Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh :
JAKARTA
2020
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL
PRAKTIKUM I
PEMBUATAN LARUTAN INFUS RINGER LAKTAT
1. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mengetahui proses pembuatan sediaan infus ringer laktat
2. Mahasiswa memahami syarat-syarat dari sediaan infus steril
3. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi yang harus dilakukan terhadap
produk sediaan steril yang ada dipasaran.
2. Dasar Teori
Sediaan parenteral adalah injeksi dosis tunggal untuk intravena dan
dikemas dalam wadah bertanda volume lebih dari 100 ml atau disebut juga
infus. Sediaan injeksi telah digunakan untuk pertama kalinya pada manusia
sejak tahun 1660. Akan tetapi perkembangan injeksi baru berlangsung
tahun 1852, khususnya pada saat diperkenalkannya ampul gelas oleh
Limousin ( Perancis ) dan Friedleader ( Jerman ), seorang apoteker.
Injeksi merupakan pemakaian dengan cara penyemprotan larutan
atau suspensi ke dalam tubuh untuk tujuan terapeutik atau diagnostik.
Injeksi dapat dilakukan ke dalam aliran darah, ke dalam jaringan atau organ.
Obat infus biasanya diindikasikan untuk keadaan obat yang yang tidak
stabil atau aktif dalam saluran pencernaan, respon obat yang diperlukan
cepat dan diperlukan perbaikan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
Keuntungan pemberian secara intravena (Ansel,1989) :
1. Dapat digunakan untuk pemberian obat agar bekerja cepat, seperti pada
keadaan gawat.
2. Dapat digunakan untuk penderita yang tidak dapat diajak bekerja sama
dengan baik, tidak sadar, tidak dapat atau tidak tahan menerima
pengobatan melalui oral.
3. Penyerapan dan absorbsi dapat diatur.
Kerugian pemberian secara intravena (Ansel,1989) :
1. Pemakaian sediaan lebih sulit dan lebih tidak disukai oleh pasien.
2. Obat yang telah diberikan secara intravena tidak dapat ditarik lagi.
3. Lebih mahal daripada bentuk sediaan non sterilnya karena lebih
ketatnya persyaratan yang harus dipenuhi (steril, bebas pirogen, jernih,
praktis bebas partikel).
4. Rasa nyeri saat disuntikkan apalagi kalau harus diberikan berulang kali.
5. Memberikan efek fisikologis pada penderita yang takut suntik.
6. Obat hanya dapat diberikan kepada penderita dirumah sakit atau
ditempat praktek dokter oleh perawat yang kompeten.
Ringer Lactat adalah larutan steril dari Kalsium Klorida, Kalium
klorida, Natrium klorida dan Natrium Lactat dalam air untuk injeksi. Tiap
100 ml mengandung tidak kurang dari 285,0 mg dan tidak lebih dari 315,0
mg natrium (sebagai NaCl dan C3H5NaO3), tidak kurang dari 14,1 mg dan
tidak lebih dari 17,3 mg Kalium (K, setara dengan tidak kurang dari 27,0
mg dan tidak lebih dari 33,0 mg KCl), tidak kurang dari 4,90 mg dan tidak
lebih dari 6,00 mg kalsium (Ca, setara dengan tidak kurang dari 18,0 mg
dan tidak lebih dari 2,0 mg CaCl2.2H2O), dan tidak kurang dari 231,0 mg
dan tidak lebih dari 261,0 mg laktat (C3H5O3, setara dengan tidak kurang
dari 290,0 mg dan tidak lebih dari 330,0 mg C3H5NaO3). Injeksi Ringer
Laktat tidak boleh mengandung bahan antimikroba (Anonim, 1995).
Metode-metode cara sterilisasi menurut Farmakope Indonesia Edisi
III, Sediaan di sterilkan dengan cara berikut :
a. Pemanasan dalam otoklaf.
Sediaan yang disterilkan diisikan kedalam wadah yang cocok,
kemudian ditutup kedap. Jika volume dalam tiap wadah tidak lebih dari 100
ml, sterilisasi dilakukan dengan uap air jenuh pada suhu 115˚ sampai
116˚selama 30 menit.
Jika volume dalam tiap wadah lebih dari 100 ml, waktu sterilisasi
diperpanjang, hingga seluruh isi tiap wadah berada pada suhu 115˚ sampai
116˚ selama 30 menit.
b. Pemanasan dengan bakterisida.
Sediaan dibuat dengan melarutkan atau mensuspensikan bahan obat
dalam larutan klorkresol P 0,2%(b/v) dalam air untuk injeksi atau dalam
larutan bakterisida yang cocok dalam Air untuk injeksi. Isikan kedalam
wadah, kemudian ditutup kedap. Jika volume dalam tiap wadah tidak lebih
dari 30 ml, panaskan pada suhu 98˚ sampai 100˚, selama 30 menit. Jika
volume dalam wadah lebih 30 ml waktu sterilisasi diperpanjang, hingga
seluruh isi tiap wadah berada pada suhu 98˚ sampai 100˚ selama 30 menit.
Jika dosis tunggal injeksi yang digunakan secara intravenous lebih dari 15
ml, pembuatan tidak dilakukan dengan cara ini. Injeksi yang digunakan
secara intrateka, intrasistema, atau peridura tidak boleh dibuat dengan cara
ini.
c. Penyaringan.
Larutan disaring melalui penyaring bateri steril, diisikan kedalam
wadah akhir yang steril, kemudian ditutup kedap menurut Teknik aseptik.
d. Pemanasan kering.
Sediaan yang akan disterilkan dimasukkan kedalam wadah
kemudian ditutup kedap atau penutupan ini dapat bersifat sementara untuk
mencegah cemaran. Jika volume dalam tiap wadah tidak lebih dari 30 ml,
panasan pada suhu 150˚ selama 1 jam. Jika volume dalam tiap wadah lebih
dari 30 ml, waktu 1 jam dihitung setelah seluruh isi tiap wadah mencapai
suhu 150˚. wadah yang tertutup sementara, kemudian ditutup kedap
menurut Tenik aseptic.
e. Teknik Aseptik.
Proses aseptik adalah cara pengurusan bahan steril menggunakan
teknik yang dapat memperkecil kemungkinan terjadinya cemaran kuman
hingga seminimum mungkin.
Teknik aseptik dimaksudkan untuk digunakan dalam pembuatan
injeksi yang tidak dapat dilakukan proses sterilisasi akhir, karena ketidak
mantapan zatnya, teknik ini tidak mudah diselenggarakan dan tidak ada
kepastian bahwa hasil akhir sesungguhnya steril. Sterilitas hasil akhir
hanya dapat disimpulkan, jika hasil itu telah memenuhi syarat uji sterilitas
yang tertera pada Uji keamanan hayati.
Syarat-Syarat Infus
1. Aman, tidak boleh menyebabkan iritasi jaringan dan efek toksis.
2. Jernih, berarti tidak ada partikel padat.
3. Tidak berwarna, kecuali obatnya memang berwarna.
4. Sedapat mungkin isohidris, pH larutan sama dengan darah dan cairan
tubuh lain yakni 7,4.
5. Sedapat mungkin isotonis, artinya mempunyai tekanan osmosis yang
sama dengan darah atau cairan tubuh yang lain tekanan osmosis cairan
tubuh seperti darah, air mata, cairan lumbai dengan tekanan osmosis
larutan NaCl 0,9 %.
6. Harus steril, suatu bahan dinyatakan steril bila sama sekali bebas dari
mikroorganisme hidup dan patogen maupun non patogen, baik dalam
bentuk vegetatif maupun dalam bentuk tidak vegetatif (spora).
7. Bebas pirogen, karena cairan yang mengandung pirogen dapat
menimbulkan demam. Menurut Co Tui, pirogen adalah senyawa
kompleks polisakarida dimana mengandung radikal yang ada unsur N,
dan P. Selama radikal masih terikat, selama itu dapat menimbulkan
demam dan pirogen bersifat termostabil.
Tetapan Isotonis
Sumber : Farmakope Indonesia Edisi IV (1995)
3. Formulasi
R/ Natrium laktat 0,62
NaCl 1,2
KCl 0,06
CaCl2.2H2O 0,01
Aqua p.i ad 100,0 ml
5. Data Preformulasi
1) Natrium laktat (Sodium Lactat) (Rowe, 2009)
Pemerian : tidak berwarna, bening, tidak berbau atau sedikit berbau
dengan rasa garam yang khas, higroskopik.
Kelarutan : larut dalam etanol (95%) dan dalam air.
Khasiat : Buffering agent, isotonis agent.
4) CaCl2.2H2O
Pemerian : Granul atau serpihan, putih,keras, tidak, berbau
Kelarutan : mudah larut dalam air (1,2 bagian), dalam etanol (4
bagian), dan dalam etanol mendidih (2 bagian), sangat mudah larut
dalam air panas (0,7 bagian).
pH : 4,5-9,2
OTT : karbonat, fosfat, sulfat, tartrat,sefalotin sodium,
CTM dengan tetrasiklin membentuk kompleks.
Kegunaan : untuk mempertahankan elektrolit tubuh, untuk
hipokalemia, sebagai elektrolit yang esensial bagi tubuh untuk
mencegah kekurangan ion kalsium yang menyebabkan iritabilitas
dan konvulsi.
5) Aqua Pro Injektion (Depkes RI, 1995)
Pemerian : cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak
berasa.
Kegunaan : aqua untuk pembuatan injeksi.
6. Perhitungan Bahan
1) Isotonisitas
Rumus : B = 0,52 – b1.C/b2
Diketahui Penurunan Titik Beku :
Natrium laktat : 0,31
Natrium klorida : 0,576
Kalium klorida : 0,439
Kalsium klorida : 0,3
B=0,52 – ( 0,62 x 0,31)+(1,2 x 0,576)+(0,06 x 0,439)+(0,01 x 0,3)
0,576
¿ 0,52 – (0,1922+0,6912+0,02634 +0,003)
0,576
0,52−0,91274
¿
0,576
= -1,065 g/100 ml, larutan dikatakan hipotonis
Overmatt = 10 % x 100 ml = 10 ml +100 = 110 ml
2) Nama Bahan Formula 110 ml
1 Natrium Laktat 110 /100 x 0,62 g=0,682 g
2 NaCl 110/100 x (1,2 + (-1,065))g = 0,0285 g
3 KCl 110/100 x 0,06 g = 0,066 g
4 CaCl. 2H2O 110/100 x 0,01 g = 0,011 g
5 Aqua P.I 110 – (0,682+0,0285+0,066+0,011)= 109,2 ml
8. Cara Kerja
dihitung ↑
dihitung ↑
NaCl yang ditambahkan Wadah infuse 100 ml
dididihkan ↑ dimasukkan
ditambahkan
↑ hingga
ditambahkan
disaring
digojog
diukur
Ph 5 - 7 Sisa Aquadest