif secara bersamaan dengan arah yang berlawanan.
3. Setelah keadaan gelembung nivo berada di tengah maka putar
theodolit 90º, tengahkan posisi gelembung nivo dengan hanya
memutar skrup kaki statif yang ketiga
4. Kemudian kembalikan ke kedudukan semula (sejajar skrup kaki statif
1 dan 2).
5. Tengahkan kembali posisi nivo apabila gelembung nivo belum berada
ditengah.
6. Kemudian putar theodolit 180º, sehingga nivo berputar mengelilingi
sumbu tegak dalam kedudukan nivo yang sejajar dengan skrup kaki
kiap 1 dan 2.
7. Bila garis arah nivo tegak lurus dengan sumbu tegak, maka gelembung
nivo akan tetap berada ditengah.

B. Penyetelan Alat Theodolit


Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengatur sumbu tegak
adalah sebagai berikut:
1. Mendirikan statif sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan.
2. Pasang pesawat diatas kepala statif dengan mengikatkan landasan
peawat dan sekrup pengunci di kepala statif.
3. Stel nivo kotak dengan cara:
a. Putarlah sekrup A,B secara bersama-sama hingga gelembung nivo
bergeser kearah garis sekrup C. (lihat gambar 3a)
b. Putarlah sekrup c ke kiri atau ke kanan hingga gelembung nivo
bergeser ketengah (lihat gambar 3b).
c. Setel nivo tabung dengan sekrup penyetel nivo tabung.

Gambar 8. Setel Nivo Tabung


4. Bila penyetelan nivo tabung menggunakan tiga sekrup penyetel
(A,B,C), maka caranya adalah:
a. Putar teropong dan sejajarkan dengan dua sekrup A,B (lihat
gambar 4a).
b. Putarlah sekrup A, B masuk atau keluar secara bersama-sama,
hingga gelembung nivo bergeser ke tengah (lihat gambar 4a).
c. Putarlah teropong 90º ke arah garis sekrup C (lihat gambar 4b).
d. Putar sekrup C ke kiri atau ke kanan hingga gelembung nivo
bergeser ketengah.

Gambar 9. Setel Nivo Tabung

5. Periksalah kembali kedudukan gelembung nivo kotak dan nivo tabung


dengan cara memutar teropong ke segala arah. Bila ternyata posisi
gelembung nivo bergeser, maka ulangi beberapa kali lagi dengan cara
yang sama seperti langkah sebelumnya. penyetelan akan dianggap
benar apabila gelembung nivo kotak dan nivo tabung dapat di tengah-
tengah, meskipun teropong diputar ke segala arah.

C. Langkah Pengukuran
1. Siapkan catatan, daftar pengukuran dan buat sket lokasi areal yang
akan diukur.
2. Tentukan dan tancapkan patok pada titik-titik yang akan dibidik.
3. Dirikan pesawat di atas titik P1 dan lakukan penyetelan alat sampai
didapat kedataran.
4. Arahkan pesawat ke arah utara dan nolkan piringan sudut horizontal
dan kunci kembali dengan memutar sekrup piringan bawah.
5. Putar teropong dan arahkan teropong pesawat ke titik P2, baca dan
catat sudut horizontalnya yang sekaligus sebagai sudut azimuth.
Bacaan ini merupakan bacaan biasa untuk bacaan muka.
6. Dengan posisi pesawat tetap di titik P1, putar pesawat 180º searah
jarum jam, kemudian putar teropong 180º arah vertikal dan arahkan
teropong ke titik P2.
7. Lakukan pembacaan sudut horizontal. Bacaan ini merupakan bacaan
luar biasa untuk bacaan muka.
8. Putar teropong pesawat dan arahkan di titik P akhir dan lakukan
pembacaan sudut horizontal pada bacaan biasa dan luar biasa. Bacaan
ini merupakan bacaan belakang.
9. Dengan cara yang sama, lakukan pada titik-titik poligon berikutnya
hingga kembali lagi ke titik P1.
10. Lakukan pengukuran jarak antar titik dengan meteran.
11. Lakukan perhitungan sudut pengambilan, sudut azimuth dan koordinat
masing-masing titik.
12. Gambar hasil pengukuran dan perhitungan.

D. Data dan Pengolahan Data


Data hasil praktikum pengukuran poligon tertutup sebagai berikut :
α A = 292°37’00”
Titik A
Tinggi Pesawat = 153,3 cm
X = 0,00
Y = 0,00
BA = 159,4 cm
BT = 151,75 cm
BB = 144,1 cm
βA = 151°06’00”
Titik B
Tinggi Pesawat = 154 cm
BA = 168,9 cm
BT = 161,45 cm
BB = 154 cm
βB = 102°12’50”

Titik C
Tinggi Pesawat = 153,6 cm
BA = 166,9 cm
BT = 157,55 cm
BB = 148,2 cm
βC = 79°05’10”

Titik D
Tinggi Pesawat = 152,8 cm
BA = 148,9 cm
BT = 141,4 cm
BB = 133,9 cm
βD = 147°43’10”

Titik E
Tinggi Pesawat = 155,4 cm
BA = 165,5 cm
BT = 157,95 cm
BB = 150,4 cm
βE = 59°53’00”
E. Analisis Data
Mencari koordinat poligon dari data hasil praktikum pengukuran poligon
tertutup sebagai berikut :
Tabel 1. Perhitungan Koordinat Poligon
Jarak J sin α ( J cos α (
Titik β α X Y
(m) ∆X) ∆Y)
151°06’00 292°37’00 15,3 0,00 0,00
-14,12 5,88
” ”
A -02” +0,0174 -0,0174
151°05’58
-14,1026 5,8664

102°12’50 214°49’50 14,9 -14,1026 5,8664
-8,51 -12,23
” ”
B -02” +0,0169 -0,0132
102°12’48
-8,4931 -12,2432

79°05’10” 113°55’00 18,7 17,1 -7,58 -22,5957 -6,3768
C -02” +0,0213 -0,0165

79°05’08” 17,1213 -7,5965
147°43’10 81°38’10” 15 -5,4744 -13,9733
14,84 2,18

D -02” +0,0171 -0,0133
147°43’08
14,8571 2,1667

59°53’00” 321°31’10 15,1 -9,4 11,82 9,3827 -11,8066
E -02” +0,0173 -0,0134

59°52’58” -9,3827 11,8066
292°37’00 0,00 0,00
A

540°00’10 79
-0,09 0,07

∑ -10” +0,09 -0,07
540°00’00
0,00 0,00

Analisis Data
a. Mencari Jumlah Sudut β
Poligon tertutup ∑β = (n-2) 180
= (5-2) 180
= 540°
Dalam perhitungan ∑β = 540°00’10” jadi besar kesalahan = 10”.
Kesalahan maksimum untuk skala terkecil alat adalah 20” = 20” √5 =
44,72” (OK).
Kelebihan 10” dibagi pada lima sudut sehingga masing-masing
dikurangi 02”

b. Mencari sudut α
αA = 292°37’00” (Berlawanan jarum jam)
αA’ = 360°00’00” - αA = 360°00’00” - 292°37’00”
= 67°23’00”

αB’ = αA’ + 180° - βB = 67°23’00” + 180° - 102°12’50”


= 145°10’10”

αB = 360°00’00” - αB’ = 360°00’00” - 145°10’10”


= 214°49’50”

αC’ = αB’ + 180° - βC = 145°10’10” + 180° - 79°05’10”


= 246°05’00”

αC = 360°00’00” - αC’ = 360°00’00” - 246°05’00”


= 113°55’00”

αD’ = αC’ + 180° - βD = 246°05’00” + 180° - 147°43’10”


= 278°21’50”

αD = 360°00’00” – αD’ = 360°00’00” - 278°21’50”


= 81°38’10”

αE’ = αD’ + 180° - βE - 360 °


= 278°21’50” + 180° - 59°53’00” - 360°
= 38°28’50”
αE = 360°00’00” – αE’ = 360°00’00” - 38°28’50”
= 321°31’10”
c. Mencari Jarak
Jarak AB = (BA – BB x 100) = (159,4 – 144,1) x 100
= 1530 cm = 15,3 m

Jarak BC = (BA – BB x 100) = (168,9 – 154) x 100


= 1490 cm = 14,9 m

Jarak CD = (BA – BB x 100) = (166,9 – 148,2) x 100


= 1870 cm = 18,7 m

Jarak DE = (BA – BB x 100) = (148,9 – 133,9) x 100


= 1500 cm = 15 m

Jarak EA = (BA – BB x 100) = (165,5 – 150,4) x 100


= 1510 cm = 15,1 m

d. Mencari Harga
Poligon tertutup : ∑∆X = 0 Dalam perhitungan : ∑∆X = -0,009
∑∆Y = 0 ∑∆Y = 0,07

Kekurangan ditambahkan pada masing-masing ∆X dan ∆Y sebanding


dengan jaraknya (d).
 Harga ∆ X pada masing-masing Titik
15,3
∆XA = . 0,09 = 0,0174
79
14,9
∆XB = . 0,09 = 0,0169
79
18,7
∆XC = . 0,09 = 0,0213
79
15
∆XD = . 0,09 = 0,0171
79
15,1
∆XE = . 0,09 = 0,0173
79
 Harga ∆ Y pada masing-masing Titik
15,3
∆YA = . – 0,07 = -0,0136
79
14,9
∆YB = . – 0,07 = -0,0132
79
18,7
∆YC = . – 0,07 = -0,0165
79
15
∆YD = . – 0,07 = -0,0133
79
15,1
∆YE = . – 0,07 = -0,0134
79

e. Hasil Pengukuran Poligon Tertutup

Tabel 2. Hasil Pengukuran Poligon Tertutup


Absis Ordinat
Titik
(X) (Y)
A 0,00 0,00
B -14,1026 5,8664
C -22.5957 -6,3768
D -5,4744 -13,9733
E 9,3827 -11,8066

Gambar 10. Koordinat Poligon


F. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Dari hasil pratikum pengukuran profil memanjang, maka dapat
disimpulkan bahwa :
a. Pengukuran jarak pada polygon tertutup ditandai dengan bertemunya
titik penembakan terakhir dengan titik penembakan pertama.
b. Hasil pengukuran di lapang pada A mempunyai jarak 15,3 m dengan
koordinat (0.00 , 0.00), pada titik B mempunyai jarak 14,9 m dengan
koordinat (-14.1026 , 5.8664), pada titik C mempunyai jarak 18,7 m
dengan koordinat (-22.5957 , -6.3768). pada titik D mempunyai jarak
15 m dengan koordinat (-5.4744 , -13.9733) dan pada titik E
mempunyai jarak 15,1 m dengan koordinat (9.3827 , -11.8066).
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi korelasi perhitungan adalah ketidak
akuratan dalam pengamatan

2. Saran
a. Dalam melakukan praktikum sebaiknya dilakukan seteliti mungkin
agar nilai yang dihasilkan lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Basuki, S. 2006. Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta: Jurusan Geodesi Universitas


Gajah Mada
Batara, Y. D. Ilmu Ukur Tanah. Banjarmasin: Jurusan Teknik Geodesi Politeknik
Negeri Banjarmasin
Gen, Ano. 2010. “Laporan Ilmu Ukur Tanah”. diakses dari http://blog-
thiwix.blogspot.co.id/2010/12/laporan-ilmu-ukur-tanah.html
Riani, Lindar. 2015. “Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah”. diakses dari
https://plus.google.com/106972243587275325230/posts/dfTxGe27gXp
Universitas Negeri Malang. 2011. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang:
UM Press

Anda mungkin juga menyukai