Anda di halaman 1dari 3

KEPERAWATAN BENCANA

Gambaran Masalah Etik dalam Pelayanan Keperawatan Saat


Bencana

Disusun oleh :
KELOMPOK 3
1. Auliya Fitri 17111024110021
2. Ayu Hariyani 17111024110022
3. Besse Nur Aisiah 17111024110023
4. Cindi Neni Amalia 17111024110025
5. Dhea Nur Arifah 17111024110031

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
SAMARINDA
2020
Gambaran Masalah Etik dalam Pelayanan Keperawatan Saat Bencana
Secara etimologi Etika berasal dari bahasa yunani “Ethos” (sifat, watak,
kebiasaan, tempat yang biasa) dan Ethikos (berarti, susila, keadaban, kelakuan dan
perbuatan baik).  Menurut K Bertens dalam bukunya menjelaskan bahwa etika
berasal dari bahasa yunani kuno. Kata “ethos” dalam bentuk tunggal memiliki
banyak arti: tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat,
akhlak, watak, perasaan, sikap, cara berpikir.  Sedangkan dalam bentuk jamak
artinya adalah adat kebiasaan. Dalam hal ini etika berkaitan dengan dengan
kebiasaan hidup yang baik, tata cara hidup yang baik, baik pada diri seseorang
atau pada masyarakat.
Dikutip dari Berger & Williams, 1999 dalam Febriyanti, 2020), etika
keperawatan adalah nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang diyakini oleh profesi
keperawatan dalam melaksanakan tugasnya yang berhubungan dengan pasien,
masyarakat, teman sejawat, maupun dengan organisasi profesi, dan juga dalam
pengaturan praktik keperawatan itu sendiri. Prinsip-prinsip etika ini oleh profesi
keperawatan secara formal dituangkan dalam suatu kode etik yang merupakan
komitmen profesi keperawatan akan tanggung jawab dan kepercayaan yang
diberikan oleh masyarakat (Pangaribuan, 2016 dalam Febriyanti, 2020). (Sri
lestari, 2004 dalam Febriyanti, 2020) melaporkan bahwa persepsi perawat
terhadap prinsip-prinsip etika meliputi, agama mengajarkan bebuat baik, tidak
membedakan, mendapatkan persetujuan melakukan tindakan, pasien atau keluarga
pasien berhak menolak tindakan, mendahulukan tindakan sesuai dengan prioritas
masalah, melakukan tindakan untuk kebakan, menghindari hal- hal yang
membahayakan pasien, menghargai pasien dan keluarga yang menggunakan cara-
cara tradsional.
Di dalam pekerjaannya seorang perawat seringkali dihadapkan pada
berbagai macam masalah etik dan moral ketika menjalankan fungsinya sebagai
perawat. Masalah-masalah etik itu biasanya adalah berbentuk beberapa masalah
pertimbangan prinsip etik. Masalah yang sering terjadi dalam keperawatan atau
keperawatan bencana adalah :
Strategi Nasional Penanggulangan Bencana 2015–2019 adalah mewujudkan visi
dan misi ketangguhan bangsa Indonesia menghadapi bencana. Artinya, Indonesia tidak
hanya tanggap bencana akan, tetapi tangguh dalam menghadapi bencana. Ada empat
permasalahan dalam etik penanggulangan bencana. Pertama, kurangnya pemahaman
tentang karakteristik bahaya. Kedua, sikap dan perilaku yang menurunkan kualitas
sumber daya alam. Ketiga, kurangnya informasi atau peringatan dini yang mengakibatkan
ketidaksiapan. Serta, keempat, ketidakberdayaan dan ketidakmampuan dalam
menghadapi ancaman bencana.
Menurut International Concil of Nurses (ICN), perawat berperan penting
dalam penanggulangan bencana. Dari tahun ke tahun, perawat dipanggil dan
terpanggil untuk menolong memenuhi kebutuhan individu, kelompok, dan
komunitas dalam masa krisis. Pertama, perawat memiliki skill. “Skill yang
dimiliki perawat itu luas, mulai dari memberikan terapi hingga preventif,”. Kedua,
perawat itu kreatif dan mudah beradaptasi serta bisa bekerja sama dengan seluruh
unsur penanggulangan bencana.
Ada beberapa hal yang bisa perawat lakukan dalam penanggulangan
bencana. Hal pertama yang dapat dilakukan adalah membantu melakukan
pencarian, penyelamatan, dan melokalisasi korban. Kedua, triage, hal itu
mengharuskan perawat untuk melakukan identifikasi secara cepat korban bencana
yang membutuhkan stabilisasi segera. Ketiga, pertolongan pertama, pertolongan
pertama yang dilakukan seperti mengobati luka rubfab serta melakukan
pertolongan bantuan hidup dasar.
Keempat, membantu proses pemindahan korban. Pemindahan korban bencana
tidak boleh dilakukan oleh sembarang orang, perawat dibekali kemampuan untuk
memeriksa kondisi dengan memantau tanda-tanda vital sehingga dapat melakukan
pemindahan korban dengan baik. Kelima, perawatan di rumah sakit. Keenam,
melakukan Rapid Health Assesment.
“Tugas perawat dalam RHA adalah menilai kesehatan secara cepat melalui
pengumpulan informasi yang tepat,”. “Menilai kondisi pasien tidak boleh lama,
mengukur respons pasien dilakukan maksimal hanya 10 detik”.
Selain itu, perawat memiliki peran di dalam posko pengungsian dan posko
bencana. Hal yang dapat dilakukan, yakni mengevaluasi kebutuhan kesehatan
harian hingga berkolaborasi dengan petugas farmasi untuk mengecek ketersediaan
obat. Fase postimpact juga membutuhkan peran perawat di dalamnya. Dalam fase
ini, perawat membantu masyarakat untuk hidup normal kembali melalui proses
konsultasi atau edukasi serta membantu memulihkan kondisi fisik dengan cepat.
“Membantu memulihkan kondisi fisik secepat-cepatnya agar tidak terjadi second
disaster,”.
Dari penjabaran ini di tarik kesimpulan bahwa masalah etik keperawatan
yang di alami oleh tenaga perawat yaitu dalam tahap pemberian bantuan hidup
yang berkualitas kepada pasien yang mengalami bencana serta skill atau
kemampuan tenaga keperawatan dalam pemberian intervensi keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai