Mengelola Fungsi Managemen Dan Organisasi Dalam Bidang Pelayanan Kebidanan Untuk
Menyelesaikan Masalah Managerial Pada Pelayanan Kebidanan Primer Sekunder Maupun
Tersier Sesuai Kondisi Yang Dihadapi
Oleh
205401446124
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA 2020/2021
1. Konsep Organisasi dan Manajemen
Pengertian Manajemen
Dari batasan-batasan definisi manajemen secara umum dapat diambil suatu kesimpulan umum
bahwa “Manajemen adalah suatu kegiatan untuk mengatur orang lain guna mencapai suatu tujuan
atau menyelesaikan pekerjaan.” Apabila batasan ini diterapkan dalam bidang kesehatan masyarakat
dapat dikatakan sebagai berikut :
“ Manajemen kesehatan adalah suatu kegiatan atau suatu seni untuk mengatur para petugas
kesehatan dan nonpetugas kesehatan guna meningkatkan kesehatan masyarakat melalui program
kesehatan.” Dengan kata lain manajemen kesehatan masyarakat adalah penerapan manajemen umum
dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat sehingga yang menjadi objek dan sasaran manajemen
adalah sistem pelayanan kesehatan masyarakat. (Notoatmodjo, 2003)
Sehat adalah suatu keadaan yang optimal, baik fisik, mental maupun sosial, dan tidak hanya
terbatas pada keadaan bebas dari penyakit atau kelemahan saja. Tujuan sehat yang ingin dicapai oleh
sistem kesehatan adalah peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Sesuai
dengan tujuan sistem kesehatan tersebut, administrasi (manajemen) kesehatan tidak dapat disamakan
dengan administrasi niaga (business adminstration) yang lebih banyak berorientasi pada upaya untuk
mencari keuntungan finansial (profit oriented). Administrasi kesehatan lebih tepat digolongkan ke
dalam administrasi umum/publik (public administration) oleh karena organisasi kesehatan lebih
mementingkan pencapaian kesejahteraan masyarakat umum.
Manajemen kesehatan harus dikembangkan di tiap-tiap organisasi kesehatan di Indonesia seperti
Kantor Depkes, Dinas Kesehatan di daerah, Rumah Sakit dan Puskesmas dan jajarannya. Untuk
memahami penerapan manajemen kesehatan di RS, Dinas Kesehatan dan Puskesmas perlu dilakukan
kajian proses penyusunan rencana tahunan Depkes dan Dinas Kesehatan di daerah. Khusus untuk
tingkat Puskesmas, penerapan manajemen dapat dipelajari melalui perencanaan yang disusun setiap
lima tahun (micro planning), pembagian dan uraian tugas staf Puskesmas sesuai dengan masing-
masing tugas pokoknya.
Dari uraian teori-teori manajemen diatas, yang diapakai sebagai acuan manajemen pelayanan
kesehatan adalah Teori dari George Terry dimana Terry mendefinisikan manajemen dalam
bukunya Principles of Management yaitu “Suatu proses yang membedakan atas perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan dengan memanfaatkan baik ilmu maupun seni demi
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya”, karena dalam pelayanan kesehatan tidak hanya
ilmu yang dibutuhkan tapi juga seni dalam pelayanan kesehatan.
Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam
menerapkan metode pemecahan masalah secarasistematis mulai dari pengkajian, analisis data
didagnosis kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi Menurut Buku 50 Tahun IBI
2007.
Menurut Depkes RI 2005 Manajemen Kebidanan adalah metode dan pendekatan
pemecahan masalah ibu dan anak yang khusus dilakukan oleh bidan dalam memberikan
asuhan kebidanan kepada individu, keluarga dan masyarakat.
Helen Varney (1997) Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori
ilmiah, penemuan-penemuan, keteranpilan dalam rangkaian tahapan yang logis untuk
pengambilan suatu keputusan berfokus pada klien.
Proses pelaksanaan pemberian pelayanan kebidanan untuk memberikan asuhan
kebidanan kepada klien dengan tujuan menciptakan kesejahteraan bagi ibu dan
anak,kepuasan pelanggan dan kepuasan bidan sebagai provider.
Langkah-langkah dalam manajemen pelayanan kebidanan:
Langkah I : Pengumpulan Data
Pengumpulan Data Dasar adalah Pegumpulan informasi yang akurat dan lengkap dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
Anamnesa
a. Biodata (Nama, umur, alamat, pekerjaan, agama, pendidikan)
b. Riwayat Menstruasi (menarche, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya
darah yang keluar, aliran darah yang keluar,mentruasi terakhir.
c. Riwayat perkawinan (kawin brp kali, usia kawin pertama kali)
d. Riwayat Kesehatan (Gambaran penyakit lalu, riwayat penyakit keluarga, riwayat
kehamilan sekarang )
e. Riwayat Kehamilan, Persalinan & Nifas
1) Jumlah kehamilan dan kelahiran : G (gravid), P (para), A (abortus), H (hidup).
2) Riwayat persalinan yaitu jarak antara dua kelahiran, tempat melahirkan, lamanya
melahirkan, cara melahirkan.
3) Masalah/gangguan kesehatan yang timbul sewaktu hamil dan melahirkan, missal :
preeklampsi, infeksi, dll)
f. Bio-psiko-sosial spiritual
g. Pengetahuan Klien
h. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital
i. Pemeriksaan khusus (Inspeksi, Palpasi, Auskultasi, Perkusi)
j. Pemeriksaan penunjang (Laboratorium, catatan terbaru dan sebelumnya)
Langkah VII: Evaluasi.
Evaluasi ke efektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi : pemenuhan kebutuhan
akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasi dalam diagnose dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang
benar efektif dalam pelaksanaannya.
Contoh Kasus di RS X:
Seorang Ibu Primigravida dibawa oleh suaminya ke igd Rumah sakit X untuk
bersalin, pasien tsb belum pernah melakukan anc di rs . mengatakan sudah cukup bulan.
Bidan melakukan inform consent dan anamnesa sebelum melakukan tindakan. Saat datang
pasien mengatakan lebih dari 24 jam mengalami mules dan ibu merasa keluar air air seperti
BAK dan saat ditanya oleh petugas rs pasien tersebut pasien pindahan dari daerah (imigan)
tidak memiliki ansuransi kesehatan apaun. Sebelumnya pasien hanya melakukan anc sekali di
kampunya.
keadaan ibu nya sudah mulai lemas dan kelelahan karena sudah terlalu lama
merasakan mules dan tampak kesakitan. Saat diperiksa, ternyata pembukaan sudah lengkap
namun djj janin melemah 89x/menit, bidan pun segera melapor dr obgyn, dan dari dokter
obgyn pun pro SC. Bidan segera mempersiapkan ruang operasi untuk melakukan tindakan
SC Cyto. Saat disiapkan persiapan operasi suami pasien tidak setuju untuk SC. Lalu suami
pasien di berikan edukasi terus menerus oleh bidan jaga bahwa pasien tersebut tidak bisa
melahirkan normal dan segera harus dilakukan section secaria. Pasien pun awalnya menolak
dengan alesan inginya dr obgyn nya wanita. tetapi Setelah di lakukan edukasi ulang kembali,
dan akhirnya suaminya pun setuju dilakukan SC dan menandatangani surat izin operasi
(SIO).
menolong persalinan dengan SC. Ternyata terdapat 2 lilitan tali pusat. Bayi pun
terlahir tidak menagis kuat, keadaan kulit bayi membiru, tidak adanya reflek
iritabilitas/tornus otot lemah dan frekuensi denyut jantung 78x/menit. Langsung
dilakukannya resusitasi secara berkala pada bayi tsb. Namun nyawa bayi tidak tertolong
karena bayi mengalami asfixia berat dan hypoxia saat didalam kandungan. Suami dan
keluarganya pun tidak terima bahwa anaknya yg baru saja dilahirkan sudah tiada. Suami
pasien menggap ini kesalahan bidan rs.dan melaporkannya ke hukum.
Untuk penyelesaian tindak pidana yang dilakukan oleh bidan yang telah masuk ke
pengadilan, semua tergantung kepada pertimbangan hakim yang menangani kasus tersebut
untuk menentukan apakah kasus yang ditanganinya termasuk kedalam malpraktek atau tidak.
Atau apakah si pelaku dapat dimintai pertanggung jawaban secara pidana atau tidak.
Dalam kasus ini, keluarga tidak bisa menuntut bidan/dokter karena sebelumnya
persalinan ditangani. Telah dilakukannya inform concent dan telah menjalankan pekerjaanya
sesuai prosedur. Bidan tidak melanggar kode etik karena langsung inisiatif memberikan
edukasi, melakukan infoem consent dan segera menyiapkan operasi sc untuk pasien tsb serta
melaporkannya ke dokter obgyn untuk kolaborasi. Namun keadaan bayi saat lahir mengalami
axfiksia berat diakibatkan lilitan talipusat dan lamanya pengambilan keputusan.
Maka penyelesaian atas hal tersebut dilakukan IBI sebagi paying pelindung untuk
melindungi teman sejawatnya karena telah melakukan pekerjaanya sesuai dengan SPO yg
telah ditetapkan. Sedangkan apabila seorang bidan tidak melakukan tindakan sesuai SPO dan
tidak melakukan inform concent . Maka IBI melalui MPA dan MPEB wajib melakukan
penilaian apakah bidan tersebut telah benar-benar melakukan kesalahan. Apabila menurut
penilaian MPA dan MPEB kesalahan atau kelalaian tersebut terjadi bukan karena kesalahan
atau kelalaian bidan, dan bidan tersebut telah melakukan tugasnya sesuai dengan standar
profesi, maka IBI melalui MPA wajib memberikan bantuan hukum kepada bidan tersebut
dalam menghadapi tuntutan atau gugatan di pengadilan.
2. Membuat Konsep Manajemen Pelayanan Kebidanan di tempat bekerja bagi yang bekerja dan
bagi yang belum bekerja dapat mengadopsi konsep manajemen di pelayanan lain
3. OUT – PUT
Cakupan Kegiatan Program :
Jumlah kelompok masyarakat yang sudah menerima layanan kebidanan (memerator), di
bandingkan dengan jumlah kelompok masyarakat yang menjadi sasaran program
kebidanan. (Denominator)
Pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar pelayanan kebidanan (Mulai dari KIE,
Asuhan Kebidanan, dsb). Contoh : Untuk BPS : Out – Putnya adalah
Kesejahteraan ibu dan janin
Kepuasan Pelanggan
Kepuasan bidan sebagai provider
4. EFFECT
Perubahan pengetahuan, sikap, dan prilaku masyarakat yang diukur dengan peran serta
masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan kebidanan yang ada di sekitarnya ( Posyandu,
BPS, Puskesmas dsb ) yang tersedia.
3. Susunan dalam struktural organisasi IBI sebagai payung hukum profesi bidan
PENGURUS HARIAN
Ketua Umum : Dr. Emi Nurjasmi, M.Kes
Sekretaris : Dr. Ade Jubaedah, SSiT, MM, MKM
Jenderal
Ketua I : Nunik Endang Sunarsih, SST, SH, MSc
Ketua II : Yetty Leoni Irawan, MSc
Bendahara : Heru Herdiawati, SST, SH, MH
BIDANG-BIDANG
Tata Usaha dan : Sri Setiyati
Rumah Tangga
Humas : Ida Ayu Citarasmi, SSiT, MKM
Advokasi dan : Laurensia Lawintono, MSc
Hub. Luar Negeri
Organisasi : Sri Poerwaningsih, SST, SKM, M.Kes
Hukum : Herlyssa, SST, MKM
Penelitian dan : Dra. Maryanah, AmKeb, M.Kes
Pengembangan
Pendidikan : Dr. Indra Supradewi, MKM
Pelatihan : Tuti Sukaeti, SPd, SST, M. Kes
Pelayanan : Siti Romlah, MKM
Administrasi : Sri Martini
Keuangan
Fund Rising : Ratna Chairani, SST, M. Kes
Ketua Yayasan Buah : Asniah, SST, M. Kes
Delima
Majelis Pertimbangan : Nur Ainy Madjid, SKM
Organisasi
Tuminah Wiratnoko, SIP, MM
Majelis Pertimbangan : Aan Andanawaty, SST, MM. Kes
Etik Bidan
Tim Teknis Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia
2. Wasnidar, M. Kes
8. Juli Oktalia, MA
2. Penatalaksanaan Persalinan
a. Persalinan per vaginam
1) Persalinan per vaginam normal
2) Persalinan per vaginam melalui induksi
3) Persalinan per vaginam dengan tindakan
4) Persalinan per vaginam dengan komplikasi
5) Persalinan per vaginam dengan kondisi bayi kembar
6) Persalinan per vaginam dengan induksi, dengan tindakan, dengan komplikasi
serta pada bayi kembar dilakukan di Puskesmas PONED dan/atau RS.
b. Persalinan per abdominam
1) Seksio sesarea elektif (terencana), atas indikasi medis
2) Seksio sesarea segera (emergensi), atas indikasi medis
3) Seksio sesarea dengan komplikasi (perdarahan, robekan jalan lahir, perlukaan
jaringan sekitar rahim, dan sesarean histerektomi)
4) Penatalaksanaan komplikasi persalinan
5) Perdarahan
6) Eklampsia
7) Retensio plasenta
8) Penyulit pada persalinan
9) Infeksi
10) Penyakit lain yang mengancam keselamatan ibu bersalin
c. Penatalaksanaan bayi baru lahir
1) Perawatan esensial neonatus atau bayi baru lahir
2) Penatalaksanaan bayi baru lahir dengan komplikasi (asfiksia, BBLR, infeksi,
ikterus, kejang, RDS)
d. Lama hari inap minimal di fasilitas kesehatan
1) Persalinan normal dirawat inap minimal 1 (satu) hari
2) Persalinan per vaginam dengan tindakan dirawat inap minimal 2 hari
3) Persalinan dengan penyulit post section-caesaria dirawat inap minimal 3hari
5. Referensi
1. Asrul Azwar, 1996, Pengantar Admnistrasi Kesehatan, Binapura Aksara Jakarta
Djoko Wiyono, 2000, Management Mutu Pelayanan Kesehatan, Volume 1
Muninjaya Gde, 2002, Management Mutu Pelayanan Kesehatan
G.R. Terry, 1996, Management Personalia dan Sumber Daya Manusia
Kelly J,M. 1996, Total Quality Management
Sahutu, J, 2006, Pengambilan Keputusan Strategi untuk Organisasi Publik dan Organisasi Non
Profit, Grasindo, Indonesia, Jakarta
Herbert, G.H & Gulet GRA, 2006, Organisasi Teori dan Tingkah Laku