Anda di halaman 1dari 20

Tugas kelompok

MAKALAH TOPIK I A

PENGERTIAN GIZI, PRODUKTIVITAS KERJA, LANDASAN HUKUM


GIZI KERJA DI DUNIA, INDONESIA, DAN PERAN GIZI DALAM
MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA

OLEH

KELOMPOK 1

A.NARITA RESKI SAFITRI J1A117001

ABDUL SAHIDI J1A117003

LISNAWATI J1A116242

WANDA WULANDARI J1A117345

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,


Alhmadulillah, Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik.
Makalah ini disusun untuk menambah pengetahuan dalam pembuatan
tugas MID yang diberikan oleh dosen mata kuliah Gizi dan Produktivitas Kerja.
Dalam mempersiapkan, menyusun, dan menyelesaikan makalah ini, tidak terlepas
dari berbagai kesulitan dan hambatan yang dihadapi, baik dari penyusunan
kalimat maupun sistematikanya, namun akhirnya makalah ini dapat diselesaikan.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang dapat
membangun sehingga dapat dijadikan sebagai acuan pada tugas berikutnya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Kendari, November 2020

Penulis

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR.............................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4

1.1 LATAR BELAKANG .................................................................................4

1.2 RUMUSAN MASALAH............................................................................ 6

1.3 TUJUAN PENULISAN................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................7

2.1 PENGERTIAN GIZI....................................................................................7

2.2 PENGERTIAN PRODUKTIVITAS KERJA...............................................8

2.3 LANDASAN HUKUM GIZI KERJA..........................................................8

2.4. MASALAH-MASALAH KERJA GIZI DI DUNIA....................................9

2.5 MASALAH GIZI DI INDONESIA............................................................10

BAB III PENUTUP...............................................................................................18

A. KESIMPULAN...........................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19

BAB I
PENDAHULUAN

3
1.1 Latar Belakang
Produktivitas merupakan hal yang menentukan tingkat daya saing, baik
pada tingkat individu, perusahaan, industri, maupun pada tingkat negara.
Produktivitas kerja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain dari asupan
zat gizinya. Asupan zat gizi yang cukup akan menghasilkan daya tahan, kesehatan
dan status gizi baik pada tenaga kerja. Status gizi yang baik pada tenaga kerja
akan berpengaruh terhadap produktivitas kerjanya. Faktor lain yang dapat
mempengaruhi produktivitas kerja yaitu kapasitas kerja meliputi umur, jenis
kelamin, kesegaran jasmani, status gizi, antropometri, beban kerja dan beban
tambahan seperti beban kerja karena faktor fisik, kimia, biologis, dan sosial
(Tarwaka,2004).

Zat gizi utama yang dibutuhkan tenaga kerja adalah karbohidrat yang
fungsi utamanya menyediakan energi bagi tubuh, selain karbohidrat sebagai
sumber energi, tenaga kerja tetap memerlukan protein dan lemak. Kurangnya
karbohidrat dapat menyebabkan tubuh kurang mendapat energi sehingga
mempengaruhi produktivitas kerjanya, bila karbohidrat yang tersedia tidak dapat
mencukupi kebutuhan, maka untuk menyediakan energi digunakan sejumlah
karbon yang terkandung dalam protein sehingga terjadi pembakaran. Penelitian
yang dilakukan Handayani (2008) menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
antara tingkat konsumsi energi dan tingkat konsumsi protein dengan produktivitas
kerja. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat konsumsi
energi dan protein semakin tinggi produktivitas kerjanya. Kekurangan protein
secara terus menerus dapat menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh, sehingga
rentan terhadap penyakit, menurunnya kreativitas dan menurunnya daya kerja
(Kartasapoetra, 2010).

Tenaga kerja membutuhkan makanan sumber karbohidrat, protein, dan


lemak untuk menyuplai kebutuhan otot, karena saat bekerja pengeluaran energi
meningkat (Sastrowinoto, 1985). Tubuh yang kekurangan protein, lemak dan
karbohidrat menyebabkan pembakaran ketiga unsur tersebut kurang menghasilkan
energi sehingga menyebabkan tubuh menjadi lesu, kurang bergairah melakukan

4
kegiatan dan menyebabkan produktivitas kerja menjadi rendah (Kartasapoetra,
2010). Lemak juga dapat digunakan sebagai sumber energi bila protein dan
karbohidrat yang tersedia tidak dapat mencukupi kebutuhan (Almatsier, 2002).

Selama berlangsungnya aktivitas fisik, otot memerlukan energi untuk


bergerak. Banyaknya energi yang dibutuhkan tergantung berapa banyak otot yang
bergerak, berapa lama dan beratnya pekerjaan yang dilakukan, pekerjaan yang
mengandalkan fisik memerlukan aktivitas fisik lebih berat dibanding pekerjaan
yang mengandalkan keahlian (Almatsier, 2002). Penelitian Aziiza (2008)
menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara faktor aktivitas fisik di
luar pekerjaan dengan produktivitas kerja, karena tenaga kerja mengalami
kelelahan akibat aktivitas di rumah tangga sebelum bekerja. Aktivitas fisik yang
berlebihan dan tidak diimbangi istirahat cukup dapat menimbulkan rasa lelah.
Kelelahan pada tenaga kerja dapat berpengaruh terhadap produktivitas kerja.
Semakin tinggi kelelahan maka produktivitas kerjanya akan semakin rendah
(Ravianto, 1985).

Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2013, pekerja di Indonesia


mencapai 118.200.000, pekerja laki-laki 63,55% dan 36,45% pekerja wanita.
Pekerja wanita lebih rawan kekurangan gizi karena selain kegiatan sebagai ibu
rumah tangga di rumah dan ditempat kerja, wanita harus menghadapi masalah
menstruasi setiap bulan sehingga mempengaruhi keadaan tubuh. Status gizi yang
tidak baik dapat menurunkan produktivitas kerja dan beban produksi menjadi
tidak efisien (Hendrayati, 2009). Sarapan sebelum berangkat kerja, mempunyai
pengaruh penting pada produktivitas kerja. Makanan sebaiknya mudah dicerna
dan dapat berfungsi memberi tambahan kalori untuk bekerja. Kebutuhan kalori
kerja 2 dapat dipenuhi melalui asupan makanan yang berimbang sehingga tidak
perlu ditambah frekuensi makan yang berlebihan, kecuali makanan selingan pada
waktu istirahat (Mitayani dan Sartika, 2010). Sarapan sangat penting bagi tubuh
untuk menghasilkan energi untuk beraktivitas pada pagi hari. Tubuh manusia
yang kurang mengkonsumsi makanan di pagi hari akan terasa lemah, baik lemah

5
dalam melakukan kegiatan fisik maupun dalam berpikir karena kurangnya zat-zat
makanan yang diterima tubuh yang dapat menghasilkan energi.

Seorang tenaga kerja dengan keadaan gizi yang baik akan memiliki
kapasitas kerja dan ketahanan tubuh yang lebih baik. Tenaga kerja dengan status
gizi dibawah normal dapat mengakibatkan tenaga kerja yang bersangkutan tidak
dapat melakukan pekerjaan secara baik dan produktivitas kerjanya akan menurun
bahkan dapat mencapai target rendah (Syafiq, 2007).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan gizi.


2. Apa yang dimaksud dengan produktivitas kerja.
3. Apa saja landasan hukum gizi kerja.
4. Apa saja masalah-masalah gizi kerja di dunia.
5. Apa saja masalah-masalah gizi keja di Indonesia.
6. Apa saja peran gizi dalam meningkatkan produktivitas kerja.

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian gizi.


2. Untuk mengetahui pengertian produktivitas kerja.
3. Untuk mengetahui landasan hokum gizi kerja.
4. Untuk mengetahui masalah-masalah gizi kerja di dunia.
5. Untuk mengetahui masalah-masalah gizi kerja di Indonesia.
6. Untuk mengetahui peran gizi dalam meningkatkan produktivitas kerja.

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Gizi

Gizi adalah proses metabolisme dalam tubuh makhluk hidup untuk


menerima bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan
tersebut agar dapat menghasilkan berbagai aktivitas penting dalam tubuh. Bahan-
bahan dari lingkungan hidup tersebut dikenal dengan istilah unsur gizi. Unsure
gizi dapat dipilah menjadi karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air.

Gizi Kerja adalah gizi yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk melakukan
suatu pekerjaan sesuai dengan jenis pekerjaan dan beban kerjanya atau ilmu gizi
yang diterapkan kepada masyarakat tenaga kerja dengan tujuan untuk
meningkatkan taraf kesehatan tenaga kerja sehingga tercapai tingkat produktivitas
dan efisiensi kerja yang setinggi-tingginya.

Pengertian gizi menurut pendapat para ahli:


a. Menurut Tuti Sunardi

Gizi ialah sesuatu yang mempengaruhi proses perubahan semua jenis


makanan yang masuk ke dalam tubuh yang dapat mempertahankan
kehidupan.
b. Menurut Lioni Ellis H

Gizi ialah komponen penting yang diperlukan oleh tubuh untuk tumbuh dan
berkembang.
c. Menurut Harry Oxorn dan William R.Forte

7
Gizi yang berarti memiliki pengertian yang luas bukan hanya jenis-jenis
pangan dan gunanya bagi badan melainkan juga mengenal cara-cara
memperoleh serta mengolah dan mempertimbangkan agar kita tetap sehat.
d. Menurut Chairinniza K. Graha

Gizi ialah unsur yang terkandung dalam makanan dimana unsure-unsur


dapat memberikan manfaat bagi tubuh yang mengkonsumsinya sehingga
menjadi sehat.

2.2 Pengertian Produktivitas Kerja

Produktivitas kerja adalah suatu ukuran daripada hasil kerja atau kinerja
seseorang dengan proses input sebagai masukan dan output sebagai keluarannya
yang merupakan indicator daripada kinerja karyawan dalam menentukan
bagaimana usaha untuk mencapai produktivitas yang tinggi dalam suatu
organisasi.

Pengertian produktivitas kerja menurut pendapat para ahli:


a. Menurut Kusrianto

Produktivitas kerja adalah rasio dari hasil kerja dengan waktu yang
dibutuhkan untuk menghasilkan produk dari seorang tenaga kerja.
b. Menurut Cascio

Produktivitas kerja adalah sebagai pengukuran output berupa barang atau


jasa dalam hubungannya dengan input yang berupa karyawan, modal,
materi, atau bahan baku dan peralatan.

2.3 Landasan Hukum Gizi Kerja


a. UU No. 1 Tahun 51 dan UU No. 12 Tahun 1948, tentang kondisi fisik
tenaga kerja, setelah bekerja terus menerus selama 4 jam harus diberi
istirahat.

8
b. Surat Edaran Menteri TK dan Trans No. 01/Men/1979 tentang Pengadaan
Kantin dan Ruang makan.
c. Keputusan Menteri TK dan Trans No. 608/Men/1989 tentang perusahaan
yang mempekerjakan TK 9 jam sehari wajib menyediakan makanan dan
minuman 1400 kalori.
d. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat
No.06/Kep/Menko/Kesra/VIII/1989, Program Pangan dan Gizi yang
Berhubungan dengan Produktivitas Kerja, Penanggung jawabnya
dipercayakan kepada Depnaker.
e. Surat Edaran Dirjen Binawas No. 86/BW/1989 tentang Catering bagi
Tenaga Kerja.
f. Instruksi Menteri Tenaga Kerja No 03/Men/1999 tentang Peningkatan
Pengawasan dan Penerbitan terhadap Pengadaan Kantin dan Tolet di
Perusahaan.

2.4 Masalah-Masalah Gizi Kerja di Dunia


Menurut penilaian PBB tentang nutrisi anak, dinyatakan sepertiga anak di
dunia atau hampir 700 juta balita di dunia kekurangan gizi atau kelebihan berat
badan. Sebagai konsekuensinya, mereka mengalami masalah kesehatan yang
berkelanjutan. Direktur Eksekutif UNICEF Henrietta Fore mengatakan pada
laporan pertama negara dunia tentang anak-anak sedunia sejak 1999 untuk fokus
pada makanan dan nutrisi.
Meskipun jumlah kasus permasalahan gizi kronis atau lebih dikenal
dengan stunting, mengalami penurunan hingga 40% dari 1990 hingga 2015, lebih
dari 149 juta anak usia 4 tahun ke bawah masih terlalu pendek di usianya. 50 juta
anak lainnya terserang wasting, suatu keadaan kekurangan gizi akut yang
dipengaruhi kondisi sosial-ekonomi. Pada saat yang sama, setengah dari anak di
bawah 5 tahun di seluruh dunia tidak mendapatkan vitamin dan mineral esensial.
Masalah tersebut merupakan masalah lama yang telah dijuluki oleh UNICEF
sebagai "hidden hunger". Namun, selama tiga dekade terakhir, bentuk lain dari
malnutrisi anak telah melonjak di negara berkembang yaitu kelebihan berat badan.

9
"Tiga masalah ini yaitu kekurangan gizi, kurangnya gizi mikro penting dan
obesitas, semakin banyak ditemukan di negara yang sama, dan lingkungan yang
sama, dan sering di rumah yang sama.
Seorang ibu yang kelebihan berat badan atau obesitas dapat berpotensi
memiliki anak yang mengalami stunting atau wasting. Di semua kelompok umur,
lebih dari 800 juta orang di dunia terus-menerus menderita kelaparan dan 2 miliar
lainnya mengonsumsi terlalu banyak makanan yang salah yang mendorong
masalah obesitas, penyakit jantung, dan diabetes .
Gizi buruk masih melanda anak di bawah usia 5 tahun di seluruh dunia. Ada
yang mengalami gizi buruk, kelebihan berat badan, dan permasalahan kesehatan
lainnya. Laporan UNICEF (United Nations Children's Fund) yang dilansir dari
Aljazeera, mengatakan setidaknya 462.000 anak-anak Yaman menderita
kekurangan gizi akut dan 2,2 juta anak-anak membutuhkan gizi yang mendesak.

2.5 Masalah Gizi di Indonesia


Indonesia saat ini menghadapi masalah gizi ganda. Yang dimaksud
dengan masalah gizi ganda adalah masalah gizi kurang yang belum tuntas
tertangani, masalah gizi lebih. Masalah gizi kurang yang menjadi tantangan
adalah kekurangan energi protein (KEP), anemia/kekurangan zat besi, gangguan
akibat kekurangan Yodium (GAKY) dan kekurangan vitamin A. Sedangkan
masalah kelebihan gizi adalah masalah kegemukan (obesitas) yang sudah banyak
di dijumpai dan mengakibatkan angka kematian.
Secara umum di Indonesia terdapat 5 masalah gizi utama yang harus
ditangani dengan serius yaitu:
a. Kekurangan Energi Protein (KEP)
KEP (Kurang Energi Protein) merupakan salah satu penyakit gangguan
gizi yang penting di Indonesia maupun di negara yang sedang berkembang
lainnya. Prevalensi tertinggi terdapat pada anak-anak balita, ibu yang sedang
mengandung dan menyusui. Penderita KEP memiliki berbagai macam keadaan
patologis yang disebabkan oleh kekurangan energi maupun protein dalam

10
proporsi yang bermacam-macam. Akibat kekurangan tersebut timbul keadaan
KEP pada derajat yang ringan sampai yang berat.
Berdasarkan gejalanya, KEP dibagi menjadi dua jenis, yaitu KEP ringan
dan KEP berat. Kejadian KEP ringan lebih banyak terjadi di masyarakat, KEP
ringan sering terjadi pada anak-anak pada masa pertumbuhan. Gejala klinis yang
muncul diantaranya adalah pertumbuhan linier terganggu atau terhenti, kenaikan
berat badan berkurang atau terhenti, ukuran lingkar lengan atas (LILA) menurun,
dan maturasi tulang terhambat. Nilai z-skor indeks berat badan menurut tinggi
badan (BB/TB) juga menunjukkan nilai yang normal atau menurun, tebal lipatan
kulit normal atau berkurang, dan biasanya disertai anemia ringan. Selain itu,
aktivitas dan konsentrasi berkurang serta kadang disertai dengan kelainan kulit
dan rambut.
KEP berat terdiri dari tiga tipe, yaitu kwashiorkor, marasmus, dan
marasmik-kwashiorkor. Kwashiorkor adalah keadaan yang diakibatkan oleh
kekurangan makanan sumber protein. Tipe ini banyak dijumpai pada anak usia 1
sampai 3 tahun. Gejala utama kwashiorkor adalah pertumbuhan terhalang dan
badan bengkak, tangan, kaki, serta ajah tambak sembab dan ototnya kendur.
Wajah tampak bengong dan pandangan kosong, tidak aktif dan sering menangis.
Rambut menjadi berwarna lebih terang atau coklat tembaga. Perut buncit, serta
kaki kurus dan bengkok. Karena adanya pembengkakan, maka tidak terjadi
penurunan berat badan, tetapi pertambahan tinggi terhambat. Lingkar kepala
mengalami penurunan. Serum albumin selalu rendah, bila turun sampai 2,5 ml
atau lebih rendah, mulai terjadi pembengkakan.
Marasmus adalah gejala kelaparan yang hebat karena makanan yang
dikonsumsi tidak menyediakan energi yang cukup untuk mempertahankan
hidupnya sehingga badan menjadi sangat kecil dan tinggal kulit pembalut tulang.
Marasmus biasanya terjadi pada bayi berusia setahun pertama. Hal ini terjadi
apabila ibu tidak dapat menyusui karena produksi ASI sangat rendah atau ibu
memutuskan untuk tidak menyusui bayinya.
Tanda-tanda marasmus yaitu:

11
a. Berat badan sangat rendah
b. Kemunduran pertumbuhan otot (atrophi)
c. Wajah anak seperti orang tua (old face)
d. Ukuran kepala tidak sebanding dengan ukuran tubuh
e. Cengeng dan apatis (kesadaran menurun)
f. Mudah terkena penyakit infeksi
g. Kulit kering dan berlipat-lipat karena tidak ada jaringan lemak di bawah
kulit
h. Sering diare
i. Rambut tipis dan mudah rontok.

Marasmik-kwashiorkor disebabkan karena makanan sehari-hari


kekurangan energi dan juga protein. Berat badan anak sampai di bawah -3 SD
sehingga telihat kurus, tetapi ada gejala edema, kelainan rambut, kulit mengering
dan kusam, otot menjadi lemah, menurunnya kadar protein (albumin) dalam
darah.

b. Anemia/ Kekurangan Zat Besi


Anemia adalah kadar hemoglobin darah tidak mencapai batas normal.
Hemoglobin dibentuk dari asupan zat gizi yang dikonsumsi, zat gizi yang
berfungsi untuk membentuk hemoglobin adalah zat besi (Fe) dan protein. Orang
yang kekurangan asupan zat besi dan protein dalam makanannya akan
mempunyai kadar hemoglobin yang rendah (anemia).

12
Hemoglobin berfungsi sebagai alat transportasi zat gizi dari mulai usus
halus sampai pada sel-sel jaringan tubuh yang memerlukan zat gizi. Dengan
demikian walaupun kita mempunyai asupan gizi yang cukup, tetapi kalau alat
transportnya sedikit, maka tetap saja sel-sel jaringan tubuh kita akan mengalami
kekurangan asupan zat gizi. Hubungan antara anemia dengan tingkat produktivitas
kerja yaitu orang yang menderita anemia mempunyai produktivitas yang rendah,
dan prestasi belajar siswa yang menderita anemia cenderung mempunyai prestasi
belajar yang rendah.
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, menunjukkan bahwa
anemia gizi besi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dengan
prevalensi pada anak balita sebesar 28,1%, ibu hamil sebesar 37,1%, remaja putri
(13-18 tahun) sebesar 22,7%, dan wanita usia subur (15-49 tahun) sebesar 22,7%.
Angka prevalensi anemia gizi besi pada ibu hamil yang tinggi telah mendekati
masalah kesehatan masyarakat berat.
c. Kekurangan Vitamin A
Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan kebutaan. Kondisi ini dapat
meningkatkan risiko infeksi serius, terkadang fatal. Tanda awal yang muncul dari
kekurangan vitamin A adalah rabun senja, kalau tidak ada upaya intervensi maka
akan menjadi serosis konjungtiva, tahap berikutnya adalah bercak bitot, kemudian
berlanjut serosis kornea dan akhirnya menjadi keratomalasea dan akhirnya buta.
Seseorang yang mempunyai kadar serum retinol kurang dari 20 mcg/dl
mempunyai risiko untuk menderita defisiensi vitamin A.

Fungsi utama dari vitamin A adalah sebagai zat untuk menjaga kesehatan
mata, untuk mengoptimalkan perkembangan janin, meningkatkan kekebalan
tubuh, sebagai antioksidan. Vitamin A yang diperlukan oleh tubuh adalah dalam
bentuk retinol yang terdapat pada hewani (hati, telur, dll). Sedangkan vitamin A
yang terdapat pada nabati (buah-buahan dan sayuran) dalam bentuk beta caroten.
Beta caroten ini dalam tubuh akan diubah menjadi retionol.

13
d. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)
Iodium merupakan salah satu jenis mikro mineral yang sangat penting
dibutuhkan oleh tubuh manusia, meskipun kadarnya dalam tubuh sangat kecil.
Jumlahnya di dalam tubuh hanya berkisar pada 0,00004% dari berat tubuh atau
sekitar 15 hingga 23 mg. Seperti halnya dengan vitamin, iodium juga tidak dapat
diproduksi oleh tubuh dan harus di dapatkan dari asupan makanan dan minuman
dari luar tubuh.
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) di Indonesia merupakan
salah satu masalah kesehatan masyarakat yang serius mengingat dampaknya
sangat besar terhadap kelangsungan hidup dan kualitas sumber daya manusia.
Selain berupa pembesaran kelenjar gondok dan hipotiroid, kekurangan yodium
jika terjadi pada wanita hamil mempunyai risiko terjadinya abortus, lahir mati,
sampai cacat bawaan. Jika terjadi pada bayi yang lahir akan mengakibatkan
gangguan perkembangan syaraf, mental dan fisik yang disebut kretin. Semua
gangguan ini dapat berakibat pada rendahnya prestasi belajar anak usia sekolah.

14
e. Kelebihan Berat Badan/ Obesitas
Kelebihan berat badan atau obesitas adalah suatu kondisi yang
menggambarkan seseorang memiliki badan yang sangat gemuk dan mengandung
banyak lemak pada tubuhnya. Kelebihan berat badan beresiko menderita berbagai
penyakit seperti penyakit jantung, atherosklerosis, diabetes mellitus, gangguan
ortopedi, gangguan pada kesehatan mental.
Menurut data Riskesdas pada tahun 2010, terjadi peningkatan prevalensi
kegemukan di Indonesia secara nyata terjadi pada balita yaitu dari 12,0% di tahun
2007 menjadi 14,0% di tahun 2010. Prevalensi kegemukan pada anak usia 6
sampai 12 tahun adalah 9,2%, pada usia 13 sampai 15 tahun sebesar 2,5% dan
untuk usia 16 sampai 18 tahun sebesar 1,4%, juga ditemukan sebanyak 26.9% dari
perempuan dewasa dan 16.3% laki-laki dewasa berstatus gizi lebih/obesitas.
Berdasarkan hasil PSG tahun 2016 menemukan data bahwa persentase gemuk
pada balita sebesar 4,3%, sedangkan pada dewasa usia lebih dari 19 tahun lebih
tinggi lagi yaitu sebesar 29,6%. Berat badan berlebih dan obesitas pada anak atau
remaja akan berlanjut menjadi obesitas di usia dewasa. Kegemukan pada anak
juga dapat menurunkan fungsi kognitif, anak menjadi malas, kurang aktif
disebabkan oleh beban tubuh yang besar yang akan menambah beban kesehatan
dan beban ekonomi sosial ke depannya.

2.6 Peran Gizi Dalam Meningkatkan Produktivitas Kerja


Pemenuhan kecukupan gizi selama bekerja merupakan salah satu bentuk
penerapan syarat keselamatan dan kesehatan kerja sebagai upaya meningkatkan

15
derajat kesehatan pekerja. Gizi merupakan faktor yang akan menentukan prestasi
kerja karyawan karena adanya kecukupan dan penyebaran kalori yang seimbang
selama bekerja. Salah satu faktor yang mempengaruhi keadaan gizi adalah pola
makan. Hal ini disebabkan karena kuantitas dan kualtitas makanan maupun
minuman yang dikonsumsi akan mempengaruhi tingkat kesehatan individu agar
tubuh tetap sehatn dan terhindar dari berbagai penyakit kronis atau penyakit tidak
menular (PTM), maka pola makan perlu ditingkatkan kearah konsumsi gizi
seimbang. Gizi yang baik membuat berat badan menjadi normal, tubuh tidak
mudah terkena penyakit infeksi, produktivitas kerja meningkat serta terlindungi
dari penyakit kronis dan kematian dini. Gizi yang tidak baik adalah faktor risiko
PTM seperti penyakit kardiofakular (penyakit jantung dan pembulu darah,
hipertensi dan stroke), diabetes serta kanker. Sebagian besar PTM terkait gizi
berasosiasi dengan kelebihan berat badan dan kegemukan yang disebabkan oleh
kelebihan gizi. Kelebihan gizi ini timbul akibat kelebihan asupan makanan dan
minuman kaya energy. Kaya lemak jenuh, gula dan garam tambahan, namun
kekurangan asupan pangan bergizi seperti sayuran, buah-buahan dan serelia utuh,
serta kurang melakukan aktivitas fisik.
Pengaturan zat gizi karyawan berguna untuk melakukan suatu pekerjaan
sesuai dengan jenis pekerjaan sehingga tercapai tingkat produktivitas dan efisiensi
kerja setinggi-tingginya. Selain itu juga dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin,
bobot tubuh dan kondisi khusus seperti hamil.
1. Energi
Kebutuhan energi seorang karyawan sangat bervariasi., tetapi untuk pemenuhan
energi selama di tempat kerja dianjurkan 30-35% lebih besar dari total kebutuhan
energi sehari.
2. Karbohidrat
Penelitian menunjukkan bahwa untuk karyawan yang tidak banyak bergerak atau
hanya melakukan pekerjaan ringan maka sumber energi diperoleh dari karbohidrat
dan lemak. Akan tetapi saat melakukan pekerjaan berat, maka sumber energinya
lebih banyak berasal dari cadangan karbohidrat (glikogen) tubuh.
3. Protein

16
Kebutuhan protein pada karyawan adalah seperti AKG umum, yaitu 10-20% dari
total kebutuhan energinya. Anggapan bahwa karyawan yang bekerja berat
membutuhkan protein tinggi itu adalah tidak benar. Karyawan yang bekerja berat
membutuhkan energi tinggi artinya peningkatan energi ini akan diikuti dengan
peningkatan kebutuhan karbohidrat.
4. Lemak
Kebutuhan lemak pada karyawan adalah 20-30% dari total kebutuhan energi.
Lemak di dalam tubuh disimpan dalam bentuk asam lemak sebagai cadangan
energi. Pada karyawan yang membutuhkan energi yang berkesinambungan maka
energi dari lemak akan dimanfaatkan. Selain itu lemak juga berguna untuk
melindungi tubuh dari luka trauma dan shock yang mungkin terjadi saat bekerja..
5. Zat Besi
Salah satu kegunaan dari zat besi adalah memproduksi sel darah merah. Sel ini
sangat berguna untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh, selanjutnya oksigen
akan berperan dalam menghasilkan energi agar produktivitas kerja meningkat dan
tubuh tidak cepat lelah.

6. Air
Saat bekerja, air minum yang bersih dan aman harus tersedia setiap saat di tempat
kerja agar dapat memenuhi kebutuhan cairan yang hilang saat bekerja. Seseorang
karyawan dianjurkan minum 2-3 liter air per hari.

17
BAB III
KESIMPULAN

Gizi adalah proses metabolisme dalam tubuh makhluk hidup untuk


menerima bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan
tersebut agar dapat menghasilkan berbagai aktivitas penting dalam tubuh. Bahan-
bahan dari lingkungan hidup tersebut dikenal dengan istilah unsur gizi. Unsure
gizi dapat dipilah menjadi karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air.
Gizi Kerja adalah gizi yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk melakukan
suatu pekerjaan sesuai dengan jenis pekerjaan dan beban kerjanya atau ilmu gizi
yang diterapkan kepada masyarakat tenaga kerja dengan tujuan untuk
meningkatkan taraf kesehatan tenaga kerja sehingga tercapai tingkat produktivitas
dan efisiensi kerja yang setinggi-tingginya.
Masalah gizi pada anak di dunia Sepertiga dari hampir 700 juta anak di
dunia berusia di bawah lima tahun mengalami kekurangan gizi atau kelebihan
berat badan (obesitas) dan menghadapi masalah kesehatan jangka panjang
Indonesia saat ini menghadapi masalah gizi ganda. Yang dimaksud dengan
masalah gizi ganda adalah masalah gizi kurang belum tuntas tertangani, masalah
gizi lebih. Masalah gizi kurang yaitu, kekurangan energi protein (KEP), anemia
atau kekurangan zat besi, gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) dan
kekurangan vitamin A. Sedangkan masalah kelebihan gizi adalah masalah
kegemukan atau obesitas yang sudah banyak di dijumpai dan mengakibatkan
angka kematian.

18
DAFTAR PUSTAKA

Adrianto, E.H. And D. N. A. Ningrum (2010). "Hubungan Antara Tingkat


Kesegaran Jasmani Dan Status Gizi Dengan Produktivitas Kerja." Jurnal
Kesehatan Masyarakat.

Almatsier,sumita 2001 . Prinsip Dasar Ilmu Gizi . Jakarta: Gramedia.

Almatsier,sumita 2002 . Prinsip Dasar Ilmu Gizi . Jakarta: Gramedia.

Almigo, 2004, Hubungan Antara Kepuasan Kerja dengan Produktivitas Kerja


Karyawan. Skripsi: Universitas Bina Darma Palembang.

Badan Pusat Statistik, 2009. Kependudukan Dan IndustriIndustri Kecil, Provinsi


Bali.

Chew, D.C.E. 1991. Productivity and Safety and Health dalam : Permeggiani.

Edy Sutrisno, 2009, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Prenada Media.

Hendrayati, RowaSitti, Mappeboki S. 2009. Gambaran asupan zat gizi, status gizi
dan produktivitas karyawan cv. Sinar matahari sejahtera di Kota Makassar.
Jurnal Media Gizi Pangan, Vol. VII, Edisi 1, Januari – Juni 2009. Hal : 35-
40.

Manuaba, A. 1992. Penerapan Ergonomi untuk Meningkatkan Kualitas Sumber


Daya Manusia dan Produktivitas. Disampaikan pada Seminar K3 dengan
tema Melalui Pembudayaan K3 Kita Tingkatkan Kualitas Sumber Daya
Manusia dan L.ed. Encyclopedia of Occupational Health and Safety, Third
(Revised) edt. ILO, Geneva : 1796-1797 8.

Manuaba, A. 1995. Beberapa masalah yang dikemukakan pada rapat kerja di


depan Anggota Badan Pertimbangan Kesehatan Nasional di Jakarta, 4 Mei
9.

Rafianto, 1985. Produktivitas dan Manajemen. Yogyakarta: UGM Press

19
Sedarmayanti, 2009, Sumber Daya Manusia dan Produktivitas, Bandung: CV
Mandar Maju.

Sediaoetomo, A.D. 1997. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi di Indonesia.
Jakarta:Dian Rakyat.

Suma’mur,P.K. 1984. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Cet – 4.

Syafiq, A, dkk, 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Rajawali Pers. Jakarta.it
PT. Gunung Agung. Jakarta 4.

Tarwaka, Sudiajeng, L., Hadi, S. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan


Kerja dan Produktivitas Edisi 1, Cetakan 1. Surakarta: Uniba Press 5.

Wildawelis,2008, ILMU GIZI. Malang: Wineka Media.

20

Anda mungkin juga menyukai