Dilla Rapika, Hafsah Salsabila, Monika Lintang, Sri Lestari, dan Baskoro Adi
Prayitno
Pendidikan Biologi, Fakultas Pendidikan dan Ilmu Keguruan, Universitas Sebelas
Jl. Ir. Sutami No.36A, Jebres, Kota Surakarta, Jawa Tengah
e-mail: dillarapikas@student.uns.ac.id, hafsahsalsabila@student.uns.ac.id,
monikalintanglaksmi@gmail.com, sriilestarii53@student.uns.ac.id,
baskoro_ap@uns.ac.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil keterampilan berpikir kreatif siswa di salah satu SMP Negeri di
Surakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Populasi penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas VII dan VIII di salah satu SMP Negeri di Surakarta. Teknik sampling menggunakan
stratified random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 50 siswa. Keterampilan berpikir kreatif diukur
menggunakan tes tertulis yang dikembangkan oleh Dian Purnama Sari (2017). Indikator keterampilan berpikir
kreatif yang diukur meliputi kelancaran, keluwesan, keaslian, dan keterincian. Teknik analisis data menggunakan
statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan keterampilan berpikir siswa secara umum dalam kategori cukup
kreatif, dengan capaian indikator kelancaran sebesar 1,4, keluwesan sebesar 1, keaslian sebesar 1,6, dan keterincian
sebesar 1.
Kata Kunci—Berpikir, Biologi, Kreatif, Kreativitas, Siswa SMP.
Abstract
This study aims to determine the creativity students in one of the State Junior High School (JHS) in Surakarta. The
method used in this research is descriptive method. The population in this study is all students of class VII and VIII
SMP. The sampling technique uses stratified random sampling with the number of samples are 50 students. Creative
thinking skills using written tests which developed by Dian Purnaman Sari (2017). Creative indicators consisting of
fluency, flexibility, authenticity and detail. Data analysis techniques use descriptive statistics. The results showed
that the level creativity of student in creative enough category, with level of fluency: 1,4, flexibility: 1, authenticity:
1,6, and detail: 1.
Keywords: Biology, Creative, Creativity, Junior High School Students, Thinking.
I. PENDAHULUAN
Setiap manusia pada dasarnya adalah makhluk kemampuan kreatif seseorang ialah melalui
kreatif. Istilah kreatif dan kreativitas kerap pendidikan. Pendapat ahli menyatakan bahwa
digunakan beriringan. Kreativitas merupakan 67% dari kemampuan kreativitas seseorang
hasil dari berpikir kreatif. Kreativitas adalah hasil diperoleh melalui pendidikan, 33% sisanya
dari interaksi antara individu dan lingkungannya berasal dari genetik. Guru dapat membuat peserta
(Munandar, 2009). Seseorang mempengaruhi dan didik berani berpikir kreatif. Simonton
dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia berada, menyatakan bahwa “Great thinkers tends to have
dengan demikian baik peubah di dalam individu great teacher”. Pernyataan ini mengandung arti
maupun di dalam lingkungan dapat menunjang bahwa betapa besarnya peran guru dalam
atau dapat menghambat upaya kreatif. Upaya perkembangan kreativitas anak didiknya (Noer,
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan 2009). Seseorang yang memiliki kemampuan
BIOSFER, J.Bio. & Pend.Bio. Vol.1, No.1, Desember 2016 ISSN: xxxx xxx
berpikir kreatif tinggi dapat menghadapi elaboration (penguraian) (Putra, Rinanto,
tantangan masa depan dalam era globalisasi dan Dwiastuti, & Irfa, 2016).
canggihnya teknologi serta komunikasi. Selain Menurut National Advisory Committees UK
itu kemampuan berpikir kreaitf dapat menjadi (1999), bahwa kreativitas memiliki empat
bekal dalam menghadapi persoalan-persoalan karakteristik, yaitu: (1) berfikir dan bertindak
dalam kehidupan (Liliawati, 2011). secara imajinatif, (2) seluruh aktivitas imajinatif
Di Indonesia, kurikulum pendidikan yang saat itu memiliki tujuan yang jelas; (3) melalui suatu
ini digunakan adalah Kurikulum 2013. proses yang dapat melahirkan sesuatu yang
Kurikulum 2013 merupakan perkembangan dari orisinal; dan (4) hasilnya harus dapat
KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). memberikan nilai tambah. Keempat karakteristik
Adanya perubahan pada kurikulum yang berlaku tersebut merupakan satu kesatuan yang akan
akan memberikan perubahan terhadap semua bermakna ketika semua karakter tersebut dimiliki
penyelenggara pendidikan, terutama guru dan seseorang.
siswa. Pada Kurikulum 2013, siswa dituntut Siswono mengungkapkan bahwa Tingkat
untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran dan Kemampuan Berpikir Kreatif (TKBK) yaitu,
guru sebagai fasilitator. Kurikulum 2013 Tingkat ke-4 (sangat kreatif): siswa mampu
menginginkan siswa kreatif, inovatif dan menunjukkan kefasihan, fleksibilitas, dan
produktif. kebaruan atau kebaruan dan fleksibilitas dalam
Kegiatan pembelajaran selama ini masih memecahkan masalah, Tingkat ke-3 (kreatif):
berupa pemberian tugas terstruktur dari guru siswa mampu menunjukkan kefasihan dan
sehingga siswa tidak dapat mengembangkan kebaruan atau kefasihan dan fleksibilitas dalam
idenya karena jawaban dari tugas tersebut memecahkan masalah, Tingkat ke-2 (cukup
terkesan kaku. Kegiatan pembelajaran kurang kreatif): siswa mampu menunjukkan kebaruan
memfasilitasi siswa untuk mengembangkan atau fleksibilitas dalam memecahkan masalah,
keterampilan berpikirnya. Permasalahan tersebut Tingkat ke-1 (kurang kreatif), siswa mampu
dapat diselesaikan salah satunya dengan cara menunjukkan kefasihan dalam memecahkan
melibatkan siswa untuk lebih aktif dalam masalah, dan Tingkat ke-0 (tidak kreatif), siswa
pembelajaran. Adanya kurikulum 2013 ini, siswa tidak mampu menunjukkan ketiga aspek
dapat melakukan proses pemikiran secara indikator berpikir kreatif (Lisliana et al., 2016).
divergen dan imajinatif. Siswa dapat mengajukan Tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa
pertanyaan/permasalahan terbuka yang dapat SMP di Surakarta pada mata pelajaran
menimbulkan minat dan rasa ingin tahu. matematika berada pada tingkat 2 yaitu dalam
Penerapan cara ini membuat kemampuan berpikir kategori cukup kreatif (Machromah, Riyadi, &
kreatif berkembang dan mewujudkan kreativitas Usodo, 2015). Apabila kemampuan kreatif sudah
siswa. Pertanyaan atau permasalahan yang tumbuh maka siswa diharapkan mampu
diajukan tentunya harus dirancang sedemikian mengembangkan kreativitasnya. Siswa perlu
rupa sehingga siswa dapat terlibat di dalamnya diberi kesempatan beraktifitas secara kreatif dan
(Liliawati, 2011). guru hendaknya dapat merangsang siswa untuk
Keterampilan berpikir kreatif adalah melibatkan dirinya dalam kegiatan kreatif. Guru
keterampilan kognitif untuk memunculkan dan perlu mengusahakan sarana dan prasarana yang
mengembangkan gagasan baru, ide baru sebagai diperlukan. Hal yang dapat dilakukan adalah
pengembangan dari ide yang telah lahir memberi kebebasan kepada siswa untuk
sebelumnya dan keterampilan untuk mengekspresikan dirinya secara kreatif, tanpa
memecahkan masalah secara divergen (dari merugikan orang lain atau lingkungan. Agar
berbagai sudut pandang). Keterampilan berfikir dapat mengajarkan kreativitas, guru harus kreatif
kreatif mencakup empat aspek yaitu: (1) fluency dalam merencanakan cara mengajar, cara
(berpikir lancar), (2) flexibility (berpikir luwes), memberi tugas, cara menilai dan sebagainya.
(3) originality (orisinalitas berpikir), (4)
BIOSFER, J.Bio. & Pend.Bio. Vol.1, No.1, Desember 2016 ISSN: xxxx xxx
II. METODE PENELITIAN kreatif yaitu kelancaran, keluwesan, keaslian, dan
kerincian. Kemudian skor diolah dalam bentuk
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif nilai dengan rentang 0 – 100. Rumus pengolahan
dengan pendekatan kuantitatif untuk skor menjadi nilai sebagai berikut:
mendeskripsikan profil berpikir kreatif siswa
salah satu SMP Negeri di Surakarta. Penelitian ini 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 = × 100
dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟
2017/2018 di kelas VII dan VIII salah satu SMP
Negeri di Surakarta. Populasi dalam penelitian ini Nilai yang diperoleh setiap siswa
adalah siswa kelas VII dan VIII salah satu SMP kemudian dikelompokkan menjadi lima
Negeri di Surakarta dengan rata-rata 25 siswa tiap tingkatan kreativitas berdasarkan Siswono
kelas. Teknik pengambilan sampel dalam (2008) :
penelitian ini adalah stratified random sampling,
Tabel 1.
yaitu teknik pengambilan data dengan Tingkatan Kreativitas Siswa
memperhatikan pertimbangan tertentu seperti Tingkat Kategori Interval
penggolongan atau pengelompokan populasi Tingkat 4 (Sangat Kreatif) Skor : 76 – 100
menurut karakteristik tertentu. sampel penelitian Tingkat 3 (Kreatif) Skor : 51 – 75
Tingkat 2 (Cukup Kreatif) Skor : 26 – 50
diambil sejumlah 24 siswa dari kelas VII dan 26 Tingkat 1 (Kurang Kreatif) Skor : 1 – 25
siswa dari kelas VIII SMP. Tingkat 0 (Tidak Kreatif) Skor : 0