Anda di halaman 1dari 8

BIOSFER, J.Bio. & Pend.Bio. Vol.1, No.

1, Desember 2016 ISSN: xxxx xxx

Profil Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa di Salah Satu SMP


Negeri Surakarta

Dilla Rapika, Hafsah Salsabila, Monika Lintang, Sri Lestari, dan Baskoro Adi
Prayitno
Pendidikan Biologi, Fakultas Pendidikan dan Ilmu Keguruan, Universitas Sebelas
Jl. Ir. Sutami No.36A, Jebres, Kota Surakarta, Jawa Tengah
e-mail: dillarapikas@student.uns.ac.id, hafsahsalsabila@student.uns.ac.id,
monikalintanglaksmi@gmail.com, sriilestarii53@student.uns.ac.id,
baskoro_ap@uns.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil keterampilan berpikir kreatif siswa di salah satu SMP Negeri di
Surakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Populasi penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas VII dan VIII di salah satu SMP Negeri di Surakarta. Teknik sampling menggunakan
stratified random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 50 siswa. Keterampilan berpikir kreatif diukur
menggunakan tes tertulis yang dikembangkan oleh Dian Purnama Sari (2017). Indikator keterampilan berpikir
kreatif yang diukur meliputi kelancaran, keluwesan, keaslian, dan keterincian. Teknik analisis data menggunakan
statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan keterampilan berpikir siswa secara umum dalam kategori cukup
kreatif, dengan capaian indikator kelancaran sebesar 1,4, keluwesan sebesar 1, keaslian sebesar 1,6, dan keterincian
sebesar 1.
Kata Kunci—Berpikir, Biologi, Kreatif, Kreativitas, Siswa SMP.
Abstract
This study aims to determine the creativity students in one of the State Junior High School (JHS) in Surakarta. The
method used in this research is descriptive method. The population in this study is all students of class VII and VIII
SMP. The sampling technique uses stratified random sampling with the number of samples are 50 students. Creative
thinking skills using written tests which developed by Dian Purnaman Sari (2017). Creative indicators consisting of
fluency, flexibility, authenticity and detail. Data analysis techniques use descriptive statistics. The results showed
that the level creativity of student in creative enough category, with level of fluency: 1,4, flexibility: 1, authenticity:
1,6, and detail: 1.
Keywords: Biology, Creative, Creativity, Junior High School Students, Thinking.

I. PENDAHULUAN

Setiap manusia pada dasarnya adalah makhluk kemampuan kreatif seseorang ialah melalui
kreatif. Istilah kreatif dan kreativitas kerap pendidikan. Pendapat ahli menyatakan bahwa
digunakan beriringan. Kreativitas merupakan 67% dari kemampuan kreativitas seseorang
hasil dari berpikir kreatif. Kreativitas adalah hasil diperoleh melalui pendidikan, 33% sisanya
dari interaksi antara individu dan lingkungannya berasal dari genetik. Guru dapat membuat peserta
(Munandar, 2009). Seseorang mempengaruhi dan didik berani berpikir kreatif. Simonton
dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia berada, menyatakan bahwa “Great thinkers tends to have
dengan demikian baik peubah di dalam individu great teacher”. Pernyataan ini mengandung arti
maupun di dalam lingkungan dapat menunjang bahwa betapa besarnya peran guru dalam
atau dapat menghambat upaya kreatif. Upaya perkembangan kreativitas anak didiknya (Noer,
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan 2009). Seseorang yang memiliki kemampuan
BIOSFER, J.Bio. & Pend.Bio. Vol.1, No.1, Desember 2016 ISSN: xxxx xxx
berpikir kreatif tinggi dapat menghadapi elaboration (penguraian) (Putra, Rinanto,
tantangan masa depan dalam era globalisasi dan Dwiastuti, & Irfa, 2016).
canggihnya teknologi serta komunikasi. Selain Menurut National Advisory Committees UK
itu kemampuan berpikir kreaitf dapat menjadi (1999), bahwa kreativitas memiliki empat
bekal dalam menghadapi persoalan-persoalan karakteristik, yaitu: (1) berfikir dan bertindak
dalam kehidupan (Liliawati, 2011). secara imajinatif, (2) seluruh aktivitas imajinatif
Di Indonesia, kurikulum pendidikan yang saat itu memiliki tujuan yang jelas; (3) melalui suatu
ini digunakan adalah Kurikulum 2013. proses yang dapat melahirkan sesuatu yang
Kurikulum 2013 merupakan perkembangan dari orisinal; dan (4) hasilnya harus dapat
KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). memberikan nilai tambah. Keempat karakteristik
Adanya perubahan pada kurikulum yang berlaku tersebut merupakan satu kesatuan yang akan
akan memberikan perubahan terhadap semua bermakna ketika semua karakter tersebut dimiliki
penyelenggara pendidikan, terutama guru dan seseorang.
siswa. Pada Kurikulum 2013, siswa dituntut Siswono mengungkapkan bahwa Tingkat
untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran dan Kemampuan Berpikir Kreatif (TKBK) yaitu,
guru sebagai fasilitator. Kurikulum 2013 Tingkat ke-4 (sangat kreatif): siswa mampu
menginginkan siswa kreatif, inovatif dan menunjukkan kefasihan, fleksibilitas, dan
produktif. kebaruan atau kebaruan dan fleksibilitas dalam
Kegiatan pembelajaran selama ini masih memecahkan masalah, Tingkat ke-3 (kreatif):
berupa pemberian tugas terstruktur dari guru siswa mampu menunjukkan kefasihan dan
sehingga siswa tidak dapat mengembangkan kebaruan atau kefasihan dan fleksibilitas dalam
idenya karena jawaban dari tugas tersebut memecahkan masalah, Tingkat ke-2 (cukup
terkesan kaku. Kegiatan pembelajaran kurang kreatif): siswa mampu menunjukkan kebaruan
memfasilitasi siswa untuk mengembangkan atau fleksibilitas dalam memecahkan masalah,
keterampilan berpikirnya. Permasalahan tersebut Tingkat ke-1 (kurang kreatif), siswa mampu
dapat diselesaikan salah satunya dengan cara menunjukkan kefasihan dalam memecahkan
melibatkan siswa untuk lebih aktif dalam masalah, dan Tingkat ke-0 (tidak kreatif), siswa
pembelajaran. Adanya kurikulum 2013 ini, siswa tidak mampu menunjukkan ketiga aspek
dapat melakukan proses pemikiran secara indikator berpikir kreatif (Lisliana et al., 2016).
divergen dan imajinatif. Siswa dapat mengajukan Tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa
pertanyaan/permasalahan terbuka yang dapat SMP di Surakarta pada mata pelajaran
menimbulkan minat dan rasa ingin tahu. matematika berada pada tingkat 2 yaitu dalam
Penerapan cara ini membuat kemampuan berpikir kategori cukup kreatif (Machromah, Riyadi, &
kreatif berkembang dan mewujudkan kreativitas Usodo, 2015). Apabila kemampuan kreatif sudah
siswa. Pertanyaan atau permasalahan yang tumbuh maka siswa diharapkan mampu
diajukan tentunya harus dirancang sedemikian mengembangkan kreativitasnya. Siswa perlu
rupa sehingga siswa dapat terlibat di dalamnya diberi kesempatan beraktifitas secara kreatif dan
(Liliawati, 2011). guru hendaknya dapat merangsang siswa untuk
Keterampilan berpikir kreatif adalah melibatkan dirinya dalam kegiatan kreatif. Guru
keterampilan kognitif untuk memunculkan dan perlu mengusahakan sarana dan prasarana yang
mengembangkan gagasan baru, ide baru sebagai diperlukan. Hal yang dapat dilakukan adalah
pengembangan dari ide yang telah lahir memberi kebebasan kepada siswa untuk
sebelumnya dan keterampilan untuk mengekspresikan dirinya secara kreatif, tanpa
memecahkan masalah secara divergen (dari merugikan orang lain atau lingkungan. Agar
berbagai sudut pandang). Keterampilan berfikir dapat mengajarkan kreativitas, guru harus kreatif
kreatif mencakup empat aspek yaitu: (1) fluency dalam merencanakan cara mengajar, cara
(berpikir lancar), (2) flexibility (berpikir luwes), memberi tugas, cara menilai dan sebagainya.
(3) originality (orisinalitas berpikir), (4)
BIOSFER, J.Bio. & Pend.Bio. Vol.1, No.1, Desember 2016 ISSN: xxxx xxx
II. METODE PENELITIAN kreatif yaitu kelancaran, keluwesan, keaslian, dan
kerincian. Kemudian skor diolah dalam bentuk
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif nilai dengan rentang 0 – 100. Rumus pengolahan
dengan pendekatan kuantitatif untuk skor menjadi nilai sebagai berikut:
mendeskripsikan profil berpikir kreatif siswa
salah satu SMP Negeri di Surakarta. Penelitian ini 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 = × 100
dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟
2017/2018 di kelas VII dan VIII salah satu SMP
Negeri di Surakarta. Populasi dalam penelitian ini Nilai yang diperoleh setiap siswa
adalah siswa kelas VII dan VIII salah satu SMP kemudian dikelompokkan menjadi lima
Negeri di Surakarta dengan rata-rata 25 siswa tiap tingkatan kreativitas berdasarkan Siswono
kelas. Teknik pengambilan sampel dalam (2008) :
penelitian ini adalah stratified random sampling,
Tabel 1.
yaitu teknik pengambilan data dengan Tingkatan Kreativitas Siswa
memperhatikan pertimbangan tertentu seperti Tingkat Kategori Interval
penggolongan atau pengelompokan populasi Tingkat 4 (Sangat Kreatif) Skor : 76 – 100
menurut karakteristik tertentu. sampel penelitian Tingkat 3 (Kreatif) Skor : 51 – 75
Tingkat 2 (Cukup Kreatif) Skor : 26 – 50
diambil sejumlah 24 siswa dari kelas VII dan 26 Tingkat 1 (Kurang Kreatif) Skor : 1 – 25
siswa dari kelas VIII SMP. Tingkat 0 (Tidak Kreatif) Skor : 0

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini


adalah teknik pengukuran berupa tes tertulis (tes III. HASIL DAN PEMBAHASAN
kemampuan berpikir kreatif untuk aspek analisis)
Tabel 2.
berbentuk uraian yang dikembangkan oleh Dian Hasil Rata-Rata Tingkatan Berpikir Kreatif Per Indikator
Purnama Sari (2017) yang telah teruji validitas Salah Satu SMP Negeri di Surakarta
dan reliabilitasnya. Indikator kemampuan
berpikir kreatif yang diukur meliputi keaslian, Indikator Nilai Rata-Rata
Kelancaran 1,4
keluwesan, kelancaran dan keterincian. Keluwesan 1
Keaslian 1,6
Data diperoleh dari hasil tes tertulis berupa Keterincian 1
pilihan ganda 4 soal. Waktu pengerjaan soal
selama 30 menit dengan aturan siswa Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa
mengerjakan secara mandiri di kelas dan diawasi perolehan nilai rata-rata siswa salah satu SMP
oleh peneliti. Negeri di Surakarta pada indikator kelancaran
sebesar 1,4 yang berada pada kategori kurang,
Teknik analisis data yang dilakukan yaitu
indikator keluwesan sebesar 1 yang berada pada
statistik deskriptif berdasarkan tingkat berpikir
kategori rendah, indikator keaslian sebesar 1,6
kreatif secara umum dan indikator berpikir kreatif
yaitu kelancaran, keluwesan, keaslian, dan yang berada pada kategori kurang, dan indikator
kerincian. Teknik analisis data melalui tiga tahap. keterincian sebesar 1 yang berada pada kategori
Tahap pertama adalah mengelompokkan tingkat rendah.
berpikir siswa berdasarkan jawaban siswa dan Hasil nilai rata-rata siswa per indikator
indikator keterampilan berpikir kreatf. Tahap tersebut dapat dirinci berdasarkan tingkatan
keuda adalah rekapitulasi nilai dan presentase kelasnya seperti tabel di bawah ini:
tingkat berpikir kreatif siswa. Tahap terakhir
adalah analisis tingkat berpikir siswa SMP salah Tabel 3.
Hasil Rata-Rata Tingkatan Berpikir Kreatif Siswa Kelas VII
satu SMP Negeri di Surakarta. Per Indikator

Penilaian hasil tes dilakukan dengan rentang Indikator Nilai Rata-Rata


skor 0 – 4, dengan jumlah total soal 4 nomor yang Kelancaran 1
masing-masing mengacu pada indicator berpikir Keluwesan 0,95
Keaslian 2,5
BIOSFER, J.Bio. & Pend.Bio. Vol.1, No.1, Desember 2016 ISSN: xxxx xxx
Keterincian 0,95 Sangat Kreatif 0%
Kreatif 4,16%
Cukup Kreatif 75%
Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa Kurang Kreatif 16,68%
perolehan nilai rata-rata siswa kelas VII pada Tidak Kreatif 4,16%
indikator kelancaran sebesar 1 yang berada pada Jumlah 100%
kategori rendah, indikator keluwesan sebesar
0,95 yang berada pada kategori rendah, indikator Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa
keaslian sebesar 2,5 yang berada pada kategori tingkat berpikir kreatif siswa kelas VII salah satu
sedang, dan indikator keterincian sebesar 0,95 SMP Negeri di Surakarta pada kategori sangat
yang berada pada kategori rendah. kreatif sebesar 0%, pada kategori kreatif sebesar
4,16%, pada kategori cukup kreatif sebesar 75%,
Tabel 4. pada kategori kurang kreatif sebesar 16,68%, dan
Hasil Rata-Rata Tingkatan Berpikir Kreatif Siswa Kelas VIII
Per Indikator
pada kategori tidak kreatif sebesar 4,16%.
Indikator Nilai Rata-Rata Berdasarkan hasil perhitungan tersebut
Kelancaran 1,8 diperoleh bahwa rata-rata siswa kelas VII salah
Keluwesan 1,2 satu SMP Negeri di Surakarta berada pada
Keaslian 0,6
Keterincian 1,2 kategori cukup kreatif dengan presentase 75%
atau sebanyak 18 siswa dari 24 siswa.
Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa
Tabel 7.
perolehan nilai rata-rata siswa kelas VIII pada Presentase Berpikir Kreatif Siswa Kelas VII
indikator kelancaran sebesar 1,8 yang berada Kategori Presentase
pada kategori kurang, indikator keluwesan Sangat Kreatif 3,9%
Kreatif 11,5%
sebesar 1,2 yang berada pada kategori kurang,
Cukup Kreatif 34,6%
indikator keaslian sebesar 0,6 yang berada pada Kurang Kreatif 50%
kategori rendah, dan indikator keterincian sebesar Tidak Kreatif 0%
1,2 yang berada pada kategori kurang. Jumlah 100%

Tabel 5. Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui bahwa


Presentase Berpikir Kreatif Salah Satu SMP Negeri di tingkat berpikir kreatif siswa kelas VIII salah satu
Surakarta
Kategori Presentase
SMP Negeri di Surakarta pada kategori sangat
Sangat Kreatif 2% kreatif sebesar 3,9%, pada kategori kreatif
Kreatif 8% sebesar 11,5%, pada kategori cukup kreatif
Cukup Kreatif 54% sebesar 34,6%, pada kategori kurang kreatif
Kurang Kreatif 34%
Tidak Kreatif 2% sebesar 50%, dan pada kategori tidak kreatif
Jumlah 100% sebesar 0%.
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut
Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa tingkat diperoleh bahwa rata-rata siswa kelas VIII salah
berpikir kreatif siswa salah satu SMP Negeri di satu SMP Negeri di Surakarta berada pada
Surakarta pada kategori sangat kreatif sebesar kategori kurang kreatif dengan presentase 75%
2%, pada kategori kreatif sebesar 8%, pada atau sebanyak 13 siswa dari 26 siswa.
kategori cukup kreatif sebesar 54%, pada kategori Berdasarkan hasil tes yang diperoleh
kurang kreatif sebesar 34%, dan pada kategori menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang
tidak kreatif sebesar 2%. Rata-rata tingkat signifikan antara tingkat berpikir kreatif siswa
berpikir kreatif siswa salah satu SMP Negeri di kelas VII dengan siswa kelas VIII. Hasil
Surakarta berada pada kategori cukup kreatif. menunjukkan bahwa rata-rata tingkat berpikir
kreatif siswa kelas VII berada pada kategori
Tabel 6. cukup kreatif sedangkan siswa kelas VIII kurang
Presentase Berpikir Kreatif Siswa Kelas VII
kreatif.
Kategori Presentase
BIOSFER, J.Bio. & Pend.Bio. Vol.1, No.1, Desember 2016 ISSN: xxxx xxx
Perbedaan tingkat kreativitas disebabkan Siswa dengan hasil belajar kognitif tinggi
beberapa faktor yang dapat dibagi menjadi dua mampu mengingat fakta-fakta, rumus,
garis besar yaitu faktor dari dalam diri siswa pengertian dalam materi pembelajaran serta
(faktor internal) dan faktor dari luar diri siswa mampu mengaplikasikan teori dalam
(faktor eksternal): kehidupan sehari-hari (Okyranida, Suparmi,
A. Faktor Internal & Nonoh Siti Aminah, 2017).
Faktor internal yang mempengaruhi Gaya kognitif individu merupakan cara
keterampilan berpikir kreatif siswa adalah penerimaan, pengorganisasian, pemrosesan,
sebagai berikut: dan penggambaran informasi seseorang.
1) Jenis kelamin Gaya kognitif individu dibedakan menjadi
Tingkat kreativitas seseorang dapat juga dua, yaitu gaya kognitif impulsif dan
dipengaruhi oleh jenis kelamin. Anak laki- reflektif. Karakteristik anak bergaya kognitif
laki cenderung memiliki keterampilan impulsif adalah cepat mereson sesuatu tanpa
berpikir lebih baik dibandingkan anak mencermati terlebih dahulu sehingga
perempuan terutama ketika masa berlalunya jawaban cendering salah, sedangkan
kanak-kanak. Anak laki-laki biasanya karakeristik anak bergaya kognitif reflektif
dituntut untuk lebih mandiri dan dituntut adalah mempertimbangkan banyak alternatif
untuk mengambil keputusan yang orisinil solusi sebelum merespon sehingga jawaban
dibandingkan anak perempuan sehingga cenderung benar. anak bergaya kognitif
tingkat kreativitas anak laki-laki lebih baik impulsif memiliki keterampilan kreatif
dibandingkan dengan anak perempuan rendah sedangkan anak bergaya kognitif
(Hurlock, 1990), namun jenis kelamin ini reflektif memeiliki keterampilan kreatif
tidak mempengaruhi kreativitas secara tinggi (Khamida, Edy Bambang Irawan, &
signifikan karena ada faktor lain yang Hery Susanto, 2017)
dipertimbangkan (Okyranida, Suparmi, &
Nonoh Siti Aminah, 2017) 4) Hasil psikomotor individu
Siswa dengan hasil psikomotor tinggi
2) Umur mampu merancang, mendesain,
Umur mempengaruhi kreativitas anak mengombinasikan dan membuat
dalam hal bahasa, menggambar dan penyelesaian baik pada ekperimen ataupun
kepribadian (Okyranida, Suparmi, & Nonoh pembuatan proyek Hasil psikomotor
Siti Aminah, 2017). Imajinasi, rasa ingin individu berbanding lurus dengan
tahu, kemandirian, menjalankan resiko, dan keterampilan kreatif sehingga siswa dengan
menjalankan komitmen tugas (Okyranida, hasil psikomotor tinggi memiliki
Suparmi, & Nonoh Siti Aminah, 2017). keterampilan kreatif yang tinggi (Okyranida,
Semakin tinggi umur seseorang maka Suparmi, & Nonoh Siti Aminah, 2017)
semakin tinggi pula kemandirian,
menjalankan resiko dan menjalankan B. Faktor Eksternal
komitmen tugas. Namun, umur hanya Sedangkan faktor eksternal yang
mempengaruhi kreativitas anak dalam hal mempengarui keterampilan berpikir kreatif
bahasa, menggambar dan kepribadian siswa adalah sebagai berikut:
sedangkan dalam penelitian ini kreativitas 1) Model / strategi / pendekatan
yang kami ujikan berupa tes tertulis dengan pembelajaran
pilihan ganda tanpa memasukkan indikator Model pembelajaran dapat
menggambar dan kepribadian. mempengaruhi tingkat kreativitas siswa.
Siswa yang diajar dengan menggunakan
3) Hasil belajar kognitif dan gaya kognitif pendekatan student center cenderung
individu memiliki ktingkat kreativitas yang lebih
BIOSFER, J.Bio. & Pend.Bio. Vol.1, No.1, Desember 2016 ISSN: xxxx xxx
tinggi dibandingkan siswa yang dijarkan berpikir siswa secara umum dalam kategori
dengan pendekatan teacher center. cukup kreatif, dengan capaian indikator
Pembelajaran student center membiasakan kelancaran sebesar 1,4, keluwesan sebesar 1,
siswa untuk aktif berpikir sehingga ide atau keaslian sebesar 1,6, dan keterincian sebesar 1.
gagasan siswa dapat tersalurkan, namun pada Rata-rata tingkat berpikir kreatif siswa kelas VII
pendekatan teacher centered siswa menjadi berada pada kategori cukup kreatif sedangkan
pasif sehingga ide atau gagasan kurang siswa kelas VIII kurang kreatif. Perbedaan
tersalurkan (Amtiningsih, Sri Dwiastuti, & tingkat berpikir kreatif disebabkan oleh faktor
Dewi Puspita Sari, 2016). internal seperti jenis kelamin, umur, hasil belajar
kogitif, gaya kognitif individu dan hasil
psikomotor individu. Sedangkan faktor eksternal
2) Lingkungan keluarga
penyebab perbedaan tingkat berpikir kreatif
Lingkungan keluarga mempengaruhi
adalah model/ strategi pembelajaran, lingkungan
berpikir tingkat tinggi siswa karena keluarga dan lingkungan sekolah.
lingkungan keluarga merupakan lingkungan
siswa pertama kali mendapatkan ilmu,
pembentukan karakter dan pembentukan pola
pikir anak. Semakin kondusif lingkungan
keluarga maka semakin tinggi berpikir DAFTAR PUSTAKA
tingkat tinggi siswa. Besarnya pengaruh
lingkungan keluarga terhadap keterampilan Amtiningsih, S., Dwiastuti, S., & Sari, D. P.
berpikir tingkat tinggi adalah 8,94% (2016). Peningkatan Kemampuan Berpikir
(Kurniawan & Enok Maryani, 2015). Kreatif melalui Penerapan Guided Inquiry
Kemampuan berpikir tingkat tinggi dipadu Brainstorming pada Materi
mencakup kemampuan kritis, kreatif, logis, Pencemaran Air. Proceeding Biology
reflektif, metakognitif (Saregar, Sri Latifah, Education Conference, 13(1), 868–872.
& Meisita Sari, 2016), sehingga berpikir Hurlock, E. (1990). Perkembangan Anak. Jakarta
: Erlangga.
kreatif juga dipengaruhi oleh lingkungan
Khamida, A. N., Edy Bambang Irawan, & Hery
keluarga.
Susanto. (2017). Berpikir Kreatif Siswa
Impulsif. Prosiding SI MaNIs (Seminar
3) Lingkungan sekolah Nasional Integrasi Matematika dan Nilai
Lingkungan sekolah mempengaruhi Islami), 591-596.
berpikir tingkat tinggi siswa. Semakin Kurniawan, T., & Enok Maryani. (2015).
kondusif lingkungan sekolah maka semakin Pengaruh Lingkungan Keluarga dan
tinggi berpikir tingkat tinggi siswa. Besarnya Lingkungan Sekolah terhadap Keterampilan
pengaruh lingkungan sekolah terhadap Berpikir Tingkat Tinggi Peserta Didik dalam
keterampilan berpikir tingkat tinggi adalah Pembelajaran IPS. JPIS, Jurnal Pendidikan
1,21% (Kurniawan & Enok Maryani, 2015). Ilmu Sosial, 209-216.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi Liliawati, W. (2011). Pembekalan Keterampilan
mencakup kemampuan kritis, kreatif, logis, Berpikir Kreatif Siswa SMA melalui
reflektif, metakognitif (Saregar, Sri Latifah, Pembelajaran Fisika Berbasis Masalah. Jurnal
& Meisita Sari, 2016), sehingga berpikir Pengajaran MIPA, 16(2), 93–98.
kreatif juga dipengaruhi oleh lingkungan Lisliana, Hartoyo, A., & Bistari. (2016). Analisis
sekolah. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalam
Menyelesaikan Masalah pada Materi Segitiga
di SMP. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran. 5(11) 1–11.
Machromah, I. U., Riyadi, & Usodo, B. (2015).
IV. KESIMPULAN
Analisis Proses dan Tingkat Berpikir Kreatif
Hasil penelitian menunjukkan keterampilan
Siswa SMP dalam Memecah Masalah Bentuk
BIOSFER, J.Bio. & Pend.Bio. Vol.1, No.1, Desember 2016 ISSN: xxxx xxx
Soal Cerita Materi Lingkaran Ditinjau dari
Kecemasan Matematika. Jurnal Elektroni
Noer, S. H. (2009). Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis. Prosiding Seminar Nasional
Penelitian, Pendidikan Dan Penerapan
MIPA, 521–526.
Okyranida, I. Y., Suparmi, & Nonoh Siti Aminah.
(2017). Pembelajaran Fisika Problem Based
Learning (PBL) Menggunaka Metode
Eksperimen dan Metode Proyek Ditinjau dari
Kemampuan Berpikir Abstrak dan
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
SMP/MTs Kelas VIII pada Materi Cahaya.
JURNAL INKUIRI, 91-102
Putra, R. D., Rinanto, Y., Dwiastuti, S., & Irfa, I.
(2016). Peningkatan Kemampuan Berpikir
Kreatif Siswa melalui Model Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing pada Siswa Kelas XI MIA
1 SMA Negeri Colomadu Karanganyar Tahun
Pelajaran 2015 / 2016 The Increasing of
Students Creative Thinking Ability Through
of Inquiry Learni. Proceeding Biology
Education Conference, 13(1), 330–334.
Saregar, A., Sri Latifah, & Meisita Sari. (2016).
Efektivitas Model Pembelajaran CUPs:
Dampak terhadap Kemampuan Berpikir
Tingkat Tinggi Peserta Didik Madrasah
Aliyah Mathla’ul Anwar Gisting Lampung.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi,
233-243.
Sari, Dian Purnama. (2017). Pengaruh Metode
Diskusi terhadap Keterampilan Berpikir
Kreatif Siswa pada Materi Virus Kelas X di
SMA Negeri 5 Palembang. Skripsi. Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas
Islam Negeri Raden Fatah Palembang.
Siswono, T. Y. E. (2008). Model Pembelajaran
Matematika Berbasis Pengajuan dan
Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan
Kemampuan Berfikir Kreatif. Surabaya:
Unesa Pres.
BIOSFER, J.Bio. & Pend.Bio. Vol.1, No.1, Desember 2016 ISSN: xxxx xxx

Submit : Journal Biologi dan Pendidikan Biologi


Universitas Pasundan Bandung

Anda mungkin juga menyukai